Anda di halaman 1dari 8

PENGERTIAN AQIQAH LENGKAP DENGAN

PENJELASAN MENURUT ISLAM

Pengertian Aqiqah
Setiap orang tua yang memiliki anak didalam keluarga mereka memiliki
kewajiban untuk melakukan aqiqah terhadap anak – anak mereka. Didalam
islam telah dijelaskan dengan jelas dan lengkap baik dalam Al-qur’an, Hadits,
serta penjelasan para ulama.

Bagi anda merupakan keluarga baru yang belum mengetahui terkait aqiqah
dan penjelasan didalamnya. Berikut ini adalah penjelasan terkait pengertian
aqiqah, aqqiqah menurut islam, pengertian aqiqah menurut bahasa dan
istilah. syarat aqiqah, hukum aqiqah, hukum aqiqah dalam islam, dalil
aqiqah/akikah.

tujuan aqiqah, doa aqiqah, waktu pelaksanaan aqiqah, aqiqah setelah


dewasa. kambing aqiqah, syarat kambing aqiqah, tasyakuran aqiqah,
ketentuan hewan aqiqah. aqiqah anak, aqiqah anak laki laki, aqiqah anak
perempuan, tata cara aqiqah, dan beda aqiqah dengan qurban.

Pengertian Aqiqah

sumber: pixabay.com
Pengertian aqiqah merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah atas
lahirnya seorang anak baik itu laki laki maupun perempuan. Dimana, aqiqah
atau Al aqiqah sendiri merupakan hewan yang dikurbankan hanya kepada
Allah dengan cara menyembelih hewan tersebut. Dengan melakukan aqiqah
merupakan salah satu bentuk pendekatan diri dan ucapan rasa syukur
kepada kenikmatan Allah.
Aqiqah juga merupakan pengambilan rambut yang tumbuh dikepala bayi yang
dimana, hewan sembelihan bertepatan pada hari rambut bayi tersebut
dipotong.

Pengertian Aqiqah Menurut Bahasa dan Istilah

Sumber: pixabay.com
Menurut bahasa aqiqah berasal dari kata ’Aqiqah berasal dari kata ’aqqu (‫) َعق‬
yang mempunyai arti potong. Kata potong disini terdapat dua jenis yaitu
memotong dalam artian mencukur rambut bayi yang akan diaqiqah.
Kemudian, makna kata potong yang kedua adalah menyembelih hewan
kurban untuk bayi yang diaqiqahkan.
Pengertian Aqiqah Menurut Islam

Sumber: pixabay.com
Aqiqah menurut islam dan sunnah terdapat beberapa penjelasan dari para
sahabat dan ulama ahlusunnah. Dimana, beberapa penjelasan tentang
aqiqah menurut islam:

a. Ibnul-Qayyim menukil perkataan Abu ’Ubaid bahwasannya Al-Ashmaa’iy


dan lain-lain berkata :”Pada asalnya makna ’aqiqah itu adalah rambut bawaan
yang ada di kepala bayi ketika lahir.” Hanya saja, istilah ini disebutkan untuk
kambing yang disembelih ketika ’aqiqah karena rambut bayi dicukur ketika
kambing tersebut disembelih.

Sumber : Tuhfatul-Maudud bi-Ahkaamil-Maulud oleh Ibnul-Qayyim, hal. 33-34,


tahqiq : Abdul-Mun’im Al-‘Aaniy; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah; Cet. 1/1403,
Beirut.
b. Al-Jauhari mengatakan : ”Aqiqah adalah menyembelih hewan pada hari
ketujuhnya, dan mencukur rambutnya”. Selanjutnya Ibnul-Qayyim berkata :
“Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu disebutkan demikian karena
mengandung dua unsur di atas dan ini lebih utama”.
Sumber : Tuhfatul-Maudud bi-Ahkaamil-Maulud oleh Ibnul-Qayyim, hal. 35-36,
tahqiq : Abdul-Mun’im Al-‘Aaniy; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah; Cet. 1/1403,
Beirut.
c. Oleh karena itu, definisi ’aqiqah secara syar’iy yang paling tepat adalah
binatang yang disembelih karena kelahiran seorang bayi sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Allah ta’ala dengan niat dan syarat-syarat tertentu.
Sumber : Shahih Fiqhis-Sunnah oleh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim,
2/380; Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, Cairo.

Hukum Aqiqah

Aqiqah menurut pendapat yang paling kuat, hukumnya dalah sunnah


muakkadah, ini adalah pendapat jumhur ulama. Hal ini berdasarkan anjuran
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihin wasallam dan praktek langsung oleh
Rasulullah,

Rasulullah bersabda: “Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka


tumpahkanlah (penebus) darinya darah (sembelihan) dan bersihkan darinya
kotoran (cukur rambutnya)”. (HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Ashhabus sunan).

Dalam hadits ini ada perintah dalam perkataan Rasulullah “maka tumpahkan
(penebus) darinya darah (sembelihan)”, perintah di sini bukan bersifat wajib,
sebab ada sabda Rasulullah yang memalingkan dari kewajiban tersebut.

Rasulullah bersabda: “Barang siapa di antara kalian yang ingin


menyembelihkan bagi anaknya, maka silahkan lakukan”. (HR. Ahmad, Abu
Dawud dan An-Nasai dengan sanad yang hasan).

Dalam hadits ini rasulullah mengatakan “ingin menyembelihkan”, ini menjadi


dalil yang memalingkan perintah yang asalnya wajib menjadi sunnah.
Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Sumber: pixabay.com
Disunnah melakukan aqiqah pada hari ketujuh dari kelahiran, ini berdasarkan
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah bersabda: “Setiap
anak itu tergadai dengan hewan aqiqahnya, disembelih darinya pada hari ke
tujuh, dia dicukur dan diberi nama”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ashhabus Sunan, dan dinyatakan shohih oleh At-tirmidzi).

Bila aqiqah tidak bisa dilakukan pada hari ke tujuh, disunnah dilakukan pada
hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka lakukan pada hari ke dua puluh
satu.

Dari abdullah bin Buraidah dari ayahnya dari Rasulullah shallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda: “hewan aqiqah itu disembelih pada hari ke tujuh,
ke empat belas, dan dua puluh satu”. (hadits hasan riwayat Al-Baihaqi).

Setelah hari ke dua puluh satu masih belum sanggup melakukan aqiqah,
maka pelaksanaannya dikala sudah mampu. Pelaksanaan aqiqah pada hari
ke tujuh, empat belas, dan dua puluh satu, sifatnya adalah sunnah dan bukan
wajib.

Aqiqah Setelah Dewasa

Kewajiban aqiqah merupakan tanggung jawab yang dibebankan kepada


orang tua anak, namun bila orang tuanya belum mampu menyembelihkan
aqiqah untuknya sampai dia dewasa, dia bisa menyembelih hewan aqiqah
untuk dirinya sendirinya,

Syaikh Shalih Al-Fauzan berkata: “Dan ia tidak diaqiqahi oleh ayahnya, lalu
kemudia dia mengaqiqahi dirinya sendiri, maka hal tidak masalah menurut
saya, wallahu a’lam”.
Kambing Aqiqah

Syarat Kambing Aqiqah

Hewan yang boleh disembelih untuk aqiqah jakarta, syaratnya sama dengan
hewan yang disembelih untuk qurban, dari segi usia dan kriterianya.
Imam Malik berkata: “Aqiqah itu seperti layaknya nusuk (sembelihan denda
larangan haji) dan udhhiyah (qurban), tidak diperbolehkan dalam hal ini
hewan yang sakit, kurus, picak, dan patah tulang”.

Imam Asy-Syafi’i berkata: “Dan cacat pada hewan untuk aqiqah harus
dihindari sebagaimana yang tidak diperbolehkan dalam halam hewan qurban”.

Ibnu Abdul Barr berkata: “Para ulama telah ijma’ bahwa pada hewan aqiqah
ini tidak diperbolehkan hal-hal atau apa-apa yang tidak diperbolehkan dalam
udhhiyah, harus dari Al-Azwaj Ats-Tsamaniyyah, yaitu domba, kambing, sapi,
dan onta, kecuali pendapat yang ganjil yang tidak dianggap”.
Namun tidak diperbolehkan dalam aqiqah berserikat sebagaimana
dibolehkannya berserikat dalam udhhiyah, baik domba/kambing, atau sapi
atau unta. Sehingga apa ada yang aqiqah dengan sapi ataupun unta, tidak
boleh untuk untuk tujuh orang sebagaimana pada qurban, hanya boleh untuk
satu orang

Ketentuan Hewan Aqiqah

Bagi orang tua yang ingin mengakikah anaknya membutuhkan hewan aqiqah
yang penting sebagai syarat dalam melakukan aqiqah. Hewan aqiqah yang
diperlukan untuk bayi laki-laki berbeda dengan hean aqiqah untuk anak
perempuan.

Aqiqah Anak Laki laki

Pada Aqiqah anak laki-laki dianjurka atau disunnah dengan dua ekor
kambing, kalau tidak sanggup, maka boleh cukup dengan satu ekor saja dan
itu sudah dianggap sah

Aqiqah Anak Perempuan

Adapun anak perempuan, maka aqiqahnya hanya dengan satu ekor kambing
atau domba yang telah memenuhi syarat sebagai hewan aqiqah
Doa Aqiqah

Saat menyembelih hewan aqiqah, disyari’atkan membaca sebagaimana yang


disyari’atkan pada qurban. Ada tuntunan membaca, Bismillah, Takbir “Allahu
akbar”, dan Aqiqah min (menyebutkan nama anak yang diaqiqah).

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Al-Baihaqi, disebutkan:

‫أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عق الحسن و الحسين شاتين يوم السابع و أمر أن يماط عن رأسه األذى و‬
‫قال اذبحوا على اسمه وقولوا بسم هللا و هللا أكبر اللهم لك وإليك هذه عقيقة فالن‬

“Bahwa sanya Rasulullah Shallallahu ‘alihi wasallam mengaqiqah Al-Hasan


dan Al-Husain dengan dua ekor kambing pada hari ke tujuh, dan
diperintahkan agar rambut kepalanya dicukur. Lalu beliau berkata sembelihlah
atas namanya, ucapkan ‘Bismillah wallahu akbar. Allahumma laka wa ilaik.
Hadzihi aqiqatu fulan’. (Dengan nama Allah, Allah yang maha besar. Ya Allah,
ini milikMu dan untukMu. Ini adalah aqiqah untuk si fulan”.

Pembagian Daging Aqiqah

pertanianku.com
Mengenai daging hewan aqiqah, sebagian ulama mengatakan bahwa
pembagiannya hampir sama dengan pembagian daging qurban, sebagiannya
boleh dimakan oleh keluarga yang diaqiqahkan dan sebagiannya lagi
dibagikan kepada fakir miskin dan tetangga.

Apabila keluarga dari yang diaqiqahkan tidak memakan dan memberikan


seluruhnya kepada fakir miskin, itu tetap dibolehkan dan tidak halangan untuk
itu.
Syaikh Utsaimin berkata: “Dan tidak apa-apa dia mensedeqahkan darinya dan
mengumpulkan kerabat dan tetanggannya untuk menyantap makanan daging
aqiqah yang sudah matang”.

Menurut Syaikh Jibrin, sunnahnya dia memakan sepertiga darinya,


mengahdiahkan seoertiganya, dan mensedeqahkan sepertiganya untuk kaum
muslimin.

Adapun Syaikh bin Baz, beliau memberikan kebebasan antara


mensedeqahkan seluruhnya atau mensedqahkan sebagiannya dan
memasaknya, lalu mengundang kerabat, teman-teman, para tetangga, dan
kaum muslimin yang lain untuk menyantapnya.

Daging aqiqah disunnah dibagikan dalam keadaan sudah matang atau sudah
dimasak, ini yang membedakan dengan pembagian daging qurban yang lebih
dianjurkan dalam keadaan mentah.

Anda mungkin juga menyukai