Nim : 1803016176
Ushul fiqih PAI 3D
Tugas Ushul Fiqih membuat 5 pertanyaan!!!
“al-Maisir adalah unta yang mereka jadikan sebagai taruhan (di zaman jahiliyah).
Disebut maisir karena dibagi-bagi, maka seolah-olah unta (yang disembelih) adalah
barang yang dibagi-bagi. Dan apa saja yang kamu bagi-bagi, maka telah kamu jadikan
taruhan.”1
Pada awalnya ternyata maisir atau judi menurut pengertian bahasa arab
awalnya adalah unta yang dijadikan alat bertaruh kemudian disembelih dan dibagi-
bagi. Berangkat dari sinilah istilah maisir kemudian digunakan untuk menyebut permainan
dengan bidak atau dadu dan mengandung unsur taruhan.
adapun definisi secara istilah sangat beragam, namun semunya bermakna satu, diantara
pengertiannya adalah sebagai berikut :
Jadi, pada intinya, judi dalam bahasa indonesia yang disebut qimar atau maisir
dalam bahasa arab adalah setiap bentuk permainan, apapun itu, entah dengan dadu atau
bukan, yang di situ ada unsur taruhan sekaligus kalah-menang dan si pemenang berhak
mengambil harta yang dipertaruhkan.
1
Tafsir al-Qurthubi
2
al-Qamus al-Muhith
Yang namanya judi, bagaimana pun bentuknya, apapun tujuannya, tetap haram
hukumnya. Terlebih kita sebagai pribadi muslim yang tahu betul bahwa judi bukan hanya
sekedar haram tetapi merupakan salah satu perbuatan dosa besar sebagaimana
ditegaskan dalam Al-Quran, Sunnah, dan juga ijma’ ulama.
Adapun kriteria judi sebagai berikut ;
a. Ada pihak yang bertaruh.
b. Yang di pertaruhkan berupa harta.
c. Ada penentuan menang-kalah.
d. Pemenang mendapatkan harta taruhan.
Bicara soal judi dan perjudian, kita patut bersyukur karena ternyata masyarakat kita
sudah sangat paham dan sadar bahwa berjudi itu merupakan perbuatan terlarang, baik
menurut undang-undang negara apalagi agama. Ya meskipun masih ada sebagian diantara
mereka yang tetap berani malakukannya.
Tapi di sisi lain, ternyata dibalik kepahaman dan kesadaran akan haramnya hukum
judi, namun ternyata masih ada praktik-praktik atau kegiatan atau event yang kalau
diteliti lagi, ternyata aktifitas tersebut merupakan praktik perjudian.
Wallahu a’lam bishawab.
3
Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, jilid 21, hal. 173
pendapat dari Imam Malik, As-Syafii, Al-Auza’i, Ats- Tsauri, dll, yang menilai bahwa seluruh
hewan laut itu boleh dimakan baik hewan yang didapat masih hidup lewat buruan (dipancing)
atau hewan laut yang didapat sudah mati (bangkai), didasarkan kepada keumuman hadits
Rasulullah saw:
Laut itu suci airnya dan halal bangkainya. (HR. Abu Daud dan At-Tirmizy)4
Lebih lanjut terhadap kebolehan memakan hewan darat juga dijelaskan oleh Allah swt:
َ َٰ ش ۡي
َ ط ۚ ِن ِإنَّ ۥهُ لَ ُك ۡم
عدُو م ِبين َّ ِت ٱل
ِ ط َٰ َو َّ َو ِمنَ ۡٱۡل َ ۡن َٰعَ ِم َح ُمولَ ٗة َوفَ ۡر ٗش ۚا ُكلُوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم
ُ ٱَّللُ َو ََل تَت َّ ِبعُوا ُخ
“Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk
disembelih. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Jadi hewan darat yang boleh dimakan itu bukan hanya unta saja, juga bukan hanya
sapi atau kambing saja, namun kehalalan itu berlaku untuk semua hewan darat asalkan
memenuhi kriteria berikut ini: (1) Bukan hewan najis, (2) Bukan bangkai (3) Bukan termasuk hewan
buas (4) Bukan hewan dua alam, (4) Bukan juga hewan yang dilarang untuk dibunuh.
Hewan darat yang ingin dimakan itu tentunya harus melalui proses penyembelihan terlebih
dahulu, agar dia halal untuk dimakan, berbeda dengan ikan sebagai hewan laut, maka ikan tidak
butuh disembelih, dia bisa lagsung dimakan tanpa proses penyembelihan.
Terkait apakah halal sembelihan laki-laki yang sedang dalam keadaan junub, atau sembelihan
perempuan yang sedang haidh, maka ada baiknya kita perhatikan dulu hadits Rasulullah saw
berikut yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari:
“Bahwa ada seorang jariyah (perempuan) yang sedang mengembala kambing (milik tuannya)
di Sala’ (nama salah satu bukit di Madiah), tiba-tiba salah satu kambing kelihatannya mau mati,
maka dia bergegas mengambil batu dan memecahkannya lalu disembelihlah kambing tadi. Maka
(tuan kambing tersebut) berkata kepada keluarganya: “Jangan dulu dimakan sampai nanti aku
menemui nabi shallallhu ‘alaihi wasallam atau nanti aku mengutus salah seorang untuk
menanyakan (perihal sembelihan ini), lalu dia datang menemui nabi shallallhu alaihi wasallam
dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk memakan (sembelihan
tersebut).”
Dari hadits tersebut umumnya, para ulama fiqih memberikan kesimpulan bahwa laki-laki
yang junub atau bahkan perempuan yang junub boleh menyembelih hewan, dan hasil
sembelihannya halal untuk dimakan. Karena untuk sekedar mengucapkan “bismillah” sebagai
4
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, jilid 6, hal. 318
sebuah dzikir tidaklah terlarang bagi seorang yang junub, yang dilarang adalah membaca Al-
Quran sebagai ayat Al-Quran.
1. Hakikat ijtihad
Ijtihad bukanlah sebuah tindakan untung mengarang agama dan menyerahkan segala
urusan agam semata mata hanya kepada akal dan logika manusia dan meninggalkan apa yang
sudah di gariskan dalam alquran dan Sunnah. Pemahan ijtihad yang seperti inikiranya telah
keliru dari pengertian ijtihad sesungguhnya.
Pada hakikatnya, yang namanya ijtihad itu malah berpegang teguh kepada alquran dan
Sunnah karena tidak sah suatu ijtihad jika tidak di dasarkan pada alquran dan Sunnah. Sebagai
contoh sederhana ketika rasulullah menakar makanan yang beliau keluarkan untuk membayar
zakat fitrah, beliau menggunakan takaran yang disebut sha’. Sayang nya orang orang di
Baghdad tak mengenal yang namanya sha’tersebut. Maka para ulama ketika masa itu membuat
sebuah penelitian yang kiranya dapat memepermudah orang untuk mengenal berapa
sebenarnya ukuran satu sha’ tersebut. Maka inilah yang disebut sebagai ijtihad. Maka jelaslah
bahwa ijtihad diperlukan untuk memahami alquran dan Sunnah.
2. Perintah untuk berijtihad
Perintah untuk berijtihad sudah sangat jelass termaktub dalam quran surah az-zumar:42
5
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 9, hal. 404
ٖ َض بَعۡ دَ َم ۡوتِ َه ۚا ٓ إِ َّن فِي َٰذَلُِكَ َۡل ٓ َٰي
ت ِلقَ ۡو ٖم َ ي ِ بِ ِه ۡٱۡل َ ۡر
س َما ٓ ِء َما ٓ ٗء فَي ُۡح ۦ َ َو ِم ۡن َءا َٰيَتِِۦه ي ُِري ُك ُم ۡٱلبَ ۡرقَ خ َۡو ٗفا َو
َّ ط َم ٗعا َويُن َِز ُل ِمنَ ٱل
ََيعۡ ِقلُون
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk
(menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan
bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
3. Ijtihad dilakukan oleh rasulullah SAW
Rasulullah sendiri yang sudah mendapatkan legitimasi dari allah langsung bahwa yang keluar dari
perkataanya adalah wahyu, jika diteliti dalam sirah nabawiyah beliau juga melakukan ijtihad karenan
wahyu tidak turun tepat pada saat yang dibutuhkan. Hal ini dapat kita lihat dalam surah al kahfi :23-24
Salah satu riwayat yang mashur adalah ijtihad muadz bin jabal ketika beliau ditanya ketika menjadi
pemimpin negeri yaman. Beliau ditanya dengan apa engkau memutuskan perkara maka sahabat
muadz menjawab yang pertama dengan al quran dan yang keddua denga Sunnah rasulillah dan yang
ketiga dengan ijtihad.
5. Perubahan zaman
Sudah menjadi sunnatullah bahwa detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari
berganti minggu, dan minggu berganti bulan, buan berganti tahun semua menuai perubahan. Oleh
karena itu umat islam pun membutuhkan orang-orang yang mampu berijtihad denagn benar.
Meski alquran adalah kitab yang lengkap dan shalih likulli zaman wal makan. Namun bukan berarti
al quran adalah sebuah ensiklopedia umum yang memuat segala materi.
Diantara para ulama yang berpegang pada qaul sahabi adalah imam malik. Selain itu beliau
juga berpegang pada sumber istinbath lainya seperti mafhum mukallaf, mafhum muwaqaf,
tanbih alal illah, ijma’, qiyas, amalan ahlu Madinah, istihsan dll. Beliau meyakini bahwa
pendapat para sahabat (qaul sahabi) lebih utama untuk dipegang dan diikuti ketimbang ijtihad
kita sendiri.
Yang menjadi alasan adalah para sahabat itu pernah hidup bersama rasul sehingga mereka
bisa dianggap barisan orang yang paling mengerti Sunnah beliau, paham akan islam langsung
dari sumbernya, serta mengerti seluk beluk di turunan nya ayat alquran.
Bahkan para ulama yang berpegang pada qaul sahabi bahwa alquran pun memerintahkan
yang demikian dalam surah an nisa: 59
ِسو ِل
ُ ٱلر َّ ِسو َل َوأُو ِلي ۡٱۡلَمۡ ِر ِمن ُك ِۡۖم فَإِن ت َ َٰنَزَ ۡعت ُ ۡم فِي ش َۡي ٖء فَ ُردوُهُ ِإلَى
َّ ٱَّللِ َو ُ ٱلرَّ ٱَّللَ َوأ َ ِطيعُوا َّ َٰ َيٓأَي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓوا أ َ ِطيعُوا
ً س ُن ت َۡأ ِو
يًل َ ٱَّللِ َو ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱۡل ٓ ِخ ۚ ِر َٰذَلُِكَ خ َۡير َوأ َ ۡح
َّ ِإِن ُكنت ُ ۡم ت ُ ۡؤ ِمنُونَ ب
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Menaati pemimpin disini bisa di interpretasikan sebagai para sahabat nabi. Karena merekalah adalah
para pemimpin umat islam sepeninggal rasulullah SAW. Demikian jug arasulullah bersabda :
“hendaklah kalian berpegang pada sunahku dan Sunnah para khulafaur rsyidin setelahku. 6
Sedang yang tidak menerima qaul sahabi diantara ny aadalah murid imam malik sendiri yaitu imam
as syafii. Walaupun berbeda beliau tetap hormat dang menggunakan pendapat para sahabat nabi.
Namun untuk kepastian dan keoriginalitasan suatu hokum syariah, beliau memandang bahwa
perkataan sahabat kurang punya aspek kekuatan. Ada beberapa alasan kenap beliau berpendapat
demikian, salah satunya adalah beliau berpendapat bahwa qaul sahabi itu tidak lebih dari sebuah
ijtihad. Dan sebagai ijtihad manusia, masih ada kemungkinan untuk salah. Begitulah sebab diantara
para sahabat sendiri masih banyak terjadi perbedaan interpretasi dalam memahami sabda rasulullah
SAW.
6
ibnu taymiyah dalam majmu’ fatawa
Jumlah mazhab pada dunia fiqih pada dasarnya sangat lah banyak tidak hanya sebatas
mazhab yang empat itu saja. Sepanjang zaman ulama banyak yang mendirikan mazhab diatas
landasan ushul fiqih yang dirancangnya. Namun sesuai dengan hokum seleksi alam, banyak
dari mazhab mazhab yang didirikan itu mati dan tidak dikenal lagi, kecuali lewat naskah
naskah tua.
Yang dapat bertahan dan berpengaruh luas untuk saat ini mungkin bisa disebut empat
mazhab yang kita kenal sekarang, yaitu mazhab al hanafiyah yang didirikan imam abu hanifah
an nu’man bin tasbit bin zuwatho (80-150 H), mazhab malikiyah yang didirikan leh imam
malik bin annas (93-179 H), kemudian mazhab as syafiiah yang didirikan oleh imam
Muhammad bin idris as syafii (150-204 H), dan mazhab al hanabilah yang didirikan oleh imam
ahmad bin ahnbal as syaibani (163-241 H).
Keempat mazahb ini selain memiliki manhaj yang kua dan tidak tergoyahkan, jug adikuat
kan oleh murid murid nya yang banyak menjadi mujtahid yang luar biasa luas keilmuanya.
Selain keempat mazhab diatas, ada beberapa mazhab lain yang ukup besar tapi tak sebesar
keempat mazhab tersebut.
Salah satu kitab yang masyhur dari golongan mazhab ini adalah kitab karangan mazhab
syiah sendiri, seperti basyairud darajat fi ulumi aali Muhammad karya ibnu farukh. Juga
risalah al halal wal haram susunan Ibrahim bin Muhammad abi yahya al madani al islami.
Yang berisi riwayat dari al imam ja’far as shadiq.
Adapun dari sisi aqidah, mazhab ini mengakui keimanan 12 orang yang kesemuanya
dianggap makshum, namun dalam segi fiqih dan diluar masalah aqidah, Dr.wahbah zuhaili
menulisakan dalam fiqhul al islam wa asillatuhu bahwa mazhab ini sangat dekat dengan
mazhab as syafii. Bahkan beliau mengatakan bahwa pendapat fiqihnya kira kira ada 17
perbedaan saja dengan fiqih ahi Sunnah.
Wallahu a’lam bishawab.