Anda di halaman 1dari 11

BIOGRAFI WALI SONGO

Karya : Putri Nabila Rahma


Kelas : IX-3
Penerbit : Pustaka MTsN 12 Jakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Wali Songo “ ini dengan tepat waktu.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini, dengan tulis ikhlas penyusun menyampaikan terima kasih
yang tak terhingga kepada kedua orangtua penyusun, Bapak /Ibu guru dan teman-
teman yang telah memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk
moril maupun materiil untuk keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun selaku penyusun berharap semoga makalah ini berguna dan


manfaatnya bagi para pembaca. Aamiin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BIOGRAFI WALI SONGO .................................................................... 1
PENUTUP ................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 8

ii
BIOGRAFI WALI SONGO

Istilah wali berasal dari bahasa Arab, artinya tercinta, pembantu, penolong dan pemimpin.
Bentuk pluralnya adalah auliya’. Al-Qur’an menyifati para wali Allah sebagai orang-orang
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tidak adak kekhawatiran pada mereka
dan tidak pula mereka bersedih hati. Wali Songo disini diartikan sekumpulan orang
(semacam dewan dakwah) yang dianggap memiliki hak untuk mengajarkan Islam kepada
masyarakat Islam di bumi Nusantara pada zamannya.
Kata “wali” menurut istilah, ialah sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap keramat,
penyebar agama Islam, mereka dianggap “kekasih Allah”, orang-orang yang dekat dengan
Allah, dikaruniai tenaga gaib, mempunyai kekuatan-kekuatan batin yang sangat berlebih,
mempunyai ilmu yang sangat tinggi, dan sakti berjaya-kewijayaan.
Sebagian penulis berpendapat bahwa istilah Wali Songo berasal dari bahasa Arab yaitu wali
dan tsana’(mulia), sehingga berarti para wali yang mulia. Sebagian lagi berpendapat istilah
Wali Songo berasal dari bahasa Jawa, yaitu wali dan sana (baca: sono), yaitu tempat. Ada pula
yang menyebut dengan Wali Songo berarti sembilan wali atau bahkan ada yang menyatakan
Wali Sangha.
Dari berbagai pendapat tersebut, yang paling kuat adalah berdasarkan istilah dan fakta
sejarah, yaitu bahwa Wali Songo adalah sebuah dewan dakwah, organisasi ulama dalam
bentuk lembaga dakwah para wali yang berjumlah sembilan. Setiap ada yang wafat atau
meninggalkan Jawa maka diangkat wali lain sebagai penggantinya sehingga tetap berjumlah
sembilan. Para Wali Songo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka
terasa dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat jawa mulai dari
perniagaan, pelayaran dan perikanan, bercocok tanam dan persawahan, pengobatan,
kebudayaan, kesenian, pendidikan, kemasyarakatan, hingga kedalam masalah aqidah, politik,
militer, hukum, dan pemerintahan dikerajaan-kerajaan Islam. Adapun penjelasan tokoh-tokoh
Wali Songo sebagai berikut :
1. SUNAN GRESIK (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW. Ia disebut juga
Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo. Nasab As-
Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid
Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam
Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu
tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid
Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid
Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib
Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin
As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa
bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam

1
Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah
Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Maulana
Malik Ibrahim memiliki 3 istri, yaitu :
A. Siti Fatimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil, dirinya memiliki 2 anak yaitu
Mualana Moqfaro dan Syafirah Sarah.
B. Siti Maryam binti Syekh Subakir, darinya memiliki 4 putra, yaitu Abdullah,
Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad.
C. Wan Jamilah binti Ibrahim Zinuddin Al-Akbar Asmaraqandi, darinya memiliki 2 anak,
yaitu Abbas dan Yusuf.
Dikalangan rakyat jelata Sunan Gresik atau sering dipanggil Kakek Bantal sangat
terkenal terutama di kalangan kasta rendah yang selalu ditindas oleh kasta yang lebih
tinggi. Sunan Gresik menjelaskan bahwa dalam Islam kedudukan semua orang adalah
sama sederajat hanya orang yang beriman dan bertaqwa tinggi kedudukannya di sisi
Allah. Dia mendirikan pesantren yang merupakan perguruan Islam, tempat mendidik dan
menggenbleng para santri sebagai calon mubaligh.
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan
Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat
kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit.
Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan
perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun
1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

2. SUNAN AMPEL (Raden Rahmat)


Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW.
Raden Rahmat adalah putra Syekh Maulana Malik Ibrahim dari istrinya bernama Dewi
Candrawulan. Beliau memulai aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta,
dekat dengan Surabaya. Di antara pemuda yang dididik itu tercatat antara lain Raden Paku
(Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan pertama Kesultanan Islam Bintoro, Demak), Raden
Makdum Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri dan dikenal sebagai Sunan Bonang), Syarifuddin
(Sunan Drajat), dan Maulana Ishak.
Menurut Babad Diponegoro, sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana
Manjapahit, bahkan istrinya pun berasal dari kalangan istana Raden Fatah, putra Prabu
Brawijaya, Raja Majapahit, menjadi murid Ampel. Sunan Ampel tercatat sebagai perancang
Kerajaan Islam di pulau Jawa. Dialah yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama
Demak. Disamping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun
1479 bersama wali-wali lain.
Pada awal islamisasi pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan agar masyarakat menganut
keyakinan yang murni. Ia tidak setuju bahwa kebiasaan masyarakat seperti kenduri, selamatan,
sesaji dan sebagainya tetap hidup dalam sistem sosio-kultural masyarakat yang telah memeluk

2
agama Islam. Namun wali-wali yang lain berpendapat bahwa untuk sementara semua
kebiasaan tersebut harus dibiarkan karena masyarakat sulit meninggalkannya secara serentak.
Akhirnya, Sunan Ampel menghargainya. Hal tersebut terlihat dari persetujuannya ketika Sunan
Kalijaga dalam usahanya menarik penganut Hindu dan Budha, mengusulkan agar adat istiadat
Jawa itulah yang diberi warna Islam. Sunan Ampel salah seorang wali yang berjuang
menegakkan Islam. Jasanya sangat besar dalam menggelorakan dakwah dan jihad ditanah
Jawa. Dan beliau wafat pada tahun 1478 dimakamkan disebelah masjid Ampel.

3. SUNAN BONANG (Raden Makdum Ibrahim)


Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Beliau
diperkirakan lahir tahun 1465 M diampel dari seorang perempuan bernama Nyai Ageng
Manila, putri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan
tauhid. Beliau dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan
ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar di Pasai, Aceh, Sunan Bonang kembali
ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan pondok pesantren. Santri-santri yang menjadi
muridnya berdatangan dari berbagai daerah.
Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan agama Islam selalu
menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari
wayang serta musik gamelan. Mereka memanfaatkan pertunjukan tradisional itu sebagai media
dakwah Islam, dengan menyisipkan napas Islam ke dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan
para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah SWT dan tidak
menyekutukannya. Setiap bait lagu diselingi dengan syahadatain (ucapan dua kalimat
syahadat) gamelan yang mengirinya kini dikenal dengan istilah sekaten, yang berasal
dari syahadatain. Sunan Bonang sendiri menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang
Durma, sejenis macapat yang melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah. Sunan
Bonang wafat di pulau Bawean pada tahun 1525 M.

4. SUNAN GIRI
Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu
putra Menak Samboja. Kebesaran Sunan Giri terlihat antara lain sebagai anggota dewan
Walisongo. Nama Sunan Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam
pertama di Jawa, Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara
itu serta terlibat dalam penyerangan ke Majapahit sebagai penasihat militer.
Sunan Giri atau Raden Paku dikenal sangat dermawan, yaitu dengan membagikan barang
dagangan kepada rakyat Banjar yang sedang dilanda musibah. Beliau pernah bertafakkur di
goa sunyi selama 40 hari 40 malam untuk bermunajat kepada Allah. Usai bertafakkur ia teringat
pada pesan ayahnya sewaktu belajar di Pasai untuk mencari daerah yang tanahnya mirip dengan
yang dibawahi dari negeri Pasai melalui desa Margonoto sampailah Raden Paku di daerah
perbatasan yang hawanya sejuk, lalu dia mendirikan pondok pesantren yang dinamakan
pesantren Giri. Tidak berselang lama hanya dalam waktu tiga tahun pesantren tersebut

3
terkenal di seluruh Nusantara. Sunan Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa
atau nusantara baik dilakukannya sendiri waktu muda melalui berdagang atau bersama
muridnya. Beliau juga menciptakan tembang-tembang dolanan anak kecil yang bernafas
Islami, seperti jemuran, cublak suweng dan lain-lain.

5. SUNAN DRAJAT
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada sumber lain yang mengatakan namanya
adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi
Raden Qasim itu adalah saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya
yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebalah barat Gresik,
yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban. Di desa Jalang itulah Raden Qasim mendirikan
pesantren. Dalam waktu yang singkat telah banyak orang-orang yang berguru kepada beliau.
Setahun kemudian di desa Jalag, Raden Qasim mendapat ilham agar pindah ke daerah sebelah
selatan kira-kira sejauh satu kilometer dari desa Jelag itu. Di sana beliau mendirikan Mushalla
atau Surau yang sekaligus dimanfaatkan untuk tempat berdakwah. Tiga tahun tinggal di daerah
itu, beliau mendapat ilham lagi agar pindah tempat ke satu bukit. Dan di tempat baru itu beli
au berdakwah dengan menggunakan kesenian rakyat, yaitu dengan menabuh seperangkat
gamelan untuk mengumpulkan orang, setelah itu lalu diberi ceramah agama.
Demikianlah kecerdikan Raden Qasim dalam mengadakan pendekatan kepada rakyat
dengan menggunakan kesenian rakyat sebagai media dakwahnya. Sampai sekarang
seperangkat gamelan itu masih tersimpan dengan baik di museum di dekat makamnya.

6. SUNAN KALIJAGA
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan
seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman. Beliau
merupakan putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Terdapat beragam
versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya. Masyarakat Cirebon
berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon.
Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan
Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam
‘kungkum’ di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari
bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.
Raden Sahid sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua,
tapi tidak bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia
mencari makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan kepada rakyatnya. Tapi ketahuan
ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak darahnya dan
diusir. Setelah diusir selain mengembara, ia bertemu orang berjubah putih, dia adalah Sunan
Bonang. Lalu Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruh menunggui tongkatnya di
depan kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid
disebut Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran
Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur

4
kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di
kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam
sekalipun, karena pada awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya,
Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia tidak pernah meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih dipetik dari cerita
Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran agama dan nama-nama
pahlawan Islam.

7. SUNAN KUDUS (Ja’far Sadiq)


Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau memiliki
keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta
logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali
yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari
berbagai daerah di Nusantara. Ada cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar
di Baitul Maqdis, Palestina, dan pernah berjasa memberantas penyakit yang menelan banyak
korban di Palestina. Atas jasanya itu, oleh pemerintah Palestina ia diberi ijazah wilayah
(daerah kekuasaan) di Palestina, namun Sunan Kudus mengharapkan hadiah tersebut
dipindahkan ke Pulau Jawa, dan oleh Amir (penguasa setempat) permintaan itu dikabulkan.
Sekembalinya ke Jawa ia mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1549, masjid itu diberi
nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid Menara Kudus) dan daerah sekitarnya diganti
dengan nama Kudus, diambil dari nama sebuah kota di Palestina, al-Quds. Dalam
melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural, Sunan Kudus menciptakan berbagai cerita
keagamaan. Yang paling terkenal adalah Gending Makumambang dan Mijil. Cara-cara
berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut:
a. Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan.
1. Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah
2. Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama islam
3. Tut Wuri Handayani
4. Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah.
b. Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam agama
Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.
c. Merangkul masyarakat Budha.
Setelah masjid, terus Sunan Kudus mendirikan padasan tempat wudlu denga pancuran yang
berjumlah delapan, diatas pancuran diberi arca kepala Kebo Gumarang diatasnya hal ini
disesuaikan dengan ajaran Budha “Jalan berlipat delapan atau asta sunghika marga”.
d. Selamatan Mitoni, biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan sejarah Nabi.
Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus. Di pintu makan Kanjeng
Sunan Kudus terukir kalimat asmaul husna yang berangka tahun 1296 H atau 1878 M.

5
8. SUNAN MURIA (Raden Umar Said)
Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaaan
Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat
kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota
Kudus sekarang). Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya
Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat
menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran
dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata.
Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang
sebagai alat dakwah dan beliau pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau
banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus
dino dan sebagainya. Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak
umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam. Karena itulah sunan Muria lebih senang berdakwah
pada rakyat jelata dari pada kaum bangsawan. Cara dakwah inilah yang menyebabkan sunan
Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwah tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam
masyarakat.

9. SUNAN GUNUNG JATI (Syarif Hidayatullah)


Salah seorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di Pulau
Jawa, terutama di daerah Jawa Barat juga pendiri Kesultanan Cirebon. Nama aslinya Syarif
Hidayatullah. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sunan
Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Setelah selesai menuntut ilmu pasa
tahun 1470 dia berangkat ketanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya.
Syarifah Mudain minta agar diizinkan tinggal dipasumbangan Gunung Jati dan disana
mereka membangun pesantren untuk meneruskan usahanya Syeh Datuk Latif gurunya
pangeran Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif Hidayatullah dipanggil sunan gunung Jati. Lalu
ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi Pakung Wati kemudian ia diangkat menjadi
pangeran Cakra Buana yaitu pada tahun 1479 dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah
islam dilakukannya melalui diplomasi dengan kerajaan lain. Setelah Cirebon resmi berdiri
sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati
berusaha mempengaruhi kerajaan yang belum menganut agama Islam. Dari Cirebon, ia
mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka,
Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.

6
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat
Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian,
kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan. Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya
terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:

1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim


2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat
3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
4. Sunan Drajat atau Raden Qasim
5. Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq
6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
7. Sunan Kalijaga atau Raden Said
8. Sunan Muria atau Raden Umar Said
9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

B. SARAN
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. 2015. Wali Songo Glora Dakwah Dan Jihad Ditanah Jawa (1404-1482 M).Solo:
Al-Wafi
Hatmansyah, 2017. “Strategi dan Metode Dakwah Walisongo”.
https://www.researchgate.net/publication/317432160_Strategi_dan_Metode_Dakwah_Waliso
ngo
di akses pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 21:47
Ahmad Multazam, 2014. “Peranan Wali Songo Dalam Penyebaran Dakwah Di Indonesia”
https://multazam-einstein.blogspot.com/2013/05/makalah-peran-walisongo-dalam.html
di akses pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 22:11
Zakky, 2018. “Nama-Nama Wali Songo Beserta Sejarah, Silsilah, Kisah dan Fotonya”
https://www.zonareferensi.com/nama-nama-wali-songo/ di akses pada tanggal 14 Oktober
2019
pukul 01:11
Wisnu Gilang Ramdhan, 2014. “Pembahasan Makalah”
https://www.slideshare.net/wisnuwolstenholme/pembahasann-makalah di akses pada tanggal
14
Oktober 2019 pukul 01:25
Kriswantoro Kawarasan,2013. “Sejarah Wali Songo Lengkap (Cerita Wali Songo)”
https://juragansejarah.blogspot.com/2013/05/sejarah-wali-songo-lengkap-cerita-wali.html
diakses pada
tanggal 14 Oktober 2019 pukul 09:19
Mas’udi, 2015 “DAKWAH NUSANTARA (Kerangka Harmonis Dakwah Walisongo dalam
Diseminasi Ajaran Islam di Nusantara)” file:///D:/pelajaran%20semester%205/Sejarah
%20Peradaban%20Islam/0c8360e5d9ae285261fe2e65c45f5a842687.pdf diakses pada
tanggal 14
Oktober 2019 pukul 09:39

Anda mungkin juga menyukai