Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN PRODUK HALAL

“SERTIFIKASI DAN LEBELISASI PRODUK HALAL PERSPEKTIF


EKONOMI”

Disusun Oleh :

Dian Tri Utami

Diah Ayu Purwanti

Efa Gustina

Dosen Pengampu : Muharir, S.E.I., M.E.Sy

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS YARIAH

INDO GLOBAL MANDIRI

PALEMBANG

1441 H/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kami,sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang diberikan oleh Dosen Pembimbing yang terhormat yaitu Bapak
Muharir, S.E.I., M.E.Sy makalah yang berjudul “Sertifikasi dan Lebelisasi
Produk Halal Perspektif Islam“. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada nabi besar kita Muhammad SAW.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen Pembimbing,juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa-mahasiswi khususnya bagi penyusun
makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi


seluruh pembaca. Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan ikut serta dalam penyelesaian makalah dari awal sampai akhir.

Palembang,16 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang......................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN

1. Konsep Sertifikasi dan Lebelisasi Halal.................................................. 2


2. Sertifikat Halal Pada Produk Bagi Konsumen Muslim........................... 4
3. Landasan Hukum Produk Halal............................................................... 6
4. Proses Produk Halal................................................................................. 8
5. Tata Cara Memperoleh Sertifikat Halal dan Lebelisasi Halal................. 8
6. Sertifikasi dan Lebelisasi Halal Perspektif Ekonomi...............................9

BAB III. PENUTUP

1. Kesimpulan.............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perlindungan konsumen muslim terhadap produk halal tidak saja berupa
labelisasi halal yang tertuang dalam Undang-Undang pangan, tetapi dapat
memiliki integritas hukum ekonomi lainnya, sehingga ada jaminan pelaksanaan
labelisasi halal. Pada paragraf diatas mempunyai kesimpulan bahwa yang
pertama, kedudukan perlindungan konsumen muslim terhadap produk halal dalam
hukum ekonomi Islam memiliki perhatian yang besar. Kedua, konsep
perlindungan konsumen muslim terhadap produk halal dalam hukum ekonomi
Indonesia memiliki dasar yuridis yang kuat, yaitu tercantum dalam UUD 1945
pasal 29 ayat (1), dan (2) yang memuat tentang kebebasan melaksanakan syariat
agama. Ketiga, pada dasarnya hukum Ekonomi Indonesia yang memuat tentang
perlindungan konsumen muslim terhadap “labelisasi dan sertifikasi produk halal”
hampir keseluruhan telah memuat ketentuan halal dan pola makanan muslim
dalam Hukum Islam.
Pengertian sertfikasi dan labelisasi produk halal, sertifkasi produk halal adalah
surat keterangan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
atau Provinsi tentang halalnya suatu produk makanan, minuman, obat-obatan dan
kosmetika yang diproduksi oleh perusahaan setelah diteliti dan dinyatakan halal
oleh LPPOM MUI. Sedangkan labelisasi produk halal adalah pencantuman tulisan
atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk
yang dimaksud berstatus sebagaii produk halal.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Sertifikasi dan Lebelisasi Halal?
2. Jelaskan Sertifikat Halal Pada Produk Bagi Konsumen Muslim?
3. Apa Saja Landasan Hukum Produk Halal?
4. Bagaimana Proses Produk Halal?
5. Jelaskan Tata Cara Memperoleh Sertifikat Halal dan Lebelisasi Halal?

1
6. Bagaimana Sertifikasi dan Lebelisasi Halal Perspektif Ekonomi ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Sertifikasi dan Lebelisasi Halal
Pada bidang perindustrian dan perdagangan nasionl menghasilkan barang
atau jasa yang dapat di konsumsi dalam pembangunan dan perkembangan
perekonomian. Globalisasi dan perdagangan bebas didukung kemajuan teknologi
telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi
barang atau jasa melintas batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang atau
jasa ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri maupun produksi dalam
negeri. Kondisi tersebut mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan
konsumen akan barang atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi dan semakin
terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis kualitas barang dan jasa sesuai
dengan keinginan konsumen. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk
meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat
promosi, cara penjualan serta penerapan perjanjian standar yang merugikan
konsumen.1
Dalam teori ekonomi, produsen merupakan penghasil barang, sedangkan
konsumen merupakan pemakai atau pengguna barang. Sementara dari aspek
sosiologis hubungan produsen dengan konsumen semakin renggang, akibat dari
sistem pasar bebas. Konsumen tidak mengetahui jelas siapa yang memproduksi
barang yang mereka peroleh. Padahal produk yang diproduksi untuk konsumen
telah dikemas sedemikian rupa dengan teknologi yang canggih dan kemudian
dipasarkan dengan manajemen dan iklan yang berlebihan.2
Atas dasar kondisi sebagaimana perlu upaya pemberdayaan dan
perlindungan konsumen dalam hal sertifikasi dan lebelisasi produk halal yang
pada dasarnya sangat terkait dengan hajat kehidupan orang banyak. Dalam Al-

1
M.Sadar, Moh Taufik Makaroi, Habloel Mawardi, Hukum Perlindungan Konsumen Di
Indonesia (Cet:1; Jakarta: Akademia , 2012). Hlm 2

2
Az Nasution, Konsumen dan Hukum, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2008). Hlm 17-
25

2
Qur’an, Allah memerintahkan manusia mengkonsumsi makanan dan minuman
yang tidak hanya halal namun harus juga baik (Q.S Al-Maidah 5:88)

‫ه ٱلَّذِيٓ أَنتُم بِهِۦ‬


َ َّ ‫وا ْ ٱلل‬ ُ‫حلَٰاٗل طَيِّب ٗ ۚا وَٱتَّق‬ ُ َّ ‫م ٱلل‬
َ ‫ه‬ ُ ُ ‫ما َر َزقَك‬ ِ ْ ‫وا‬
َّ ‫م‬ ُ ‫وَكُل‬
٨٨ ‫ن‬ ِ ‫م ۡؤ‬
َ ‫منُو‬ ُ
Artinya : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya.
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada hambanya agar mereka makan
rezeki halal dan baik. Halal disini mengandung pengertian halal bendanya dan
halal cara memperolehnya. Sedangkan baik adalah dari segi kemanfaatannya,
yaitu mengandung manfaat bagi tubuh, mengandung gizi, vitamin, dan protein.
Makanan tidak baik selain tidak mengandung gizi, juga jika dikonsumsi akan
merusak kesehatan.3
Pengertian halal itu sendiri, kata halalan, berasal dari bahasa arab berakar
kata halla, artinya lepas atau tidak terikat. Secara etimologi kata halalan berarti
hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan
ketentuan-ketentuann yang melarangnya. Dalam konteks pangan, makanan halal
adalah makanan yang boleh di konsumsi, diproduksi, dan dikomersialkan.
Sementara haram adalah sesuatu yang dilarang oleh syari.at untuk dilakukan.
Makanan haram adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi.4
Keterangan bahwa sistem produk telah dinyatakan halal adalah pemberian
sertifikasi halal sedangkan produk yang dihalalkan untuk konsumen
diinformasikan status kehalalannya dengan tanda halal pada kemasan produknya.
Sertifikasi dan lebelisasi halal haruslah memenuhi kaidah syariah yang ditetapkan
dalam penetapan kehalalan suatu produk, dalam hal ini akan berkaitan dengan
kompentensi lembaga yang mengeluarkan sertifikat standar halal yang digunakan,

3
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 3 (Cet.III; Jakarta: Lembaga
Percetakan Al-Qur’an Departemen Agama, 2009). Hlm 6

4
Mudhafer Fadhlan, Makanan Halal, (Jakarta: Zakia Press;2004). Hlm 37

3
personil yang terlibat dalam sertifikasi dan auditing, dan yang kalah pentingya
adalah mekanisme sertifikasi halal itu sendiri.
Begitu pula, setiap pelaku usaha yang akan mencantumkan label halal
harus memiliki sertifikasi halal terlebih dahulu. Tanpa sertifikasi halal MUI, izin
pencantuman label halal tidak akan diberikan pemerintah. Sampai saat ini
memang belum ada aturan yang menetapkan bentuk logo halal yang khas,
sehingga pada umumnya produsen mencetak tulisan halal dalalm huruf latin atau
arab dengan bentuk logo MUI dengan mencantumkan nomor sertifikat halal yang
dimilikinya. Hal ini dirasakan lebih aman bagi konsumen karena masih banyak
produk yang beredar di pasaran yang mencantumkan label halal tanpa memiliki
sertifikat halal MUI.5
Sertifikat halal adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh MUI pusat
atau provinsi tentang halalnya suatu produk makanan, minuman, obat-obatan, dan
kosmetik yang diproduksi oleh perusahaan setelah diteliti dan dinyatakan halal
oleh LPPOM MUI. Pemegang otoritas sertifikasi produk halal adalah Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian
Pangan, Obat-obatan dari kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI).

2. Sertifikat Halal Pada Produk Bagi Konsumen Muslim


Sertifikat halal adalah fatwa MUI secara tertulis menyatakan kehalalan suatu
produk sesuai dengan syariat Islam. Pemberian sertifikat halal pada pangan, obat-
obatan dan kosmetika untuk melindungi konsumen muslim terhadap produk yang
tidak halal. Sertifikat halal merupakan hak konsumen muslim yang harus
mendapat perlindungan dari negara.6
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang hak-hak
konsumen. Pasal 4 huruf a menyatakan hak konsumen atas kenyamanan,
keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Berkaitan

5
Paulus J. Rusli, “Nilai Unggul Produk Halal”, Jurnal Halal, Nomor 59 Th X, 2005,
Jakarta: LPPOM MUI. Hlm 15

6
https://media.neliti.com/media/publications/135011-ID-sertifikat-halal-pada-produk-
makanan-dan.pdf. Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2020 Pukul 20:16

4
dengan pasal 4 huruf a tersebut konsumen muslim berhak atas produk yang
memberi rasa aman, nyaman, dan tenteram. Oleh sebab itu pelaku usaha dalam
memperdagangkan suatu produk agar memberi rasa aman, nyaman dan tenteram,
maka pelaku usaha berkewajiban mengajukan permohonan sertifikat halal melalui
LPOM MUI untuk mendapat sertifikat halal dan kemudian mencantumkan lebel
halalnya pada produk.
Selanjutnya Pasal 4 angka c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menyatakan, konsumen berhak atas informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi barang dan/ atau jasa. Merujuk pada Pasal
4 huruf c tersebut untuk melindungi konsumen muslim terhadap produk yang
tidak halal, pelaku usaha dalam memproduk barang/ dan atau jasa untuk
diperdangkan berkewajiban untuk memberikan informasi yang jelas dan jujur
bahwa produk yang diperdagangkkan tersebut adalah produk halal dengan
mencantumkan logo sertifikat halal MUI. Tujuan Logo sertifikat halalMUI adalah
memberi perlindungan dan kepastian hukum hak-hak konsumen muslim terhadap
produk yang tidak halal. Mencegah konsumen muslim mengkonsumsi produk
yang tidak halal.
Pasal 30 ayat (2) Undang-undang Pangan huruf, pada penjelasannya
disebutkan bahwa keterangan halal suatu produk sangat penting bagi msyarakat
Indonesia yang mayoritas memeluk agam Islam. Berdasarkan Undang-Undang
pangan kewajiban pelaku usaha untuk mencantumkan lebel halal yang diperoleh
melalui LPPOM MUI sebelum produk diperdagangkan, tujuannya adalah untuk
melindungi dan memberi kepastian hukum hak-hak konsumen terhadap produk
yang tidak halal. Lebel halal memberi manfaat kepada Konsumen muslim, karena
terhindar dari produk yang tidak halal. Importir daging yang berasal dari luar
negeri, disamping harus dijaga, bahwa daging itu harus sehat dan halal untuk
melindungi konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal, memberi
ketenteraman bagi konsumen muslim diperlukan pemotongan ternak yang
dilakukan menurut syariat Islam yang dinyatakan dalam sertifikat halal.
Jika produk makanan dan minuman tidak halal sesuai Undang-Undang Produk
Jaminan Halal, pelaku usaha berkewajiban untuk memberikan tanda pada produk

5
makanan dan minuman tersebut tidak halal. Tanda dapat dalam bentuk gambar,
seperti kalau di Bali di tempat makanan dan minuman yang mengandung unsur
babiterdapat gambar babi. Ini berarti pelaku usahanya jujur, karenan dalam
undang-undang perlindungan konsumen pelaku usaha berkewajiban untuk
memberikan informasi mengenai komposisi pada produk makanan dan minuman.
Selayaknya pelaku usaha di Indonesia yang memperdagangkan produk makanan
dan minuman memberikan informasi yang jelas, jujur mengenai komposisi,
kehalalan produk makanan dan minuman yang diperdagangkan untuk melindungi
hak-hak konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal.
Namun masih banyak ditemukan produk makanan dan minuman yang beredar
dimasyarakat belum mencantumkan lebel halal atau sertifikat halal masih
diragukan kebenarannya. Produk yang tidak ada lebel halalnya belum tentu
haram, begitu juga produk yang ada lebel halalnya belum tentu juga halal, karena
tidak tertutup kemungkinan produknya tidak halal. Dalam Hukum Islam yang
dikatakan halal tidak hanya zatnya, tapi juga mulai dari proses produksi dari hulu
sampai hilir harus terbebas dari zat-zat yang diharamkan oleh syariat Islam.
Penyimpanan produk yang halal tidak boleh berdekatan dengan produk yang
halal, artinya tempat penyimpanan produk halal harus terpisah dengan produk
yang tidak halal. Begitu juga alat yang dipakai untuk memproses produk halal
tidak boleh dipakai bersama dengan produk yang tidak halal.

3. Landasan Hukum Produk Halal


Produk merupakan barang atau jasa yang terkait dengan makanan,
minuman, obat-obatan, kosmetik, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan
yang dipakai, digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk halal
merupakan produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.
Menurut syariat Islam, landasan hukum produk halal sesuai syariat Islam antara
lain terdapat dalam.

Q.S Al-Baqarah 168

6
َۡ َ
ِ َٰ‫حلَٰاٗل طَيِّب ٗ ا وَاَل تَتَّبِعُ وا ْ خُط ُ و‬
‫ت‬ ِ ‫ما فِي ٱلأ ۡر‬
َ ‫ض‬ ِ ْ ‫س كُل ُ وا‬
َّ ‫م‬ ُ ‫يَٰٓأيُّهَا ٱلنَّا‬
١٦٨ ‫ين‬ ُّ ّ‫و‬ٞ ُ ‫هۥ لَك ُ مۡ عَد‬
ٌ ِ ‫مب‬ ُ َّ ‫ٱ لشَّ ۡيط َٰ ۚ ِن إِن‬
Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu
Q.S Al-Baqarah 172
ُ ‫م ا َر َز ۡقنَٰك ُ مۡ وَ ۡك‬ َ ٓ
ُ‫ٱش ُروا ْ لِلَّهِ إِن كُنت ُ مۡ إِيَّاه‬ ِ َٰ ‫من طَيِّب‬
َ ‫ت‬ ِ ْ ‫من ُ وا ْ كُل ُ وا‬ َ ِ‫َٰيأيُّهَ ا ٱ لَّذ‬
َ ‫ين ءَا‬
١٧٢ ‫ن‬ َ ‫ت َ ۡعبُدُو‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar kepada-Nya kamu menyembah
Q.S Al-Baqarah 173
‫ن‬ َ َ‫ل بِهِۦ لِغَ ۡيرِ ٱلل َّ ۖ ِه ف‬
ِ ‫م‬ َّ ِ‫م ٓا أُه‬ َ ‫خ نزِيرِ َو‬ ِ ‫م ۡٱل‬ َ ‫م وَل َ ۡح‬ َ َّ ‫ة وَٱل د‬ َ ‫م ۡٱل‬
َ َ ‫م ۡيت‬ ُ ُ ‫م عَل َ ۡيك‬
َ ‫ح َّر‬
َ ‫ما‬
َ َّ ‫إِن‬
ۡ
١٧٣‫م‬ ٌ ‫حي‬ ِ ‫ر َّر‬ٞ ‫ه غَفُو‬َ َّ ‫ن ٱلل‬َّ ِ ‫م عَل َ ۡي ۚ ِه إ‬َ ‫ٱضط ُ َّر غَ ۡي َر بَا ٖغ َواَل عَا دٖ فَٓاَل إ ِ ث‬ ۡ
Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Berdasarkan surat Al-Baqarah di atas, Allah memerintahkan kepada orang
yang beriman untuk memakan makanan yang halal dan mengharamkan bangkai,
darah, daging babi, daging hewan yang disembelih tidak menyebut nama Allah,
kecuali jika terpaksa dan tidak melampaui batas. Untuk menentukan produk
makanan dan minuman yang beredar dimasyarakat itu halal harus ada logo
sertifikat halal yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI pada kemasannya.
Untuk menjamin setiap pemeluk agama untuk beribadah dan mejalankan
ajaran agamanya, negara berkewajiban memberikan perlindungan dan jaminan

7
tentang kehalalan yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat karena produk
yang beredar di kalangan masyarakat belum terjamin kehalalannya.

4. Proses Produk Halal


Lokasi, tempat dan alat proses produk halal wajib dipisahkan dengan lokasi,
tempat, dan alat penyembelihan, pengelolahan, penyimpangan, pengemasan,
pendistribusian, penjualan dan penyajian produk halal. Lokasi, tempat, dan alat
proses produk halal wajib untuk dijaga kebersihan dan higienisnya, bebas dari
najis dan bebas dari bahan tidak halal.
Bahan yang digunakan dalam proses produk halal terdiri dari bahan baku,
bahan olahan, bahan tambahan, dan bahan penolong. Bahan yang dimaksud
berasal dari hewani, tumbuhan, mikroba atau bahan yang dihasilkan melaui proses
kimiawi, proses biologi atau proses rekayasa genetik. Bahan yang berasal dari
hewani pada dasarnya halal kecuali yang diharamkan menurut syariat Islam.
Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan seperti bangkai, darah, babi dan
atau hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat. Hewan yang digunakan
sebagai bahan produk wajib disembelih sesuai syariat Islam dan memenuhi kaidah
kesejahteraan hewan serta kesehatan masyarakat veteriner. Bahan yang berasal
dari tumbuhan pada dasarnya halal, kecuali yang memabukkan dan atau
membahayakan kesehatan bagi orang yang mengkonsumsinya. Bahan dari
mikroba dan bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi, atau
proses rekayasa genetikdiharamkan jika proses pertumbuhan dan pembuatannya
tercampur, terkandung atau terkontaminasi dengan bahan yang diharamkan.

5. Tata Cara Memperoleh Sertifikat Halal dan Lebelisasi Halal


Pengajuan permohonan dilakukan oleh pelaku usaha dengan melengkapi
dokumen data, penetapan lembaga pemeriksa halal oleh BPJPH (Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal) untuk menetapkan lembaga pemeriksa
halal, pemeriksaan dan pengujian kehalalan produk, penetapan kehalalan produk
dilakukan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) dalam sidang fatwa dan
keputusan kehalalan produk diterima dari MUI (Majelis Ulama Indonesia), maka

8
badan penyelenggara jaminan produk halal menerbitkan sertifikat pada produk
halal.
Terbitnya sertifikat halal maka pelaku usaha wajib mencantumkan label halal
pada kemasan produk, bagian tertentu dari produk dan tempat tertentu pada
produk yang tentunya lebel yang dicantumkan telah ditetapkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal yang berlaku nasional. Lebelisasi sebagai
informasi berfungsi sebagai, Pertama, mengubah perilaku konsumen terhadap
produk, Kedua, mengakomodasi preferensi konsumen serta meningkatkan
keamanan pangan, dan Ketiga, sebagai jaminan bahwa negara sedang
mempertimbangkan kepentingan konsumen.7 Tujuan dari lebelisasi halal adalah
sebagai informasi untuk membantu konsumen mengidentifikasi produk makanan
yang paling sesuai dengan pilihan mereka. Memberikan informasi adalah upaya
meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kebebasan konsumen untuk
menggunakan hak pilih mereka, karena konsumen membuat keputusan
berdasarkan informasi yang ada pada label. Sertifikasi dan lebelisasi halal
membantu konsumen untuk mengetahui sifat dan produk, sehingga
memungkinkan bagi konsumen untuk memilih berbagai produk yang saling
bersaing.

6. Sertifikasi dan Lebelisasi Halal Perspektif Ekonomi


Jaminan kepastian halal dari makanan atau produk, eksistensinya terlihat
dalam bentuk sertifikat halal dan lebelisasi halal pada kemasan produknya.
Dengan kata lain, untuk mengetahui informasi halal haram atas produk dapat
diketahui melalu penggunaan lebel. Tim kerja Perencanaan Pembangunan Hukum
Nasional tentang Tekonologi Pengolahan Produk Halal mencatat dalam sistem
perdagangan dunia saat ini, sertifikat halal dan lebelisasi produk halal telah
mendapat perhatian besar karena dapat melindungi umat Islam. Perspektif
ekonomi menghendaki perlunya dibuat sistem Jaminan Produk Halal yang hemat,
cepat dengan biaya rendah untuk sertifikasi halal. Sistem jaminan halal juga

7
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen (Cet.II;Kencana: Jakarta,2013). Hlm 116

9
mencerminkan keberadaan pengawasan dan pengendalian produk halal oleh
pemerintah.
Produk berlebel halal memiliki potensi dan manfaat oleh ekonomi. Dari sudut
pandang ekonomi menggunakan sertifikasi halal dan lebelisasi halal memberi
kemanfaatan ekonomi bagi pengusaha usaha, konsumen dan pemerintah. 8 Pelaku
bisnis pun meraih keunggulan (nilai kompetitif) dari hasil penjualan yang
dipasarkan. Lebih banyak peluang pasar jauh lebih baik, dan lebih terbuka luas.
Karena itu, dinyatakan sebagai produk berlebel halal merupakan syarat penting
bagi peningkatan usaha dari produk domestik di Indonesia. Adanya produk yang
memiliki berlabel halal, yang mendukung produk dalam negeri dapat bersaing
atau berkompetisi dengan produk negara lain baik di dalam maupun diluar negeri.
Alasan utama produk halal diminati para konsumen cukup beragam, yaitu :
1) Aspek halal dan thayyib adalah aspek yang selalu diperhatikan konsumen
muslim.
2) Minat masyarakat bukan muslim untuk menggunakan produk berlebel
halal juga cukup tinggi.
3) Meningkatnya pendapatan masyarakat secara tidak langsung akan
meningkatkan kemampuan beli masyarakat.
Produk berlebel halal dapat pula mendorong pertumbuhan ekonomi, karena
dapat meningkatkan daya saing produk dipemasaran. Selain itu, ilmu pengetahuan
dan teknologi dapat bekembang lebih pesat. Secara kuantitatif, konsumen muslim
adalah mayoritas di Indonesia. Jadi, Indonesia mempunyai potensi pasar yang
cukup besar atas produk berlebel halal.
Keuntungan memperoleh produk berlebel halal adalah :
1) Kesempatan untuk meraih pasar pangan halal global yang diperkirakan
sebanyak 1,4 miliar muslim dan jutaan non-muslim lainnya.
2) Sertifikasi halal adalah jaminan yang dapat dipercaya untuk mendukung
klaim pangan halal.

8
Farid Wadji, Jaminan Produk Halal Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2019). Hlm 30

10
3) 100% keuntungan dari market share yang lebih besar tanpa kerugian dari
pasar/klien non-muslim.
4) Meningkatkan marketability produk di pasar/negara muslim.
5) Investasi berbiaya murah dibandingkan dengan pertumbuhan revenue yang
dapat dicapai.
6) Peningkatan citra produk.
Keunggulan itu menunjukkan bahwa produk berlebel halal secara ekonomi
tidak merugikan siapapun .

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sertifikat halal adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh MUI pusat atau
provinsi tentang halalnya suatu produk makanan, minuman, obat-obatan, dan

11
kosmetik yang diproduksi oleh perusahaan setelah diteliti dan dinyatakan halal
oleh LPPOM MUI. Pemegang otoritas sertifikasi produk halal adalah Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian
Pangan, Obat-obatan dari kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI).
Produsen mengajukan permohonan sertifikat halal ke sekretariat LPPOM MUI
dengan mengisi Borang, mendaftarkan seluruh produk, lokasi produksi, pabrik
pengemasan dan tempat makan, menu yang dijual, gerai, dapur serta gudang. Bagi
Rumah Potong Hewan mendaftarkan tempat penyembelihan. LPPOM MUI
memeriksa kelengkapannya dan bila belum lengkap perusahaan harus melengkapi.
LPPOM MUI melakukan audit melalui Tim auditor melakukan pemeriksaan/audit
kelokasi produsen pada saat memproduksi produk. Hasil pemeriksaan/auditdan
hasil laboratorium dievaluasi dalam rapat auditor LPPOM MUI.
Manfaat pemberian sertifikat halal adalah untuk melindungi konsumen
muslim terhadap produk makanan dan minuman yang tidak halal, memberikan
rasa aman dan nyaman bagi konsumen untuk mengkonsumsi produk makanan dan
minuman, karena tidak ada keraguan lagi bahwa produk tersebut terindikasi dari
hal-hal yang diharamkan sesuai syariat Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Fadhlan Mudhafer.2004.Makanan Halal.Jakarta: Zakia Press.

Farid Wadji.2019.Jaminan Produk Halal Di Indonesia.Jakarta:Raja Grafindo


Persada.

12
M.Sadar, Moh Taufik Makaroi, Habloel Mawardi.2012.Hukum Perlindungan
Konsumen Di Indonesia.Cet:1.Jakarta: Akademia.

Nasution Az.2008.Konsumen dan Hukum.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Zulham.2013.Hukum Perlindungan Konsumen.Cet.II;Kencana: Jakarta.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 3 (Cet.III; Jakarta: Lembaga


Percetakan Al-Qur’an Departemen Agama, 2009). Hlm 6

J. Rusli Paulus, “Nilai Unggul Produk Halal”, Jurnal Halal, Nomor 59 Th X,


2005, Jakarta: LPPOM MUI. Hlm 15

https://media.neliti.com/media/publications/135011-ID-sertifikat-halal-pada-
produk-makanan-dan.pdf. Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2020 Pukul
20:16

13

Anda mungkin juga menyukai