Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MASAILUL FIQH AL-HADITSAH


(DAGING HEWAN HALAL YANG DISEMBELIH
ORANG NON MUSLIM DALAM PANDANGAN
FIQH ISLAM)
DOSEN PENGAMPU
M. SYAHRIZA REZKIANNOR, S. AG, M. H

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9


AHMAD (20.01.11.1546)
MAHMUDAH (20.01.11.1596)
MASITA DWI PUSPANINGRUM (20.01.11.1598)
PUTERI AISYAH (20.01.11.1644)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2021
KATA PENGANTAR

‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِحيم‬


ْ ِ‫ب‬
‫هّٰلِل‬
َ ‫سلِيْنَ َو ع َٰلى ٰالِ ِه َو‬
‫ اَ ّما بَ ْعد‬. َ‫ص ْحبِ ِه اَ ْج َم ِعيْن‬ َ ‫ف ااْل َ ْنبِيَا ِء َو ا ْل ُم ْر‬
ِ ‫سالَ ُم َعلَى اَش َر‬ َّ ‫ب ا ْل َعالَ ِميْنَ اَل‬
َّ ‫صالَةُ َو ال‬ ِّ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ َر‬

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Penyayang. Segala puji bagi

Allah, Tuhan sekalian alam karena atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan

inayahnya jualah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah untuk mata

kuliah Masailul Fiqh Al-Haditsah yang berjudul Daging Hewan Halal yang

Disembelih Orang Non Muslim dalam Pandangan Fiqh Islam. Shalawat serta

salam tak lupa juga kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw,

beserta keluarga, sahabat, kerabat, dan pengikut beliau dari dulu hingga akhir

zaman. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan

kali ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dan

penghargaan yang setinggi-tingginya. Penulis menyadari pada penyusunan

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Landasan Ulin, 18 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Penyembelihan............................................................................3

B. Pengertian Makanan......................................................................................5

C. Kategori Makanan yang Halal dan Makanan bergizi....................................5

D. Hukum Memakan Daging Halal Disembelih Orang NonMuslim................6

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

A. Simpulan.....................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Al-Quran telah diharamkan memakan bangkai, darah, daging babi

dan yang sembelih bukan dengan nama Allah dan sebagainya. hukum tersebut

tetap berlaku selama keadan masih dalam kelonggaran, diantara kelonggran

syariat islam dalam bab makanan, Islam membolehkan ummatnya untuk

mengkonsumsi hewan, baik hewan yang ada dilaut maupun yang ada didarat, dan

tentunya kebolehan itu disertai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Allah memperbolehkan umatnya untuk mengkonsumsi makanan yang baik

dan halal. Karena selain merupakan suatu aturan pastinya juga terkandung

manfaat di sana yaitu terjaminnya kesehatan dan keberkahan atas makanan

tersebut. Sedangkan makanan yang diharamkan oleh Allah tentunya dapat

berdampak buruk bagi kesehatan manusia.

Dalam Islam proses pemotongan hewan harus mendapat perhatian yang

khusus sehingga pemotongannya benar-benar sesuai dengan syariat yang sah.

Untuk itu harus mengetahui dan menentukan dengan jelas bagaimana

pemotongannya, profesi penyembelih, proses pemotongan pada hewan, alat

pemotongan, tata caranya, penyebutan (tasmiyah), niat serta hal- hal yang

berhubungan dengan pemotongan termasuk syarat-syarat sah dan syarat-syarat

1
yang bersifat etis. Perhatian ini dianggap perlu karena semakin banyak dan

kompleksnya jenis makanan yang menurut sebagian orang dianggap modern dan

memenuhi syarat kesehatan, tetapi tidak jelas halal-haramnya karena tidak jelas

pemotongannya. Sebab makanan yang masuk ke tubuh seseorang mempengaruhi

tingkah laku orang tersebut. Hewan yang boleh dimakan dagingnya oleh manusia

tidak halal dimakan kecuali dengan penyembelihan secara syara’ atau dengan cara

yang semakna dengannya. Ada dua binatang yang dikecualikan oleh syariat Islam

dari kategori bangkai yaitu belalang dan ikan dengan semua jenisnya dari berbagai

macam binatang yang hidup di dalam air.1

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Penyembelihan?

2. Apa pengertian dari Makanan?

3. Apa saja Kategori Makanan yang Halal dan Makanan Bergizi?

4. Bagaimana Hukum Memakan Daging Halal Disembelih Orang

NonMuslim?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Penyembelihan

2. Mengetahui pengertian dari Makanan

1
Yanti Roslina Naithboho, Anton, Sumarninong Jubair, “Pelaksanaan Penyembelihan
Hewan”,Jurnal Elkatarie: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial, Vol. 4 No. 1 (Oktober 2021), h.573

2
3. Mengetahui Kategori Makanan yang Halal dan Makanan Bergizi

4. Mengetahui Hukum Memakan Daging Halal Disembelih Orang Non

Muslim.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyembelihan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penyembelihan

merupakan proses, cara, perbuatan menyembelih, penggorokan, pemotongan

(leher), dan pembantaian.

Dalam istilah fiqh pemotongan disebut dzukat/dzabh. Qathruf mengatakan

bahwa asal kata dzukat dalam bahasa adalah tamam (penyempurnaan). Sedangkan

dalam syar’i, dzuka t adalah ungkapan untuk sebuah penumpahan darah yang

disertai dengan niat kepada Allah SWT. Pemotongan adalah sengaja memutus

saluran makanan, tenggorokan dan dua pembuluh darah hewan dengan alat yang

tajam selain kuku dan gigi. Pemotongan dilakukan untuk melepaskan nyawa

binatang dengan jalan paling mudah, yang kiranya meringankan dan tidak

menyakiti.

Penyembelihan menurut bahasa bermakna memotong. Adapun menurut

syara’ ialah menyembelih hewan yang terkendali dan halal dikonsumsi dengan

cara memotong saluran pernafasan dan saluran makanan. Terdapat perbedaan

3
pendapat di kalangan madzhab-madzhab fiqih, sesuai dengan perbedaan mereka

tentang bagian yang wajib dipotong dalam penyembelihan tersebut seperti :

Menurut madzhab Hanafi dan Maliki penyembelihan adalah tindakan

memotong urat-urat kehidupan yang ada pada hewan itu, yaitu empat buah urat:

Tenggorokan (al-hulquum), Kerongkongan (almarii), dan Dua Urat Besar yang

terletak di bagian samping leher (al-wadjaan). Lokasi penyembelihan itu sendiri

adalah bagian di antara labbah (bagian bawah leher) dengan lahyain (tempat

tumbuhnya jenggot, yaitu tulang rahang bawah).

Sementara penyembelihan dalam pandangan madzhab Syafi'i dan Hambali

adalah tindakan menyembelih hewan tertentu yang boleh dimakan dengan cara

memotong tenggorokan dan kerongkongannya. Adapun posisi dan lokasi

pemotongan itu bisa di bagian atas leher (al-halq) atau di bagian bawah leher

(labbah), atau dalam situasi yang tidak memungkinkan dilakukannya

penyembelihan di leher, maka dilakukan penikaman yang mematikan dibagian

mana saja dari tubuh hewan itu.

Sehingga dapat disimpulkan penyembelihan menurut kesepakatan ulama

adalah melakukan penyembelihan di bagian atas leher, bagian bawah leher atau

melakukan penikaman pada hewan yang bermaksud untuk melepaskannya

nyawanya dengan jalan yang paling mudah, yang kiranya tidak menyiksa atau

menyakiti hewan dengan alat yang tajam selain kuku, tulang, dan gigi sehingga

memenuhi syarat kehalalan untuk mengkonsumsinya. Adapun tujuan

penyembelihan dalam Islam adalah agar binatang tersebut matitanpa merasa

teraniaya dan halal untuk dimakan, seperti yang dikemukakan Sayid Sabiq sebagai

4
berikut, “Walaupun hewan yang dihalalkan untuk dimakan, namun haram untuk

dimakan kecuali melalui pemotongan (penyembelihan) terlebih dahulu.2

B. Pengertian Makanan

Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan,

dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Cairan

dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata “makanan” juga

bisa dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti “makanan

untuk pemikiran”. Kecukupan makanan dapat dinilai dengan status gizi secara

antropometri.

Makanan yang dibutuhkan manusia biasanya dibuat melalui bertani,

berkebun ataupun beternak yang meliputi sumber hewan dan tumbuhan. Beberapa

orang menolak untuk memakan makanan dari hewan seperti, daging, telur dan

lain-lain. Mereka yang tidak suka memakan daging dan sejenisnya disebut

vegetarian yaitu orang yang hanya memakan sayuran sebagai makanan pokok

mereka.3

C. Kategori Makanan yang Halal dan Makanan bergizi

Ada berbagai kriteria makanan sehat. Diantaranya adalah sebagai berikut:

 Bebas atau mengandung sedikit bahan pengawet yang aman bagi tubuh

2
Ibid, h.575-576
3
M Dwi Fidiqsa, “Makan Daging Yang Disembelih Oleh Nonmuslim”, Makalah,
(Surabaya: Fakultas Tarbiyah Surabaya, 2021), h. 2

5
 Tidak mengandung zat yang berbahaya seperti pemanis buatan aspartam

yang terbukti menyebabkan kanker

 Tidak kadaluarsa

 Bersih, tidak kotor

 Mengandung komposisi gizi yang seimbang sesuai yang dibutuhkan

tubuh

Asal dari semua makanan adalah boleh dan halal sampai ada dalil yang

menyatakan haramnya.Allah -Ta’ala- berfirman:

ٍ ‫سمٰ ٰو‬
ۗ‫ت‬ َ ‫س ْب َع‬ َ َ‫س َم ۤا ِء ف‬
َ َّ‫س ٰ ّوى ُهن‬ ْ ‫ض َج ِم ْي ًعا ثُ َّم ا‬
َّ ‫ست ٰ َٓوى اِلَى ال‬ ِ ‫ق لَ ُك ْم َّما فِى ااْل َ ْر‬ ْ ‫ُه َو الَّ ِذ‬
َ َ‫ي َخل‬

‫َو ُه َو ِب ُك ِّل ش َْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. (QS.Al-

Baqarah: 29)

Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu -termasuk makanan- yangada

di bumi adalah nikmat dari Allah, maka ini menunjukkan bahwa hukum asalnya

adalah halal dan boleh, karena Allah tidaklah memberikan nikmat kecuali yang

halal dan baik. Dalam ayat yang lain:

‫اضطُ ِر ْرتُ ْم‬ ‫وما لَ ُكم اَاَّل تَْأ ُكلُوا مما ُذكر ا هّٰللا‬
َّ َ‫س ُم ِ َعلَ ْي ِه َوقَ ْد ف‬
ْ ‫ص َل لَ ُك ْم َّما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم اِاَّل َما‬ ْ َ ِ َّ ِ ْ ْ َ َ

َ‫ضلُّ ْونَ ِبا َ ْه َو ۤا ِٕى ِه ْم بِ َغ ْي ِر ِع ْل ٍم ۗاِنَّ َربَّ َك ُه َو اَ ْعلَ ُم ِبا ْل ُم ْعتَ ِديْن‬
ِ ُ‫اِلَ ْي ِه َۗواِنَّ َكثِي ًرا لَّي‬

“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang

diharamkan- Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”. (QS.

Al-An’am:119). Maka semua makanan yang tidak ada pengharamannya dalam

syari’at berarti adalah halal.4

4
Ibid, h. 4-5

6
D. Hukum Memakan Daging Halal Disembelih Orang NonMuslim

Apa yang kita lakukan apabila dihidangkan kepada kita daging untuk

dimakan sedangkan kita tidak tahu apakah disembelih atas nama Allah atau tidak?

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjawab di dalam Fatawa Nur

‘Alad Darbi sebagai berikut: Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari yang bersumber

dari ‘Aisyah ra: Bahwasanya ada suatu kaum yang berkata kepada Nabi

Muhammad Saw: “Sesungguhnya ada satu kelompok manusia yang datang

kepada kami dengan membawa daging, kami tidak tahu apakah disembelih atas

nama Allah ataukah tidak?” Maka beliau menjawab: “Sebutlah nama Allah oleh

kamu atasnya dan makanlah”. Aisyah menjawab: “Mereka pada saat itu masih

baru meninggalkan kekufuran”(HR. Imam Al-Bukhari no.2057). Maksudnya, mereka

baru masuk Islam. Dan orang seperti mereka kadang-kadang tidak banyak

mengetahui hukum-hukum secara rinci yang hanya diketahui oleh orang-orang

yang sudah lama tinggal bersama kaum Muslimin. Namun begitu Rasulullah Saw

mengajarkan kepada mereka (para penanya) agar pekerjaan mereka diselesaikan

oleh mereka sendiri, seraya bersabda: “Sebutlah nama Allah oleh kamu atasnya”,

yang maksudnya adalah: Bacalah bismillah atas makanan itu lalu makanlah.

Adapun apa yang dilakukan oleh orang lain selain anda, dari orang-orang

yang perbuatannya dianggap sah, maka harus diyakini sah, tidak

bolehdipertanyakan. Sebab mempertanyakannya termasuk sikap berlebihan.

Kalausekiranya kita mengharuskan diri kita untuk mempertanyakan tentang

halseperti itu, maka kita telah mempersulit diri kita sendiri, karena adanya

7
kemungkinan setiap makanan yang diberikan kepada kita itu tidak mubah(tidak

boleh), padahal siapa saja yang mengajak anda untuk makan, maka boleh jadi

makanan itu adalah hasil ghashab (mengambil tanpa diketahui pemiliknya) atau

hasil curian, dan boleh jadi berasal dari uang yang haram,dan boleh jadi daging

yang ada di makanan tidak disebutkan nama Allah(waktu disembelih). Maka

termasuk dari rahmat Allah kepada hamba-hambaNya adalah bahwasanya suatu

perbuatan, apabila datangnya dari ahlinya, maka jelas ia mengerjakannya secara

sempurna hingga bersih dari dzimmah (beban) dan tidak perlu menimbulkan

kesulitan bagi orang lain.

Di dalam hadits-hadits diatas terdapat dalil yang menunjukkan bahwa

tidak selayaknya (bagi kita) mempertanyakan tentang bagaimana real

penyembelihannya jika yang melakukannya orang yang diakui kewenangannya.

Ini adalah merupakan hikmah dari Allah dan kemudahan dari Nya sebab jika

manusia dituntut untuk menggali syarat-syarat mengenai wewenang yang sah

yang mereka terima, niscaya hal itu akan menimbulkan kesulitan dan membebani

diri sehingga menyebabkan syari’at ini menjadi syari’at yang sulit dan

memberatkan.

Adapun kalau hewan potong itu datang dari negara asing dan orang yang

melakukan penyembelihannya adalah orang yang tidak halal sembelihannya,

seperti orang-orang majusi dan penyembah berhala serta orang-orang yang tidak

menganut ajaran agama (atheis), maka ia tidak boleh dimakan, sebab Allah SWT

tidak membolehkan sembelihan selain kaum Muslimin, kecuali orang-orang ahlu

kitab, yaitu yahudi dan nashrani. Apabila kita meragukan orang yang

8
menyembelihnya, apakah berasal dari orang yang halal sembelihannya ataukah

tidak, maka yang demikian itu tidak apa-apa.

Mengenai daging import dan keju dari Negara non muslim, Syaikh

Muhammad Nashiruddin Al-Albani ra berpendapat dalam Majmu’ah Fatawa Al-

Madina Al-Munawarah, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Albani, Penulis

Muhammad Nashiruddin Al-Albani Hafidzzhullah, Penerjemah Adni Kurniawan,

Penerbit Pustaka At-Tauhid, sebagai berikut: “Daging (import) ini ada dua

kemungkinan yaitu hewan yang boleh dimakan dan hewan yang tidak boleh

dimakan. Hewan yang boleh dimakan terbagi menjadi dua kemungkinan:

1. Sembelihan ahli kitab

Ini bisa berupa disembelih secara syari’at maka halal dimakan.

Sedangkan dibunuh dengancara (yang tidak syar’i), maka haram dimakan,

karena kita tidak mengetahuinya dengan jelas. Nabi saw bersabda:

“Tinggalkan apa yang meragukanmu, lakukan apa yang tidak

meragukanmu”.

2. Bukan sembelihan ahli kitab

Maka hukumnya haram. Daging hewan yang tidak dimakan

sembelihannya (hewan yang haram dimakan) maka ini hukumnya haram.

Adapun mengenai keju maka tidak haram hukumnya, karena para sahabat

ra memakan keju yang mereka peroleh dari negeri Persia. Dan senyawa

penyusunan keju tersebut yang diambil dari hewan yang tidak disembelih

secara Islami, maka senyawa tersebut najis dan haram. Dan di sini tidak

ada bedanya apakah hewan tersebut disembelih atau tidak. Mengenai

9
perbuatan para sahabat yaitu memakan keju yang mereka peroleh dari

Persia membukakan suatu pintu (bab) fiqih bagi kita yang jarang dibahas

orang.5

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Daging-daging yang ditanyakan ini, jika diimpor dari negara Ahli Kitab

dan disembelih sesuai dengan tuntunan syariat, maka daging ini boleh

dikonsumsi. Sedangkan jika disembelih tidak sesuai dengan tuntunan syariat,

seperti dengan menggunakan sengatan listrik atau semacamnya, maka (demikian)

ini haram. Jika urusan itu masih samar pada anda, maka tinggalkan daging-daging

itu dan berahlihlah kepada yang tidak mengandung syubhat. Jika masih merasa

ragu dengan daging-daging tersebut maka tinggalkanlah, dan beralihlah dengan

daging yang kita merasa yakin (tidak mengandung syubhat).

B. Saran

Kami menyadari didalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan

kekhilafan. Hal ini karena kurangnya sumber bacaan dan keterbatasan pemakalah.

5
Ibid, h. 5-9

10
Oleh karena itu kami sebagai pemakalah berharap akan kritik dan saran yang

berguna bisa menjadikan perbaikan makalah mendatang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Naithboho Yanti Roslina, Anton, Sumarninong Jubair, “Pelaksanaan


Penyembelihan Hewan”, Jurnal Elkatarie: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial,
Vol. 4 No. 1, Oktober 2021.

Fidiqsa M Dwi, “Makan Daging Yang Disembelih Oleh Nonmuslim”. Makalah,


Surabaya, Fakultas Tarbiyah Surabaya. 2021.

12

Anda mungkin juga menyukai