Sesunguhnya mendapati sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah ini merupakan
nikmat yang agung dari Allah untuk hamba-Nya. Karena dia mendapatkan musim
ketaatan yang membantunya untuk mendapatkan pahala dan ampunan. Karenanya
bagi seorang muslim hendaknya menyadari nikmat ini dan mensyukurinya. Caranya,
bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan dan memperbanyaknya daripada
hari-hari sebelumnya. Seperti inilah ihwal para salaf dalam memanfaatkan sepuluh hari
pertama Dzilhijjah.
Abu Utsman al-Nahdi rahimahullaah berkata, “Mereka (para salaf) mengagungkan tiga
sepuluh hari: Sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama dari
bulan Dzulhijjah, dan sepuluh hari pertama dari bulan Muharram.” (Lathaif al-Ma’arif:
39)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma, Nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam bersabda,
ح فِي َها َأ َحبُّ ِإ َلى هَّللا ِ ِمنْ َه ِذ ِه اَأْلي َِّام َيعْ نِي َأيَّا َم ْال َع ْش ِر َقالُوا َياZُ َِّام ْال َع َم ُل الصَّال َأ
ٍ َما ِمنْ ي
يل هَّللا ِ ِإاَّل َر ُج ٌل َخ َر َج ِب َن ْفسِ ِه
ِ يل هَّللا ِ َقا َل َواَل ْال ِج َها ُد فِي َس ِب ِ َرسُو َل هَّللا ِ َواَل ْال ِج َها ُد فِي َس ِب
َو َمالِ ِه َف َل ْم َيرْ ِجعْ ِمنْ َذل َِك ِب َشيْ ٍء
"Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang
dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat
bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam
menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan
jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." (HR. Al-Bukhari, Abu Daud,
Ibnu Majah, al-Tirmidzi dan lainnya).
Hadits di atas menunjukkan bahwa amal shalih pada hari-hari ini lebih dicintai oleh
Allah daripada dilaksanakan pada selainnya. Hal ini juga menunjukkan keutamaan amal
shalih di dalamnya dan pahalanya yang besar. Seluruh amal shalih dilipatgandakan
pahalanya tanpa terkecuali.
Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma, Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Tidak ada satu amalan yang lebih mulia di sisi Allah 'Azza wa Jalla dan lebih besar
pahalanya daripada kebaikan yang dilakukan pada sepuluh Adha.” Dikatakan, “Tidak
pula jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang
yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali
satupun." (HR. Al-Darimi dengan isnad yang hasan dan disebutkan oleh al-Albani
dalam Irwa’ al-Ghalil: 3/398)
Di antara amal ibadah dan ketaatan yang disyariatkan pada sepuluh hari pertama dari
Dzulhijjah ini adalah:
1. Melaksanakan haji dan umrah.
Ini merupakan amal ibadah paling utama pada hari-hari ini. Terdapat beberapa hadits
yang menunjukkan kemuliaan amal-amal tersebut, di antaranya sabda
Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam,
ُصِ َيا ُم َي ْو ِم َع َر َف َة َأحْ َتسِ بُ َع َلى هَّللا ِ َأنْ ُي َك ِّف َر ال َّس َن َة الَّتِي َق ْب َل ُه َوال َّس َن َة الَّتِي َبعْ َده
“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah akan menghapuskan (dosa) setahun
yang telah lalu dan setahun sesudahnya.” (HR. Muslim)
3. Bertakbir dan berdzikir pada hari-hari tersebut.
Allah Ta'ala berfirman,
وهللا أكبر وهلل الحمد، ال إله إال هللا، هللا أكبر،هللا أكبر
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain
Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah". Dan
masih ada lagi bentuk takbir yang lainnya.
Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah,
jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.
ح فِي َها َأ َحبُّ ِإ َلى هَّللا ِ ِمنْ َه ِذ ِه اَأْلي َِّام َيعْ نِي َأيَّا َم ْال َع ْش ِر َقالُوا َياZُ َِّام ْال َع َم ُل الصَّال َأ
ٍ َما ِمنْ ي
يل هَّللا ِ ِإاَّل َر ُج ٌل َخ َر َج ِب َن ْفسِ ِه
ِ يل هَّللا ِ َقا َل َواَل ْال ِج َها ُد فِي َس ِب ِ َرسُو َل هَّللا ِ َواَل ْال ِج َها ُد فِي َس ِب
َو َمالِ ِه َف َل ْم َيرْ ِجعْ ِمنْ َذل َِك ِب َشيْ ٍء
"Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang
dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat
bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam
menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan
jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." (HR. Al-Bukhari, Abu Daud,
dan Ibnu Majah).
Sebenarnya, seluruh amal shalih dicintai oleh Allah. Namun, apabila dilaksanakan pada
hari-hari sepuluh pertama Dzulhijjah akan lebih dicintai oleh Allah. Maknanya,
pahalanya juga lebih besar dan dilipatgandakan bila dibandingkan pada hari-hari
lainnya.
6. Disyariatkan melaksanakan ‘udhiyyah (penyembelihan hewan kurban) pada
hari nahar (tanggal 10 Dzulhijjah) yang diikuti tiga hari sesudahnya, yakni Ayyam
Tasyriq.
Menyembelih hewan kurban merupakan sunnah Nabi Ibrahim 'alaihis salam, yaitu
ketika Allah menebus anaknya –Ismail- dengan hewan sembelihan yang besar. Juga
terdapat riwayat yang shahih bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam telah berkurban
dengan dua ekor domba yang putih dan bertanduk. Beliau menyembelih sendiri kedua
domba tersebut dengan tangannya. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir serta
meletakkan kakinya di atas sisi kaki depan domba tersebut.” (muttafaq ‘alaih)
7. Dilarang mencabut atau memotong rambut dan kuku bagi orang yang hendak
berkurban.
Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah radhiyallhu 'anha bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
ْ َأ َ ِإ َذا َرَأ ْي ُت ْم ِهاَل َل ذِي ْالحِجَّ ِة َوَأ َرادَ َأ َح ُد ُك ْم َأنْ ي
ِ ُضحِّ َي َف ْليُمْ سِ كْ َعنْ َشعْ ِر ِه َو ظ َف
ار ِه
"Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin
berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya."
Dalam riwayat lain: "Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya
sehingga ia berkurban."
Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun
hewan kurbannya. Firman Allah.
Adapun keutamaan beramal di sepuluh hari pertama Dzulhijah diterangkan dalam hadits
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berikut,
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang
dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat
bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa
dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.“[1]
Dalil lain yang menunjukkan keutamaan 10 hari pertama Dzulhijah adalah firman
Allah Ta’ala,
ال َع ْش ٍر
ٍ ََولَي
“Dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 2). Di sini Allah menggunakan kalimat
sumpah. Ini menunjukkan keutamaan sesuatu yang disebutkan dalam sumpah.[2] Makna
ayat ini, ada empat tafsiran dari para ulama yaitu: sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah,
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Ramadhan dan sepuluh
hari pertama bulan Muharram.[3] Malam (lail) kadang juga digunakan untuk menyebut hari
(yaum), sehingga ayat tersebut bisa dimaknakan sepuluh hari Dzulhijah.[4] Ibnu Rajab Al
Hambali mengatakan bahwa tafsiran yang menyebut sepuluh hari Dzulhijah, itulah yang
lebih tepat. Pendapat ini dipilih oleh mayoritas pakar tafsir dari para salaf dan selain
mereka, juga menjadi pendapat Ibnu ‘Abbas.[5]
Lantas manakah yang lebih utama, apakah 10 hari pertama Dzulhijah ataukah 10 malam
terakhir bulan Ramadhan?
Sebagian ulama mengatakan bahwa amalan pada setiap hari di awal Dzulhijah sama
dengan amalan satu tahun. Bahkan ada yang mengatakan sama dengan 1000 hari,
sedangkan hari Arofah sama dengan 10.000 hari. Keutamaan ini semua berlandaskan pada
riwayat fadho’il yang lemah (dho’if). Namun hal ini tetap menunjukkan keutamaan beramal
pada awal Dzulhijah berdasarkan hadits shohih seperti hadits Ibnu ‘Abbas yang disebutkan
di atas.[7] Mujahid mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijah akan
dilipatgandakan.”[8]
Ada 6 amalan yang kami akan jelaskan dengan singkat berikut ini.
Pertama: Puasa
Disunnahkan untuk memperbanyak puasa dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong kita untuk beramal sholeh ketika itu dan puasa
adalah sebaik-baiknya amalan sholeh.
Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan,
يَصُو ُم تِ ْس َع ِذى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َكانَ َرسُو ُل هَّللا ْ َ قَال-صلى هللا عليه وسلم- اج النَّبِ ِّى ِ ْض َأ ْز َو
ِ ع َْن بَع
َ ورا َء َوثَالَثَةَ َأي ٍَّام ِم ْن ُك ِّل َشه ٍْر َأ َّو َل ْاثنَ ْي ِن ِمنَ ال َّشه ِْر َو ْالخَ ِم
.يس َ ْال ِح َّج ِة َويَوْ َم عَا ُش
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah,
pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya[9], …”[10]
Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah
Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga
menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat
mayoritas ulama. [11]
Yang termasuk amalan sholeh juga adalah bertakbir, bertahlil, bertasbih, bertahmid,
beristighfar, dan memperbanyak do’a. Disunnahkan untuk mengangkat (mengeraskan)
suara ketika bertakbir di pasar, jalan-jalan, masjid dan tempat-tempat lainnya.
Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan,
Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10
hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah
pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas
manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah.[12]
Catatan:
Perlu diketahui bahwa takbir itu ada dua macam, yaitu takbir muthlaq (tanpa dikaitkan
dengan waktu tertentu) dan takbir muqoyyad (dikaitkan dengan waktu tertentu).
Takbir yang dimaksudkan dalam penjelasan di atas adalah sifatnya muthlaq, artinya tidak
dikaitkan pada waktu dan tempat tertentu. Jadi boleh dilakukan di pasar, masjid, dan saat
berjalan. Takbir tersebut dilakukan dengan mengeraskan suara khusus bagi laki-laki.
Sedangkan ada juga takbir yang sifatnya muqoyyad, artinya dikaitkan dengan waktu
tertentu yaitu dilakukan setelah shalat wajib berjama’ah[13].
Takbir muqoyyad bagi orang yang tidak berhaji dilakukan mulai dari shalat Shubuh pada
hari ‘Arofah (9 Dzulhijah) hingga waktu ‘Ashar pada hari tasyriq yang terakhir. Adapun bagi
orang yang berhaji dimulai dari shalat Zhuhur hari Nahr (10 Dzulhijah) hingga hari tasyriq
yang terakhir.
Cara bertakbir adalah dengan ucapan: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallah, Wallahu
Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd.
Yang paling afdhol ditunaikan di sepuluh hari pertama Dzulhijah adalah menunaikan haji ke
Baitullah. Silakan baca tentang keutamaan amalan ini di sini.
Sebagaimana keutamaan hadits Ibnu ‘Abbas yang kami sebutkan di awal tulisan, dari situ
menunjukkan dianjurkannya memperbanyak amalan sunnah seperti shalat, sedekah,
membaca Al Qur’an, dan beramar ma’ruf nahi mungkar.
Kelima: Berqurban
Keenam: Bertaubat
Termasuk yang ditekankan pula di awal Dzulhijah adalah bertaubat dari berbagai dosa dan
maksiat serta meninggalkan tindak zholim terhadap sesama. Silakan baca tentang taubat di
sini.
Intinya, keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak
terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al
Qur’an, dan amalan sholih lainnya.[14]
Sudah seharusnya setiap muslim menyibukkan diri di hari tersebut (sepuluh hari pertama
Dzulhijah) dengan melakukan ketaatan pada Allah, dengan melakukan amalan wajib, dan
menjauhi larangan Allah.[15]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Segala puji bagi Allah yang dengan
nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Finished with aid of Allah, on 1st Dzulhijah 1431 H (07/11/2010), in KSU, Riyadh, KSA