Anda di halaman 1dari 6

Menuju Generasi Qur’ani

Rasulullah Muhammad diutus dengan tugas memperbaiki bumi dan penghu­


ninya. Beliau hadir di tengah generasi yang telah lalai dan lupa kepada pencipta-
Nya. Mereka hidup dalam arus jahiliyyah. Syahwat adalah tuhan mereka. Hukum
yang ditegakkan adalah hukum rimba, siapa yang kuat memakan yang lemah.
Bumi harus kembali baik. Keadilan harus ditegakkan. Kesejahteraan harus
dikembalikan untuk semua. Manusia harus hidup dengan cara manusia dengan
kehormatannya.
Apa kurikulum yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala kepada Rasul-
Nya. Tidak ada lain. Hanya satu. Al-Qur’an al-Karim. Nabi tidak mendapatkan
panduan lain kecuali Al-Qur’an dan bimbingan wahyu yang redaksionalnya dari
beliau, yang disebut dengan hadits.
Untuk itulah Al-Qur’an menjadi selalu menjadi talk ukur. Saat Al-Qur’an ini
hidup di sebuah generasi, maka pasti akan menjadi generasi unggulan pemimpin
bumi. Saat Al-Qur’an ini jauh dari generasi, maka masyarakat bumi akan kembali
gelap dalam dekapan kejahiliyyahan dan muslim tidak mampu menjadi pemim­
pinnya.

Al-Qur’an yang Pertama dan Utama


Imam Muslim (no. 1353) dalam shahihnya meriwayatkan, bahwa Nafi’ bin
Abdul Harits bertemu Umar bin Khattab di ‘Usfan. Umar mengangkat Nafi’
sebagai gubernur Mekah.
Nafi’ bertanya: Siapa yang kamu angkat jadi pejabat bagi masyarakat al-
Wadi.
Umar menjawab: Ibnu Abza.
Nafi’ bertanya: Siapa Ibnu Abza?
Umar menjawab: Salah satu mantan budak kami.
Nafi’ heran: Anda angkat seorang budak?
Umar menjelaskan: Dia ahli Al-Qur’an, dia juga ahli ilmu Islam. Selanjutnya
Umar berkata: Sesungguhnya Nabi kalian shallallahu alaihi wasallam pernah ber­
sabda,
“Sesungguhnya Allah mengangkat dengan al-Kitab (Al-Qur’an) ini masyarakat-
masyarakat dan dengannya pula menghancurkan yang lain.”
Inilah masa pemerintahan adil yang disaksikan oleh seluruh penduduk bumi.
Semua ahli hingga hari ini pun bersaksi betapa hebatnya Umar sebagai seorang
pemimpin tertinggi dan salah satu pemimpin besar di bumi saat itu. Pemikirannya
di berbagai bidang masih hidup hingga hari ini. Dan ternyata inilah salah satu tolak
ukur kepemimpinan yang adil itu. Yaitu siapapun yang ahli dalam Al-Qur’an dan
ilmu Islam, maka berhak menjadi pemimpin walau dia mantan budak.
Untuk itulah kita menyaksikan, sepanjang Al-Qur’an ini masih menjadi kepedu­
lian masyarakat Islam, mereka masih memimpin bumi ini dengan keadilan. Mari
kita baca sebagian fakta orang-orang besar dalam sejarah Islam berikut ini:

a. Para ulama rabbani lahir ketika Al-Qur’an menjadi yang pertama dan uta-
ma:
• Imam Syafi’i (150 H - 204 H). Hafal Al-Qur’an ketika usia 7 tahun.
• Imam Ath-Thabari ( 224 H – 310 H). Hafal Al-Qur’an usia 7 tahun.
• Ibnu Qudamah ( 541 H – 620 H). Hafal Al-Qur’an usia 10 tahun.
• Ibnu Hajar al-Atsqalani (w: 852 H) hafal Al-Qur’an usia 9 tahun

b. Para ilmuwan muslim lahir ketika Al-Qur’an menjadi yang pertama dan
utama:
• Ibnu Sina ( 370 H- 428 H), Hafal Al-Qur’an umur 10 tahun.
• Ibnu Khaldun ( 732 H- 808 H). Hafal Al-Qur’an usia 7 tahun.
• Al-Biruni (362 H – 440 H). Hafal Al-Qur’an usia kecil (usia baligh ketika
itu kira-kira 15 tahun)

c. Para pemimpin muslim lahir ketika Al-Qur’an menjadi yang pertama dan
utama:
• Umar bin Abdul Aziz (61 H – 101 H) pemimpin yang menyelesaikan
permasalah bangsa hanya dalam 29 bulan. Hafal Al-Qur’an saat masih
kecil
• Muhammad al-Fatih (833 H – 886 H) Penakluk Konstantinopel. Hafal
Al-Qur’an di usia kecil
Jadi, jelas sekali untuk kita. Mereka telah mengirimkan pesan untuk kita
bahwa mereka hadir menjadi orang besar di bumi ini bahkan namanya masih
terus hidup hingga hari ini begitu juga ilmu dan karyanya, karena ternyata
mereka menjadikan Al-Qur’an yang pertama dan utama.

Menghidupkan Al-Qur’an Seutuhnya


Pertanyaannya adalah apa hubungan antara kebesaran mereka dengan Al-
Qur’an sebagai yang pertama dan utama. Hal ini memerlukan pembahasan
khusus, tetapi di sini akan coba diringkas untuk sebuah pandangan umum.

80 | Kuttab Al-Fatih: Pilar Peradaban


Kalimat awal yang jelas benar adalah: Allah Subhanahu Wa ta’ala yang
menciptakan manusia dengan tugas memakmurkan bumi. Dan Al-Qur’an
adalah panduan dari Yang Maha Menciptakan. Bukankah itu sudah pas?
Berikut ini beberapa jawaban global tentang hubungan Al-Qur’an dengan
kebesaran seseorang:
1. Al-Qur’an adalah kalamullah yang menjadi petunjuk hidup untuk kita
di dunia ini hingga masuk ke dalam Surga Allah Subhanahu Wa ta’ala
2. Al-Qur’an mengandung ilmu dunia dan akhirat. Sebuah ensiklopedi
terlengkap dengan jumlah ayat yang sangat sedikit. Banyak ilmu dunia
yang belum diungkap dari Al-Qur’an. Dan inilah petunjuk lengkap un­
tuk memakmurkan bumi ini .
3. Al-Qur’an membuat psikis stabil. Kestabilan jiwa mutlak harus dimiliki
oleh generasi pemimpin yang baik. Kebahagiaan yang bersumber dari
hati, juga harus dimiliki agar maksimal dalam memimpin masyarakat­
nya. Yang paling utama adalah kesucian jiwa yang menjamin kebaikan
dalam kepemimpinan.
4. Al-Qur’an meningkatkan berlipat-lipat kemampuan otak. Akal yang
merupakan tempat berpikir, merencanakan, mengambil keputusan,
kreatifitas, dan seterusnya menjadi satu-satunya andalan peradaban
hari ini. Tidak ada kemampuan akal yang maksimal dan aman, sema­
ksimal dan seaman akal yang basah dengan Al-Qur’an.
5. Al-Qur’an memberikan manfaat secara kesehatan fisik. Baik mengo­
bati ataupun menjaga. Siapapun yang akan memimpin bumi ini pasti
harus mempunyai fisik yang sehat seperti Rasulullah agar bisa melak­
sanakan dengan baik semua tugas besarnya
6. Al-Qur’an memperbaiki kemampuan interaksi kita dengan orang lain
dari sisi komunikasi, bergaul dengan akhlak mulia, mempengaruhi
orang, kepedulian dan sebagainya. Hal ini pun harus dimiliki oleh pe­
mimpin hebat, karena mereka harus berinteraksi dengan masyarakat
yang menjadi amanah dalam hidupnya.
Subhanallah, semua hal tersebut hari ini telah melewati laboratorium
penelitian. Kesemua hasilnya membuktikan kemukjizatan Al-Qur’an.
Abu Ya’qub az-Zayyat bertanya kepada muridnya apakah dia hafal Al-
Qur’an. Sang murid menjawab tidak. Dan inilah kalimat Abu Ya’qub:
Tolong ya Allah…seorang murid tidak hafal Al-Qur’an! Seperti buah Utruj-
jah yang tidak ada aromanya.
Maka, dengan apa dia menikmati (hidupnya)?
Dengan apa dia bersenandung?
Dengan apa dengan munajat kepada Tuhannya?”
Agar Al-Qur’an bisa hidup seperti itu, maka harus ada beberapa hal yang
kita lakukan terhadap Al-Qur’an:
• Tartil (membaca dengan tajwid)
• Tahfidz (menghafal)
• Tafsir

Modul Kuttab Satu | 81


• Tadabbur
• Ta’lim (mengajarkan)
Tartil menuntut kita untuk belajar membaca dengan tajwid.
Tahfidz adalah program berkelanjutan yang intensif untuk berupaya meng­
hafal Al-Qur’an
Tafsir telah menjadi ilmu baku dibahas oleh para pakarnya. Kita tinggal me­
nikmati hasil penafsiran yang bersandar pada ilmu yang benar
Tadabbur menjadi tugas setiap kita yang akan kita bahas pada tulisan ini
Ta’lim untuk menjamin kebaikan bagi kita dan sampainya Al-Qur’an kepa­
da umat ini

Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Inspirasi (Tadabbur)


Setiap kita bisa mencoba untuk mentadabburi Al-Qur’an. Tentu dengan
keterbatasan kita masing-masing. Apa yang kita renungkan dari Al-Qur’an
sebaiknya sering dicek kepada ahlinya yang menguasai tafsir. Jika ternyata
benar, pujilah Allah Subhanahu Wa ta’ala. Jika salah, maka segeralah kembali
kepada yang benar. Panduan ini bagi yang bukan ahli bahasa Al-Qur’an juga
bukan ahli tafsir.
Ini beberapa langkah yang bisa membantu kita berinteraksi dengan Al-Qur’an:
1. Luruskan niat dan jadilah orang yang semakin bertaqwa
Karena Allah Subhanahu Wa ta’ala akan membimbing orang yang ikhlas
dan memberikan ilmu bagi orang yang bertaqwa. Allah Subhanahu Wa ta’ala
berfirman, “...Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu” (Qs. Al-Baqarah: 282).

2. Bacalah Al-Qur’an kemudian bacalah artinya


Sesungguhnya arti itu hanya mendekatkan dan memudahkan yang tidak
mampu berbahasa Al-Qur’an. Makna sesungguhnya ada dalam kitab tafsir
dan dalam bahasa aslinya. Tapi setidaknya terjemahan bisa membantu bagi
banyak orang.

3. Renungilah kandungannya dengan baik dan hubungkanlah dengan kebu-


tuhan kita hari ini
Seperti ayat: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Qs. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini begitu gamblang untuk dipahami. Tinggal dipraktekkan. Bahwa
ciri orang beriman adalah selalu berusaha untuk memeriksa kembali den­
gan teliti semua berita yang dia dapatkan. Karena tanpa itu, bisa berakibat
buruk.

4. Perhatikan kaitan ayat dengan ayat-ayat sebelum dan atau sesudah


Ada sebuah ilmu besar tersendiri yang disebut dengan ilmu munasabah. Teta­
pi setidaknya di sini kita mencoba untuk merenungi hubungan antara satu ayat

82 | Kuttab Al-Fatih: Pilar Peradaban


dengan ayat yang lain. Untuk membuktikan kemukjizatan susunan Al-Qur’an.
Contoh ketika kita ingin bicara tentang sebagian fungsi alam semesta di
sekitar kita. Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman,
“Untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air
itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (Qs. Qof: 11)
Sebelum ayat ini, Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman tentang hujan yang
diturunkan untuk menumbuhkan pohon-pohon yang bisa kita panen. Ayat ini
menyampaikan fungsi lain dari hujan dan tumbuhan itu yaitu sebagai rizki, meng­
hidupkan tanah yang telah mati dan mengingatkan kita akan hari kebangkitan.
Begitulah kita jadikan ini pelajaran saat kita berbicara tentang fungsi alam
semesta. Fungsi secara ilmiah, fungsi syukur dan fungsi imani.
5. Ambillah literatur penunjang renungan kita seperti tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Ibnu Katsir cukup memadai bagi pembelajar awal tafsir.
Contoh pada ayat di atas. Ketika Allah Subhanahu Wa ta’ala mengibarat­
kan kebangkitan manusia dari alam kubur seperti hujan yang menumbuhkan
pepohonan dari dalam tanah. Untuk detail penjelasan tamsil ini, bukalah lit­
eratur tersebut.
Begitu juga ketika kita ragu atau ingin tahu tentang sebuah tema yang se­
dang kita tadabburi.

6. Perhatikan urutan ayat atau urutan kata dalam ayat


Tidak ada yang kebetulan dalam urutan ayat-ayat. Atau urutan kata-kata
dalam satu ayat. Urutan tersebut tidak sesederhana yang kita bayangkan ten­
tang urutan biasa atau kebetulan. Pasti ada pelajaran besar di sana.
Contoh:
43. “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
44. Dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan” (Qs. An-Najm)
Kedua ayat ini berurutan. Di dalam masing-masing ayat juga ada urutan.
Kalau kita deretkan menjadi: Allahlah yang telah membuat orang TERTAWA,
MENANGIS, MATI, HIDUP.
Ini bukan sekadar urutan. Ini adalah urutan kehidupan manusia. Untuk
mengetahui hal menggelitik ini, maka kembali bukalah tafsir Ibnu Katsir. Atau
literatur-literatur kontemporer tentang kemukjizatan ilmiah Al-Qur’an, baik
buku ataupun web di antaranya: kaheel7.com (ada versi bahasa Indonesia­
nya), 55a.net (berbahasa Arab).

7. Renungilah hikmah pengulangan-pengulangan


Terkadang kita menjumpai pengulangan itu dalam satu surat, atau dalam
satu pembahasan tema. Pengulangan itu bisa berupa kalimat bisa berupa
kata. Kesemuanya tidak ada yang kebetulan, pasti ada pelajarannya.
Contoh kalimat yang diulang 4 kali dalam Surat al-Qomar (ayat: 17, 22, 32, 40)
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran?”

Modul Kuttab Satu | 83


Fungsi pertama dari pengulangan yang pasti adalah untuk menguatkan
dan menekankan pembahasan. Tetapi ketika kita gunakan poin 6, kita akan
menemukan walaupun kalimatnya sama tetapi ada penekanan tema yang
berbeda ketika kita perhatikan urutan ayat-ayat.

8. Berikan porsi yang besar untuk merenungi setiap kata dan alur pada kisah
Lebih dari sepertiga Al-Qur’an adalah kisah. Porsi yang sangat besar. Se­
hingga kita pun harus memberikan porsi yang besar untuk merenungi hikmah
kisah itu bagi kehidupan kita hari ini.
Perhatikan detail pada kata-kata yang digunakan, alur bertutur, penoko­
han dan sebagainya (seperti kita sedang mengkaji sebuah kisah).
Renungilah umpamanya kisah seseorang yang dirahasiakan namanya oleh
Al-Qur’an tetapi sangat dahsyat keimanan dan keberaniannya. Saat Firaun
sangat murka kepada Musa, dia malah membela Musa dengan terang-tera­
ngan di hadapan Firaun. Dan hebatnya, Firaun tidak marah kepadanya. (Qs.
Al-Mukmin 28-35)

9. Perhatikan cara Al-Qur’an bertutur


Poin ini tidak bicara isi ayat. Tetapi lebih memperhatikan cara Al-Qur’an
menuturkan isi.
Contoh Surat al-Ahzab ayat 28:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini
kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu
mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.”
Ayat ini hingga ayat 34 untuk memperbaiki istri-istri Nabi. Tetapi lihatlah
cara Al-Qur’an bertutur. Ayat justru memulai perintah kepada suami. Bu­
kankah ini pelajaran pertama untuk suami?
Lihatlah pula ayat mengajari suami (Nabi) cara komunikasi dengan wanita
(istri): bahasa yang halus, tidak kasar sama sekali, tetapi jelas dan pasti mena­
kutkan bagi wanita karena berujung pada cerai.

Silakan buka Al-Qur’an sekarang dan renungi apa saja dengan bantuan
poin-poin di atas.
Ya Allah bimbing kami...
Wallahu a’lam



84 | Kuttab Al-Fatih: Pilar Peradaban

Anda mungkin juga menyukai