Anda di halaman 1dari 25

HUKUM JUAL BELI AYAM POTONG YANG DISEMBELIH OLEH NON

MUSLIM MENURUT FATWA MUI NO 12 TAHUN 2009


(Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Kelurahan Sei Sikambing C Kecamatan
Medan Helvetia Kota Medan )

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sumatera Utara

OLEH:

AIDIL HARBI RITONGA


NIM : 0204171028

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
1443 H / 2022 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................7

C. Tujuan Penelitian..................................................................................7

D. Manfaat Penelitian................................................................................8

E. Batasan Istilah.......................................................................................9

F. Kajian Terdahulu..................................................................................9

G. Kerangka Teoritis.................................................................................12

H. Hipotesis...............................................................................................17

I. Metode Penelitian.................................................................................17

1. Tipe dan Sifat Penelitian.................................................................17

2. Pendekatan Masalah.......................................................................18

3. Bahan Hukum.................................................................................18

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum...........................................19

5. Pengelolaan dan Analisis Bahan Hukum........................................20

J. Sistematika Pembahasan.......................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang Allah ciptakan sebagai makhluk

sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari manusia lain.1

Berdasarkan hal tersebut, secara tidak langsung terjadi interaksi antar sesama

manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam memenuhi segala kebutuhannya,

baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder pasti akan melakukan

kegiatan muamalah. Muamalah adalah aturan dari Allah SWT yang wajib

ditaati untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain yang berkaitan

dengan memperoleh dan mengembangkan harta benda.

Muamalah merupakan kegiatan yang banyak melibatkan antar manusia

dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu aturan-aturannya perlu diketahui

dan dipelajari dengan baik sehingga tidak terjadi penyimpangan yang dapat

merusak kegiatan ekonomi serta kehidupan antar sesama manusia. Dasar hukum

muamalah adalah kebolehan, maka jika tidak ada dalil yang mengharamkan

atau melarangnya muamalah tersebut boleh untuk dilakukan.

Salah satu muamalah yang sangat sering dijumpai dalam masyarakat

yaitu jual beli. Jual beli merupakan kegiatan yang telah lama dikenal dan

dilakukan oleh masyarakat. Pada awalnya kegiatan jual beli berbentuk barter

atau pertukaran barang dengan barang. Kemudian jual beli tersebut berkembang

menjadi pertukaran barang dengan uang yang lebih dikenal dengan istilah jual

beli pada masa sekarang.

Salah satu transaksi jual beli yang ada di masyarakat yaitu transaksi jual
1
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta:UII Press,2000), h. 11.

1
2

beli ayam potong. Ayam potong yang dijual merupakan jenis ayam potong yang

memiliki beberapa keunggulan yaitu pertumbuhannya yang sangat cepat, pemberian

pakan yang relatif sedikit, serta kualitas daging yang lebih lunak dibanding jenis ayam

lain. Dari keunggulan tersebut membuat banyak orang melirik usaha Rumah Potong

Ayam karena dinilai sangat menguntungkan.

Islam telah mengatur cara untuk memenuhi kebutuhan makanan, ada

makanan yang dihalalkan dan ada pula makanan yang diharamkan. Islam

mempunyai garis tegas yang menyatakan bahwa diharamkan memakan

sebagian hewan tanpa disembelih secara syara’ terlebih dahulu.seperti terdapat

dalam firman Allah SWT surah Al-maidah ayat 3 sebagai berikut.

ُ‫ْخ ْن ِزيْ ِر َو َم ٓا اُ ِه َّل لِغَْي ِر ال ٰلّ ِه بِ ه َوال ُْم ْن َخنِ َق ةُ َوال َْم ْو ُق ْوذَة‬
ِ ‫ت َعلَي ُكم الْميتَ ةُ وال دَّم ولَحم ال‬
ُ ْ َ ُ َ ْ َ ُ ْ ْ ‫ُح ِّر َم‬

‫ب َواَ ْن تَ ْسَت ْق ِس ُم ْوا‬ ِ َّ ‫َّطيح ةُ وم ٓا اَ َك ل‬


ِ
ُ ‫الس بُ ُع ااَّل َم ا ذَ َّك ْيتُ ۗ ْم َو َم ا ذُبِ َح َعلَى الن‬
ِ ‫ُّص‬ َ َ َ َ ْ ‫َوال ُْمَت َردِّيَ ةُ َوالن‬

‫س الَّ ِذيْ َن َك َف ُر ْوا ِم ْن ِديْنِ ُك ْم فَاَل تَ ْخ َش ْو ُه ْم َوا ْخ َش ْو ۗ ِن اَلَْي ْو َم‬ ٌ ۗ ‫بِ ااْل َ ْزاَل ۗ ِم ٰذلِ ُك ْم فِ ْس‬
َ ‫ق اَلَْي ْو َم يَ ِٕى‬

‫اض طَُّر فِ ْي‬


ْ ‫ت لَ ُك ُم ااْلِ ْس اَل َم ِد ْينً ۗا فَ َم ِن‬ ُ ‫ْت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَتْ َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَْي ُكم نِ ْعمتِي ور‬
ُ ‫ض ْي‬ ََ ْ َ ْ ُ ‫اَ ْك َمل‬

٣ - ‫ف اِّلِ ثْ ۙ ٍم فَِا َّن ال ٰلّهَ غَ ُف ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬


ٍ ِ‫ص ٍة غَْير ُمتَ َجان‬
َ َ ‫َم ْخ َم‬

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging)

hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul,

yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat

kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan

(diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu
3

perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk

(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi

takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan

telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai

agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat

dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.2

Pemotongan adalah sengaja memutus saluran makanan, tenggorokan dan

dua pembuluh darah hewan dengan alat yang tajam selain kuku dan gigi.

Penyembelihan adalah syarat halalnya memakan hewan darat yang boleh

dimakan.

Artinya, tidak halal memakan hewan apa pun yang boleh dimakan

tanpa dilakukan penyembelihan yang sesuai dengan aturan syari’at. Dari uraian

diatas Allah SWT mengaitkan kehalalan memakan hewan-hewan tersebut dengan

penyembelihan. Sementara itu, hikmah dilakukannya penyembelihan adalah

melindungi kesehatan manusia secara umum dan menghindarkan tubuh dari

kemudharatan dengan cara memisahkan darah dari daging dan mensucikannya

dari cairan merah tersebut. Mengkonsumsi darah yang mengalir hukumnya haram,

sebab membahayakan kesehatan tubuh manusia dikarenakan ketika itu darah

menjadi tempat bersemayamnya berbagai kuman dan mikroba berbahaya.3

2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Bandung: Hilal,1982), h.
107.

3
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, (Jakarta Timur: Almahira, 2010), h. 305-306.
4

Sembelihan adalah semua binatang yang halal untuk dimakan yang

disembelih dengan baik dalam keadaan berbaring (dzabh) maupun berdiri (nahr)

pada saat menyembelihnya. Demikian kambing dari jenis domba maupu kambing

biasa, demikian pula seluruh jenis unggas seperti ayam dan lain-lainnya,

semuanya di sembelih dalam keadaan berbaring.4

Proses pemotongan hewan harus mendapat perhatian yang khusus

sehingga pemotongannya benar-benar sesuai dengan syariat yang sah. Yang sudah

diatur didalam Fatwa MUI No 12 tahun 2009 tentang standar sertifikasi

penyembelihan halal. Untuk itu harus mengetahui dan menentukan dengan jelas

bagaimana pemotongannya, profesi penyembelih, proses pemotongan pada

hewan, alat pemotongan, tata caranya, tasmiyah (penyebutan) nama Allah Swt,

niat serta hal-hal yang berhubungan dengan pemotongan termasuk syarat-syarat

sah dan syarat-syarat yang bersifat etis.5

Perhatian ini dianggap perlu karena semakin banyak dan kompleksnya

jenis makanan yang menurut sebagian orang dianggap modern dan memenuhi

syarat kesehatan, tetapi tidak jelas halal-haramnya. Hewan yang boleh dimakan

dagingnya oleh manusia tidak halal dimakan kecuali dengan penyembelihan

secara syara atau dengan cara yang semakna dengannya. Ada dua binatang yang

dikecualikan oleh syariat Islam dari kategori bangkai, yaitu belalang dan ikan

dengan semua jenisnya dari berbagai macam binatang yang hidup didalam air.6
4
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Tata cara Qurban Tuntunan Nabi, (Jogjakarta:
Media Hidayah , 2003), h. 75.
5
Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, (Solo: Ziyad
Visi Media, 2006), h. 90.
6
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu
Surabaya , 2010), h. 60.
5

Syarat sahnya suatu penyembelihan adalah dengan mengalirkan darah,

memutuskan urat leher, dan memutuskan tempat penyembelihan (tenggorokan

dan kerongkongan) dengan tidak memecahkannya.Penyembelihan ini tidak boleh

dilakukan dengan kuku dan gigi.7 Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan

darah melalui pemotongan saluran makanan, saluran pernafasan/tenggorokan, dan

dua pembuluh darah. Proses penyembelihan dilakukan satu kali dan secara cepat

serta memastikan adanya aliran darah dan/gerakan hewan sebagai tanda hidupnya

hewan dan memastikan matinya hewan disebabkan oleh penyembelihan tersebut.

Sedangkan Standar Penyembelih menurut fatwa MUI NO 12 Tahun 2009

ialah beragama Islam dan sudah akil baligh. Memahami tata cara penyembelihan

secara syar’i, dan memiliki keahlian dalam penyembelihan.

Pasar Sikambing terletak di Jalan Gatot Subroto kecamatan Medan

Helvetia kota Medan merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kota

Medan. Jalan Gatot Subroto merupakan jalan arteri primer arah Medan -Binjai.

Letaknya yang strategis menjadikan Pasar Sikambing Medan banyak didatangi

pengunjung dari dalam maupun luar kota. Pada akad transaksi jual beli di Pasar

Sikambing ini sudah memenuhi rukunnya. Akan tetapi masih banyak para

penjual ayam potong yang kurang memperhatikan prinsip-prinsip jual beli. Di

mana para penjual hanya memikirkan bagaimana mereka mendapatkan

keuntungan dari barang yang mereka miliki.

7
Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Al’um Buku 1 jilid 1-2,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2013)., h. 758.
6

Pada praktek jual beli yang ada di Pasar Sikambing, penjual membeli

ayam hidup dari orang lain yang kemudian langsung disembelih oleh orang yang

ada di tempat penjualan ayam hidup tersebut. Di sini peneliti mendapatkan bahwa

orang yang menyembelih ayam tersebut adalah non muslim dimana orang lain

khususnya masyarakat muslim sebagai pembelinya. Sedangkan dalam praktik jual

beli dalam Islam terdapat syarat sah yang harus dipenuhi. Salah satunya barang

yang diperjualbelikan harus halal untuk dikonsumsi dan barang tersebut suci.

Allah berfirman:

‫الش ٰي ِط ْي َن لَُي ْو ُح ْو َن اِ ٰلٓى اَ ْولِيَاۤ ِٕى ِه ْم‬ ٌ ۗ ‫اس ُم ال ٰلّ ِه َعلَْي ِه َواِنَّه ل َِف ْس‬
َّ ‫ق َواِ َّن‬ ْ ‫َم يُ ْذ َك ِر‬
ِ
ْ ‫َواَل تَْأ ُكلُ ْوا م َّما ل‬

‫َم ْش ِر ُك ْو َن‬ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ليُ َجادل ُْو ُك ْم ۚ َوا ْن اَطَ ْعتُ ُم ْو ُه ْم انَّ ُك ْم ل‬

Artinya: “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut

nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu

adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-

kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka,

Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (Al-An’am:

121).

Oleh sebab itu, perlu adanya suatu kajian lebih lanjut yang menjelaskan

apakah jual beli itu mengikuti hukum sembelihan itu atau tidak, dalam penelitian

dengan judul: HUKUM JUAL BELI AYAM POTONG YANG DISEMBELIH

OLEH NON MUSLIM MENURUT FATWA DSN MUI NO 12 TAHUN 2009

(Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Kelurahan Sei Sikambing C Kecamatan

Medan Helvetia Kota Medan).


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas,

maka rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Praktik Jual Beli Ayam Potong Yang Disembelih Oleh Non

Muslim Pasar Sei Sikambing Kelurahan Sei Sikambing C Kecamatan

Medan Helvetia Kota Medan?

2. Apa faktor penyebab terjadinya Jual Beli Ayam Potong Yang Disembelih

Oleh Non Muslim di Pasar Sei Sikambing Kelurahan Sei Sikambing C

Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Menurut Fatwa DSN MUI NO

12 TAHUN 2009 Tentang standar sertifikasi Halal?

3. Bagaimana hukum Jual Beli Ayam Potong Yang Disembelih Oleh Non

Muslim di Pasar Sei Sikambing Kelurahan Sei Sikambing C Kecamatan

Medan Helvetia Kota Medan Menurut Fatwa DSN MUI NO 12 TAHUN

2009 Tentang standar sertifikasi Halal?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah peneliti rumuskan di atas,

maka secara umum tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui Praktik Jual Beli Ayam Potong Yang Disembelih

Oleh Non Muslim Pasar Sei Sikambing Kelurahan Sei Sikambing C

Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya Jual Beli Ayam Potong

Yang Disembelih Oleh Non Muslim di Pasar Sei Sikambing Kelurahan


8

Sei Sikambing C Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Menurut

Fatwa DSN MUI NO 12 TAHUN 2009 Tentang standar sertifikasi Halal.

3. Untuk mengetahui hukum Jual Beli Ayam Potong Yang Disembelih Oleh

Non Muslim di Pasar Sei Sikambing Kelurahan Sei Sikambing C

Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Menurut Fatwa DSN MUI NO

12 TAHUN 2009 Tentang standar sertifikasi Halal

D. Manfaat Penulisan

Selain untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah, tujuan

penelitian ini juga diharapkan bisa memberi manfaat baik itu manfaat secara

teoritis dan juga manfaat secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk

menambah khazanah ilmiah mengenai tema urgensi sertifikasi halal,

khususnya urgensi sertifikasi halal pada penyembelih ayam potong,

diharapkan juga penelitian ini bisa bermanfaat untuk menjadi bahan

kajian atau pemikiran lebih lanjut mengenai urgensi sertifikasi halal pada

penyembelihan ayam potong yang serupa dan bisa dimanfaatkan untuk

menjadi referensi atau rujukan penelitian selanjutnya.

2. Dari segi praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk

masukan bagi pelaku usaha ayam potong agar sertifikasi halal dapat

dipatuhi dan juga masukan kepada pemerintah untuk mengambil

kebijakan terhadap usaha ayam potong yang belum memiliki sertifikasi


9

halal.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dalam pemahaman, maka

penulis perlu menjelaskan atau memberikan definisi terhadap istilah-istilah pokok

yang nantinya berfungsi sebagai landasan operasional dalam penulisan skripsi ini.

Kata Jual Beli adalah transaski yang dilakukan dalam bentuk uang dan di

tukar dengan ayam potong yang diembelih oleh non muslim.

Kata non muslim dimaksud adalah orang yang menyembelih hewan yang

tidak beragama islam.

Pasar sikambing adalah pasar tradisional yang berada di wilayah kota

medan yang menjadi tempat penyembelihan ayam potong yang disembelih oleh

non muslim yang diperjual belikan kepada orang muslim.

F. Kajian Terdahulu

Kajian pustaka diperlukan untuk menghindari pembahasan topik yang

sama mengenai penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini.

Adapun Kajian tentang menjadi bahan kajian Ilmiah berupa skripsi yang penulis

beri judul : Hukum Jual Beli Ayam Potong Yang Disambelih Oleh Non Muslim

Menurut Fatwa DSN MUI NO 12 TAHUN 2009 (Studi Kasus Pasar Sei

Sikambing Kelurahan Sei Sikambing C Kecamatan Medan Helvetia Kota

Medan) belum pernah sebelumnya dibahas oleh peneliti lain, akan tetapi penulis

menemukan beberapa penelitian yang memiliki kemiripan, sebagai berikut:

1. Skripsi karya Khofidatul Musarofah, “Praktik Pengolahan Ayam di Bubut

Ayam Syariah Desa Sumoroto Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo

Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang


10

Jaminan Produk Halal”, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas

Syariah, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, tahun 2019. Kesimpulan

dari penelitian tersebut yaitu proses penyembelihan yang dilakukan oleh

Bubut Ayam Syariah sudah sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal seperti membaca

Bismillah ketika menyembelih, pemotongan dilakukan dengan memutus

tiga (3) saluran sekaligus, yaitu saluran pernafasan, saluran makan dan

pembuluh darah sesuai dengan ketentuan dalam Fatwa Majelis Ulama

Indonesia tentang Penyembelihan Halal. Tetapi, sebelum proses

penyembelihan menimbulkan rasa sakit pada hewan ketika dimasukan ke

dalam cerobong dan setelah penyembelihan ayam tersebut tidak

dipastikan sudah mati atau belum. Persamaan penelitian di atas dengan

penelitian yang penulis teliti yaitu sama-sama membahas mengenai praktik

penyembelihan ayam sesuai dengan syariat Islam. Perbedaannya terletak pada

fokus penelitian, dimana penelitian di atas fokus kepada praktik

penyembelihan ayam berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014

Tentang Jaminan Produk Halal.

2. Skripsi karya Arman Suhada, “ Jaminan Halal dalam Proses Penyembelihan

Ayam Potong (Studi Kasus Peternakan ayam potong di Kabupaten

Lampung Timur”. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah,

Institut Agama Islam Negeri Metro, Tahun 2020. Kesimpulan dari skripsi

tersebut yaitu jaminan halal dalam proses penyembelihan ayam potong

pada Peternakan Ayam Potong di Kabupaten Lampung Timur belum

terjamin kehalalannya. Hal ini dikarenakan dari tiga peternakan ayam yang
11

melakukan pemotongan ayam yaitu: Farm jaya Asri Metro Kibang, Arie

Broiller Purbolinggo, dan Agus Ayam Metro Kibang, hanya Agus Ayam

Metro Kibang yang semua prosesnya sesuai dengan syariat Islam.

Sedangkan Farm jaya Asri Metro Kibang dan Arie Broiller Purbolinggo

masih ada proses penyembelihan yang belum sempurna atau belum sesuai

dengan syariat Islam. Hal ini dikarenakan masih dijumpai ayam yang

dipotong tidak langsung mati, namun dipotong dua kali dan ada yang

mati karena dimasukan ke dalam air panas dan mesin bubut ayam.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang penulis teliti yaitu Sama-

sama membahas tentang penyembelihan ayam potong. Perbedaannya terletak

pada fokus penelitian, penelitian di atas fokus pada Jaminan Halal pada

Penyembelihan Ayam Potong. Sedangkan fokus penelitian yang akan diteliti

mengenai Urgensi Sertifikasi Halal pada penyembelihan ayam di Rumah

Potong Ayam.

3. Skripsi karya Siti Aisyah, “Praktek Penyembelihan Ayam Potong di Pasar

Angso Ditinjau dari Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009”. Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi, Tahun 2020. Kesimpulan dari skripsi tersebut yaitu praktik

penyembelihan ayam potong yang dilakukan di Pasar Angso diragukan

kehalalannya, karena dalam proses penyembelihan oleh karyawan yang

bertugas sebagai penyembelih hanya membaca basmallah pada saat akan

memotong ayam yang pertama saja. Persamaan penelitian di atas dengan

penelitian yang penulis teliti yaitu sama-sama membahas mengenai praktik

penyembelihan ayam potong. Perbedaannya terletak dari fokus


12

penelitiannya, penelitian karya Siti Aisyah fokus pada praktik

penyembelihan ayam potong ditinjau dari Fatwa MUI Nomor 12 Tahun

2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal.

Dari kajian terdahulu yang dipaparkan sebelumnya tidak terdapat

kesamaan fokus dengan judul yang dibahas oleh penulis. Karena fokus

pembahasan yang dibahas oleh penulis adalah penyembelihan ayam potong oleh

non muslim.

G. Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai

landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan kata lain untuk

mendiskripsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan untuk mengkaji

permasalahan.8 Adapun kerangka teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah:

Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai’ - yang berarti menjual,

mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam bahasa Arab

digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-syira’ (beli).9

Secara etimologi, jual beli adalah proses tukar menukar barang dengan

barang, kata bai’ yang artinya jual beli termasuk kata bermakna ganda yang

bersebrangan, seperti hal-halnya kata syira’.10 Hal tersebut sebagaimana firman

8
Jujun S.Soeryasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar
Harapan, 1978), h. 316.
9
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Cet 1, (Jakarta : Prenada Media,
2005), h. 101.
10
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011) ,
h. 25.
13

Allah SWT dalm surat yusuf ayat 20 yang berbunyi:

َّ ‫س َد َر ِاه َم َم ْع ُد ْو َد ٍة ۚ َو َكانُ ْوا فِ ْي ِه ِم َن‬


(٢٠)‫الز ِاه ِديْ َن‬ ٍ ‫َو َش َر ْوهُ بِثَ َم ۢ ٍن بَ ْخ‬

Artinya: “Dan mereka menjualnya dengan harga rendah.”11

Secara istilah (terminologi) berdasarkan pendapat para ulama antara

lain sebagai berikut :

a. Ulama Hanafiyah membagi definisi jual beli ke dalam dua macam,

yaitu :

1. Definisi dalam arti umum, yaitu :

‫الن ْق ِد َْأو‬
َّ ِ‫السل َْع ِة ب‬ َ َ‫َّة َونَ ْح ِو َها َْأو ُمب‬
ِّ ُ‫ادلَة‬ ِ ‫بو‬
ِ ‫الفض‬ َّ ِ‫ْعي ِن ب‬
َ ِ ‫الن ْق َديْ ِن النَق َد َه‬ ْ ‫َو ُه َو َب ْي ُع ال‬

ِ ِ
ُ ‫نَ ْح ِوها َعلَى َو ْجه َم ْخ‬
ِ ‫ص ْو‬
‫ص‬

Artinya: “Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas

dan perak) dan semacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang atau

semacamnya menurut cara yang khusus.

2. Definisi dalam arti khusus, yaitu :

ِ ‫ص ْو‬
‫ص‬ ِ ِ ‫ادل َِة الْم‬
ُ ‫ال َعلَى َو ْجه َم ْخ‬ َ َ َ‫َو ُه َو ُمب‬

Artinya: “Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara

yang khusus.”

b. Ulama Malikiyah membagi definisi jual beli ke dalam dua macam,

yaitu dalam arti umum dan arti khusus.


11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung : CV. Penerbit
Diponegoro, 2005), h. 189.
14

1. Definisi dalam arti umum, yaitu :

ِ ‫ض ِة َعلَى غَي ِر منَافِع والض م ْتع ِة لد‬


‫َّة‬ َ ‫َف ُه َو َع ْق ُد ُم َع َاو‬
َُ ََ َ ْ

Artinya :“Jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas

selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan.”

Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar menukar

sesuatu yang bukan kemanfaatan atau kenikmatan. Perikatan adalah

akad yang mengikat kedua belah pihak. Sesuatu yang bukan manfaat

ialah bahwa benda yang ditukarkan adalah dzat (berbentuk), ia

berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan manfaatnya atau

hasilnya.12

2. Definisi dalam arti khusus, yaitu :

ٍ ‫ب والَ فِض‬ ِ َ ‫َّة َأو مكضا يس ِة َأح ُد ِعو‬


ِ ِ َ ‫َفهو َع ْق ُد معاو‬
‫َّة ُم َعيَّ ٌن غَْي ُر‬ َ ٍ ‫ض ْية غَْي ُر ذَ َه‬ َ َ ََ ُ ْ ‫ضة لد‬ َ َُ َُ

‫ال َْع ْي ِن فِ ْي ِه‬

Artinya : “Jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas

selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan,

bersifat mengalahkan salah satu imbalannya bukan emas dan bukan

perak, objeknya jelas bukan utang.”

Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar- menukar

sesuatu yang bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang

mempunyai daya tarik, penukarannya bukan emas dan bukan pula

perak, bendanya dapat direalisir dan ada seketika (tidak

12
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta, Rajawali Pers, 2010), h. 69.
15

ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu ada di

hadapan pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-

sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu.

c. Imam Syafi’i memberikan definisi jual beli yaitu pada prinsipnya,

praktik jual beli itu diperbolehkan apabila dilandasi dengan keridhaan

(kerelaan) dua orang yang diperbolehkan mengadakan jual beli barang

yang diperbolehkan.13

d. Menurut Ibnu Qudamah mendefinisikan1 4

‫ال بِاال َْم ِل تَ ْملِ ْي َكا َوتَ َملُّ َكا‬


ِ ‫ادلَةُ الْم‬
َ َ َ‫ُمب‬
Artinya: “Pertukaran harta dengan harta (yang lain) untuk saling

menjadikan milik.”

e. Menurut Sayyid Sabiq

Dalam kitab Fiqih Sunnah mendefinisikan jual beli adalah

penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau

memindahkan hak milik dengan adanya penggantinya dengan cara

yang dibolehkan.”15

Kata bai’ adalah pecahan dari kata baa’un (barang), karena

masing-masing pembeli dan penjual menyediakan barangnya dengan

maksud memberi dan menerima karena keduanya berjabat tangan

13
Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan kitab Al Umm,
penerjemah: Imron Rosadi, Amiruddin dan Imam Awaluddin, Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2013), h. 1

14
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Juz III, h. 559.

15
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid ke 12, (Bandung : PT. Almaarif), h. 45.
16

dengan lain. Atas dasar itulah, jual beli (bai’) dinamakan shafaqoh

yang artinya transaksi yang ditandai dengan berjabat tangan.

Maal ( harta dan barang) itu sendiri, menurut ulama Hanafi adalah

segala sesuatu yang disukai oleh tabiat manusia dan bisa disimpan

sampai waktu dibutuhkan. Akan tetapi standar sesuatu itu disebut maal

adalah ketika semua orang atau sebagian dari mereka memperkaya diri

dengan maal tersebut. Berdasarkan hal inilah maka menurut ulama

Hanafi, manfaat dan hak-hak tidak termasuk kategori maal (harta),

sementara bagi mayoritas ahli fiqih hak dan manfaat termasuk harta

yang bernilai. Pasalnya menurut mayoritas ulama, tujuan akhir dari

kepemilikan barang adalah manfaat yang ditimbulkannya.

Jual beli juga merupakan suatu perbuatan tukar menukar barang

dengan barang atau uang dengan barang, tanpa tujuan mencari

keuntungan. Hal ini karena alasan orang menjual atau membeli barang

adalah untuk suatu keperluan, tanpa menghiraukan untung ruginya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap perdagangan dapat

dikatakan jual beli, tetapi tidak setiap jual beli dapat dikatakan

perdagangan.16

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa inti jual beli

ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai

secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda

dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah

16
Ibnu Mas’ud, et al, Fiqih Madzhab Syafi’i Edisi Lengkap Muamalah,
Munakahat, Jinayat, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1992), h.22.
17

dibenarkan syara’ dan disepakati.17

H. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis beranggapan bahwa hukum

terhadap jual beli ayam potong yang disembelih oleh non muslim menurut Fatwa

DSN MUI No 12 tahun 2009 tentang standar sertifikasi penyembelihan halal di

pasar Sikambing Medan diharamkan karena yang menyembelih ayam potong

merupakan non muslim.

I. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan

prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga

merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode penelitian

merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah

pengetahuan.18

Adapun metode yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Tipe dan Sifat Penelitian

Tipe Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah tipe penelitian

Empiris yaitu Metode penelitian empiris adalah penelitian yang berfokus

meneliti suatu fenomena atau keadaan dari objek penelitian secara detail

dengan menghimpun kenyataan yang terjadi serta mengembangkan konsep

17
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.69.

18
Sukiati, Metodologi Penelitian Sebuah Pengantar , Medan: Perdana Publishing, 2017
h. 7-8
18

yang ada.19

Karena tipe penelitian ini adalah empiris maka metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah field research atau penelitian

lapangan.

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitis. Penelitian deskriptif

bertujuan untuk memberi data yang seteliti mungkin tentang manusia,

keadaan atau gejala lainnya. Metode deskriptif ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data seteliti

mungkin tentang objek yang diteliti.20

2. Pendekatan Masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni empiris, maka

pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan living case studies.21 Pendekatan

konsep yang digunakan untuk meneliti konsep jual beli ayam potong yang

disembelih non muslim apakah sudah sesuai dengan konsep standar sertifikasi

penyembelihan halal yang diatur dalam fatwa MUI.

3. Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari Fatwa

DSN MUI NO 12 Tahun 2009 Tentang standar sertifikasi penyembelihan

halal, dan hasil wawancara dengan pedagang dan pembeli ayam potong

yang disembelih non muslim.


19
Amarudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2021), h. 163.
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1998) , h. 58.

21
M.Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Aplikasinya, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), h.87.
19

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder berasal dari

literatur, artikel, jurnal, situs internet serta pendapat para ulama fiqih dan

pakar hukum Islam dan positif lainnya yang berkenaan dengan penelitian

yang dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat serta memberikan

penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder.

Bahan hukum yang digunakan adalah kitab fiqih, kamus hukum, dan

lainnya.

4. Prosedur Pengumpulan data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

adalah:

a. Studi Dokumen

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang

digunakan dalam penelitian adalah Fatwa MUI, peraturan perundang-

undangan, kitab-kitab fiqih, literatur, gambar, dan lainnya yang terkait

dengan penelitian.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara tidak


20

terstruktur (Unstructured Interview) yaitu wawancara yang bebas dengan

cara peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman yang

digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan. Wawancara dalam penelitian ini, dilakukan terhadap beberapa

pedagang dan pembeli ayam potong yang disembelih oleh non muslim.

c. Observasi

Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan

dengan jalan mengadakan pengamatan yang disertai dengan pencatatan

terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran yang dilakukan secara

langsung pada lokasi yang menjadi objek penelitian. Observasi yang

dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke pasar Sikambing Medan.

5. Analisis dan Penyajian Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pendekatan deduktif yaitu dengan menganalisis persoalan–persoalan yang umum

terkait dengan jual beli ayam potong yang disembelih oleh non muslim untuk

kemudian di analisis secara khusus bagaimana hukum jual beli tersebut.

J. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan skripsi ini dan dapat

dipahami secara terarah, maka penulis menggunakan sistematika pembahasan

yang diharapkan dapat menjawab pokok-pokok masalah yang dirumuskan,

Penulis menguraikan dalam 5 (lima) bab yaitu:

BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, kajian terdahulu,


21

kerangka teoritis, hipotesis, metode penelitian, sistematika pembahasan, daftar

pustaka.

BAB II : Pada bab ini membahas tentang tinjauan umum tentang jual beli

yang terdiri dari defenisi jual beli, dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual

beli, serta tinjauan

BAB III : Pada bab ini membahas tentang jual beli ayam potong yang

disembelih oleh non muslim didalamnya terdiri dari profil pasar, praktik

penyembelihan ayam potong, praktik penjualan kepada pembeli muslim yang ada

di pasar sikambing medan, dan faktor penyebab masyarakat muslim membeli

ayam potong di pedagang non muslim.

BAB IV : Pada bab ini membahas tentang hukum jual beli ditinjau dari

Fatwa MUI Nomor 12 tentang standar sertifikasi penyembelihan halal dan hukum

jual beli ayam potong yang disembelih oleh non muslim di pasar Sikambing

Medan ditinjau dari hukum Islam.

BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan

menguraikan jawaban dari permasalahan yang disajikan dalam rumusan masalah.

Pada bagian saran memaparkan beberapa saran akademik, baik bagi lembaga

terkait maupun untuk penulis.


DAFTAR PUSTAKA

Azhar Basyir Ahmad. 2000. Asas-Asas Hukum Muamalat, Yogyakarta: UII Press

Afandi, M. Yazid. 2009. Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Logung Pustaka

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2007. Ringkasan Shahih Bukhari,

Jakarta: Pustaka Azzam

Al-Faifi, Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya. 2014. Ringkasan Fikih Sunnah

Sayyid Sabiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Al-Fauzan, Syaikh Shaleh bin Fauzan. 2013. Mulakhkhas Fiqhi, Jakarta: Pustaka

Ibnu Katsir

Al Husaini, Imam Taqiyuddin Abu Bakar. 1997. Kifayatul Akhyar, Surabaya: PT

Bina Ilmu

Amiruddin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

An-Nawawi, Imam. 2014. Syarah Shahih Muslim, Jakarta: Darus Sunnah Press

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta: PT Rineka Cipta

Ar-Ramli, Syamsuddin Muhammad. 2004. Nihayah Al-Muhtaj, Beirut: Dar Al

Fikr

As-sa’di, Syekh abdurrahman, et al. 2008. Fiqh Al Bay’ Wa Asy Syira’, Arab

Saudi: Maktabah Madinah

Ayyub, Syaikh Hasan. 2002. Fikih Ibadah, Jakarta: Pustaka Al Kautsar

Hasan, Ahmad Fakhroh. 2018. Fiqih Mu’amalah dari klasik hingga

kontemporer. Malang: UIN Maliki Press


Hasan, M.Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Aplikasinya.

Jakarta: Ghalia Indonesia

Kemenag RI. 2017. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Unit Percetakan Al-

Qur’an

Moleong, Lexy.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosdakarya

Mustofa, Imam. 2016. Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Depok: Rajawali Pers

Musa, Kamil. 2006. Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman.

Solo: Ziyad Visi Media

Rusyd, Ibnu. 1989. Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar al-jiil.

Sabiq, Sayyid. 2006. Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara

Shahih Sunan Tirmidzi. 2013. Jakarta: Pustaka Azzam.

Anda mungkin juga menyukai