Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at Keutamaan Bulan Dzulhizzah

Khutbah Pertama:

َ ‫ َوبَ َع‬،‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ َج َع َل ُأ َّمتَنَا ُأ َّمةَ اِإل ْساَل ِم َخ ْي ُر ُأ َّم ٍة‬
‫ث ِإلَ ْينَا َرسُوْ الً يَ ْتلُوْ َعلَ ْينَا آيَاتِ ِه َويُ َز ِّك ْينَا‬
‫ك لَهُ َأ ْك َم َل لَنَا ال ِد ْينَ َوَأتَ َّم َعلَ ْينَا‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،َ‫الح ْك َمة‬ ِ ‫َاب َو‬ َ ‫َويُ َعلِّ ُمنَا ال ِكت‬
‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه‬ َ ،ً‫ث لِ ْل َعالَ ِم ْينَ هُدًى َو َرحْ َمة‬ ُ ْ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َم ْبعُو‬،َ‫النِ ْع َمة‬
َ‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِع ْين‬
َ ‫و َعلَى آلِ ِه َو‬. َ
ِ‫َأ َّما بَ ْع ُد َأيُّهَا ال ُمْؤ ِمنُوْ ُن ِعبَا َد هللا‬

ُ‫ َوَأرْ َش َدهُ ِإلَى َخي ٍْر ُأ ُموْ ٍر ِد ْينِ ِه َو ُد ْنيَاه‬،ُ‫اِتَّقُوْ ا هللاَ تَ َعالَى؛ فَِإ َّن َم ِن اتَّقَى هللاَ َوقَاه‬.
Ibadallah,

Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa
kepada Allah Ta’ala dalam setiap keadaan. Dalam keadaan sendiri maupun di tengah keramaian.
Dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan. Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأنتُم ُّم ْسلِ ُم‬


‫ون‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” [Quran Ali
Imran: 102].

Berdasarkan ayat ini, kita diperintahkan untuk bersungguh-sungguh dalam meniti jalan takwa.
Menaati perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan
firman Allah “Janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”, maksudnya,
jagalah Islam saat kalian sehat dan dalam keadaan aman sehingga kalian wafat dalam keadaan
Islam. Kemudian beliau melanjutkan:

‫ ومن مات على شيء بعث عليه‬، ‫من عاش على شيء مات عليه‬
“Barangsiapa yang hidup dengan suatu kebiasaan, maka ia akan diwafatkan dengan kebiasaan
tersebut. Dan barangsiapa yang wafat dalam suatu keadaan, maka ia akan dibangkitkan dalam
keadaan tersebut.”

Dari sini bisa kita ketahui, orang-orang yang wafat dalam keadaan membaca Alquran, sedang
shalat, sedang mempelajari agama, bukanlah sesuatu yang sifatnya insidental, tapi ini merupakan
kebiasaan dalam hidup mereka sehingga Allah wafatkan mereka dalam keadaan tersebut. Husnul
khotimah. Sebaliknya, -wal ‘iyadzubillah- orang-orang yang wafat dalam keadaan berdosa.
Sedang berzina, berjudi, meminum khamr, mencuri kemudian dipukuli dan mati, itu adalah
kebiasaan mereka. Sehingga Allah wafatkan mereka dalam keadaan su-ul khotimah. Semoga
Allah melindungi kita dari yang demikian.

Ibadallah,

Kita telah memasuki bulan Dzulhijjah. Bulan yang mulia.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ما من أيام أعظم وال احب إلى هللا العمل فيهن من هذه األيام العشر فأكثروا فيهن من‬
‫التهليل والتكبير والتحميد‬
Dari Umar Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak
ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya
daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan
tahmid”. (HR. Ahmad).

Ibadallah,

Di Indonesia, suasana semarak ibadah masyarakat, kita jumpai ketika datang bulan ramadhan.
Masjid yang biasanya sepi dari jamaah, mendadak membludak ketika taraweh pertama. Jamaah
subuh yang umumnya dihadiri 2 orang (imam dan muadzin), bisa menjadi puluhan orang.
Bahkan orang yang setahun tidak pernah menyentuh masjid, tiba-tiba berada di shaf paling
pertama ketika shalat jamaah subuh.

Semua peristiwa itu, hanya kita jumpai di bulan ramadhan. Banyak kaum muslimin telah sadar,
ramadhan merupakan momen terbesar untuk mendapatkan ribuan pahala. Barangkali ini bagian
dari jasa besar para khatib, yang terus memotivasi masyarakat untuk menyemarakkan ramadhan,
menyambut ramadhan dengan berbagai amal ibadah dan ketaatan. Ramadhan menjadi bulan
yang identik dengan semarak ibadah kaum muslimin. Walhamdu lillah…

Sayangnya, suasana semarak ibadah semacam ini tiba-tiba sirna begitu ramadhan berlalu. Seolah
bulan suci untuk ladang pahala, hanyalah bulan Ramadhan.

Ibadallah,

Lain halnya bulan Dzulhijjah. Masyarakat kita belum banyak yang menyadari bahwa Dzulhijjah
termasuk bulan yang istimewa. Padahal banyak dalil yang menunjukkan bahwa di bulan
Dzulhijjah, amal soleh dilipat gandakan. Sebagaimana pahala yang dijanjikan ketika ramadhan.
Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َو ُذو ال َح َّج ِة‬،‫ان‬


ُ ‫ض‬َ ‫ َر َم‬:‫ َش ْه َرا ِعي ٍد‬،‫ان‬
ِ ‫ص‬َ ُ‫ان الَ يَ ْنق‬
ِ ‫َش ْه َر‬
”Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya: bulan
Ramadlan dan bulan Dzulhijjah.” (HR. Bukhari 1912 dan Muslim 1089).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan bulan Dzulhijjah dengan Ramadhan.


Sebagai motivasi beliau menyebutkan bahwa pahala amal di dua bulan ini tidak berkurang.

Rentang waktu yang paling mulia ketika Dzulhijjah adalah 10 hari pertama. Di surat al-Fajr,
Allah berfirman:

‫َو ْالفَجْ ِر * َولَيَا ٍل َع ْش ٍر‬


Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh. (QS. Al Fajr: 1 – 2)

Ibn Rajab menjelaskan, malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Inilah tafsir yang benar dan tafsir yang dipilih mayoritas ahli tafsir dari kalangan sahabat dan
ulama setelahnya. Dan tafsir inilah yang sesuai dengan riwayat dari Ibn Abbas radliallahu
‘anhuma…” (Lathaiful Ma’arif, hal. 469)
Allah bersumpah dengan menuebut sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Yang ini
menunjukkan keutamaan sepuluh hari tersebut. Karena semua makhluk yang Allah jadikan
sebagai sumpah, adalah makhluk istimewa, yang menjadi bukti kebesaran dan keagungan Allah.

Karena itulah, amalan yang dilakukan selama 10 hari pertama Dzulhijjah menjadi amal yang
sangat dicintai Allah. Melebihi amal soleh yang dilakukan di luar batas waktu itu. Dari Ibn
Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ قَالُوا يَا‬.‫ يَ ْعنِى َأيَّا َم ْال َع ْش ِر‬.‫َما ِم ْن َأي ٍَّام ْال َع َم ُل الصَّالِ ُ¡ح فِيهَا َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ ِم ْن هَ ِذ ِه اَألي َِّام‬
‫ال « َوالَ ْال ِجهَا ُد فِى َسبِي ِل هَّللا ِ ِإالَّ َر ُج ٌل َخ َر َج‬ ِ ِ‫ُول هَّللا ِ َوالَ ْال ِجهَا ُد فِى َسب‬
َ َ‫يل هَّللا ِ ق‬ َ ‫َرس‬
َ ِ‫بِنَ ْف ِس ِه َو َمالِ ِه فَلَ ْم يَرْ ِج ْع ِم ْن َذل‬
‫ك بِ َش ْى ٍء‬
“Tidak ada hari dimana suatu amal salih lebih dicintai Allah melebihi amal salih yang dilakukan
di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen.).” Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar
dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali (mati dan
hartanya diambil musuh, pen.).” (HR. Ahmad 1968, Bukhari 969, dan Turmudzi 757).

Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah dan tidak ada yang lebih besar pahalanya dari
pada kebaikan yang dia kerjakan pada sepuluh hari al-Adha.” (HR. Ad-Daruquthni, dan
dihasankan oleh al-Albani)

Al-Hafidz Ibn Rajab mengatakan, Hadis ini menunjukkan bahwa beramal pada sepuluh hari
bulan Dzulhijjah lebih dicintai di sisi Allah dari pada beramal pada hari-hari yang lain, tanpa
pengecualian. Sementara jika suatu amal itu lebih dicintai Allah, artinya amal itu lebih utama di
sisiNya. (Lathaiful Ma’arif, hal. 456).

Diceritakan oleh Al Mundziri dalam At Targhib wa At Tarhib (2/150) bahwa Sa’id bin Jubair
(Murid senior Ibn Abbas), ketika memasuki tanggal satu Dzulhijjah, beliau sangat bersungguh-
sungguh dalam beribadah, sampai hampir tidak mampu melakukannya.

Ibadallah,

Memahami hal ini, saatnya kita menyadarkan masyarakat. Kita ajak mereka untuk bersama-sama
menyemarakkan 10 hari pertama Dzulhijjah dengan berbagai amal soleh dan ibadah,
sebagaimana ketika mereka menyemarakkan bulan ramadhan. Jadikan kesempatan 10 hari
pertama sebagai ladang untuk mendulang jutaan pahala.

Lebih dari itu, ada beberapa amal soleh yang dianjurkan untuk dikerjakan selama 10 hari
pertama Dzulhijjah, diantaranya:

Memperbanyak puasa sunah selama 9 hari pertama


Memperbanyak takbiran dan dzikir.
Banyak melakukan amal soleh apapun bentuknya.

ٍ ‫َأقُ ْو ُل هَ َذا القَ ْو َل َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ال ُم ْسلِ ِمي َْن ِم ْن ُكلِّ َذ ْن‬
ْ‫ب فَا ْستَ ْغفِر ُْوهُ يَ ْغفِر‬
‫ لَ ُك ْم ِإنَّهُ هُ َو ال َغفُ ْو ُر ال َر ِح ْي ُم‬.
Khutbah Kedua:

َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬، َ‫ك يَوْ ِم ال ِّد ْين‬
‫ك‬ ِ ِ‫ َمال‬،‫ اَلرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ْي َم‬، َ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ال َعالَ ِم ْين‬
‫َاعي ِإلَى‬ِ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ الد‬، َ‫ض ْين‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫لَهُ ِإلَهُ اَأْل َّولِ ْينَ َواآل ِخ ِر ْينَ َوقُيُوْ ُم ال َّس َم َوا‬
َ‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِع ْين‬
َ ‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ،‫اط هللاِ ال ُم ْستَقِ ْي َم‬ِ ‫ص َر‬ ِ .
ُ‫ اِتَّقُوْ ا هللاَ تَ َعالَى َو َراقِبُوْ هُ َج َّل ِفي عُاَل هُ ُم َراقَبَةً َم ْن يَ ْعلَ ُم َأ َّن َربَّهُ يَ ْس َم ُعه‬:ِ‫َأيُّهَا ال ُمْؤ ِمنُوْ نَ ِعبَا َد هللا‬
ُ‫ َويَ َراه‬.
Ibadallah,

Seseorang yang hendak berkurban dilarang untuk memotong kuku dan rambut ketika sudah
memasuki tanggal 1 Dzulhijjah sampai hewan kurbannya disembelih. Dalilnya hadis dari Ummu
Salamah dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,

ْ ‫ْر ِه َوالَ ِم ْن َأ‬ ‫ْأ‬


ِ َ‫ظف‬
‫ار ِه‬ ِ ‫كان لَهُ ِذب ٌح يَذبَـحُه فَِإ َذا َأهَ َّل ِهالَ ُل ِذى ْال ِح َّج ِة فَالَ يَ ُخ َذ َّن ِم ْن َشع‬
َ ‫َمن‬
َ ‫َش ْيًئا َحتَّى ي‬
‫ُضحِّ َى‬
”Barangsiapa yang telah memiliki hewan yang hendak diqurbankan, apabila telah masuk tanggal
1 Dzulhijjah, maka janganlah dia memotong sedikitpun bagian dari rambut dan kukunya hingga
dia selesai menyembelih.” (HR. Muslim 5236, Abu Daud 2793, dan yang lainnya).

Inilah yang dituntukan oleh agama kita yang mulia ini. Mudah-mudahan Allah Ta’ala menolong
kita untuk mengisi hari-hari di bulan Dzulhijjah ini dengan amalan-amalan ketaatan. Dan
menjauhkan kita dari dosa dan kemaksiatan.
‫‪Doa Khutbah ke 2‬‬

‫ال‪ِ ﴿ :‬إ َّن هَّللا َ‬


‫ك فِي ِكتَابِ ِه فَقَ َ‬ ‫صلُّوْ ا¡ َو َسلِّ ُموْ ا َرعَا ُك ُم هللاُ َعلَى ُم َح َّم ِد ب ِْن َع ْب ِد هللاِ َك َما َأ َم َر ُك ُم هللاُ بِ َذلِ َ‬
‫هَ َذا َو َ‬
‫ص¡لُّوا َعلَيْ¡ ِه َو َس¡لِّ ُموا ت َْس¡لِيما ً ﴾ [األح¡¡زاب‪،]٥٦:‬‬ ‫ُصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُ¡¡وا َ‬ ‫َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه بِهَا َع ْشرًا))‬
‫صالةً َ‬ ‫ي َ‬ ‫صلَّى َعلَ َّ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ (( :‬م ْن َ‬ ‫ال َ‬ ‫‪َ .‬وقَ َ‬
‫ك َح ِميْ¡¡ ٌد‬ ‫ص¡¡لَّيْتَ َعلَى ِإبْ¡¡ َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإبْ¡¡ َرا ِه ْي َم ِإنَّ َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َم¡¡ا َ‬ ‫ص¡¡لِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ك َح ِم ْي ¡ ٌد‬ ‫¡را ِه ْي َم ِإنَّ َ‬
‫¡را ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب¡ َ‬‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى ِإ ْب¡ َ‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وبَ ِ‬
‫ق‪،‬‬ ‫¡ر الفَ¡¡ارُوْ ِ‬ ‫ْق‪َ ،‬و ُع َم¡ َ‬ ‫الص ¡ ِّدي ِ‬
‫¡ر ِّ‬ ‫َّاش ِد ْينَ اََأْلِئ َّم ِة ال َم ْه ِديِ ْينَ ؛ َأبِ ْي بَ ْك¡ ِ‬
‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ال ُخلَفَا ِء الر ِ‬ ‫َم ِج ْي ٌد‪َ ,‬وارْ َ‬
‫الص¡¡ َحابَ ِة َأجْ َم ِع ْينَ َو َع ِن التَّابِ ِع ْينَ‬ ‫ض اللَّهُ َّم َع ِن َّ‬ ‫َو ُع ْث َم¡¡انَ ِذيْ النُ¡¡وْ َري ِْن‪َ ،‬وَأبِ ْي ال َح َس¡¡نَي ِْن َعلِ ٍّي‪َ ,‬وارْ َ‬
‫ك يَا َأ ْك َر َم اَأْل ْك َر ِم ْينَ‬ ‫ك َوِإحْ َسانِ َ‬ ‫ك َو َك َر ِم َ‬ ‫‪َ .‬و َم ِن اتَّبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِْن‪َ ،‬و َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َمنِّ َ‬
‫اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ .‬اَللَّهُ َّم‬
‫ص ¡رْ ِإ ْخ َوانَنَ¡¡ا‬ ‫ص ¡لَّى هللاُ َعلَ ْي ¡ ِه َو َس ¡لَّ َم‪ .‬اَللَّهُ َّم ا ْن ُ‬ ‫ك َو ِكتَابَ¡¡كَ َو ُس ¡نَّةَ نَبِيِّكَ ُم َح َّم ٍد َ‬‫َص ¡ َر ِد ْينَ ¡ َ‬
‫ص ¡رْ َمنَ ن َ‬ ‫ا ْن ُ‬
‫َض ¡ َعفِ ْينَ فِي ُك¡¡لِّ‬ ‫ان‪ ،‬اَللَّهُ َّم يَا َربَّنَا ا ْنصُرْ ِإ ْخ َوانَنَا ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ال ُم ْست ْ‬ ‫ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ال ُم ْستَضْ َعفِ ْينَ فِي ُك ِّل َم َك ٍ‬
‫ك بَِأ ْع¡ دَا ِء ال¡ ِّد ْينَ‬‫ض ال َشام َوفِي ُكلِّ َم َكا ِن يَ¡ا َح ُّي يَ¡ا قَيُّوْ ُم‪ ،‬اَللَّهُ َّم َو َعلَ ْي¡ َ‬ ‫ان‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ هُ ْم فِي َأرْ ِ‬ ‫َم َك ٍ‬
‫ك اللَّهُ َّم ِم ْن ُش ¡رُوْ ِر ِه ْم‪ .‬اَللَّهُ َّم يَ¡¡ا َربَّنَ¡¡ا َم ْن‬ ‫ْج ُزوْ نَكَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم ِإنَّا نَجْ َعلُكَ فِي نُحُوْ ِر ِه ْم َونَعُوْ ُذ بِ َ‬
‫فَِإنَّهُ ْم اَل يُع ِ‬
‫َأ َرا َد َأ ْمنَنَا َوبِاَل َدنَا َو ِد ْينَنَا َوَأ ْع َمالَنَا َو ِعبَادَاتَنَا بِسُوْ ٍء فَاجْ َعلْ َك ْي َدهُ فِي نَحْ ِر ِه يَا َربَّ ال َع¡¡الَ ِم ْينَ ‪َ ،‬واجْ َع¡¡لْ‬
‫تَ ْد ِمي َْرهُ تَ ْدبِ ْي َرهُ يَا َذا ال َجاَل ِل َواِإل ْك َر ِام‪ .‬اَللَّهُ َّم آ ِمنَّا فِي َأوْ طَانِنَا َوَأصْ لِحْ َأِئ َّمتَنَ¡¡ا َو ُواَل ةَ ُأ ُموْ ِرنَ¡¡ا‪َ ،‬واجْ َع¡¡لْ‬
‫ك يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ‬ ‫ضا َ‬ ‫ك َواتَّبَ َع ِر َ‬ ‫ك َواتَّقَا َ‬ ‫‪.‬واَل يَتَنَا فِ ْي َم ْن خَ افَ َ‬
‫ِ‬
‫ص¡لِحْ لَنَ¡¡ا‬ ‫اش¡نَا‪َ ،‬وَأ ْ‬ ‫ص¡لِحْ لَنَ¡¡ا ُد ْنيَانَ¡¡ا اَلَّتِي فِ ْيهَ¡¡ا َم َع ُ‬ ‫ص¡ َمةُ َأ ْم ِرنَ¡¡ا‪َ ،‬وَأ ْ‬ ‫اَللَّهُ َّم َأصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنَا اَلَّ ِذيْ هُ َو ِع ْ‬
‫الحيَاةَ ِزيَا َدةً لَنَا فِي ُك ِّل َخي ٍْر َوال َموْ تَ َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُك ِّل َش¡¡ ٍّر‪ .‬اَللَّهُ َّم‬ ‫آخ َرتَنا َ اَلَّتِي فِ ْيهَا َم َعا ُدنَا‪َ ،‬واجْ َعلْ َ‬ ‫ِ‬
‫¡رهُ‪ِ ،‬س¡ َّرهُ َو َعلَنَ¡هُ‪ .‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِ¡¡رْ لَنَ¡¡ا َولِ َوالِ¡ َد ْينَا َولِ ْل ُم ْس¡لِ ِم ْينَ‬ ‫ا ْغفِرْ لَنَ¡¡ا ُذنُبَنَ¡¡ا ُكلَّهُ؛ ِدقَّهُ َو ِجلَّهُ‪َ ،‬أ َّولَ¡هُ َو ِ‬
‫آخ¡ َ‬
‫ت‪َ .‬ربَّنَا ِإنَّا ظَلَ ْمنَا َأ ْنفُ َسنَا َوِإ ْن لَ ْم تَ ْغفِ¡¡رْ لَنَ¡¡ا‬ ‫ت اََأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬‫ت َوال ُمْؤ ِمنِي َ¡ْن َوال ُمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫َوال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫‪َ .‬وتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ الخَ ا ِس ِر ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫¡¡ز ْد ُك ْم { َولَ¡¡ ِذ ْك ُر هَّللا ِ َأ ْكبَ¡¡ ُر َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َم¡¡ا‬ ‫ِعبَ¡¡ا َد هللاِ‪ :‬اُ ْذ ُك¡¡ رُوْ ا هللاَ يَ ْ‬
‫¡¡ذ ُكرْ ُك ْم َو ْ‬
‫اش¡¡ ُكرُوْ هُ َعلَى نِ َع ِم¡¡ ِه يَ ِ‬
‫تَصْ نَعُونَ }[العنكبوت ‪]45 :‬‬

Anda mungkin juga menyukai