:
AULIA HARTIKA
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas individu Pendidikan Agama Islam Laporan Penyembelihan Hewan Qurban Idul
Adha 1440 H/ 2019 M. Kami juga berterimakasih kepada pihak pihak yang ikut membantu dalam
penyusunan laporan ini, kami berterimakasih kepada guru Pendidikan Agama Islam, teman teman yang
sudah membantu, dan para panitia penymbelihan hewan qurban SMA MUHAMMADIYAH KUDUS yang
telah bersedia
Dalam menyambut hari Idul Adha 1440 H dalam rangka pembelajaran SMA MUHAMMADIYAH
KUDUS mengadakan penyembelihan hewan qurban. Untuk itu kami sebagai peserta didik SMA
MUHAMMADIYAH KUDUS , kami dituntut untuk menyaksikan proses penyembelihan hewan qurban dari
proses awal hingga akhir pemotongan. selain itu, kami ditugaskan membuat laporan kegiatan
penyembelihan hewan qurban di SMA MUHAMMADIYAH KUDUS
Melalui laporan ini, kami harap pembaca dapat mendapatkan ilmu yang bermanfaat,
serta dapat mempraktikan bagaimana berqurban dengan baik serta benar sesuai syariat islam.
Khususnya para pembaca kalangan pelajara kelak akan berqurban pada dewasa nanti, agar tidak
ragu, serta dapat mempraktikan bagaimana berqurban secara benar dan baik.
Walaupun laporan ini sudah lengkap, tetapi laporan ini tidak luput dari kesalahan
kesalahan. Untuk itu mohon maaf apabila ada kesalahan kata. Akhir kata, kami mohon kritik dan
saran kepada bapak/ibu guru dan teman teman atas kesalahan kesalahan yang ada dilaporan ini.
Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………………………………………………………………………… i
LATAR BELAKANG
A. KURBAN
“ Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut
yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari
salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).
Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah
hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa". (Al Maaidah: 27) ”
“ Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah
diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran
keduanya ), dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang
nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash
Shaaffaat: 102-107) ”
“Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban,
maka janganlah ia mendekati tempat salat Ied kami.” HR. Ahmad dan ibn Majah.
Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW,
apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunahnya bapak kalian,
Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan
kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu
kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap
satu helai bulunya juga satu kebaikan.” HR. Ahmad dan ibn Majah
“Jika masuk tanggal 10 Dzul Hijjah dan ada salah seorang di antara kalian yang
ingin berkurban, maka hendaklah ia tidak cukur atau memotong kukunya.” HR.
Muslim
“Kami berkurban bersama Nabi SAW di Hudaibiyah, satu unta untuk tujuh orang,
satu sapi untuk tujuh orang. “ HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi.
D. Hukum Kurban
Mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in, dan fuqaha (ahli fiqh)
menyatakan bahwa hukum kurban adalah sunnah muakkadah (utama), dan tidak ada
seorangpun yang menyatakan wajib, kecuali Abu Hanifah (tabi’in). Ibnu Hazm
menyatakan: “Tidak ada seorang sahabat Nabi pun yang menyatakan bahwa kurban
itu wajib.
F. Waktu berkurban
Awal waktu
Waktu untuk menyembelih kurban bisa di 'awal waktu' yaitu setelah salat Id
langsung dan tidak menunggu hingga selesai khutbah. Bila di sebuah tempat tidak
terdapat pelaksanaan salat Id, maka waktunya diperkirakan dengan ukuran salat Id.
Dan barangsiapa yang menyembelih sebelum waktunya maka tidak sah dan wajib
menggantinya .
Hadits Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ْص َّلى َمن
َ صالَتَنَا ُ ُاب فَقَدْ ن
َ َس َكنَا َون
َ َْسك َ َ سكَْ أ
َْ ص ُ ُّح َو َمنْ الن َْ ي أَنْ قَب
َْ َل ذَب َْ ِّصل
َ َُمكَانَ َها فَليُعدْ ي
“ أُخ َرىBarangsiapa yang salat seperti salat kami dan menyembelih hewan kurban
seperti kami, maka telah benar kurbannya. Dan barangsiapa yang menyembelih
sebelum salat maka hendaklah dia menggantinya dengan yang lain.” (HR. Al-Bukhari
no. 5563 dan Muslim no. 1553) Hadits senada juga datang dari sahabat Jundub bin
Abdillah Al-Bajali radhiyallahu ‘anhu riwayat Al-Bukhari (no. 5500) dan Muslim (no.
1552).
Hadits Al-Bara` riwayat Al-Bukhari (no. 5556) dan yang lainnya tentang kisah
Abu Burdah radhiyallahu ‘anhu yang menyembelih sebelum salat. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: َْ“ َلحمْ شَا ْة ُ شَاتُكKambingmu adalah kambing untuk
(diambil) dagingnya saja.” Dalam lafadz lain (no. 5560) disebutkan: ْلَحمْ ه َُْو فَإنَّ َما نَ َح َْر َو َمن
ُس ِلَهلهْ يُقَدِّ ُم ْه ُ ُّ“ شَيءْ النBarangsiapa yang menyembelih (sebelum salat), maka itu
َْ سكْ منَْ لَي
hanyalah daging yang dia persembahkan untuk keluarganya, bukan termasuk hewan
kurban sedikitpun.”
Akhir waktu
Waktu penyembelihan hewan kurban adalah 4 hari, hari Iedul Adha dan tiga hari
sesudahnya. Waktu penyembelihannya berakhir dengan tenggelamnya matahari di
hari keempat yaitu tanggal 13 Dzulhijjah. Ini adalah pendapat ‘Ali bin Abi Thalib,
Al-Hasan Al-Bashri (imam penduduk Bashrah), ‘Atha` bin Abi Rabah (imam
penduduk Makkah), Al-Auza’i (imam penduduk Syam), dan Asy-Syafi'i (imam fuqaha
ahli hadits). Pendapat ini dipilih oleh Ibnul Mundzir, Ibnul Qayyim dalam Zadul
Ma’ad (2/319), Ibnu Taimiyah, Al-Lajnah Ad-Da`imah (11/406, no. fatwa 8790), dan
Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (3/411-412).
Alasannya disebutkan oleh Ibnul Qayyim sebagai berikut: 1. Hari-hari tersebut
adalah hari-hari Mina. 2. Hari-hari tersebut adalah hari-hari tasyriq. 3. Hari-hari
tersebut adalah hari-hari melempar jumrah. 4. Hari-hari tersebut adalah hari-hari
yang diharamkan puasa padanya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ْشربْ أَكلْ أَيَّا ُْم التَّشريقْ أَيَّا ُم
ُ تَعَالَى ِلْ َوذكرْ َو
“Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala.” Adapun hadits Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif radhiyallahu
‘anhu, dia berkata: َْس ِّمنُ َها اِلُضحيَّ ْةَ أ َ َحد ُ ُه ُْم يَشري ال ُمسل ُمونَْ كَان
َ ُ“ الح َّجةْ ذي آخ َْر اِلض َحى بَع ْدَ فَيَذبَ ُح َها فَيDahulu
kaum muslimin, salah seorang mereka membeli hewan kurban lalu dia gemukkan
kemudian dia sembelih setelah Iedul Adha di akhir bulan Dzulhijjah.” (HR. Al-
Baihaqi, 9/298) Al-Imam Ahmad rahimahullahu mengingkari hadits ini dan berkata:
“Hadits ini aneh.” Demikian yang dinukil oleh Ibnu Qudamah dalam Syarhul Kabir
(5/193). Wallahu a’lam.
Mereka hanya berbeda pendapat tentang menyembelih kurban di malam hari. Yang
rajih adalah diperbolehkan, karena tidak ada dalil khusus yang melarangnya. Ini
adalah tarjih Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (3/413) dan fatwa Al-Lajnah
Ad-Da`imah (11/395, no. fatwa 9525). Yang dimakruhkan adalah tindakan-tindakan
yang mengurangi sisi keafdhalannya, seperti kurang terkoordinasi pembagian
dagingnya, dagingnya kurang segar, atau tidak dibagikan sama sekali. Adapun
penyembelihannya tidak mengapa.
Adapun ayat di atas (yang hanya menyebut hari-hari dan tidak menyebutkan malam),
tidaklah menunjukkan persyaratan, namun hanya menunjukkan keafdhalan saja.
Adapun hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma dengan lafadz: ي نَ َهى
ُّْ ص َّلى النَّب
َ ُللا َ س َّل َْم
ْ ْع َليه َ ْ“ باللَّيلْ الذَبحNabi
َ عنْ َو
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menyembelih di malam hari.” Al-Haitsami
rahimahullahu dalam Al-Majma’ (4/23) menyatakan: “Pada sanadnya ada Salman bin
Abi Salamah Al-Janabizi, dia matruk.” Sehingga hadits ini dha’if jiddan (lemah
sekali). Wallahu a’lam. (lihat Asy-Syarhul Kabir, 5/194)
G. Sosialisasi Kurban
Umat muslim dianjurkan untuk berkurban. Gambar berikut adalah iklan untuk
berkurban, dan membeli binatang untuk kurban dari sumber tertentu yang dimuat di
Koran Media Indonesia pada bulan Desember 2005 oleh organisasi Dompet Dhuafa.
Selain itu Dompet Peduli Ummat DaarutTauhiid juga berupaya mengajak masyarakat
untuk ikut serta dalam mensosialisasikan Qurban ini. dan juga memakan daging
RINCIAN KURBAN
BAB III
SEJARAH BERKURBAN
SEJARAH BERKURBAN
Umat Muslim memercayai, Nabi Ibrahim awalnya bermimpi menyembelih
anaknya, Nabi Ismail, sebelum digantikan dengan hewan kurban. Hari ini juga
disebut Lebaran Haji karena bertepatan dengan ibadah haji. Ada juga yang
menyebut Lebaran Kurban karena mereka yang mampu diwajibkan menyembelih
hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada masyarakat yang kurang
mampu.
Sejarah ini tertulis dalam Al-Qur’an surah Ash-Shaffat ayat 101-110. Dalam
surat tersebut disebutkan Nabi Ibrahim yang belum dikaruniai keturunan berdoa
kepada Allah untuk diberikan seorang anak yang baik dan sholeh.
Allah mengabulkan doa tersebut dan anak tersebut diberi nama Ismail,
yang juga menjadi seorang nabi. Ismail menjadi anak yang baik, taat kepada orang
tua dan Allah, juga seorang penyabar.
Namun, kesabaran yang dimiliki oleh Ismail dan ayahnya diuji oleh Allah.
Suatu hari Ibrahim bermimpi menyembelih Ismail. Mimpi itu datang bukan hanya
sekali, tetapi selama tiga malam berturut-turut. Lalu Ibrahim percaya bahwa
mimpi itu merupakan pesan dari Allah. Sebagai Nabi yang taat kepada Allah,
Ibrahim berencana untuk melakukan apa yang ada di mimpinya tersebut. Namun
sebelum itu, Ibrahim menanyakan pendapat Ismail tentang mimpinya tersebut.
Allah SWT berfirman, “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan
yang besar” (QS Ash-Shaffat ayat 107).
Para ulama percaya bahwa seekor sembelihan besar yang dimaksud ketika
itu adalah seekor kambing atau domba besar yang hidup di daerah timur tengah.
LAMPIRAN
BAB V
PENUTUP