STUDI FIQIH
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
MUSTOFIYAH (23104099)
2023/2024
PEMBAHASAN
UDHIYAH
A.Udliyah Dalam Perspektif Hukum Islam
1. Pengertian Udliyah
a) Alqur'an Surah al-Kautsar ayat 2, Berkata sebahagian ahli tafsir yang dimaksud
"Nahar" dalam ayat ini adalah menyembelih udhiyah (hewan Qurban) yang
dilakukan sesudah shalat ied (lihat Tafsir Ibnu Katsir 4:505 dan Al-Mughni
13:360).
1. Syarat-syarat Qurban
a) Binatang yang harus menjadi Qurban adalah binatang ternak seperti: Sapi,
Unta, kabing, biri-biri yang telah menjadi kesepakatan ulama. Dalam kitab Al-
Mughni; Imam: Maliki, hanafi, syafii danHambali tidak membolehkan kibas yang
masih berumur enam bulan,juga bagi kambing kecuali yang sudah berumur dua
tahun serta untah kecuali yang sudah berumur lima tahun. Pendapat tersebut
sesuai yangtelah dijelaskan oleh Imamiyah dalam kitab Aljawahir yang
menafsirkan Al-Itsani dengan unta yang telah memasuki umur enam tahun.
b) Binatang Qurban harus tidak memiliki cacat, misal buta sebelah matanya,
pincang, sakit dan tidak besar yang diperkirakan belum berfungsi instinknya
menurut kesepakatan ulama.
Pertama: Binatang harus disembelih dengan alat yang tajam, yang dapat
mengalirkan darah dan memotong urat leher, meskipun itu berupa kayu atau batu,
sebagaimana perkataan Athy pada rasulullah: Wahai rasulullah kami berburu
binatang, namun tidak mendapati pisau kecuali batu tajam dan pecahan rotan,
Rasulullah menjawab: امر الدم مبا شئت واذكر اسم اهلل عليه. Artinya: Alirkan daraah
dengan apapun yang kamu dapat lakukan dan sebutlah nama Allah atasnya.
Kedua: Ditenggorokan atau dibawah leher yakni pemotongan hendaknya harus
sama persis tusukan dibawah leher yang mematikan (khusus Unta).
Penyembelihan paling sempurna adalah yang dapat memutuskan kerongkongan
(jalan makanan dan minuman dileher) yakni terdapat dua urat besar dileher.
Ketiga: Tidak menyebut nama selain Allah. Syarat ini merupakan ijma', yang
demikian itu karena masyarakat jahiliyah dahulu melakukan taqarrub kepada
TuhanTuhan dan berhala mereka dengan melakukan penyembelihan atas
namanya, karena itu Al qur'an mengharamkan. Keempat: Menyebut nama Allah
atas sembelihan tersebut.
Penyembelihan dimulai seusai sholat Iedul Adha hingga khir dari hari-hari
tasyrik yaitu sebelum tenggelamnya matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan
sebagian ulama memandang waktu terakhir berkurban adalah terbenamnya
matahari pada tanggal12 Dzulhijjah -Wallahu A'lam. sebagaimana Sabda
Rasulullah saw yang artinya: dari Al Baro Bin Azib ra., Rasulullah saw bersabda:
sesunguhnya yang pertama kali dilakukan pada hari (iedul Adha) ini adalah
sholat, kemudian kita pulang lalu menyembelih (udhiyah). Barang siapa yang
melakukan seperti ini, maka telah sesuai dengan sunnah kami dan barang siapa
yang menyembelih sebelum sholatmaka sembelihan tu hanyalah daging untuk
keluargannya dan tidak termasuk (nusuk) ibadah" (HR. Bukhari dan Muslim).
Adapun doa yang dibaca saat menyembelih yakni: باسم اهلل اهلل اكربDengan nama
Allah, Allah yang maha besar Dan boleh ditambah: اللهم هذا منك و لك اللهم هذا عن
Artinya: ya Allah sembelihan ini dari-Mu dan bagi-Mu. Ya Allah sembelihan ini
atas nama…(menyebutkan nama yang berkurban) HR. Abu Daud.
Urutan Udhiyah yang afdhal menurut pandangan Jumhur Ulama sebagai berikut:
1) Seekor unta untk satu orang
2) Seekor sapi dari satu orang
Hikmah Udhiyah
1) Taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt, seperti salah satu firman-Nya
dalam surah Al-Kautsar ayat 2: Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah
3) Memberikan kelapangan dan berbagi suka pada kerabat dan keluarga, serta
menyebarkan kasih sayang kepada kaum fakir dan miskin.
4) Sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah swt yang telah menundukkan kepada
kita dari binatang-binatang ternak
AQIQAH
A. Aqiqah Dalam Perspektif Hukum Islam
1. Pengertian Aqiqah
Secara bahasa aqiqah ( ) العقيقةberasal dari kata "aqqa ya'iqqu/ya'iqqu" yang
mempunyai arti potong. Kata potong bisa diartikan dalam dua konteks yaitu
memotong rambut bayi ( mencukur ) yang akan di aqiqah dan yang kedua adalah
memotong ( menyembelih ) hewan untuk bayi yang akan diaqiqah kan.
Sedangkan menurut istilah aqiqah adalah menyembelih kambing untuk anak
yang baru lahir sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt. dengan niat ibadah
dan ada syarat – syarat yang khusus. Sering acara aqiqah digelar dengan beragam
acara ritual atau adat dengan berbagai mata acaranya, seperti pengajian, ceramah,
pembacaan dzikir, tahlil, maulid barzanji, bahkan terkadang mengundang artis dan
keramaian.
Al-imam an-Nawawi (w. 676 H) rahimallahu menjelaskan definisi aqiqah
dalam kitabnya al- Majmu Syarah al-Muhadzab, yang artinya Istilah aqiqah
berasal dari kata Al- Aqqu yang maknanya adalah memotong. Al-Azhari mengutip
perkataan abu ubaid dan al- Asma'i dan lainnya bahwa aqiqah sebetulnya rambut
yang tumbuh di kepala bayi ketika dilahirkan. Nah hewan yang disembelih itu
dinamakan aqiqah sebab rambut bayi tersebut di potong ketika prosesi
penyembelihan hewan.
Sedangkan menurut Imam Abu Bakr Al- Bakri Ad- Dimyati (wafat 1310 H ),
dalam kitabnya I'anatu At- Thalibin sebagai berikut : Aqiqah secara bahasa
maknanya adalah rambut yang ada di kepala bayi ketika lahir. Adapun secara
istilah aqiqah adalah hewan yang di sembelih untuk sang bayi pada saat rambut
bayi tersebut dipotong.
Salah satu hikmah adanya syari'at aqiqah adalah untuk menampakkan rasa
kegembiraan, kenikmatan dan menyebarkan nasab.
Dari beberapa definisi aqiqah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aqiqah
adalah memecah atau memotong hewan yang di sembelih atas nama bayi yang
baru lahir sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt, yang telah memberikan
rezeki berupa keturunan.
2. Dasar Hukum Aqiqah
Para ulama sepakat bahwa aqiqah disyari'atkan, dengan perbedaan pendapat
tentang hukumnya. Ada yang menganggap wajib, sunah muakkadah, boleh, tidak
sunah, dan tidak wajib. Pendapat terkuat menyatakan aqiqah wajib jika mampu.
Nabi saw memerintahkan pelaksanaan aqiqah, menyerupai pegadaian yang wajib
ditebus. Para salaf juga rutin melaksanakan aqiqah untuk anak-anak mereka.
Hukum aqiqah menurut ulama fikih dibagi menjadi beberapa bagian, yakni
sebagai berikut :
a. Wajib
Kelompok ulama yang menganggap aqiqah wajib berasal dari kalangan
dzohiriyah, dengan dasar hadis dari Riwayat Samuroh yang menyatakan
pentingnya aqiqah pada hari ketujuh kelahiran anak.
b. Sunnah Muakkad
Pendapat yang masyhur dari kalangan ulama syafi'iyah bahwa hukum aqiqah
adalah sunnah muakkadah. "Bahwa 'Aisyah mengabarkan, sesungguhnya
Rasulullah memerintahkan mereka ( beraqiqah ), untuk anak laki – laki dua ekor
kambing yang setara, dan untuk anak perempuan satu ekor kambing".(HR. At-
Tirmidzi )
c. Tathawwuh
Adalah suatu perbuatan yang dapat dikerjakan atau ditinggalkan menurut al-
Athahawi dan Ibnu 'Abidin, yang sejalan dengan pandangan umum jumhur ulama.
d. Mubah
Sedangkan kalangan Hanafiyah menganggap hukum aqiqah adalah mubah.
Pendapat ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Bakar Al-Kasani dari
Muhammad Asy- Syaibani. Mubah yang berarti boleh dilakukan boleh tidak.
Pendapat ini didasari oleh perkataan Ummu Al- Mu'minin 'Aisyah radiyallahu
'anha bahwa semua jenis sembelihan seperti aqiqah, rajabiyah dan 'atirah yang
pernah ada sebelumnya telah di hapuskan dengan hadirnya syari'at udhiyah
(kurban pada hari ied Al- Adha).
e. Mansukhah
Mengadakan aqiqah dianggap makruh karena hukumnya sudah dihapus. Pendapat
ini berasal dari Muhammad al-Hasan, sahabat Abu Hanifah, yang menyatakan
bahwa aqiqah sudah ada sejak zaman jahiliyah dan awal masa keislaman, namun
kemudian dihapuskan dan diganti dengan ritual qurban.
3. Syarat Aqiqah
Syarat aqiqah anak laki-laki adalah dua ekor kambing, sedangkan anak
perempuan cukup satu ekor kambing. Jika tidak mampu, boleh menyembelih satu
ekor saja. Hadits Nabi saw mengenai mengaqiqahkan cucunya, Al-Hasan dengan
seekor kambing.
Imam Asy-Syaukani Rahimallahu menyatakan bahwa tindakan Nabi saw
menyembelih satu ekor kambing sebagai contoh bahwa menyembelih dua ekor
kambing hanya lebih baik (afdhal) dan bukan suatu keharusan.
Menurut kesepakatan para ulama fiqih, syarat aqiqah terdiri dari tiga macam,
yaitu usia hewan yang sesuai, kondisi fisik yang tidak cela, dan tidak
terpotongnya telinga dan ekor hewan. Usia hewan aqiqah harus memenuhi standar
yang ditetapkan berdasarkan jenisnya, seperti domba, kambing jawa, sapi, atau
unta. Kondisi fisik hewan harus normal, sehat, dan gemuk tanpa cacat. Telinga
dan ekor hewan tidak boleh terpotong, kecuali jika yang terpotong adalah tanduk
atau hewan tersebut telah dikebiri.
4. Jenis dan Sifat Hewan Aqiqah
Masyarakat mengenal bahwa hewan yang bisa disembelih untuk aqiqah
terbatas pada kambing. Berbeda dengan qurban yang bisa menyembelih unta atau
sapi. Dalam pembahasan aqiqah, hanya kambing yang disebutkan sebagai hewan
yang bisa disembelih. Namun, dalam kitab fikih disebutkan bahwa hewan yang
dapat digunakan sebagai sembelihan aqiqah tidak terbatas pada kambing.
a. Boleh selain kambing
Hewan yang bisa dijadikan aqiqah tidak terbatas pada kambing saja, tapi juga
unta dan sapi. Unta dan sapi bisa di sembelih untuk aqiqah, qurban, dan hadyu.
Sapi dan unta memiliki fisik lebih besar dari kambing, sehingga boleh di sembelih
untuk aqiqah. Pandangan ini dipegang oleh ulama madzhab Hanafi dan Syafi'i
madzhab Hambali dan sebagian Madzhab Maliki.
b. Khusus kambing
Aqiqah hanya boleh dilakukan dengan hewan kambing, tidak dengan sapi atau
unta. Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Hazm dan sebagian dari madzhab
Maliki. Ibnu Hazm berpendapat bahwa aqiqah tidak sah jika tidak menyembelih
kambing. Beliau juga menyatakan bahwa jenis kambing yang digunakan tidak
dibatasi, selama masih termasuk dalam kategori kambing.
Adapun sifat hewan yang diperbolehkan untuk aqiqah menurut Ulama fikih
ada empat macam, yaitu:
1) Kambing sembelihan boleh jantan atau betina
2) Untuk umur kambing yang disembelih, bagusnya sudah mencapai usia satu
tahun sempurna.
3) Binatang yang disembelih tidak boleh cacat atau sakit parah.
4) Jenis hewan harus kambing, tidak boleh diganti dengan hewan yang lain sesuai
dengan hadits Nabi Muhammad Saw, yang artinya “Dari Ummu Karz
Radhiyallahu anha berkata: saya bertanya kepada Rasulullah Saw, tentang aqiqah,
beliau bersabda: bagi bayi laki-laki dua ekor kambing dan bagi bayi perempuan
satu ekor”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, an-nasai dan Ibnu Majah. Imam at-
tarmidzi mengatakan ini hadits shahih).
5. Waktu Pelaksanaan Aqiqah
Para ulama sepakat bahwa penyembelihan aqiqah tidak boleh dilakukan
sebelum kelahiran anak. Waktu afdalnya adalah pada hari ke-7 setelah kelahiran.
Cara menghitungnya adalah dengan melihat hari lahirnya, yaitu satu hari sebelum
hari kelahiran pada pekan berikutnya. Misalnya, jika lahir pada hari Sabtu,
penyembelihan dilakukan pada hari Jumat.
Imam Ibnu Hazm menyatakan bahwa kambing aqiqah harus disembelih pada
hari ke-7 setelah kelahiran dan tidak boleh dilakukan sebelum hari kelahiran.
Aqiqah sebaiknya dilakukan kapan saja setelah memiliki kemampuan sebagai
kewajiban.
Adapun hikmah bahwa penyembelihan aqiqah pada hari ke-7, karena hari ke-7
merupakan hari penutup untuk hari-hari. Jika ada anak yang lahir pada hari kamis,
maka anak tersebut akan melewati hari kamis, jum‟at, sabtu, ahad, senin, selasa
dan rabu. Maka si anak akan merasakan telah melewati semua hari sehingga kita
dapat optimis bahwa anak tersebut akan panjang umurnya dan tetap hidup.
Hendaknya seseorang yang akan melaksanakan aqiqah niat dalam hati, membaca
basmallah dan do'a, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw,
dalam haditsnya, yang artinya: "Aisyah berkata : Rasulullah Saw, mengaqiqahkan
Hasan dan Husaien masing masing dua kambing pada hari ketujuh (kelahiran).
Beliau memerintahkan agar pada kepala anak itu dihilangkan kotoran.Dan beliau
bersabda: sembelihlah dengan menyebut nama (anak yang akan diaqiqahi).
Ucapan : Bismillah Allah Akbar Allahumma minka wa laka, haadzihi 'aqiqotul
fulan (dengan nama Allah, Allah adalah yang terbesar, ya Allah ini darimu dan
untukmu. Ini adalah
aqiqah fulaan)."
6. Hikmah dan Manfaat Aqiqah
Aqiqah adalah bentuk rasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah
kepada hambanya dalam bentuk rezki seorang anak. Dengan mendapatkan nikmat
tersebut seorang yang melaksanakan ibadah aqiqah diharapkan dapat berbagi
kesenangan kepada para kerabat, tetangga dan teman dekat sehingga
menumbuhkan ikatan rasa cinta kasih di hati mereka.
Dan secara singkat hikmah-hikmah disyariatkannya Aqiqah ialah:
1) Aqiqah merupakan suatu pengorbanan yang akan mendekatkan anak kepada
Allah pada awal menghirup udara
kehidupan.
2) Suatu penebusan bagi anak dari berbagai musibah dan kehancuran.
3) Bayar utang anak untuk memberikan syafaat kepada oarng tuannya.
4) Sebagai media menampakkan rasa gembira dan melaksanakan syariat islam dan
bertambahnya keturunan mukmin serta memperbanyak umat Rasulullah.
5) Dapat memberikan sumber jaminan sosial dan menghapus gejala kemiskinan
pada masyarakat.
Adapun manfaat aqiqah adalah sebagai berikut:
1. Pemberitahuan nasab anaknya.
Imam Waliyallah ad- Dahlawi berkata, ketahuilah, bahwasanya orang-orang
arab dahulu mengaqiqahi anak-anak mereka, dahulu itu aqiqah adalah perkara
yang harus (dikerjakan) dan sunah muakkadah menurut mereka. Di dalam aqiqah
terdapat kebaikan yang sangat banyak, kembali untuk kebaikan dunia, akhirat dan
kebaikan anak kita sendiri. Nabi Saw menetapkan aqiqah dalam Islam dan
menganjurkan umatnya untuk melaksanakannya. Salah satu kebaikan aqiqah
adalah untuk mengumumkan nasab anak. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi
ucapan yang buruk di masa depan.
2. Menumbuhkan sifat dermawan dan membasmi sifat kikir.
3. Sebagai sifat syukur kepada Allah, karena memperoleh anak dalam hikmah
yang besar.
4. Menghibur hati si tuan rumah, orang-orang miskin, tetangga, para kerabat dan
teman- teman.
5. Sebagai bentuk ibadah taqorrub kepada Allah Swt.
Imam Ibnu Qoyyim Rahima humullah berkata” dan di antara faedah dari
aqiqah adalah sebagai bentuk taqorrub kepada Allah Saw, atas anak yang baru
lahir ke dunia.
SEMBELIHAN
َ وُ هىَ طَع اArtinya : Makanan sembelihan(ahlul kitab) itu halal bagimu dan
makananmu halal baginya (Al-maidah 5).14 Maksudnya sembelihan para Ahlul
Kitab, dihalalkan bagi kaum muslimin. Hal ini merupakan petunjuk bagi ummat
Islam bahwa hanya Ahli kitab saja yang dihalalkan sembelihannya dan ini sudah
menjadi kesepakan kaum muslimin “Ijma’ Ulama”. hal ini sesuai dengan hadits
yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah
Bersabda yang berbunyi: طعىايهى ذبائهىArtinya : Makanan yang halal bagi mereka
adalah sembilihan mereka.15 f. Menyembelih dengan semua alat yang tajam,
hingga bisa mengucurkan darah baik itu alat yang terbuat dari besi, batu atau yang
lainnya termasuk juga dari bambu16 , kecuali dari gigi atau kuku. Tidak di
perkenankan menyembelih dengan kuku atau gigi sebagaimana sabda Nabi
Muhammad saw: يا َاهساندو وذكساسى هلال فكم نيس انسٍَ واُنظفسSemua yang bisa
mengucurkan darah dan menyebut Nama Allah SWT, maka makanlah selain
menggunakan gigi dan kuku. 17 Ibnu Qayyim berkata, “ini merupakan peringatan
bahwa tidak boleh menyembelih dengan tulang, mungkin karena bagian dari
tulang tersebut yang najis. Atau ia najis karena sering dipakai oleh orang yang
percaya dengan jin. Mengenai gigi, karena gigi sama dengan tulang,.”18 g.
kerongkongan dan tenggorokan harus terputus. Kerongkongan adalah saluran
nafas, sedangkan tenggorokan adalah saluran makanan dan minuman serta salah
satu urat nadi yaitu urat leher.
Dari dhahir ayat inilah madzhab Hambali berpegang teguh dengan pendapatnya
tanpa ada penafsiran dengan kalimat Allah tersebut, jika dari dhahir ayat sudah
dapat difahami mengapa harus ditafsirkan lagi. Berbeda lagi ketika melihat
pendapat Imam Syafi‟i mengatakan bahwa kalimat Allah merupakan bentuk
pengucapan yang wajib dan harus sempurna yaitu bismillahir - rahmanir – rahiim,
namun ulama Maliki dan Imam Hanbali fiqh yang lain berpendapat tidak
demikian, mereka berpendapat bahwa jika bentuk pengucapan sempurna dan
lengkap diyakini akan menyiksa hewan dengan menyentuhkan pisau di organ
penyembelihan sehingga terasa lama menempel organ tersebut.24 Jumhur ulama
mengatakan bahwa penyebutan shalawat dalam penyembelihan adalah suatu
kesunnahan karena Rasulullah mengucapkan dengan kalimat ta‟bir25 atau
Bismillah Allahu Akbar dan sebagian shahabat melakukan hal yang seperti itu.
Berbeda dengan mayoritas ulama syafi‟iyah menyebutkan bahwa penyebutan
shawalat pada penyembelihan tidak di syari‟atkan dan begitu pula terhadap
perburuan binatang di hutan.26 4. Hikmah Penyembelihan Hewan Adapun
hikmah dikhususkan penyembelihan pada bagian yang telah dijelaskan di atas
yaitu jika yang dipotong adalah bagian tersebut maka halal untuk dikonsumsi,
pemotongan yang telah ditentukan oleh Agama Islam yaitu agar darahnya bisa
mengalir dengan sempurna dan mempercepat kematian dan memutuskan saluran
nafas. Sebab, inilah yang menjadi saluran darah dan bagian ini pula yang
membuat hewan lebih cepat mati, hingga dagingnya baik dan sangat layak. Selain
itu, binatang yang disembelih tidak terlalu lama kesakitan, sebagaimana yang
telah disabdakan Nabi Muhammad saw, إذا ذبحتى ذبيحة فاحُسىا انربحةArtinya : Jika
kamu menyembelih hewan sembelihan maka, sembelihlah dengan cara sebaik
mungkin.
Jika tidak bisa menyembelih pada bagian yang dijelaskan di atas, karena hal itu
tidak memungkinkan seperti berburu, serta kondisi yang kritis atau tercebur sumur
dan lainnya, maka dalam kondisi seperti ini cara menyembelihnya dengan melukai
bagian tertentu bagian mana saja dari tubuhnya. Sebagaimana hadits marfu‟
diriwayatkan dari Ali Ibnu Mas‟ud, Ibnu Abbas dan Aisyah yang mengatakan.
ياَ ذ عهيكى فاُصعىاَ ذ بعيشًا به: فقال سسىل هلال صًه هلال عهيه و سهى.فاهىي انيه سجم بسهى فحبسه
هكز ًاArtinya : Ada unta melarikan diri kemudian ada seorang yang melempar
anak panah dan membuatnya terperangkap. Maka, cara menyembelihnya cukup
dengan seperti ini” (Muttafiq „Alaih). 28 Adapun lafadz yang ada dalam Al-
qur‟an adalah bismillah ketika menyembelih. Namun penyebutannya bukan hanya
Allah saja akan tetapi bismillah bisa juga dengan disebutkan nama Allah mana
saja. Syaratnya adalah harus ikhlas dalam pengucapannya dalam pengucapan bisa
juga menyebutkan nama Allah beserta sifatnya29 maupun hanya kalimat Allah.30
Begitu juga tetap sah juga ketika mengucapkan kalimat tahlil, tasbih,tahmid takbir
dan hawqalah.31 Inilah menurut pendapat Imam Maliki dan Hanafi.32 Dalam
Islam segala perbuatan bisa dikatagorikan dalam ibadah termasuk dengan
menyembelih hewan, karenanya dalam menyembelih ada kesunahan – kesunahan
yang ada di dalamnya adapun kesunahan dalam melakukan penyembelihan
sebagai berikut: a. Membaca basmalah termasuk sunnah menurut ulama
Syafi‟iyyah yang tidak menjadikannya wajib. Kemudian membaca takbir setelah
bacaan basmalah. Redaksinya “Bismillahi Allahu Akbar”. Bukan bismillahi
wasmi Muhammad.33 b. Orang yang menyembelih dan hewan yang mau
disembelih menghadap kiblat karena akan arah kiblat itu adalah arah yang mulia.
Sedangkan penyembelihan itu termasuk ibadah jadinya sunnahnya untuk
menghadap kiblat