Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Sholat Idul Adha

Shalat Idul Adha


Shalat Idul Adha adalah shalat sunnah 2 rekaat yang dilaksanakan ummat Islam setiap
tanggal 10 Zulhijjah. Idul Adha berasal dari kata Id dan Adha. Id berarti kembali dan Adha
berarti qurban. Jadi kata Idul Adha berarti kembali berqurban, maksudnya kembali
melakukan penyembelihan hewan qurban, sehingga dapat disebut juga dengan istilah Idul
Qurban. Idul Adha dapat disebut juga dengan istilah Idul Haji karena pada tanggal 10
Zulhijjah tersebut umat Islam yang menunaikan ibadah haji telah menyelesaikan rangkaian
ibadah haji

Dibanding dengan Shalat Idul Fitri yang dilaksanakan di Indonesia Shalat Idul Adha kurang
meriah dan tidak diikuti oleh kebanyakan umat Islam di lingkungannnya. Walaupun begitu
tidak mengurangi kekhususukan Shalat Id ini.
Rangkaian Shalat Id ini senantiasa dikaitkan dengan penyembelihan hewan Qurban baik sapi,
kerbau, maupun kambing yang dilaksanakan selama 4 hari yaitu tanggal 10 Zulhijjah ( Hari
Raya Idul Adha) dan tanggal 11,12,13 Zulhijjah atau juga disebut Hari Tasyrik.

'keutamaan sholat idul adha"

Keutamaan Sepuluh Hari Bulan Dzulhijjah dan Amalan-amalan yang Dianjurkan

Tak terasa minggu ini, kita telah memasuki Bulan Dzulhijjah, salah satu bulan yang di
dalamnya memiliki keutamaan ibadah lebih dibandingkan bulan lainnya. Allah taala
berfirman dalam surat Al-Fajr : 1-2, yang artinya:"Demi Fajar,demi malam yang sepuluh."
Menurut beberapa ulama, seperti Ibnu Katsir, Ibnu 'Abbas, serta Mujahid Bin Zubair,
menafsirkan bahwa malam yang sepuluh yang dimaksud pada surat ini adalah sepuluh
malam pertama di Bulan Dzulhijjah.

Tidak sedikit yang mengidentikkan Bulan Dzulhijjah atau yang lebih dikenal dengan Bulan
Haji ini dengan hanya sebatas mengerjakan beberapa amalan ibadah khusus saja.
Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam berkata: "Tidak ada hari yang dimana amalan-
amalan sholeh di dalamnya lebih disukai di sisi Allah daripada sepuluh hari pertama Bulan
Dzulhijjah ini, kemudian para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah jihad di jalan
Allah pun juga tidak termasuk (pahalanya paling besar)? Rasulullah menjawab, bahkan
jihad di Jalan Allah tidak sebanding pahalanya dengan mengerjakan amalan-amalan soleh
di hari ini kecuali jihadnya seseorang yang keluar di jalan Allah dengan segenap jiwa raga
dan hartanya kemudian dia kembali tidak membawa apapun. (HR.Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Imam Ahmad dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma Rasulullah bersabda:
Tidak ada suatu hari yang lebih mulia dan lebih disukai oleh Allah SWT amalan-amalan di
dalamnya dari sepuluh hari ini, maka perbanyaklah di dalamnya tahlil,takbir dan tahmid.

Amalan- Amalan yang dianjurkan pada keutamaan Sepuluh Hari Pertama di Bulan
Dzulhijjah

Sebagaimana telah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam sampaikan bahwa jihad di jalan
Allah taala tidak sebanding dengan amalan-amalan sholeh yang dilakukan di sepuluh hari
ini kecuali seseorang yang keluar berjihad di jalan Allah, kemudian dia meninggal di dalam
jihadnya, maka itulah amalan paling besar derajatnya di Sisi Allah dibandingkan dengan
amalan-amalan lainnya. Ibnu hajar meriwayatkan: "Sesungguhnya sepuluh hari pertama ini
dimuliakan oleh Allah karena di dalamnya berkumpul induk ibadah yang tidak bisa
ditemukan di hari yang lain seperti shalat, shodaqah, puasa, berkurban, dan ibadah haji.
Berikut beberapa amalan yang dianjurkan pada sepuluh hari di bulan Dzulhijjah ini:

Memiliki Keinginan yang besar dalam memanfaatkan waktu yang penuh dengan fadhilah
(keutamaan) ini dengan kembali kepada Allah dan bertaubat dengan sebenar-benar taubat.

Menjaga dan melaksanakan ibadah wajib. Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata :
Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda, Sesungguhya Allah taala berfirman :
Siapa yang memusuhi waliKu maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidaklah
seorang hambaKu mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai kecuali dengan
ibadah yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri
kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan
mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia
gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang
digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta
kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan
Aku lindungi. (HR.Bukhori)

Menjaga dan melaksanakan amalan-amalan sunnah seperti dzikir, membaca Al-Qur'an,


tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Allah taala berfirman dalam Surat Al-Hajj:28 yang
artinya: Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka
menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Dia
berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Menurut Ibnu Abbas, juga Imam Bukhari
mengatakan bahwa beberapa hari yang telah ditentukan di sini adalah sepuluh hari pertama
di Bulan Dzulhijjah. Imam Bukhari juga menjelaskan dalam hadistnya bahwasanya ketika
datang sepuluh hari ini, Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar serta mengucapkan
takbir dan menyeru kepada manusia untuk bertakbir.

Berpuasa sunnah dan Puasa Arafah. Diriwayatkan Abu Daud dari Hanidah bin Kholid dari
istri-istri Rasulullah Shallallhualaihiwassalam berkata, Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahualaihiwassalam berpuasa pada 9 Dzulhijjah, Hari 'Assyura, tiga hari di setiap
bulan: hari Senin pertama pada awal bulan dan Hari Kamis. Adapun Puasa Arafah yaitu
puasa pada tanggal 9 dzulhijjah memiliki manfaat yang besar sebagaimana Hadist
Rasulullah Shallallahualaihiwassalam, "Puasa pada Hari Arafah, saya meminta kepada
Allah agar menghapuskan dosa hambanya yang berpuasa pada satu tahun sebelumnya dan
pada satu tahun setelahnya".(HR. Muslim & Tirmidzi). Dan pada hari ini juga, hari dimana
Allah paling banyak membebaskan hambanya dari siksaan api neraka (HR.Muslim).
Ibadah Haji bagi yang mampu. Dari Abu Hurairah Radiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda:
Ibadah umroh ke umroh selanjutnya menghapuskan dosa pada waktu yang terdapat
diantaranya dan tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga."(HR. Muslim). Di
sini terdapat perbedaan pendapat para sahabat tentang makna dari haji mabrur, namun
sebagian besar mengatakan bahwa haji mabrur adalah ibadah yang di dalamnya tidak
terdapat dosa ketika melakukannya dan ada juga pendapat yang mengartikan adanya
perubahan sikap setelah melaksanakan ibadah haji serta tidak mudah melakukan
kemaksiatan bagi jamaah haji, juga tidak dicampuri dengan perbuatan riya di dalamnya
(melaksanakan ibadah haji).

Shalat Idul Adha yang dilaksanakan pada pagi hari idul Adha. Disunahkan pada Hari Idul
Adha agar manusia menjaga rambut dan kukunya (tidak memotongnya pada hari ini).

Berkurban, wajib hukumnya bagi orang yang mampu untuk berkurban sebagaimana
perkataan Ibnu Qoyyim, "Barangsiapa yang memiliki harta (kemampuan) dalam berkurban
kemudian dia tidak mengeluarkannya, maka janganlah dia mendekati musholla kami.
(HR.Ahmad dan Ibnu Majid).

Sesungguhnya betapa banyak amalan-amalan yang bisa kita lakukan untuk memanfaatkan
keutamaan sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah, maka kita dianjurkan untuk bisa
mengerjakan sebanyak-banyaknya amalan soleh di hari ini sesuai dengan kemampuan, agar
Allah memberikan kita pahalaNya sebeser-besarnya.

Wallhu alam bish-shawb.

HUKUM SHALAT ID

Ibnu Rajab berkata: Para ulama berbeda pendapat tentang hukum Shalat Id menjadi 3
pendapat:

1. Pertama: Shalat Id merupakan amalan Sunnah (ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa


sallam) yang dianjurkan, seandainya orang-orang meninggalkannya maka tidak berdosa. Ini
adalah pendapat Al-Imam Ats-Tsauri dan salah satu riwayat dari Al-Imam Ahmad.

2. Kedua: Bahwa itu adalah fardhu kifayah, sehingga jika penduduk suatu negeri sepakat
untuk tidak melakukannya berarti mereka semua berdosa dan mesti diperangi karena
meninggalkannya. Ini yang tampak dari madzhab Al-Imam Ahmad dan pendapat sekelompok
orang dari madzhab Hanafi dan Syafii.

3. Ketiga: Wajib ain (atas setiap orang) seperti halnya Shalat Jumat. Ini pendapat Abu
Hanifah dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad. Al-Imam Asy-SyafiI mengatakan dalam
Mukhtashar Al-Muzani: Barangsiapa memiliki kewajiban untuk mengerjakan Shalat Jumat,
wajib baginya untuk menghadiri shalat 2 hari raya. Dan ini tegas bahwa hal itu wajib ain.
(Diringkas dari Fathul Bari Ibnu Rajab, 6/75-76)

Yang terkuat dari pendapat yang ada wallahu alam adalah pendapat ketiga dengan dalil
berikut:
:



. : :

Dari Ummu Athiyyah ia mengatakan: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
memerintahkan kami untuk mengajak keluar (kaum wanita) pada (hari raya) Idul Fitri dan
Idul Adha yaitu gadis-gadis, wanita yang haid, dan wanita-wanita yang dipingit. Adapun
yang haid maka dia menjauhi tempat shalat dan ikut menyaksikan kebaikan dan dakwah
muslimin. Aku berkata: Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab?
Nabi menjawab: Hendaknya saudaranya meminjamkan jilbabnya. (Shahih, HR. Al-Bukhari
dan Muslim, ini lafadz Muslim Kitabul Idain Bab Dzikru Ibahati Khurujinnisa)

Perhatikanlah perintah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk pergi menuju tempat shalat,
sampai-sampai yang tidak punya jilbabpun tidak mendapatkan udzur. Bahkan tetap harus
keluar dengan dipinjami jilbab oleh yang lain.

Shiddiq Hasan Khan berkata: Perintah untuk keluar berarti perintah untuk shalat bagi yang
tidak punya udzur Karena keluarnya (ke tempat shalat) merupakan sarana untuk shalat dan
wajibnya sarana tersebut berkonsekuensi wajibnya yang diberi sarana (yakni shalat). Di
antara dalil yang menunjukkan wajibnya Shalat Id adalah bahwa Shalat Id menggugurkan
Shalat Jumat bila keduanya bertepatan dalam satu hari. Dan sesuatu yang tidak wajib tidak
mungkin menggugurkan suatu kewajiban. (Ar-Raudhatun Nadiyyah, 1/380 dengan At-
Taliqat Ar-Radhiyyah. Lihat pula lebih rinci dalam Majmu Fatawa, 24/179-186, As-Sailul
Jarrar, 1/315, Tamamul Minnah, hal. 344)

Wajibkah Shalat Id Bagi Musafir?

Sebuah pertanyaan telah diajukan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, yang intinya:
Apakah untuk Shalat Id disyaratkan pelakunya seorang yang mukim (tidak sedang
bepergian)?

Beliau kemudian menjawab yang intinya: Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Ada
yang mengatakan, disyaratkan mukim. Ada yang mengatakan, tidak disyaratkan mukim.

Lalu beliau mengatakan: Yang benar tanpa keraguan, adalah pendapat yang pertama. Yaitu
Shalat Id tidak disyariatkan bagi musafir, karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
banyak melakukan safar dan melakukan 3 kali umrah selain umrah haji, beliau juga berhaji
wada dan ribuan manusia menyertai beliau, serta beliau berperang lebih dari 20 peperangan,
namun tidak seorangpun menukilkan bahwa dalam safarnya beliau melakukan Shalat Jumat
dan Shalat Id (Majmu Fatawa, 24/177-178)

Dalil Sholat Idul Adha


Idul Qurban atau Idul Adha adalah salah satu hari raya umat Muslim yang ditetapkan oleh agama. Di
hari tersebut, disyariatkan ibadah udhiyah atau dikenal dengan ibadah qurban, yaitu menyembelih
hewan qurban dengan aturan tertentu, dalam rangka taqarrub kepada Allah Taala.
Nabi Shallallahualaihi Wasallambersabda:





Hari puasa adalah hari ketika orang-orang berpuasa, Idul Fitri adalah hari ketika orang-orang
berbuka, dan Idul Adha adalah hari ketika orang-orang menyembelih (HR. Tirmidzi 632, Ad
Daruquthni 385, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 1/440)

Di hari itu juga disyariatkan bahkan dianjurkan untuk berbahagia dan bergembira ria. Sebagaimana
diceritakan oleh Anas bin Malik Radhiallahuanhu:


Di masa Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam
baru hijrah ke Madinah, warga Madinah memiliki dua hari raya yang biasanya di hari itu mereka
bersenang-senang. Rasulullah bertanya: Perayaan apakah yang dirayakan dalam dua hari ini?.
Warga madinah menjawab: Pada dua hari raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa
merayakannya dengan bersenang-senang. Maka Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:
Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul
Fithri (HR. Abu Daud, 1134, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud, 1134)

Tata Cara Shalat Idul Adha


Pertama, shalat id didahului niat yang jika dilafalkan akan berbunyi ushall rakataini
sunnata li dil adlh kalau dilaksanakan sendirian. Ditambah imman kalau menjadi
imam, dan makmman kalau menjadi makmum.


) \ (

Artinya: Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena
Allah taala.

Kedua, takbiratul ihram sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi
hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca:




Artinya: Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian
yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.

Atau boleh juga membaca:



Artinya: Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha
besar.

Ketiga, membaca Surat al-Fatihah. Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca
Surat al-Ghsyiyah. Berlanjut ke ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya
hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.

Keempat, dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali
seraya mengangkat tangan dan melafalkan allhu akbar seperti sebelumnya. Di antara
takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Berlanjut
ke ruku, sujud, dan seterusnya hingga salam.

Kelima, setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan
khutbah idul adha terlebih dahulu hingga rampung. Kecuali bila shalat id ditunaikan tidak
secara berjamaah.

Anda mungkin juga menyukai