Dari segi bahasa ibadah sama artinya dengan taat atau kepatuhan , sedangkan
dari segi istilah ibadah adalah semacam kepatuhan yang sampai pada batas
penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada
yang disembah.
Aqiqah berasal dari bahasa Arab yaitu mashdar (kata benda) dari fiil madhi
dengan fiil mudhore’ yang berarti “mengaqiqahkan anak atau menyembelih
kambing aqiqah” .
Menurut para ulama, pengertian aqiqah secara etimologis ialah rambut kepala
bayi yang tumbuh semenjak lahirnya.
Adapun untuk mengetahui makna aqiqah secara istilah syara’, penulis petikkan
beberapa pendapat ulama berikut;
Menurut Sayyid Sabiq, Aqiqah adalah sembelihan yang disembelih untuk anak
yang baru lahir.
Menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, Aqiqah adalah
nama sesuatu yang disembelihkan pada hari ketujuh, yakni hari mencukur rambut
kepalanya yang disebut Aqiqah dengan menyebut sesuatu yang ada hubunganya
dengan nama tersebut.
Menurut Drs. R. Abdul Aziz dalam bukunya Rumah Tangga Bahagia Sejahtera,
mengatakan bahwa aqiqah adalah menyembelih kambing untuk menyelamati
bayi yang baru lahir dan sekaligus memberikannya sebagai sedekah kepada fakir
miskin.
Hadist ini mengisyaratkan sebuah pengertian aqiqah secara jelas, yaitu binatang
yang disembelih sebagai tebusan bagi tergadainya kesejatian hubungan batin
antara orang tua dengan anak.
Dengan demikian apabila dilihat dari kegiatannya, aqiqah meliputi tiga kegiatan
yaitu:
Mencukur rambut kepala anak
Jadi pengertian ibadah aqiqah yaitu melaksanakan perintah Allah SWT berupa
menyembelih binatang pada hari ketujuh kelahiran anak bersamaan dengan
mencukur rambut kepalanya dan memberi nama baginya.
B. Hukum Aqiqah
Imam Abu Hanifah menetapkan bahwa hukum aqiqah adalah ibahah artinya tidak
wajib dan tidak sunnah.
Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam bukunya Minhajul Muslim, mengatakan
bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkad bagi orang yang mampu
melaksanakannya, yaitu bagi orang tua anak yang dilahirkan.
Dalam kitab-kitab fiqh Syafi’i selalu dinyatakan bahwa hukum aqiqah adalah
mustahab (sunnah).
Maksudnya bagi orang tua muslim, khususnya bagi yang mampu, bahwa
mengaqiqahkan anak adalah perbuatan yang sangat disukai oleh Allah SWT dan
sangat baik, yang hal ini juga membuktikan rasa cinta kasih mereka terhadap
anak-anaknya.
Menurut Imam Malik aqiqah adalah suatu sunnah yang disyari’atkan. Syaikh
Kamil Muhammad Uwaidah dalam bukunya “Fiqih Wanita” yang diterjemahkan M.
Abdul Ghoffar E.M. mengatakan bahwa hukum aqiqah merupakan ibadah sunnah
muakkad bagi mereka yang mampu.
Hukum yang berlaku pada aqiqah ini adalah sama seperti hukum yang berlaku
pada binatang qurban, tetapi dalam aqiqah tidak diperbolehkan adanya
kebersamaan (satu kambing untuk beberapa anak).
Hadist tersebut merupakan hadits yang paling shahih yang menerangkan tentang
aqiqah karena diriwayatkan oleh lima ahli hadist, yaitu Imam Ahmad, Imam
Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud dan Imam At Turmudzi.
Sehingga sangat wajar jika hal ini akhirnya dijadikan dasar hukum bagi
kesunnahan aqiqah. Selain hadist yang diriwayatkan Samurah ada pula dua
hadist yang menggunakan kalimat perintah beraqiqah, kedua hadist tersebut
yaitu:
Hadist yang diriwayatkan dari Salman Bin Amir Adh-Dhabi bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda:
“Dari Salman Bin Amir Adh-Dhabi berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Bersamaan
dengan anak terdapat hak untuk diaqiqahi maka tumpahkanlah darah untuknya
(dengan menyembelih binatang aqiqah) dan buanglah penyakit darinya (dengan
mencukur rambut kepalanya).” (HR. Abu Dawud)
Namun demikian, perlu disadari bahwa perintah yang menunjukkan hukum wajib
adalah perintah yang mutlak tanpa adanya qarinah.
Padahal jika dicermati lebih lanjut, perintah aqiqah dalam hadits di atas
mengandung qarinah berupa kemampuan si orang tua, yaitu kemampuan untuk
menyediakan dua ekor kambing jika anaknya lak-laki atau seekor jika anaknya
perempuan, jika orang tua mampu menyediakan, maka dia harus beraqiqah. Tapi
jika dia tidak mampu tidak ada alasan untuk mewajibkannya.
Dengan demikian, akan lebih tepat apabila kita katakan bahwa perintah aqiqah
dalam hadist di atas bukan menujukkan hukum wajib, tetapi menunjukkan hukum
sunnah, atau perintah anjuran bukan perintah mewajibkan.
Ini menurut kebanyakan imam dan ahli fiqh. Maksudnya meskipun Rasulullah
SAW tidak menggolongkannya ke dalam perintah yang diwajibkan, namun beliau
senantisa melaksanakannya.
Qurban
Menurut bahasa qurban ialah dekat atau mendekat. Sedangkan menurut istilah
syara’ ialah menyembelih binatang ternak pada hari raya ‘idul adha dan hari
tasyrik dengan maksud semata-mata beribadah dan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
Qurban hukumnya sunnah muakkad bagi yang mampu. Allah SWT berfirman. :
“Sesungguhnya kami telah memberikan kamu kebijakan yang banyak, maka
kerjakanlah shalat karena Tuhanmu dan sembelihlah qurban.” (QS. Al-Kautsar :
1-2)
Membaca takbir.
Binatang yang sudah cukup umur, untuk kambing dan domba sekurang-kurangnya
telah berumur satu tahun lebih dan sudah ganti gigi (poel).
Sapi atau kerbau sekurang-kurangnya telah berumur dua tahun lebih. Dan unta
sekurang-kurangnya telah berumur 5 tahun lebih 3. Tidak berpenyakit dan tidak
pula cacat.
E. Daging Qurban
Daging qurban wajib, seperti qurban nadzar, maka semua dagingnya harus
dibagikan kepada orang lain. Orang yang berqurban tidak boleh makan dagingnya
sediri sedikitpun.
Daging qurban sunnah, yaitu qurban biasa pada setiap hari raya qurban (tidak
nadzar). Dalam hal ini orang yang berqurban boleh makan dagingnya dan
selebihnya dibagikan pada fakir miskin.
Waktu Penyembelihan
Dari segi waktu, penyembelihan hewan aqiqah lebih luwes dan lebih luas
dari penyembelihan hewan qurban. Penyembelihan hewan aqiqah dianjurkan
dilakukan pada hari ketujuh dari kelahiran bayi, tanpa ada ketentuan harus
dikerjakan pada jam berapa. Jadi boleh disembelih pagi, siang, sore atau malam.
Juga tidak ada ketentuan yang terlalu mengikat bahwa hewan aqiqah harus
disembelih di hari ketujuh. Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan hewan
itu disembelih pada hari ke-14, atau hari ke-21, bahkan sebagian ulama
membolehkan untuk dikerjakan kapan pun, meski bayinya sudah besar atau
sudah baligh.
Sedangkan ritual penyembelihan hewan qurban agak sedikit lebih ketat, yaitu
hanya diperkenankan dikerjakan di bulan Dzulhijjah pada tanggal 10, 11, 12 dan
13.
Di hari pertama yaitu tanggal 10 Dzulhijjah, hewan itu hanya boleh disembelih
bila telah usai mengerjakan shalat Idul Adha. Bila dikerjakan sebelum itu, maka
hukumnya menjadi penyembelihan biasa dan bukan qurban.
Cara Menyajikan
Menurut para ulama, daging hewan aqiqah lebih dianjurkan dan lebih afdhal untuk
disajikan dalam bentuk masakan yang siap disantap.
Peruntukan
Menyembelih hewan aqiqah adalah ibadah sunnah yang peruntukannya kepada
bayi yang baru lahir.
Intinya mensucikan jiwa bayi itu, bahkan sebagian ulama menyebutkan bahwa
salah satu fungsinya adalah menjadi jaminan atas keselamatannya.
Jenis Hewan
Hewan aqiqah lebih diutamakan dalam bentuk kambing, meski pun bukan tidak
boleh berbentuk sapi atau unta. Sebab contoh yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW ketika menyembelih hewan aqiqah adalah kambing.
Sedangkan dalam penyembelihan hewan qurban, kita dibebas untuk memilih
jenis hewannya, bisa kambing, sapi atau kerbau, atau unta. Asalkan bukan ayam,
bebek atau kelinci meski konon dagingnya lebih gurih.
Disebutkan dalam riwayat Muslim dari sahabat Ummu Salamah bahwa Nabi
shallallahu “alaihi wasallam bersabda, “Apabila kalian melihat hilal bulan
dzulhijah dan kalian hendak berqurban maka jangan menyentuh rambut dan
kukunya.”
Kalimat : ‘hendak berqurban’ menunjukkan bahwa qurban hukumnya sunnah dan
tidak wajib.
Berdasarkan hal ini, yang terbaik adalah seseornag melaksanakan kedua sunnah
tersebut bersamaan. Karena keduanya dianjurkan untuk dilaksanakan.
Jika tidak mampu melakukan keduannya dan waktu akikah berbeda di selain hari
qurban, maka hendaknya mendahulukan yang lebih awal waktu pelaksanaannya.
Akan tetapi jika akikahnya bertepatan dengan hari raya qurban, dan tidak
mampu untuk menyembelih dua ekor kambing untuk akikah dan satunya untuk
qurban, pendapat yang lebih kuat, sebaiknya mengambil pendapat ulama yang
membolehkan menggabungkan akikah dan qurban. Allahu a’lam.
Dan itulah yang dapat Aqiqah Berkah sampaikan semoga bermanfaat untuk anda
semuanya.
Dan untuk anda semua yang akan melaksanakan Aqiqah ataupun memesan
Hewan untuk Qurban, Aqiqah Berkah menyediakan Jasa Paket Aqiqah, Catering
dan Pemesanan Hewan Qurban dengan harga yang terjangkau dan hewan sesuai
dengan syariat Islam.