Anda di halaman 1dari 10

HADITS EKONOMI

HADITS TENTANG PENETAPAN HARGA


Dosen Pengampu
Dr. Adynata, M.Ag

Di susun Oleh :

MAHMUT HARI SAPUTRA


NIM ; 21990315543

Prodi Ekonomi Syariah

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SULTAN SYARIF KHASIM

RIAU
BAB I
PEMBAHASAN

A. Hadis Dan Terjemahannya

1. Hadits tentang penetapan harga

َ َّ ‫ « إِ َّن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬


‫َّللا ه َُو‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬.‫سع ِْر لَنَا‬
َ َ‫الس ْع ُر ف‬ِ َ‫غال‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫َّللا‬ ُ َّ‫ع ْن أَن ٍَس قَا َل قَا َل الن‬
ُ ‫اس يَا َر‬ َ
‫(رواه‬.» ‫ال َما ٍل‬ ْ ‫طا ِلبُنِى ِب َم‬
َ ‫ظلَ َم ٍة فِى دَ ٍم َو‬ َ ُ‫ْس أ َ َحدٌ مِ ْن ُك ْم ي‬ َ َّ ‫الر ِاز ُق َوإِنِى أل َ ْر ُجو أ َ ْن أ َ ْل َقى‬
َ ‫َّللا َولَي‬ َّ ‫ط‬ُ ‫ض ْالبَا ِس‬
ُ ِ‫سع ُِر ْال َقاب‬َ ‫ْال ُم‬
)‫أبو داود‬

Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata: Orang-orang berkata, ‚Wahai Rosulullah, harga
telah naik, maka tetapkanlah harga untuk kami.‛ Lalu Rosulullah SAW bersabda, ‚
sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang
memperluas, dan aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari
kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta‛. (HR. Abu
Dawud).1
2. Hadits Tentang Memerdekakakan Budak
ُ‫سلَّ َم َم ْن أ َ ْعت َقَ ش ِْر ًكا لَهُ فِي َم ْملُوكٍ فَعَلَ ْي ِه ِعتْقُهُ ُكلُّه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن ُه َما قَا َل َر‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع َم َر َر‬ ُ ‫ع ْن اب ِْن‬َ
)‫عدْ ٍل فَأ ُ ْعتِقَ مِ ْنهُ َما أَ ْعت َقَ (متفق عليه‬ َ ‫إِ ْن َكانَ لَهُ َما ٌل يَ ْبلُ ُغ ث َ َمنَهُ فَإِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ َما ٌل يُقَ َّو ُم‬
َ َ‫علَ ْي ِه قِي َمة‬
Artinya: Dari Ibnu umar - semoga Allah meridhai keduanya - Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang membebaskan hak kepemilikan budak yang dimiliki secara berserikat,
maka wajib baginya membebaskan semuanya jika dia memiliki uang sebanyak
jumlah harga budaknya. Jika dia tidak memiliki harta, maka budak ditaksir secara
adil, sehingga yang telah dibebaskannya telah bebas. (HR. Bukhari ).
B. Takhrij Hadits
Menurut Mahmud al-Thahhan: Takhrij adalah (usaha) menunjukkan letak asal
hadist pada sumbersumbernya yang asli yang didalamnya telah dicantumkan sanad hadits
tersebut (secara lengkap), serta menjelaskan kualitas hadist tersebut jika kolekter
memandang perlu.2
Menurut Nawir Yuslem: Hakekat takhrij adalah penelusuran atau pencaraian hadist
pada berbagai kitab hadist sebagai sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan
secara lengkap matan dan sanad Hadist.

1
Muhammad Yusuf Qardhawi,(Halam & Haram dalam Islam, bina ilmu 2009)Hlm, 354.
2
Mahmud al-Thahhan, (Ushul al-Takhrij Wa dirasatu al-Asanid, Riyadh, Maktabah al-Ma’arif, 1978), hal 10
Menurut M. Syuhudi Isma’il: Takhrij Alhadist adalah penelusuran atau pencaraian
Hadist pada berbagai kitab sumber asli dari hadist yang bersangkutan, yang didalam
seumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadist yang bersangkutan3
Dari defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa takhrij hadist adalah usaha
menemukan matan dan sanad hadist secara lengkap dari sumber-sumbernya yang asli
yang dari situ akan bisa diketahui kualitas suatu hadist baik secara lansung karena sudah
disebutkan oleh kolektornya maupun melalui penelitian selanjutnya.
1. Hadits pertama
HR. Abu daud dalam kitab al-ijarot, BAB at-tasaidi , Jus 3, hlm.272
HR. At-Tarmidzi dalam kitab al-buyuk, BAB maja afi fi attasa’idi, Jus 3 hlm.202
HR. ibnu majah dalam kitab at-ijarat, bab mimkarohi an-yasa’addhu, Jus 2 hlm.742
2. Hadits Pertama
HR. Bukhari, kitab al-ngataqu bab idza a’taku ngaibada, jus 2 hlm 893
C. Kosa Kata
1. Hadits pertama
َ ‫ْال ُم‬
harga = ‫سع ُِر‬
ُ ‫ْالقَا ِب‬
Memegang/menetapkan = ‫ض‬
َ ُ‫ي‬
Menuntut = ُ‫طالِب‬
Darah = ‫دَ ٍم‬
Uang/harta = ‫َما ٍل‬
2. Hadits kedua
Dimiliki = ٍ‫َم ْملُوك‬
Harganya/harga = ُ‫ثَ َمنَه‬
Uang = ‫َما ٌل‬
Lepaskan = ُ‫ِعتْقُه‬
Bebaskan/lepaskan = َ‫ْعت َق‬
D. Asbab al-warud
1. Hadits pertama
Naiknya harga barang telah terjadi sejak pada zaman Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam, seperti yang telah disebutkan dalam hadist shahih di atas.

Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad ‘Alawi al-Maliki (tt. 83),


peristiwa kenaikan harga yang melatar belakangi munculnya hadis tersebut terjadi

3
Nawir Yuslem, Ulumul Hadist, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1997), hlm 1395
pada tahun 8 H (629 M). Keadaan yang demikian tentu sangat memberatkan
masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan pokok mereka sehari-hari,
sehingga para sahabat mengadu kepada Rasulullah saw. dan mengusulkan agar
beliau mau mengatur harga barang-barang sesuai dengan kemampuan daya beli
mereka. Lalu apa jawaban Rasulullah? Beliau bersabda:

sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang


memperluas, dan aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari
kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta.

Ulama fiqih menyatakan bahwa kenaikan harga yang terjadi di zaman


Rasulullah saw tersebut bukanlah karena tindakan sewenang-wenang dari para
pedagang, tetapi karena memang komoditas yang ada terbatas. Sesuai dengan hukum
ekonomi apabila stok terbatas, maka wajar barang tersebut naik. Oleh sebab itu,
dalam keadaan demikian Rasulullah saw tidak mau campur tangan membatasi harga
komoditas tersebut.4

2. Hadits kedua
Perbudakan sudah ada jauh sebelum adanya agama Islam. Jauh sebelum nabi
Muhammad SAW dilahirkan di Makkah, manusia di berbagai penjuru telah
mengenal perbudakan manusia. Perbudakan bukan sekedar masalah manusia
menindas manusia, namun perbudakan adalah sebuah sistem hukum, sistem ekonomi
dan juga sistem sosial yang berlaku.
Budak dan perbudakan atau milkul yamin bertentangan dengan semangat
kemanusiaan yang dibawa oleh Islam itu sendiri. Bagi Islam, setiap manusia
dilahirkan dalam keadaan merdeka sebagai kemuliaan dan anugerah besar Ilahi. Jadi,
status merdeka setiap manusia merupakan fitrah dari Allah SWT. Namun, situasi
sosial dan politik tertentu menempatkan mereka dalam sel gelap perbudakan.
Islam selain tidak mengakui sistem perbudakan, juga membawa semangat anti
perbudakan. Islam secara bertahap menganjurkan umat manusia untuk mengikis
perbudakan hingga tuntas.
Semangat pembebasan budak salah satunya tercantum dalam Surat An-Nur
ayat 33. Pada Surat An-Nur ini, Islam menuntut umat Islam untuk memudahkan izin

4
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), (Jakarta: Gema
Insani, 2003), 90.
dan membantu budak-budak mukatab yang menginginkan kitabah untuk menunaikan
kewajiban pembebasannya. Mukatab atau kitabah adalah budak yang menginginkan
kebebasan dengan menebus sejumlah uang tertentu kepada majikannya.
Firman Allah Surah An-Nur ayat 33 yang Artinya, “Budak-budak milikmu
yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika
kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan oleh-Nya kepadamu,” (Surat An-Nur
ayat 33).
Semangat pembebasan budak yang disuarakan Al-Qur’an merupakan akhlak
Islam yang tiada tara. Dalam sejarah kemanusiaan, semangat pembebasan budak ini
merupakan angin segar kemanusiaan yang memberikan perubahan pada sistem
kepemilikan

E. Penjelasan Hadits
1. Hadits pertama
Orang-orang berkata, ‚Wahai Rosulullah, harga telah naik, maka tetapkanlah harga
untuk kami.‛ Lalu Rosulullah SAW bersabda, ‚ sesungguhnya Allah yang
menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang memperluas, dan aku berharap
bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari kalian tidak menuntutku
karena kezhaliman dalam darah atau harta.
Dalam hadits-hadits ini disebutkan bahwa yang menentukan harga hanyalah
Allah. Alasan lain untuk tidak membolehkan penetuan harga adalah lantaran jual
beli harus disertai suka rela antara penjual dan pembeli Tirmidzi mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al
Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
kalangan mazhab Maliki dan Hanafi memperbolehkan penguasa menetapkan
harga demi menolak bahaya hal yang merugikan masyarakat jika harga yang
ditetapkan pemilik barang dagangan telah terlalu melampau harga umum. Bila
demikian keadaanya maka sah-sah saja memberlakukan penetapan harga melalui
musyawarah dengan para pakar demi menjaga kemaslahatan umum.5
2. Hadits kedua

5
Abu Malik Kamal Bin Assayid Salim,( Sahih Fiqih Sunnah Waadilatuhu
Watauhid Madzahib Al-Immah, terj. Saheh Fiqih Sunnah,Khairul Amru
Harahap, cet, Jakarta: Pustaka Azzamh 2007). hlm 520
Perbudakan sendiri sudah ada ketika sebelum agama Islam berkembang.
Setelah Islam datang, Islam mencoba untuk menghilangkan tradisi perbudakan ini
dengan berbagai cara. Kita ketahui budak diperlakukan tidak sebagai mana manusia
mestinya. Para budak diseluruh dunia, di kekaisaran Romawi, India, Persia, Cina dan
lain sebagainya mendapatkan perlakuan biadab dan tindak manusiawi. Islam telah
“mengeringkan” semua sumber perbudakan klasik kecuali satu sumber yang memang
tidak dapat dikeringkan waktu itu yaitu perbudakan akibat peperangan. Sebagai mana
yang akan di jelaskan sebagai berikut.
“Dari Ibnu ‘Umar radliyallahu ‘anhuma, me- ngatakan: Rasulullah Saw berkata
: “Barang siapa memerdekakan (melepaskan) hak kepemilikannya atas seorang
budak (yang dirniliki beberapa orang), jika ia memiliki harta melebihi harga budak
tersebut, maka nilai budak itu akan diselesaikan secara adil, para pemilik lainnya
akan diberi haknya dan si budak akan dibebaskan; namun jika tidak, maka budak itu
akan terbebaskan dengan sebagian harga pembebasan (yang mampu dilakukan oleh
pembebas) (HR. Bukhari).
Dan Jika seorang Muslim tidak memiliki harta, tapi ingin memerdekakan budak
dengan melepaskanhaknya, maka budak tersebut tidak boleh diperkerjakan dengan
pekerjaan yang berat.
F. Hubungan Hadits Dengan Teori Ekonomi
1. Hadits pertama
Sebagaimana hadits yang ada di atas memang berkaitan erat dengan ekonomi,
Dalam ekonomi tidak terlepas dengan perdagangan kita mengenal dengan istilah
harga, penentuan harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan
perdagangan. Harga menjadi sangat penting diperhatikan, mengingat harga
menentukan laku tidaknya suatu produk dalam perdagangan. Salah dalam menentukan
harga akan berakbat fatal dalam produk yang ditawarkan nantinya. Harga merupakan,
satu-satunya unsur dalam perdagangan yang menghasilkan keuntungan dan
pendapatan
Teori harga dalam Islam pertama kali terlihat dalam hadist di atas yang
menceritakan bahwa ada sahabat yang mengusulkan kepada Nabi untuk menetapkan
harga dipasar, Rosulullah menolak tawaran itu dan mengatakan bahwa harga dipasar
tidak boleh ditetapkan , karna Allah-lah yang menentukannya, sungguh menakjubkan
teori Nabi tentang harga dan pasar. Kekaguman ini karna ucapan Nabi SAW, itu
mengandung pengertian bahwa harga pasar itu sesuai dengen kehendak Allah.
Menurut pakar Ekonomi kontemporer teori inilah yang diadopsi oleh Bapak
Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teorinya invisible hands, menurut teori ini
pasar akan diatur oleh tangan – tangan tidak kelihatan, oleh karna itu harga disebut
berdasarkan dengan teori permintaan dan penawaran.
2. hadits kedua
Di antara hikmah diharamkannya praktek riba di masa nabi adalah agar tidak
ada orang yang terbelit rentenir lalu karena tidak bias membayar, akhirnya dirinya
atau anaknya dijadikan budak sebagai tebusan.
Praktek riba diharamkan karena di masa itu riba adalah salah satu pintu masuk
yang utama terjerumusnya manusia ke dalam perbudakan. Kalau diurutkan ke asal
muasalnya, di Mekkah terdapat begitu banyak budak yang dulunya orang merdeka.
Namun karena sistem ekonomi yang ribawi akhirnya begitu banyak orang jatuh ke
dalam perbudakan.
Banyak sekali sebab yang membuat seseorang menjadi budak salah satunya
adalah: Jual Beli, jual beli adalah cara yang paling banyak membuat orang menjadi
budak. Orang yang mendapat himpitan ekonomi, politik, sosial dan agama dapat
menjual dirinya kepada orang yang membutuhkan dan sekaligus menjadi budak
untuk sang pembeli. Kondisi seperti ini membuat perdagangan budak menjadi bisnis
yang sangat menggiurkan.
Datangnya islam bukan semata untuk menghapuskan perbudakan, melainkan
juga mencabut akar penyebab utamanya yaitu riba.
G. Fiq hadits
Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga ini tidak
dijumpai di dalam al-Qur‘an. Adapun dalam hadits Rasulullah saw, dijumpai beberapa
riwayat yang menurut logikanya dapat diinduksikan bahwa penetapan harga itu
dibolehkan dalam kondisi tertentu. Faktor dominan yang menjadi landasan hukum at-
tas‘ir al-jabbari, menurut kesepakatan para ulama fiqh adalah al-maslahah al-mursalah
(kemaslahatan).6 Sebagai bahan pertimbangan maka penulis memberikan konsep
pemikiran tokoh – tokoh islam yaitu sebagai berikut :
1. Penetapan Harga Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun membagi jenis barang menjadi dua jenis, yaitu barang kebutuhan pokok
dan barang pelengkap. Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan selanjutnya

6
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 2003)
hal..,91
populasinya bertambah banyak (kota besar), maka pengadaan barang-barang
kebutuhan pokok akan mendapat prioritas pengadaan. Akibatnya, penawaran
meningkat dan ini berarti turunnya harga. Ibnu Khaldun juga menjelaskan tentang
mekanisme penawaran dan permintaan dalam menentukan harga keseimbangan.
Secara lebih rinci, ia menjabarkan pengaruh persaingan diantara konsumen untuk
mendapatkan barang pada sisi permintaan. Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari
hukum permintaan dan penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah
harga emas dan perak, yang merupakan standar moneter. Semua barang-barang lain
terkena fluktuasi harga yang tergantung pada pasar. Bila suatu barang langka dan
banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang berlimpah maka harganya
akan rendah.
2. Penetapan Harga Abu Yusuf
Pembentukan harga menurut menurut Abu Yusuf. Abu Yusuf adalah seorang mufti
pada kekhalifahan Harun al-Rasyid. Dalam kitabnya Al-Kharaj, buku pertama tentang
sistem perpajakan dalam Islam. Dan Abu Yusuf tercatat sebagai sebagai ulama
terawal yang mulai menyinggung mekanisme pasar. Abu Yusuf menyatakan, tidak
ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada
batasan yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena
melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan kelangkaan makanan.
abu Yusuf berpendapat harga tidak bergantung pada penawaran saja, tetapi juga
bergantung pada kekuatan permintaan. Karena itu, peningkatan atau penurunan harga
tidak selalu berhubungan dengan penurunan atau peningkatan produksi. Abu yusuf
menegaskan bahwa ada beberapa variable lain yang mempengaruhi, tetapi dia tidak
menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi, variable itu adalah pergeseran dalam permintaan
atau jumlah uang yang beredar di suatu negara, atau penimbunan dan penahanan
barang atau semua hal tersebut.

3. Penetapan Harga Al-Ghazali


Al-Ghazali pernah berbicara mengenai ‚harga yang berlaku‛, seperti yang ditentukan
oleh praktik-praktik pasar, sebuah konsep yang kemudian hari dikenal sebagai at-
tsaman al ‘adil (harga yang adil) dikalangan ilmuwan muslim atau equilibrium price
(harga keseimbangan) di kalangan ilmuwan kontemporer. Al Ghazali juga
memperkenalkan teori permintaan dan penawaran; jika petani tidak mendapatkan
pembeli, ia akan menjualnya pada harga yang lebih murah, dan harga dapat
diturunkan dengan menambah jumlah barang di pasar. Ghazali juga memperkenalkan
elastisitas permintaan, ia mengidentifikasi permintaan produk makanan adalah
inelastic, karena makanan adalah kebutuhan pokok. berkaitan dengan ini, ia
menyatakan bahwa laba seharusnya berkisar antara 5 sampai 10 persen dari harga
barang. 7
‘Itq secara bahasa artinya merdeka dan bebas, secara syara’ ‘itq artinya
membebaskan budak dari perbudakan dan menyingkirkan kepemilikan terhadapnya
serta menetapkan kebebasan baginya.
H. Kesimpulan
Dari uraian hadits pertama diatas dapat diambil kesimpulan yaitu penetapan
harga dalam ekonomi islam boleh-boleh saja namun dengan mempertimbangkan aspek
kemaslahatan umat. demi untuk mencegah dampak negatifnya terhadap mekanisme pasar
dan kemudian berpengaruh di kehidupan masyarakat untuk itu penetapan harga
diperlukan.
Dari uraian hadist kedua diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa, islam tidak
merestui perbudakan dan tidak ada satu nas pun dalam teks-teks keislaman yang
menunjukan hal itu. Kalaupun ada nas yang menyinggung budak, maka itu adalah upaya
islam untuk menghabiskan perbudakan.
Di saat munculnya islam, perbudakan sudah merupakan masalah umum yang
berlaku di hampir semua belahan dunia, banyak penyebab terjadinya perbudakan salah
satunya adalah faktor Ekonomi.

7
Eka Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, (Prinsip Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2014), 223.
Daftar Pustaka
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, Jakarta: Gema
Insani, 2003),
Muhammad Yusuf Qardhawi,(Halam & Haram dalam Islam, bina ilmu 2009).
Abu Malik Kamal Bin Assayid Salim,( Sahih Fiqih Sunnah WaadilatuhuWatauhid Madzahib
Al-Immah, terj. Saheh Fiqih Sunnah,Khairul Amru Harahap, cet, Jakarta: Pustaka
Azzamh 2007).
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), (Jakarta: Gema
Insani, 2003)
Eka Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, (Prinsip Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana,
2014),
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani,
2001)

Anda mungkin juga menyukai