ABSTRACT
ABSTRAK
yakni terdapat dalam surat al-Kahfi ayat 9 sampai 26. Ashabul Kahfi adalah tujuh
orang pemuda yang mendapat petunjuk dan beriman kepada Allah Swt. Mereka
hidup di tengah masyarakat penyembah berhala dengan dipimpin oleh seorang raja
yang kejam bernama Diqyanus. Tujuh pemuda ini menyelamatkan diri mereka
dengan pergi ke suatu gua dan tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun. Kisah ini
merupakan kisah nyata dan terdapat keteladanan yang dapat kita ambil dari kisah
ini yaitu perintah mengesakan dan meminta perlindungan hanya kepada Allah Swt.
Hikmah yang bisa dipetik dari kisah Ashabul Kahfi yaitu mengajarkan kita untuk
bersikap tawakal, dan meyakini bahwa pertolongan Allah pasti ada. Sementara
nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam kisah ini meliputi nilai akidah,
akhlak, diskusi, taqwa, berhati-hati, mengutamakan kepentingan orang lain dan
intropeksi diri.
Kata kunci: Pendidikan, Akidah, Akhlak, Kisah, Ashabul Kahfi.
A. Pendahuluan
Pendidikan Islam merupakan suatu proses mempersiapkan generasi
penerus bangsa sebagai peranan dalam memindahkan pengetahuan dan nilai-
nilai islam yang sesuai dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan
memperoleh hasilnya di akhirat kelak.1 Dalam hal ini mengenai pendidikan
islam, pada dasarnya pendidikan islam harus dijadikan sebagai upaya dalam
membentuk atau menjadikan manusia agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.2
Dalam membentuk seseorang memiliki pribadi yang lebih baik yakni salah
satunya dengan mengajarkan tentang pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak
merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk dan memberikan
latihan mengenai akhlak, serta kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal
maupun non formal yang didasarkan pada ajaran-ajaran islam. Pada sistem
pendidikan islam ini khusus memberikan pendidikan mengenai tentang akhlaqul
karimah agar mencerminkan kepribadian seorang muslim.3 Selain mengenai
pendidikan akhlak, kita juga harus mengajarkan tentang pendidikan akidah yakni
tauhid atau keimanan.4
1
Moch. Tolchah, Problematika Pendidikan Agama Islam dan Solusinya (Surabaya: Kanzun Books,
2020), 4.
2
Ibid., 7.
3
Moch. Tolchah, Studi Perbandingan Pendidikan Akhlak Perspektif al-Ghazali dan al-Attas, No. 1
Vol. 9, Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, 2019, 81.
4
Moch. Tolchah, Pendidikan Islam Dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara,
2014), 110.
3
Ajaran agama islam seperti akidah dan akhlak bersumber pada norma dan
pokok-pokok yang terdapat di dalam al-Qur’an dan sunnah Rasulullah sebagai
suri tauladan (uswatun hasanah) yang memberi contoh mempraktikkan al-
Qur’an, dan menjelaskan ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sunnah Rasul.5
Dalam al-Qur’an menceritakan kisah orang-orang dahulu dari para nabi
dan selain nabi, di antaranya yaitu mengenai kisah-kisah orang mukmin dan
kisah-kisah orang kafir yang diceritakan dalam banyak versi. Al-Qur’an dalam
membicarakan kisah-kisah yang dimaksud antara lain menjelaskan tentang
hikmah serta manfaat yang dapat diambil dan yang berguna bagi kehidupan. Jika
direnungi dan diambil pelajaran, maka banyak mulai dari al-Qur’an yang bisa
dipetik dalam kehidupan tidak terkecuali nilai-nilai pendidikan.6
Rasulullah SAW dengan turunnya surah Al-Kahfi mendapatkan petunjuk
serta penyejuk hati bagi para sahabatnya untuk tetap teguh, kokoh, dan tabah
dengan keimanannya dalam menghadapi tantangan maupun fitnah dari orang
kafir Quraisy. Kisah ini syarat dengan nilai-nilai, secara umum berupa tauhid
maupun keimanan, pengorbanan, serta keyakinan hari kebangkitan. Sejarah
manusia akan terulang meskipun berbeda ruang dan waktu. Namun substansinya
tetap sama. Karena pentingnya memahami dan menyadari substansi ini, Allah
dalam meletakkan kisah Ashabul Kahfi tidak menyebutkan siapa nama pelaku-
pelakunya, dimana dan kapan terjadinya secara pasti. Namun yang jelas adalah
tujuannya yakni agar manusia mengambil sebuah pelajaran atau hikmah,
kemudian menjalani kehidupan dengan hidayah-Nya.7
Ashabul Kahfi merupakan kisah sejumlah pemuda yang beriman kepada
Allah SWT. Bersama mereka, ikut pula seekor anjing. Pemuda ini tertidur dalam
gua selama ratusan tahun. Para pemuda Ashabul Kahfi selamat dari kekejaman
raja Diqyanus yakni raja Romawi yang merupakan seorang penyembah berhala.
5
Tolchah, Studi, 82.
6
Shalah Abdul Fattah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Alquran Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu
(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 21.
7
Rahmansyah, dkk., Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kisah Ashabul Kahfi, Analisis Kajian Al-
Qur’an Surah Al-Kahfi: 9-26, No. 4 Vol. 3, Jurnal Edu-Riligia, 2019, 464.
4
8
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 16.
9
Nur Syam, Akidah Akhlak MTs 7 (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014), 109.
10
Angga Mulyana, Kisah-Kisah dalam Surah Al-Kahf (Bandung: Penerbit Duta, 2019), 3.
5
11
Shihab, Tafsir, 16.
6
Yahudi dalam mata uang resmi mereka. Selama tiga tahun penuh mereka
dapat bertahan. Kemudian Hadrianus bergerak bersama pasukannya dalam
menumpas pemberontak Yahudi, yang selanjutnya Palestina kemudian jatuh
dan Yerusalem dapat direbut kembali. Etnis Yahudi pun dibasmi dan para
pemimpin mereka dibunuh. Orang-orang Yahudi yang masih hidup dijual di
pasar-pasar sebagai budak. Simbol-simbol agama Yahudi juga dihancurkan,
serta menghapus ajaran dan hukum-hukum Yahudi.
Dari penjelasan sejarah ini dapat diambil kesimpulan yang sama bahwa
para pemuda itu adalah penganut ajaran Yahudi. Tempat tinggal mereka
berada di kawasan Timur Kuno atau di Yerusalem sendiri. Dalam alur sejarah
ini, mereka diperkirakan bangun dari tidur panjang itu kurang lebih pada
tahun 435 M atau 30 tahun menjelang kelahiran Rasulullah SAW. Namun
dalam hal ini, tampaknya peristiwa yang pertama lebih mempunyai kaitan
dengan kisah Ashabul Kahfi karena penindasan mereka lebih sadis. Adapun
penindasan umat Kristiani tersebut tidak sesuai dengan kelahiran Nabi
Muhammad SAW.
Banyak pula yang berpendapat mengenai lokasi gua dalam kisah Ashabul
Kahfi ini yakni terdapat di Yordania, tepatnya di perkampungan Al-Rajib atau
dalam al-Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1,5 km dari kota Abu A’landa
dekat dengan kota Amman Yordania. Raja Abdullah ke-2 (Raja Yordania) telah
meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi yakni masjid dan
ma’had yang diberi nama “Masjid Ashabul Kahfi”. Nama-nama pemuda
Ashabul Kahfi antara lain adalah Maksalmina, Martinus, Kastunus, Bairunu,
Danimus, Yathbunus dan Thamlika adapun anjingnya bernama Qitmir.12 Allah
berfirman dalam surah al- Kahfi ayat 13 dan 14
Surat Al-Kahfi Ayat 13
۟
ٱْلَِِق ۚ إِ حَّنُْم فِْت يَةٌ ءَ َامنُوا بَِرِّبِِ ْم َوِزْد هََّنُْم ُه ًدى
ْ ِك نَبَأ َُهم ب ُّ حَّْن ُن نَ ُق
َ ص َعلَْي
Artinya: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-
Kahfi/18: 13).
12
Syam, Akidah, 109.
7
13
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Jilid 8 (Tangerang: Lentera Hati, 2002), 23.
14
Ibid., 24.
8
sana. Dapat dikatakan bahwa raja Diqyanus adalah manusia dengan hati bagai
batu. Ia sangat senang dan tertawa lebar ketika menyaksikan jerit dan tangisan
keluarga yang ditinggal, hal ini juga disaksikan oleh seluruh penduduk Syam.
Setiap kali pada saat kaisar Romawi mengabarkan bahwa ia sangat senang
dengan kepemimpinan yang dilakukannya maka raja Diqyanus akan menggelar
pesta besar.15
Pada suatu ketika, raja Diqyanus mengadakan pesta pernikahan besar. Ia
mengundang seluruh rakyatnya untuk hadir. Seluruh rakyatnya atau penduduk
juga diperintahkan untuk menghias rumahnya dengan lampu-lampu yang cantik.
Pada saat hari yang telah dinantikan tiba, semua berkumpul di sekitar istana
dengan dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar. Mereka kemudian menari dan
bernyanyi bersama, para menteri juga mulai berdatangan dan memadati istana.
Setelah itu, tidak lama kemudian muncullah raja Diqyanus dan mempelai
wanitanya yang disambut dengan sorak tepuk tangan yang meriah. Namun
kemudian suasana berubah menjadi senyap atau hening disaat raja Diqyanus
duduk dengan khusuk di hadapan berhala yang berada di tengah-tengah istana.
Raja Diqyanus kemudian menyembah berhala itu lalu menyerahkan sesembahan
dan kembali bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu. Ia kemudian duduk
dalam singgasananya dengan menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang
silih berganti menyembah berhala.
Namun tiba-tiba raja Diqyanus terlihat gugup dan gelisah. Kemudian raja
Diqyanus bertanya mengenai keberadaan Martus dan Nairawis, karena tanpa
mereka sadari bahwa Martus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta
lebih awal. Martus dan Nairawis adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi.
Ketika Martus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya
dengan wajah merah padam. Martus segera menghindar dari ayahnya, namun
ayahnya menarik kerah bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan
terhadap perilakunya sewaktu berada di istana. Martus kemudian mengurung diri
di kamarnya dan menangis dengan terseduh-seduh. Ia merasa diasingkan oleh
15
Syam, Akidah, 109.
9
seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi.
Ayah martus itu bernama Nasthas, yang merupakan salah satu seorang menteri
dari raja Diqyanus. Sedangkan Nairawis merupakan anak dari Kaludius yang
juga seorang menteri kepercayaan raja Diqyanus.
Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran Nabi Isa as,
yang juga tidak suka dengan pemerintahan raja Diqyanus tiba-tiba rumahnya
diketuk. Maksalmina membuka pintu dan ternyata yang datang menemuinya
adalah Martus. Martus ini adalah sahabat yang sepaham dengannya. Kemudian
mereka berdua bercakap-cakap atau berdialog mengenai peristiwa yang baru
saja menimpa negerinya. Mereka berdua sama-sama orang yang kehilangan
dalam peristiwa tragis itu. Mereka kehilangan seseorang yang mereka sayangi.
Tidak lama mereka bercakap-cakap, pintu rumah maksalmina kembali diketuk
oleh seseorang, dan ternyata yang datang adalah Nairawis dan Dainamus.
Dainamus adalah seorang pedagang yang juga selalu tertindas dalam
ketidakadilan oleh para pedagang besar orang-orang romawi. Mereka berempat
kemudian terlibat dalam pembicaraan yang sangat serius, hingga pada akhirnya
mereka memutuskan untuk lari meninggalkan kota yang penuh dengan kenistaan
dan jauh dari Allah.
Pada keesokan harinya, terdengar suatu kabar bahwa putra dari raja
Diqyanus tewas terbunuh di sungai. Pembunuhnya adalah Hawawi Narthusia
yakni seorang pengikut Nabi Isa as. Hawawi Narthusia segera ditangkap dan
disiksa di hadapan raja Diqyanus. Kemudian ketika Diqyanus sedang mengawasi
penyiksaan, mata-mata raja Diqyanus mengatakan kepada raja tersebut bahwa
pernah melihat pemuda ini bersama Martus dan Nairawis beserta para pemuda
lainnya. Mata-mata raja Diqyanus juga mengatakan bahwa ia khawatir mereka
berencana menyiapkan rencana licik ini, maksudnya mereka menyebarkan berita
bahwa tuan adalah orang yang sesat kerena menyembah berhala dan mereka juga
mengatakan bahwa Tuan adalah seseorang yang sangat kejam dan berlaku
sewenang-wenang, ia juga khawatir mereka berusaha untuk menggulingkan
10
16
Ibid., 110.
17
Shihab, Tafsir, 25.
11
ini, Negeri Syam menjadi negeri yang makmur dan rakyatnya terhindar dari
kemiskinan.18
18
Syam, Akidah, 111.
19
Hilmah Latif, Melacak Alur Pemaparan dan Fragmen Kisah Ashab Al-Kahfi dalam Al-Qur’an,
No. 2 Vol. 4, Jurnal Tafsere, 2016, 209-225.
12
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-
Kahfi/18: 13).
نش ْر لَ ُك ْم َربُّ ُكم ِِمن حر ْْحَتِ ِهۦ َويُ َهيِِ ْئ لَ ُكم ِ ٱَّلل فَأْ ٓوۥ ۟ا إِ ََل ٱلْ َك ْه ِ ْ َوإِذ
ِ
ُ َف ي ُ َوه ْم َوَما يَ ْعبُ ُدو َن إحَل ح
ُ ٱعتَ َزلْتُ ُم
ِِم ْن أ َْم ِرُكم ِِمْرفَ ًقا
Artinya: “Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka
sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu,
niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan
menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” (QS. Al-
Kahfi/18: 16).
ِِ ات
ٱلش َم ِال ِ ات ٱلْيَ ِم ِ
َ ض ُه ْم َذُ ني َوإِ َذا َغَربَت تح ْق ِر َ س إِ َذا طَلَ َعت ت َحزَهوُر َعن َك ْهف ِه ْم َذ
َ حم
ْ َوتَ َرى ٱلش
ضلِ ْل فَلَن ََِت َد لَهُۥ َولِيًّا
ْ ُٱَّللُ فَ ُه َو ٱلْ ُم ْهتَ ِد ۖ َوَمن ي
ٱَّللِ ۗ َمن يَ ْه ِد ح
هت ح ِ ك ِمن ءاي ٍِ ِ ه
َ َ ْ َ َوُه ْم ِِف فَ ْج َوة ِمْنهُ ۚ ذَل
ُّمْرِش ًدا
Artinya: “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua
mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke
sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.
Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
13
اعْي ِه ِ ٌ ٱلشم ِال ۖ وَك ْلب هم ب ِهس ِ ِ ات ٱلْيَ ِم ِ
َ ط ذ َر َ ُ ُ َ َ ِ ات َ َني َوذ َ َود ۚ َونُ َقلِبُ ُه ْم ذ
ٌ َُوََْت َسبُ ُه ْم أَيْ َقاظًا َوُه ْم ُرق
ت ِمْن ُه ْم ُر ْعبًا ِ ِ ِ يد ۚ لَ ِو ٱطحلَعت علَي ِهم لَولحي ِ بِٱلْو ِص
َ ت مْن ُه ْم فَر ًارا َولَ ُملْئ
َ َْ ْ َْ َ ْ َ
Artinya: “Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur;
Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing
mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu
menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan
terhadap mereka.” (QS. Al-Kahfi/18: 18).
۟ ِ ِ
ب فِ َيهآ إِ ْذ يَتَ هنََزعُو َن بَْي نَ ُه ْم ي
ر
َ َْ ََل
َ ة
َ اعسح ٱل ح
ن َ
أوَ َق
ٌّ ح ِٱَّلل
ح د
َ ع
ْ و ح
َ ك أ َْعثَ ْرََن َعلَْيه ْم ليَ ْعلَ ُمٓو
ن َ
أ ا ِ
َ َوَك هَذل
حخ َذ حن َعلَْي ِهم ِ ال ٱلح ِذين َغلَبو۟ا علَ ٓى أَم ِرِهم لَنَ تَ ق
َ ۚ م ِِأَمرهم ۖ فَ َقالُو۟ا ٱب نُو۟ا علَي ِهم ب ْن يهنًا ۖ حرُّّبم أ َْعلَم ّب
ْ ْ ه َ ُ َ ْ ُ ُْ َ ُ ْ َ ْ ْ َُْ
حم ْس ِج ًدا
Artinya: “Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan
mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan
bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-
orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata:
"Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih
mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan
mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah
peribadatan di atasnya.” (QS. Al-Kahfi/18: 21).
ٌب ۖ َويَ ُقولُو َن َسْب َعة ِ َسيَ ُقولُو َن ثَ هلَثَةٌ حرابِعُ ُهم َكْلبُ ُهم ويَ ُقولُو َن َخَْسةٌ َس ِاد ُس ُهم َكْلبُ ُهم ر ْ ًُۢجًا بِٱلْغَْي
َْ ْ َ َْ ْ
ه ِ ِ
يل ۗ فَ ََل تَُا ِر في ِه ْم إِحَل مَرآءً ظَ ِهًرا َوََل ِ ِح ِِ ِ ِ ِ
ٌ َو ََثمنُ ُه ْم َكْلبُ ُه ْم ۚ قُل حرِِّٓب أ َْعلَ ُم بعدحِتم حما يَ ْعلَ ُم ُه ْم إَل قَل
ِ ِ ِ
َ تَ ْستَ ْفت في ِهم ِمْن ُه ْم أ
َح ًدا
Artinya: “Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka)
adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain)
mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah
anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain
lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah
anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak
ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu
janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali
pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka
(pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.” (QS. Al-
Kahfi/18: 22).
20
Latif, Melacak, 226.
16
Dalam setiap kisah pasti terdapat keteladanan yang dapat kita ambil dan
dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan dapat diartikan
sebagi suatu hal yang dapat dicontoh.21 Keteladanan yang dapat kita ambil dari
kisah Ashabul Kahfi adalah sebagai berikut:
1. Perintah untuk selalu berdo’a dan meminta perlindungan kepada Allah SWT.
Allah SWT akan melindungi dan berlemah lembut kepada orang-orang yang
mau berdoa dan meminta perlindungan kepada-Nya, serta menjadikannya
termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah SWT
telah bersikap lemah lembut terhadap pemuda-pemuda Ashabul Kahfi dalam
tidur yang panjang, untuk menyelamatkan iman dan tubuh mereka dari fitnah
dan pembunuhan penguasa yang keji.
2. Bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah SWT adalah suatu kebenaran. Allah
SWT menjadikan tidur para pemuda Ashabul Kahfi sebagai bagian dari ayat-
ayat (tanda kekuasaan) Allah yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan
Allah dan berlimpah kebaikan-Nya. Hal tersebut bertujuan agar hamba-
hamba-Nya mengetahui bahwa janji Allah itu adalah suatu kebenaran.
3. Anjuran untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat sekaligus mencarinya.
4. Dianjurkan untuk berhati-hati dan menjauhi tempat-tempat yang dapat
menimbulkan kemudaratan atau bahaya bagi agamanya. Kisah Ashabul Kahfi
menggambarkan betapa besar kecintaan para pemuda yang beriman itu
terhadap ajaran agama mereka, sehingga mereka sampai melarikan diri
meninggalkan negeri mereka demi menyelematkan diri dari segenap fitnah
yang akan menimpa agama mereka, untuk kembali pada Allah SWT semata.
5. Perintah untuk mengesakan Allah SWT.22
6. Meyakinkan umat manusia akan kebenaran adanya hari kiamat dan hari
kebangkitan di alam mahsyar.
Dalam kisah Ashabul Kahfi juga terdapat banyak pelajaran yang dapat
dipetik, terutama pelajaran mengenai keyakinan dan ketaatan kepada Allah
21
Sriyatun, Urgensi Keteladanan Dalam Pendidikan Islam, No. 1 Vol. 1, Jurnal Studi
Kemahasiswaan, 2021, 15.
22
Rahmansyah, Nilai, 468.
17
SWT. Hikmah yang bisa dipetik dari kisah Ashabul Kahfi antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Sikap yang Tawakal
Berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam menunggu hasil
akhir dalam usaha disebut dengan tawakal. Dalam kisah Ashabul Kahfi, bisa
dilihat sikap tawakal yang tinggi dari ketujuh pemuda tersebut. Para pemuda
itu telah melakukan usaha yang berarti yaitu melarikan diri dari negara agar
tidak dipaksa menyembah berhala. Kemudian Allah SWT memberikan hasil
yang baik dari usaha mereka tersebut.23
2. Meyakini Pertolongan Allah
Dikatakan beriman kepada Allah apabila seseorang meyakini dalam
hati serta mengamalkan melalui perbuatan dan terucap dalam lisan apa yang
menjadi syariat-Nya. Beriman kepada Allah yaitu dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam hal ini bagi umat Islam
diwajibkan untuk selalu beriman kepada Allah. Oleh karena itu sebagai orang
yang beriman wajib pula baginya untuk memohon dan meminta perlindungan
hanya kepada-Nya.
Pemuda Ashabul Kahfi kabur dan mengasingkan diri dari negara di
mana tempat kehidupannya dan mereka berjalan, dimana dalam perjalanan
tentu tidak mudah pagi ketujuh pemuda tersebut. Namun pemuda-pemuda itu
tetap melakukannya, yakni karena ingin mempertahankan keimanannya
kepada Allah SWT. Saat pergi meninggalkan negara mereka, ketujuh pemuda
tersebut meyakini bahwa pertolongan Allah SWT akan bersama mereka
sepanjang perjalanan.
Meyakini adanya pertolongan Allah merupakan salah satu cara untuk
memepertebal keimanan seseorang. Selain meyakini adanya pertongan Allah,
mempelajari dan mengamati alam semesta juga termasuk cara mempertebal
dan mempertinggi keimanan seseorang.24
3. Keyakinan yang Teguh
23
Latif, Melacak, 211.
24
Nasruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), 135.
18
Hikmah selanjutnya yang bisa kita ambil dari kisah Ashabul Kahfi
adalah keteguhan dari pendirian dan keyakinan yang dimiliki oleh ketujuh
pemuda tersebut. Mempertahankan keyakinan yang dimiliki untuk tetap
menyembah kepada Allah SWT. Walaupun yang melarang adalah pemimpin
negaranya sendiri. Keyakinan yang teguh seperti inilah yang sekarang jarang
dimiliki orang-orang modern, sehingga sangat mudah terpengaruh oleh
kondisi dan ucapan orang sekitar.
Dalam mempertahankan keyakinan untuk tetap menyembah kepada
Allah salah satunya dibuktikan oleh para pemuda Ashabul Kahfi yaitu rela
menyerahkan harta bendanya kepada raja demi memperjuangkan akidah
kepercayaan mereka. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa orang yang rela
berkorban akan memiliki jiwa penuh keberanian untuk menghadapi resiko
dan keikhlasan melepaskan apa yang mereka miliki.25
4. Ketaatan yang Dalam
Bukti ketaatan yang mendalam dari pemuda Ashabul Kahfi adalah
ketakwaan mereka beribadah kepada Allah. Mereka hijrah meninggalkan
negeri itu untuk mencari tempat yang nyaman dan bebas agar dapat
melakukan ibadah. Ibadah yang diyakini serta diimani oleh mereka sebagai
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.26
Tujuan ketujuh pemuda tersebut meninggalkan negaranya tidak lain
adalah agar bisa taat kepada perintah Allah SWT. Perintah tersebut adalah
menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Termasuk larangan
untuk menyembah selain Allah SWT, perjalanan dalam mengasingkan diri
menunjukan ketaatan ketujuh pemuda yang sangat dalam kepada Allah SWT.
5. Pertolongan Allah SWT kepada yang Membutuhkan
Sebagai muslim, seharusnya meyakini bahwa Allah SWT tidak pernah
memalingkan diriNya dari umatnya yang benar-benar membutuhkan. Umat
muslim haruslah percaya bahwa pertolongan Allah SWT akan datang kepada
yang benar-benar membutuhkan. Jika saja pertolongan tersebut belum
25
Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), 294.
26
Shihab, Tafsir, 21.
19
datang. Mungkin artinya umat muslim disuruh untuk lebih berusaha lagi dan
lebih tawakal kepada Allah SWT.
Melalui kisah ini banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Para
muslim bisa menjadi salah satu golongan orang-orang seperti Ashabul Kahfi.
27
Rahmansyah, Nilai, 468.
20
yang benar-benar terjadi. Dalam ayat ke-17 juga dijelaskan tentang keyakinan
tanda-tanda kekuasaan Allah atas segala petunjuknya.
2. Nilai Akhlak
Nilai akhlak yang bisa dipetik dalam Kisah Ashabul Kahfi yaitu nilai
tawadhu, Siddiq (kejujuran), tasamuh (toleransi), ikhtiar, tawakal, konsistensi
(istiqomah), dan zuhud. Dalam kisah ini, raja Diqyanus mengancam untuk
membunuh siapa saja yang tidak menganut ajarannya untuk menyembah
berhala. Ketujuh pemuda itu tetap jujur menyampaikan bahwa tidak mau
untuk menyembah berhala, mereka tetap beriman kepada Allah SWT. Setelah
itu, mereka berikhtiar untuk menyelamatkan diri, serta bertawakal kepada
Allah SWT. Dari sikap ikhtiar, tawakal, serta berserah diri kepada Allah SWT
inilah yang menyelamatkan diri mereka sehingga memperoleh rida dari Allah
SWT.28
3. Nilai Diskusi
Nilai diskusi ini terdapat dalam surah al-Kahfi pada ayat ke-12 yang
menjelaskan tentang perenungan atau proses berpikir para pemuda tentang
kejadian yang telah mereka alami yakni tertidur didalam gua. Mereka
kemudian menghitung berapa lama mereka telah tertidur untuk mendapatkan
keyakinan terhadap kekuasaan Allah SWT kepada mereka. Nilai diskusi ini
juga terdapat pada ayat ke-19 yang menjelaskan tentang perbincangan antara
para pemuda yang mencari tahu tentang berapa lama mereka berada didalam
sebuah gua.
4. Nilai Taqwa
Nilai taqwa ini terdapat dalam surah al-Kahfi pada ayat ke-15 yang
menerangkan tentang ketaqwaan para pemuda untuk hanya menyembah
Allah SWT dan tidak mengerjakan apa yang telah dilarang Allah SWT.
Para pemuda Ashabul Kahfi merupakan sekelompok pemuda yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dalam keadaan atau kondisi apapun
yang mereka alami. Teladan untuk istiqomah dalam bertakwa ini merupakan
28
Ibid., 469.
21
sikap mulia orang-orang beriman, meskipun dalam keadaan sulit, seperti yang
dialami oleh para pemuda Ashabul Kahfi ini.
5. Nilai Wira’i (Berhati-hati)
Nilai Wira’i ini terdapat dalam surah al-Kahfi pada ayat ke-20 yang
menerangkan untuk bersifat hati-hati terhadap segala sesuatu tindakan yang
diperbuat untuk menjaga diri mereka terhadap perbuatan dosa atau kembali
ke agama yang lain.
6. Nilai I’tsar (Mengutamakan kepentingan orang lain)
Nilai I’tsar ini terdapat dalam surah al-Kahfi pada ayat ke-21 yang
menerangkan tentang ketidakegoisan para pemuda yang ada didalam gua
terhadap pendapat mereka tentang pertanyaan berapa lama mereka berada di
dalam gua.
7. Muhasabatun Nafsi (Intropeksi Diri)
Nilai Muhasabatun Nafsi ini terdapat dalam surah al-Kahfi pada ayat
ke-24 yakni mengenai bahwa rasul mengambil tindakan sendiri tentang
pemutusan suatu pertanyaan dari beberapa orang quraisy kepada nabi
Muhammad tentang ruh dari kisah Ashabul Kahfi dan kisah Dzulkarnain,
yang kemudian dijawab oleh beliau, “Datanglah besok pagi kepadaku agar
kuberikan jawaban atas pertanyaanmu”. Beliau mengucapkan kata-katanya
itu dengan nada pasti sehingga Allah SWT menegurnya.29
F. Kesimpulan
Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda berjumlah tujuh orang pemuda
yang mendapat petunjuk dan beriman kepada Allah SWT. Mereka hidup atau
tinggal di tengah masyarakat penyembah berhala dengan dipimpin oleh seorang
raja yang kejam bernama Diqyanus. Raja tersebut memerintahkan rakyatnya
untuk menyembah selain Allah SWT. Apabila terdapat seseorang yang tidak
mengikuti perintahnya maka mereka akan disiksa dan dibunuh. Oleh sebab itu,
tujuh pemuda ini menyelamatkan iman dan tauhid pada Allah SWT dengan cara
29
Ibid., 469.
22
dan haruslah percaya bahwa pertolongan Allah SWT akan datang kepada yang
benar-benar membutuhkan, memiliki keyakinan yang teguh, dan ketaatan yang
mendalam serta dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Berdasarkan kisah Ashabul Kahfi, terdapat sejumlah nilai-nilai pendidikan
islam yang bisa dipetik antara lain meliputi nilai akidah, yaitu mengenenai
keyakinan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang telah mengutus para pemuda
didalam gua, keyakinan pada perlindungan yang Allah SWT berikan kepada
hambanya, dan keyakinan terhadap janji Allah mengenai hari kiamat dan hari
kebangkitan, nilai akhlak, yaitu mengenai akhlakul karimah yang ada pada kisah
Ashabul Kahfi, seperti bersikap tawadhu, tasamuh (toleransi), ikhtiar, tawakkal,
istiqomah, siddiq, dan Zuhud, nilai tafakkur atau diskusi (berpikir), nilai taqwa,
nilai wira’i atau berhati-hati, nilai i’tsar yaitu mengutamakan kepentingan orang
lain dan nilai Muhasabatun Nafsi atau intropeksi diri.
24
DAFTAR PUSTAKA
Latif, Hilmah, Melacak Alur Pemaparan dan Fragmen Kisah Ashab Al-Kahfi dalam
Al-Qur’an, Jurnal Tafsere, No. 2, Vol. 4, 2016.
Shihab, Muhammad Quraish, Tafsir Al- Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Tolchah, Moch., Pendidikan Islam Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: LKiS
Pelangi Aksara, 2014.