BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hal makanan sebenarnya ada dua pengertian yang bisa kita
benar dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang haram dan
tidak pula dengan cara yang batil. Jadi, makanan yang pada dasar dzatnya
halal namun cara memperolehnya dengan jalan haram seperti mencuri, hasil
korupsi dan perbuatan haram lainnya, maka secara otomatis berubah status
membahas tentang makanan halal dari segi dzatnya atau subtansi barangnya.
1
Proyek Perguruan Tinggi Agama /IAIN di Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih, (Jakarta 1982), h., 525
2
Adib Bisri dan munawwir AF; kamus Indonesia Arab, (Surabaya: Pustaka Progresif,
1999), h., 201
2
dibagi dalam dua kategori, yaitu jamad (benda mati)dan hayawan (binatang)3.
Jadi pada intinya makanan halal adalah makanan yang baik yang
ت اﻟ ﱠﺸ ْﯿﻄَﺎ ِن
ِ طﯿﱢﺒًﺎ وَﻻ ﺗَﺘﱠﺒِﻌُﻮا ُﺧﻄُ َﻮا
َ ض َﺣﻼﻻ
ِ ْﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﻨﱠﺎسُ ُﻛﻠُﻮا ِﻣﻤﱠﺎ ﻓِﻲ اﻷر
ٌإِﻧﱠﮫُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻋ ُﺪ ﱞو ُﻣﺒِﯿﻦ
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
ُﺻﻠﱠﻰ اﷲ
َ ِْل اﷲ
َْﺖ َرﺳُﻮ
ُ َﺎل َِﲰﻌ
َ َﺸ ٍْﲑ َر ِﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨـ ُﻬﻤَﺎ ﻗ
ِ َﻋ ْﻦ أَِﰊ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲِ اﻟﻨﱡـ ْﻌﻤَﺎ ِن ﺑْ ِﻦ ﺑ
ََﺎت ﻻ
ٌ َﲔ َوﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬﻤَﺎ أُﻣ ُْﻮٌر ُﻣ ْﺸﺘَﺒِﻬ
ٌَﲔ َوإِ ﱠن اﳊَْﺮَا َم ﺑـ ﱢ
ٌ إِ ﱠن اﳊَْﻼ ََل ﺑـ ﱢ: ْل
ُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳـَﻘُﻮ
ﻀﻐَﺔً إِذَا
ْ ِﻚ ِﲪًﻰ أَﻻَ َوإِ ﱠن ِﲪَﻰ اﷲِ ﳏََﺎ ِرُﻣﻪُ أَﻻَ َوإِ ﱠن ِﰲ اﳉَْ َﺴ ِﺪ ُﻣ
ٍ َوإِ ﱠن ﻟِ ُﻜ ﱢﻞ َﻣﻠ
3
Thobieb Al - Asyhar, bahaya makanan harambagi kesehatan jasmani dan rohani,
(Jakarta, Al mawardi prima, 2003), h., 125
4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV.
Karya Insan Indonesia, 2004), h., 15
3
ْﺐ
ُ َت ﻓَ َﺴ َﺪ اﳉَْ َﺴ ُﺪ ُﻛﻠﱡﻪُ أَﻻَ َوِﻫ َﻲ اﻟْ َﻘﻠ
ْ ﺻﻠُ َﺢ اﳉَْ َﺴ ُﺪ ُﻛﻠﱡﻪُ َوإِذَا ﻓَ َﺴﺪ
َ َﺖ
ْ ﺻﻠَﺤ
َ
dapat membawa kesehatan bagi tubuh, dapat menimbulkan nafsu makan dan
tidak ada larangan dalam Al - Qur’an maupun hadits. Tetapi dalam hal yang
(ra’yi/ijtihad) terhadap sesuatu nash yang sifatnya umum yang harus digali
5
Imam Bukhori, Sohih Imam Bukhori, (Bairut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, tt), h., 309
4
pokoknya hanya ada empat yaitu dalam surat Al - Baqarah ayat 173:
diantaranya :
6
Hussein Bahresy, Pedoman Fiqh Islam, (Surabaya, Al - Ikhlas, 1981), h., 303
7
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.cit, h., 99
5
3. Babi, apapun yang berasal dari babi hukumnya haram baik darahnya,
a. Halal dzatnya;
8
Departemen Agama, Tanya Jawab Seputar Poduki Halal, (Jakarta: Bagian proyek
sarana dan prasarana produk halal, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji, 2003), h., 17
6
1. Bukan terdiri dari atau mengandung bagian atau benda dari binatang
yang dilarang oleh ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak
ajaran Islam.
Berkaitan dengan makanan dan minuman yang halal, hal ini sangat erat
pulang kerumah orang tuanya yang mereka beragama non muslim atau ketika
Barat Kecamatan Tualang Kabupaten Siak yang didirikan pada tahun 1996.
Awal mula berdirinya pondok ini berdasarkan niat baik pemuka masyarakat
9
Ibid.,
7
Thalibiin Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, hingga saat ini ada beberapa
TAHUN
NO AGAMA TEMPAT TANGGAL MASUK
NAMA
ASAL LAHIR ISLAM
antaranya ialah adanya hidayah dari Allah SWT, perasaan kurang yakin dan
benar akan agama yang dianutnya, dan ada pula karna faktor pernikahan, akan
tetapi para muallaf yang ingin belajar ilmu agama di Pondok Pesantren
dikarenakan faktor hidayah dari Allah SWT, mereka para muallaf meyakini
bahwa agama Islam lah yang paling benar dari pada agama mereka
atau siaran radio dan membaca buku,majalah dan lain sebagainya yang
Modren I’aanatuth Thalibiin yang bernama Ayuu Akiong dan di tukar dengan
seperti yang di sebutkan di atas itu masih kurang sempurna dan kurang efektif
10
Data diambil dari Kepala Seksi Kesiswaan, Pondok Pesatren Modren I’aanatuth
Thalibiin (Seorang Santri Muallaf) Hasil Wawancara, 09 April 2013
9
untuk mereka pelajari,karena itulah salah satu alasan mereka (Muallaf) untuk
“Saya memondok di pesantren ini selain niat untuk menuntut ilmu, saya juga
Yang menarik untuk diteliti disini adalah, bahwa para santri muallaf
mereka disaat liburan sekolah. Mereka ikut memakan makanan yang dimasak
atau disembelih oleh orang tua mereka dan mereka selalu menggunakan
saudara Gea:
“Saya santri yang mondok di pesantren ini namun saya juga sering
mengunjungi orang tua saya dan saudara saya yang bukan beragama Islam
sekaligus menginap di sana selama liburan pondok dan saya juga ikut
memakan makanan yang dimasak /disembelih oleh orang tua saya, piring,
bejana atau gelas yang saya gunakan adalah piring yanga da dirumah,
karena suda tidak ada piring lagi, kemudian piring tersebut pernah
digunakan orang tua saya untuk menyajikan daging babi. ”13.
11
Ayuu Akiong (alias Abdurrahman), Santri Pondok Pesantren Modren I’aanatuth
Thalibiin (Seorang Santri Muallaf) Hasil Wawancara, 09 April 2013
12
Ibid. Wawancara,Ayuu Akiong (alias Abdurrahman), Santri Pondok Pesantren Modren
I’aanatuth Thalibiin (Seorang Santri Muallaf).
13
Ibid, Wawancara, Gea (alias Mahyudin), Santri Pondok Pesantren Modren I’aanatuth
Thalibiin (Seorang Santri Muallaf).
10
membawa lauk pauk seperti daging ayam yang mereka sembelih sendiri
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan mengingat luasnya masalah yang timbul
penulis perlu membatasi terhadap judul ini. Adapun judul penelitian ini
C. Rumusan Masalah
11
Berpijak dari latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas, maka
D. Tujuan Penelitian
Nilai suatu penelitian dapat dilihat dari manfaat yang dapat diberikan.
Kabupaten Siak).
F. Metode Penelitian
diperlukan dalam bahasa ilmiah, untuk itu agar pembahasan menjadi terarah,
1. Lokasi Penelitian
14
Sutrisno Hadi, Metode Reseach, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Psikologi UGM, 1990),
Cet ke-1., h., 4.
13
11 orang.
4. Sumber data
Secara garis besar besar sumber data dalam penulisan ini ada 2
(dua) macam:
a. Data Primer
Kabupaten Siak.
b. Data sekunder
15
Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
Buku Panduan Peyusunan Skripsi, (Pekanbaru: Suska Press, 2011), h., 6
14
suatu masalah tertentu. Ini merupakan proses tanya jawab lisan atau
16
tulisan, di mana dua orang atau lebih saling berhadapan fisik .
b. Metode Dokumentasi
(internet), notulen rapat dan lain sebagainya 17. Dalam hal ini penulis
6. Analisa Data
16
Jonanthan Sarwono, Pintar Menulis Karya Ilmiah Kunci Sukses Dalam Menulis Ilmiah,
(Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010), h., 34
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1999), h., 236.
15
7. Metode Penulisan
Deduktif
khusus.
Induktif
yang umum.
Deskriptif
G. SistematikaPenulisan
ilmiah berupa skripsi, maka penulis susun dengan membagi kepada lima
16
bab dan dalam setiap bab terdiri dari beberapa pasal, adapun
sistematika penulisan.
majelis guru.
BAB III Tinjauan umum tentang makanan dalam Islam yang terdiri
DAFTAR PUSTAKA