Fiqih Kurban
DR Mohamad Taufik Hulaimi MA. M.Ed
DEFINISI UDHIYAH
ج عَنْ أَ ِبى
ِ ش عَنْ َع ْب ِد ال َّر ْح َم ِن ْب ِن ه ُْر ُم َز األَ ْع َر
ٍ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ َح َّدثَنِى أَبِى َح َّدثَنَا أَبُو َع ْب ِد ال َّر ْح َم ِن َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ ْبنُ َعيَّا
Menenangkan Jiwa
وإن الدم، إنها لتأتي يوم القيامة بقرونها وأشعارـها وأظلالفها
فطيبوا بها،) قبل أن يقع على االرض2( ليقع من هللا بمكان
.” نفسا
sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan
kurban itu datang beserta tanduk, bulu dan
kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah
hewan qurban itu menyentuh tanah ,
pahalanya telah diterima disisi Allah, maka
tenanglah jiwa dengan berkurban.
Hukum Ber-Kurban:
Berkurban Sunnah Muakkadah.
Berpahala dikerjalkan, tercela jika tidak
dikerjakan
Makruh meninggalkannya bagi yang mampu.
Bahkan Menurut abu Hanifah, Kurban wajib
Bagi yang mampu.
Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari anas ra
bahwa Nabi saw berkurban dengan dua
kambing berwarna putih diselingi hitam ,
bertanduk . Beliau menyembelihnya sendiri
dengan membaca basmalah dan bertakbir.
Hukum Ber-Kurban:… lanjutan