Anda di halaman 1dari 20

MENGENAL AMIRULMUKMININ UMAR BIN KHATTAB:

TOKOH REFORMASI OTORITAS KEDAULATAN ISLAM

Disusun Oleh:
Dzakir Muhammad Yafi Ali Qamar

IKATAN KELUARGA PONDOK MODERN


KAIRO, MESIR
2021
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

Abstrak
Dalam praktik kehidupan kenegaraan masa kini, hubungan antara agama dan negara dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni integrated (penyatuan antara agama dan negara),
intersectional (persinggungan antara agama dan negara), dan sekularistik (pemisahan antara agama
dan negara). Bentuk hubungan antara agama dan negara di negara-negara barat dianggap sudah selesai
dengan sekularismenya atau pemisahan antara agama dan negara. Paham ini menurut The
Encyclopedia of Religion adalah sebuah ideologi, dimana para pendukungnya dengan sadar mengecam
segala bentuk supernaturalisme dan lembaga yang dikhususkan untuk itu, dengan mendukung prinsip-
prinsip non-agama atau anti-agama sebagai dasar bagi moralitas pribadi dan organisasi sosial.1
Sekularisme pada dasarnya sangat bertentangan dengan masyarakat muslim, sekularisme
bertentangan dengan ajaran, akhlak, dan sejarah Islam. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam Al-
Qur’an yang artinya: “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam secara
keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh
yang nyata bagi kalian” (Surat Al-Baqarah ayat 208).
Tidak ada alasan Sekularisme akan berhasil diterapkan dalam dunia Islam. Karena yang di
inginkan oleh Islam adalah mengarahkan seluruh kehidupan dengan hukum dan ajaran-ajarannya yang
telah di tetapkan Allah. Telah terbukti dalam sejarah peradaban Islam, sistem bernegara yang tidak
dipisahkan dengan agama berhasil diterapkan, bahkan Islam dapat berkembang dan menyebar dengan
pesat dan berhasil mencapai puncak kejayaannya. Salah satu tokoh reformasi daulat Islam tersebut
adalah Amirulmukminin Umar bin Khattab.
Dalam pentas sejarah umat manusia, nama Umar tidak dapat dipisahkan dengan kejayaan Islam.
Berbagai prestasi gemilang yang belum pernah diperoleh pada masa sebelumnya telah dicapainya.
Kecerdasan dan kehebatan Umar tidak saja dapat dilihat dari jasa-jasanya, tapi juga dari
kepribadiannya yang agung. Sangatlah layak nama Umar punya tempat tersendiri dalam
sejarah perkembangan Islam.
Dalam makalah ini, penulis akan mendeskripsikan biografi singkat Amirulmukminin Umar bin
Khattab. Kemudian, dilanjukan dengan proses masa reformasi otoritas kedaulatan Islam pada masa
kekhalifahan Umar bin Khattab, kebijakan-kebijakan Umar bin Khattab dalam bidang politik dan
sosial, serta dilengkapi dengan tragedi wafatnya Amirulmukminin Umar bin Khattab.
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian keperpustakaan (library research), yang mana data bersumber dari
Al-Qur’an, Hadis dan literatur-literatur Sirah Nabawiyah dan juga buku-buku yang ada relevansinya
dengan penelitian ini, yaitu pengumpulan wawasan ilmiah dan penjelasannya dengan menggunakan
berbagai buku atau sumber tertulis.2

Kata Kunci: Daulat, Otoritas, Reformasi.

1 Michel de Salzman, The Encyclopedia of Religion, New York: Macmillan Publishing Company, 1987, hal. 159.
2 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan Penelitian, Jakarta: Arruz Media, 2011, hal. 161.

i
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

DAFTAR ISI

Abstrak ........................................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 2

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 4

A. Biografi Singkat Umar bin Khattab ................................................................................................... 4

1. Nama, Nasab, Keluarga, Kunyah, Sifat, dan Ciri Fisik ................................................................... 4

2. Kehidupan di Masa Jahiliyah ...........................................................................................................5

3. Kehidupan di Masa Islam ................................................................................................................ 6

B. Kekhalifahan Umar bin Khattab .......................................................................................................... 7

1. Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah ......................................................................... 7

2. Hal-hal Penting dan Penaklukan-penaklukan Pada Masa Umar bin Khattab ............................. 8

C. Kebijakan-kebijakan Umar bin Khattab ............................................................................................. 9

1. Kebijakan di Bidang Politik .............................................................................................................. 9

2. Kebijakan di Bidang Sosial ............................................................................................................. 11

D. Wafatnya Umar bin Khattab .............................................................................................................. 13

BAB III ......................................................................................................................................................... 14

PENUTUP .................................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 16

ii
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya merupakan masa
keemasan Islam. Hal tersebut bisa terlihat dari bagaimana kemurnian Islam itu sendiri, dengan adanya
pelaku dan aktor utamanya yaitu Rasulullah Saw. Kemudian pada zaman selanjutnya, Islam mulai
menjadi peradaban, sahabat yang menjadi pemimpin membawa misi untuk mereformasi peradaban
dunia kepada yang lebih baik. Peradaban merupakan konotasi positif pada diri manusia yang
berkembang secara sadar menjadi manusia yang ideal.3
Pada setiap kepemimpinan Islam tentunya memiliki kemajuan-kemajuan (peradaban) yang
berbeda dan punya ide dan gagasan yang berbeda serta kebijakan-kebijakan yang berbeda pula baik itu
sebelumnya atau sesudahnya. Karena karakter dan sikap setiap pemimpin menentukan sebuah
wilayah.
Nabi Muhammad Saw. telah berdakwah selama 23 tahun dan berhasil meletakkan dasar-dasar
Islam yang sangat kokoh. Lebih dari itu beliau telah membangun pondasi peradaban Islam yang
berpusat di Madinah al-Munawwarah. Setelah Rasulullah Saw. wafat (12 Rabiul Awwal tahun 11H/
632M), Nabi Muhammad Saw. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin umat Islam. Beliau menyerahkan persoalan tersebut kepada
kaum muslimin untuk menentukannya.
Setelah Rasulullah Saw. wafat, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul untuk
memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Adapun hasil yang menjadi
kesepakatan dari hasil musyawarah tersebut adalah memilih Abu Bakar menggantikan tugas Nabi
sebagai kepala negara yang digelari dengan Khalifah. Pada perkembangan berikutnya umat Islam
mengalami fase baru dengan terbentuknya sistem kekhalifahan Islam yang utama di bawah
kepemimpinan Abu Bakar As-Shiddiq.
Sebelum Khalifah Abu Bakar Ra. wafat, beliau telah menunjuk Umar bin Khattab sebagai
pengganti posisinya, dengan meminta pendapat dan persetujuan dari tokoh-tokoh terkemuka diantara
kalangan sahabat. Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi yang terkenal memiliki
keistimewaan luar biasa dalam seluruh dimensi kehidupannya. Beliau masuk Islam pada tahun keenam
setelah kenabian ketika berumur 27 tahun.4
Umar bin Khattab tidak saja dikenal karena kemampuannya memperluas daerah kekuasaan umat
Islam dan menjalankan manajemen pemerintahan yang teratur, bahkan kebijakan Umar di bidang
keilmuan dan sosial memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perkembangan hukum Islam.
Untuk membuktikan kebenaran bahwa Umar bin Khattab adalah salah satu tokoh reformasi dalam
peradaban Islam, maka penulis tertarik untuk mengkaji pernyataan tersebut dalam makalah yang
berjudul “MENGENAL AMIRULMUKMININ UMAR BIN KHATTAB: TOKOH REFORMASI
OTORITAS KEDAULATAN ISLAM”.

3 Zainudin Sadar, Masa Depan Peradaban Muslim, Surabaya: Bina Ilmu, 1999, hal. 54.
4 Syibli Nu’mani, Umar yang Agung “Sejarah dan Analisa Kepemimpinan Khalifah II”, Bandung: Penerbit Pustaka, 1981, hal. 34.

1
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Umar bin Khattab?
2. Bagaimanakah kehidupan Umar bin Khattab sebelum dan setelah masuk Islam?
3. Bagaimanakah Umar bin Khattab menjadi Khalifah?
4. Apasaja hal-hal penting pada masa pemerintahan Umar bin Khattab?
5. Bagaimana siasat Umar bin Khattab dalam menyusun kabinet pemerintahannya?
6. Apa saja reformasi yang dilakukan Umar bin Khattab terhadap otoritas daulat Islam?
7. Bagaimana tragedi meninggalnya Umar bin Khattab?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui biografi Umar bin Khattab.
2. Mengetahui kehidupan Umar bin Khattab sebelum dan setelah masuk Islam.
3. Mengetahui proses pemilihan Umar bin Khattab menjadi Khalifah.
4. Mengetahui hal-hal penting pada masa pemerintahan Umar bin Khattab.
5. Mengetahui siasat Umar bin Khattab dalam menyusun kabinet pemerintahannya.
6. Mengetahui reformasi Umar bin Khattab terhadap otoritas daulat Islam.
7. Mengetahui tragedi meninggalnya Umar bin Khattab.

D. Tinjauan Pustaka
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), daulat adalah kekuasaan atau pemerintahan.5
Istilah kata daulat berasal dari bahasa Arab ‘daulah’ yang memilki makna: bergilir, beredar, dan
berputar (rotate, alternate, take turns, or accurriodically). Kata ini dapat diartikan sebagai kelompok
sosial yang menetap pada wilayah tertentu dan diorganisir oleh suatu pemerintahan yang mengatur
kepentingan dan kemaslahatan.6
Dalam istilah dari bahasa Inggris kedaulatan artinya souverignity. Istilah dari bahasa Prancis
kedaulatan artinya souverainete. Istilah dari bahasa Italia kedaulatan artinya sovransi. Istilah dari
bahasa latin kedaulatan artinya superamus. Makna dari istilah-istilah di atas semuanya memiliki arti
“tertinggi”. Jadi kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi atau kekuasaan yang tidak terletak di bawah
kekuasaan tertentu atau kekuasaan yang tertinggi yang ada dalam suatu negara.
Kata negara merupakan pemakaian istilah dari ketatabahasaan Indonesia yang memiliki arti:
pertama, organisasi disuatu wilayah yang mempunyai kekusaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh
seluruh rakyat; kedua, kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi
dibawah lembaga politik dan pemerintahan yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat
sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.7
Menurut KBBI, otoritas adalah kekuasaan yang sah yang diberikan kepada lembaga dalam
masyarakat yang memungkinkan para pejabatnya menjalankan fungsinya, hak untuk bertindak,
kekuasaan, wewenang, hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk memerintah orang
lain.8

5 https://kbbi.web.id/daulat-2 diakses pada Kamis, 11/11/2021, Pukul 11.11 CLT.


6 Olaf Schumann, Dilema Islam Kontemporer antara Masyarakat Madani dan Negara Islam, Vol.I No.2, Jakarta: Paramadina, 1999,
hal. 59.
7 Kamaruzzaman, Relasi Islam Dan Negara; Perspektif Modernis dan Fundmentalis, Magelang: Indonesia TERA, 2001, hal. 28.
8 https://kbbi.web.id/otoritas diakses pada Kamis, 11/11/2021, Pukul 11.11 CLT.

2
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

Otoritas menurut Robert Bierstedt dalam karangannya An Analysis of Social Power sebagaimana
dikutip oleh Miriam Budiardjo menyatakan authority adalah institutionalized power (kekuasaan yang
dilembagakan).9 Dengan nada yang serupa, Harold D. Lasweli dan Abraham Kaplan menyebut
authority adalah "kekuasaan formal" (formal power). Jadi, yang mempunyai wewenang (authority)
berhak mengeluarkan perintah dan membuat peraturan-peraturan serta berhak mengharapkan
kepatuhan terhadap peraturannya. Padahal kepatuhan hanya mungkin diperoleh bilamana ada
legitimasi atau keabsahan, yaitu adanya keyakinan anggota-anggota masyarakat bahwa wewenang yang
ada pada seseorang atau pengusaha adalah wajar dan patut dihormati.
Sedangkan reformasi berasal dari kata reformation dengan akar kata reform yang secara semantik
bermakna “make or become better by removing or putting right what is bad or wrong”. Reformasi
merupakan bagian dari dinamika masyarakat, dalam arti bahwa perkembangan akan menyebabkan
tuntutan terhadap pembaharuan dan perubahan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.
Reformasi juga bermakna sebagai suatu perubahan tanpa merusak (to change without destroying) atau
perubahan dengan memelihara (to change while preserving). Dalam hal ini, proses reformasi bukanlah
proses perubahan yang radikal10 dan berlangsung dalam jangka waktu singkat, tetapi merupakan
proses perubahan yang terencana dan bertahap.11
Dari tinjauan etimologis di atas, secara terminologi “Mengenal Amirulmukminin Umar bin
Khattab: Tokoh Reformasi Otoritas Kedaulatan Islam” berarti pengenalan sosok Umar bin Khattab Ra.
dan kontribusinya dalam pembaharuan dan perubahan wewenang pemerintahan Islam secara bertahap
dan terencana, menuju pemerintahan Islam yang lebih baik dan berkembang.
Dengan demikian, reformasi di atas bukan dimaksudkan sebagai upaya untuk melenyapkan,
menghilangkan atau menghapus dan membangun ulang kembali pemerintahan Islam, melainkan
sebagai upaya perubahan dan perkembangan pemerintahan Islam sesuai zaman berlandaskan Al-
Qur’an dan Hadis.

9 Miriam Budiarjo, Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa, Jakarta: Sinar Harapan, 1986, hal. 14.
10 Melenyapkan, menghilangkan atau menghapus sesuatu.
11 Pengertian reformasi, https://www.academia.edu/18196940/Pengertian_reformasi diakses pada Kamis, 11/11/2021, Pukul 11.11 CLT.

3
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat Umar bin Khattab
1. Nama, Nasab, Keluarga, Kunyah, Sifat, dan Ciri Fisik
Para sejarawan menyebutkan nasab Umar bin Khattab dari jalur ayah dan ibunya. Nasab dari
ayahnya adalah Umar bin Khattab, bin Nufail, bin Abdil Uzza, bin Riyaah, bin Abdillah,12 bin Qarth, bin
Razaah, bin Adiy, bin Ka’ab, bin Lu’ay, bin Ghalib, bin Fihr13 Al-Quraisy.14 Nasab Umar Ra. bertemu
dengan nasab Rasulullah Saw. pada Ka’ab bin Lu’ay.15 Ibunya adalah Hantamah binti Hasyim bin Al-
Mughirah, bin Abdullah, bin Umar bin Makhzum16 bin Yaqzhah bin Murrah bin Ka’ab, ibunda Umar
adalah saudara sepupu Abu Jahal.17
Umar Ra. lebih muda tigabelas tahun dari Rasulullah Saw.18 Kunyah (nama lain)-nya adalah Abu
Hafs19 Al-Quaisyi Al-Adawi Al-Faruq.20 Beliau diberi laqab Al-Faruq oleh Rasulullah Saw.21 Dikatakan
bahwa beliau digelari demikian, dikarenakan keberaniannya mengumumkan keislamannya, ketika
yang lain menyembunyikan keislaman mereka. Oleh karena itu, dia membedakan antara yang hak dan
yang batil. 22 Selain al-Faruq, Umar bin al-Khattab memiliki laqab lainnya yang dinisbahkan
kepadanya, yaitu al-Qawiy al-Amin (laqab yang diberikan Ali bin Abi Thalib), Al-Ushaili (laqab yang
diberikan sebagian murid-muridnya dari kalangan tabi’in).23
Meskipun memiliki keturunan dan nasab serta kedudukan yang terhormat di keluarganya, tetapi
pada masa jahiliyyah Umar Ra. dikenal memiliki sifat yang kejam, bengis, dan suka minum minuman
keras. Pada masa jahiliah dia menikahi banyak wanita, dan memiliki anak yang banyak. Akan tetapi
sebagian besar istrinya tersebut meninggal dunia. Diantara anak-anaknya yang menonjol adalah
Abdullah bin Umar dan Ummul Mukminin Hafshah. Anak-anaknya yang lain adalah Fathimah, ‘Ashim,
Abdurrahman al-Akbar, Abdurrahman al-Ausath, dan Abdurrahman al-Ashghar. Setelah menjadi
khalifah , Umar juga menikah dengan Ummu Kultsum putri Ali bin Abi Thalib.24
Setelah Umar bin Khattab memeluk Islam, dia menjadi seorang pemimpin yang tegas dan pemberani,
serta pejuang Islam yang sejati. Sifatnya adil, berwibawa, pemurah, memiliki semangat juang yang
tinggi, serta kecerdasan dan iman yang kokoh adalah pembawaan yang terpatri dalam kepribadian
Umar bin Khattab Ra.25

12 Muhamad Ash-Shalabi, Umar bin Khattab Syakhshiyatuhu wa Ashruhu, Damaskus: Daar Ibn Katsir, 2015, hal. 14.
13 Abu Faraj Abdurrahman bin Ali, Manaqib Amirul Mu’minin Umar bin al-Khattab, Kairo: Maktabah al-Tijariyah al-Kubro, 1331, hal. 2.
14 Achmad Sunarto, Biografi Umar bin Khattab, Surabaya: Aulia, 2014, hal. 11.

15 Amru Khalid, Khulafaur Rasul, Terj. Farur Mu’is, Jejak para Khalifah, Solo: Aqwam, 2007, hal. 69.

16 Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1994, hal. 210-211.

17 Ibnul Jauzi, Manaqib Amirulmukminin Umar ibn Khattab, Beirut: Dar al-Kitab alIlmiyyah, 1987, hal. 9. Muhammad Ridho, Umar ibn

al-Khattab al-Faruq, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, hal. 8. Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah, (terj. Al Bidayah
Wan Nihayah Masa Khulafa’ur Rasyidin), Jakarta: Dar al-Haq, hal. 168. Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khattab,
Jakarta: Khalifa, 2006, hal. 17.
18 Muhammad Al-Khudari, Tarikh al-Tasyri’ al-Islamy (Sejarah Pembinaan Hukum Islam), pent. Muhammad Zuhri, Semarang: Darul

Ihya, cet. pertama, hal. 43.


19 Muhammad Ali Quthb, Al-Khulafau al-Rasyidun, Beirut: Manahil al-Ghurfan, hal. 92-93.

20 Jalaludin As-Suyuti, Tarikh Khulafa, Jedah: Daar Minhaj, 2015, hal. 208.

21 Said bin Ali Al-Qahthani, Al-hikmatu fi Da’wah Ilallahi Ta’ala, terj. Masykur Hakim, Jakarta: Gema Insani Press, 1994, hal. 170.

22 Ibnu Katsir, loc.cit. Muhammad Ali Quthb, ibid, hal. 83. Muhammad Ridho, op. cit., hal. 19. Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, op.cit, hal.

19. Ibnul Jauzi, op. cit., hal. 18.


23 Abd al-Sattar al-Syaikh, Umar bin al-Khaththab: al-Khalifah al-Rasyidiy al-Adhim wa al-Imam al-Adl al-Rahim, Damaskus: Dar al-

Qalam, 2012, hal. 26-27.


24 Amru Khalid, op. cit., hal. 70-71.

25 Abbas Mahmoud Al-Akkad, Kecemerlangan Khalifah Umar Bin Khattab, Jakarta: Butan Bintang, 1978, hal. 37-38.

4
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

Menurut riwayat Ibn Katsir, Umar bin Khattab memiliki wajah putih agak kemerahan, tangannya
kidal dengan kaki yang lebar sehingga jalannya cepat sekali. Sedangkan rambutnya berombak, dan
janggutnya yang tebal dan nampak kekuning-kuningan sebab disemir menggunakan hena. Ketika ia
berbicara maka suaranya lantang.26 Secara fisik Umar Bin Khattab Ra. memiliki postur tubuh yang
sangat tegap, kuat, wataknya keras, pemberani, dan tidak mengenal gentar, siapapun musuh yang
berhadapan dengannya akan bertekuk lutut. Disisi lain, beliau memiliki kecerdasan yang luar biasa,
mampu memperkirakan hal-hal yang terjadi pada masa mendatang.27
Keunggulan yang dimiliki membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan masyarakat Arab,
sehingga beliau mendapat gelar singa padang pasir. Karena kecerdasan dan ketepatannya dalam
berfikir dan bertindak beliau juga dijuluki Abu Faiz.28

2. Kehidupan di Masa Jahiliah


Sebelum kedatangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., di dunia Arab terdapat
bermacam agama, yaitu paganisme, Kristen, Yahudi, Majusi, dan Masyarakat Arab telah mengenal
agama tauhid semenjak kehadiran Nabi Ibrahim As.29
Umar termasuk orang yang mengikuti kepercayaan leluhurnya, bahkan beliau adalah orang yang
paling keras dan kejam serta paling berani menghadapi orang yang meninggalkan kepercayaan leluhur.
Sikap kerasnya dan cepat naik darah itulah yang membuatnya sampai berlebihan dalam bertindak keras.
Sikap demikian itu sejalan pula dengan bawaannya yang kasar dan tegar. Dia memerangi mereka yang
meninggalkan penyembahan berhala tanpa kenal ampun, juga mereka yang menghina berhala-berhala
itu.30
Umar bin Khattab Ra. bersifat keras dan kasar karena berkembang dalam asuhan bapaknya yang
berwatak keras dan berhati kasar. Umar dibebani ayahnya menggembala unta dan kambing, memaksa
Umar bekerja sampai letih, dan Umar dipukul jika mengabaikan.31
Umar bin Khattab Ra. menghabiskan masanya dalam jahiliyah selama 30 tahun. Umar sama sekali
tidak dikenal kecuali pernah menjadi wakil utusan bagi Kaum Quraisy. Sebab jika terjadi perang diantara
Kaum Quraisy dan suku lain, maka Kaum Quraisy mengutus Umar sebagai utusan. Dan jika terdapat
orang yang membanggakan dan menjadi hakim dalam suatu perselisihan, maka mereka rela bila Umar
sebagai wakil mereka dalam hal tersebut.32
Selain terkenal di kalangan kaumnya sebagai utusan yang pandai berdiskusi, berdialog dan
memecahkan berbagai urusan. Beliau juga pedagang yang mahir dan tekuun dalam pekerjaannya. Beliau
terkenal akan temperamennya yang kasar, pendiriannya yang kokoh, dan memiliki kedudukan yang
tinggi.33

26 Ismail bin Umar Ibn katsir, Musnad al-Faruq Amir al-Mu`minin abi Hafsh Umar Bin Khaththab, Mekah: Dar Al-Falah, 2009, cetakan

pertama, jilid I, hal. 10.


27 Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Peradaban Islam menelusuri Jejak-Jejak Peradaban Islam di Barat dan di Timur, Yogyakarta: Saufa,

2014, hal. 82.


28 Arif Setiawan, Islam di Masa Umar Bin Khattab, Jakarta: Hijri Pustaka, 2002, hal. 2.

29 M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, hal. 59.

30 Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab, Sebuah Tela'ah Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya, Jakarta:

Litera Antar Nusa, 2011, hal. 19.


31 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, op. cit., hal. 18.
32 Muhammad Ridho, op. cit., hal. 10. Ibnul Jauzi, op. cit., hal. 11. Jalaluddin as Suyuthi, op. cit., hal. 86.

33 Abdullatif Ahmad Asyur, 10 Orang dijamin ke Surga, Jakarta: Gema Insani Press, 1994, hal. 44.

5
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

3. Kehidupan dimasa Islam


Umar masuk Islam ketika berusia 27 tahun, beliau mengikuti Perang Badar dan peperangan yang
terjadi setelahnya bersama Rasulullah Saw. Beliau juga pernah diutus berangkat bersama sebagian
tentara untuk memata-matai dan mencari informasi tentang musuh, terkadang menjadi pemimpin
dalam tugas ini.34
Setelah Umar bin Khattab Ra. masuk Islam, beliau menjadi seorang muslim yang keras dalam
agamanya, dan kekerasannya itu tidaklah membahayakan manusia, bahkan menjadi jaminan bagi
mereka. Bahwa seorang muslim, seorang dzimmi, dan seorang musyrik tidak perlu takut kepadanya
dalam hal-hal yang di luar ketentuan Al-Qur’an dan Sunah.35 Umar bin Khattab Ra. memiliki wibawa
besar dan disegani setiap orang yang melihatnya. Bahkan setan pun takut dan lari darinya. Nabi
Muhammad Saw. mengukuhkan sifat tersebut kepada Umar. 36 Ketika peristiwa hijrah, Umar bin
Khattab ikut hijrah ke Madinah seperti Muslimin yang lain, namun ada kisah menarik dibalik hijrahnya
Umar bin Khattab. Ali bin Abi Talib Ra. menyebutkan:
"Setahu saya semua Muhajirin hijrah dengan sembunyi-sembunyi, kecuali Umar bin Khattab.
Sesudah siap akan berangkat hijrah dibawanya pedangnya dan diselempangkannya panahnya
dengan menggenggam anak panah di tangan dan sebatang tongkat komando. Ia pergi menuju Ka'bah
sementara orang-orang Quraisy berada di beranda Ka'bah. Umar melakukan tawaf di Ka'bah tujuh
kali dengan khusyuk, menuju ke Maqam (Ibrahim) lalu salat. Setelah itu setiap lingkaran orang
banyak didatanginya satu persatu seraya berkata kepada mereka: Wajah-wajah celaka! Allah
menista orang-orang ini! Barang siapa ingin diratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim atau
istrinya menjadi janda, temui aku di balik lembah itu."
Sesudah Rasulullah Saw. merasa tenang di Madinah, pada waktu beribadah tiba, kaum Muslimin
datang berkumpul untuk salat. Rasulullah ingin menggunakan trompet seperti trompet orang Yahudi
untuk memanggil Muslimin. Tetapi ia tidak menyukai trompet, maka dimintanya menggunakan genta
yang ditabuh pada waktu salat seperti dilakukan orang Nasrani. Genta yang akan dibuat ditugaskan
kepada Umar bin Khattab agar keesokan harinya membeli dua potong kayu. Kemudian, ketika Umar
sedang tidur di rumahnya, beliau bermimpi: "Jangan gunakan genta, tetapi untuk salat serukanlah
azan." Umar pergi menemui Rasulullah memberitahukan mimpinya.
Sejak itu suara azan bergema di udara Medinah setiap hari lima kali, dan ini merupakan bukti yang
nyata bahwa Muslimin kini di atas angin, lebih unggul. Azan untuk salat merupakan seruan kepada
disiplin yang menambah kekuatan orang yang berpegang pada disiplin itu. Bahwa hal ini sudah
dikatakan Umar sebelum turun wahyu, suatu bukti bahwa agama telah menyerap ke dalam diri orang
kuat ini, sehingga pikirannya hanya tertumpu pada disiplin yang akan membuat agama ini makin kukuh
dan tersebar luas.37

34 Ibnu Katsir, op. cit., hal. 173. Muhammad Ali Quthb, op. cit., hal. 85-86.
35 Abbas Mahmoud al-Akkad, op. cit., hal.140.
36 Jaribah, op. cit., hal. 22.

37 Muhammad Husain Haekal, op. cit., hal. 41-44.

6
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

B. Kekhalifahan Umar bin Khattab Ra.


1. Pengangkatan Umar bin Khathab sebagai Khalifah
Setelah teks pernyataan38 yang dituliskan oleh Abu Bakar Ra. dibacakan di hadapan khalayak umat
Muslim oleh Utsman bin Affan, 39 diputuskanlah bahwa Umar bin Khattab akan menjadi khalifah
selanjutnya. Umar bin Khattab ditetapkan sebagai khalifah melalui musyawarah yang dihadiri oleh
para sahabat. Oleh karena itu, ketika Umar memilih wakilnya di pelosok negeri juga dipilih melalui
musyawarah bersama kaum Muslimin secara demokratis. Sahabat yang mengusulkan Umar bin
Khattab menjadi khalifah adalah Abu Bakar Ra. Salah satu alasan Abu Bakar memilih Umar adalah
sifatnya yang adil, selain itu beliau sudah dapat kepercayaan dari Ash-Shidiq dan menjadi tangan
kanannya pada masa kekhalifahannya.40
Ketika Abu Bakar wafat pada hari Senin, setelah maghrib dan dikuburkan pada malam itu juga,
bertepatan pada tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 H. Umar bin Khattab di baiat menjadi khalifah pada
hari wafatnya Abu Bakar Ash-Shidiq.41 Umar bin Khattab menggantikan seluruh tugas-tugas dengan
sebaik-baiknya sebagai amirul mu’minin. Orang yang pertama kali memanggilnya dengan gelar amirul
mu’minin adalah Al-Mughriah bin Syu’bah. Umar bin Khattab dikukuhkan menjadi khalifah kedua di
depan umum dan terbuka di Masjid Nabawi.42
Setelah dibai’at (dilantik) menjadi khalifah, Umar berpidato dihadapan umat Islam untuk
menjelaskan visi politik dan arah kebijaksanaan yang akan dilaksanakannya dalam memimpin
muslimin.43 Ketika Umar bin Khattab menjabat sebagai Khalifah beliau meneruskan kebijakan yang
dicanangkan oleh Abu Bakar, sambil melakukan pembenahan terhadap kebutuhan masyarakat. Beliau
selalu menginstruksikan kepada gubernurnya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada
rakyatnya.44
Khalifah Umar bin Khattab mendapat gelar sebagai Amirulmukminin. Sedangkan Negara yang
dipimpinnya disebut khilafah. Salah satu mekanisme pemerintahan yang penting ialah pembentukkan
majelis permusyawaratan yang anggotanya terdiri dari suku Aus dan Khazraj yang berfungsi sebagai
lembaga legislatif, lembaga yudikatif dilimpahkan kepada hakim sedangkan eksekutif dipimpin
langsung oleh khalifah Umar bin Khattab. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab majelis
permusyawaratan sangat ditonjolkan. Majelis ini dibentuk sebagai tempat konsultasi dan memecahkan
masalah-masalah penting yang dihadapi umat. Sehingga Umar pernah berkata bahwa kekhalifahan
tidak sah tanpa konsultasi atau tidak ada khilafah tanpa konsultasi. Umar menampakkan diri sebagai
demokrat sejati ketika beliau berkata “aku telah menyulitkanmu untuk berkumpul di sini agar kalian
menuruti kemauan- kemauanku”.45 Sistem musyawarah ini kemudian menjadi pedoman para
Khulafaur Rasyidin untuk memimpin Negara Madinah bercorak kekhalifahan pasca Nabi. Suatu sistem
kenegaraan Islam yang memiliki paradigma baru.

38 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006, hal. 409-410.
39 Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa, Jakarta, Qisthi Press, 2012, hal. 412.
40 Siti Mahmudah, Sejarah Peradaban Islam, Lampung: Syariah IRIL, 2016, hal. 64.

41 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, Fiqih as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah. Syiria: Daar

el-Fikr. Cet. Ke-44, 2020, hal. 377.


42 Munawir Syazali, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UIP, 1995, hal. 25.

43 Muhamad Iqbal, Fikih Siyasah, Jakarta: Pernamedia Group, 2014, hal. 63.
44 Abdul Halim Talli, Asas-Asas Peradilan dalam Risalah Al-Qada Kritik Terhadap Beberapa Asas Peradilan di Indonesia, Cet. I.

Yogyakarta: UII Press, 2014, hal. 6.


45 Sirajudin, Politik Ketatanegaraan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hal. 42.

7
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

2. Hal-hal penting dan Penaklukan-penaklukan pada masa Umar bin Khattab


Hal pertama yang dilakukannya setelah menjabat sebagai Khalifah adalah mencopot Khalid bin
Walid dari jabatan sebagai komandan pasukan dan menggantikannya dengan Abu Ubaidah. Kemudian
pada tahun berikutnya Umar menghimbau kaum muslimin untuk shalat tarawih berjama‘ah sebanyak
20 rakaat.46
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab telah terjadi penaklukan-penaklukan yang begitu
cepat. Penaklukan-penaklukan itu meliputi Irak, Iran, Siria, Palestina dan Mesir dalam waktu yang
singkat, yaitu selama sepuluh tahun kekhalifahannya. Daulat Islam yang awalnya kecil itu berubah
menjadi suatu kekaisaran yang besar dan kekuatan yang paling besar di dunia pada masa itu.47
Pada tahun ke-14 H, Damaskus berhasil ditaklukan dengan dua cara, yaitu damai dan kekerasan.
Sedangkan Hamsh dan Ba‘albak ditakulan secara damai, Bashrah dan Aballah ditaklukan dengan cara
kekerasan. Pada tahun ke-15 H, Yordania secara keseluruhan berhasil ditaklukan melalui kekerasan,
kecuali Thabriah ynag ditundukkan dengan damai. Ibnu Jurair menambahkan di dalam Tarikhnya
bahwa pada tahun ini, terjadi pula perang Yarmuk, dan Qadisiah. Kemudian pada tahun 16 H, Al-Ahwaz
dan Mada‘in ditaklukan.
Di tahun yang sama (16 H) terjadi perang Jalaula, Yazdegerd sang putra Kisra berhasil dikalahkan.
Takrit berhasil ditaklukan. Umar berangkat berperang kemudian menaklukan Baitul Maqdis dan
menyampaikan khutbanya yang sangat terkenal di Al-Jabiah. Pada tahun ini juga Qanasrin ditaklukan
dengan kekerasan. Haleb, Anthokiah dan Manbaj ditundukkan dengan peperangan. Pada tahun ke-17
H, Amirulmukminin memperluas Masjid Nabawi. Kemarau panjang yang terjadi menggugah beliau
agar mengajak penduduk untuk shalat istisqa’ (minta hujan).
Pada tahun ke-18, Pasukan kaum Muslimin yang tengah berada di Syam mendapat musibah wabah
Tha‘un. Setelah mendengar berita ini, Umar yang tengah menuju Madinah berkeinginan untuk kembali
lagi ke Syam. Lalu beliau meminta pendapat para sahabatnya. Menanggapi masalah ini, Abdur Rahman
bin Auf datang kepadanya seraya memberitakan bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda:
“Apabila kalian mendengar terjadinya suatu wabah di suatu negeri, maka jangalah kalian
datang ke negeri tersebut, dan apabila tejradi wabah di suatu negeri sedangkan kalian tengah
berada di negeri tersebut, maka janganlah kalian keluar melarikan diri darinya.” Oleh karena itu,
Umar kembali lagi ke Madinah.
Pada tahun ke-19 Hijriah, Qisariah ditaklukan dengan kekerasan. Pada tahun berikutnya,
Iskandariyah ditundukkan dengan kekerasan, kemudian Mesir secara keseluruhan ditaklukan dengan
damai. Di tahun ini pula Maroko ditaklukan dengan kekerasan. Tahun ke-21 Hijriah, Kota Iskandariah
dan Nahawand ditaklukan melalui kekerasan.
Tahun ke-22 Hijriah, Azerbaijan ditaklukkan dengan kekuatan, tetapi ada pula yang mengatakan
bahwa negeri ini ditaklukan dengan damai. Pada tahun ini pula Dainur, Hamdan, Tripoli barat dan
Rayyi ditaklukan menggunakan kekuatan. Pada tahun ke-23 Hijriah, sisa-sisa negeri Persia ditaklukan
(Kroman, Sejistan, Asfahan dan berbagai pelosoknya).48

46 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, loc. cit.


47 Ridwan, Fiqih Politik Gagasan, Harapan dan Kenyataan, Yogyakarta: FH UII Press, 2007, hal. 184.
48 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, op. cit., hal. 377-378.

8
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

C. Kebijakan-Kebijakan Umar bin Khattab Ra.


1. Kebijakan di Bidang Politik
Semenjak penaklukan Persia dan Romawi, daulat Islam menjadi adikuasa dunia yang memiliki
wilayah otoritas yang luas, meliputi Palestina, Syiria, Persia dan Mesir. Luasnya daerah otoritas Islam
ini membuat Amirulmukminin merasa perlu memahami dan menyempurnakan sistem pemerintahan
yang telah dijalankan khalifah Abu Bakar sebelumnya. Al-Faruq mengadakan reformasi yang signifikan
di dalam bidang administrasi negara dengan tetap menjadikan Kota Madinah sebagai pusat
pemerintahan Islam. 49 Dalam pemerintahan Umar terjadi banyak perubahan, beliau membangun
jaringan pemerintahan sipil yang sempurna tanpa memperoleh contoh sebelumnya, sehingga beliau
pantas mendapatkan julukan “Peletak Dasar/Pembangun Negara Modern”.50
Pada masa pemerintahan Abu Faiz ini, daulat Islam dikenal sebagai peradaban dengan sistem
pemerintahan yang modern, dikarenakan pada masa Al-Faruq inilah pembagian kekuasaan
pemerintahan yang menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif diperinci lagi lewat
undang-undang. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Al-Faruq mulai memisahkan antara kekuasaan
legislatif (majelis syura), yudikatif (qadhi/hakim) dan eksekutif (khalifah). Dengan demikian jauh
sebelum lahirnya “Trias Politica”, Amirulmukminin telah mengatur administrasi pemerintahannya
dengan sempurna.51 Amirulmukminin memisahkan antara kekuasaan eksekutif dan yudikatif, dengan
tujuan para qadhi sebagai pemegang kekuasaan yudikatif yang memutuskan suatu perkara terbebas
dari pengaruh kekuasaan eksekutif. 52 Mekanisme pelaksanaan otoritas-otoritas daulat Islam, antara
lain:
a. Otoritas Legislatif (Majelis Syura)
Salah satu mekanisme pemerintahan yang paling penting adalah pembentukkan majelis
permusyawaratan. Apabila masalah penting timbul dan memerlukan penjelasan, maka majelis
permusyawaratan dipanggil dan diajak untuk mendiskusikan serta mencari jalan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Keseluruhan negara Islam ini pada waktu itu dibagi menjadi dua
kelompok yakni Muhajirin dan Anshar. Mereka ini adalah pemimpin-pemimpin rakyat dan seluruh
Arab memandang mereka sebagai wakil-wakilnya.53
b. Otoritas Yudikatif (Qadhi)
Umar bin Khattab melakukan perubahan yang mendasar dalam kekuasaan peradilan yang
meisahkannya dari eksekutif. Umar bin Khattab mengangkat Zaid bin Tsabit, sebagai hakim di
Madinah. Sedangkan untuk hakim-hakim di daerah Umar bin Khattab mengangkat Syarih untuk
Basrah, Abu Musa Al- Asy‟ari untuk Kufah, dan Utsman bin Qais bin Abi al-A‟sh untuk Mesir.
Mereka diberi kewenangan yang luas dan bebas dari intervensi kekuasaan eksekutif. Namun yang
perlu digaris bawahi adalah bahwa hakim-hakim, baik di pusat maupun di daerah diberi wewenang
yang luas untuk menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan sengketa harta atau hukum

49 Sirajudin, op. cit., hal. 45.


50 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, op. cit., hal. 31.
51 Muhammad Iqbal, Pemikiran Politik Islam; dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal.

57.
52 Muhamad Imron, Sistem syuro' dalam penyelenggaraan pemerintahan Islam. IUS, 2015, Ed. 3 Vol. 7, hal. 131.
53 Syibli Nu’mani, Umar yang Agung; Sejarah dan Analisa Kepemimpinan Khalifah II, Bandung: Pustaka Salma ITB, 1981, hal. 45.

9
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

perdata. Sedangkan untuk masalah-masalah tindak pidana seperti Gashab atau Hudud, Umar
sendirilah yang menanganinya.54
c. Otoritas Eksekutif (Khalifah)
Kebijaksanaan yang dilakukan Umar bin Khattab sebagai kepala negara adalah
mengembangkan daerah kekuasaan Islam. Pembenahan birokrasi pemerintah, peningkatan
kesejahteraan rakyat, pembentukan tatanegara reguler yang digaji oleh negara, senantiasa
memperhatikan kemaslahatan rakyat dan melindungi hak-haknya. Umar juga menanamkan
semangat demokrasi, baik dikalangan rakyat maupun para pejabat negara.55

Selain reformasi administrasi pemerintahan, Umar bin Khattab Ra. juga menyusun birokrasi
pemerintahan dengan membuat departemen-departemen yang dikenal dengan dewan. Hans Wehr
dalam bukunya menyebutkan, kata dewan bermakna to record, write down, set down, put down in
writing. Dalam bentuknya yang lain dewan bermakna, account books of the treasury (in the older
Islamic administration).56
Oleh Al-Mawardî, dewan didefinisikan sebagai tempat untuk menyimpan apa-apa yang
berhubungan dengan negara seperti daftar pekerjaan dan proyek negara, daftar kekayaan negara,
siapa-siapa yang bertanggungjawab terhadap keduanya dan daftar tentara dan para pegawai negara.57
Sedangkan Al-Farra’ menyatakan bahwa dewan dibuat untuk memelihara segala apa yang
berhubungan dengan hak-hak pemerintahan (al-sulthanah), apakah berkenaan dengan tugas-tugas
atau harta benda serta berkenaan dengan hak dan kewajiban para tentara dan pegawai.58
Dengan memanfaatkan dewan tersebut, Abu Faiz dapat melakukan pembagian harta dari bayt al-
mal yang pada masa itu cukup melimpah sesuai dengan urutan-urutan kabilah dengan mendahulukan
terhadap orang yang paling dekat dengan Rasulullah. Jika suatu kaum sama dalam kedekatan dan
kekerabatannya dengan Rasulullah, maka didahulukan mereka yang masuk Islam terlebih dahulu dan
yang ikut berjihad dalam Islam. Di samping itu, Amirulmukminin juga menggunakan paramater siapa
yang paling membutuhkan.59
Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan yang dihasilkan oleh pemikiran keras Umar bin
Khattab ini diperoleh setelah berhasil memadukan sistem yang ada di daerah perluasan dengan
kebutuhan masyarakat yang sudah mulai berkembang pada saat itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kebijakan Umar bin Khattab dalam penataan birokrasi pemerintahan yaitu membangun jaringan
pemerintahan sipil yang sempurna. Serta membentuk departemen-departemen/dewan-dewan untuk
memperlancar mekanisme pemerintahan, antara lain: An-Nidham As-Siyasy (Organisasi Politik), An-
Nidham Al-Idary (organisasi tata usaha/administrasi negara), An-Nidham Al-Maly (organisasi
keuangan negara), An-Nidham Al-Harby (organisasi ketentaraan), An-Nidham Al-Qadla’i (organisasi
kehakiman).60

54 Muhammad Iqbal, Fikih Siyasah, loc. cit.


55 Sirajudin, op. cit., hal. 43.
56 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1979, hal. 303.

57 Abi al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Baghdadi al-Mawardi, Al-Ahkam Al-Sultaniyah, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, hal.

249.
58 Abu Ya’la Muhammad Ibn Husain al-Farra’, Al-Ahkam al-Sulthaniyah, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, hal. 265.
59 Muhammad Baltaji, Metodologi Ijtihad Umar bin al-Khaththâb, terj. Masturi Irham, Jakarta: Khalifa, 2005, hal. 406-407.
60 Muhammad Ashraf Lahore, terjemahan Karsidjo Djojosuwarno, Umar yang Agung, Bandung: Penerbit Pustaka, 1981, hal. 178.

10
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

2. Kebijakan di Bidang Sosial


Pada saat agama Islam telah meluas hingga ke Syam, Mesir dan Persia, agama Islam banyak
menjumpai kebudayaan baru yang hidup di negeri-negeri itu, sehingga timbullah berbagai macam
kesulitan dan masalah-masalah yang belum pernah ditemui oleh kaum muslim. Umar mengadakan
ijtihad dalam bidang fiqih, politik, ekonomi dan sosial dengan pengaruh yang begitu besar dalam
masyarakat Islam dan masyarakat Arab, baik yang tinggal di Ibukota atau bermukim di negeri-negeri
yang sudah dibebaskan. Pada masanya, ijtihad ini pulalah yang menyelamatkan kehidupan sosial dari
kemunduran. Dialah yang telah menjaga kehormatan jiwa Islam dalam hati kaum Muslimin di
manapun mereka berada.61
Teladan dan kebijakan Umar dalam bidang sosial telah ditanamkan ke dalam hati orang-orang
Arab, baik dari segi keberanian maupun dari strategi perang, sehingga keduanya tetap terjaga kuat.
Beliau melarang prajurit-prajurit mengolah tanah di Irak, Syam dan Mesir. Mereka harus tetap berada
dalam barak-barak sebagai prajurit pejuang. Kedaulatan Islam yang sudah terbentang luas adalah
akibat langsung kebijakan ini.62
Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru, tetapi juga memperbaiki dan
mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bilamana peraturan itu memang harus
diperbaiki dan diubah. Misalnya peraturan yang telah berlaku bahwa kaum Muslim diberi hak
menguasai tanah, Umar memperbaruinya bahwa tanah itu harus tetap di tangan pemiliknya semula
tetapi dikenai pajak tanah (kharaj).
Di antara ijtihadnya di bidang hukum yang cukup spektakuler yaitu; tidak melaksanakan hukuman
potong tangan terhadap pencuri yang terpaksa mencuri demi membebaskan dirinya dari kelaparan,
menghapuskan bagian zakat bagi para mualaf (orang yang dibujuk hatinya karena baru masuk Islam),
menghapuskan hukum mut’ah (kawin kontrak).63
Dengan melaksanakan ijtihad, Al-Faruq hanya ingin memberikan tuntunan dan pengertian bahwa
ajaran Islam itu tidak kaku, tapi bisa lentur dan luwes sesuai dengan perkembangan zaman dan
permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu pada substansi ajaran yang ada dalam Al-Qur’an
dan Hadis.
Pada tahun 638 M, Gubernur Irak Abu Musa al-Asy’ari berkirim surat kepada Amirulmukminin di
Madinah, beliau mengkritisi persuratan yang isinya memiliki tanggal dan bulan, tetapi tidak diberikan
keterangan tahun. Oleh karena itu khalifah Umar bin Khattab merespon positif untuk melakukan
reformasi kalender Islam. Beliau langsung membentuk panitia khusus membahas kalender Islam yang
melibatkan para ahli ijtihad yang terdiri Umar bin Khattab, Usman Bin Affan, Saad bin Abi Waqqas,
dan Zubair bin Awwam. Panitia kecil inilah yang berperan penting dalam bermusyawarah menentukan
awal permulaan kalender Islam.64 Khalifah Umar bin Khattab bersama para sahabatnya
bermusyawarah untuk menetapkan kalender Islam. Tim kecil ini berhasil menyaring beberapa
masukan atau pendapat tentang permulaan kalender Islam,
diantaranya:

61 Muhammad Husain Haekal, op. cit., hal. 659.


62 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003, hal. 88.
63 Muhammad Ashraf Lahore, op. cit., hal. 180.

64 Ruswa Darsono, Penanggalan Islam: Tinjaun Sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2009, hal. 110.

11
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

a. Permulaan kalender Islam dimulai pada saat kelahiran Rasulullah


Saw.
b. Permulaan kalender Islam dimulai sejak Nabi Muhammad Saw.
diangkat menjadi rasul
c. Permulaan kalender Islam dimulai pada saat peristiwa Isra Miraj
d. Permulaan kalender dimulai pada saat wafatnya Rasulullah Saw.
e. Permulaan kalender Islam dimulai dari Rasulullah Saw. Hijrah dari Mekah ke
Madinah.65
Keputusan khalifah Umar bin Khattab menjadi ijmak para sahabat pada waktu itu dan menjadikan
semangat hidup lebih baik lagi. Ijmak ini pun menjadi tonggak penetapan awal tahun Hijriah. Kalender
Hijriyah ini tidak sekedar diperlakukan sebagai kalender ibadah tetapi juga dijadikan sebagai kalender
umum (civil calendar) yang dipergunakan dalam menentukan berbagai persoalan kehidupan umat
Islam. Hampir semua kehidupan masyarakat ketika itu, khususnya tata kelola budaya, sosial
administrasi negara, berpatokan kuat pada sistem penanggalan Hijriah.66 Secara umum kalender
Hijriah mempunyai prinsip atau aturan berdasarkan dalil al-Qur’an dan Hadis sebagaimana yang
diungkapkan Ruswa Darsono sebagai berikut:
a. Allah mengamanatkan pengguna bilangan tahun dalam sistem penanggalan Islam.
b. Satu tahun Hijriyah terdiri dari 12 bulan.
c. Lama bulan dihitung berdasarkan fase bulan;
1) Pergantian bulan terjadi saat terlihatnya hilal atau dengan
menghitung pergerakan bulan dan matahari yang disebut dengan hisab.
2) Satu bulan terdiri dari 29 atau 30 hari yang disebut dengan rukyat.
d. Pergantian hari terjadi pada waktu magrib atau setelah matahari terbenam. 67
Kalender Islam (kalender Hijriyah) adalah murni kalender bulan (lunar calendar atau kalender
Qamariyah) yang memiliki 12 bulan yang mengikuti pergerakan bulan. Karena bulan sinodik68 (synodic
month) hanya memiliki 12 x 29, 53 hari, maka satu tahun kalender Qamariyah hanya memiliki 354,
36707 hari. Hal ini berarti bahwa kalender Islam secara konsisten lebih pendek sekitar 11, 256 hari dari
kalender Syamsiyah, oleh karena itu juga kalender Islam selalu bergeser (maju) terhadap kalender
Gregorian69 yang banyak dipakai oleh dunia internasional. Sistem kalender Hijriyah ini berdasarkan

65 Osman Raliby, Sejarah Tahun Hijriah dalam Arkanuddin, Masalah Kalender Menurut Yahudi, Nasrani, dan Nilai Theologis, Solo:

LTS, 1986, hal. 22-23. Nouruzzaman Shiddiq, Jeram-jeram Peradaban Muslim, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, hal. 83.
66 Susiknan Azhari, Penyatuan Kalender Islam, Makalah ini disampaikan pada lokakarya Internasional dalam tema “Penyatuan Kalender

Hijriah” di Semarang tanggal 12-13 Desember 2012, hal. 65.


67 Ruswa Darsono, op. cit., hal. 70-71.

68 Periode sinodis bulan merupakan selang waktu yang diperlukan bulan menempuh satu fase bulan tertentu dua kali secara berurutan.

Periode sinodis bulan mensyaratkan konfigurasi yang sama antara bulan, bumi dan matahari, jika waktu ijtimak atau konjungsi sebagai acuan maka
secara operasional setiap kedudukan bulan dan matahari mempunyai bujur ekliptika sama merupakan saat yang penting. Durasi yang dibutuhkan
oleh bulan berada dalam suatu fase bulan baru ke fase bulan baru berikutnya (phase of the moon/aujuh al-qamar) adalah 29,530588 hari atau 29
hari 12 jam 44 memit dan 2,8 detik. Lama waktu antara dua konjungsi (ijtimak) ini dikenal dengan nama periode sinodis (al-syahr al-qamar), dan
periode sinodis inilah yang menjadi kerangka dasar Kalender Hijriyah. Oleh karena itu, umur bulan hijriyah bervariasi antara 29 dan 30 hari. Baca
Montenbruck, O., dan Pfleger, T., Astronomy on The Personal Computer, Berlin: Spinger-Verlag, 1994 hal.40.
69 Gregorian adalah kalender yang sekarang paling banyak dipakai di Dunia Barat. Ini merupakan modifikasi Kalender Julian. Yang

pertama kali mengusulkannya ialah Dr. Aloysius Lilius dari Napoli-Italia, dan disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582.
Penanggalan tahun kalender ini, berdasarkan tahun Masehi. Kalender ini diciptakan karena Kalender Julian dinilai kurang akurat, sebab permulaan
musim semi (21 Maret) semakin maju sehingga perayaan Paskah yang sudah disepakati sejak Konsili Nicea I pada tahun 325 tidak tepat lagi. Lalu
pada tahun 1582, Kamis-4 Oktober diikuti Jumat-15 Oktober. Kalender Gregorius membagi menjadi dua kelas; tahun bias ayang memilki 365 hari
dan tahun kabisat dengan 366 hari dengan hari sisipan (intercalasy day) terjadi pada tanggal 29 Februari yang ditentukan berdasarkan; setiap
tahun genap habis dibagi empat adalah tahun kabisat, kecuali tahun genap dibagi 100, tahun krusial ini ditetapkan sebagai tahun kabisat hanya

12
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

pada rotasi bulan terhadap bumi dan awal bulannya atau visibilitas hilal dimulai manakala sudah
terjadi ijtimak, yaitu matahari tenggelam lebih dahulu dibandingkan bulan (Moonset after sunset).
Pada saat itu posisi hilal di atas ufuk untuk seluruh wilayah hukum.70 Sedangkan kapan hari dimulai,
terjadi sejak matahari tenggelam (magrib). Namun kajian mutakhir tentang Kalender Islam
Internasional terdapat perbedaan dalam memformulasikan ‘kapan dan dimana hari dimulai’ dan
persoalan ini menjadi salah satu problema dalam menetapkan penyatuan Kalender Islam
Internasional. Oleh karena itu sejarah membuktikan terciptanya perumusan unifikasi kalender Islam
tidak terlepas dari sebuah dukungan otoritas politik atau kekuasaan seperti yang dipelopori oleh
khalifah Umar Bin Khattab berdasarkan hasil ijtihad kolektifnya.
Pada pemerintahan ini juga, pendistribusian kas negara tidak lagi dilakukan secara serentak. Harta
baitulmal dikeluarkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan yang ada, bahkan diantaranya
disediakan dana cadangan.71 Adanya kebijakan mengenai dana cadangan yang disimpan untuk
keperluan darurat mengindikasikan adanya praktik manajemen dari seorang khalifah (pemimpin)
tentang perencanaan pengelolaan dana yang ada pada Baitulmal, mengingat ekspansi pada masa
khalifah Umar semakin meluas dan semakin banyak harta yang mengalir ke baitulmal kota Madinah
sebagai kas negara. Sudah menjadi suatu keharusan seorang pemimpin mempunyai manajemen yang
baik dalam kepemimpinan dengan segala kebijakannya. Sudah menjadi tanggung jawab bahwa khalifah
mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya. Menurut Taqiyuddin An-Nabhani baitulmal
juga menjadi supplier bagi seluruh rakyat dan sarana pemelihara keseimbangan ekonomi (economi
equilibrium).72

D. Tragedi Wafatnya Amirulmukminin Umar bin Khattab Ra.


Pada hari Rabu, 26 Dzulhijjah tahun 23 H, Umar bin Khattab keluar rumah sebelum matahari terbit
untuk mengimami shalat berjamaah. Sesampainya di masjid, beliau menunjuk beberapa orang untuk
meluruskan shaf belakang dan Umar bin Khattab sendiri yang meluruskan shaf pertama. Di saat Umar
bin Khattab baru mulai takbiratul ihram, tiba-tiba muncul seorang laki-laki menikamnya dengan
khanjar sebanyak tiga kali, dan salah satu tusukannya di bawah pusar. Kemudian setiap orang yang
berada distu berusaha mengepung dirinya, sampai ada salah seorang berhasil menjaringkan kain
kepadanya. Setelah melihat bahwa dirinya terikat dan tidak bisa berkutik, dia membunuh dirinya
dengan khanjar yang dibawanya.73
Setelah selesai shalat bejamaah, para jamaah membawa Umar bin Khattab pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Umar bin Khattab memanggil Ibnu Abbas untuk mencari tahu gerangan yang
telah mencoba membunuhnya sembari menunggu tabib yang telah di panggil keluarganya. Kemudian
Ibnu Abbas datang memberi kabar tentang gerangan yang telah mencoba membunuhnya, yaitu Fairuz
budak dari Mughirah bin Syu’bah. Mendengar kabar tersebut Umar bin Khattab tersenyum dan
berkata, “Alhamdulillah Kau matikan aku di tangan orang yang belum masuk Islam”.74

bila kuga dapat dibagi dengan 400. Baca Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2008, hal. 104. Baca
juga Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press, 2008, hal. 95-96.
70 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, cet. II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hal. 118.

71 Mohammad Hidayat, The Sharia Economic Pengantar Ekonomi Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2010, hal. 186.

72 Taqyudin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Prespektif Islam (An-Nidhan al-Iqtisadi fil Islam), penerjemah Moh.

Maghfur Wachid cetakan ke 5, Surabaya: Risalah Gusti, 2000, hal. 264-275.


73 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, op. cit., hal. 379.

74 Muhamad Ash-Shalabi, op. cit., hal. 550.

13
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

Orang yang membunuhnya adalah seorang Majusi bernama Abu Lu‘luah. Nama aslinya adalah
Fairuz, Orang berkebangsaan Persia yang berperang melawan kaum muslimin dalam perang
Nahawand, kemudian tertawan oleh kaum muslimin dan menjadi budak Mughirah bin Syu’bah.
Pekerjaannya sebagai pemahat, tukang kayu dan pandai besi, maka aksi penikaman Amirulmukminin
bisa kita pastikan bahwa mata pisau tersebut dari hasil kerjanya. 75
Disebutkan bahwa dia membunuh Umar bin Khattab Ra. karena pernah datang mengadu
kepadanya, tentang berat dan banyaknya kharaj (pajak) yang harus dia keluarkan. Lalu Umar bertanya;
“Apa pekerjaanmu?” kemudian Fairuz menjawab; “Aku seorang tukang kayu, pemahat dan pandai
besi”. Lalu Umar menjawabnya, “Pajakmu sudah sesuai dengan pekerjaanmu”. Kemudian dia pergi
sambil menggerutu: “Keadilan menjangkau semua orang kecuali aku”. Lalu dirinya berjanji akan
membunuhnya. Maka dipersiapkanlah sebilah khanjar (Khanjar adalah pisau besar yang bermata
dua)76 yang telah diasah dan diolesi dengan racun.
Saat itu, Abu Hafs merasa ajalnya tidak lama lagi. Beliau memanggil putranya Abdullah bin Umar
untuk menghitung hutangnya dan memintanya agar segera melunasinya. Dan hutangnya terhitung
86.000 dirham, Kemudian Umar meminta putranya melunasi dengan uangnya, jika belum cukup, agar
meminta kekurangannya dari bani Adi, jika masih belum cukup, maka mintalah ke Quraisy. Beliau juga
meminta putranya untuk pergi ke rumah Aisyah Ra. untuk meminta izin agar jasadnya boleh
dikebumikan di samping dua orang mulia, yaitu makam Rasulullah, dan Abu Bakar ash-Shiddiq.
Singkat kisah Aisyah mengizinkannya, kemudian putranya kembali untuk mengabari kabar tersebut
kepada ayahnya.77

75 Husein Haekal, Utsman bin Affan, Kairo: Maktabah Dar al-Mishriyyah al-Lubnaniyah, Cetakan Pertama, 2013, hal. 34.
76 Zainuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakar, Mukhtar ash-Shihhah, Muassasah Imdad, Kairo, Cet. pertama, Hal 195.
77 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, loc. cit.

14
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

BAB III
PENUTUP

Periode kepemimpian Umar bin Khattab adalah masa keemasan bagi umat Islam dalam
periode Khulafa ar-Rasyidin. Walaupun sebenarnya pada masa kepemimpinan politik
Rasulullah dan Abu Bakar daulat Islam sudah menjadi sebuah model negara yang
sejahtera, namun ketika itu Baitulmal belum permanen. Pada masa khalifah Umarlah daulat Islam
mengalami penyempurnaan. Kesempurnaan pemerintahan pada masa khalifah
Umar tidak hanya dilihat dari lahirnya institusi-institusi yang menopang dalam
pemerintahannya, akan tetapi kesempurnaan itu dapat dilihat dari bagaimana cara Umar
mencurahkan kekuasaan negara untuk kesejahteraan rakyatnya dengan pengelolaan
harta baitulmal.
Sepanjang sejarah khilafah rasyidah, ekspansi terluas yang pernah tecapai adalah pada masa Umar
bin Khattab Ra. Pada saat beliau meninggal kekuasaannya telah mencapai Alexandria, Najran, Kerman,
Khurasan, Rayy, Tabriz dan seluruh Syiria. Luasnya wilayah otoritas daulat Islam, tidak menghambat
Amirulmukminin untuk memberikan peranan yang besar serta menyejahterakan warganya.
Kebijakan-kebijakan politik Umar bin Khattab, Umar telah membagi kekuasaan secara terpisah
yaitu kekuasaan legislatif (Majelis Syura), yudikatif (Qadha’) dan eksekutif (Khalifah). Kebijakan ini
menunjukan bahwa Umar memang seorang negarawan dan administrator yang bijak. Dengan adanya
pemisahan kekuasaan tersebut, sehingga pemerintah dapat berjalan dengan baik dan membawa kepada
kemaslahatan umat Islam.
Umar bin Khattab Ra. juga terkenal dengan kekritisannya, banyak muncul ijtihad-ijtihad beliau
pada masa pemerintahannya. Selain itu juga, sistem tahun hijriah juga beliau terapkan. Selanjutnya
kebijakan sosial Umar bin Khattab dalam bidang sosial antara lain, sangat perhatian terhadap kondisi
rakyat serta berupaya memberikan pelayanan serta perlindungan bagi penduduk yang berdiam di
wilayah kekuasaan Islam, bahkan terhadap penduduk yang beragama non-Islam sekalipun.

15
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

DAFTAR PUSTAKA
Al-Akkad, Abbas Mahmoud. 1978. Kecemerlangan Khalifah Umar Bin Khattab. Jakarta: Butan
Bintang.
Al-Azizi, Abdul Syukur. 2014. Sejarah Peradaban Islam menelusuri Jejak-Jejak Peradaban Islam di
Barat dan di Timur. Yogyakarta: Saufa.
Al-Buthi, Muhammad Said Ramadhan. 2020. Fiqih as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi
al- Khilafati ar-Rasyidah. Syiria: Daar el-Fikr.
Al-Farra, Abu Ya’la Muhammad Ibn Husain. 1994. Al-Ahkam al-Sulthaniyah. Beirut: Dar al-Fikr.
Al-Haritsi, Jaribah bin Ahmad. 2006. Fikih Ekonomi Umar bin al-Khattab. Jakarta: Khalifa.
Ali, Abu Faraj Abdurrahman. 1331. Manaqib Amirul Mu’minin Umar bin al-Khattab. Kairo: Maktabah
al-Tijariyah al-Kubro.
Al-Khudari, Muhammad. Tarikh al-Tasyri’ al-Islamy (Sejarah Pembinaan Hukum Islam), pent.
Muhammad Zuhri. Semarang: Darul Ihya.
Al-Mawardi, Abi al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Baghdadi, Al-Ahkam Al-Sultaniyah.
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Al-Qahthani, Said bin Ali. 1994. Al-hikmatu fi Da’wah Ilallahi Ta’ala, terj. Masykur Hakim. Jakarta:
Gema Insani Press.
Al-Quraibi, Ibrahim. 2012. Tarikh Khulafa. Jakarta: Qisthi Press.
Al-Syaikh, Abd al-Sattar. 2012. Umar bin al-Khaththab: al-Khalifah al-Rasyidiy al-Adhim wa al-
Imam al-Adl al-Rahim. Damaskus: Dar al-Qalam.
An-Nabhani, Taqyudin. 2000. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Prespektif Islam (An-Nidhan
al-Iqtisadi fil Islam), penerjemah Moh. Maghfur Wachid. Surabaya: Risalah Gusti.
Ash-Shalabi, Muhamad. 2015. Umar bin Khattab Syakhshiyatuhu wa Ashruhu. Damaskus: Daar Ibn
Katsir.
As-Suyuti, Jalaludin. 2015. Tarikh Khulafa. Jedah: Daar Minhaj.
Asyur, Abdullatif Ahmad. 1994. 10 Orang dijamin ke Surga. Jakarta: Gema Insani Press.
Azhari, Susiknan. 2008. Ensiklopedi Hisab Rukyat, cet. II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azhari, Susiknan. 2012. Penyatuan Kalender Islam. Semarang: Lokakarya.
Bakar, Zainuddin Abu Abdillah Muhammad Abu. Mukhtar ash-Shihhah. Kairo: Muassasah Imdad.
Baltaji, Muhammad. 2005. Metodologi Ijtihad Umar bin al-Khaththâb, terj. Masturi Irham. Jakarta:
Khalifa.
Budiarjo, Miriam. 1986. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Sinar Harapan.
Darsono, Ruswa. 2009. Penanggalan Islam: Tinjaun Sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan.
Yogyakarta: LABDA Press.
Haekal, Husein. 2013. Utsman bin Affan. Kairo: Maktabah Dar al-Mishriyyah al-Lubnaniyah.
Haekal, Muhammad Husain. 2011. Umar bin Khattab, Sebuah Tela'ah Mendalam Tentang
Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya. Jakarta: Litera Antar Nusa.
Hamka. 1994. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD.
Hasan, Hasan Ibrahim. 2006. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Hidayat, Mohammad. 2010. The Sharia Economic Pengantar Ekonomi Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim.
Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah, (terj. Al Bidayah Wan Nihayah Masa
Khulafa’ur Rasyidin). Jakarta: Dar al-Haq.
Imron, Muhamad. 2015. Sistem syuro' dalam penyelenggaraan pemerintahan Islam. IUS.
Iqbal, Muhamad. 2014. Fikih Siyasah. Jakarta: Pernamedia Group.
Iqbal, Muhammad. 2010. Pemikiran Politik Islam; dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jauzi, Ibnul. 1987. Manaqib Amirulmukminin Umar ibn Khattab. Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah.
Kamaruzzaman. 2001. Relasi Islam Dan Negara; Perspektif Modernis dan Fundmentalis, Magelang:
Indonesia TERA.
Karim, Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

16
Kajian Sejarah
dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Sabtu, 13 November 2021

Katsir, Ismail bin Umar. 2009. Musnad al-Faruq Amir al-Mu`minin abi Hafsh Umar Bin Khaththab.
Mekah: Dar Al-Falah.
Khalid, Amru. 2007. Khulafaur Rasul, Terj. Farur Mu’is. Jejak para Khalifah, Solo: Aqwam.
Khazin, Muhyidin. 2008. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka.
Lahore, Muhammad Ashraf. 1981. terjemahan Karsidjo Djojosuwarno, Umar yang Agung. Bandung:
Penerbit Pustaka.
Mahmudah, Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Lampung: Syariah IRIL.
Muhammad Ridho, Umar ibn al-Khattab al-Faruq. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Murtadho, Moh. 2008. Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press.
Nu’man, Syibli. 1981. Umar yang Agung “Sejarah dan Analisa Kepemimpinan Khalifah II”. Bandung:
Penerbit Pustaka.
Pfleger, Montenbruck. 1994. Astronomy on The Personal Computer. Berlin: Spinger-Verlag.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan Penelitian. Jakarta:
Arruz Media.
Quthb, Muhammad Ali. Al-Khulafau al-Rasyidun. Beirut: Manahil al-Ghurfan.
Raliby, Osman. 1986. Sejarah Tahun Hijriah dalam Arkanuddin, Masalah Kalender Menurut Yahudi,
Nasrani, dan Nilai Theologis. Solo: LTS.
Ridwan. 2007. Fiqih Politik Gagasan, Harapan dan Kenyataan. Yogyakarta: FH UII Press.
Sadar, Zainudin. 1999. Masa Depan Peradaban Muslim. Surabaya: Bina Ilmu.
Salzman, Michel de. 1987. The Encyclopedia of Religion. New York: Macmillan Publishing Company.
Schuman, Olaf. 1999. Dilema Islam Kontemporer antara Masyarakat Madani dan Negara Islam.
Jakarta: Paramadina.
Setiawan, Arif. 2002. Islam di Masa Umar Bin Khattab. Jakarta: Hijri Pustaka.
Shiddiq, Nouruzzaman. 1996. Jeram-jeram Peradaban Muslim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sirajudin. 2006. Politik Ketatanegaraan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sunarto, Achmad. 2014. Biografi Umar bin Khattab. Surabaya: Aulia.
Syalabi, Ahmad. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna Baru.
Syazali, Munawi. 1995. Islam dan Tata Negara. Jakarta: UIP.
Talli, Abdul Halim. 2014. Asas-Asas Peradilan dalam Risalah Al-Qada Kritik Terhadap Beberapa
Asas Peradilan di Indonesia. Yogyakarta: UII Press.
Wehr, Hans. 1979. A Dictionary of Modern Written Arabic. Wiesbaden: Otto Harrassowitz.
https://kbbi.web.id/daulat-2
https://kbbi.web.id/otoritas
https://www.academia.edu/18196940/Pengertian_reformasi

17

Anda mungkin juga menyukai