Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM PENYEMBELEHAN HEWAN DENGAN DIPINGSANKAN DALAM


SYARIAT ISLAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata Kuliah Masail Fiqhiyyah I

Dosen Pengampu: H.Moh Hasyim,SH.,M.Hum.

Disusun Oleh:

Hana Nabila Rizka (17423057)

PONDOK PESANTREN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2020
DAFTAR ISI

MAKALAH .................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
A. Pengertian dan Dasar Hukum Penyembelihan .................................................................. 4
B. Rukun dan Syarat Penyembelihan ..................................................................................... 6
C. Pembahasan Penyembelehan Hewan Dengan Stunning ................................................. 10
BAB III KESIMPULAN .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan dunia semakin maju, peradaban manusia tampil
gemilang sebagai refleksi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, persoalan-
persoalan norma dan hukum kemasyarakatan dunia dapat bergeser dengan cepat, sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang bersangkutan. Didalam masyarakat
modern seperti dibarat, kebutuhan dan aspirasi masyarakat menempati kedudukan yang
tinggi, sehingga berdasarkan itu, suatu produk hukum yang baru dibuat. Dari sini dapat
digambarkan bahwa apabila terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat, maka
interpretasi terhadap hukum pun bisa berubah. Misalnya pada suatu kasusu yaitu sebuah
metode yang digunakan untuk mempermudah penyembelihan hewan adalah dengan
memingsankan hewan terlebih dahulu (stunning) sebelum disembelih. Secara teknis
cara ini memberikan kemudahan. Sebab hewan yang sudah dipingsankan itu tidak akan
meronta dan melakukan gerakan, sehingga penyembelih menjadi lebih mudah
melakukan tugasnya. Namun dalam kenyataannya praktik penyembelihan dengan
metode stunning atau pemingsanan tentu menjadi kontroversi halal tidaknya daging
tersebut Ketika di konsumsi. Karena hal tersebut masih menjadi perdebatan terkait
penyembelihan hewan secara disiksa atau tidak, dan hanya menjadi pingsan atau sudah
menjadi bangkai.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini yaitu apa hukum penyembelihan hewan dengan metode dipingsankan (Stunning)
dalam Islam?

C. Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk memahami hukum penyembelihan hewan
dengan metode dipingsankan (Stunning) dalam Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Penyembelihan


Penyembelihan berasal dari kata Bahasa arab yaitu Az-zabaih merupakan
bentuk jamak dari kata Az-zabihah yang berarti penyembelihan hewan secara syar‘i
demi kehalalan mengkonsumsinya.1 Secara kebahasaan berarti penyembelihan hewan
atau memotongnya dengan jalan memotong tanggorokannya atau organ untuk
perjalanan makanan dan minumannya.2
Dalam kitab Fathul Qorib dijelaskan bahwa penyembilan yaitu :

3
‫ لما فيها من تطييب أكل اللحم المذبوح‬،‫والذكاة بذال معجمة معناها لغةً التطييب‬
Artinya : Adz-dzakah dengan menggunakan huruf dzal yang diberi titik satu di atas,
maknanya secara bahasa adalah membuat enak, karena di dalam
penyembelihan terdapat unsur membuat enak pada daging binatang yang
disembelih.
Menurut ulama’ fiqih, penyembelihan merupakan suatu kegiatan mengakhiri
hidup hewan untuk membersihkannya dari darah dengan menggunakan benda tajam
yang sekiranya dapat mempercepat kematiannya sehingga memenuhi syarat kehalalan
mengkonsumsinya. Dengan demikian dapat disimpulkan, pelaksanaan penyembelihan
tersebut dimaksudkan untuk melepaskan nyawa binatang untuk bisa dikonsumsi.
Dengan jalan yang paling mudah, yang kiranya meringankan dan tidak menyakiti,
dengan menggunakan alat yang tajam selain kuku, tulang dan gigi. Untuk itu alat yang
digunakan dalam menyembelih masuk dalam syarat penyembelihan, dimana alat harus
tajam.
Di samping itu disyaratkan juga, bahwa penyembelihan itu harus dilakukan di
leher binatang yang bisa dipotong lehernya, sedangkan untuk binatang yang tidak bisa
disembelih lehernya maka dilakukan pada tempat yang lebih dekat untuk memisahkan
hidup binatang dengan mudah. Adapun yang menjadi dasar peraturan mengenai

1
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam,Jilid 6, (Jakarta: PT ichtiar baru van hoeve, cet.7, 2006), 1969
2
Sayyid Sabit, Fiqih Sunnah 13, versi terjemahan oleh Kamalaudin A. Marzuki dari Fiqhussunnah, (Bandung:
PT. Alma’arif, 1987), 132
3
‫ كتاب أحكام الصيد والذبائح والضحايا‬- ‫ كتاب فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب القول المختار في شرح غاية االختصار‬- 306‫ص‬
‫ المكتبة الشاملة الحديثة‬- ‫واألطعمة‬

4
penyembelihan terhadap binatang yang halal dimakan, adalah firman Allah dalam surat
al-Maidah ayat 3:
ُ‫ٱَّلل ِّبِّۦه َوٱلْ ُمنْ َخنِّقَةُ َوٱلْ َم ْوقُوذَةُ َوٱلْ ُمت ََر ِّديَة‬ ِّ َّ ‫ير َو َمآ أُ ِّه َّل ِّلغَي ِّْر‬ ِّ ِّ‫ُح ِّر َمتْ عَلَيْكُ ُم ٱلْ َميْتَةُ َوٱل َّد ُم َولَحْ ُم ٱلْخ‬
ِّ ‫نز‬
ۗ‫ق‬ٌ ‫س‬ ْ ِّ‫وا ِّب ْٱْلَ ْز َٰلَ ِّم ۚ َٰ َذ ِّلكُ ْم ف‬
۟ ‫س ُم‬ ْ َ‫ب َوأَن ت‬
ِّ ‫ستَ ْق‬ ِّ ‫ص‬ ُ ُّ‫َوٱلنَّطِّ يح َُة َو َمآ أَكَ َل ٱلسَّبُ ُع ِّإ ََّّل َما َذكَّيْتُ ْم َو َما ُذ ِّب َح عَلَى ٱلن‬
‫ٱخش َْو ِّن ۚ ٱ ْليَ ْو َم أَ ْك َم ْلتُ لَكُ ْم دِّينَكُ ْم َوأَتْ َم ْمتُ عَلَيْكُ ْم‬ْ ‫وا مِّ ن دِّينِّكُ ْم َف ََل ت َْخش َْو ُه ْم َو‬۟ ‫ِّس ٱلَّذِّينَ كَ َف ُر‬
َ ‫ٱلْيَ ْو َم يَئ‬
4
‫ور َّرحِّ ي ٌم‬ٌ ‫غ ُف‬ َ َّ َّ‫ص ٍة غَي َْر ُمتَجَانِّفٍ ِّ ِّْلثْ ٍم ۙ فَ ِّإن‬
َ ‫ٱَّلل‬ َ ‫ضطُ َّر فِّى َم ْخ َم‬ْ ‫س َٰلَ َم دِّينًا ۚ فَ َم ِّن ٱ‬ ِّ ْ ‫نِّعْ َمتِّى َو َر ِّضيتُ لَكُ ُم‬
ْ ‫ٱْل‬

Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging


hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Berdasarkan ayat tersebut di atas, dapat diambil keterangan bahwasannya Allah
telah memberi kemampuan kepada manusia khususnya kepada orang Islam untuk
mengukur perkara yang halal dan yang haram sesuai dengan yang telah ditentukan.
Terutama dalam hal makanan karena apa yang masuk dalam perut kita itu merupakan
energi yang dibutuhkan otak untuk selalu menjaga tingkah laku kita.
Dalam uraian ayat di atas dapat disimpulkan bahwa makanan hewan yang
berhubungan dengan penyembelihan ini, harus diperhatikan betul tentang jenis hewan
apa yang harus disembelihnya, siapa yang menyembelihnya, bagaimana cara
menyembelihnya, serta apa yang dibaca pada saat menyembelih. Oleh karena itu,
diharamkan makan daging binatang yang matinya karena tercekik, terpukul, yang jatuh,
yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, atau yang disembelih bukan atas nama

4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta Timur: Pustaka Al-Mubin,
2013), 107.

5
Allah. Jadi makanan yang tidak disembelih menurut ajaran Islam sama dengan bangkai,
oleh karena itu haram dimakan.

B. Rukun dan Syarat Penyembelihan


1) Rukun Penyembelihan
a) Dengan menyebut nama Allah SWT, Dalil Suroh al-An’am Ayat 121 :

‫ق ۗ َوإِّنَّ الشَّيَاطِّ ينَ لَيُو ُحونَ إِّلَ َٰى أَ ْو ِّليَائ ِِّّه ْم‬ ْ ‫َّللا عَلَيْ ِّه َوإِّنَّهُ لَ ِّف‬
ٌ ‫س‬ ِّ َّ ‫س ُم‬ ْ ‫َو ََّل تَأْكُلُوا مِّ َّما لَ ْم يُذْك َِّر ا‬
5
َ‫ِّليُجَا ِّدلُوكُ ْم ۖ َوإِّنْ أَطَعْتُ ُموهُ ْم إِّ َّنكُ ْم لَ ُمش ِّْركُون‬

Artinya : “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut


nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang
semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu
membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu;
dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi
orang-orang yang musyrik.” (QS:Al-An’am (6):121).
b) Penyembelih syaratnya hendaklah orang Islam atau ahli kitab. Dalil Suroh al-
Maidah Ayat 5:

َ‫ص َٰنَتُ مِّ ن‬ َ َ‫ُوا ٱلْ ِّك َٰت‬


َ ْ‫ب حِّ ٌّل لَّكُ ْم َوطَعَا ُمكُ ْم حِّ ٌّل لَّ ُه ْم ۖ َوٱلْ ُمح‬ ۟ ‫ٱلْيَ ْو َم أُحِّ َّل لَكُ ُم ٱلطَّيِّ َٰبَتُ ۖ َوطَعَا ُم ٱلَّذِّينَ أُوت‬
َ‫ورهُنَّ ُمحْ ِّصنِّين‬ َ ‫ب مِّ ن قَبْ ِّلكُ ْم إِّذَآ َءاتَيْتُ ُموهُنَّ أُ ُج‬ ۟ ‫ص َٰنَتُ مِّ نَ ٱلَّذِّينَ أُوت‬
َ َ‫ُوا ٱلْ ِّك َٰت‬ َ ْ‫ت َوٱلْ ُمح‬ ِّ َ‫ٱلْ ُمؤْ مِّ َٰن‬
َ‫ٱْلي َٰ َم ِّن فَقَ ْد َحبِّطَ عَ َملُهُۥ َوه َُو فِّى ٱ ْلءَاخِّ َر ِّة مِّ ن‬ ٍ ‫ِّى أَ ْخد‬
ِّ ْ ِّ‫َان ۗ َو َمن يَ ْكفُ ْر ب‬ ٓ ‫غَي َْر ُم َٰسَفِّحِّ ينَ َو ََّل ُمتَّخِّ ذ‬
َ‫ٱلْ َٰ َخس ِِّّرين‬
Artinya : Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)
orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang
menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-
wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al
Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka
dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak
(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah
beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah

5
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), h.143

6
amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi. (QS:Al-
Maidah(5):5).6
c) Yang disembelih adalah binatang yang sah dan halal
Dalam kitab Fathul Qorib binatang yang tidak sah untuk disembelih dintaranya
yaitu:
‫(وأربع) وفي بعض النسخ وأربعة (َّل تجزىء في الضحايا) أحدها (العوراء البين) أي‬
‫الظاهر (عورها) وإن بقيت الحدقة في اْلصح (و) الثاني (العرجاء البين عرجها) ولو كان‬
‫حصول العرج لها عند إ ضجاعها للتضحية بها بسبب اضطرابها(و) الثالث (المريضة البين‬
‫مرضها) وَّل يضر يسير هذه اْلمور (و) الرابع (العجفاء) وهي (التي ذهب مخها) أي ذهب‬
7
‫دماغها (من الهزال) الحاصل لها‬
Ada empat binatang, dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “arba’atun”
yang tidak mencukupi untuk dijadikan kurban. Salah satunya adalah binatang yang
buta satu matanya yang nampak jelas, walaupun bulatan matanya masih utuh
menurut pendapat al ashah. Yang kedua adalah binatang pincang yang nampak
jelas pincangnya, walaupun pincang tersebut terjadi saat menidurkan miring
binatang itu karena untuk disembelih saat prosesi kurban sebab gerakan binatang
tersebut. Yang ketiga adalah binatang sakit yang nampak jelas sakitnya. Dan tidak
masalah jika hal-hal ini hanya sedikit saja. Yang ke empat adalah binatang al ‘ajfa’,
yaitu binatang yang hilang bagian otaknya sebab terlalu kurus.
Binatang itu hidup (mustaqirrah) di awal penyembelihannya walaupun secara
dugaan saja. Apabila ada binatang ternak yang jatuh, atau sudah disembelih
lehernya, tetapi belum putus (belum putus dua urat pernafasan dan makanan) haram
hukumnya memakan daging binatang itu dengan penyembelihan yang kedua kali,
karena dianggap menganiaya binatang. Selain itu binatang yang hendak disembelih
adalah binatang yang halal dimakan, seperti ayam, sapi, kambing dan sebagainya.
Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majjah Imam Syafi'i berkata:

َّ ‫ ع َِّن اب ِّْن عُ َم َر َر ِّض َي‬،ِّ‫ عَنْ أَبِّيه‬،‫سلَ َم‬


ُ‫َّللا‬ ْ َ‫الرحْ َم ِّن بْنُ َزيْ ِّد ب ِّْن أ‬
َّ ‫قال الشافعي أَ ْخبَ َرنَا عَبْ ُد‬
ِّ ‫ الْ َميْتَت‬،‫ان‬
:‫َان‬ ِّ ‫ ” أُحِّ لَّتْ لَنَا َميْتَت‬:‫صلَّى هللاُ عَلَيْ ِّه َوسَلَّ َم‬
ِّ ‫َان َو َد َم‬ ِّ َّ ‫ قَا َل َرسُو ُل‬:َ‫ قَال‬،‫عَنْ ُه َما‬
َ ‫َّللا‬
8
‫ الْكَ ِّب ُد َوالطِّ حَا ُل‬:َ‫س ُبهُ قَال‬ِّ ْ‫ أَح‬،‫ان‬ ِّ ‫ َوال َّد َم‬،ِّ‫الْ ُحوتُ َوالْج ََراد‬

6
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.cit. h.110
7
‫ المكتبة الشاملة الحديثة‬- ‫ • األضحية‬- ‫ كتاب فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب القول المختار في شرح غاية االختصار‬- 312‫ص‬
8
‫ المكتبة الشاملة الحديثة‬- - ‫ كتاب تخريج أحاديث وآثار حياة الحيوان للدميري من التاء إلى الجيم‬- 503‫ص‬

7
Artinya: Imam Syafi'i berkata: Abdurrahman bin Zaid Bin Aslam
mengabarkan dari kami, dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dia berkata:
Rasulullah SAW bersabda, "Dihalalkan bagi kami dua bangkai dan
dua darah. Adapun dua bangkai adalah ikan dan belalang. Dan dua
darah-kalau tidak salah, beliau bersabda: hati dan limpa." (H.R. Ibnu
Majjah).
Semua binatang ternak hukumnya halal, pendapat mazhab Syafi'i. Baik
binatang ternak yang hidup bersama manusia maupun yang liar, kecuali hewan
yang dikecualikan oleh nash dengan mengharamkannya secara jelas. Mereka juga
menghalalkan ayam peliharaan maupun ayam liar, termasuk juga burung dara. Dan
dihalalkan semua binatang yang mempunyai tabiat meminum air tanpa bernafas
dan kembali dengan suaranya seperti bebek, angsa dll.
Berdasarkan pengaruh penyembelihan, hewan terbagi menjadi tiga macam,
yakni sebagai berikut:
1) Binatang yang haram dan tidak boleh dimakan, seperti babi, maka
bangkainya ataupun sembelihannya sama saja. Sebab, bagi binatang
yang diharamkan, penyembelihan tidak berpengaruh mengubahnya
menjadi halal.
2) Binatang yang halal dikonsumsi dan bangkainya tetap halal, yaitu ikan
dan belalang, maka binatang air tidak perlu disembelih.
3) Binatang yang halal dikonsumsi, tetapi bangkainya haram, seperti
binatang ternak, maka hanya halal dengan disembelih. Binatang yang
disembelih merupakan binatang darat yang memiliki darah mengalir dan
tidak diharamkan. Baik diharamkan karena dirinya sendiri
(substansinya), seperti babi, maupun karena hal lain, seperti karena
berada di Tanah Suci. Selain itu bukan karena terkena lemparan senjata
dalam perang, bukan karena ditanduk, digantung, dicekik, atau dimangsa
binatang buas.
d) Alat Sembelihan
1) Dalam keadaan normal. Salah satu syarat penyembelihan adalah penggunaan
alat penyembelihan. Disyaratkan menyembelih dengan alat yang tajam dan
sekiranya mempercepat kematian hewan dan meringankan rasa sakit hewan
tersebut. Untuk itu disyaratkan mempertajam alat penyembelihan supaya dapat
mengalirkan darah dengan deras sekali sayatan pada leher agar tidak terlalu

8
menyakitkan dan mempercepat kematian hewan sembelihan. Dilarang
menyembelih dengan menggunakan gigi dan kuku, karena penyembelihan
dengan alat tersebut dapat menyakiti binatang, pada dasarnya gigi dan kuku
hanya bersifat mencekik. Hadits Rasulullah SAW:

‫ يا رسول هللا! أرأيت إن أحدنا أصاب‬:‫ (قلت‬:‫عن عدي بن حاتم رضي هللا عنه أنه قال‬
‫ واذكر اسم‬،‫ أمر الدم بما شئت‬:‫ أيذبح بالمروة وشقة العصا؟ فقال‬،‫صيداً وليس معه سكين‬
9
])‫هللا عز وجل‬
Artinya: Dari Adi bin Hatim ia berkata: Aku bertanya,“Ya Rasulullah,
bagaimana pendapat Anda jika ada salah satu dari kami mendapat
hewan buruan sedangkan ia tidak membawa pisau, apakah ia boleh
menyembelih dengan batu atau ujung kerikil?” Rasulullah
menjawab,“Alirkanlah darah dengan menggunakan sesuatu yang
kamu kehendaki dan sebutlah asma Allah. (H.R.Abu Daud).
Kemudian Riwayat lain, Hadits Rasulullah SAW:
،َ‫ عَنْ عَبَايَةَ ب ِّْن ِّرفَاعَة‬،‫وق‬ ِّ ‫ عَنْ أَ ِّبي اْلَحْ َو‬،ِّ‫أخبَ َرنَا هَنَّا ُد بْنُ السَّ ِّري‬
ْ ‫ عَنْ سَعِّي ِّد ب ِّْن َم‬،‫ص‬
ٍ ‫س ُر‬ ْ
‫ فَقَا َل َرسُو ُل‬. ‫ْس َمعَنَا ُمدًى‬ ِّ َّ ‫ِّيج قَا َل قُلْتُ يَا َرسُو َل‬
َ ‫َّللا إِّنَّا نَلْقَى الْعَد َُّو غَدًا َولَي‬ ٍ ‫عَنْ َراف ِِّّع ب ِّْن َخد‬
ِّ ‫ فَكُ ْل غَي َْر الس‬،ِّ‫َّللا عَلَيْه‬
،‫ َوالظُّفْ ِّر‬،‫ِّن‬ ْ ‫ َوذُك َِّر ا‬،‫َّللا صلى هللا عليه وسلم " َما أَنْه ََر ال َّد َم‬
ِّ َّ ‫س ُم‬ ِّ َّ
10
‫ ُمدَى الْ َحبَشَ ِّة‬،‫ َوالظُّفْ َر‬،‫فَ ِّإنَّ السِّنَّ عَ ْظ ٌم‬
Artinya : Diceritakan bahwa Rafi bin Khadij berkata: "Aku berkata: 'Ya
Rasulullah, kami akan bertemu musuh besok dan kami tidak memiliki
pisau.' Rasulullah SAW bersabda: "Jika darah tertumpah (binatang
yang disembelih) dan nama Allah disebutkan, maka makanlah, kecuali
(disembelih (dengan gigi atau kuku, dan aku akan ceritakan tentang
itu. Adapun gigi, itu tulang," dan untuk paku, itu adalah pisau orang
Etiopia (H.R.An-Nasai)
Secara umum, gambaran mengenai alat penyembelihan dibedakan
menjadi dua. Pertama, gambaran mengenai alat penyembelihan dalam keadaan
normal, seperti menggunakan pisau sembelih. Kedua, dalam keadaan darurat,
seperti menggunakan batu yang ditajamkan. Wahbah al-Zuhaily menjelaskan,

9
‫المكتبة االسالمية‬, ‫( شرح سنن ابي داود للعباد‬9298 ‫)صفحة‬
10
،‫شرح سنن النسائي‬,4404 :‫الحديث‬,43

9
bahwa pendapat ini hampir sama dengan pendapat Imam Hambali yang
menyatakan bahwa penyembelihan dengan menggunakan benda tumpul
dihukumi haram, apabila kematiannya setelah disembelih berjalan lambat,
karena merupakan penyiksaan panjang bagi hewan.
2) Dalam Keadaan Darurat Jika karena suatu keadaan tidak ada benda yang layak
digunaka untuk menyembelih seperti pisau, maka penyembelihan dapat
dilakukan dengan batu atau benda-benda yang sejenis lainnya dengan syarat
dapat memutuskan tenggorokan dan lehernya. Keadaan yang demikian
diperbolehkan dan daging sembelihan halal untuk dimakan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah tidak diperbolehkan membebani hewan dengan alat
sembelihan yang berat karena akan menyakitinya, dan menyebabkan matinya
bukan karena alat sembelihan yang tajam melainkan kekuatan dari orang yang
melaksanakan penyembelihan.
Jumlah urat yang wajib putus pada leher hewan saat disembelih adalah:
1) Hulqum atau tenggorokan, yaitu saluran pernafasan.
2) Mari', yaitu saluran makanan dan minuman berada di bawah tenggorokan.
3) Wadajain (dua urat leher), yaitu dua urat yang berada pada dua sisi leher yang
mengelilingi tenggorokan

C. Pembahasan Penyembelehan Hewan Dengan Stunning


Stunning merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mempermudah
penyembelihan hewan dengan cara memingsankan hewan terlebih dahulu (stunning)
sebelum disembelih.11 Secara teknis cara ini memberikan kemudahan, sebab hewan
yang sudah dipingsankan itu tidak akan bergerak, sehingga penyembelih menjadi lebih
mudah melakukan tugasnya.
Stunning adalah proses untuk menghilangkan kesadaran dan perasaan hewan
yang disembelih. Menyembelih hewan secara mekanis (Stunning) adalah salah satu
istilah tekhnis dalam ilmu perternakan yang banyak dipraktekkan dalam
penyembelihan. Metode stunning yaitu menembak hewan dengan menggunakan peluru
khusus yang mengenai sisi tanduknya sehingga hewan menjadi tak sadarkan diri, dan
ketika sedang tidak sadarkan diri hewan tersebut disembelih. Perlakuan seperti itu

11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gramadika Pustaka
Utama,2011)h.1638

10
membuat hewan yang disembelih tidak terlampau merasakan rasa sakit akibat
sembelihan.
Pengaruh water stunning terhadap ternakan ungags adalah tidak mendatangkan
apapun efek buruk. Bahkan hanya bertujuan untuk mengurangi rasa sakit hewan ketika
sembelihan. Serta memudahkan karyawan bekerja dengan permintaan jumlah daging
potong yang banyak dalam waktu yang singkat. Air yang mengalir arus listrik tersebut
telah diatur pada alat kontrol di atas stunner tersebut. Karyawan harus menjamin kadar
tegangan untuk hewan sembelihan adalah bertepatan dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Oleh karena itu, bagi pengaruh water stunning terhadap unggas yang akan
disembelih adalah tidak mengandungi apa-apa pengaruhnya. Karena air yang
digunakan untuk stunning hanyalah air biasa dan tidak membahayakan hewan cuma air
tersebut memiliki aliran listrik yang telah ditetapkan oleh fatwa. Jika unggas tidak ada
daya kudrat yang tinggi tetapi hanya tergantung pada usia unggas dan kesehatannya
yang kurang baik atau voltase listriknya yang terlalu tinggi, maka unggas tersebut akan
mati setelah melalui water stunning.
Untuk syarat stunning pula harus memiliki hayat mustaqirrah, pingsan tika
dalam proses stunning dan sadar kembali jika tidak disembelih, ada petugas Muslim
mengendalikannya saat penyembelihan, petunjuk stunning harus dikontrol oleh Badan
Pengiktirafan Halal, hewan yang dikenakan stunning hanya mengalami sentrum
sementara dan tidak mati atau cedera permanen, dan peralatan stunning untuk hewan
tidak halal tidak dapat digunakan untuk hewan halal. Ada beberapa
teknik stunning yang lazim digunakan:
1) Mekanik
Metode mekanik digunakan untuk hewan besar seperti sapi. Ada dua metode
mekanik yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan HAS 23103 yaitu a).
Pneumatic percussive stunning atau teknik pemingsanan menggunakan tekanan
udara, b). Nonpenetrating captivebolt stunning atau tembakan menggunakan
peluru tumpul) dan c). Penetrative stunning. Sedangkan untuk metode
penetrative stunning tidak diperbolehkan karena dapat menimbulkan kerusakan
pada jaringan otak yang sifatnya berat sehingga menimbulkan cedera
dan ireversible (hewan tidak dapat kembali keadaannya seperti semula).
Sekalipun diperbolehkan dalam Islam metode pneumatic percussive

11
stunning dan nonpenetrating captivebolt stunning tetap beresiko sehingga harus
dilakukan oleh orang yang profesional dan terkontrol.
2) Elektrik.
Metode elektrik biasanya digunakan untuk hewan unggas seperti ayam, bebek,
dll. Metode stunning yang diterima berdasarkan HAS 23103 adalah
metode electrical waterbath yaitu dengan mencelupkan leher ayam dalam posisi
kaki tergantung ke dalam air yang sudah dialiri arus listrik. Dengan ketentuan,
tegangan listrik 15-25 Volt, kuat arus 0,1-0,3 Ampere, selama 5-10 detik. Titik
kritis metode electrical waterbath adalah pada voltase dan kuat arus
yang digunakan serta kondisi unggas.
Ketika unggas dipingsankan. Jika kondisi unggas tidak sehat atau belum
diistirahatkan setelah perjalanan, hewan dalam kondisi lemah sehingga mudah
mati. Maka inilah yang harus terkontrol. Stunning jenis Kejutan Elektrik
(Electrical Stunning) dengan syarat-syarat berikut:
a. Stunner yang digunakan adalah jenis kejutan di kepala saja (head only
stunner).
b. Kekuatan arus elektrik hendaklah dikawal (tidak boleh melebihi had yang
ditetapkan) yaitu antara 0.75 ampere untuk kambing, 2.0 ampere untuk
lembu dan tempo masa aliran elektrik ialah antara 3-6 saat.
c. Perlu dikawal selalu oleh petugas muslim yang mengetahui tentang
stunning.
Prosedur Penyembelihan Secara stunning penyembelihan hewan ternak dengan
menggunakan mesin dan disertai pemingsanan terlebih dahulu sehingga dapat
mempermudah dan mempercepat penyembelihan yang lazim dengan istilah
penyembelihan secara mekanis, proses penyembelihan hewan secara mekanis adalah
sebagai berikut12:
1) Sebelum disembelih, hewan ternak dipingsankan terlebih dahulu dengan listrik.
2) Setelah dipingsankan, hewan yang akan disembelih tetap dalam keadaan
hidup(bernyawa) sehingga jika tidak jadi disembelih tetap dapat hidup secara
normal.

12
M.Hamdan rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual,(Jakarta:Al-Mawardi Prima,2003)h.273

12
3) Sesudah dipingsankan, hewan tersebut baru dipotong dengan menggunakan
pisau yang tajam sehingga dapat memutuskan saluran pernafasan (hulqum),
saluran makanan (mari’), dan dua urat leher (wadajain).
4) Pemotongan hewan dilakukan oleh petugas pemotongan hewan yang beragama
Islam dan terlebih dahulu membaca basmalah.
5) Sesudah dipotong dan darahnya telah berhenti mengalir, maka isi perut hewan
tersebut dikeluarkan semua dan selanjutnya dagingnya dipotong-potong.

Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

‫ إن هللا عزوجل كتب‬: ‫عن أبي يعلى شداد بن أوس ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ َولْيُحِّ َّد أَ َح ُدكُ ْم شَفْ َرتَهُ َولْيُ ِّرحْ ذَ ِّبي َحتَهُ [رواه‬،َ‫الذبْحَة‬ ِّ ْ‫ َو ِّإذَا ذَبَحْ تُ ْم فَأَح‬، . ‫اْلحسان على كل شيء‬
ِّ ‫سنُوا‬
13
]‫مسلم‬
Artinya: Dari Abu Ya’la, Syaddad bin ‘Aus dari Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat baik kepada sesuatu,
oleh karena itu jika kamu membunuh hewan maka perbaikilah cara
membunuhnya,dan jika kamu menyembelih maka perbaikilah cara
penyembelihanmu, dan tajamkanlah pisaunya dan mudahkanlah
penyembelihannya.” (HR. Muslim).
Hadits ini merupakan salah satu kaidah agama yang penting dan mengandung
profesionalisme dalam seluruh ajaran Islam, karena kebaikan itu dalam pekerjaan, yaitu
menunaikannya sesuai dengan tuntutan syariat. Yang dimaksudkan dengan wajib
berbuat baik (sebaik mungkin), hadits ini menegaskan wajibnya ihsan, yaitu berbuat
dengan rapi, sempurna dan sebaik mungkin dalam amal yang disyariatkan.
Penyembelihan hewan ternak dengan diamali oleh sentrum listrik sebelum pemotongan
urat nafas dan urat makanan pada lehernya adalah sah menurut hukum Islam. Maka
menjadi halal hukumnya untuk dimakan oleh orang Islam. Karena proses
penyembelihannya itu sudah sesuai dengan syarat sahnya sembelihan yaitu dengan
menggunakan pisau yang tajam dapat memotong kedua-dua urat nafas dan urat
makanan. Hal ini sesuai dengan kalimat ‫ شفرته أحدكم وليحد‬agar menajamkan pisau
sembelihannya. Adapun kejutan listrik itu hanyalah salah satu cara untuk membuat
hewan sembelihan menjadi lemas atau lemah.

13
‫ دورة حفظ األربعين النووية‬-‫] الرفق بالحيوان‬17[ ‫حديث‬, (h.31)

13
Oleh karena badannya telah lemas maka ayam itu tidak sanggup untuk
menggelepar yang automatis keadaanya menjadi tenang dan menjadikannya mudah
untuk disembelih. Maka terpenuhilah ‫ ذبيحته وليرح‬yaitu membuat binatang menjadi
tenang memudahkan untuk menyembelihnya. Hingga dari seluruh proses ini jelaslah
bagi kita bahwa tidak ada satu unsur pun dari pada beberapa unsur siksaan. Karena
tidak ada unsur seksaan itu maka ‫ الذبح فأحسنوا ذبحتم وإذا‬adalah secara baik semuanya.
Pada dasarnya pemingsanan hewan (stunning) hukumnya boleh dengan syarat tidak
menyakiti hewan yang bersangkutan dan sesudah di-stunning statusnya masih hidup
(hidup mustaqirrah).
Adapun jika nyawa hewan tersebut hilang nyawanya dengan alat yang tidak
tajam maka tidak halal, misalnya dicekik, dipingsankan dengan listrik dan semacamnya
hingga mati. Akan tetapi jika hewan itu disetrum dengan listrik hingga pingsan
kemudian disembelih dengan cara syar’i dan diketahui bahwa hewan tersebut tetap
dalam keadaan hidup, maka hewan tersebut halal,

Fatwa MUI Penyembelihan Hewan Secara Mekanis


Komisi Fatwa MUI pada tanggal 24 Syawal 1396 H / 18 Oktober 1976 melalui
sebuah sidang memutuskan fatwa yang membolehkan penyembelihan hewan secara
mekanis. Komisi Fatwa MUI berpendapat, penyembelihan hewan secara mekanis
pemingsanan merupakan bentuk modernisasi berbuat ihsan kepada hewan yang
disembelih sesuai dengan ajaran Nabi SAW dan memenuhi ketentuan syar’i.14 Alat
pemingsangan diperbolehkan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1) Penggunaan alat stunning dibawah bimbingan seorang muslim yang terlatih
dalam masalah ini dan dibawah pengawasan secara berkala dari Lembaga
Sertifikasi Halal yang telah mengeluarkan Sertifikasi Halal dalam hal tersebut.
2) Stunning tidak sampai membunuh hewan yang disembelih dan tidak
melukainya secara permanen.
3) Alat Stunning tersebut tidak berasal dari benda-benda najis yang mughallazhah
(najis yang berat).

14
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Penyembelihan Hewan secara Mekanis, tanggal 24 Syawa11396
H/18 Oktober 1976

14
4) Stunning yang diterima adalah stunning listrik atau stunning lainnya yang
memperoleh lisensi dari Majelis Fatwa.15

Fatwa Mejelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi


Fatwa Halal
Pada dasarnya pemingsanan hewan (stunning) hukumnya boleh dengan syarat:
tidak menyakiti hewan yang bersangkutan dan sesudah di-stunning statusnya masih
hidup (hayat mustaqirrah)16.
Kitab Imam Al-Syarbini Al-Khatib dalam Al-Iqna’

‫ عَلمة الحياة المستقرة شدة الحركة بعد قطع الحلقوم والمرئ على اْلصح في الزوائد‬:‫تنبيه‬
17
‫والمجموع‬
Artinya : “Tanda hayah Mustaqirroh adalah adanya gerakan yang kuat
setelah pemotongan saliran pernafasan dan saluran makanan ,
menurut pendapat yang lebih shohih dalam al-Zawaij dan al-majmu’.

Kitab al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu


Metode pemingsanan atau stunning ini termasuk dalam kategori penyembelihan
modern. Syekh Wahbah az-Zuhaily dalam al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu menyebutkan
bahwa tidak ada halangan untuk memperlemah gerakan hewan tanpa penyiksaan.

:‫ وبناء عليه‬، ‫ دون تعذيب له‬،‫َّل مانع من استخدام وسائل تضعف من مقاومة الحيوان‬
18
،‫يحل في اْلسَلم استعمال طرق التخدير المستحدثة غير المميتة قبل الذبح‬
Artinya: “Tidak ada halangan untuk menggunakan alat yang memperlemah
gerakan hewan, dengan tanpa penyiksaan terhadapnya (untuk
penyembelihan hewan). Untuk itu, Islam membolehkan menggunakan
cara pemingsanan modern, yang tidak menimbulkan kematian sebelum
penyembelihan.

15
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Menurut Al-Quran dan
Hadists, h. 226.
16
Fatwa Mejelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal, h.656
17
2‫) ج‬٥٥٠،‫ (ص‬.‫دار الكتب العلمية‬: ‫الخطيب الشربيني‬/‫كتاب الصيد والذبائح شمس الدين محمد بن محمد‬،‫اإلقناع في حل ألفاظ أبي شجاع‬
18
٦٨٨.‫ ص‬،‫ الجزئ الثالث‬،‫ دارالفكر‬: ‫كتاب الفقه اإلسالمي وأدلته الدكتور وهبة الزحيلي‬

15
BAB III
KESIMPULAN

Penyembelihan hewan secara mekanis pemingsanan merupakan modernisasi


berbuat ihsan kepada hewan yang disembelih. Penyembelihan hewan ternak dengan
diamali oleh sentrum listrik sebelum pemotongan urat nafas dan urat makanan pada
lehernya adalah sah menurut hukum Islam. Maka menjadi halal hukumnya untuk
dimakan oleh orang Islam. Karena proses penyembelihannya itu sudah sesuai dengan
syarat sahnya sembelihan yaitu dengan menggunakan pisau yang tajam dapat
memotong kedua-dua urat nafas dan urat makanan, Hukumnya sah dan halal.

16
DAFTAR PUSTAKA

‫ • اْلضحية – المكتبة‬- ‫ كتاب فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب القول المختار في شرح غاية اَّلختصار‬-
‫الشاملة الحديثة‬
‫كتاب تخريج أحاديث وآثار حياة الحيوان للدميري من التاء إلى الجيم المكتبة الشاملة الحديثة‬-
.‫ دار الكتب العلمية‬: ‫الخطيب كتاب‬/‫كتاب الصيد والذبائح شمس الدين محمد بن محمد‬،‫اْلقناع في حل ألفاظ أبي شجاع‬
.،‫ الجزئ الثالث‬،‫ دارالفكر‬: ‫ كتاب الفقه اْلسَلمي وأدلته الدكتور وهبة الزحيلي‬-
‫ دورة حفظ اْلربعين النووية‬-‫] الرفق بالحيوان‬17[ ‫ حديث‬-
‫شرح سنن النسائي‬,4404 :‫الحديث‬
‫المكتبة اَّلسَلمية‬, ‫شرح سنن ابي داود للعباد‬

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam,Jilid 6, (Jakarta: PT ichtiar


baru van hoeve, cet.7, 2006)
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika Menurut Al-Quran dan Hadists
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya
(Jakarta Timur: Pustaka Al-Mubin, 2013)
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemah,
(Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010)
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Gramadika Pustaka Utama,2011)
Fatwa Mejelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi
Fatwa Halal
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Penyembelihan Hewan secara
Mekanis, tanggal 24 Syawa11396 H/18 Oktober 1976
M.Hamdan rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa
Aktual,(Jakarta:Al-Mawardi Prima,2003)
Sayyid Sabit, Fiqih Sunnah 13, versi terjemahan oleh Kamalaudin A.
Marzuki dari Fiqhussunnah, (Bandung: PT. Alma’arif, 1987),

17

Anda mungkin juga menyukai