Anda di halaman 1dari 20

RISALAH TENTANG

FIQIH KURBAN DAN AKIKAH

Penyusun

Team Tarbiyah Wa Da'wah,


Penulis
Team Tarbiyah Wa Da'wah,
Dewan Pimpinan Pusat Rabithah Alawiyah,
Dewan Asatidz Pondok Pesantren Sunniyah Salafiyah - Pasuruan

15 : Juni 2023 Diterbitkan oleh:

Gedung Rabithah Alawiyah 5th Floor, Jl. TB. Simatupang No. 7A, Tanjung
Barat, Jakarta Selatan 12530
Telp. (021) 7884 3410, 7887 3420 Fax. (021) 7884 3374
Website: www.rabithahalawiyah.org
email: sekretariat@rabithahalawiyah.id
PENJELASAN TENTANG UDHIYAH / KURBAN
Udhiyah atau kurban adalah ibadah dalam bentuk menyembelih hewan
kurban yang dilakukan pada Hari Raya Idul Adha dan hari-hari raya
Tasyriq (11-13 Dzulhijjah) dengan tujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah ‫ﷻ‬.
Dasar hukum disyariatkannya Udhiyah di antaranya adalah:
1. Surat Al-Kautsar : 2
‫َ ح‬ ِّ َ
‫ف َصل ل ِ َر ِّبك َواْنَ حر‬
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah”
‫ح‬
Pendapat yang paling kuat dalam mentafsiri lafadz ‫ َواْنَ حر‬, adalah
menyembelih hewan kurban.
2. Hadits riwayat Anas bin Malik.
َُ ‫ى ُّ َ ى ى ُ َ َ ح َ َ ى َ َ ح َ ح َ ح َ َ ح َ ح َ َ ح َ َ َ ُ َ َ َ َ ى َ َ ى َ َ َ َ َ ح‬ ‫َ ى‬
‫ْي ذَبهما بِي ِد ِه وسَّم وكَّب ووضَ ِِْله‬
ِ ‫ْي أقرن‬ِ ‫ْي أملح‬ ِ ‫ضَّح انل ِِب صَّل اَّلل علي ِه وسلم بِكبش‬
َ ََ
‫اح ِه َما‬
ِ ‫لَع ِصف‬

“Sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyembelih dua domba putih yang


bertanduk dengan tangannya sendiri, seraya mengucapkan basmalah
dan bertakbir. Beliau meletakkan kakinya disamping leher domba.(HR
Bukhari-Muslim).
Di antara Hikmah Berkurban adalah untuk mencukupi kebutuhan fakir
miskin di waktu Idul Adha sebagaimana disyariatkan Zakat Fitrah pada
Hari Raya Idul Fitri.
Hukum Berkurban
Hukum berkurban ada tiga:
1. Sunah kifayah.
Bagi satu keluarga (ahlul bait), kurban hukumnya adalah sunah
kifayah dalam artian jika salah satu anggota keluarga sudah
menunaikannya, maka itu sudah dapat mengugurkan tuntutan
kesunahan bagi anggota keluarga yang lain, yakni mereka tidak
dianggap meninggalkan sunah. Tetapi, pahala berkurban hanya

2
diperuntukkan bagi yang berkurban saja, bukan untuk semua
keluarganya.
Catatan:
 Yang dimaksud keluarga di sini adalah orang-orang yang
dinafkahi, walaupun bukan nafkah wajib.
 Walaupun pahala kurban hanya diperuntukkan untuk satu orang
yang berkurban saja, tapi boleh baginya untuk berserikat dalam
pahala itu (tasyrikus tsawab) yaitu dengan menyertakan orang
lain atau seluruh anggota keluarganya untuk mendapatkan bagian
dari pahala kurban tersebut.

 Ada sebagian ulama yang menyatakan, jika salah satu anggota


keluarga berudhiyah maka semua keluarganya mendapatkan
pahala kesunahan berkurban, jadi bukan hanya gugur
kesunahannya tapi juga mendapatkan pahala.
2. Sunah ‘Ain Muakkad
Bagi setiap individu, kurban dihukumi Sunah Ain Muakkad setiap
tahun, yakni dianjurkan bagi setiap individu untuk melakukan
kurban sekalipun ia sedang melaksanakan haji, dengan syarat:

 Islam
Kurban adalah ibadah yang memerlukan niat sehingga tidak sah
dilakukan oleh orang kafir.

 Mukalaf (baligh dan berakal).


Tidak ada kesunahan bagi anak kecil dan orang gila walaupun
keduanya kaya-raya. Orang tua atau wali anak yang masih kecil
tidak boleh berkurban atas nama anak itu dengan menggunakan
harta anak, sebab anak belum dituntut untuk berkurban. Tapi ia
boleh melakukannya dari hartanya sendiri. Misal ia membeli
beberapa kambing, yang satu diniatkan untuk dirinya yang lain
untuk anaknya yang masih kecil, atau membeli sapi diniatkan

3
untuk keluarganya termasuk anaknya yang masih kecil, maka
boleh. Yang tidak boleh adalah jika wali berkurban dari harta
milik anak.

 Mampu.
Dikatakan mampu jika ia memiliki harta yang lebih dari yang
diperlukan untuk menafkahi diri dan orang yang wajib ia nafkahi
(makanan, minuman, tempat tinggal, dll) selama hari raya dan
tiga hari tasyriq. Jika kelebihan hartanya cukup untuk membeli
hewan kurban, maka berkurban baginya menjadi sunah ain
muakkad.

3. Wajib
Hukum berkurban bisa menjadi wajib karena dua sebab:
 Nadzar
Nadzar harus diucapkan, tidak cukup dengan niat dalam hati.
Misalnya dengan berkata, “Saya bernadzar untuk menyembelih
kurban.”
 Ta’yin (Menentukan Hewan Kurban)
Seperti dengan mengatakan, “Ini adalah hewan kurbanku” atau
“Saya jadikan kambing ini sebagai kurbanku.” Dengan ucapan
seperti ini secara otomatis hewan itu menjadi hewan kurban yang
wajib.
Namun, menurut pendapat Sayid Umar Al-Bashri, perkataan
semisal “Ini adalah kurbanku” tidak menjadikannya kurban
wajib jika tujuannya sekedar memberitahu bahwa hewan tersebut
untuk kurban, berbeda jika tujuannya untuk menentukan hewan
tersebut untuk kurban (ta’yin) maka barulah menjadi kurban
wajib.

4
Hewan Yang Dapat Dijadikan Kurban
Allah ‫ ﷻ‬berfirman :
َُ َ ٌ َ ٌَ ‫ح َ ى ََ َ َ َ َ ُ ح ح َ َ ح َح َ َ َُ ُ ح‬ ُ
ُ ُ ‫َ ُ ِّ ى َ َ ح َ َ ح َ ا ح‬
ِ ‫و ِلُك أم ٍة ْعلنا منسًك ِِلَذكروا اسم‬
ِ ‫اَّلل لَع ما ِزقهم ِمن ب ِهيم ِة اْلنعامِ فإِلهكم إَِل و‬
‫احد فله‬
َ ‫خبت‬‫َ ح ُ َ َ ِّ ح ُ ح‬
‫ْي‬ِ ِ ‫ِّش الم‬
ِ ‫أس ِلموا وب‬
“Dan bagi setiap umat telah Kami syari’atkan penyembelihan (kurban),
agar mereka menyebut nama Allah atas rizki yang dikaruniakan Allah
kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang
Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan
sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang
tunduk patuh (kepada Allah).”(QS Al-Hajj: 34)
Kalimat “ ‫ “ أنعام‬yang dimaksud dalam ayat ini adalah unta, sapi, dan
kambing, karena tidak ada riwayat dari Nabi ‫ ﷺ‬atau sahabat berkurban
dengan yang selainnya. Oleh sebab itu, mayoritas ulama, bahkan
sebagian mengatakan seluruh ulama bersepakat (ijma) sebagaimana
disebutkan dalam Najmul Wahhaj bahwa yang bisa dijadikan hewan
kurban hanya tiga jenis hewan: Unta, Sapi (termasuk kerbau), dan
kambing.
Hewan kurban, yang paling utama adalah unta (jika diperuntukkan untuk
satu orang), kemudian sapi (jika diperuntukkan untuk satu orang), lalu
kambing. Unta dan sapi dapat dijadikan kurban untuk tujuh orang,
berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim:
‫ى‬ َ ُ ‫َ ى‬
‫الل َعليح ِه َو َسل َم ََع َم‬ ‫لل صَّل‬ ُ َ َ َ َ‫َ َ ََح‬ ‫َ ح َ ح َح‬
ِ ‫ول ا‬
ِ ‫ ْنرنا مَ ِس‬:‫لل ِيض الل عنهما قال‬ ِ ‫عن ْابِ ِر ب ِن عب ِد ا‬
َ َ َ َ ‫حُ َ ح َ ح َ َ َ َ َ ح َ ح َ َ ح‬
‫اْلق َرة ع حن َسبح َع ٍة‬‫اْلدي ِبي ِة اْلدنة عن سبع ٍة و‬
“Dari Jabir bin Abdullah r.a :” Kami menyembelih kurban bersama
Rasulullah ‫ ﷺ‬di tahun Hudaibiyyah, satu unta untuk tujuh orang, begitu
juga sapi.”(HR Muslim)
Catatan:
 Tujuh orang berkurban dengan tujuh kambing lebih utama
daripada tujuh orang dengan satu ekor unta atau sapi.

5
 Tujuh kambing untuk satu orang lebih utama daripada seekor
unta/sapi untuk satu orang.
 Satu kambing lebih utama daripada berserikat tujuh orang
dengan seekor unta/sapi.
 Urutan hewan kurban yang lebih utama dari segi warna adalah:
yang berkulit putih bersih, kemudian kuning, kemudian yang
putih keruh (abu abu), kemudian merah, kemudian berkulit
campuran (sebagian putih sebagian hitam), kemudian hitam.

Kriteria Hewan Kurban


Yang boleh dijadikan hewan Kurban adalah yang memenuhi syarat-
syarat berikut:
1. Cukup Umur, yaitu:
 Unta berumur 5 tahun hijriyah atau lebih.
 Sapi berumur 2 tahun hijriyah atau lebih.
 Kambing Kacang berumur 2 tahun hijriyah atau lebih.
 Kambing Gibas/domba berumur 1 tahun hijriyah atau lebih.
Atau berumur 6 bulan ke atas tetapi sudah poel (gigi
depannya sudah patah/jatuh).
Catatan : Boleh berkurban dengan hewan jantan maupun betina.
Yang jantan lebih utama.
2. Bebas dari cacat dan penyakit
Hewan kurban harus terbebas dari cacat atau penyakit yang bisa
mengurangi kuantitas daging, seperti terpotong sebagian
telinganya, pincang, gila, sangat kurus, buta dan lain-lain.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadist :
َ ُ ‫َحٌَ َ ُح‬
َ ‫اء ح‬
ُ ِّ ‫اْل‬
‫ْي‬ ُ ِّ َ‫يض ُة حاْل‬
ُ َْ ‫ْي َم َر ُض َها َوالح َع حر‬ َ ‫ْي َع َو ُِ َها َوال ح َمر‬ َ ‫اء ح‬
ُ ِّ ‫اْل‬ ِّ ِ ‫ئ يف حاْل َض‬
ُ َِ ‫اِح الح َع حو‬ ‫أِبَ َل ُت ِز‬
ِ
‫ُح‬ َ ُ ‫ج َف‬‫ََ ُ َ َ حَ ح‬
‫اء اليت َل تن ِق‬ ‫عرْها والع‬

6
Artinya : Empat hal yang tidak diperkenankan dalam hewan
kurban, yaitu : buta, sakit, pincang, serta sangat kurus hingga
tak bersum-sum.” (HR Ibnu Majah dan Nasa’i)
Catatan: Di antara cacat dalam hewan yang membuatnya tidak
sah dijadikan kurban adalah:
a. Gila: yaitu hewan yang berputar-putar tanpa merumput.
b. Berpenyakit Jarab (penyakit kulit sejenis scabies/kudis) :
walaupun penyakit kulitnya sedikit sebab itu dapat
merusak kualitas daging.
c. Buta kedua matanya, atau buta salah satu matanya jika
kebutaannya sangat jelas.
d. Pincang parah yang dapat membuatnya selalu tertinggal
dari kawanannya dalam merumput. Walaupun sebab
pincangnya karena dijatuhkan untuk disembelih, oleh
sebab itu hendaknya berhati-hati ketika membaringkan
hewan untuk dikurbankan.
e. Sakit yang menyebabkannya menjadi kurus, atau
merusak kualitas atau kuantitas dagingnya.
f. Ajfa : yakni yang sum-sum otaknya berkurang karena
sebab kurus.
Niat Berkurban
Hukum niat ketika berkurban tergantung kepada jenis kurbannnya, yaitu:
 Wajib
Jika kurbannya adalah kurban sunah, maka wajib untuk berniat
kurban. Waktunya bisa ketika menyembelih atau sebelumnya.
Boleh pula mewakilkan niat dan penyembelihan sekaligus
kepada seorang muslim yang sudah tamyiz.
Lafadz niat kurban sunah :
َ َ ‫ى ح ََ َ ى‬ ُ ‫ََح‬
‫َّلل ت َعال‬
ِ ِ ِ‫نويت سنة اتلض ِحية بِه ِذه‬
“ Aku niat berkurban sunah dengan hewan ini karena Allah
ta’ala”

7
 Tidak Wajib
Niat kurban tidak wajib jika hewan kurban sudah ditentukan
ketika bernazar. Seperti ia berkata, “Saya bernadzar menjadikan
kambing ini sebagai kurban.”
Jika ia hanya bernazar tanpa menentukan hewan kurban seperti
ia berkata, “Saya bernadzar untuk berkurban kambing.” Maka
tetap wajib niat ketika penyembelihan atau ta’yin (penentuan
hewan kurban).
Catatan: Niat ketika ta’yin dilakukan setelah masuknya waktu
diperbolehkan menyembelih kurban.

Waktu Penyembelihan
Waktu penyembelihan dimulai dari terbitnya matahari tanggal 10
Dzulhijjah ditambah seukuran waktu yang diperlukan untuk shalat dua
rakaat beserta khutbahnya dan berakhir dengan terbenamnya matahari di
akhir hari Tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah). Sebagaimana disebutkan
dalam hadits riwayat Ibnu Hibban :
َ ‫ُ ُّ َ ى َ ح‬
‫ِّشيح ٍق ذب ح ٌح‬
ِ ‫ُك أيامِ ت‬
Artinya : Semua hari-hari tasyriq adalah waktu yang diperbolehkan
untuk menyembelih kurban.(HR Ibnu Hibban)
Waktu yang paling utama untuk berkurban adalah setelah melakukan
Shalat Hari Raya. Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Imam Bukhari:
َ َ َ ‫َ ح َ َ َ َ ح ُ َ ِّ َ ُ ى َ ح َ َ َ ح َ َ َ َ ح َ َ َ َ َ َ َ ح َ َ َ ى‬ ُ َ ُ َ
‫اب ُسننَتَنَا َو َم حن ْنَ َر قبحل‬‫أ ىول َما نبح َدأ بِ ِه ِيف يو ِمنا هذا أن نصِّل ثم نر َِْ فننحر فمن فعل هذا فقد أص‬
َ َ َُ َ‫َ َ َ ى‬
‫ْل ح ٌم ُي َق ِّد ُم ُه ِْل حه ِل ِه لَي ح َس ِم حن النُّ ُس ِك يف َ ح‬
. ‫َش ٍء‬ ‫ذلِك ف ِإنما هو‬
ِ
Artinya : Pertama kali yang kita lakukan di hari raya Idul Adha adalah
Shalat Id, kemudian pulang dan menyembelih kurban. Maka barang
siapa yang melakukan ini (menyembelih di waktunya), berarti ia telah
benar-benar melakukan sunah kami. Dan barang siapa menyembelih
sebelum masuk waktunya, maka (sembelihannya) hanyalah daging yang
disajikan untuk keluarga dan sama sekali bukan termasuk kurban.“
(H.R. Bukhari).

8
Catatan:
 Dalam madzhab selain Madzhab Syafii, penyembelihan hanya
diperbolehkan sampai tanggal 12 Hijriyah saja, tidak sah
penyembelihan yang dilakukan pada tanggal 13 Hijriyah. Maka
sebagai bentuk kehati-hatian, sebaiknya penyembelihan hewan
kurban tidak dilakukan pada tanggal 13 Hijriyah.
 Menyembelih udhiyah di malam hari hukumnya makruh dalam
Madzhab Syafii, dan tidak sah menurut Madzhab Maliki. Maka
sebaiknya menghindari penyembelihan di malam hari.

Pembagian Daging Kurban


Ketentuan pembagian hewan kurban berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan hukum hewan yang dikurbankan, yaitu:
 Udhiyah Wajib
Telah disebutkan bahwa yang termasuk Udhiyah wajib adalah
udhiyah yang dinazarkan, atau ditentukan (dita’yin). Seluruh daging
dari Udhiyah jenis ini harus disedekahkan kepada fakir miskin, tidak
boleh ada sedikitpun yang diambil oleh orang yang berkurban atau
keluarga yang wajib dinafkahinya. Jika dilanggar, maka kurbannya
tetap sah, tetapi ia wajib menggantikan daging yang diambil dengan
membeli daging seukuran yang diambil untuk disedekahkan jika
memungkinkan, jika tidak maka maka ia menggantikan dengan
bersedekah seharga daging yang diambil.
Keharaman ini juga berlaku bagi wakil dan keluarga yang wajib
dinafkahinya.
 Udhiyah Sunah
Dalam udhiyah sunah yang terpenting ada sebagian daging yang
diberikan kepada fakir miskin. Sisanya boleh disedekahkan,
dimakan sendiri atau dihadiahkan. Ada beberapa cara pembagian
daging kurban sunah yaitu :

9
a. Yang paling utama: mengambil sedikit untuk dikonsumsi sendiri
dengan tujuan tabarruk (mencari keberkahan) lalu bersedekah
dengan sisanya kepada fakir miskin.
b. Membaginya menjadi tiga bagian: satu bagian untuk dirinya, satu
bagian untuk fakir miskin, dan satu bagian lagi dihadiahkan
kepada tetangga atau kerabatnya walaupun kaya raya.
c. Mensedekahkan sedikit saja untuk fakir miskin dan sisanya
dikonsumsi sendiri.
Catatan:
 Pemberian daging kepada fakir miskin bersifat tamlik (memindah
kepemilikan) sehingga penerimanya bebas untuk melakukan apa
saja pada daging itu, baik itu dijual, dihibahkan, atau lainnya.
Sedangkan yang diberikan kepada orang kaya bersifat hadiah,
sehingga hanya boleh dikonsumsi sendiri atau disedekahkan
kepada orang lain dan tidak boleh dijual.
 Kulit hewan kurban boleh disedekahkan kepada fakir miskin
(bukan pada masjid) atau dimanfaatkan untuk diri sendiri. Tidak
boleh dijual atau dijadikan upah bagi penyembelih (tukang jagal)
karena bisa menghilangkan pahala kurban. Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda :
ُ َ ‫ال أُ حضحيَ َة‬
‫َل‬
َ َ َ ‫َ ح َ َ حَ ُ ح‬
‫من باع ِْْل أض ِحي ِنَت ِه ف‬
ِ
Artinya : Barang siapa menjual kulit hewan kurbannya, maka ia
tidak mendapatkan pahala kurban. (HR Baihaqi).

Kesunahan Dalam Udhiyah


1. Membaca basmalah. Jika ditinggalkan hukumnya makruh.
2. Mengucapkan takbir tiga kali setelah basmalah.
3. Membaca shalawat.
4. Menghadap kiblat. Adapun menghadapkan hewan kurban ke arah
kiblat, maka ada perbedaan pendapat ulama’.

11
5. Membaringkan hewan kurban pada sisi kiri badannya dan
mengikat semua kakinya kecuali yang kanan. Namun pada unta
disembelih dengan berdiri.
6. Membaca do’a ketika menyembelih :
‫ح َ َ َ َ َ ح‬ َ ‫َ ى‬
‫الل ُه ىم ه ِذهِ ِمنك َوإِِلحك فنَتَق ىبل ِم ِّّن‬
Ya Allah, ini adalah nikmat yang berasal dari-Mu dan
dikembalikan kepada-Mu. Maka terimalah ini dariku.
7. Disunahkan bagi yang hendak berkurban agar tidak memotong
rambut, kuku dan semua anggota badan lainnya sejak masuk awal
Bulan Dzulhijjah sampai hewan kurbannya disembelih. Jika
melakukannya maka hukumnya makruh.
8. Menyembelih sendiri jika mampu, kecuali perempuan, maka
sunah mewakilkannya. Bagi yang mewakilkan, disunahkan untuk
menyaksikan penyembelihannya.
9. Bagi imam (pemimpin daerah) sunah untuk menyembelih hewan
kurban dari baitul mal (jika ada) untuk kaum muslimin.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


1. Menurut pendapat yang muktamad tidah sah berkurban dengan
hewan yang hamil, tapi ada sebagian ulama yang
membolehkannya. Jika kehamilan menyebabkan berkurangnya
kuantitas daging maka kurbannya tidak sah tanpa ada khilaf.
2. Kurban dengan hewan yang dikebiri diperbolehkan, sebab
kekurangan anggota yang terpotong tergantikan dengan
dagingnya yang semakin berisi.
3. Tidak sah berkurban dengan hewan yang tercipta tanpa telinga.
Tidak sah pula berkurban dengan dengan hewan yang terpotong
sebagian telinganya walau sedikit. Madzhab Hanafi membolehkan
jika bagian telinga yang terpotong kurang dari sepertiga, dalam
riwayat lain kurang dari setengah. Boleh bertaklid kepada
Madzhab Hanafi dengan memperhatikan syarat taklid, di
antaranya tidak boleh menyembelihnya di hari ke 13 Dzulhijjah,
sebab itu bukan hari Tasyrik dalam Madzhab Hanafi.

11
4. Boleh berkurban dengan hewan yang telinganya robek atau
dilubangi asalkan tidak mengurangi sedikitpun dari bagian
telinganya.
5. Boleh berkurban dengan hewan yang terpotong tanduknya jika
tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas daging. Jika
mempengaruhi, maka tidak boleh. Boleh pula berkurban dengan
hewan yang tidak memiliki tanduk secara alami.
6. Boleh berkurban dengan hewan yang tidak memiliki gigi secara
alami. Adapun hewan yang memiliki gigi kemudian sebagian
giginya lepas, maka boleh berkurban dengannya apabila tidak
berpengaruh pada kemampuan makannya, jika berpengaruh
sehingga membuat makannya semakin berkurang maka tidak
boleh.
7. Tidak boleh berkurban dengan hewan yang terputus sebagian
ekornya. Berbeda halnya jika hewan itu terlahir tanpa ekor, maka
sah untuk dikurbankan.
8. Daging udhiyah harus disedekahkan dalam keadaan mentah.
Tidak sah membagikan daging dalam keadaan matang (berupa
masakan).
9. Menurut imam Ramli, boleh menyembelih satu kambing dengan
niat kurban sekaligus akikah (mendapat pahala keduanya) dengan
syarat bukan kurban atau akikah wajib. Sedangkan menurut Ibnu
Hajar jika diniati keduanya, maka tidak sah menjadi kurban atau
pun akikah (syatu lahm)
10. Jika ia belum melakukan kurban dan akikah, maka lebih baik
mengutamakan kurban sebab kurban disepakati kesunahannya
bahkan ada yang mengatakan wajib. Selain itu, waktu kurban
terbatas, berbeda dengan akikah.
11. Tidak sah mengganti kurban dengan uang. Boleh mewakilkan
dalam membeli hewan kurban sekaligus menyembelih dan
membagikannya. Jika seseorang berkata kepada orang lain:
”Sembelihlah hewan kurban untukku“ maka artinya ia telah
mewakilkan untuk membeli, menyembelih, sekaligus
membagikan dagingnya. Oleh sebab itu, ia wajib menggantikan
harga hewan yang disembelih untuknya.

12
12. Boleh menyimpan daging kurban (untuk dikonsumsi selepas
waktu kurban) seperti dijadikan dendeng atau dikalengkan.
13. Menyerahkan hewan kurban kepada tokoh masyarakat berupa
hewan hidup (bukan daging) tidak membuat hewan tersebut
menjadi miliknya, tapi hanya menjadikannya sebagai wakil
dalam penyembelihan dan pembagian dagingnya saja. Sehingga
tokoh tersebut tidak diperbolehkan untuk mengambil daging
kurban sedikitpun kecuali seukuran yang ditentukan oleh orang
yang berkurban.
14. Menyembelih hewan kurban setelah habisnya waktu kurban
(setelah terbenamnya matahari tanggal 13 Dzulhijjah), jika
berupa kurban sunah, maka tidak sah. Namun jika berupa kurban
nadzar, maka tetap wajib dilaksanakan sebagai qodlo’.
15. Berkurban untuk orang yang sudah meninggal menurut pendapat
yang kuat tidak sah kecuali jika si mayit berwasiat untuk
membolehkannya sebelum meninggal.
16. Boleh memberikan daging kurban kepada satu orang fakir
miskin, berbeda dengan zakat.
17. Membagikan daging kurban (nadzar atau kadar wajib dari kurban
sunah) kepada fakir miskin di luar daerah penyembelihan
hewannya ada dua pendapat. Sebaiknya tidak membagikan di
luar daerah penyembelihan untuk keluar dari khilaf ulama’
18. Cara mengetahui umur hewan kurban bisa mendasarkan kabar
penjual hewan jika hewan tersebut lahir dalam kepemilikannya,
atau dengan bertanya kepada ahli dalam bidang perhewanan .
19. Menyerahkan kurban kepada masjid dapat dibenarkan jika
dimaksudkan diserahkan kepada salah satu pengurus masjid
sebagai wakil dalam penyembelihan dan pembagian daging
kurban.
20. Penyembelihan hewan kurban tidak boleh dilaksanakan di
halaman milik masjid atau wakaf untuk masjid. Demikian juga
tidak boleh menggunakan alat-alat milik masjid dalam
penyembelihan dan pembagian daging kurban.

13
21. Tidak boleh memberikan daging kurban kepada non muslim.
Boleh memberi memberi hadiah kepada non muslim dari daging
lain, selain hewan yang dikurbankan.
22. Wakil dalam menyembelih dan membagikan kurban tidak boleh
mengambil kecuali yang sudah ditentukan oleh yang
mewakilkan. Jika tidak ada ketentuan apapun dari yang
mewakilkan, maka wakil tidak berhak memakannya. Jika wakil
tetap mengambil, maka ia wajib mengganti sesuai ukuran yang
diambil untuk diberikan kepada fakir miskin.

14
PENJELASAN TENTANG AKIKAH
Akikah secara bahasa artinya adalah rambut yang terdapat pada kepala
bayi saat dilahirkan. Sedangkan dalam istilah Ilmu Fiqih, Akikah adalah
hewan yang biasanya disembelih berbarengan dengan pemotongan
rambut tersebut pada hari ke tujuh kelahiran. Akikah disyariatkan
sebagai bentuk rasa syukur untuk mengungkapkan kebahagiaan atas
terlahirnya anak yang akan melanjutkan keturunan. Menyembelih hewan
Akikah lebih utama daripada bersedekah seharga hewan Akikah.
Sebagian ulama tidak menyukai penamaan Akikah, sebab kata Akikah
memiliki akar kata yang sama dengan Ukuk (kedurhakaan). Pernah
ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬ditanya mengenai Akikah, Beliau ‫ ﷺ‬terlihat kurang
menyukai nama itu dan berkata:
َ ُ ‫َ ُ ُّ ى ُ ح‬
‫اَّلل ال ُعقوق‬ ‫ُيب‬
ِ ‫َل‬
Allah tidak menyukai ukuk (kedurhakaan).(HR Abu Dawud)
Mereka mengatakan bahwa yang lebih baik hendaknya hewan yang
disembelih itu tidak dinamakan Akikah melainkan Nasikah(sembelihan
untuk ibadah) atau Dzabihah(hewan sembelihan). Namun menurut
pendapat yang muktamad (yang dijadikan pegangan), penamaan Akikah
tidaklah makruh sebab dalam banyak riwayat, Nabi ‫ ﷺ‬sendiri telah
menyebutnya sebagai Akikah.
Hukum Akikah
Imam Syafii mengatakan ada dua kubu yang terlalu berlebihan dalam
menghukumi Akikah. Ada yang menyatakan Akikah adalah bidah, ada
pula yang menyatakan Wajib. Yang tepat, hukum Akikah adalah sunah.
Ini berdasarkan Hadits Nabi ‫ ﷺ‬:
ٌ َ ‫َ ح َ َ ى ح ُ ح َ ح َح ُ َ َ ح ََ َ حَح َ ح َ ح حُ َ َ َ ُ َ َََ َ َ ح ح‬
‫اِ َي ِة شاة‬
ِ
َ ‫اْل‬ ‫ان وعن‬
ِ ‫ان مًكفأت‬
ِ ‫َلهِ فليفعل عن الغالمِ شات‬
ِ ‫من أحب ِمنكم أن ينسك عن و‬
Siapa yang ingin melakukan nusuk (menyembelih hewan) untuk
anaknya, maka hendaknya ia lakukan. Untuk anak lelaki dua kambing
yang setara dan untuk anak perempuan satu kambing. (HR Ahmad)
Hadits di atas menunjukkan bahwasanya Akikah bukanlah hal yang
wajib, namun hukumnya sunah muakkad sebagaimana Udhiyah

15
(Qurban). Kesunahan berakikah berulang dengan berbilangnya anak.
Namun perlu diperhatikan bahwa hukum Akikah bisa menjadi wajib
jika dinadzarkan.
Anjuran Untuk Akikah
Anjuran untuk mengakikahi anak bagi orang tua yang mampu
melaksanakannya sangat ditekankan. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َ َُ‫ح‬
‫الغال ُم ُم حرت َه ٌن بِ َع ِقيق ِنَت ِه‬
Seorang anak tergadaikan dengan akikahnya. (HR Turmudzi)
Maksud tergadaikan di sini menurut Imam Ahmad dan banyak ulama
lainnya adalah bahwa anak yang tidak diakikahi tidak dapat memberikan
syafaat kepada orang tuanya pada Hari Kiamat. Ada pula yang
mengatakan anak itu tidak dapat tumbuh dengan selayaknya. Sebagian
lagi berpendapat Akikah adalah sebab terlepasnya anak dari tusukan
setan ketika dilahirkan, maka Akikah adalah pembebasan anak dari
cengkraman setan, dan godaan setan.
Siapa Yang Disunahkan Melakukan Akikah?
Yang disunahkan untuk mengakikahi anak adalah yang wajib
menafkahinya yaitu orang tuanya, jika tidak ada maka kakeknya, dan
seterusnya. Akikah dikeluarkan dari harta orang tua yang wajib
menafkahinya, tidak boleh menggunakan harta si bayi (jika ada), sebab
Akikah adalah suatu sedekah sukarela (tabaru`) dan bayi bukan orang
yang layak untuk bersedekah. Jika orang tua menggunakan harta bayi
untuk melaksanakan Akikah maka harta itu wajib diganti. Ibu tidak
dituntut untuk mengakikahi bayinya kecuali jika ayah tidak mampu
secara finansial untuk melakukan Akikah .
Tidak semua orang tua disunahkan mengakikahi anaknya. Yang sunah
melakukan Akikah adalah orang tua yang mampu melakukan Akikah
ketika bayi itu dilahirkan. Ia disunahkan melakukan Akikah sebelum
anaknya mencapai usia baligh (dewasa secara syariat). Apabila anak
belum diakikahi sampai mencapai usia baligh, habislah waktu kesunahan
melakukan Akikah bagi orang tua.

16
Adapun orang tua yang tidak mampu melaksanakan Akikah di hari
anaknya lahir karena miskin atau lainnya, maka hukumnya dirinci
sebagai berikut:

 Apabila orang tua tersebut menjadi kaya (mampu melakukan


Akikah) sebelum berakhirnya paling banyaknya waktu nifas (60
hari) sejak kelahiran bayi maka ia sunah mengakikahi anaknya.
Ia boleh melakukannya kapan saja sebelum anak mencapai usia
baligh.
 Apabila keadaan orang tua tersebut tidak berubah (tetap miskin
dan tidak mampu berakikah) sampai berlalunya waktu nifas (60
hari) sejak kelahiran bayi. Maka tidak sunah baginya untuk
melakukan Akikah.

Disunahkan bagi anak yang sudah mencapai usia baligh, namun belum
diakikahi oleh orang tuanya untuk mengakikahi diri sendiri, sebagai
bentuk tebusan atas kesunahan yang telah dilewatkan orang tua. Di
dalam suatu hadits disebutkan bahwa Nabi ‫ ﷺ‬mengakikahi dirinya
sendiri setelah diutus menjadi nabi.
Anak yang mati sebelum diakikahi dan setelah masa yang
memungkinkan untuk melakukan Akikah tetap sunah diakikahi oleh
orang tuanya yang mampu. Sama saja apakah anak itu mati sebelum hari
ke tujuh dari kelahirannya atau setelahnya.
Anak zina disunahkan untuk diakikahi oleh ibunya, namun tidak
semestinya akikahnya dirayakan secara terang-terangan sebab ia
dianjurkan untuk merahasiakan perzinahannya.
Hewan Akikah
Syarat hewan Akikah sama dengan syarat hewan kurban. Jadi yang boleh
dijadikan hewan Akikah adalah kambing atau sapi atau unta yang sehat
dan tidak cacat. Masalah umur hewan, yang lebih utama untuk dijadikan
akikah, kadar yang harus diberikan kepada fakir miskin, ukuran yang
boleh dimakan, larangan menjual sebagian darinya, semuanya sama
dengan pembahasan dalam Udhiyah.

17
Yang membedaan Akikah dan kurban, selain niat, adalah bahwa
daging kurban harus dibagikan dalam keadaan mentah sedangkan daging
Akikah tidak harus. Bahkan sunah hukumnya membagikan daging
Akikah dalam keadaan telah dimasak. Ini berdasarkan riwayat Imam
Al-Baihaqi dari Sayidah Aisyah ra.
Selain itu, pemberian akikah baik kepada fakir miskin maupun orang
yang mampu bersifat tamlik (memindahkan kepemilikan) sehingga
orang yang menerima daging akikah boleh untuk memakan sendiri,
memberikan kepada orang lain, atau bahkan menjualnya.
Jumlah Hewan Akikah
Kesunahan Akikah dapat terhasilkan minimal dengan menyembelih
seekor kambing. baik untuk anak lelaki atau pun perempuan. Dalam
riwayat Abu Dawud dengan sanad yang shahih dikatakan:
‫َ ى ُ َ ى ى ُ َ َ ح َ َ ى َ َ ى َ ح حَ َ َ حُ َ ح َ ح ا َ ح ا‬
‫ْي كبشا كبشا‬ ِ ‫أنه صَّل اَّلل علي ِه وسلم عق عن اْلس ِن واْلس‬
Sesungguhnya Nabi ‫ ﷺ‬mengakikahi Hasan dan Husain masing-masing
satu ekor kambing. (HR Abu Dawud)
Namun yang lebih sempurna hendaknya orang tua menyembelih dua
ekor kambing untuk anak lelaki, dan satu ekor kambing untuk anak
perempuan. Ini berdasarkan hadits Sayidah Aisyah ra:
َ ‫َ َح َ َ ح ح‬ َ ُ‫ََ ََ َُ ُ ى َ ى ىُ َ َح َ َ ىَ َ ح َُ ى َ ح ح‬
‫اِ َي ِة بِشا ٍة‬
ِ
َ ‫اْل‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫و‬ ، ‫ْي‬
ِ ‫ات‬‫ش‬ِ ‫اَّلل صَّل اَّلل علي ِه وسلم أن نعق عن الغ‬
‫ب‬ ِ‫م‬‫ال‬ ِ ‫أمرنا ِسول‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan kami untuk berakikah dengan dua


kambing yang setara bagi anak lelaki dan satu bagi anak perempuan.
(HR Turmudzi)
Bayi yang terlahir dengan dua kelamin atau tidak jelas alat kelaminnya
(khuntsa) dihukumi sama dengan wanita .
Sepertujuh unta dan sapi sama hukumnya dengan seekor kambing. Jadi
ia boleh berakikah dengan seekor sapi atau unta untuk tujuh anak. Boleh
juga sekelompok orang-tua berserikat dalam sapi atau unta untuk Akikah
tujuh anak mereka misalnya. Jika orang tua berakikah dengan sapi atau
unta untuk satu anak maka itu lebih baik lagi .

18
Waktu Akikah
Waktu menyembelih Akikah dimulai setelah anaknya dilahirkan dengan
sempurna. Jika anak diakikahi sebelum dilahirkan maka Akikahnya tidak
sah dan harus diulang setelah anak dilahirkan.
Disunahkan menyembelih akikah setelah terbit matahari dan berkata
ketika menyembelihnya:
َُ َُ َ َ َ َ َ ‫َ ُ َح َ ى‬
‫الل اك ََّب الل ُه ىم لك َو ِاِلحك ه ِذهِ َع ِقيقة فالن‬‫لل و‬
ِ ‫ِمْسِب ا‬
Dengan menyebut Nama Allah dan Allah Mahabesar. Ya Allah, ini
adalah milik-Mu dan untuk-Mu. Ini adalah Akikah Fulan (nama anak
yang diakikahi). (HR Baihaqi)
Yang utama hendaknya Akikah dilakukan pada hari ke tujuh (dengan
menghitung hari kelahiran), jika tidak maka pada hari ke empat belas,
atau dua puluh satu, atau kelipatan tujuh dari hari kelahiran lainnya.
Setelah selesai Akikah disunahkan memotong rambut bayi dan
bersedekah emas seberat rambut itu, jika tidak mampu maka tidak apa
jika ia bersedekah perak seberat rambut tersebut.
Catatan: Jika anak lahir pada malam hari, malam hari itu tidak dihitung.
Jadi penghitungan harinya, mulai dari esok paginya.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


1. Kurban lebih utama dari Akikah sebab ada sebagian ulama yang
mewajibkannya. Akan tetapi, tidak disyaratkan bagi yang ingin
akikah untuk berkurban terlebih dahulu. Tidak pula disyaratkan
untuk yang ingin berkurban untuk melakukan akikah terlebih
dahulu.
2. Boleh berserikat tujuh orang pada hewan sapi atau onta dengan
niat yang berbeda-beda, sebagian berniat kurban sebagian yang
lain berniat akikah.
3. Hendaknya orang yang melakukan Akikah, memasak dan yang
memakan daging Akikah tidak memecah tulang dari hewan
Akikah tersebut. Diusahakan sebisa mungkin untuk memotong
tulang dari setiap persendiannya. Ini sebagai bentuk Tafaul

19
(simbol harapan) agar anggota tubuh anak selamat. Kalau pun
tulang akikah dipecah, hukumnya tidak makruh sebab tidak ada
larangan khusus untuk itu, hanya saja itu khilaful aula
(menyelisihi perbuatan yang lebih utama).
4. Sunah untuk membagikan daging Akikah dalam keadaan telah
dimasak dengan bahan yang manis walau pun itu adalah Akikah
yang dinadzarkan, dengan harapan agar anak tersebut menjadi
manis pula akhlaknya. Namun jika daging itu dibumbui dengan
bumbu lain yang tidak manis pun tidak makruh hukumnya.
5. Yang lebih baik hendaknya daging bersama kuahnya (jika ada)
diantarkan kepada fakir miskin. Itu lebih utama daripada
mengundang mereka untuk memakan daging akikah. Kalau pun
ia mengundang mereka untuk makan, maka hukumnya boleh.
6. Disunahkan agar kaki dari kambing Akikah Sunah sampai
pangkal paha tidak dimasak, tetapi diberikan kepada bidan (yang
membantu proses kelahiran) dalam keadaan mentah. Yang lebih
utama hendaknya kaki yang diberikan adalah kaki kanan. Hal ini
dilakukan oleh Sayidah Fatimah rah berdasarkan perintah
Rasulllah ‫ ﷺ‬sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Hakim yang
mengatakan bahwa sanad haditsnya adalah shahih.
7. Makruh melumuri kepala bayi dengan darah hewan akikah, itu
adalah perbuatan kaum jahiliyah. Disunahkan melumuri kepala
bayi dengan Zakfaron atau Khaluq (sejenis parfum) sebagaimana
dishahihkan dalam Kitab Majmu.

21

Anda mungkin juga menyukai