Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PARADIGMA SERTIFIKASI HALAL BAGI UKM DAN UMKM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Produk Halal Syariah
Dosen Pengampu : Ahmad Jiwa, ME.Sy

Disusun Oleh Kelompok 9 ;


Muhammad Aditya J.K (2108203128)

Sevira Nuraiza (2108203139)

Eva Ameliati (2108203146)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH D/4

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul “Paradigma Sertifikasi Halal Bagi UKM dan UMKM ”. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Manajemen Produk Halal.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini hingga selesai.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada:

1. Bapak Ahmad Jiwa, ME, Sy. selaku dosen pegampu atas bimbingan dan tugas yang
diberikan.
2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak
kesalahan serta kekurangan.Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Cirebon, 16 MEI 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................i

Daftar Isi ................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

A.Latar belakang ....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan Masalah ............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3

A. Pentingnya sertifikasi halal bagi UKM dan UMKM ........................................................3

B. Proses sertifikasi halal bagi UKM dan UMKM ................................................................6

C. Kendala yang dihadapi UKM dan umkm dalam proses sertifikasi halal ..........................8

D. Dampak dari sertifikasi halal bagi UKM dan UMKM .....................................................9

E. Strategi UKM dan umkm dalam memanfaatkan sertifikasi halal .....................................10

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................12

A. Kesimpulan .......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di Indonesia, makanan halal merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi mayoritas
masyarakat Muslim. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia
memiliki pasar halal yang besar dan potensial untuk tumbuh lebih besar lagi. Oleh karena itu,
sertifikasi halal sangat penting bagi produsen makanan dan minuman agar produk mereka dapat
diterima oleh konsumen Muslim.

Jaminan penyelenggaraan produk halal juga bertujuan memberikan kenyamanan,


keamanan, keselamatan dan kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam
mengkonsumsi dan menggunakan produk. Tujuan adanya perlindungan terhadap produk halal
tersebut menjadi sangat penting, dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pangan, obat-obatan, dan kosmetik berkembang menyesuaikan dengan perkembangan
zaman. Sesuai amanat UU No 33 tahun 2014 pasal 4 : “Setiap produk yang masuk, beredar,
dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal1”.

Namun, proses sertifikasi halal sering menjadi kendala bagi UMKM atau UKM.
Padahal, UMKM/UKM memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun 2020 terdapat sekitar 64 juta
UMKM/UKM di Indonesia, yang memberikan kontribusi sebesar 61% terhadap PDB dan
menyerap 97% tenaga kerja di sektor non-agrikultur. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah
dan lembaga terkait untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada UMKM/UKM dalam
memperoleh sertifikasi halal.

Dalam hal ini, paradigma sertifikasi halal bagi UMKM/UKM perlu dikembangkan.
Paradigma ini harus mempertimbangkan keterbatasan sumber daya dan pengetahuan yang
dimiliki oleh UMKM/UKM, serta harus memberikan solusi yang terjangkau dan efektif untuk
memperoleh sertifikasi halal. Dengan adanya paradigma sertifikasi halal yang tepat bagi
UMKM/UKM, diharapkan dapat meningkatkan jumlah produsen makanan halal di Indonesia,
serta meningkatkan daya saing UMKM/UKM dalam pasar domestik dan internasional.

1
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Sinar Grafika, 2009), h.17
1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian sertifikasi halal dan mengapa hal tersebut penting bagi UKM dan
UMKM?
2. Bagaimana proses sertifikasi halal bagi UKM dan UMKM dilakukan?
3. Apa saja kendala yang dihadapi UKM dan UMKM dalam proses sertifikasi halal?
4. Apa dampak dari sertifikasi halal bagi UKM dan umkm ?
5. Bagaimana strategi UKM dan UMKM dalam memanfaatkan sertifikasi halal ?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui maksud dari sertifikasi halal dan pentingnya bagi UKM dan
UMKM
2. Untuk mengetahui proses sertifikasi halal yang dilakukan UKM dan UMKM
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi UKM dan UMKM
4. Untuk mengetahui dampak dari sertifikasi halal bagi UKM dan UMKM
5. Untuk mengetahui strategi UKM dan UMKM dalam memanfaatkan sertifikasi halal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sertifikasi Halal Serta Pentingnya Sertifikasi Halal Bagi UKM dan UMKM

1. Sertifikasi Halal

Produk yang beredar di Indonesia sangat beraneka ragam baik produk lokal maupun
produk impor dari luar negeri. Pada setiap produk tersebut perlu adanya penanda halal untuk
memudahkan konsumen dalam memilih produk halal. Oleh karena itu perlu adanya sertifikasi
dan labelisasi produk dalam memberikan jaminan produk halal kepada masyarakat khususnya
warga muslim. 2Sertifikasi dan labelisasi merupakan dua hal yang berbeda namun saling
memiliki keterkaitan. Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal
melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi dan Sistem Jaminan
Halal (SJH) memenuhi standar LPPOM MUI. Pasca Implementasi Undang-undang Jaminan
Produk Halal Nomor 33 tahun 2014, Sertifikasi halal didefinisikan sebagai pengakuan
kehalalan suatu produk yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa tertulis yang
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.3Di Indonesia lembaga yang otoritatif
melaksanakan Sertifikasi Halal sebelum berlakunya UU JPH yang dilaksanakan secara
voluntary adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara teknis ditangani oleh Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM).4

Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan
produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal.
Kegiatan labelisasi halal dikelola oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
Undang – Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang merupakan ketentuan payung
tentang pangan memuat kewajiban pencantuman label pada pangan yang dikemas minimal
enam unsur, dimana unsur yang satunya adalah keterangan tentang halal. Keterangan atau label

2
Afroniyati, Lies, 2014. “Analisis Ekonomi Politik Sertifikasi Halal Oleh Majelis Ulama Indonesia”. JKAP
(Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik). Vol 18 (1): 37-52. https://doi.org/10.22146/jkap.6870
3
Putra, Panji Adam Agus, 2017. “Kedudukan Sertifikasi Halal Dalam Sistem Hukum Nasional Sebagai Upaya
Perlindungan Konsumen Dalam Hukum Islam,” Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah. Vol.1(1):
150-165
4
LPPOM MUI, (2008). Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM MUI. Jakarta: Lembaga Pengkajian
Pangan Obat-Obatan Dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia.
3
halal pada suatu produk dapat menjadi acuan bagi konsumen Muslim untuk memilih dan
membeli produk tersebut.5

Sertifikasi produk halal merupakan serangkaian proses yang harus dilalui pelaku usaha
baik perseorangan ataupun badan usaha berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum
untuk mendapatkan sertifikat halal. Sertifikat halal diperoleh melalui beberapa tahapan
pemeriksaan untuk membuktikan bahwa bahan baku, proses produksi, dan sistem jaminan halal
produk pada suatu perusahaan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan LPPOM MUI.
(LPPOM MUI, 2008). Sertifikasi dilakukan dengan melakukan serangkaian pemeriksaan yang
dilakukan oleh auditor yang kompeten dibidangnya untuk kemudian ditetapkan status
kehalalannya. Apabila syarat-syarat halal terpenuhi, maka produsen bisa mendapatkan
sertifikat halal untuk produknya. Sertifikat halal ini kemudian digunakan oleh produsen sebagai
syarat untuk dapat mencantumkan label halal dan nomor registrasi halal pada kemasan produk.
Label halal inilah yang biasanya digunakan oleh pelaku usaha dalam rangka memenuhi
kewajiban mereka untuk memberikan informasi kepada konsumen mengenai kehalalan
produknya. Label ini berfungsi untuk menunjukkan kepada konsumen bahwa produk tersebut
merupakan produk berstatus halal. 6

Pasca berlakunya UU No.33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH) dan
PP No. 31 Tahun 2019 tentang JPH berimplikasi berubahnya sistem prosedur dan registrasi
sertifikasi halal dari bersifat sukarela (voluntary) menjadi wajib (mandatory) mulai 17 Oktober
2019. Selain itu, UU JPH melahirkan badan baru bernama Badan Penyelenggara Jaminan
Produk Halal (BPJPH) di bawah Kementerian Agama. UU JPH ini mengamanatkan terhitung
17 Oktober 2019, semua produk wajib bersertifikat halal oleh BPJPH. Sebelum PP JPH terbit,
proses sertifikasi halal masih dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Namun setelah
PP JPH terbit, maka kewenangan penerbitan sertifikasi halal berada sepenuhnya di BPJPH
selaku leading sector jaminan produk halal. Berdasarkan UU JPH 2014 dan PP 2019, BPJPH
menggantikan peranan LPPOM MUI dalam proses sertifikasi halal namun perubahan tersebut
tidak disertai kesiapan BPJPH sehingga berpotensi menghambat proses sertifikasi halal yang
selama ini sudah berjalan. Untuk menghindari hal tersebut maka Menteri Agama mengeluarkan
Keputusan Menteri Agama RI No. 982 tahun 2019 mengenai layanan sertifikasi halal. Isi
keputusan tersebut menegaskan bahwa dalam menyelenggarkan pelayanan sertifikasi halal

5
Sari, Desi Indah, 2018. “Perlindungan Hukum Atas Label Halal Produk Pangan Menurut Undang-Undang.”
Repertorium: Jurnal Ilmiah Hukum Kenotariatan. Vol. 7(1): 1-14
6
Faridah, HD, 2019. “Sertifikasi Halal Di Indonesia: Sejarah, Perkembangan, Dan Implementasi.” Journal of
Halal Product and Research. Vol. 2(2): 68-78.
4
BPJPH akan bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam hal penetapan fatwa
kehalalan produk dan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetik MUI
(LPPOM-MUI) dalam hal pemeriksaan dan pengujian kehalalan produk.

2. Pentingnya Sertifikasi Halal Bagi UKM dan UMKM

Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia telah menjadi penompang perekonomian
dalam persaingan pasar global. Dalam hal ini, perlu adanya standarisasi produk halal yang
diproduksi oleh para pelaku usaha melalui pendampingan Proses Produk Halal (PPH).
Sertifikasi halal sangat penting bagi pelaku usaha. Hal tersebut untuk meningkatkan
kepercayaan konsumen terhadap produk yang dijual.

Berdasarkan regulasi Jaminan Produk Halal (JPH) setelah terbitnya UU 11/2020


tentang Cipta Kerja dan PP No. 39/2021 tentang Penyelenggaraan Bidang JPH, pelaksanaan
sertifikasi halal di Indonesia dituntut untuk lebih cepat dari sebelumnya. Menurut Undang-
Undang JPH, selambat-lambatnya pada 17 Oktober 2024 semua produk dimasukkan,
diedarkan, dan diperdagangkan di Indonesia wajib bersertifikasi halal.

Kementerian Agama baru-baru ini juga meluncurkan program Sertifikasi Halal Gratis
atau Sehati yang diperuntukkan bagi pelaku UMK. Sebagian besar pelaku UMK belum
memiliki sertifikasi halal. Melalui sertifikasi halal gratis ini, diharapkan makin banyak UMK
yang bisa menembus pasar halal global.7

Hal Ini menunjukan bahwa pemerintah serius dalam memajukan perkembangan produk
halal, terutama di sektor UMK. Sebagai sektor usaha di tengah masyarakat, UMK memang
memiliki peran besar di Indonesia. Sertifikasi halal penting bagi UKM dan UMKM karena
dapat memberikan nilai tambah dan daya saing produk, meningkatkan kepercayaan konsumen,
serta membuka peluang pasar domestik maupun ekspor. 8Dengan sertifikat halal, produk UKM
dan UMKM dapat menunjukkan bahwa produknya telah sesuai dengan standar kehalalan yang
diakui oleh pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan konsumen, khususnya yang beragama Islam, untuk membeli dan mengonsumsi
produk tersebut. Selain itu, sertifikat halal juga dapat membantu produk UKM dan UMKM
untuk menembus pasar global, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduknya

7
https://linkumkm.id/news/detail/12569/pentingnya-sertifikasi-halal-bagi-pelaku-umkm
8
https://babelprov.go.id/berita_detil/pentingnya-sertifikasi-halal-bagi-pelaku-umkm
5
beragama Islam. Dengan demikian, sertifikasi halal dapat meningkatkan omset dan
kesejahteraan pelaku UKM dan UMKM.

Dengan memiliki sertifikat halal, produk UMKM akan lebih diterima di pasaran,
terutama di kalangan konsumen Muslim yang membutuhkan produk halal baik di pasar
domestik maupun internasional. Selain itu sertifikat halal dapat meningkatkan kepercayaan
konsumen, melalui sertifikat halal bahwa produk UMKM telah melewati proses pengujian dan
verifikasi yang ketat untuk memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan halal dan sesuai
dengan standar kehalalan yang ditetapkan.

Sertifikasi halal pada produk perlu dilakukan karena untuk menjamin dan memastikan
kepada masyarakat bahwa produk yang diproduksi benar-benar halal untuk dikonsumsi. Hal
tersebut juga sebagai upaya pemerintah dalam rangka memberikan fasilitas bagi masyarakat
untuk menjalankan perintah sesuai dengan syariat.

B. Proses Sertifikasi Halal Bagi UKM dan UMKM

Pengajuan sertifikasi halal dapat dilakukan melalui dua cara yakni permohonan secara
langsung melalui BPJPH atau Satgas Halal di daerah dan secara elektronik menggunakan
Sistem Informasi Halal (SI-HALAL).

1. Dokumen yang perlu disiapkan


• Data pelaku usaha
Terdiri dari NIB (nomor induk berusaha), jika tidak ada dapat dibuktikan dengan surat
izin lainnya (NPWP, SIUP, IUMK, IUI, NKP dll).
• Nama & jenis produk
Nama dan jenis produk harus sesuai dengan nama dan jenis produk yang disertifikasi
halal.
• Data produk & bahan yang digunakan
Terdiri dari bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong.
• Pengolahan produk
Dijabarkan mulai dari pembelian, pengolahan, penyimpanan bahan yang digunakan,
pengolahan, penyimpanan, dan distribusi.

6
• Dokumen sistem jaminan produk halal9

2. Mendaftar melalui portal halal.go.id


Proses pendaftaran dilakukan secara online melalui laman https://ptsp.halal.go.id. Lakukan
registrasi terlebih dahulu dengan menggunakan email aktif.
Kemudian login dengan email yang tadi didaftarkan. Isikan asal pelaku usaha, (dari luar
negeri, dalam negeri, atau instansi pemerintahan). lalu isikan NIB di kolom yang tersedia.
Kemudian ikuti instruksi pendaftaran yang ada di laman tersebut.

3. Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen oleh BPJPH


Setelah melakukan pendaftaran, selanjutnya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
(BPJPH) akan melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen pelaku usaha dan menetapkan
Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang akan menguji kehalalan produk. Proses ini dilakukan
dalam kurun waktu dua hari kerja.

4. Pengujian Kehalalan Produk oleh LPH


Selanjutnya Lembaga Pemeriksa Halal akan melakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap
kehalalan produk yang didaftarkan, proses pengujian ini biasanya dilakukan selama 15 hari
kerja.

5. Penetapan Kehalalan Produk oleh MUI


Apabila lolos pemeriksaan dan pengujian produk, maka tahap selajutnya adalah Majelis
Ulama Indonesia (MUI) akan menetapkan kehalalan produk melalui Sidang Fatwa Halal.
Proses ini berlangsung selama 3 hari kerja.

6. Penerbitan Sertifikat Halal


Langkah terakhir adalah Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal akan menerbitkan
sertifikat halal. Proses ini biasanya terjadi dalam waktu yang singkat yaitu satu hari kerja. 10

9
Mekanisme Pengajuan Sertifikasi Halal bagi UMKM (sobatpajak.com)
10
Mohammad, M. F. M. (2021). Pengaturan Sertifikasi Jaminan Produk Halal Di Indonesia. KERTHA
WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. 15(2). Pp 149-157.
https://doi.org/10.22225/kw.15.2.2021.149- 157
7
C. Kendala Yang Dihadapi UKM dan UMKM Dalam Proses Sertifikasi Halal

Beberapa kendala yang dihadapi UKM dan UMKM dalam proses sertifikasi halal adalah:

1. Ketersediaan anggaran untuk sertifikasi, karena biaya sertifikasi halal masih dianggap
mahal oleh sebagian pelaku UKM dan UMKM.
2. Pengetahuan dan pemahaman tentang halal dan proses sertifikasi halal, karena masih
banyak pelaku UKM dan UMKM yang kurang memahami persyaratan dan regulasi
sertifikasi halal, serta cara menerapkan sistem jaminan halal di perusahaannya. Hal ini
dapat menyebabkan UKM/UMKM kesulitan dalam mengurus sertifikasi halal
3. Ketersediaan dokumen pendukung yang cukup, karena sebagian pelaku UKM dan
UMKM kesulitan mendapatkan dokumen pendukung seperti sertifikat halal dari bahan
baku, kemasan, dan lain-lain.
4. Kesulitan memenuhi persyaratan: Persyaratan untuk sertifikasi halal cukup ketat dan
detail. Beberapa UKM dan UMKM mungkin kesulitan dalam memenuhi persyaratan
ini, terutama jika mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya dalam proses
sertifikasi halal.
5. Kesiapan fasilitas produksi yang memenuhi standar kehalalan, karena sebagian pelaku
UKM dan UMKM belum memiliki fasilitas produksi yang terpisah antara produk halal
dan non-halal, atau belum memiliki sanitasi yang baik
6. Kurangnya dukungan dan informasi: UKM dan UMKM mungkin kesulitan
mendapatkan dukungan dan informasi yang mereka butuhkan untuk mengurus
sertifikasi halal. Mereka mungkin tidak tahu ke mana harus pergi untuk mendapatkan
bantuan atau informasi tentang proses sertifikasi halal.
7. Kurangnya standar produksi halal: Beberapa UKM dan UMKM mungkin menghadapi
kendala dalam memproduksi barang halal yang memenuhi standar yang ditetapkan.
Bahan baku yang digunakan, proses produksi, atau pengemasan mungkin tidak
memenuhi persyaratan halal yang ketat.
8. Masalah terkait branding: Terkadang, UKM dan UMKM mungkin menghadapi
masalah dalam mempromosikan produk halal mereka ke pasar karena kurangnya brand

8
awareness dan daya tarik produk. Produk halal yang tidak memiliki branding yang kuat
dapat sulit untuk dikenal dan dibeli oleh konsumen.11

D. Dampak Dari Sertifikasi Halal Bagi UKM dan UMKM

Sertifikasi halal dapat memberikan dampak positif bagi UKM dan UMKM, antara lain:

1. Meningkatkan kepercayaan konsumen: Dengan memperoleh sertifikasi halal, produk UKM


dan UMKM akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen Muslim yang memperhatikan
kehalalan produk. Hal ini dapat meningkatkan loyalitas konsumen dan membuka peluang
pasar baru bagi UKM dan UMKM.12
2. Produk Terjamin Kualitasnya
Sebagai pelaku bisnis UMKM, kualitas produk yang mumpuni sangat diperlukan agar
mampu bersaing di pasar yang besar seperti di Indonesia. Kepemilikan sertifikat halal
terhadap produk dapat menjadi penjamin bahwa produk yang dijual merupakan produk
yang berkualitas. Untuk memiliki sertifikat halal, produk Anda akan melalui serangkaian
proses kendali mutu yang dilakukan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).
3. Memiliki Unique Selling Point
Unique selling point merupakan salah satu strategi pemasaran agar produk yang dijual
memiliki nilai lebih dibanding kompetitor. Apabila sudah mengantongi sertifikat halal,
tentu produk Anda lebih terjamin dan memiliki kualitas yang mumpuni dibandingkan
kompetitor yang tidak memilikinya.
4. Menjangkau Pasar yang Lebih Luas Di era serba mudah kini, bukan tidak mungkin apabila
produk UMKM dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan global. Tentu, dengan
kepemilikan sertifikasi halal ini menjadi nilai tambah bagi Anda yang ingin produknya
menjangkau pasar yang lebih luas. Produk Anda dapat terpercaya halal dan kualitasnya
apabila mengantongi sertifikat halal untuk dipasarkan di negara atau wilayah yang
mayoritas penduduknya muslim.
5. Meningkatkan daya saing: Sertifikasi halal dapat menjadi alat untuk meningkatkan daya
saing produk UKM dan UMKM, baik di pasar domestik maupun internasional. Produk

11
Sudirman, D. A., & Nafi'ah, S. (2017). Factors affecting the halal certification process for small and medium-
sized enterprises: A review. Journal of Halal Industry & Services, 1(1), 1-11.
12
Mardani, A., & Prasetyo, A. (2019). Urgensi Sertifikasi Halal Bagi Bisnis UMKM. Jurnal Ekonomi Syariah
Teori dan Terapan, 6(5), 433-444.

9
yang sudah tersertifikasi halal akan lebih mudah diterima oleh konsumen dan memiliki nilai
lebih dibandingkan produk yang belum tersertifikasi.
6. Meningkatkan kredibilitas: Sertifikasi halal dapat memberikan kepercayaan dan
kredibilitas yang tinggi bagi UKM dan UMKM. Hal ini dapat membantu UKM dan UMKM
untuk memperluas jaringan bisnis, meningkatkan kerjasama dengan mitra bisnis, dan
meningkatkan kualitas produk dan layanan.
7. Membuka peluang pasar baru: Dengan memperoleh sertifikasi halal, UKM dan UMKM
dapat memperluas pasar produknya ke negara-negara Muslim di seluruh dunia. Hal ini
dapat membuka peluang baru untuk ekspansi bisnis dan meningkatkan omzet.
8. Meningkatkan efisiensi produksi: Proses sertifikasi halal dapat memaksa UKM dan
UMKM untuk memperbaiki kualitas dan efisiensi produksinya, sehingga dapat
meningkatkan kualitas produk dan layanan secara keseluruhan.
9. Meningkatkan omset dan kesejahteraan pelaku UKM dan UMKM, karena produk yang
bersertifikat halal dapat menarik lebih banyak konsumen dan meningkatkan penjualan

E. Strategi UKM dan UMKM Dalam Memanfaatkan Sertifikasi Halal

Beberapa cara UMKM dan UKM dapat memanfaatkan sertifikasi halal sebagai strategi
pemasaran dan meningkatkan daya saing produk mereka adalah :

1. Memperkuat branding produk halal: UMKM dan UKM dapat memperkuat branding
produk halal dengan menampilkan logo halal pada kemasan produk mereka, baik dalam
bentuk label maupun stiker. Hal ini akan membantu membedakan produk halal UMKM
dan UKM dari produk lain di pasar dan memudahkan konsumen untuk mengenali
produk halal.13
2. Memanfaatkan media sosial dan event pameran untuk mempromosikan produk yang
bersertifikat halal, karena media sosial dan event pameran dapat menjangkau konsumen
yang lebih luas dan meningkatkan kesadaran merek
3. Melakukan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen, karena
inovasi produk dapat memberikan nilai tambah dan diferensiasi produk dari pesaing

13
Ab Talib, M. S. (2017). Motivations and benefits of halal food safety certification. Journal of Islamic
Marketing, 8(4), 605–624. https://doi.org/10.1108/JIMA-08- 2015-0063
10
4. Membangun jejaring kerjasama dengan pelaku usaha lain yang memiliki sertifikat
halal, karena jejaring kerjasama dapat membantu dalam mendapatkan bahan baku,
kemasan, distribusi, dan pemasaran produk yang bersertifikat halal.
5. Memperluas jaringan distribusi: Setelah memperoleh sertifikasi halal, UMKM dan
UKM dapat memperluas jaringan distribusi produk halal mereka, baik melalui
penjualan langsung di pasar tradisional maupun melalui platform online. Dengan
memperluas jaringan distribusi, UMKM dan UKM dapat menjangkau lebih banyak
konsumen yang peduli dengan aspek halal.
6. Meningkatkan kualitas produk: Sertifikasi halal juga dapat menjadi motivasi bagi
UMKM dan UKM untuk meningkatkan kualitas produk mereka. Hal ini akan
membantu memperkuat daya saing produk halal mereka di pasar dan meningkatkan
kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut.
7. Meningkatkan kompetensi SDM: UKM dan UMKM dapat meningkatkan kompetensi
SDM dalam bidang halal, seperti memahami prinsip halal, standar halal, dan prosedur
sertifikasi halal. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas dan kehalalan
produk.14

Paradigma UKM dan UMKM Terhadap Sertifikasi Halal

Sertifikasi halal merupakan hal yang penting bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) yang bergerak di sektor makanan dan minuman. Sebelum diambil alih oleh
Kementerian Agama (Kemenag), proses sertifikasi halal sering kali dilakukan oleh lembaga
swasta. Paradigma UMKM terhadap sertifikasi halal yang diambil alih oleh Kemenag dapat
bervariasi tergantung pada perspektif dan kepentingan masing-masing UMKM. Berikut
beberapa paradigma umum yang mungkin dihadapi oleh UMKM terkait dengan sertifikasi
halal:

1. Kepercayaan dan Kepatuhan: Beberapa UMKM mungkin melihat sertifikasi halal yang
diatur oleh Kemenag sebagai jaminan kehalalan produk mereka. Mereka mempercayai

14
https://kemenag.go.id/nasional/kemenag-latih-digitalisasi-pemasaran-produk-halal-bagi-1000-umkm-di-
indonesia-w4ivge
11
proses sertifikasi yang dijalankan oleh lembaga yang diakui secara resmi dan memilih
untuk mematuhi aturan dan pedoman yang ditetapkan.

2. Peningkatan Kepercayaan Konsumen: Sertifikasi halal yang diambil alih oleh Kemenag
dapat membantu UMKM memperoleh kepercayaan konsumen, terutama dari segmen
pasar Muslim. Konsumen yang mencari produk halal cenderung memilih produk
dengan sertifikasi resmi, sehingga UMKM yang memperoleh sertifikasi halal Kemenag
dapat mengalami peningkatan daya saing.

3. Beban Biaya dan Pengurangan Kerumitan: Bagi sebagian UMKM, sertifikasi halal
yang dijalankan oleh lembaga swasta sebelumnya mungkin dianggap memakan biaya
yang tinggi dan berbelit-belit. Dengan adanya sertifikasi halal yang diambil alih oleh
Kemenag, UMKM dapat mengharapkan proses yang lebih sederhana dan biaya yang
lebih terjangkau.

4. Peningkatan Kualitas dan Standar: Sertifikasi halal yang diatur oleh Kemenag dapat
memberikan standar yang lebih jelas dan ketat bagi UMKM dalam hal kehalalan
produk. Hal ini dapat mendorong UMKM untuk meningkatkan kualitas produk dan
proses produksi mereka, sehingga menciptakan reputasi yang lebih baik di pasar.

5. Penyesuaian dan Kesulitan Implementasi: Beberapa UMKM mungkin menghadapi


tantangan dalam mengimplementasikan persyaratan sertifikasi halal yang baru. Mereka
perlu menyesuaikan proses produksi, bahan baku, atau label produk sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Kemenag. Hal ini dapat memerlukan upaya tambahan dan
perubahan dalam operasional UMKM.

Dalam keseluruhan, paradigma UMKM terhadap sertifikasi halal yang diambil alih
oleh Kemenag dapat bervariasi. Namun, banyak UMKM yang melihat sertifikasi halal sebagai
peluang untuk meningkatkan kepercayaan konsumen, memperluas pasar, dan meningkatkan
kualitas produk mereka. Meskipun ada tantangan dalam implementasi, sertifikasi halal yang
diatur oleh Kemenag dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi UMKM dalam
menghadapi persaingan pasar.

Pentingnya Sertifikasi Halal Bagi Pedagang Kaki Lima (UKM/UMKM)

Peraturan mengenai sertifikasi halal dapat bervariasi antara negara dan wilayah
tertentu. Namun, dalam banyak kasus, pedagang kaki lima atau penjual makanan jalanan juga

12
diharuskan memiliki sertifikasi halal jika mereka menjual produk makanan yang diklaim atau
ditujukan sebagai produk halal.

Sertifikasi halal pada pedagang kaki lima penting karena produk makanan yang dijual
di tempat umum memiliki potensi untuk dikonsumsi oleh berbagai kalangan, termasuk umat
Muslim yang mementingkan kehalalan makanan. Oleh karena itu, bagi pedagang kaki lima
yang ingin menarik pelanggan Muslim atau yang ingin memastikan produk mereka sesuai
dengan prinsip halal, sertifikasi halal dapat menjadi faktor penting dalam mendapatkan
kepercayaan dan meningkatkan daya saing.

Namun, perlu dicatat bahwa di beberapa negara, sertifikasi halal mungkin tidak menjadi
persyaratan wajib untuk pedagang kaki lima. Penerapan aturan terkait sertifikasi halal pada
pedagang kaki lima dapat bervariasi tergantung pada regulasi yang berlaku di masing-masing
negara atau wilayah.

Untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan sertifikasi halal, pedagang kaki


lima dapat mempertimbangkan untuk berkoordinasi dengan otoritas lokal yang mengatur
sertifikasi halal atau badan yang bertanggung jawab dalam memberikan sertifikasi halal.
Dengan demikian, mereka dapat memperoleh informasi terkini mengenai persyaratan yang
berlaku dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memperoleh sertifikasi halal jika
diperlukan.

Cara Pandang UKM dan UMKM Terhadap Sertifikasi Halal

Cara pandang UMKM terhadap sertifikasi halal dapat bervariasi tergantung pada
pemilik dan karakteristik bisnis tersebut. Beberapa UMKM mungkin melihat sertifikasi halal
hanya sebagai kebutuhan atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk memasuki pasar yang
lebih luas, terutama pasar Muslim. Mereka mungkin melihat sertifikasi halal sebagai alat untuk
menarik konsumen Muslim yang peduli dengan kehalalan makanan dan memenuhi tuntutan
pasar.

Namun, pandangan UMKM terhadap sertifikasi halal juga bisa lebih dari sekadar
kebutuhan atau kewajiban. Beberapa UMKM mungkin mengadopsi pandangan yang lebih
positif dan strategis terhadap sertifikasi halal. Mereka menyadari bahwa sertifikasi halal dapat
memberikan manfaat bisnis yang signifikan, seperti:

13
1. Meningkatkan Kepercayaan Konsumen: Sertifikasi halal dapat meningkatkan
kepercayaan konsumen, terutama di kalangan konsumen Muslim yang mengutamakan
kehalalan makanan. Dengan memiliki sertifikasi halal, UMKM dapat membangun citra
dan reputasi yang baik sebagai produsen atau penjual makanan halal.

2. Memperluas Pasar dan Peluang Bisnis: Sertifikasi halal membuka pintu bagi UMKM
untuk memasuki pasar yang lebih luas, terutama pasar Muslim lokal dan global. Hal ini
memungkinkan UMKM untuk meningkatkan penjualan, menjalin kemitraan dengan
pihak lain, dan memperluas jaringan distribusi mereka.

3. Meningkatkan Keunggulan Kompetitif: Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat,


sertifikasi halal dapat menjadi faktor diferensiasi yang membedakan UMKM dari
pesaing mereka. Sertifikasi halal dapat memberikan keunggulan kompetitif yang
signifikan dan membantu UMKM menarik perhatian konsumen yang mencari produk
halal.

Oleh karena itu, ada UMKM yang melihat sertifikasi halal sebagai peluang untuk
meningkatkan bisnis mereka, memperluas pasar, dan membangun kepercayaan
konsumen. Pandangan ini tidak hanya berfokus pada memenuhi persyaratan peraturan
UMKM, tetapi juga menggali potensi bisnis yang lebih luas yang terkait dengan
sertifikasi

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa
tahap untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi dan Sistem Jaminan Halal (SJH)
memenuhi standar LPPOM MUI. Sertifikasi halal didefinisikan sebagai pengakuan kehalalan
suatu produk yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia.

Sertifikasi halal penting bagi UKM dan UMKM karena dapat memberikan nilai tambah
dan daya saing produk, meningkatkan kepercayaan konsumen, serta membuka peluang pasar
domestik maupun ekspor. Dengan sertifikat halal, produk UKM dan UMKM dapat
menunjukkan bahwa produknya telah sesuai dengan standar kehalalan yang diakui oleh
pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan
konsumen, khususnya yang beragama Islam, untuk membeli dan mengonsumsi produk
tersebut. Selain itu, sertifikat halal juga dapat membantu produk UKM dan UMKM untuk
menembus pasar global, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam. Dengan demikian, sertifikasi halal dapat meningkatkan omset dan kesejahteraan pelaku
UKM dan UMKM.

Sertifikasi halal pada produk perlu dilakukan karena untuk menjamin dan memastikan
kepada masyarakat bahwa produk yang diproduksi benar-benar halal untuk dikonsumsi. Hal
tersebut juga sebagai upaya pemerintah dalam rangka memberikan fasilitas bagi masyarakat
untuk menjalankan perintah sesuai dengan syariat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afroniyati, Lies, 2014. “Analisis Ekonomi Politik Sertifikasi Halal Oleh Majelis Ulama
Indonesia”. JKAP (Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik). Vol 18 (1): 37-52.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Sinar Grafika, 2009), h.17

Faridah, HD, 2019. “Sertifikasi Halal Di Indonesia: Sejarah, Perkembangan, Dan


Implementasi.” Journal of Halal Product and Research. Vol. 2(2): 68-78.

LPPOM MUI, (2008). Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM MUI. Jakarta: Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-Obatan Dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia.

Mohammad, M. F. M. (2021). Pengaturan Sertifikasi Jaminan Produk Halal Di Indonesia.


KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa.

Mardani, A., & Prasetyo, A. (2019). Urgensi Sertifikasi Halal Bagi Bisnis UMKM. Jurnal
Ekonomi Syariah Teori dan Terapan.

Putra, Panji Adam Agus, 2017. “Kedudukan Sertifikasi Halal Dalam Sistem Hukum Nasional
Sebagai Upaya Perlindungan Konsumen Dalam Hukum Islam,” Amwaluna: Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Syariah. Vol.1(1): 150-165

Sari, Desi Indah, 2018. “Perlindungan Hukum Atas Label Halal Produk Pangan Menurut
Undang-Undang.” Repertorium: Jurnal Ilmiah Hukum Kenotariatan. Vol. 7(1): 1-14

16

Anda mungkin juga menyukai