Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“AKHLAK TERHADAP RASULULLAH”

DOSEN PENGAMPU: Muhammad Ichsan Haikal, M.HUM.

Disusun oleh :

1. Muhammad Rizki (2241010169)


2. Rohmawati (2241010188)
3. Sucie Rahmadani (2241010197)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

2023M/1444H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Akhlak Terhadap
Rasulullah” dengan baik.

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah .
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi tercapainya
kesempurnaan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui. Namun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Muhammad
Ichsan Haikal, M.HUM. selaku dosen pembina mata kuliah ini.

Penyusun berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca

Bandar Lampung, 02 Mei 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang masalah
        Kami menyadari bahwa etika, moral dan akhlak bangsa saat ini terutama remajanya sangat
memprihatinkan sehingga kami memfokuskan untuk membahas secara  mendalam  tentang
realistis akhlak yang menjadi fenomena dikalangan remaja bangsa kita pada umumnya sesuai
dengan norma agama islam pada khususnya. Makalah ini kami beri judul “Akhlaq Terhadap
Rasul Allah” karena judul ini kami rasa cukup untuk menggambarkan   fenomena tersebut diatas
sesuai dengan isi makalah ini.

B.      Rumusan Masalah
        Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makala ini yaitu:
1.      Apa sajakah akhlak terhadap Rasul Allah?
2.      Apa pengertian akhlak pribadi?
3.      Apa sajakah macam-macam dari akhlak pribadi itu?

C.       Tujuan Penulisan
         Adapun tujuan penulis dala makalah adalah untuk mengetahui lebih jauh seperti apa
pandangan islam terhadap akhlak dan makalah ini disusun untuk mmenuhi tugas mata kuliah al
islam kemuhammadiyaan.
BAB II
PEMBAHASAN
(AKHLAK TERHADAP RASUL ALLAH)

A.   Akhlaq Terhadap Rasulullah


                        Yang dimaksud dengan akhlak kepada rasul adalah sikap dan perilaku terhadap
nabi Muhammad sebagai rasulullah, yang membawa ajaran islam dimuka bumi ini. 
            Adapun sikap dan perilaku tersebut antara lain adalah:

1.      Mencintai dan Memuliakan Rasul


                        Allah memutuskan rasulnya untuk menjelaskan aturan-aturan mana yang halal
atau haram, manfaat atau mudharat, baik atau buruk terpuji atau tercela, yang semua itu supaya
manusia berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang tercela, sehingga selamat dunia sampai ke
akhirat. 
            Dengan keberadaan rasul sebagai pemberi petunjuk itu, maka semua persoalan menjadi
jelas. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk membenci rasulullah, sebaliknya kita wajib
mencintainya, yaitu dengan cara mentaati kepada seluruh sunahnya baik perkataan, perbuatan,
taqrir dan sifatnya. [Umary 1986: 70].

2.      Mengikuti dan Mentaati Rasul


                        Sebagai wujud rasa cinta kepada rasul, kita harus taat kepada gerak langkah
Beliau, seperti di perintahkan Allah dalam firmannya dalam surah al-A’raf:158, yang artinya:
            Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, nabi dan ummi, yang beriman kepada
Allah dan kalimat kalimatNya, dan ikutilah Dia supaya kamu mendapat petunjuk.

3.      Mengucapkan Shalawat dan Salam


                        Mengucapkan kalimat shalawat dan salam atas nabi, merupakan wujud nyata dari
rasa cinta kepada rasul. Bahkan Allah dan para malaikat juga bershalawat dan salam kepada
nabi. Sebagaimana firmannya dalam surah al-Ahzab:56, yang artinya: sesungguhnya Allah dan
para malaikat bershalawat atas nabi, wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk
nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

B.   Pengertian Akhlak Pribadi


                        Akhlak menurut kamus Al-Munajid  adalah Akhlak budi pekerti, perangai tingkah
laku atau tabiat. Menurut Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan
kehendak. Jadi pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang
tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
            Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan
larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun
secara rohani.

            Macam-Macam Akhlak Pribadi


                        Akhlak pribadi pada dasarnya ada akhlak pribadi seorang muslim yang baik dan
akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini macam-macam akhlak pribadi yang baik:

1.      SHIDIQ
                        Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu berada
dalam keadaan yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar
perbuatan.
            Rasulullah saw telah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shidiq (jujur), karena
sikap shidiq (jujur) membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga.

Ø Bentuk-Bentuk Shidiq
                        Seorang muslim harus selalu bersikap benar, kapan, di mana dan kepada
siapapun. Kalau di perinci paling kurang ada lima macam bentuk shidiq yaitu :
1)      Benar Perkataan ( shidiq al hadist )
                        Orang yang selalu berkata benar akan dikasihi oleh Allah dan akan dipercaya oleh
masyarakat, dan sebaliknya orang yang berdusta, masyarakat tidak akan mempercayainya
2)      Benar Pergaulan ( shidiq al mu’amalah )
                        Seorang muslim akan selalu bergaul dengan benar tidak menipu, tidak berkhianat,
dan tidak memalsu sekalipun kepada kaum non muslim. Dia akan selalu bersikap melalui
pergaulan dengan benar tanpa memandang kekayaan, kekuasaan, ataupun status sosial.
3)      Benar Kemauan ( shidiq al-azam )
                        Seorang mukmin sebelum dia memutuskan sesuatu tentu ia harus
mempertimbangkan dan menilai terlebih dahulu apakah yang dilakukan akan mendatangkan
mudhorot atau manfaat kepada orang lain. Dia akan melakukannya tanpa ragu-ragu, tidak akan
terpengaruh dengan suara kiri kanan yang mendukung ataupun yang mencelanya. Tetapi bukan
berarti dia menutup diri terhadap masuka atau kritik dari orang lain.

4)      Benar Janji ( shidq al-wa’da )


                        Janji merupakan sebuah hutang yang harus dilaksanakan. Apabila seorang muslim
berjanji maka ia akan selalu menepatinya sekali pun dengan musuh ataupun anak kecil. Karena
mengingkari janji merupakan salah satu sifat munafik yang telah disebutkan dalam hadist
“Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri amu korma ini. Kemudian
dia tidak memberinnya, maka dia telah membohongi anak itu.” ( HR. Ahmad ). Karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang menepati janji dalam firmannya
5)      Benar Kenyataan ( sidq al-bal )
                        Seorang muslim akan menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Dia
tidak akan menipu kenyataan, tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak pula
mengada ada. Rasullah saw bersabda: “Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak
diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu, artinya orang yang berhias dengan
bukan miliknya supaya kelihatan kaya sama seperti orng yang memakai dua kepribadian.” (HR.
Muslim)

Ø Bentuk-Bentuk Kebohongan
                        Lawan dari shidiq adalah kebohongan. Kebohongan yaitu mengatakan sesuatu
yang tidak sesuai dengan kenyataanya, entah itu di kurangi atau di tambahi sehingga tidak sesuai
dengan kebenarannya. Sifat bohong adalah sifat yang sangat tercela. Berikut ini merupakan
bentuk-bentuk dari sifat kebohongan :
1)      Khianat
                        Sifat khianat merupakan sifat sejelek-jeleknya yang dimiliki orang, karena sifat
khianat dapat membawa mudhorot kepada orang lain secara langsung. Allah tidak menyukai
orang yang memiliki sifat khianat berdasarkan firmannya : “Dan janganlah kamu berdebat
( untuk membela ) orang-orang yang menghianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An –Nisa 4:107)
2)      Mungkir Janji
                        Mungkir janiji atau ingkar janji merupakan sebagai salah satu sifat orang-orang
munafik karena sifat mungkir janji menunjukkan sikap jiwa manusia yang lemah, mungkir janji
menyebabkan waktu terbuang sia-sia dan melahirkan angan-angan kosong. Oleh karena itu
Rasullah saw memasukkan mungkir janji sabagai salah satu sifat orang-orang mnafik. (HR.
Muslim).
3)      Kesaksian Palsu
                        Kesaksian palsu termasuk dalam dosa-dosa besar karena akan mendatangkan
kemudhorotan yang besar terhadap masyarakat, orang yang tidak bersalah akan menanggung
akibat baiknyawa, harta benda dan lain sebagainya.
4)      Fitnah
                        Pada dasarnya tujuan dari memfitnah orang lain adalah untuk menjatuhkan nama
atau menggagalkan usahanya. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada orang yang beriman
sebelum mempercayai suatu berita, di adakan suatu penyelidikan terlebih dahulu. Hal ini terdapat
dalam surat (Al-Hujarat 49 : 6)

5)      Gunjing
                        Sifat menggunjinag adalah sifat sikap seseorang yang memiliki jiwa sakit, tidak
ada keinginan dalam hidupnya yang ada hanya dia akan senang jika melihat seseorang
bermusuhan dan bertengkar. Allah memberi perumpamaan orang-orang yang memilik sifat
gunjing seperti memakan bamgkai saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata melawan
gunjing adalah dengan tidak mendengarkannya

2.      AMANAH
                        Amanah artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman.
Semakin menipis kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat
amanah pada dirinya.
                        Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam pengertian luas amanah
mencakup beberapa hal yaitu : menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya,
menunaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik.
Ø Bentuk-Bentuk Amanah
                        Dari pengertian amanah diatas dapatlah kita kemukakan beberapa bentuk amanah
sebagai berkut:
1)      Memelihara Titipan dan Mengembalikannya Seperti Semula.
                        Apabila seorang muslim dititipi oleh orang lain, misalnya barang berharga.
Sekalipun dalam penitipan tidak ada bukti transaksai tertulis, titipan itu harus dipelihara dengan
baik dan pada saatnya dikembalikan kepada yang punya.
2)      Menjaga Rahasia
                        Seorang muslim akan dapat menjaga rahasianya baik itu rahasia pribadi, keluarga,
organisaisi, dan lain sebagainya agar tidak di ketahui orang lain. Apabila seseorang
menyampaikan sesuatu yang penting dan rahasia kepada kita, itulah amanah yang harus kita
jaga.
3)      Tidak Menyalahgunakan Jabatan
                        Jabatan adalah suatu amanah yang harus dijaga. Hukumnya wajib.
Penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, baik keluarga, ataupun kelompoknya
termasuk perbuatan tercela yang melanggar amanah, hukumnya haram. 
                        Misalnya seorang bagian storage di sebuah perusahan membeli barang dan
mendapatkan potongan harga kepada penjual, dari sisa potongan harga tersebut dimanfaatkan
untuk kepentingan pribadi tidak diserahkan oleh perusahaan maka hukum komisi tersebut adalah
haram.
4)      Menunaikan Kewajiban dengan Baik.
                        Semua tugas yang diberikan kepada Allah ataupun manusia, maka manusia wajib
menjalankannya karena itu semua sebuah pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT. Semua,
betapapun kecilnya, akan dihisab oleh Allah SWT. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat zarah pun, niscaya Allah SWT akan melihatnya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan seberat zarah pun niscaya Allah SWT akan melihatnya.” (QS. Zilzalah 99: 7-8).
5)      Memelihara Nikmat Yang Telah Diberikan Oleh Allah
                        Semua nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan suatu
amanah yang harus dijaga dengan baik. Termasuk didalamnya umur, kesehatan, rizki, nikmat,
harta benda dan lain sebagainya. Misalnya harta benda yang diberikan oleh Allah harus
digunakan untuk mencari ridho Allah, selalu bersyukur dan membiasakan bersedekah.

3.      ISTIQOMAH
                        Secara etimologis, istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak
lurus. Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan
dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan.
                        Perintah dalam beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah : “ Maka
karna itu serulah ( mereka kepada agama itu ) dan istiqomahlah sebagaimana diperintahkan
kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka..” ( Qs. Asy Sura : 42 : 15 ).
                        Iman yang sempurna  adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan
dan amal perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga dimensi
tersebut.
                        Barat berjalan  seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang lurus
yang cepat alam menghantarkan tujuan. Hal ini tercermin dalam perkataan dan  perbuatanya
yang benar untuk mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan
mengalami beberapa ujian dari Allah.
                        Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah
termasuk kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan tetap teguh dalam mengahadapi
kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman, kemunduran, hambatan
dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian, kesenangan.

Ø  Contoh istiqomah
1.      Menjalankan semua perintah Allah
2.      Melaksanakan sholat pada waktunya
3.      Belajar terus menerus hingga paham

Ø  Buah dari Istiqomah


                        Dalam Qs. Funshshilat 41 : 30 – 32 dijelaskan beberapa buah yang akan dipetik
oleh orang yang beristiqomah baik didunia maupun di akhirat.
            Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa buah dari istiqomah adalah :
1.      Orang yang beristiqomah akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih yang negatif.
Misalnya takut mnghadapi masa depan, takut menyatakan kebenaran namun orang yang
beristiqomah senantiasa akan mendapatkan kesuksesan dalam kehidupannya didunia karena akan
dilindungi oleh Allah.

2.      Akan mendapatkan lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendapatkan kesuksesan dalam
kehidupan perjuangan di dunia.
            
                        Demikianlah sikap istiqomah memang sangat diperlukan dalam kehidupan ini.
Karena tanpa sikap seperti itu seseorang akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri, dan mudah
terombang ambing oleh berbagai macam arus. Orang yang tidak beristiqomah ibarat baling-
baling di atas bukit yang berputar menuruti arah angin yang berhembus.

4.      IFFAH
            Secara epistemologi, ‘iffah adalah bentuk masdardari affa-ya’iffu ‘iffah yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti kesucisn tubuh. Secara
terminologi‘iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan,
merusak dan menjauhkanny.

Ø Bentuk-bentuk iffah, alquran dan hadist mmberikan beberapa contoh dari ‘iffah diantara lain: 
1.      Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual   Seorang muslim
dan muslimah diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan, dan pakaiannya.tidak
mengunjungi tempat-tempat hiburan yang ada kemaksiatanya, dan tidak melakukan perbuatan-
perbuatan yang bisa mengantarkannya kepada perzinaan.  Dalam firman allah artinya: “dan
orang-orang yang tidak mampu kawin hendaknya menjaga kesucian dirinya, sehingga allah
memampukan mereka dengan karunia-Nya,,,”(QS.An-Nur 23:33)
2.      Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta
      Islam mengajarkan, terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan tangan meminta
minta. Al-Qur’an menganjurkan kepada orang-orang berpunya untuk membantu orang-orang
miskin yang tidak mau memohon bantuan karena sikap mereka. Meminta minta adalah perbuatan
yang merendahkan kehormatan diri. Dari pada meminta-minta seseorang lebih baik mengerjakan
apa apa saja untuk mendapatkan penghasilan asal halal.
3.      Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain kepada
dirinya.
       seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam bentuk ketidakjujuran.sekali-kali jangan
dia berkata bohong, mungkir janji, khianat, dan laian sebagainya.

5.      MUJAHADAH
                        Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan segala kemampuan.
Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala sesuatu
yang menghambat dalam melakukan pendekatan terhadap Allah swt. Untuk mengatasi dan
melawan semua hambatan tersebut diperlukan kemauan keras dan perjuangan yang sungguh-
sungguh, usaha inilah yang disebut mujahadah.
                        Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah swt., maka Allah
berjanji akan menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dalam hal ini
Allah swt. berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 69 :
            ”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 69)

Ø Perilaku yang mecerminkan sikap mujahadah:


1.      Berpikir positif
      Selalu  berpikir positif dalam segala hal, tidak pernah mempunyai prasangka buruk terhadap
apa pun dan siapa pun, tidak memiliki prasangka untuk merendahkan atau bahkan menghina
siapa pun yang ditemuinya. Ketika seseorang memiliki perilaku berpikir positif, dia akan selalu
mempertimbangkan setiap ucapan dan perilakunya untuk memberikan manfaat kepada orang
lain.
2.      Bekerja keras, tuntas, dan ikhlas
3.      Optimis dalam segala hal
      Sikap optimis artinya keyakinan yang kuat bahwa sesungguhnya dan kerja keras yang kita
lakukan akan mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT.
4.      Bersyukur ketika mendapat keberhasilan
5.      Bersabar ketika mendapat kegagalan.
      Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri akan bersabar dan menganggap bahwa setiap
kegagalan dalam usahanya adalah ujian baginya untuk meningkatkan usaha dan doanya lebih
maksimal lagi di kemudian hari.

Ø Hikmah dan manfaat dari sikap mujahadah:


1.      Menambah ketentraman hati dan pikiran
      Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri, hatinya akan merasa tentram dan nyaman, tidak
pernah berburuk sangka terhadap siapa pun yang ditemuinya, tidak mengucapkan sesutu yang
dapat merugikan orang-orang yang ada di sekitarnya
2.      Mendapatkan hasil yang memuaskan
      Sesorang yang dapat mengontrol dirinya dari sifat malas dan menunda pekerjaan
menggantikannya dengan kerja keras, tuntas dan ikhlas tentu akan mendapatkan hasil yang
memuaskan
3.      Memiliki kepercayaan diri yang tinggi
4.      Menambah ketawakkalan kepada Allah SWT dalam menyerahkan semua urusan
6.      SYAJA’AH
                        Syaja’ah berarti berani yang berlandaskan pada kebenaran dan dilakukan dengan
penuh pertimbangan. Ukuran keberanian adalah terletak pada kekuatan hati dan kebersihan jiwa.
Mengendalikan amarah adalah salah satu contoh keberanian yang lahir dari hati.

Ø Bentuk-bentuk keberanian yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah :


1.      Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan. 
      Seorang muslim harus berani membela agamanya hingga titik darah
penghabisan dan mati syahid.
                 Contohnya yaitu ketika Rasulullah melakukan perang Badar, dengan kekuatan
personil 300 orangberani menghadapi musuh dengan kekuatan 1000 personil dan ternyata
Rasulullah dan para sahabat berhasil mencapai kemenangan.
2.      Keberanian menyatakan kebenaran. Bahwasannya kabenaran harus disampaikan sekalipun
mengandung resiko.
3.      Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah.
            
Ø Menurut Raid Abdul Hadi, faktor yang meyebabkan seseorang memiliki keberanian.
1.      Rasa takut kepada Allah swt.
            Takut kepada Allah swt membuat orang tidak takut kepada siapapun selama dia yakin
bahwa yang dilakukannya adalah dalam rangka menjalankan perintah Allah swt. Allah berfirman
:
                        Artinya : (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka
takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan
cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (Q.S.AL-Ahzab:39)
2.      Lebih mencintai akhirat daripada dunia
                        Akhirat merupakan tujuan akhir dari setiap kehidupan manusia, dunia hanyalah
jembatan menuju akhirat. Karena manusia tidak akan ragu untuk meninggalkan dunia yang fana
ini asalkan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
3.      Tidak takut mati
                        Kematian merupakan sesuatu yang sudah pasti bagi makhluk hidup. Ketika ajal
sudah datang maka tidak ada yang bisa mencegahnya.bagi seorang pejuang agama, kematian
merupakan sesuatu yang didambakan. Semangat itulah yang menyebabkan para pejuang
memiliki keberanian luar biasa.
4.      Tidak ragu-ragu
                        Yang menyebabkan manusia memiliki rasa takut adalah rasa keragu-raguan.
Ketika seseorang sedang ragu akan kebenaran yang ia miliki, maka ia akan takut menghadapi
resiko yang ada, begitu juga sebaliknya.
            Lawan dari Syaja’ah adalah penakut (jubun). Penakut merupakan sifat yang tercela.

7.      TAWADLU
                        Akhlak yang kedua dari pribadi islami adalah percaya atau rendah hati
(Tawadhu). Pengertian percaya diri atau tawadhu adalah merendahkan hati atau diri tanpa harus
menghinakannya atau meremehkan harga diri sehingga orang lain berani menghinanya dan
menganggap ringan. Pribadi yang percaya diri, harus mampu menunjukkan sesuatu yang unggul
berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap atau perilaku (attitude),
sehingga orang lain memberikan kepercayaan dan kehormatan yang sepatutnya, dan tidak
bersikap sombong terhadap kemampuan yang dimilikinya. 
Ø Contoh perilaku tawadhu
1.      Sederhana dalam berpakaian walaupun sebagai pejabat atau orang kaya
2.      Tidak suka memamerkan ke
3.      kuasaan atau kekayaan di hadapan seseorang
4.      Bersikap lemah lembut kepada siapa pun
5.      Ramah, senang bergaul atau berteman dengan semua orang
6.      Menghargai dan menghormati teman yang berbeda agama.

                        Lawan sikap percaya diri adalah Takabur. Seseorang yang takabur merasa dirinya
lebih tinggi, lebih mampu, dan lebih sempurna daripada orang lain, padahal kenyataannya tidak.
Ciri orang yang takabur adalah selalu dan ingin menghina orang lain, menganggap enteng orang
lain, menjauhkan diri dari orang lain, enggan bergaul, mencela orang lain, dan bersikap
sewenangwenang. 
                        Terkait dengan percaya diri dan tidak berbuat sombong. Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur'an: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam
dalam Keadaan hina dina". (QS Al-Mu'min:60)
            Sedangkan Rasulullah SAW bersabda dalam Kanzul Ummal, Juz II, hlm 25
"Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku agar kamu semua bertawadhu sehingga
tidak ada yang sombong terhadap yang lainnya dan tidak ada yang sombong terhadap yang
lainnya dan tidak ada seorang menganiaya lainnya". (HR Muslim)
                        "Orang-orang yang sombong dan orang-orang yang sewenang-wenang kepada
orang lain, pada hari kiamat akan dikumpulkan seperti butir-butir debu. Mereka diinjak-injak
oleh para manusia, disebabkan mereka hina disisi Allah SWT".

8.      MALU
                        Malu (al-haya’) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan  keengganan
melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila
melakukan sesuatu yang tidak patut, rendah atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau
mukanya merah. Sebaliknya orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan
tenang tanpa ada rasa gugup sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi
keistimewaan ajaran Islam.

            Sifat malu dapat dibagi menjadi tiga jenis :


1.      Malu kepada Allah ; seseorang akan malu kepada Allah apabila dia tidak mengerjakan perintah-
Nya, tidak menjauhi larangan-Nya serta tidak mengikuti petunjuknya.
2.      Malu kepada diri sendiri ; orang yang malu terhadap Allah, dengan sendirinya malu terhadap
dirinya sendiri. Ia malu mengerjakan pernuatan salah sekalipun tidak ada orang lain yang melihat
atau mendengarnya. Penolakan datang dari dalam dirinya sendiri.
3.      Malu kepada orang lain ; setelah malu pada diri sendiri, dia akan malu melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain.
            
                        Malu adalah salah satu refleksi iman. Semakin kuat iman seseorang, semakin
teballah rasa malunya, demikian pula sebaliknya.
                        Rasulullah Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang pemalu, saking
pemalunya maka diandaikan bahwa beliau lebih pemalu ketimbang gadis pingitan. Sifat malu ini
dimiliki Rasulullah SAW semenjak kanak kanak , saat anak – anak sebaya beliau kala itu saling
berebut makanan maka beliau malu melakukannya, jika pakaiannya tersingkap dan
menampakkan auratnya maka beliau akan segera bersembunyi karena malu. Jika hendak
membuang air maka diriwayatkan beliau menjauh atau pergi hingga tak seorangpun melihatnya.
Karena sifat pemalu ini beliau apabila melihat sesuatu yang tidak disukainya maka terlihatlah
dari roman mukanya, dan beliau senantiasa menjauhkan pandangan matanya dari apa apa yang
kurang baik. Bahkan dalam hubungan suami istri sifat pemalu Rasulullah SAW tetap dominan,
dalam hadits yang diriwayatkan At Turmudzy dalam Asj Sjamaa il dari Siti Aisyah RA , ummul
mukminin, berkata “ Aku sekali kali belum pernah melihat kemaluan Rasulullah SAW “ ( dalam
riwayat lain ada ditambahkan “ Dan beliau pun tidak pernah melihat daripadaku “ ) sedangkan
yang diriwayatkan oleh Ibnul Djauzy dari Ummu Salamah RA “ Adalah Rasulullah SAW itu
apabila mendatangi seseorang dari istrinya beliau memejamkan kedua matanya dan menutupi
kepalanya “. Dua hadits ini sangat menguatkan sifat pemalu beliau, kendati seorang istri
sebenarnya halal hukumnya meski terlihat auratnya oleh suaminya dan sebaliknya.
Ø Contoh sifat malu
1.      Malu jika tidak melakukan perintah Allah SWT.
2.      Malu jika menyontek
3.      Malu jika berpakaian yang tidak rapi
4.      Malu jika tidak melakukan suatu aktifitas(nganggur)
5.      Malu memiliki pergaulan yang salah

Ø Akibat Hilangnya Malu


                        Rasa malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang dari segala sikap
dan perbuatan yang dilarang oleh agama. Tanpa kontrol rasa malu, seseorang akan bebas
melakukan apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Dia akan menjadi manusia lepas
kendali yang merasa bebas melakukan apa saja, tanpa mempertimbangkan halal haram, baik
buruk dan manfaat mudharat perbuatannya tersebut. Dia akan melakukan apa saja untuk
memuaskan hawa nafsunya. Segala macam cara dia halalkan untuk  mencapai tujuannya.
                        Malu, amanah, rahmah dan Islam adalah empat hal yang saling berkait.
Konsekuensi logis dari hilangnya malu adalah hilangnya amanah. Bila amanah hilang, akan
hilanglah rahmah, dan bila rahmah hilang, hilanglah Islam. Pada akhirnya orang yang tidak
punya rasa malu akan mengalami kehancuran dan kebinasaan. Dan kalu sifat malu itu juga
hilang dari masyarakat, maka masyarakat itupun akan mengalami kehancuran dan kebinasaan.

9.      SABAR
                        Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa
al-kuf).Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga
hal – hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu.

Ø Macam – macam sabar


                        Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fi Al-Qur’an, sabar dapat
dibagi kepada enam macam :
1.      Sabar menerima cobaan hidup
2.      Sabar dari keinginan hawa nafsu
3.      Sabar dalam taat kepada Allah swt.
4.      Sabar dalam berdakwah
5.      Sabar dalm perang
6.      Sabar dalam pergaulan

Ø Keutamaan Sabar
                        Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Qur’an mengaitkan
sifat sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain dikaitkan dengan keyakinan
(QS. As-Sajdah 32:24), syukur (QS. Ibrahim 14:5), tawakkal (QS. An-Nahl 16:41-42), dan taqwa
(QS. Ali ‘Imran 3:15-17). Orang-orang yang sabar akan menempati posisi yang istimewa. Sifat
sabar memang sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.
                        Dalam sejarah Islam diceritakan bahwa nabi sering kali diludahi oleh orang kafir
(non muslim) ketika beliau melewati tempat si orang tersebut, namun nabi sendiri tidak pernah
marah karena beliau tahu bahwa orang yang sering meludahinya adalah orang yang belum tahu
akan islam dan belum mendapatkan hidayah, Namun alangkah takjubnya si kafir tadi yang sering
meludahi nabi muhamad saat ia jatuh sakit, orang yang pertamakali menjenguknya adalah nabi
muhammad yang sering ia ludahi. Alkisah orang kafir tadi menangis dan langsung memeluk
islam.
                        Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza’u yang berarti gelisah, sedih, keluh kesah,
cemas dan putus asa. Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela. Orang
yang dihinggapi sifat ini bila menghadapi hambatan dan mengalami kegagalan akan mudah
goyah, berputus asa dan mundur dari medan perjuangan. Sebaliknya apabila mendapatkan
keberhasilan juga cepat lupa diri.

10.  PEMAAF
                        Pemaaf adalah sifat suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa Arab sifat pemaaf tersebut
disebut denganal-‘afwu yang secara etimologis berarti kelebihan atau yang berlebih.
            Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus
menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun orang yang bersalah telah
menyadari kesalahahnnya dan berniat untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami
hambatan psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Barangkali itulah salah satu
hikmahnya kenapa Allah memerintahkan kita untuk member maaf sebelum dimintai maaf.
                        Suatu teladan sikap pemaaf Rasulullah adalah ketika ada seorang lelaki Arab
bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak
membunuh Nabi, maka pada saat itu dihadang oleh Umar dan diikat dengan tali. Rasulullah yang
mengetahui orang itu malah menyuruh Umar untuk memberinya makan dan melepaskannya.
Umar yang kaget tetap meyakinkan Rasulullah bahwa dia ingin membunuhnya. Namun
Rasulullah tidak menghiraukannya dan menyuruh Tsumamah untuk mengucap kata “Laa ilaha
illallah”, tetapi si lelaki tidak mau dan pergi. Keesokan harinya dia datang kepada Rasulullah dan
mengucap kata “Laa ilaha illallah”, sehingga dia masuk Islam. Demikian contoh sikap
Rasulullah yang pemaaf dan tidak dendam sekalipun kepada orang yang hendak membunuhnya,
yang pada akhirnya membuahkan hasil yang bermanfaat.

Ø Lapang Dada
                        Tindakan meminta maaf sebaiknya diikuti dengan tindakan berlapang dada.
Berlapang dada dalam bahasa Arab disebut dengan ash-shafhu yang secara etimologis berarti
lapang. Halaman pada sebuah buku dinamai shafhah karena kelapangan dan keluasannya. Dari
sini ash-shafhu dapat diartikan kelapangan dada.
            Ibarat menulis di selembar kertas, jika terjadi kesalahan tulis, kesalahan itu akan dihapus
dengan alat penghapus dengan alat penghapus. Tapi serapi-rapi menghapus tentu akan
meninggalkan bekas, bahkan barangkali kertas tersebut menjadi kusut.       Supaya lebih baik dan
rrapi, sebaiknya diganti saja kertasnya dengan lembaran baru. Menghapus kesalahan itulah yang
disebut dengan memaafkan, sedangkan berlapang dada adalah menukar lembaran yang salah
dengan lembaran yang baru. Jadi berlapang dada menuntut seseorang untuk membuka lembaran
baru hingga sedikitpun hubungan tidak ternodai, tidak kusut dan tidak seperti halaman yang telah
dihapus kesalahannya.
                        Lawan dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di
dalam hati dan menunggu kesempatan untuk membalas. Seorang yang pendendam tidak akan
mau memaafkan kesalahan orang lain sekalipun orang tersebut meminta maaf kepadanya.
Baginya, tidak ada maaf sebelum dia dapat kesempatan membalaskan sakit hatinya. Orang yang
enggan member maaf pada hakikatnya enggan memperoleh ampunan dari Allah swt.
            Sifat pendendam tidak hanya merusak pergaulan bermasyarakat tapi jiga merugikan
dirinya sendiri. Energi akan terkuras dalam memelihara dan berusaha untuk melampiaskan
dendamnya.
                        Andaikata seseorang tidak mampu menguasai marahnya segera terhadap orang
lain yang menyakiti atau menyinggung perasaannya, dia boleh menghindar untuk menenangkan
dan menguasai nafsu marahnya. Rasulullah memberi waktu tiga hari, karena tiga hari tersebut
dianggap sudah cukup untuk meredakan kemarahan. Setelah itu dia wajib kembali menyambung
tali persaudaraan dan persahabatan sesama Muslim.

11.  Berpakaian
                        Berpakaian atau menutup aurat bagi seorang muslim adalah suatu kewajiban.
Pakaian dalam bahasa arab disebut Libasum-siyabun. Menurut kamus esar Bahasa Indonesia.
Pakaian diartikan barang apa yang dipakai seseorang baik berupa baju, celana, selendang, jubah,
dan serban. Kriteria pakaian bukanlah berdasarkan kepantasan atau mode yang lagi trend,
melainkan berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah. Jika kedua sumber hukum Islam ini telah
memutuskan suatu hukum, maka seorang muslim dan muslimah terlarang membantahnya. Allah
berfirman dalam QS. Al Ahzab: 36;
            ‫ض َّل‬ ِ ‫ضى هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َأ ْمرًا َأ ْن يَ ُكونَ لَهُ ُم ْال ِخيَ َرةُ ِم ْن َأ ْم ِر ِه ْم َو َم ْن يَع‬
َ ‫ْص هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد‬ َ َ‫َو َما َكانَ لِ ُمْؤ ِم ٍن َوال ُمْؤ ِمنَ ٍة ِإ َذا ق‬
‫ضالال ُمبِينًا‬
َ
                        Artinya : "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi
perempuan yang mukmin apabila Allah dan Rasul-Nya telalt menetapkan suatu ketetapan akan
ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.` Barang siapa mendurhakai Allah
dan rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. "
                        Para perancang mode boleh saja bilang bahwa hasil rancangannya itu adalah
pakaian muslim/muslimah, tetapi jika tidak memenuhi syarat sebagaimana yang diperintahkan
oleh Allah, maka pakaian itu bukanlah pakaian muslim/muslimah. Syaikh Muh. 
Ø Nashiruddin At Albani dalam bukunya "Jilbab Al Mar'ah Al Muslimah fi Al Kitabi was Sunnati"
mengharuskan delapan syarat pakaian muslim dan muslimat:
1.      Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan (QS. An Nur: 31).
2.      Bukan berfungsi sebagai perhiasan (QS. Ahzaab: 33).
3.      Kainnya harus tebal tidak tipis (HR. Abu Dawud)
4.      Harus longgar dan tidak ketat, sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang artinya sebagai berikut:
                 "Rasulullah Saw memberiku baju Quthbiyyah yang tebal (biasanya tipis) yang
merupakan baju yang dihadiahkan Al Kaalabi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada
isteriku. Nabi saw, bertanya kepadaku; meugapa kamu tidak memakai baju Quthbiyyah? aku
menjawab: aku pakaikan baju itu pada isteriku. Nabi Saw menjawab; perintahkanlah ia agar
memakai baju dalam dibalik Quthbiyyah itu, karena aku khawatir baju itu masih bisa
menggambarkan bentuk tulangnya. " (HR. Al Baihaqi, Ahmad, Abu Dawud).
5.      Tidak diberi wewangian atau parfum bagi wanita.
6.      Tidak menyerupai laki-laki atau sebaliknya.
7.      Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
8.      Bukan libassyurah (pakaian popularitas/meraih gengsi di tengah orang banyak).
                        Dari prinsip dasar tersebut perlu dipahami pula tentang ketentuan aurat dalam
Islam. Aurat laki-laki muslim, terutama dalam salat adalah menutup fisiknya dari pusar hingga
lutut, sedangkan bagi perempuan muslimah adalah seluruh tubuhnya/fisiknya kecuali muka dan
telapak tangan. Bahkan Allah Swt menganjurkan berpakaian yang indah disetiap memasuki
masjid (QS. Al A'raaf: 31).

Ø Tujuan Berpakaian
                        Islam mengidentikkan pakaian bagi manusia adalah sebagai pelindung, yaitu
melindungi mereka dari berbagai bahaya yang mungkin muncul (QS. Al Ahzab: 59). Sebaliknya,
bangsa Barat mengidentikkan pakaian sebagai mode atau trend yang justru harus bisa
merangsang pihak lawan jenisnya sehingga mereka bisa menikmati keindahan tubuhnya lewat
mode pakaian yang dikenakannya. "Bahkan berprinsip bahwa keindahan tubuh adalah anugerah,
mengapa harus ditutup-tutupi."
                        Jika kedua pandangan ini digabungkan, jelas sangat kontras dan tidak ada
kesesuaian. Maka jika ditelusuri lebih jauh, munculnya pakaian yang tidak Islam adalah sebagai
akibat infiltrasi atau perembesan budaya pakaian barat terhadap kaum muslimin. Sekadar contoh:
ragam kosmetika dan alat kecantikan menjamur untuk para wanita, semua itu bertujuan agar para
wanita muslimah membuka auratnya. Untuk itu sebagai seorang muslimin berkewajiban
memakai pakaian yang memenuhi syarat syari'ah sebagaimana yang telah dijelaskan. Dengan
demikian, Islam tidaklah alergi terhadap mode dan gaya, asalkan prinsip dasar berpakaian telah
dipenuhinya. 
Ø Adapun tujuan berpakaian menurut Islam adalah:
1.      Menutup aurat dan sebagai perhiasan (QS. Al A'raaf: 26) 
2.      Memelihara diri dari panas dan bahaya lain (QS. An Nahl: 81).
3.      Beribadah kepada Allah Swt (QS. Al A'raaf: 31).
4.      Menghindari godaan syetan (QS. Al A'raaf: 27).
5.      Dikenal sebagai muslimah dan terhindar dari gangguan (QS. Al Ahzab: 59).
6.      Untuk memperoleh rida Allah.

Ø Kriteria/Ketentuan busana/berbusana (bukan antara suami-istri)


1.      Bagi wanita tidak menampakkan perhiasan dan menutup dada (QS. An Nun 31).
2.      Bagi wanita menutup seluruh tubuh selain muka dan tangan kecuali dihadapan orang-orang
tertentu (QS. Al Ahzab: 59, HR. Abu Dawud dari 'Aisyah, HR Thabrani dll.).
3.      Bagi pria tertutup minimal antara lutut dan pusar dan wanita tidak terlalu tipis hingga tembus
pandang terhadap bagian badannya yang menjadi aurat (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
4.      Tidak menyerupai wanita (bagi pria) dan sebaliknya (HR. Tirmidzi).
5.      Tidak terlalu ketat hingga membentuk lekuk tubuh terutama bagi kaum wanita (HR. Bukhari
Muslim).
6.      Tidak terlalu panjang hingga menyapu tanah (HR. Tirmidzi)
7.      Bersih (HR. Bukhari).
8.      Tidak merangsang yang dapat mengarah kepada zina.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
                        Berakhlak kepada rasul adalah sikap dan perilaku terhadap nabi Muhammad
sebagai rasulullah, yang membawa ajaran islam dimuka bumi ini. Beraklak dengan rasul dapat di
lakukan dengan cara mencintai dan memuliakan  Rasul Allah, mengikuti dan mentaati
perintahnya, mengucapkan shalawat dan salam. 
                        Adapun akhlak pada diri sendiri yaitu kewajiban terhadap dirinya disertai dengan
larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun
secara rohani. Macam-macam akhlak pribadi yaitu:
1.      Shiddiq
2.      Amanah
3.      Istiqomah
4.      Iffah
5.      Mujahadah
6.      Syajaah
7.      Tawadlu
8.      Malu
9.      Sabar
10.  Pemaaf
11.  Cara berakaian
      Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang yaitu faktor lingkungan, teman
dan intern

B.     SARAN
            Setelah dilakukannya diskusi ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami lebih dalam
tentang akhlak terhadap rasul dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA
http://hapidzcs.blogspot.com/2011/12/akhlak-kepada-Rasulullah SAW.html 
http://alfutuchat.wordpress.com/2010/06/24/2-pengertian-akhlak-menurut-istilah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak

Anda mungkin juga menyukai