Anda di halaman 1dari 40

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, Maka

shalatlah untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan.” (QS. Al


Kautsar: 2).

Syaikh Abdullah Alu Bassaam mengatakan, “Sebagian ulama


ahli tafsir mengatakan; Yang dimaksud dengan menyembelih
hewan adalah menyembelih hewan qurban setelah shalat
Ied”. Pendapat ini dinukilkan dari Qatadah, Atha’ dan Ikrimah
(Taisirul ‘Allaam, 534 Taudhihul Ahkaam, IV/450. Lihat juga
Shahih Fiqih Sunnah II/366).

Dalam istilah ilmu fiqih hewan qurban biasa disebut dengan


nama Al Udh-hiyah yang bentuk jamaknya Al Adhaahi
(dengan huruf ha’ tipis)

1 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Pengertian Udh-hiyah
Udh-hiyah adalah hewan ternak yang disembelih pada hari
Iedul Adha dan hari Tasyriq dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah karena datangnya hari raya tersebut (lihat Al
Wajiz, 405 dan Shahih Fiqih Sunnah II/366)

Keutamaan Qurban
Menyembelih qurban termasuk amal salih yang paling utama.
Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah anak Adam
melakukan suatu amalan pada hari Nahr (Iedul Adha) yang
lebih dicintai oleh Allah melebihi mengalirkan darah (qurban),
maka hendaknya kalian merasa senang karenanya.” (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dengan sanad sahih, lihat
Taudhihul Ahkam, IV/450)

Hadis di atas didhaifkan oleh Syaikh Al Albani (dhaif Ibn


Majah, 671). Namun kegoncangan hadis di atas tidaklah
menyebabkan hilangnya keutamaan berqurban.

Banyak ulama menjelaskan bahwa menyembelih hewan


qurban pada hari idul Adha lebih utama dari pada sedekah
yang senilai atau harga hewan qurban atau bahkan sedekah
yang lebih banyak dari pada nilai hewan qurban.

Karena maksud terpenting dalam berqurban adalah


mendekatkan diri kepada Allah. Disamping itu, menyembelih
qurban lebih menampakkan syi’ar islam dan lebih sesuai
dengan sunnah (lihat Shahih Fiqh Sunnah 2/379 & Syarhul
Mumthi’ 7/521).

2 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Hukum Qurban
Dalam hal ini para ulama terbagi dalam dua pendapat:

 Pertama, wajib bagi orang yang berkelapangan.

Ulama yang berpendapat demikian adalah Rabi’ah (guru


Imam Malik), Al Auza’i, Abu Hanifah, Imam Ahmad
dalam salah satu pendapatnya, Laits bin Sa’ad serta
sebagian ulama pengikut Imam Malik, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah, dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
rahimahumullah.

Syaikh Ibn Utsaimin mengatakan: “Pendapat yang


menyatakan wajib itu tampak lebih kuat dari pada
pendapat yang menyatakan tidak wajib. Akan tetapi hal
itu hanya diwajibkan bagi yang mampu…” (lih. Syarhul
Mumti’, III/408)

Diantara dalilnya adalah hadits Abu Hurairah yang


menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang berkelapangan
(harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-
kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah
3123, Al Hakim 7672 dan dihasankan oleh Syaikh Al
Albani)

 Kedua menyatakan Sunnah Mu’akkadah (ditekankan).

Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama yaitu Malik,


Syafi’i, Ahmad, Ibnu Hazm dan lain-lain.

Ulama yang mengambil pendapat ini berdalil dengan


riwayat dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiyallahu ‘anhu.
3 FIQIH QURBAN – muslim.or.id
Beliau mengatakan, “Sesungguhnya aku sedang tidak
akan berqurban. Padahal aku adalah orang yang
berkelapangan. Itu kulakukan karena aku khawatir
kalau-kalau tetanggaku mengira qurban itu adalah
wajib bagiku.” (HR. Abdur Razzaq dan Baihaqi dengan
sanad shahih).

Demikian pula dikatakan oleh Abu Sarihah, “Aku melihat


Abu Bakar dan Umar sementara mereka berdua tidak
berqurban.” (HR. Abdur Razzaaq dan Baihaqi, sanadnya
shahih)

Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada riwayat sahih dari


seorang sahabatpun yang menyatakan bahwa qurban
itu wajib.” (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/367-368,
Taudhihul Ahkaam, IV/454)

Dalil-dalil di atas merupakan dalil pokok yang digunakan


masing-masing pendapat. Jika dijabarkan semuanya
menunjukkan masing-masing pendapat sama kuat.

Sebagian ulama memberikan jalan keluar dari perselisihan


dengan menasehatkan: “…selayaknya bagi mereka yang
mampu, tidak meninggalkan berqurban. Karena dengan
berqurban akan lebih menenangkan hati dan melepaskan
tanggungan, wallahu a’lam.” (Tafsir Adwa’ul Bayan, 1120)
Yakinlah…! bagi mereka yang berqurban, Allah akan segera
memberikan ganti biaya qurban yang dia keluarkan. Karena
setiap pagi Allah mengutus dua malaikat, yang satu berdo’a:
“Yaa Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfaq.” Dan
yang kedua berdo’a: “Yaa Allah, berikanlah kehancuran bagi
orang yang menahan hartanya (pelit).” (HR. Al Bukhari 1374
& Muslim 1010).
4 FIQIH QURBAN – muslim.or.id
Hewan yang Boleh Digunakan Untuk Qurban
Hewan qurban hanya boleh dari kalangan Bahiimatul Al
An’aam (hewan ternak tertentu) yaitu onta, sapi atau
kambing dan tidak boleh selain itu.

Bahkan sekelompok ulama menukilkan adanya ijma‘


(kesepakatan) bahwasanya qurban tidak sah kecuali dengan
hewan-hewan tersebut (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/369 dan
Al Wajiz 406)

Dalilnya adalah firman Allah yang artinya, “Dan bagi setiap


umat Kami berikan tuntunan berqurban agar kalian
mengingat nama Allah atas rezki yang dilimpahkan kepada
kalian berupa hewan-hewan ternak (bahiimatul an’aam).”
(QS. Al Hajj: 34)

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan, “Bahkan jika seandainya


ada orang yang berqurban dengan jenis hewan lain yang
lebih mahal dari pada jenis ternak tersebut maka qurbannya
tidak sah. Andaikan dia lebih memilih untuk berqurban
seekor kuda seharga 10.000 real sedangkan seekor kambing
harganya hanya 300 real maka qurbannya (dengan kuda) itu
tidak sah…” (Syarhul Mumti’, III/409)

5 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Seekor Kambing Untuk Satu Keluarga
Seekor kambing cukup untuk qurban satu keluarga, dan
pahalanya mencakup seluruh anggota keluarga meskipun
jumlahnya banyak atau bahkan yang sudah meninggal dunia.

Sebagaimana hadits Abu Ayyub radhiyallahu’anhu yang


mengatakan, “Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam seseorang (suami) menyembelih seekor kambing
sebagai qurban bagi dirinya dan keluarganya.” (HR. Tirmidzi
dan beliau menilainya shahih, lihat Minhaajul Muslim, 264
dan 266).

Oleh karena itu, tidak selayaknya seseorang


mengkhususkan qurban untuk salah satu anggota
keluarganya tertentu, misalnya kambing 1 untuk anak si A,
kambing 2 untuk anak si B, karunia dan kemurahan Allah
sangat luas maka tidak perlu dibatasi.
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berqurban untuk
seluruh dirinya dan seluruh umatnya.

Suatu ketika beliau hendak menyembelih kambing qurban.


Sebelum menyembelih beliau mengatakan:”Yaa Allah ini –
qurban – dariku dan dari umatku yang tidak berqurban.” (HR.
Abu Daud 2810 & Al Hakim 4/229 dan dishahihkan Syaikh Al
Albani dalam Al Irwa’ 4/349).

Berdasarkan hadis ini, Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby


mengatakan: “Kaum muslimin yang tidak mampu berqurban,
mendapatkan pahala sebagaimana orang berqurban dari
umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

6 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Adapun yang dimaksud: “…kambing hanya boleh untuk satu
orang, sapi untuk tujuh orang, dan onta 10 orang…” adalah
biaya pengadaannya. Biaya pengadaan kambing hanya boleh
dari satu orang, biaya pengadaan sapi hanya boleh dari
maksimal tujuh orang dst.

Namun seandainya ada orang yang hendak membantu


shohibul qurban yang kekurangan biaya untuk membeli
hewan, maka diperbolehkan dan tidak mempengaruhi status
qurbannya. Dan status bantuan di sini adalah hadiah bagi
shohibul qurban.
Apakah harus izin terlebih dahulu kepada pemilik hewan?

Jawab: Tidak harus, karena dalam transaksi hadiah tidak


dipersyaratkan memberitahukan kepada orang yang diberi
sedekah.

Ketentuan Untuk Sapi & Onta


Seekor Sapi dijadikan qurban untuk 7 orang. Sedangkan
seekor onta untuk 10 orang.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu beliau mengatakan,


“Dahulu kami penah bersafar bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu tibalah hari raya Iedul Adha maka kami
pun berserikat sepuluh orang untuk qurban seekor onta.
Sedangkan untuk seekor sapi kami berserikat sebanyak tujuh
orang.” (Shahih Sunan Ibnu Majah 2536, Al Wajiz, hal. 406)

Dalam masalah pahala, ketentuan qurban sapi sama dengan


ketentuan qurban kambing. Artinya urunan 7 orang untuk
7 FIQIH QURBAN – muslim.or.id
qurban seekor sapi, pahalanya mencakup seluruh anggota
keluarga dari 7 orang yang ikut urunan.

Arisan Qurban Kambing?


Mengadakan arisan dalam rangka berqurban masuk dalam
pembahasan berhutang untuk qurban. Karena hakekat arisan
adalah hutang.

Sebagian ulama menganjurkan untuk berqurban meskipun


harus hutang.

Di antaranya adalah Imam Abu Hatim sebagaimana dinukil


oleh Ibn Katsir dari Sufyan At Tsauri (Tafsir Ibn Katsir, surat Al
Hajj:36)(*)

Demikian pula Imam Ahmad dalam masalah aqiqah. Beliau


menyarankan agar orang yang tidak memiliki biaya aqiqah
agar berhutang dalam rangka menghidupkan sunnah aqiqah
di hari ketujuh setelah kelahiran.

(*) Sufyan At Tsauri rahimahullah mengatakan: Dulu Abu


Hatim pernah berhutang untuk membeli unta qurban. Beliau
ditanya: “Kamu berhutang untuk beli unta qurban?” beliau
jawab: “Saya mendengar Allah berfirman: ْ‫خير‬ َ ‫( َل ُكمْ فِيهَا‬kamu
memperoleh kebaikan yang banyak pada unta-unta qurban
tersebut) (QS: Al Hajj:36).” (lih. Tafsir Ibn Katsir, surat Al Hajj:
36).

8 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Sebagian ulama lain menyarankan untuk mendahulukan
pelunasan hutang dari pada berqurban.

Di antaranya adalah Syaikh Ibn Utsaimin dan ulama tim fatwa


islamweb.net di bawah pengawasan Dr. Abdullah Al Faqih
(lih. Fatwa Syabakah Islamiyah no. 7198 & 28826).

Syaikh Ibn Utsaimin mengatakan: “Jika orang punya hutang


maka selayaknya mendahulukan pelunasan hutang dari pada
berqurban.” (Syarhul Mumti’ 7/455).

Bahkan Beliau pernah ditanya tentang hukum orang yang


tidak jadi qurban karena uangnya diserahkan kepada
temannya yang sedang terlilit hutang, dan beliau jawab: “Jika
di hadapkan dua permasalahan antara berqurban atau
melunaskan hutang orang faqir maka lebih utama melunasi
hutang, lebih-lebih jika orang yang sedang terlilit hutang
tersebut adalah kerabat dekat.” (lih. Majmu’ Fatawa &
Risalah Ibn Utsaimin 18/144).

Namun pernyataan-pernyataan ulama di atas tidaklah saling


bertentangan. Karena perbedaan ini didasari oleh perbedaan
dalam memandang keadaan orang yang berhutang.

Sikap ulama yang menyarankan untuk berhutang ketika


qurban dipahami untuk kasus orang yang keadaanya mudah
dalam melunasi hutang atau kasus hutang yang jatuh
temponya masih panjang. Sedangkan anjuran sebagian ulama
untuk mendahulukan pelunasan hutang dari pada qurban
dipahami untuk kasus orang yang kesulitan melunasi hutang
atau hutang yang menuntut segera dilunasi.

9 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Dengan demikian, jika arisan qurban kita golongkan
sebagai hutang yang jatuh temponya panjang atau hutang
yang mudah dilunasi maka berqurban dengan arisan adalah
satu hal yang baik.
Wallahu a’lam.

Qurban Kerbau?
Para ulama’ menyamakan kerbau dengan sapi dalam
berbagai hukum dan keduanya disikapi sebagai satu jenis
(Mausu’ah Fiqhiyah Quwaithiyah 2/2975).

Ada beberapa ulama yang secara tegas membolehkan


berqurban dengan kerbau, dari kalangan Syafi’iyah (lih.
Hasyiyah Al Bajirami) maupun dari Hanafiyah (lih. Al ‘Inayah
Syarh Hidayah 14/192 dan Fathul Qodir 22/106). Mereka
menganggap keduanya satu jenis.

Syaikh Ibn Al Utasimin pernah ditanya tentang hukum qurban


dengan kerbau.
Pertanyaan:

“Kerbau dan sapi memiliki perbedaan dalam banyak sifat


sebagaimana kambing dengan domba. Namun Allah telah
merinci penyebutan kambing dengan domba tetapi tidak
merinci penyebutan kerbau dengan sapi, sebagaimana
disebutkan dalam surat Al An’am 143. Apakah boleh
berqurban dengan kerbau?”

10 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Beliau menjawab:

“Jika hakekat kerbau termasuk sapi maka kerbau


sebagaimana sapi namun jika tidak maka (jenis hewan) yang
Allah sebut dalam alqur’an adalah jenis hewan yang dikenal
orang arab, sedangkan kerbau tidak termasuk hewan yang
dikenal orang arab.” (Liqa’ Babil Maftuh 200/27)

Jika pernyataan Syaikh Ibn Utsaimin kita bawa pada


penjelasan ulama di atas maka bisa disimpulkan bahwa
qurban kerbau hukumnya sah, karena kerbau sejenis
dengan sapi.
Wallahu a’lam.

Urunan Qurban Satu Sekolahan


Terdapat satu tradisi di lembaga pendidikan di daerah kita,
ketika iedul adha tiba sebagian sekolahan menggalakkan
kegiatan latihan qurban bagi siswa. Masing-masing siswa
dibebani iuran sejumlah uang tertentu. Hasilnya digunakan
untuk membeli kambing dan disembelih di hari-hari qurban.
Apakah ini bisa dinilai sebagai ibadah qurban?

Perlu dipahami bahwa qurban adalah salah satu ibadah


dalam Islam yang memiliki aturan tertentu sebagaimana yang
digariskan oleh syari’at.

Keluar dari aturan ini maka tidak bisa dinilai sebagai ibadah
qurban alias qurbannya tidak sah.

11 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Di antara aturan tersebut adalah masalah pembiayaan.

Sebagaimana dipahami di muka, biaya pengadaan untuk


seekor kambing hanya boleh diambilkan dari satu orang.

Oleh karena itu kasus tradisi ‘qurban’ seperti di atas tidak


dapat dinilai sebagai qurban.

Berqurban Atas Nama Orang yang Sudah


Meninggal?
Berqurban untuk orang yang telah meninggal dunia dapat
dirinci menjadi tiga bentuk:

 Orang yang meninggal bukan sebagai sasaran qurban


utama namun statusnya mengikuti qurban keluarganya
yang masih hidup.

Misalnya seseorang berqurban untuk dirinya dan


keluarganya sementara ada di antara keluarganya yang
telah meninggal. Berqurban jenis ini dibolehkan dan
pahala qurbannya meliputi dirinya dan keluarganya
meskipun ada yang sudah meninggal.

 Berqurban khusus untuk orang yang telah meninggal


tanpa ada wasiat dari mayit.

Sebagian ulama madzhab hambali menganggap ini


sebagai satu hal yang baik dan pahalanya bisa sampai
kepada mayit, sebagaimana sedekah atas nama mayit
(lih. Fatwa Majlis Ulama Saudi no. 1474 & 1765).

12 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Namun sebagian ulama’ bersikap keras dan menilai
perbuatan ini sebagai satu bentuk bid’ah, mengingat
tidak ada tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Tidak ada riwayat bahwasanya beliau berqurban
atas nama Khadijah, Hamzah, atau kerabat beliau
lainnya yang mendahului beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

 Berqurban khusus untuk orang yang meninggal karena


mayit pernah mewasiatkan agar keluarganya berqurban
untuknya jika dia meninggal.

Berqurban untuk mayit untuk kasus ini diperbolehkan,


jika dalam rangka menunaikan wasiat si mayit. (Dinukil
dari catatan kaki Syarhul Mumti’ yang diambil dari
Risalah Udl-hiyah Syaikh Ibn Utsaimin 51).

13 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Umur Hewan Qurban
Untuk onta dan sapi: Jabir meriwayatkan
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah
kalian menyembelih (qurban) kecuali musinnah. Kecuali
apabila itu menyulitkan bagi kalian maka kalian boleh
menyembelih domba jadza’ah.” (Muttafaq ‘alaih)

Musinnah adalah hewan ternak yang sudah dewasa, dengan


rincian:

No. Hewan Umur minimal


1. Onta 5 tahun
2. Sapi 2 tahun
3. Kambing jawa 1 tahun
4. Domba/ kambing 6 bulan
gembel (domba
Jadza’ah)

(lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/371-372, Syarhul Mumti’,


III/410, Taudhihul Ahkaam, IV/461)

14 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Cacat Hewan Qurban
Cacat hewan qurban dibagi menjadi 3:

Cacat yang menyebabkan tidak sah untuk berqurban, ada 4


(**):

 Buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya: Jika butanya


belum jelas – orang yang melihatnya menilai belum buta
– meskipun pada hakekatnya kambing tersebut satu
matanya tidak berfungsi maka boleh diqurbankan.

Demikian pula hewan yang rabun senja. ulama’


madzhab syafi’iyah menegaskan hewan yang rabun
boleh digunakan untuk qurban karena bukan termasuk
hewan yang buta sebelah matanya.

 Sakit dan tampak sekali sakitnya.


 Pincang dan tampak jelas pincangnya: Artinya pincang
dan tidak bisa berjalan normal. Akan tetapi jika baru
kelihatan pincang namun bisa berjalan dengan baik
maka boleh dijadikan hewan qurban.
 Sangat tua sampai-sampai tidak punya sumsum tulang.

Dan jika ada hewan yang cacatnya lebih parah dari 4 jenis
cacat di atas maka lebih tidak boleh untuk digunakan
berqurban. (lih. Shahih Fiqih Sunnah, II/373 & Syarhul Mumti’
3/294).

15 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Cacat yang menyebabkan makruh untuk berqurban, ada 2
(***):

 Sebagian atau keseluruhan telinganya terpotong


 Tanduknya pecah atau patah (lihat Shahih Fiqih Sunnah,
II/373)

Cacat yang tidak berpengaruh pada hewan qurban (boleh


dijadikan untuk qurban) namun kurang sempurna.

Selain 6 jenis cacat di atas atau cacat yang tidak lebih parah
dari itu maka tidak berpengaruh pada status hewan qurban.

Misalnya tidak bergigi (ompong), tidak berekor, bunting, atau


tidak berhidung. Wallahu a’lam
(lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/373)

(**) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang cacat


hewan apa yang harus dihindari ketika berqurban. Beliau
menjawab: “Ada empat cacat… dan beliau berisyarat dengan
tangannya.” (HR. Ahmad 4/300 & Abu Daud 2802,
dinyatakan Hasan-Shahih oleh Turmudzi).

Sebagian ulama menjelaskan bahwa isyarat Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam dengan tangannya ketika menyebutkan
empat cacat tersebut menunjukkan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam membatasi jenis cacat yang terlarang.
Sehingga yang bukan termasuk empat jenis cacat
sebagaimana dalam hadis boleh digunakan sebagai qurban.
(Syarhul Mumthi’ 7/464)

16 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


(***) Terdapat hadis yang menyatakan larangan berqurban
dengan hewan yang memilki dua cacat, telinga terpotong
atau tanduk pecah. Namun hadisnya dlo’if, sehingga sebagian
ulama menggolongkan cacat jenis kedua ini hanya
menyebabkan makruh dipakai untuk qurban. (Syarhul
Mumthi’ 7/470)

Hewan yang Disukai dan Lebih Utama untuk


Diqurbankan
Hendaknya hewan yang diqurbankan adalah hewan yang
gemuk dan sempurna.

Dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang artinya,


“…barangsiapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah maka
sesungguhnya itu adalah berasal dari ketakwaan hati.” (QS.
Al Hajj: 32).

Berdasarkan ayat ini Imam Syafi’i rahimahullah menyatakan


bahwa orang yang berqurban disunnahkan untuk memilih
hewan qurban yang besar dan gemuk.

Abu Umamah bin Sahl mengatakan, “Dahulu kami di


Madinah biasa memilih hewan yang gemuk dalam
berqurban. Dan memang kebiasaan kaum muslimin ketika itu
adalah berqurban dengan hewan yang gemuk-gemuk.” (HR.
Bukhari secara mu’allaq namun secara tegas dan
dimaushulkan oleh Abu Nu’aim dalam Al Mustakhraj,
sanadnya hasan)

17 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Diantara ketiga jenis hewan qurban maka menurut mayoritas
ulama yang paling utama adalah berqurban dengan onta,
kemudian sapi kemudian kambing, jika biaya pengadaan
masing-masing ditanggung satu orang (bukan urunan).

Dalilnya adalah jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


ketika ditanya oleh Abu Dzar radhiallahu ‘anhu tentang
budak yang lebih utama.

Beliau bersabda, “Yaitu budak yang lebih mahal dan lebih


bernilai dalam pandangan pemiliknya” (HR. Bukhari dan
Muslim). (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/374)

18 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Manakah yang Lebih Baik, Ikut Urunan Sapi
atau Qurban Satu Kambing?
Sebagian ulama menjelaskan qurban satu kambing lebih baik
dari pada ikut urunan sapi atau onta, karena tujuh kambing
manfaatnya lebih banyak dari pada seekor sapi (lih. Shahih
Fiqh Sunnah, 2/375, Fatwa Lajnah Daimah no. 1149 &
Syarhul Mumthi’ 7/458).

Disamping itu, terdapat alasan lain diantaranya:

 Qurban yang sering dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam adalah utuh satu ekor, baik kambing, sapi,
maupun onta, bukan 1/7 sapi atau 1/10 onta.
 Kegiatan menyembelihnya lebih banyak. Lebih-lebih jika
hadis yang menyebutkan keutamaan qurban di atas
statusnya shahih. Hal ini juga sesuai dengan apa yang
dinyatakan oleh penulis kitab Al Muhadzab Al Fairuz
Abadzi As Syafi’i. (lih. Al Muhadzab 1/74)
 Terdapat sebagian ulama yang melarang urunan dalam
berqurban, diantaranya adalah Mufti Negri Saudi Syaikh
Muhammad bin Ibrahim (lih. Fatwa Lajnah 11/453).
Namun pelarangan ini didasari dengan qiyas (analogi)
yang bertolak belakang dengan dalil sunnah, sehingga
jelas salahnya.

19 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Apakah Harus Jantan?
Tidak ada ketentuan jenis kelamin hewan qurban. Boleh
jantan maupun betina.

Dari Umu Kurzin radliallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda: “Aqiqah untuk anal laki-laki dua
kambing dan anak perempuan satu kambing. Tidak jadi
masalah jantan maupun betina.” (HR. Ahmad 27900 & An
Nasa’i 4218 dan dishahihkan Syaikh Al Albani).

Berdasarkan hadis ini, Al Fairuz Abadzi As Syafi’i mengatakan:


“Jika dibolehkan menggunakan hewan betina ketika aqiqah
berdasarkan hadis ini, menunjukkan bahwa hal ini juga boleh
untuk berqurban.” (Al Muhadzab 1/74)

Namun umumnya hewan jantan itu lebih baik dan lebih


mahal dibandingkan hewan betina. Oleh karena itu, tidak
harus hewan jantan namun diutamakan jantan.

Larangan Bagi yang Hendak Berqurban


Orang yang hendak berqurban dilarang memotong kuku dan
memotong rambutnya (yaitu orang yang hendak qurban
bukan hewan qurbannya).

Dari Ummu Salamah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


beliau bersabda, “Apabila engkau telah memasuki sepuluh
hari pertama (bulan Dzulhijjah) sedangkan diantara kalian
ingin berqurban maka janganlah dia menyentuh sedikitpun
bagian dari rambut dan kulitnya.” (HR. Muslim).

20 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Larangan tersebut berlaku untuk cara apapun dan untuk
bagian manapun, mencakup larangan mencukur gundul atau
sebagian saja, atau sekedar mencabutinya. Baik rambut itu
tumbuh di kepala, kumis, sekitar kemaluan maupun di ketiak
(lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/376).

Apakah larangan ini hanya berlaku untuk kepala keluarga


ataukah berlaku juga untuk anggota keluarga shohibul
qurban?

Jawab: Larangan ini hanya berlaku untuk kepala keluarga


(shohibul qurban) dan tidak berlaku bagi anggota
keluarganya . Karena 2 alasan:

 Dlahir hadis menunjukkan bahwa larangan ini hanya


berlaku untuk yang mau berqurban.
 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berqurban
untuk dirinya dan keluarganya. Namun belum
ditemukan riwayat bahwasanya beliau menyuruh
anggota keluarganya untuk tidak memotong kuku
maupun rambutnya. (Syarhul Mumti’ 7/529)

21 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Waktu Penyembelihan
Waktu penyembelihan qurban adalah pada hari Iedul Adha
dan 3 hari sesudahnya (hari tasyriq).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap hari


taysriq adalah (hari) untuk menyembelih (qurban).” (HR.
Ahmad dan Baihaqi)

Tidak ada perbedaan waktu siang ataupun malam. Baik siang


maupun malam sama-sama dibolehkan. Namun menurut
Syaikh Al Utsaimin, melakukan penyembelihan di waktu siang
itu lebih baik. (Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi, hal. 33).

Para ulama sepakat bahwa penyembelihan qurban tidak


boleh dilakukan sebelum terbitnya fajar di hari Iedul Adha.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa


yang menyembelih sebelum shalat Ied maka sesungguhnya
dia menyembelih untuk dirinya sendiri (bukan qurban). Dan
barangsiapa yang menyembelih sesudah shalat itu maka
qurbannya sempurna dan dia telah menepati sunnahnya
kaum muslimin.” (HR. Bukhari dan Muslim) (lihat Shahih Fiqih
Sunnah, II/377)

22 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Tempat Penyembelihan
Tempat yang disunnahkan untuk menyembelih adalah tanah
lapangan tempat shalat ‘ied diselenggarakan. Terutama bagi
imam/penguasa/tokoh masyarakat, dianjurkan untuk
menyembelih qurbannya di lapangan dalam rangka
memberitahukan kepada kaum muslimin bahwa qurban
sudah boleh dilakukan dan mengajari tata cara qurban yang
baik.

Ibnu ‘Umar mengatakan, “Dahulu Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam biasa menyembelih kambing dan onta
(qurban) di lapangan tempat shalat.” (HR. Bukhari 5552).

Dan dibolehkan untuk menyembelih qurban di tempat


manapun yang disukai, baik di rumah sendiri ataupun di
tempat lain. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/378)

Penyembelih Qurban
Disunnahkan bagi shohibul qurban untuk menyembelih
hewan qurbannya sendiri namun boleh diwakilkan kepada
orang lain.

Syaikh Ali bin Hasan mengatakan: “Saya tidak mengetahui


adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama’ dalam
masalah ini.”

Hal ini berdasarkan hadits Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu
di dalam Shahih Muslim yang menceritakan bahwa pada saat
qurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menyembelih beberapa onta qurbannya dengan tangan
23 FIQIH QURBAN – muslim.or.id
beliau sendiri kemudian sisanya diserahkan kepada Ali bin
Abi Thalib radhiallahu ‘anhu untuk disembelih. (lih. Ahkaamul
Idain, 32)

Tata Cara Penyembelihan


 Sebaiknya pemilik qurban menyembelih hewan
qurbannya sendiri.
 Apabila pemilik qurban tidak bisa menyembelih sendiri
maka sebaiknya dia ikut datang menyaksikan
penyembelihannya.
 Hendaknya memakai alat yang tajam untuk
menyembelih.
 Hewan yang disembelih dibaringkan di atas lambung
kirinya dan dihadapkan ke kiblat. Kemudian pisau
ditekan kuat-kuat supaya cepat putus.
 Ketika akan menyembelih disyari’akan membaca
“Bismillaahi wallaahu akbar” ketika menyembelih.
Untuk bacaan bismillah (tidak perlu ditambahi Ar
Rahman dan Ar Rahiim) hukumnya wajib menurut Imam
Abu Hanifah, Malik dan Ahmad, sedangkan menurut
Imam Syafi’i hukumnya sunnah. Adapun bacaan takbir –
Allahu akbar – para ulama sepakat kalau hukum
membaca takbir ketika menyembelih ini adalah sunnah
dan bukan wajib.

Kemudian diikuti bacaan:

o hadza minka wa laka.” (HR. Abu Dawud 2795) Atau


o hadza minka wa laka ‘anni atau ‘an fulan
(disebutkan nama shahibul qurban).” atau
24 FIQIH QURBAN – muslim.or.id
o Berdoa agar Allah menerima qurbannya dengan
doa, “Allahumma taqabbal minni atau min fulan
(disebutkan nama shahibul qurban)” (lih. Tata Cara
Qurban Tuntunan Nabi, hal. 92)

Catatan: Tidak terdapat do’a khusus yang panjang bagi


shohibul qurban ketika hendak menyembelih.
Wallahu a’lam.

Bolehkah Mengucapkan Shalawat Ketika


Menyembelih?
Tidak boleh mengucapkan shalawat ketika hendak
menyembelih, karena 2 alasan:

 Tidak terdapat dalil bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam mengucapkan shalawat ketika menyembelih.
Sementara beribadah tanpa dalil adalah perbuatan
bid’ah.
 Bisa jadi orang akan menjadikan nama Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai wasilah ketika
qurban. Atau bahkan bisa jadi seseorang
membayangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
menyembelih, sehingga sembelihannya tidak murni
untuk Allah. (lih. Syarhul Mumti’ 7/492)

25 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Pemanfaatan Hasil Sembelihan
Bagi pemilik hewan qurban dibolehkan memanfaatkan
daging qurbannya, melalui:

 Dimakan sendiri dan keluarganya, bahkan sebagian


ulama menyatakan shohibul qurban wajib makan bagian
hewan qurbannya. Termasuk dalam hal ini adalah
berqurban karena nadzar menurut pendapat yang
benar.
 Disedekahkan kepada orang yang membutuhkan
 Dihadiahkan kepada orang yang kaya
 Disimpan untuk bahan makanan di lain hari. Namun
penyimpanan ini hanya dibolehkan jika tidak terjadi
musim paceklik atau krisis makanan.

Dari Salamah bin Al Akwa’ dia berkata; Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa diantara kalian
yang berqurban maka jangan sampai dia menjumpai subuh
hari ketiga sesudah Ied sedangkan dagingnya masih tersisa
walaupun sedikit. Ketika datang tahun berikutnya maka para
sahabat mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah kami harus
melakukan sebagaimana tahun lalu ?” Maka beliau
menjawab, “(Adapun sekarang) Makanlah sebagian,
sebagian lagi berikan kepada orang lain dan sebagian lagi
simpanlah. Pada tahun lalu masyarakat sedang mengalami
kesulitan (makanan) sehingga aku berkeinginan supaya
kalian membantu mereka dalam hal itu.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

26 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Menurut mayoritas ulama perintah yang terdapat dalam
hadits ini menunjukkan hukum sunnah, bukan wajib (lihat
Shahih Fiqih Sunnah, II/378).

Oleh sebab itu, boleh mensedekahkan semua hasil


sembelihan qurban. Sebagaimana diperbolehkan untuk tidak
menghadiahkannya (kepada orang kaya, ed.) sama sekali
kepada orang lain (Minhaajul Muslim, 266). (artinya hanya
untuk shohibul qurban dan sedekah pada orang miskin, ed.)

Bolehkah Memberikan Daging Qurban


Kepada Orang Kafir?
Ulama madzhab Malikiyah berpendapat makruhnya
memberikan daging qurban kepada orang kafir, sebagaimana
kata Imam Malik: “(diberikan) kepada selain mereka (orang
kafir) lebih aku sukai.” Sedangkan syafi’iyah berpendapat
haramnya memberikan daging qurban kepada orang kafir
untuk qurban yang wajib (misalnya qurban nadzar, pen.) dan
makruh untuk qurban yang sunnah. (lih. Fatwa Syabakah
Islamiyah no. 29843).

Al Baijuri As Syafi’I mengatakan: “Dalam Al Majmu’ (Syarhul


Muhadzab) disebutkan, boleh memberikan sebagian qurban
sunnah kepada kafir dzimmi yang faqir. Tapi ketentuan ini
tidak berlaku untuk qurban yang wajib.” (Hasyiyah Al Baijuri
2/310)

Lajnah Daimah (Majlis Ulama’ saudi Arabia) ditanya tentang


bolehkah memberikan daging qurban kepada orang kafir.

27 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Jawaban Lajnah:

“Kita dibolehkan memberi daging qurban kepada orang kafir


Mu’ahid (****) baik karena statusnya sebagai orang miskin,
kerabat, tetangga, atau karena dalam rangka menarik
simpati mereka… namun tidak dibolehkan memberikan
daging qurban kepada orang kafir Harby, karena kewajiban
kita kepada kafir harby adalah merendahkan mereka dan
melemahkan kekuatan mereka. Hukum ini juga berlaku untuk
pemberian sedekah. Hal ini berdasarkan keumuman firman
Allah:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku


adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena
agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.” (QS. Al Mumtahanah 8)

Demikian pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah


memerintahkan Asma’ binti Abu Bakr radhiallahu ‘anhu
untuk menemui ibunya dengan membawa harta padahal
ibunya masih musyrik.” (Fatwa Lajnah Daimah no. 1997).

Kesimpulannya, memberikan bagian hewan qurban kepada


orang kafir dibolehkan karena status hewan qurban sama
dengan sedekah atau hadiah, dan diperbolehkan
memberikan sedekah maupun hadiah kepada orang kafir.
Sedangkan pendapat yang melarang adalah pendapat yang
tidak kuat karena tidak berdalil.
(****) Kafir Mu’ahid: Orang kafir yang mengikat perjanjian
damai dengan kaum muslimin. Termasuk orang kafir mu’ahid
adalah orang kafir yang masuk ke negeri islam dengan izin
28 FIQIH QURBAN – muslim.or.id
resmi dari pemerintah. Kafir Harby: Orang kafir yang
memerangi kaum muslimin. Kafir Dzimmi: Orang kafir yang
hidup di bawah kekuasaan kaum muslimin.

Larangan Memperjual-Belikan Hasil


Sembelihan
Tidak diperbolehkan memperjual-belikan bagian hewan
sembelihan, baik daging, kulit, kepala, teklek, bulu, tulang
maupun bagian yang lainnya.

Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan aku untuk
mengurusi penyembelihan onta qurbannya. Beliau juga
memerintahkan saya untuk membagikan semua kulit tubuh
serta kulit punggungnya. Dan saya tidak diperbolehkan
memberikan bagian apapun darinya kepada tukang jagal.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan terdapat ancaman keras dalam masalah ini,


sebagaimana hadis berikut:

‫هن باع جلد أضحيتو فال أضحية لو‬


Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menjual kulit
hewan qurbannya maka ibadah qurbannya tidak ada
nilainya.” (HR. Al Hakim 2/390 & Al Baihaqi. Syaikh Al Albani
mengatakan: Hasan)

29 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Tetang haramnya pemilik hewan menjual kulit qurban
merupakan pendapat mayoritas ulama, meskipun Imam Abu
Hanifah menyelisihi mereka.

Namun mengingat dalil yang sangat tegas dan jelas maka


pendapat siapapun harus disingkirkan.

Catatan:

 Termasuk memperjual-belikan bagian hewan qurban


adalah menukar kulit atau kepala dengan daging atau
menjual kulit untuk kemudian dibelikan kambing.
Karena hakekat jual-beli adalah tukar-menukar
meskipun dengan selain uang.
 Transaksi jual-beli kulit hewan qurban yang belum
dibagikan adalah transaksi yang tidak sah. Artinya
penjual tidak boleh menerima uang hasil penjualan kulit
dan pembeli tidak berhak menerima kulit yang dia beli.

Hal ini sebagaimana perkataan Al Baijuri: “Tidak sah jual


beli (bagian dari hewan qurban) disamping transaksi ini
adalah haram.” Beliau juga mengatakan: “Jual beli kulit
hewan qurban juga tidak sah karena hadis yang
diriwayatkan Hakim (baca: hadis di atas).” (Fiqh Syafi’i
2/311).

 Bagi orang yang menerima kulit dibolehkan


memanfaatkan kulit sesuai keinginannya, baik dijual
maupun untuk pemanfaatan lainnya, karena ini sudah
menjadi haknya. Sedangkan menjual kulit yang dilarang
adalah menjual kulit sebelum dibagikan (disedekahkan),
baik yang dilakukan panitia maupun shohibul qurban.

30 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Larangan Mengupah Jagal Dengan Bagian
Hewan Sembelihan
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwa “Beliau
pernah diperintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk mengurusi penyembelihan ontanya dan agar
membagikan seluruh bagian dari sembelihan onta tersebut,
baik yang berupa daging, kulit tubuh maupun pelana. Dan
dia tidak boleh memberikannya kepada jagal barang
sedikitpun.” (HR. Bukhari dan Muslim) dan dalam lafaz
lainnya beliau berkata, “Kami mengupahnya dari uang kami
pribadi.” (HR. Muslim). Dan ini merupakan pendapat
mayoritas ulama (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/379)

Syaikh Abdullah Al Bassaam mengatakan, “Tukang jagal tidak


boleh diberi daging atau kulitnya sebagai bentuk upah atas
pekerjaannya. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama.
Yang diperbolehkan adalah memberikannya sebagai bentuk
hadiah jika dia termasuk orang kaya atau sebagai sedekah
jika ternyata dia adalah miskin…..” (Taudhihul Ahkaam,
IV/464).

Pernyataan beliau semakna dengan pernyataan Ibn Qosim


yang mengatakan: “Haram menjadikan bagian hewan qurban
sebagai upah bagi jagal.”

Perkataan beliau ini dikomentari oleh Al Baijuri: “Karena hal


itu (mengupah jagal) semakna dengan jual beli. Namun jika
jagal diberi bagian dari qurban dengan status sedekah bukan
upah maka tidak haram.” (Hasyiyah Al Baijuri As Syafi’i
2/311).

31 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Adapun bagi orang yang memperoleh hadiah atau sedekah
daging qurban diperbolehkan memanfaatkannya
sekehendaknya, bisa dimakan, dijual atau yang lainnya. Akan
tetapi tidak diperkenankan menjualnya kembali kepada
orang yang memberi hadiah atau sedekah kepadanya (Tata
Cara Qurban Tuntunan Nabi, 69)

Menyembelih Satu Kambing Untuk Makan-


Makan Panitia? Atau Panitia Dapat Jatah
Khusus?
Status panitia maupun jagal dalam pengurusan hewan
qurban adalah sebagai wakil dari shohibul qurban dan bukan
amil (*****). Karena statusnya hanya sebagai wakil maka
panitia qurban tidak diperkenankan mengambil bagian dari
hewan qurban sebagai ganti dari jasa dalam mengurusi
hewan qurban. Untuk lebih memudahkan bisa diperhatikan
ilustrasi kasus berikut:

Adi ingin mengirim uang Rp 1 juta kepada Budi. Karena tidak


bisa ketemu langsung maka Adi mengutus Rudi untuk
mengantarkan uang tersebut kepada Budi. Karena harus ada
biaya transport dan biaya lainnya maka Adi memberikan
sejumlah uang kepada Rudi. Bolehkah uang ini diambilkan
dari uang Rp 1 juta yang akan dikirimkan kepada Budi??
Semua orang akan menjawab: “TIDAK BOLEH KARENA
BERARTI MENGURANGI UANGNYA BUDI.”

Status Rudi pada kasus di atas hanyalah sebagai wakil Adi.


Demikian pula qurban. Status panitia hanya sebagai wakil
32 FIQIH QURBAN – muslim.or.id
pemilik hewan, sehingga dia tidak boleh mengambil bagian
qurban sebagai ganti dari jasanya. Oleh karena itu, jika
menyembelih satu kambing untuk makan-makan panitia,
atau panitia dapat jatah khusus sebagai ganti jasa dari kerja
yang dilakukan panitia maka ini tidak diperbolehkan.

(*****) Sebagian orang menyamakan status panitia qurban


sebagaimana status amil dalam zakat. Bahkan mereka
meyebut panitia qurban dengan ‘amil qurban’. Akibatnya
mereka beranggapan panitia memiliki jatah khusus dari
hewan qurban sebagaimana amil zakat memiliki jatah khusus
dari harta zakat. Yang benar, amil zakat tidaklah sama
dengan panitia pengurus qurban. Karena untuk bisa disebut
amil, harus memenuhi beberapa persyaratan. Sementara
pengurus qurban hanya sebatas wakil dari shohibul qurban,
sebagaimana status sahabat Ali radhiallahu ‘anhu dalam
mengurusi qurban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
tidak ada riwayat Ali radhiallahu ‘anhu mendapat jatah
khusus dari qurbannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

33 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Nasehat & Solusi Untuk Masalah Kulit
Satu penyakit kronis yang menimpa ibadah qurban kaum
muslimin bangsa kita, mereka tidak bisa lepas dari ‘fiqh
praktis’ menjual kulit atau menggaji jagal dengan kulit.

Memang kita akui ini adalah jalan pintas yang paling cepat
untuk melepaskan diri dari tanggungan mengurusi kulit.
Namun apakah jalan pintas cepat ini menjamin
keselamatan???

Bertaqwalah kepada Allah wahai kaum muslimin…


sesungguhnya ibadah qurban telah diatur dengan indah dan
rapi oleh Sang Peletak Syari’ah.

Jangan coba-coba untuk keluar dari aturan ini karena bisa


jadi qurban kita tidak sah.

Berusahalah untuk senantiasa berjalan sesuai syari’at


meskipun jalurnya ‘kelihatannya’ lebih panjang dan sedikit
menyibukkan.

Jangan pula terkecoh dengan pendapat sebagian orang, baik


ulama maupun yang ngaku-ngaku ulama, karena orang yang
berhak untuk ditaati secara mutlak hanya satu yaitu Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka semua
pendapat yang bertentangan dengan hadis beliau harus
dibuang jauh-jauh.

Tidak perlu bingung dan merasa repot.

Bukankah Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu pernah


mengurusi qurbannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
jumlahnya 100 ekor onta?!
34 FIQIH QURBAN – muslim.or.id
Tapi tidak ada dalam catatan sejarah Ali bin Abi thalib
radhiallahu ‘anhu bingung ngurusi kulit dan kepala.

Demikianlah kemudahan yang Allah berikan bagi orang yang


100% mengikuti aturan syari’at. Namun bagi mereka (baca:
panitia) yang masih merasa bingung ngurusi kulit, bisa
dilakukan beberapa solusi berikut:

 Kumpulkan semua kulit, kepala, dan kaki hewan qurban.


Tunjuk sejumlah orang miskin sebagai sasaran penerima
kulit. Tidak perlu diantar ke rumahnya, tapi cukup
hubungi mereka dan sampaikan bahwa panitia siap
menjualkan kulit yang sudah menjadi hak mereka.
Dengan demikian, status panitia dalam hal ini adalah
sebagai wakil bagi pemilik kulit untuk menjualkan kulit,
bukan wakil dari shohibul qurban dalam menjual kulit.
 Serahkan semua atau sebagian kulit kepada yayasan
islam sosial (misalnya panti asuhan atau pondok
pesantren). (Terdapat Fatwa Lajnah yang membolehkan
menyerahkan bagian hewan qurban kepada yayasan).

Mengirim sejumlah uang untuk dibelikan hewan qurban di


tempat tujuan (di luar daerah pemilik hewan) dan
disembelih di tempat tersebut? atau mengirimkan hewan
hidup ke tempat lain untuk di sembelih di sana?

Pada asalnya tempat menyembelih qurban adalah daerah


orang yang berqurban. Karena orang-orang yang miskin di
daerahnya itulah yang lebih berhak untuk disantuni.

35 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Sebagian syafi’iyah mengharamkan mengirim hewan qurban
atau uang untuk membeli hewan qurban ke tempat lain – di
luar tempat tinggal shohibul qurban – selama tidak ada
maslahat yang menuntut hal itu, seperti penduduk tempat
shohibul qurban yang sudah kaya sementara penduduk
tempat lain sangat membutuhkan.

Sebagian ulama membolehkan secara mutlak (meskipun


tidak ada tuntutan maslahat).

Sebagai jalan keluar dari perbedaan pendapat, sebagian


ulama menasehatkan agar tidak mengirim hewan qurban ke
selain tempat tinggalnya. Artinya tetap disembelih di daerah
shohibul qurban dan yang dikirim keluar adalah dagingnya.
(lih. Fatwa Syabakah Islamiyah no. 2997, 29048, dan 29843 &
Shahih Fiqih Sunnah, II/380

Kesimpulannya, berqurban dengan model seperti ini


(mengirim hewan atau uang dan bukan daging) termasuk
qurban yang sah namun menyelisihi sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam karena tiga hal:

 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat


radiallahu ‘anhum tidak pernah mengajarkannya
 Hilangnya sunnah anjuran untuk disembelih sendiri oleh
shohibul qurban
 Hilangnya sunnah anjuran untuk makan bagian dari
hewan qurban.

Wallaahu waliyut taufiq.

Bagi para pembaca yang ingin membaca penjelasan yang


lebih lengkap dan memuaskan silakan baca buku Tata Cara

36 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Qurban Tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
diterjemahkan Ustadz Aris Munandar hafizhahullah dari
Talkhish Kitab Ahkaam Udh-hiyah wadz Dzakaah karya Syaikh
Al Utsaimin rahimahullah, penerbit Media Hidayah.

Semoga risalah yang ringkas sebagai pelengkap untuk tulisan


saudaraku Abu Muslih hafizhahullah ini bermanfaat dan
menjadi amal yang diterima oleh Allah ta’ala, sesungguhnya
Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia. Shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, serta seluruh pengikut beliau yang setia.
Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin.
Yogyakarta, 1 Dzul hijjah 1428

***

37 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Keutamaan Tanggal 1 Sampai 10 Dzul Hijjah
Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ّللا هن ىره األيّام – يعني أيّام‬


ّ ‫أحب إلى‬
ّ ‫صالح فييا‬
ّ ‫ها هن أيّام العول ال‬
‫ ًال‬: ‫ّللا ؟ قال‬
ّ ‫ّللا ًال الجياد في سبيل‬
ّ ‫ يا زسٌل‬: ‫العشس – قالٌا‬
‫ فلن يسجع هن ذلك‬، ‫ إالّ زجل خسج بنفسو ًهالو‬، ‫ّللا‬ ّ ‫الجياد في سبيل‬
‫بشيء‬.

Sumber: https://muslim.or.id/446-fiqih-qurban.html

“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah
melebihi amal sholeh yang dilakukan selama 10 hari pertama
bulan Dzul Hijjah.” Para sahabat bertanya: “Tidak pula
jihad?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak
pula jihad, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa
dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR.
Abu Daud & dishahihkan Syaikh Al Albani)

Berdasarkan hadis tersebut, ulama’ sepakat dianjurkannya


berpuasa selama 8 hari pertama bulan Dzul hijjah. Dan lebih
ditekankan lagi pada tanggal 9 Dzul Hijjah (Hari ‘Arafah)

Diceritakan oleh Al Mundziri dalam At Targhib (2/150) bahwa


Sa’id bin Jubair (Murid terbaik Ibn Abbas) ketika memasuki
tanggal satu Dzul Hijjah, beliau sangat bersungguh-sungguh
dalam beribadah sampai hampir tidak bisa mampu
melakukannya.
38 FIQIH QURBAN – muslim.or.id
Bagaimana dengan Puasa Hari Tarwiyah (8
Dzul Hijjah) Secara Khusus?
Terdapat hadis yang menyatakan: “Orang yang berpuasa
pada hari tarwiyah maka baginya pahala puasa satu tahun.”
Namun hadis ini hadits palsu sebagaimana ditegaskan oleh
Ibnul Zauzy (Al Maudhu’at 2/198), As Suyuthi (Al Masnu’
2/107), As Syaukani (Al Fawaidul Majmu’ah).

Oleh karena itu, tidak perlu berniat khusus untuk berpuasa


pada tanggal 8 Dzul Hijjah karena hadisnya dhaif. Namun jika
berpuasa karena mengamalkan keumuman hadis shahih di
atas maka diperbolehkan. (disarikan dari Fatwa Yas-
aluunaka, Syaikh Hissamuddin ‘Affaanah). Wallaahu a’lam.
***

Penulis: Ammi Nur Baits


Artikel muslim.or.id

39 FIQIH QURBAN – muslim.or.id


Sumber: https://muslim.or.id/446-fiqih-qurban.html

40 FIQIH QURBAN – muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai