ِّ َف
َ ِّص ِّل لَرب
ك َو حاْنَحر َ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” (Al-Kautsar: 2)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, bahwa: “Rasulullah SAW berkurban dengan dua domba
jantan.” Dalam riwayat lain: “Rasulullah SAW berkurban dengan dua domba jantan bewarna putih
dan bertanduk besar. Beliau membaca basmalah dan bertakbir. Beliau meletakkan kaki di leher
kedua kambing tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sejarah Ibadah kurban kembali kepada kisah Nabi Ibrahim AS yang diuji oleh Allah untuk
menyembelih anaknya, Nabi Ismail AS. Lalu Allah menggantinya dengan seekor kambing jantan yang
besar.
Ibadah kurban merupakan bentuk perhatian kaum muslimin yang mampu terhadap saudara-
saudara mereka yang tidak punya agar mereka bisa merayakan Idul Adha dengan penuh
kebahagiaan.
HUKUM KURBAN
Ibadah kurban adalah sunah muakkadah (sangat dianjurkan) bagi seorang muslim yang
mampu melakukannya. Tapi hukumnya sunah kifayah bagi satu keluarga. Artinya ibadah ini
dianjurkan bagi satu keluarga yang bila telah dikerjakan oleh salah satu diantara mereka maka
semua mendapatkan pahalanya.
Ibadah ini tidak wajib karena diriwayatkan bahwa: “Abu Bakar dan Umar tidak berkurban
karena khawatir dianggap wajib.” (HR. Baihaqi).
Begitu pula sabda Rasulullah SAW:
اس َم اَّللِّ َعلَى َما َرَزقَه حم ِّم حن ََبِّحي َم ِّة حاْلَنح َع ِّام ِّ ٍ ِّ
َولك ِّل أمة َج َعلحنَا َمحن َس ًكا ليَ حذكرحوا ح
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut
nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka.” (Al-Hajj: 34).
Sehingga mencakup kerbau, dan domba. Dan tidak termasuk didalamnya banteng, keledai,
zebra, rusa, kuda, ayam, ikan, dan lainnya.
Seekor unta atau sapi bisa dijadikan kurban bagi tujuh orang atau kurang, baik laki-laki
maupun perempuan, baik satu keluarga atau bukan, baik seluruhnya untuk kurban maupun
sebagiannya bukan kurban, seperti akikah ataupun sedekah biasa. Hal ini didasarkan pada perkataan
Jabir RA: “Kami menyembelih pada tahun Hudaibiyah bersama Nabi SAW seekor unta untuk tujuh
orang dan seekor sapi untuk tujuh orang.” (HR. Muslim).
Adapun kambing maka hanya boleh untuk satu orang saja. Tidak boleh lebih.
Berkurban dengan unta lebih baik dari sapi karena lebih banyak dagingnya. Seekor sapi lebih
baik dari seekor kambing. Tujuh ekor kambing lebih baik dari satu sapi karena masing-masing yang
berkurban melakukan penyembelihan sendiri. Dan domba (biri-biri) lebih baik dari kambing biasa.
Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
اريَِّة َشاةٌ ََل يَضُّرك حم أَذ حكَرا ًًن كن أ حَم إِّ ًَن ًث
ِّ َ َو َع ِّن ا حْل،َع ِّن الحغ َالِّم َشا ََت ِّن
“Untuk anak lelaki dua kambing dan untuk anak perempuan satu kambing. Tidak masalah jantan
ataupun betina.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa`i).
Hadits di atas meskipun berbicara tentang akikah tapi para ulama sepakat bahwa hukum
kurban dan akikah adalah sama dilihat dari hewan yang disembelih. Namun, hewan jantan lebih
utama dari betina meskipun dengan warna yang lebih utama. Dan betina yang belum pernah
melahirkan lebih baik dari jantan yang sering mengawini betinanya.
Dianjurkan memilih hewan yang gemuk. Hewan yang gemuk lebih utama meskipun betina.
Diperbolehkan berkurban dengan hewan yang dikebiri.
2. Usia.
Tidak sah berkurban dengan hewan yang belum cukup usia. Untuk unta minimal berusia lima
tahun dan menginjak enam tahun. Untuk sapi dan kambing harus mencapai usia dua tahun
menginjak tiga. Dan domba harus genap satu tahun menginjak ke dua. Hanya saja, jika domba
tersebut telah tanggal gigi serinya maka boleh dijadikan kurban meskipun belum genap satu tahun.
Rasulullah SAW bersabda:
فَتَ حذ ََب حوا َج َذ َعةً ِّم َن الضأح ِّن، إَِّل أَ حن يَ حعسَر َعلَحيك حم،ًََل تَ حذ ََب حوا إَِّل م ِّسنة
“Janganlah kalian menyembelih kecuali hewan musinnah, kecuali sulit atas kalian maka sembelihlah
domba jadza’.” (HR. Muslim).
Musinnah bagi unta adalah yang telah genap lima tahun. Adapun bagi sapi dan kambing
maka yang telah genap dua tahun. Jadza’ dari domba adalah yang telah tanggal gigi serinya yaitu
mencapai usia satu tahun.
3. Bebas dari cacat.
Tidak boleh berkurban dengan hewan yang cacat sehingga mengurangi kadar dagingnya baik
sekarang maupun mendatang.
Terdapat beberapa cacat yang menyebabkan tidak sahnya kurban, yaitu buta kedua mata,
buta satu mata, pincang yang parah yaitu mudah disalip oleh kambing lainnya dalam berjalan,
korengan meskipun sedikit, hewan yang mengecil otaknya karena kurus, gila, semua giginya
ompong, sakit yang mengurangi daging, terputus meskipun sedikit pada bagian telinganya, lidahnya,
puting susunya atau bokongnya (bagian ekor domba yang membesar), terputus ekornya,
terputus/hilang sebagian daging secara jelas pada bagian tubuh utama seperti paha, dan terlahir
tanpa telinga.
Dibolehkan --tetapi makruh—berkurban dengan hewan betina yang terlahir tanpa puting,
tanpa ekor, tanpa gigi, tanpa tanduk, atau domba tanpa bokong. Begitu pula hewan yang telinganya
robek, berlubang karena ditandai dengan api, pecah tempurung tanduknya, dan pecah tanduknya.
Jika seekor hewan menjadi cacat ketika akan disembelih maka tidak sah dijadikan sebagai
hewan kurban.
Diriwayatkan dari al-Barra` bin ‘Azib RA bahwa Nabi SAW bersabda:
َوَم حن،اب سن تَ نَا ِّ ِّ ِّ إِّن أَوَل ما نَب َدأ ِِّف ي وِّمنَا ه َذا أَ حن ن
َ َص
َ ك فَ َق حد أ
َ فَ َم حن فَ َع َل َذل، ُث نَحرج َع فَنَ حن َحَر،صل َي َ َ َح َ ح
ك ِِّف َش حي ٍء ِّ لَيس ِّمن النُّس،َْنَر قَبل الصالَةِّ فَإَِّّنَا هو ََلم قَدمه ِّْل حَهلِّ ِّه
ح َ َ ح َ ٌَ ح ََ ح
“Sesungguhnya pertama yang kita mulai di hari ini adalah melaksanakan shalat, lalu kita pulang dan
menyembelih. Barang siapa yang melakukan itu maka telah mendapatkan sunah kami. Barang siapa
yang menyembelih sebelum shalat maka itu dianggap daging biasa yang ia berikan kepada
keluarganya. Tidak termasuk ibadah sama sekali.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Waktu penyembelihan ini terus berlangsung sampai selesai hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12,
dan 13 Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Jubair bin Muth’im RA, bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
ف ِّم حن ِّ َ فَإِّنه ِّبَوِّل قَطحرٍة ِّمن َد ِّمها ي حغ َفر ل،ك فَا حشه ِّدي ها
َ َك َما َسل ِّ ِّض ِّحيت
اط َمة ق حوِّم حي إِّ َل أ ح
ِّ َّي ف
َ َ ح ََ ح َ
كِّ ِّذن وب
ح
“Wahai Fatimah, pergilah ke tempat hewan kurbanmu dan saksikanlah penyembelihannya.
Karena sesungguhnya bersamaan dengan tetesan pertama dari darahnya akan diampuni darimu
dosa-dosamu yang telah lalu.” (HR. Baihaqi dan Hakim).
Bagi perempuan dan khuntsa (seorang yang belum diketahui kelaminnya karen berkelamin
ganda/hermafrodit) dianjurkan mewakilkan penyembelihan kepada orang lain.
3. Dianjurkan memakan sebagian daging dari hewan kurbannya dan menyedekahkan sisanya.
Allah berfirman:
اَللهم تَ َقب حل ِّم حن ُمَم ٍد َو ِّآل ُمَم ٍد َوأم ِّة ُمَم ٍد،ِّبِّ حس ِّم هللا
“Bismillah, ya Allah terimalah (kurban ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan umat
Muhammad.” (HR. Muslim).
Dan hendaknya penyembelihan itu dilakukan di masjid agar dapat disaksikan seluruh kaum
muslimin. Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA bahwa: “Rasulullah SAW menyembelih di mushala
(tempat shalat).” (HR. Bukhari dan Muslim).
7. Dianjurkan melakukan adab-adab dalam menyembelih kurban, seperti menajamkan pisau,
membuat tenang hewan, menggorok dengan kuat dan cepat, menghadap kiblat, membaringkan
sapi atau kambing di sisi kiri badan, membaca basmalah, tidak menguliti hingga benar-benar
mati, tidak menghadirkan hewan lain di depan hewan yang sedang disembelih, dan lain
sebagainya.