Anda di halaman 1dari 9

Jika seseorang mempunyai anak yang lahir tujuh hari sebelum hari raya Idul Adha, sehingga aqiqahnya

bertepatan dengan hari Idul Adha, apakah boleh dia menyembelih satu kambing dengan dua niat ; niat
untuk ‘aqiqah dan untuk qurban sekaligus?

Para Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.

Pendapat Pertama: Menyatakan bahwa qurbannya tidak sah. Ini adalah pendapat ulama dalam
madzhab Maliki dan asy-Syafi'i, serta riwayat dari Imam Ahmad (al- Haitami, Tuhfatul Muhtaj, 9/371).

Alasannya, karena masing-masing dari aqiqah dan qurban mempunyai maksud tersendiri sehingga
tidak bisa digabung. Al- Hattab, seorang ulama dari madzhab Maliki mengatakan jika berniat qurban dan
‘aqiqah dalam satu waktu, maka tidak sah, karena ibadah keduanya terletak pada penyembelihan. Tetapi
jika berniat qurban dan walimah, maka keduanya sah, karena qurban nilai ibadahnya dalam
penyembelihan, sedang walimah niat ibadahnya dalam pemberian makan kepada orang lain. (al-Hattab,
Mawahib al- Jalil: 3/259).

Pendapat Kedua: Menyatakan bahwa qurban dan ‘aqiqahnya sah. Ini adalah pendapat ulama
Hanafiyah dan riwayat dari Imam Ahmad, dan pendapat al-Hasan al-Bashri, Muhammad bin Sirin dan
Qatadah.

Alasannya bahwa keduanya dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala melalui
penyembelihan, maka menjadi sah, sebagaimana seseorang ketika masuk masjid langsung bergabung ke
dalam shof dengan niat melakukan sholat jama'ah dan niat melakukan sholat tahiyatul masjid sekaligus,
maka kedua niat tersebut sah. Sebagaimana juga, jika seseorang mandi dengan niat untuk sholat ‘Ied dan
untuk sholat Jum'at sekaligus, pada hari dimana hari ‘Ied-nya jatuh pada hari Jum'at, maka kedua niat
tersebut sah. (Ibnu Abi Syaibah, al Mushonaf: 5/534 , al-Bahuti, Syarh Muntaha al-Iradat : 1/617 ).

Berkata Ibnu Qayyim di dalam Tuhfatu al-Maudud bi Ahkami al-Maulud ( 1/86 ) :

..‫أن أبا عبد هللا قال أرجو أن تجزىء األضحية عن العقيقة إن شاء هللا تعالى لمن لم يعق‬

“ ….bahwa Abu Abdillah ( Imam Ahmad ) berkata : “ Saya berharap menyembelih hewan qurban
bisa mewakili aqiqah sekaligus bagi yang belum melaksanakan aqiqah, Insya Allah . “
Di tempat yang sama disebutkan juga :

‫قال ورأيت أبا عبد هللا اشترى أضحية ذبحها عنه وعن أهله وكان ابنه عبد هللا ضغيرا فذبحها أراه أراد بذلك العقيقة واألضحية وقسم اللحم‬
‫وأكل منها‬

“ ( Hanbal ) berkata : “ Dan saya melihat Abu Abdillah ( Imam Ahmad ) membeli hewan qurban dan
beliau menyembelih untuknya dan untuk keluarganya, pada waktu itu anaknya yang bernama Abdullah
masih kecil. Maksudnya bahwa beliau menyembelih untuk qurban dan aqiqah, kemudian beliau bagikan
dagingnya dan beliau ikut memakan sebagiannya. “

Masalah Ke- 2 : Hukum Kornet dan Abon Daging Qurban.

Dibolehkan untuk menyimpan daging qurban dalam bentuk kornet atau abon. Dasarnya adalah
hadist Salamah bin al-Akwa’ radhiyallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

‫ ُكلُوا‬:‫ضي قَا َل‬ ِ ‫ يَا َرسُو َل هللاِ نَ ْف َع ُل َك َما فَ َع ْلنَا عَا َم ْال َما‬:‫ قَالُوا‬،ُ‫َي ٌء فَلَ َّما َكانَ ْال َعا ُم ْال ُم ْقبِل‬
ْ ‫ضحَّى ِم ْن ُك ْم فَالَ يُصْ بِ َح َّن بَ ْع َد ثَالِثَ ٍة َوفِي بَ ْيتِ ِه ِم ْنهُ ش‬
َ ‫َم ْن‬
‫َأ‬
‫ت ْن تُ ِعينُوا فِيهَا‬ ‫َأ‬
ُ ‫اس َج ْه ٌد فَ َر ْد‬ ِ َّ‫ َكانَ بِالن‬،‫ك ال َعا َم‬ ْ ْ
َ ِ‫ فَِإ َّن َذل‬،‫َو ط ِع ُموا َوا َّد ِخرُوا‬‫َأ‬

“Barangsiapa diantara kalian yang berqurban setelah hari ketiga, maka jangan sampai pada pagi
harinya tersisa sedikitpun daging di rumahnya.” Ketika datang tahun berikutnya maka para sahabat
mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah kami harus melakukan sebagaimana kami lakukan pada tahun
lalu ?” Maka beliau menjawab : “ Makanlah( untuk diri kalian ) dan berikan kepada orang lain, serta
simpanlah sebagiannya. Karena pada tahun lalu masyarakat sedang mengalami kesulitan makanan, maka
aku ingin supaya kalian membantu mereka dalam hal itu.” (HR. Bukhari (5569) dan Muslim(1974).

Hadits di atas terdapat perintah untuk menyimpan daging qurban lebih dari tiga hari, perintah
tersebut menunjukkan kebolehan. Sedang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak
menerangkan tehnis penyimpanannya, maka hal itu diserahkan kepada para sahabat dan kaum
muslimin, termasuk di dalamnya menyimpannya dalam bentuk kornet dan abon.

Masalah Ke-3 : Lebih Utama Berqurban atau Membantu Korban Bencana?


Kalau pertanyaannya seperti di atas, maka jawabannya bahwa yang paling utama adalah
melakukan kedua-duanya yaitu berqurban dengan harta yang telah disiapkan sebelumnya dan juga
membantu korban bencana dengan harta yang lain.

Bagaimana kalau dananya terbatas?

Jawabannya adalah hendaknya dia berqurban dan menyembelihnya pada waktu yang telah
ditentukan yaitu tanggal 10- 13 Dzulhijjah, kemudian dagingnya diberikan kepada para korban bencana,
dengan demikian dia mendapatkan dua pahala sekaligus: pahala berqurban dan pahala membantu
korban bencana.

Masalah Ke-4 : Mencukur Rambut atau Memotong Kuku Orang Yang Berqurban.

Dalam hal ini terdapat hadist Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :

ْ ‫ُره‬
‫وأظفَار‬ ْ ‫ فَ ْليُ ْم‬: ‫ضحِّ َي‬
ِ ‫سك عن َشع‬ َ َ‫ وأرا َد أ َحدُكم َأ ْن ي‬، ‫إذا رأيتم هالَ َل ذي الحجة‬

“ Jika kalian melihat bulan Dzulhijjah, dan salah satu diantara kalian ingin berqurban, maka hendaknya
dia menahan untuk tidak mencukur rambut dan memotong kukunya “ ( HR. Muslim (1977 ))

Dalam riwayat lain disebutkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َر ِه َش ْيًئا‬ َ ‫ِإ َذا َدخَ َل ْال َع ْش ُر َوَأ َرا َد َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن ي‬


ِ ‫ُض ِّح َى فَالَ يَ َمسَّ ِم ْن َش َع ِر ِه َوالَ بَش‬

“ Jika sudah memasuki sepuluh pertama ( bulan Dzulhijjah ), dan salah satu diantara kalian ingin
berqurban, maka hendaknya dia jangan mencukur rambut dan memotong kukunya. “ ( HR Muslim
(1977 )

Dalam menyikapi hadist di atas, para ulama berbeda pendapat : Imam Abu Hanifah mengatakan
boleh mencukur rambut dan memotong kukunya.
Adapun Imam Ahmad, Ishaq, Ibnu al-Musayyib, Rabi’ah, Daud, dan sebagian ulama asy-Syafi’iyah
mengatakan haram berdasarkan teks hadist di atas.

Adapun Imam Malik dan Imam asy-Syafi'i serta para pengikutnya mengatakan hukumnya makruh
dan tidak haram.

Pendapat terakhir ini lebih kuat, karena ada hadist lain yang memalingkan dari keharaman kepada
makruh, yaitu hadist Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya ia berkata:

‫كنت أفتل القالئد لهدي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فيقلد هديه ثم يبعث به ثم يقيم ال يجتنب شيئا مما يجتنبه المحرم‬

" Dahulu aku mengikatkan kalung pada hewan qurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
maka beliau membawanya kemudian mengirimkannya, kemudian beliau tinggal, dan tidak menjauhi
sesuatu apa-apa yang harus dijauhi orang berihram" (HR Bukhari ( 1698 ) dan Muslim( 1321)).

Hadist Aisyah di atas menunjukkan tidak ada larangan apapun bagi yang berniat berqurban seperti
larangan orang-orang yang melakukan ihram haji. Sehingga kalau dipadukan dengan hadist Ummu
salamah radhiyallahu anha sebelumnya, maka bisa disimpulkan bahwa jika telah memasuki sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijjah, bagi yang berniat berqurban disunnahkan untuk tidak memotong rambut dan
kukunya sampai dia menyembelih hewan qurbannya.

Masalah Ke-5 : Berqurban untuk Orangtua yang Sudah Wafat.

Banyak orang yang berqurban diniatkan untuk orangtuanya yang sudah meninggal dunia.
Pertanyaannya adalah apakah pahalanya akan sampai kepada orang tuanya yang meninggal dunia
tersebut?

Para ulama berbeda pendapat di dalam masalah ini: sebagian dari mereka mengatakan bahwa
pahalanya tidak sampai, dan sebagian yang lainnya mengatakan bahwa pahalanya sampai.

Pendapat yang terakhir ini lebih kuat, karena ada beberapa ibadah yang dijelaskan di dalam al-
Qur'an dan Hadits bahwa pahala tersebut sampai kepada mayit, seperti doa anak kepada orangtuanya,
doa kaum muslimin dalam sholat jenazah, seorang anak yang menghajikan orang tuanya yang bernadzar
haji dan lain-lainnya. Berkata Imam an-Nawawi di dalam al-Majmu’ ( 3/ 406 )
(‫التضحية عن الميت فقد أطلق أبو الحسن العبادي جوازها النها ضرب من الصدقة والصدقة تصح عن الميت وتنفعه وتصل إليه )وأما‬
‫باالجماع‬

‫وقال صاحب العدة والبغوي ال تصح التضحية عن الميت إال ان يوصي بها وبه قطع الرافعي في المجرد وهللا أعلم‬

“ Adapun berqurban untuk mayit, maka menurut Abu al-Hasan al-‘Abadi hal itu dibolehkan, karena
hal itu termasuk dalam katagori shadaqah, sedangkan shadaqah sah jika diperuntukan untuk mayit dan
akan bermanfaat baginya dan sampai kepadanya menurut kesepakatan ( ulama ).

Adapun pengarang kitab al-‘Uddah dan al-Baghawi menyatakan bahwa berqurban untuk mayit
tidaklah sah, kecuali jika si mayit ( sebelum meninggal ) berwasiat agar berqurban untuknya. Ini yang
dipegang oleh ar-Rafi’I di dalam kitab al-Mujarrad. Wallahu A’lam . “

Tapi yang perlu diingat, bahwa amalan berqurban untuk orangtuanya yang meninggal dunia, atau
menghadiahkan pahalanya kepada mereka adalah perbuatan yang tidak pernah dicontohkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, walaupun itu boleh, tetapi bukan sesuatu
yang dianjurkan, maka sebaiknya tidak usah diamalkan.

Toh, walaupun tanpa diniatkan untuk dikirimkan pahalanya kepada mereka, Insya Allah pahala
tersebut dengan sendirinya akan mengalir kepada mereka sebagai balasan telah mendidik anaknya
dengan baik dan benar selama hidupnya.

Ini sesuai dengan hadist Abu Hurairah radhiyalahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :

ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫ َأوْ َولَ ٍد‬، ‫ َأوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬، ‫اريَ ٍة‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ٍ ‫ِإ َذا َماتَ ابْنُ آ َد َم ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ ِإالَّ ِم ْن ثَال‬
َ :‫ث‬

“Jika manusia meninggal maka semua amalannya terputus kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, atau
ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakan untuknya.” (HR. Muslim)

Masalah Ke-6 : Berhutang Dalam Berqurban


Ibadah qurban hukum sunnah muakkadah, atau wajib bagi yang mampu saja, maka jika seseorang
tidak mempunyai uang untuk membeli hewan qurban, maka tidak apa-apa dia tidak berqurban. Akan
tetapi jika dia ingin menjalankan sunnah dengan berhutang, maka harus diperinci terlebih dahulu :

Pertama : Jika dia mempunyai kemampuan untuk mengembalikan utang tersebut, seperti jika dia
mempunyai penghasilan yang bisa melunasi utang, atau dia seorang pegawai yang akan mendapatkan
gaji di akhir bulan, maka dibolehkan dia berhutang untuk berqurban, bahkan sebagian ulama
menganjurkan hal tersebut, karena ibadah qurban ini hanya datang setahun sekali. Berkata Ibnu
Taimiyah di dalam Majmu’ al-Fatawa ( 26/305 )

‫ وال يجب عليه أن يفعل ذلك " انتهى‬، ‫إن كان له وفاء فاستدان ما يضحي به فحسن‬

“ Jika seseorang merasa mampu untuk membayar utang, maka berhutang untuk membeli hewan
qurban adalah sesuatu yang baik, tetapi tidak wajib baginya untuk mengerjakan seperti itu. “

Kedua : Jika dia tidak mempunyai kemampuan membayar dan tidak ada penghasilan yang bisa
menutupi utang tersebut, maka dimakruhkan baginya untuk berhutang, karena utang tersebut akan
membebaninya untuk sesuatu yang tidak wajib baginya.

Masalah Ke-7 : Arisan Dalam Berkurban

Biasanya di dalam pengajian ibu-ibu sering diadakan arisan berqurban. Umpamanya ada 20 sampai
30 orang yang ikut arisan, masing-masing dari anggota membayar sejumlah uang kepada panitia,
sehingga setiap tahunnya keluar 3 nama orang yang berhak untuk berqurban. Apakah hal ini dibolehkan
di dalam Islam ?

Arisan adalah salah satu bentuk kegiatan yang bertujuan untuyk tolong menolong sesama amggota
di dalam membeli berbagai keperluan, termasuk di dalamnya arisan untuk membeli hewan qurban.
Orang yang mendapatkan giliran berqurban, tetap berkewajiban untuk membayar iuran hingga lunas,
dan semua anggota bisa berqurban. Dan ini dikatagorikan berqurban dengan berhutang, dan ini
dibolehkan sebagaimana yang telah dijelaskan pada masalah sebelumnya.

Dari keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa arisan untuk berqurban hukumnya boleh, bahkan
dianjurkan karena termasuk dalam katagori saling tolong menolong di dalam kebaikan dan ketaqwaan
sebagaimana firman Allah :
ِ ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق َوى َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬

“ Saling tolong menolonglah kalian di dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kalian saling
tolong menolong di dalam dosa dan permusuhan dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
sangat keras siksa-Nya ( Qs al-Maidah : 2 )

Masalah Ke-8 : Iuran Dalam Berkurban

Di beberapa sekolah murid-murid diwajibkan untuk membayar iuran qurban sekitar Rp. 50.000, -
sampai Rp. 100.000,- untuk setiap murid, kemudian hasil dari iuran tersebut dibelikan hewan qurban
dan disembelih bersama-sama di sekolah. Apakah iuran qurban seperti ini dibenarkan secara syar’I ?

Syariat menjelaskan bahwa hewan qurban yang berupa unta atau sapi bisa untuk tujuh orang,
sedang kambing untuk satu orang dan keluarganya. Maka jika ada 20 murid sekolah iuran membeli satu
ekor kambing untuk berqurban, maka qurban mereka tidak sah, kecuali mereka memberikan kambing
tersebut kepada salah satu teman mereka atau salah satu guru mereka, maka qurban tersebut menjadi
sah.

Lepas dari itu semua, bahwa membiasakan murid-murid untuk latihan berqurban adalah sesuatu
yang baik. Wallahu A’lam.

Masalahke -9 : Hukum memberikan daging qurban kepada orang kafir.

Para ulama berbeda pendapat di dalam masalah ini :

Pendapat Pertama : Tidak boleh memberikan daging qurban kepada orang kafir sama sekali. Ini
pendapat sebagian ulama asy-Syafi’iyah.

Berkata Imam ar-Ramli di Nihayat al-Muhtaj ( 8/141 ) :

, ‫ير َو ْال ُم ْهدَى إلَ ْي ِه ِم ْنهَا َش ْيًئا لِ ْلكَافِ ِر‬


ِ ِ‫ع إ ْعطَا ِء ْالفَق‬ ْ ‫إط َعا ُم كَافِ ٍر ِم ْنهَا ُم‬
ُ ‫ َويُْؤ خَ ُذ ِم ْن َذلِكَ ا ْمتِنَا‬, ‫طلَقًا‬ ْ ‫َأوْ ارْ تَ َّد فَاَل يَجُو ُز لَهُ اَأْل ْك ُل ِم ْنهَا َك َما اَل يَجُو ُز‬
ُ‫ب ْال َج َواز‬ ْ ْ
ِ َ‫ضى ال َمذه‬ ْ ‫َأ‬
َ َ‫وع َّن ُمقت‬ ْ َ ْ َ ْ َ َ ‫هَّللا‬
ِ ‫ضيَافَة ِ لهُ ْم فَل ْم يَجُز لهُ ْم تَ ْم ِكينُ َغي ِْر ِه ْم ِمنهُ ل ِك ْن فِي ال َمجْ ُم‬ ُ ِ ‫ق ْال ُم ْسلِ ِمينَ بِاَأْل ْك ِل َأِلنَّهَا‬
ُ ‫ ْإذ ْالقَصْ ُد ِم ْنهَا إرْ فَا‬...
“ Atau jika murtad maka dia tidak boleh makan dari daging qurban, sebagaimana juga tidak boleh
memberikan daging tersebut kepada orang kafir sama sekali. Dari situ bisa disimpulkan bahwa orang
fakir dan yang diberi hadiah dagingpun tidak boleh memberikan kepada orang kafir, karena tujuan
daging qurban adalah untuk membantu kaum muslimin agar mereka bisa memakannya, karena daging
qurban adalah hidangan dari Allah untuk mereka, maka tidak boleh diberikan kepada selain mereka.
Tetapi di dalam al-Majmu’ disebutkan bahwa madzhab ( asy-Syafi’I ) membolehkan . “

Pendapat kedua : Dibolehkan memberikan daging qurban kepada orang kafir dzimmi, yaitu kafir
yang dalam perlindungan umat Islam, dan tidak memerangi umat Islam. Ini pendapat al-Hasan al-Bashri,
Abu Hanifah, Abu Tsaur dan madzhab asy-Syafi’i. Adapun Imam Malik dan al-Laits memakruhkannya .

Berkata Imam an- Nawawi di dalam al-Majmu’ ( 8/425 ) :

‫فان طبخ لحمها فال بأس بأكل الذمي مع المسلمين منه هذا كالم ابن المنذر ولم أر الصحابنا كالما فيه ومقتضى المذهب أنه يجوز إطعامهم‬
‫من ضحية التطوع دون الواجبة وهللا أعلم‬

“ Jika dimasak dagingnya maka tidak apa-apa kafir dzimmi memakannya bersama kaum muslimin.
Ini perkataan Ibnu al-Mundzir. Dan saya belum melihat teman-teman kita ( dari Madzhab asy-Syafi’I )
berbicara tentang hal ini. Dan menurut madzhab bahwa dibolehkan untuk memberikan daging qurban
( yang tidak wajib ) kepada mereka ( kafir dzimmi) tetapi daqing qurban yang wajib( karena nadzar ) tidak
boleh diberikan kepada mereka. “

Di dalam Fatwa Lajnah Daimah Saudi Arabia no. 1997 disebutkan :

‫ أو تأليف قبله؛ ألن النسك‬،‫ ويجوز إعطاؤه منها لفقره أو قرابته أو جواره‬،‫يجوز أن نطعم الكافر المعاهد واألسير من لحم األضحية‬
‫ وعبادة له‬،‫ إنما هو في ذبحها أو نحرها؛ قربانا ً هلل‬...

‫ وكذلك الحكم في صدقات التطوع؛ لعموم‬،‫ وال مواساته وتقويته بالصدقة‬،‫وال يعطى من لحم األضحية حربيا ً؛ ألن الواجب كبته وإضعافه‬
" َ‫ار ُك ْم َأ ْن تَبَرُّ وهُ ْم َوتُ ْق ِسطُوا ِإلَ ْي ِه ْم ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين‬ ِ ‫ " ال يَ ْنهَا ُك ْم هَّللا ُ ع َْن الَّ ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الد‬: -‫قوله – تعالى‬
ِ َ‫ِّين َولَ ْم ي ُْخ ِرجُو ُك ْم ِم ْن ِدي‬
‫ وألن النبي – صلى هللا عليه وسلم – أمر أسماء بنت أبي بكر – رضي هللا عنها – أن تصل أمها بالمال وهي مشركة في وقت‬، 8 ‫الممتحنة‬
‫ وباهلل التوفيق وصلى هللا على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم‬.‫ الهدنة‬.

‫وهللا أعلم‬.

“Kita dibolehkan memberi daging qurban kepada orang kafir Mu’ahid (yang ada perjanjian dengan
umat Islam ) dan tawanan, baik karena statusnya sebagai orang miskin, kerabat, tetangga, atau karena
dalam rangka menarik simpati mereka, karena ibadah letaknya pada penyembelihannya yang diniatkan
untuk mendekatkan diri kepada Allah….

Dan tidak dibolehkan memberikan daging qurban kepada orang kafir Harby, karena kewajiban kita
kepada kafir harby adalah merendahkan mereka dan melemahkan kekuatan mereka. Hukum ini juga
berlaku untuk pemberian sedekah. Hal ini berdasarkan keumuman firman Allah:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak
memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah 8) .

Demikian pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan Asma’ binti Abu Bakr
radhiallahu ‘anhu untuk menemui ibunya dengan membawa harta padahal ibunya masih musyrik.”

Anda mungkin juga menyukai