Anda di halaman 1dari 23

PRAKATA

“SESUNGGUHNYA ALLAH MEWAJIBKAN BERBUAT IKHSAN DALAM SEGALA HAL. JIKA KALIAN MEMBUNUH MAKA
BUNUHLAH DENGAN IHSAN, JIKA KALIAN MENYEMBELIH, SEMBELIHLAH DENGAN IHSAN. HENDAKNYA KALIAN
MEMPERTAJAM PISAUNYA DAN MENYENANGKAN SEMBELIHANNYA” (HR. MUSLIM NO.5167)

1
2
SEJARAH QURBAN
Ibadah Qurban disyariatkan kepada umat-umat terdahulu

3
DEFENISI QURBAN

Qurban adalah hewan ternak yang disembelih pada hari Iedul Adha dan hari Tasyriq
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah karena datangnya hari raya tersebut
(lihat Al Wajiz, 405 dan Shahih Fiqih Sunnah II/366)

4
HUKUM QURBAN
PENDAPAT PERTAMA, disebutkan Wajib bagi orang yang berkelapangan. Ulama yang
berpendapat demikian adalah Rabi’ah (guru Imam Malik), Al Auza’i, Abu Hanifah, Imam Ahmad
dalam salah satu pendapatnya, Laits bin Sa’ad beserta beberapa ulama pengikut Imam Malik,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahumullah. Syaikh Ibn Utsaimin
mengatakan: “Pendapat yang menyatakan wajib itu tampak lebih kuat dari pada pendapat
yang menyatakan tidak wajib. Akan tetapi hal itu hanya diwajibkan bagi yang mampu…” (lih.
Syarhul Mumti’, III/408) Diantara dalilnya adalah hadits Abu Hurairah yang menyatakan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka


jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah 3123, Al
Hakim 7672 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani).

5
PENDAPAT KEDUA, menyatakan Sunnah Mu’akkadah (ditekankan). Dan ini adalah pendapat
mayoritas ulama yaitu Malik, Syafi’i, Ahmad, Ibnu Hazm dan lain-lain. Ulama yang
mengambil pendapat ini berdalil dengan riwayat dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiyallahu
‘anhu. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya aku sedang tidak berqurban. Padahal aku
adalah orang yang berkelapangan. Itu kulakukan karena aku khawatir kalau tetanggaku
mengira qurban itu adalah wajib bagiku.” (HR. Abdur Razzaq dan Baihaqi dengan sanad
shahih)

6
HEWAN YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK QURBAN
Hewan qurban hanya boleh dari jenis Bahiimatul Al An’aam (hewan ternak). Dalilnya adalah
firman Allah yang artinya, “Dan bagi setiap umat Kami berikan tuntunan berqurban agar kalian
mengingat nama Allah atas rezki yang dilimpahkan kepada kalian berupa hewan-hewan ternak
(bahiimatul an’aam).” (Qs. Al Hajj: 34). Dalam bahasa arab, yang dimaksud Bahiimatul Al An’aam
hanya mencakup tiga binatang yaitu onta, sapi atau kambing. Oleh karena itu, berqurban hanya
sah dengan tiga hewan tersebut dan tidak boleh selain itu.

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: “Di tahun Hudaibiyah kami menyembelih onta untuk 7 orang
dan menyembelih sapi untuk 7 orang” (HR Muslim)

7
Atha’ bin Yasar bertanya kepada Abu Ayyub Al-Anshari: "Bagaimanakah Qurban kalian di masa
Nabi SAW ?". Abu Ayyub menjawab: "Seseorang di masa Nabi SAW menyembelih 1 kambing untuk
dirinya dan keluarganya. Mereka makan dari daging kambing tersebut, dan mereka juga
bersedekah dari daging tersebut. Kemudian ini menjadi kebanggaan bagi mereka sebagaimana
kau lihat" (Riwayat Thabrani dalam al-Kabir No 3920 dan Ibnu Majah No 3138)

Para ulama’ menyamakan kerbau dengan sapi dalam berbagai hukum dan keduanya dianggap
sebagai satu jenis (Mausu’ah Fiqhiyah Quwaithiyah 2/2975). Ada beberapa ulama yang secara
tegas membolehkan berqurban dengan kerbau. Baik dari kalangan Syafi’iyah (lih. Hasyiyah Al
Bajirami) maupun dari madzhab Hanafiyah (lih. Al ‘Inayah Syarh Hidayah 14/192 dan Fathul Qodir
22/106). Mereka menganggap keduanya satu jenis.

8
UMUR HEWAN QURBAN
Dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian
menyembelih (qurban) kecuali musinnah. Kecuali apabila itu menyulitkan bagi kalian maka
kalian boleh menyembelih domba jadza’ah.” (Muttafaq ‘alaih)

Musinnah adalah hewan ternak yang sudah dewasa, diambil dari kata sinnun yang artinya gigi.
Hewan tersebut dinamakan musinnah karena hewan tersebut sudah ganti gigi. Adapun rincian
usia hewan musinnah adalah:

9
CACAT HEWAN QURBAN
Cacat hewan qurban dibagi menjadi 3:
Cacat yang menyebabkan tidak sah untuk berqurban, ada 4:
1. Buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya
2. Sakit dan jelas sekali sakitnya.
3. Pincang dan tampak jelas pincangnya
4. Sangat tua sampai-sampai tidak punya sumsum tulang

Cacat yang menyebabkan makruh untuk berqurban, ada 2 yaitu: Sebagian atau keseluruhan telinganya
terpotong, dan tanduknya pecah atau patah (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/373)
Cacat yang tidak berpengaruh pada hewan qurban (boleh dijadikan untuk qurban) namun kurang
sempurna
Selain 6 jenis cacat di atas atau cacat yang tidak lebih parah dari itu maka tidak berpengaruh pada
status hewan qurban. Misalnya tidak bergigi (ompong), tidak berekor, bunting, atau tidak berhidung.
(lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/373)

10
LARANGAN BAGI PEQURBAN
Orang yang hendak berqurban dilarang memotong kuku dan memotong rambutnya. Yang
dilarang untuk dipotong kuku dan rambutnya di sini adalah orang yang hendak qurban
bukan hewan qurbannya.

Dari Ummu Salamah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Apabila
engkau telah memasuki sepuluh hari pertama (bulan Dzulhijjah) sedangkan diantara
kalian ingin berqurban maka janganlah dia menyentuh sedikitpun bagian dari rambut
dan kulitnya.” (HR. Muslim)

11
WAKTU PENYEMBELIHAN
Waktu penyembelihan qurban adalah pada hari Iedul Adha dan 3 hari sesudahnya (hari
tasyriq).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap hari taysriq adalah (hari)
untuk menyembelih (qurban).” (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Tidak ada perbedaan waktu siang ataupun malam. Baik siang maupun malam sama-
sama dibolehkan. Namun menurut Syaikh Al Utsaimin, melakukan penyembelihan di
waktu siang itu lebih baik. (Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi, hal. 33).

12
TEMPAT PENYEMBELIHAN
Tempat yang disunnahkan untuk menyembelih adalah tanah lapangan tempat shalat ied
diselenggarakan.Terutama bagi tokoh masyarakat, dianjurkan untuk menyembelih
qurbannya di lapangan dalam rangka memberitahukan kepada kaum muslimin bahwa
qurban sudah boleh dilakukan dan sekaligus mengajari tata cara qurban yang baik.

Ibnu ‘Umar mengatakan, “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa


menyembelih kambing dan onta (qurban) di lapangan tempat shalat.”
(HR. Bukhari 5552).

13
TATA CARA PENYEMBELIHAN
1. Sebaiknya pemilik qurban menyembelih hewan qurbannya sendiri jika mampu menyembelih dengan
baik.Apabila pemilik qurban tidak bisa menyembelih sendiri maka sebaiknya dia ikut datang
menyaksikan penyembelihannya.
2. Hendaknya memakai alat yang tajam untuk menyembelih.
3. Hewan yang disembelih dibaringkan di atas lambung kirinya dan posisi kaki-kakinya ke arah kiblat.
Leher hewan diinjak dengan telapak kaki kanan penyembelih, sebagaimana yang dilakukan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
4. Pisau ditekan kuat_x0002_kuat supaya cepat putus. Ketika akan menyembelih disyari’akan membaca
bismillaahi wallaahu akbar ketika menyembelih. Kemudian diikuti bacaan:
– hadza minka wa laka. (HR. Abu Dawud 2795) atau
– hadza minka wa laka ‘anni atau ‘an fulan (disebutkan nama shahibul qurban). atau
– Berdoa agar Allah menerima qurbannya dengan doa, Allahumma taqabbal minni atau min fulan
(disebutkan nama shahibul qurban) (lih. Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi, hal. 92)

14
PEMANFAATAN HASIL QURBAN

Bagi pemilik hewan qurban dibolehkan memanfaatkan daging qurbannya, melalui:


• Dimakan sendiri dan keluarganya, bahkan sebagian ulama menyatakan shohibul
qurban wajib makan bagian hewan qurbannya. Termasuk dalam hal ini adalah
berqurban karena nadzar menurut pendapat yang benar.
• Disedekahkan kepada orang yang membutuhkan.
• Dihadiahkan kepada orang yang kaya.
• Disimpan untuk bahan makanan di lain hari. Namun penyimpanan ini hanya
dibolehkan jika tidak terjadi musim paceklik atau krisis makanan

15
MEMBERIKAN DAGING QURBAN KEPADA ORANG KAFIR
Ulama madzhab Malikiyah berpendapat makruhnya memberikan daging qurban kepada orang kafir.
Imam Malik mengatakan: “(diberikan) kepada selain mereka (orang kafir) lebih aku sukai.” Sedangkan
Syafi’iyah berpendapat haramnya memberikan daging qurban kepada orang kafir untuk qurban yang
wajib (misalnya qurban nadzar, pen.) dan makruh untuk qurban yang sunnah. (lih. Fatwa Syabakah
Islamiyah no. 29843). Al Baijuri As Syafi’i mengatakan: “Dalam Al Majmu’ (Syarhul Muhadzab)
disebutkan, boleh memberikan sebagian qurban sunnah kepada kafir dzimmi yang miskin. Tapi
ketentuan ini tidak berlaku untuk qurban yang wajib.” (Hasyiyah Al Baijuri 2/310)

Lajnah Daimah (Majlis Ulama’ saudi Arabia) ditanya tentang hukum memberikan daging qurban
kepada orang kafir. Jawaban Lajnah: “Kita dibolehkan memberi daging qurban kepada orang kafir
Mu’ahid baik karena statusnya sebagai orang miskin, kerabat, tetangga, atau karena dalam rangka
menarik simpati mereka… namun tidak dibolehkan memberikan daging qurban kepada orang kafir
Harby, karena kewajiban kita kepada kafir harby adalah merendahkan mereka dan melemahkan
kekuatan mereka.
16
LARANGAN MEMPERJUALBELIKAN HASIL SEMBELIHAN
Tidak diperbolehkan memperjual-belikan bagian hewan sembelihan, baik daging, kulit,
kepala, tengkleng, bulu, tulang maupun bagian yang lainnya. Ali bin Abi Thalib
radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
aku untuk mengurusi penyembelihan onta qurbannya. Beliau juga
memerintahkan saya untuk membagikan semua kulit tubuh serta kulit punggungnya.
Dan saya tidak diperbolehkan memberikan bagian apapun darinya kepada tukang jagal.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa yang menjual kulit hewan qurbannya maka ibadah qurbannya tidak ada
nilainya.” (HR. Al Hakim 2/390 & Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan: Hasan)

17
SOLUSI MASALAH KULIT
Kumpulkan semua kulit, kepala, dan kaki hewan qurban. Tunjuk sejumlah orang miskin
sebagai sasaran penerima kulit. Tidak perlu diantar ke rumahnya, tapi cukup hubungi
mereka dan sampaikan bahwa panitia siap menjualkan kulit yang sudah menjadi hak
mereka. Dengan demikian, status panitia dalam hal ini adalah sebagai wakil bagi pemilik
kulit untuk menjualkan kulit, bukan wakil dari shohibul qurban dalam menjual kulit.

18
MENGUPAH JAGAL DENGAN BAGIAN HEWAN QURBAN
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwa “Beliau pernah diperintahkan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengurusi penyembelihan ontanya dan agar
membagikan seluruh bagian dari sembelihan onta tersebut, baik yang berupa daging,
kulit tubuh maupun pelana. Dan dia tidak boleh memberikannya kepada jagal barang
sedikitpun.” (HR. Bukhari dan Muslim) dan dalam lafaz lainnya beliau berkata, “Kami
mengupahnya dari uang kami pribadi.” (HR. Muslim). Dan ini merupakan pendapat
mayoritas ulama (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/379).

19
STATUS PANITIA QURBAN
Panitia maupun jagal dalam pengurusan hewan qurban adalah sebagai wakil dari
shohibul qurban dan bukan amil. Karena statusnya hanya sebagai wakil maka panitia
qurban tidak diperkenankan mengambil bagian dari hewan qurban sebagai ganti dari
jasa dalam mengurusi hewan qurban.

20
BERQURBAN DI TEMPAT LAIN
Pada asalnya tempat menyembelih qurban adalah daerah orang yang berqurban. Karena
orang-orang yang miskin di daerahnya itulah yang lebih berhak untuk disantuni.
Sebagian syafi’iyah mengharamkan mengirim hewan qurban atau uang untuk membeli
hewan qurban ke tempat lain – di luar tempat tinggal shohibul qurban – selama tidak ada
maslahat yang menuntut hal itu, seperti penduduk tempat shohibul qurban yang sudah
kaya sementara penduduk tempat lain sangat membutuhkan. Sebagian ulama
membolehkan secara mutlak (meskipun tidak ada tuntutan maslahat). Sebagai jalan
keluar dari perbedaan pendapat, sebagian ulama menasehatkan agar tidak mengirim
hewan qurban ke selain tempat tinggalnya. Artinya tetap disembelih di daerah shohibul
qurban dan yang dikirim keluar adalah dagingnya. (lih. Fatwa Syabakah Islamiyah no.
2997, 29048, dan 29843 & Shahih Fiqih Sunnah, II/380)

21
22

Anda mungkin juga menyukai