Anda di halaman 1dari 3

ZIARAH KUBUR

Dalam masyarakat kita telah turun menurun adanya tradisi ziarah kubur. Dalam
berziarah kubur, biasanya masyarakat/orang melakukan kegiatan-kegiatan tertentu,
seperti membersihkan kubur, berdoa, berdzikir, atau membaca (sebagian) Al Quran.
Ziarah kubur dilakukan sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan bakti kepada orang tua
yang sudah meninggal.
Tetapi tidak dipungkiri juga bahwa ada sebagian masyarakat yang melakukan ritual
yang bertentangan dengan ajaran Islam., memuja arwah nenek moyang, dan sebagainya.
Bahkan meminta-minta pada kubur, yang mana ini merupakan suatu praktek
kemusyrikan yang nyata.
Dari kedua hal di atas, munculah pertentangan di antara umat Islam. Di satu pihak
sangat menentang ziarah kubur karena melihat kemusyrikan yang dipraktekkan sebagian
masyarakat. Di sisi lain, masyarakat pada umumnya tetap bersikukuh melakukan tradisi
ziarah kubur.

Pengerian Ziarah Kubur


Secara etimologi ziarah berasal dari kata ‫ َزاَرُه َيُزوُرُه ِزَياَرًة َوَزْوًرا‬yang berarti ‫صَدُه‬
َ ‫َق‬,
yaitu hendak bepergian menuju suatu tempat.
Berdasarkan hal ini makna dari berziarah kubur adalah ‫صد ْالُقُبْوَر‬ َ ‫ َق‬, sengaja untuk
bepergian ke kuburan.
Sedangkan dalam terminologi syar’i, makna ziarah kubur adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh al Qadli ‘Iyadl rahimahullah, Yang dimaksud dengan ziarah kubur
adalah mengunjunginya dengan niat mendo’akan para penghuni kubur serta mengambil
pelajaran dari keadaan mereka” (al Mathla’ ‘alaa Abwabil Fiqhi 1/119; Asy Syamilah).
Ziarah kubur adalah suatu kegiatan atau aktivitas mengunjungi makam dari orang
yang telah meninggal dunia baik yang dulu semasa hidupnya kita kenal maupun yang
tidak kenal. Pada saat berziarah ke kuburan sebaiknya anda mengikuti tata cara yang baik
agar mendatangkan hikmah bagi yang berziarah maupun yang diziarahi.
Contoh makam yang orangnya dulu pernah kita kenal adalah seperti makam orang
tua, saudara, teman, guru, tetangga, pacar, dan lain sebagainya. Ziarah ke kuburan yang
orangnya dulu tidak kita kenal adalah seperti menziarahi taman makam pahlawan,
makam ulama islam, dan lain-lain.

Ziarah Kubur terbagi menjadi dua macam, diantaranya :


a) Ziarah syar’iyah yang diizinkan Rasulullah SAW dan dalam ziarah ini ada dua
tujuan, pertama bagi yang melakukan ziarah akan dapat mengambil pelajaran dan
peringatan, yang kedua bagi mayit ia akan mendapatkan ucapan salam dan doa dari
orang yang berziarah.
b) Ziarah bid’iyah yaitu ziarah kubur untuk tujuan-tujuan tertentu bukan sebagaimana
yang tersebut di atas, di antaranya untuk shalat di sana, thawaf, mencium dan
mengusap-usapnya, mengambil sebagian dari tanah atau batunya untuk tabaruk, dan
memohon kepada penghuni kubur agar dapat memberi pertolongan, kelancaran
rizki, kesehatan, keturunan atau agar dapat melunasi hutang dan terbebas dari segala
petaka dan marabahaya dan permintaan-permintaan lain yang hanya biasa dilakukan
oleh para penyembah berhala dan patung saja.
Dasar Hukum Ziarah Kubur
Sesungguhnya pada permulaan Islam, syari’at telah melarang untuk melakukan
ziarah kubur, karena pada masa itu manusia baru saja terlepas dari peribadatan kepada
berhala. Kemudian hukum tersebut dihapus berdasarkan sabda Rasulullah SAW :

“Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Maka sekarang berziarahlah
kalian, karena sesungguhnya hal itu mengingatkan kalian akan hari akhirat”. [HR.
Muslim (977), Abu Dawud (3235), Tirmidzi (1054), Nasaai (4/89), Ahmad (5/356) dan
selain mereka dari hadits Buraidah].

Sejak saat itu ziarah kubur diperbolehkan bagi kaum lelaki namun tidak
diperbolehkan bagi kaum wanita sehingga hukum untuk berziarah kubur bagi wanita
adalah haram hingga hari kiamat berdasarkan hadits Ibnu Abbas r.a yang diriwayatkan
Abu Dawud, Tirmidzi dan selain keduanya.

“Rasulullah SAW melaknat para wanita peziarah kubur”. [HR. Abu Dawud nomor 3232,
Tirmidzi nomor 320, An Nasaai 4/95 dan Ibnu Majah nomor 1575 dari jalan Abu Shalih
dari Ibn Abbas secara marfu'.

Hadits ini memiliki dua penguat, yang Pertama adalah hadits Abu Hurairah
diriwayatkan oleh Tirmidzi nomor 1056, Ibnu Majah nomor 1576 dari Umar bin Abu
Salamah dari ayahnya secara marfu' dengan lafadz,‫ لعن ال زوارات القبور‬.
Kedua adalah hadits Hasan bin Tsabit diriwayatkan Ibnu Majah nomor 1574,
Bukhari dalam At Tarikhul Kabir (3/29), Ahmad (3/442-443), dan Ibnu Abi Syaibah
(3/354) dari jalan Abdurrahman bin Bahman dari Abdurrahman bin Hassan bin Tsabit
dari ayahnya dengan lafadz, ‫لعن رسول ال زوارات القبور‬. [Syaikh (Hammad) berkata: Hadits
shahih dari jalan Abu Shalih dari Ibnu Abbas, salah satu pendapat mengatakan bahwa
Abu Shalih ini adalah Baadzam maula Umm Hani', namun pendapat yang lain
mengatakan dia adalah Mizan Al Bashriy. Perselisihan tersebut tidak terlalu berarti
sehingga derajat hadits ini tetap shahih, karena riwayat Baadzam apabila diriwayatkan
Muhammad bin Juhadah, maka derajat haditsnya shahih, berbeda apabila riwayatnya
diriwayatkan oleh Al Kalbiy dan yang semisalnya. Sedangkan, pendapat yang
mengatakan bahwa Abu Shalih itu adalah Mizan Al Bashriy, maka tidak ragu lagi bahwa
riwayat darinya merupakan riwayat yang shahih, karena beliau adalah seorang yang
tsiqat, tidak terdapat inqitho' (keterputusan sanad), tadlis (pengaburan) dan irsal
(penyebutan riwayat langsung kepada Nabi SAW tanpa menyebutkan sahabat yang
meriwayatkan hadits) dalam riwayat yang dibawakannya].

Perbedaan Pendapat Para Ulama tentang Ziarah Kubur

Menurut Al-Hakim an-Naisaburi dalam kitab Mustadrak Ala as-Shahihain jilid 1


halaman 377 menyatakan: “Ziarah kubur merupakan sunnah yang sangat ditekankan”.
Hal yang sama juga dapat kita jumpai dalam kitab-kitab para ulama dan tokoh
Ahlusunah seperti Ibnu Hazm dalam kitab al-Mahalli jilid 5 halaman 160;
Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4 halaman 531;
Abdurrahman al-Jaziri dalam kitab al-Fikh alal Madzahibil Arba’ah jilid 1 halaman
540 (dalam penutupan kajian ziarah kubur) dan banyak lagi ulama Ahlusunah lainnya.
Atas dasar itulah Syeikh Manshur Ali Nashif dalam kitab at-Tajul Jami’ lil Ushul
jilid 1 halaman 381 menyatakan: “Menurut mayoritas Ahlusunah dinyatakan bahwa
ziarah kubur adalah sunnah”.
Hadits dari Ibnu Abbas berkata: Ketika Rasulullah SAW. melewati perkuburan di
kota Madinah maka beliau menghadapkan wajahnya pada mereka seraya mengucapkan :
‘Semoga salam sejahtera senantiasa tercurah atas kalian wahai penghuni perkuburan ini,
semoga Allah berkenan memberi ampun bagi kami dan bagi kalian. Kalian telah
mendahului kami dan kami akan menyusul kalian’. (HR.Turmudzi)

Kesimpulan

Berdasarkan Hadits dan pendapat para ulama di atas disimpulkan bahwa Ziarah
Kubur hukumnya adalah sunnah, dan kita sebagai Ummat Islam boleh melakukan ziarah
kubur dengan tujuan mendo’akan Mayit dan untuk mengingatkan bagi kita akan
kematian.
Dan dari uraian di atas juga disimpulkan bahwa ziarah kubur terbagi menjadi 2
bagian yang pertama Ziarah Syar’iyah dan yang kedua ziarah Bid’iyah.
Maka selayaknya setiap muslim berpegang dengan ajaran agamanya, dengan
kitabullah dan sunnah nabinya serta menjauhi segala bentuk bid’ah dan khurafat yang
tidak pernah diajarkan dalam Islam. Dengan itu maka akan diperoleh kebahagiaan di
dunia maupun diakhirat kelak, karena seluruh kebaikan itu ada dalam ketaatan kepada
Allah dan rasul-Nya sedang keburukan selalu ada dalam kemaksiatan dan ketidaktaatan.

Anda mungkin juga menyukai