Disusun oleh :
2023M/1444H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Akhlak Terhadap
Rasulullah” dengan baik.
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah .
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi tercapainya
kesempurnaan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui. Namun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Muhammad
Ichsan Haikal, M.HUM. selaku dosen pembina mata kuliah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Kami menyadari bahwa etika, moral dan akhlak bangsa saat ini terutama remajanya sangat
memprihatinkan sehingga kami memfokuskan untuk membahas secara mendalam tentang
realistis akhlak yang menjadi fenomena dikalangan remaja bangsa kita pada umumnya sesuai
dengan norma agama islam pada khususnya. Makalah ini kami beri judul “Akhlaq Terhadap
Rasul Allah” karena judul ini kami rasa cukup untuk menggambarkan fenomena tersebut diatas
sesuai dengan isi makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makala ini yaitu:
1. Apa sajakah akhlak terhadap Rasul Allah?
2. Apa pengertian akhlak pribadi?
3. Apa sajakah macam-macam dari akhlak pribadi itu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dala makalah adalah untuk mengetahui lebih jauh seperti apa
pandangan islam terhadap akhlak dan makalah ini disusun untuk mmenuhi tugas mata kuliah al
islam kemuhammadiyaan.
BAB II
PEMBAHASAN
(AKHLAK TERHADAP RASUL ALLAH)
1. SHIDIQ
Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu berada
dalam keadaan yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar
perbuatan.
Rasulullah saw telah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shidiq (jujur), karena
sikap shidiq (jujur) membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga.
Ø Bentuk-Bentuk Shidiq
Seorang muslim harus selalu bersikap benar, kapan, di mana dan kepada
siapapun. Kalau di perinci paling kurang ada lima macam bentuk shidiq yaitu :
1) Benar Perkataan ( shidiq al hadist )
Orang yang selalu berkata benar akan dikasihi oleh Allah dan akan dipercaya oleh
masyarakat, dan sebaliknya orang yang berdusta, masyarakat tidak akan mempercayainya
2) Benar Pergaulan ( shidiq al mu’amalah )
Seorang muslim akan selalu bergaul dengan benar tidak menipu, tidak berkhianat,
dan tidak memalsu sekalipun kepada kaum non muslim. Dia akan selalu bersikap melalui
pergaulan dengan benar tanpa memandang kekayaan, kekuasaan, ataupun status sosial.
3) Benar Kemauan ( shidiq al-azam )
Seorang mukmin sebelum dia memutuskan sesuatu tentu ia harus
mempertimbangkan dan menilai terlebih dahulu apakah yang dilakukan akan mendatangkan
mudhorot atau manfaat kepada orang lain. Dia akan melakukannya tanpa ragu-ragu, tidak akan
terpengaruh dengan suara kiri kanan yang mendukung ataupun yang mencelanya. Tetapi bukan
berarti dia menutup diri terhadap masuka atau kritik dari orang lain.
Ø Bentuk-Bentuk Kebohongan
Lawan dari shidiq adalah kebohongan. Kebohongan yaitu mengatakan sesuatu
yang tidak sesuai dengan kenyataanya, entah itu di kurangi atau di tambahi sehingga tidak sesuai
dengan kebenarannya. Sifat bohong adalah sifat yang sangat tercela. Berikut ini merupakan
bentuk-bentuk dari sifat kebohongan :
1) Khianat
Sifat khianat merupakan sifat sejelek-jeleknya yang dimiliki orang, karena sifat
khianat dapat membawa mudhorot kepada orang lain secara langsung. Allah tidak menyukai
orang yang memiliki sifat khianat berdasarkan firmannya : “Dan janganlah kamu berdebat
( untuk membela ) orang-orang yang menghianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An –Nisa 4:107)
2) Mungkir Janji
Mungkir janiji atau ingkar janji merupakan sebagai salah satu sifat orang-orang
munafik karena sifat mungkir janji menunjukkan sikap jiwa manusia yang lemah, mungkir janji
menyebabkan waktu terbuang sia-sia dan melahirkan angan-angan kosong. Oleh karena itu
Rasullah saw memasukkan mungkir janji sabagai salah satu sifat orang-orang mnafik. (HR.
Muslim).
3) Kesaksian Palsu
Kesaksian palsu termasuk dalam dosa-dosa besar karena akan mendatangkan
kemudhorotan yang besar terhadap masyarakat, orang yang tidak bersalah akan menanggung
akibat baiknyawa, harta benda dan lain sebagainya.
4) Fitnah
Pada dasarnya tujuan dari memfitnah orang lain adalah untuk menjatuhkan nama
atau menggagalkan usahanya. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada orang yang beriman
sebelum mempercayai suatu berita, di adakan suatu penyelidikan terlebih dahulu. Hal ini terdapat
dalam surat (Al-Hujarat 49 : 6)
5) Gunjing
Sifat menggunjinag adalah sifat sikap seseorang yang memiliki jiwa sakit, tidak
ada keinginan dalam hidupnya yang ada hanya dia akan senang jika melihat seseorang
bermusuhan dan bertengkar. Allah memberi perumpamaan orang-orang yang memilik sifat
gunjing seperti memakan bamgkai saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata melawan
gunjing adalah dengan tidak mendengarkannya
2. AMANAH
Amanah artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman.
Semakin menipis kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat
amanah pada dirinya.
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam pengertian luas amanah
mencakup beberapa hal yaitu : menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya,
menunaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik.
Ø Bentuk-Bentuk Amanah
Dari pengertian amanah diatas dapatlah kita kemukakan beberapa bentuk amanah
sebagai berkut:
1) Memelihara Titipan dan Mengembalikannya Seperti Semula.
Apabila seorang muslim dititipi oleh orang lain, misalnya barang berharga.
Sekalipun dalam penitipan tidak ada bukti transaksai tertulis, titipan itu harus dipelihara dengan
baik dan pada saatnya dikembalikan kepada yang punya.
2) Menjaga Rahasia
Seorang muslim akan dapat menjaga rahasianya baik itu rahasia pribadi, keluarga,
organisaisi, dan lain sebagainya agar tidak di ketahui orang lain. Apabila seseorang
menyampaikan sesuatu yang penting dan rahasia kepada kita, itulah amanah yang harus kita
jaga.
3) Tidak Menyalahgunakan Jabatan
Jabatan adalah suatu amanah yang harus dijaga. Hukumnya wajib.
Penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, baik keluarga, ataupun kelompoknya
termasuk perbuatan tercela yang melanggar amanah, hukumnya haram.
Misalnya seorang bagian storage di sebuah perusahan membeli barang dan
mendapatkan potongan harga kepada penjual, dari sisa potongan harga tersebut dimanfaatkan
untuk kepentingan pribadi tidak diserahkan oleh perusahaan maka hukum komisi tersebut adalah
haram.
4) Menunaikan Kewajiban dengan Baik.
Semua tugas yang diberikan kepada Allah ataupun manusia, maka manusia wajib
menjalankannya karena itu semua sebuah pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT. Semua,
betapapun kecilnya, akan dihisab oleh Allah SWT. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat zarah pun, niscaya Allah SWT akan melihatnya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan seberat zarah pun niscaya Allah SWT akan melihatnya.” (QS. Zilzalah 99: 7-8).
5) Memelihara Nikmat Yang Telah Diberikan Oleh Allah
Semua nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan suatu
amanah yang harus dijaga dengan baik. Termasuk didalamnya umur, kesehatan, rizki, nikmat,
harta benda dan lain sebagainya. Misalnya harta benda yang diberikan oleh Allah harus
digunakan untuk mencari ridho Allah, selalu bersyukur dan membiasakan bersedekah.
3. ISTIQOMAH
Secara etimologis, istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak
lurus. Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan
dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan.
Perintah dalam beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah : “ Maka
karna itu serulah ( mereka kepada agama itu ) dan istiqomahlah sebagaimana diperintahkan
kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka..” ( Qs. Asy Sura : 42 : 15 ).
Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan
dan amal perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga dimensi
tersebut.
Barat berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang lurus
yang cepat alam menghantarkan tujuan. Hal ini tercermin dalam perkataan dan perbuatanya
yang benar untuk mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan
mengalami beberapa ujian dari Allah.
Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah
termasuk kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan tetap teguh dalam mengahadapi
kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman, kemunduran, hambatan
dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian, kesenangan.
Ø Contoh istiqomah
1. Menjalankan semua perintah Allah
2. Melaksanakan sholat pada waktunya
3. Belajar terus menerus hingga paham
2. Akan mendapatkan lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendapatkan kesuksesan dalam
kehidupan perjuangan di dunia.
Demikianlah sikap istiqomah memang sangat diperlukan dalam kehidupan ini.
Karena tanpa sikap seperti itu seseorang akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri, dan mudah
terombang ambing oleh berbagai macam arus. Orang yang tidak beristiqomah ibarat baling-
baling di atas bukit yang berputar menuruti arah angin yang berhembus.
4. IFFAH
Secara epistemologi, ‘iffah adalah bentuk masdardari affa-ya’iffu ‘iffah yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti kesucisn tubuh. Secara
terminologi‘iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan,
merusak dan menjauhkanny.
Ø Bentuk-bentuk iffah, alquran dan hadist mmberikan beberapa contoh dari ‘iffah diantara lain:
1. Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual Seorang muslim
dan muslimah diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan, dan pakaiannya.tidak
mengunjungi tempat-tempat hiburan yang ada kemaksiatanya, dan tidak melakukan perbuatan-
perbuatan yang bisa mengantarkannya kepada perzinaan. Dalam firman allah artinya: “dan
orang-orang yang tidak mampu kawin hendaknya menjaga kesucian dirinya, sehingga allah
memampukan mereka dengan karunia-Nya,,,”(QS.An-Nur 23:33)
2. Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta
Islam mengajarkan, terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan tangan meminta
minta. Al-Qur’an menganjurkan kepada orang-orang berpunya untuk membantu orang-orang
miskin yang tidak mau memohon bantuan karena sikap mereka. Meminta minta adalah perbuatan
yang merendahkan kehormatan diri. Dari pada meminta-minta seseorang lebih baik mengerjakan
apa apa saja untuk mendapatkan penghasilan asal halal.
3. Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain kepada
dirinya.
seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam bentuk ketidakjujuran.sekali-kali jangan
dia berkata bohong, mungkir janji, khianat, dan laian sebagainya.
5. MUJAHADAH
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan segala kemampuan.
Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala sesuatu
yang menghambat dalam melakukan pendekatan terhadap Allah swt. Untuk mengatasi dan
melawan semua hambatan tersebut diperlukan kemauan keras dan perjuangan yang sungguh-
sungguh, usaha inilah yang disebut mujahadah.
Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah swt., maka Allah
berjanji akan menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dalam hal ini
Allah swt. berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 69 :
”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 69)
7. TAWADLU
Akhlak yang kedua dari pribadi islami adalah percaya atau rendah hati
(Tawadhu). Pengertian percaya diri atau tawadhu adalah merendahkan hati atau diri tanpa harus
menghinakannya atau meremehkan harga diri sehingga orang lain berani menghinanya dan
menganggap ringan. Pribadi yang percaya diri, harus mampu menunjukkan sesuatu yang unggul
berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap atau perilaku (attitude),
sehingga orang lain memberikan kepercayaan dan kehormatan yang sepatutnya, dan tidak
bersikap sombong terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Ø Contoh perilaku tawadhu
1. Sederhana dalam berpakaian walaupun sebagai pejabat atau orang kaya
2. Tidak suka memamerkan ke
3. kuasaan atau kekayaan di hadapan seseorang
4. Bersikap lemah lembut kepada siapa pun
5. Ramah, senang bergaul atau berteman dengan semua orang
6. Menghargai dan menghormati teman yang berbeda agama.
Lawan sikap percaya diri adalah Takabur. Seseorang yang takabur merasa dirinya
lebih tinggi, lebih mampu, dan lebih sempurna daripada orang lain, padahal kenyataannya tidak.
Ciri orang yang takabur adalah selalu dan ingin menghina orang lain, menganggap enteng orang
lain, menjauhkan diri dari orang lain, enggan bergaul, mencela orang lain, dan bersikap
sewenangwenang.
Terkait dengan percaya diri dan tidak berbuat sombong. Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur'an: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam
dalam Keadaan hina dina". (QS Al-Mu'min:60)
Sedangkan Rasulullah SAW bersabda dalam Kanzul Ummal, Juz II, hlm 25
"Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku agar kamu semua bertawadhu sehingga
tidak ada yang sombong terhadap yang lainnya dan tidak ada yang sombong terhadap yang
lainnya dan tidak ada seorang menganiaya lainnya". (HR Muslim)
"Orang-orang yang sombong dan orang-orang yang sewenang-wenang kepada
orang lain, pada hari kiamat akan dikumpulkan seperti butir-butir debu. Mereka diinjak-injak
oleh para manusia, disebabkan mereka hina disisi Allah SWT".
8. MALU
Malu (al-haya’) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan
melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila
melakukan sesuatu yang tidak patut, rendah atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau
mukanya merah. Sebaliknya orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan
tenang tanpa ada rasa gugup sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi
keistimewaan ajaran Islam.
9. SABAR
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa
al-kuf).Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga
hal – hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu.
Ø Keutamaan Sabar
Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Qur’an mengaitkan
sifat sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain dikaitkan dengan keyakinan
(QS. As-Sajdah 32:24), syukur (QS. Ibrahim 14:5), tawakkal (QS. An-Nahl 16:41-42), dan taqwa
(QS. Ali ‘Imran 3:15-17). Orang-orang yang sabar akan menempati posisi yang istimewa. Sifat
sabar memang sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.
Dalam sejarah Islam diceritakan bahwa nabi sering kali diludahi oleh orang kafir
(non muslim) ketika beliau melewati tempat si orang tersebut, namun nabi sendiri tidak pernah
marah karena beliau tahu bahwa orang yang sering meludahinya adalah orang yang belum tahu
akan islam dan belum mendapatkan hidayah, Namun alangkah takjubnya si kafir tadi yang sering
meludahi nabi muhamad saat ia jatuh sakit, orang yang pertamakali menjenguknya adalah nabi
muhammad yang sering ia ludahi. Alkisah orang kafir tadi menangis dan langsung memeluk
islam.
Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza’u yang berarti gelisah, sedih, keluh kesah,
cemas dan putus asa. Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela. Orang
yang dihinggapi sifat ini bila menghadapi hambatan dan mengalami kegagalan akan mudah
goyah, berputus asa dan mundur dari medan perjuangan. Sebaliknya apabila mendapatkan
keberhasilan juga cepat lupa diri.
10. PEMAAF
Pemaaf adalah sifat suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa Arab sifat pemaaf tersebut
disebut denganal-‘afwu yang secara etimologis berarti kelebihan atau yang berlebih.
Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus
menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun orang yang bersalah telah
menyadari kesalahahnnya dan berniat untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami
hambatan psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Barangkali itulah salah satu
hikmahnya kenapa Allah memerintahkan kita untuk member maaf sebelum dimintai maaf.
Suatu teladan sikap pemaaf Rasulullah adalah ketika ada seorang lelaki Arab
bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak
membunuh Nabi, maka pada saat itu dihadang oleh Umar dan diikat dengan tali. Rasulullah yang
mengetahui orang itu malah menyuruh Umar untuk memberinya makan dan melepaskannya.
Umar yang kaget tetap meyakinkan Rasulullah bahwa dia ingin membunuhnya. Namun
Rasulullah tidak menghiraukannya dan menyuruh Tsumamah untuk mengucap kata “Laa ilaha
illallah”, tetapi si lelaki tidak mau dan pergi. Keesokan harinya dia datang kepada Rasulullah dan
mengucap kata “Laa ilaha illallah”, sehingga dia masuk Islam. Demikian contoh sikap
Rasulullah yang pemaaf dan tidak dendam sekalipun kepada orang yang hendak membunuhnya,
yang pada akhirnya membuahkan hasil yang bermanfaat.
Ø Lapang Dada
Tindakan meminta maaf sebaiknya diikuti dengan tindakan berlapang dada.
Berlapang dada dalam bahasa Arab disebut dengan ash-shafhu yang secara etimologis berarti
lapang. Halaman pada sebuah buku dinamai shafhah karena kelapangan dan keluasannya. Dari
sini ash-shafhu dapat diartikan kelapangan dada.
Ibarat menulis di selembar kertas, jika terjadi kesalahan tulis, kesalahan itu akan dihapus
dengan alat penghapus dengan alat penghapus. Tapi serapi-rapi menghapus tentu akan
meninggalkan bekas, bahkan barangkali kertas tersebut menjadi kusut. Supaya lebih baik dan
rrapi, sebaiknya diganti saja kertasnya dengan lembaran baru. Menghapus kesalahan itulah yang
disebut dengan memaafkan, sedangkan berlapang dada adalah menukar lembaran yang salah
dengan lembaran yang baru. Jadi berlapang dada menuntut seseorang untuk membuka lembaran
baru hingga sedikitpun hubungan tidak ternodai, tidak kusut dan tidak seperti halaman yang telah
dihapus kesalahannya.
Lawan dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di
dalam hati dan menunggu kesempatan untuk membalas. Seorang yang pendendam tidak akan
mau memaafkan kesalahan orang lain sekalipun orang tersebut meminta maaf kepadanya.
Baginya, tidak ada maaf sebelum dia dapat kesempatan membalaskan sakit hatinya. Orang yang
enggan member maaf pada hakikatnya enggan memperoleh ampunan dari Allah swt.
Sifat pendendam tidak hanya merusak pergaulan bermasyarakat tapi jiga merugikan
dirinya sendiri. Energi akan terkuras dalam memelihara dan berusaha untuk melampiaskan
dendamnya.
Andaikata seseorang tidak mampu menguasai marahnya segera terhadap orang
lain yang menyakiti atau menyinggung perasaannya, dia boleh menghindar untuk menenangkan
dan menguasai nafsu marahnya. Rasulullah memberi waktu tiga hari, karena tiga hari tersebut
dianggap sudah cukup untuk meredakan kemarahan. Setelah itu dia wajib kembali menyambung
tali persaudaraan dan persahabatan sesama Muslim.
11. Berpakaian
Berpakaian atau menutup aurat bagi seorang muslim adalah suatu kewajiban.
Pakaian dalam bahasa arab disebut Libasum-siyabun. Menurut kamus esar Bahasa Indonesia.
Pakaian diartikan barang apa yang dipakai seseorang baik berupa baju, celana, selendang, jubah,
dan serban. Kriteria pakaian bukanlah berdasarkan kepantasan atau mode yang lagi trend,
melainkan berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah. Jika kedua sumber hukum Islam ini telah
memutuskan suatu hukum, maka seorang muslim dan muslimah terlarang membantahnya. Allah
berfirman dalam QS. Al Ahzab: 36;
ض َّل ِ ضى هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َأ ْمرًا َأ ْن يَ ُكونَ لَهُ ُم ْال ِخيَ َرةُ ِم ْن َأ ْم ِر ِه ْم َو َم ْن يَع
َ ْص هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد َ ََو َما َكانَ لِ ُمْؤ ِم ٍن َوال ُمْؤ ِمنَ ٍة ِإ َذا ق
ضالال ُمبِينًا
َ
Artinya : "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi
perempuan yang mukmin apabila Allah dan Rasul-Nya telalt menetapkan suatu ketetapan akan
ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.` Barang siapa mendurhakai Allah
dan rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. "
Para perancang mode boleh saja bilang bahwa hasil rancangannya itu adalah
pakaian muslim/muslimah, tetapi jika tidak memenuhi syarat sebagaimana yang diperintahkan
oleh Allah, maka pakaian itu bukanlah pakaian muslim/muslimah. Syaikh Muh.
Ø Nashiruddin At Albani dalam bukunya "Jilbab Al Mar'ah Al Muslimah fi Al Kitabi was Sunnati"
mengharuskan delapan syarat pakaian muslim dan muslimat:
1. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan (QS. An Nur: 31).
2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan (QS. Ahzaab: 33).
3. Kainnya harus tebal tidak tipis (HR. Abu Dawud)
4. Harus longgar dan tidak ketat, sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang artinya sebagai berikut:
"Rasulullah Saw memberiku baju Quthbiyyah yang tebal (biasanya tipis) yang
merupakan baju yang dihadiahkan Al Kaalabi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada
isteriku. Nabi saw, bertanya kepadaku; meugapa kamu tidak memakai baju Quthbiyyah? aku
menjawab: aku pakaikan baju itu pada isteriku. Nabi Saw menjawab; perintahkanlah ia agar
memakai baju dalam dibalik Quthbiyyah itu, karena aku khawatir baju itu masih bisa
menggambarkan bentuk tulangnya. " (HR. Al Baihaqi, Ahmad, Abu Dawud).
5. Tidak diberi wewangian atau parfum bagi wanita.
6. Tidak menyerupai laki-laki atau sebaliknya.
7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
8. Bukan libassyurah (pakaian popularitas/meraih gengsi di tengah orang banyak).
Dari prinsip dasar tersebut perlu dipahami pula tentang ketentuan aurat dalam
Islam. Aurat laki-laki muslim, terutama dalam salat adalah menutup fisiknya dari pusar hingga
lutut, sedangkan bagi perempuan muslimah adalah seluruh tubuhnya/fisiknya kecuali muka dan
telapak tangan. Bahkan Allah Swt menganjurkan berpakaian yang indah disetiap memasuki
masjid (QS. Al A'raaf: 31).
Ø Tujuan Berpakaian
Islam mengidentikkan pakaian bagi manusia adalah sebagai pelindung, yaitu
melindungi mereka dari berbagai bahaya yang mungkin muncul (QS. Al Ahzab: 59). Sebaliknya,
bangsa Barat mengidentikkan pakaian sebagai mode atau trend yang justru harus bisa
merangsang pihak lawan jenisnya sehingga mereka bisa menikmati keindahan tubuhnya lewat
mode pakaian yang dikenakannya. "Bahkan berprinsip bahwa keindahan tubuh adalah anugerah,
mengapa harus ditutup-tutupi."
Jika kedua pandangan ini digabungkan, jelas sangat kontras dan tidak ada
kesesuaian. Maka jika ditelusuri lebih jauh, munculnya pakaian yang tidak Islam adalah sebagai
akibat infiltrasi atau perembesan budaya pakaian barat terhadap kaum muslimin. Sekadar contoh:
ragam kosmetika dan alat kecantikan menjamur untuk para wanita, semua itu bertujuan agar para
wanita muslimah membuka auratnya. Untuk itu sebagai seorang muslimin berkewajiban
memakai pakaian yang memenuhi syarat syari'ah sebagaimana yang telah dijelaskan. Dengan
demikian, Islam tidaklah alergi terhadap mode dan gaya, asalkan prinsip dasar berpakaian telah
dipenuhinya.
Ø Adapun tujuan berpakaian menurut Islam adalah:
1. Menutup aurat dan sebagai perhiasan (QS. Al A'raaf: 26)
2. Memelihara diri dari panas dan bahaya lain (QS. An Nahl: 81).
3. Beribadah kepada Allah Swt (QS. Al A'raaf: 31).
4. Menghindari godaan syetan (QS. Al A'raaf: 27).
5. Dikenal sebagai muslimah dan terhindar dari gangguan (QS. Al Ahzab: 59).
6. Untuk memperoleh rida Allah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berakhlak kepada rasul adalah sikap dan perilaku terhadap nabi Muhammad
sebagai rasulullah, yang membawa ajaran islam dimuka bumi ini. Beraklak dengan rasul dapat di
lakukan dengan cara mencintai dan memuliakan Rasul Allah, mengikuti dan mentaati
perintahnya, mengucapkan shalawat dan salam.
Adapun akhlak pada diri sendiri yaitu kewajiban terhadap dirinya disertai dengan
larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun
secara rohani. Macam-macam akhlak pribadi yaitu:
1. Shiddiq
2. Amanah
3. Istiqomah
4. Iffah
5. Mujahadah
6. Syajaah
7. Tawadlu
8. Malu
9. Sabar
10. Pemaaf
11. Cara berakaian
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang yaitu faktor lingkungan, teman
dan intern
B. SARAN
Setelah dilakukannya diskusi ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami lebih dalam
tentang akhlak terhadap rasul dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
http://hapidzcs.blogspot.com/2011/12/akhlak-kepada-Rasulullah SAW.html
http://alfutuchat.wordpress.com/2010/06/24/2-pengertian-akhlak-menurut-istilah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak