Anda di halaman 1dari 19

TAHAPAN AKHIR DARI KEHIDUPAN RASULULLAH SAW

Disusun Oleh:
Dzakir Muhammad Yafi Ali Qamar

IKATAN KELUARGA PONDOK MODERN (IKPM)


KAIRO, MESIR
2021
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

Abstrak

Kehidupan Rasulullah SAW adalah kehidupan yang penuh teladan, acuan dakwah, sekaligus
sebagai pedoman hidup. Beliau adalah teladan dalam ketaatan, teladan dalam beribadah dan berakhlak
yang mulia, dan teladan dalam bermuamalah yang baik serta dalam menjaga kehormatan dan
kemuliaan.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui perjuangan Rasulullah Saw beserta
para ghazi dalam dakwah menyiarkan agama Islam. Untuk mengetahui apasaja tantangan dalam
perjuangan dakwah Rasulullah Saw. Untuk mengetahui faktor penunjang keberhasilan dakwah
Rasulullah Saw.
Dari data atau hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa konsep dakwah
dalam sirah Nabi Muhammad Saw adalah berlandaskan kepada petunjuk Allah SWT yaitu berupa
wahyu (Al-Qur’an), yang secara berangsur-angsur Allah SWT turunkan. Rasulullah Saw dalam
melaksanakan tugas dakwahnya yaitu secara bertahap. Dan dalam melaksanakan tugas dakwahnya
Rasulullah Saw mengalami tantangan, dicaci-maki, ditentang, dihalangi, dibujuk, diprovokasi,
dikhianati, difitnah, diperangi, didustakan, diboikot hingga mau dibunuh.
Adapun faktor penunjang keberhasilan dakwah dalam penyebaran agama Islam adalah: Nabi
Muhammad Saw memiliki jiwa yang kuat, tabah, ulet, mandiri, jiwanya bersih, akhlaknya bagus, sabar,
teguh pendirian, memiliki sifat yang mulia, jujur, dapat dipercaya, santun, tingkah laku terpuji,
bijaksana, suci jiwa, baik budi. Nabi Muhammad Saw memiliki istri-istri dan sahabat-sahabat yang
setia yang beriman yang selalu berloyalitas membantu beliau dalam berdakwah. Nabi Muhammad Saw
menyampaikan dakwah beliau bukan dengan paksaan, melainkan dengan keterangan yang jelas,
argumentasi yang santun dan tatacara yang baik serta Nabi Muhammad Saw selalu istiqamah dalam
berdakwah.
Dalam makalah kali ini penulis akan menjelaskan perjuangan pada beberapa peperangan yang
dialami Rasulullah Saw diakhir-akhir masa kehidupannya. Kemudian dilanjutkan lembaran
penyebaran delegasi untuk menjalin hubungan bilateral antar kabilah, kisah Haji Wada’, dan masa-
masa akhir kehidupan Rasulullah Saw.
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian keperpustakaan (library research), yang mana data bersumber dari
Al-Qur’an, Hadis dan literatur-literatur Sirah Nabawiyah dan juga buku-buku yang ada relevansinya
dengan penelitian ini, yaitu pengumpulan wawasan ilmiah dan penjelasannya dengan menggunakan
berbagai buku atau sumber tertulis.1

Kata Kunci: Dakwah, Delegasi, Ghazi.

1 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan Penelitian, Jakarta: Arruz Media, 2011, hal. 161.

i
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

DAFTAR ISI

Abstrak ........................................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................................. 1

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 3

A. Lembaran Perjuangan dan Peperangan ............................................................................................ 3

1. Ghazwah Hunain.............................................................................................................................. 3

2. Ghazwah Thaif ................................................................................................................................. 6

3. Ghazwah Tabuk ................................................................................................................................ 7

4. Abu Bakar Menunaikan Haji ........................................................................................................... 8

B. Lembaran Delegasi dari Berbagai Kabilah ......................................................................................... 8

1. Pengiriman Petugas yang Mengurusi Sedekah ............................................................................... 8

2. Pengiriman Satuan Pasukan ............................................................................................................ 9

3. Para Utusan yang Datang Menyatakan Keislamannya ................................................................. 9

C. Haji Wada’ ............................................................................................................................................ 9

D. Wafatnya Rasulullah Saw ................................................................................................................... 13

BAB III ......................................................................................................................................................... 14

PENUTUP .................................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 16

ii
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode setelah penaklukan Mekah adalah tahapan akhir bagi perjalanan hidup Rasulullah Saw.
Tahapan yang menggambarkan keberhasilan dakwah Islam, yang semua itu berjalan setelah melalui
proses perjuangan jihad yang panjang, ditempuh dengan kelelahan, rintangan, ujian, goncangan,
cobaan, pertempuran, dan peperangan berdarah yang dihadapinya selama 20-an tahun.
Penaklukan Mekah merupakan bagian keberhasilan terpenting yang pernah diperoleh kaum
Muslimin selama bertahun-tahun. Sebuah keberhasilan yang dapat mengubah hari-hari dan atmosfir
(keadaan) kehidupan bangsa Arab. Oleh sebab itu, ketundukan kaum Quraisy dianggap sebagai
kesudahan bagi agama Paganis (berhala) di semenanjung Jazirah Arab.2
Periode tahapan akhir kehidupan Rasulullah dapat diklasifikasikan menjadi 2 episode: Pertama,
episode perjuangan dan peperangan. Kedua, episode saling berlomba-lomba berbagai kabilah masuk
Islam. Kedua episode tersebut memiliki jalinan yang bertautan dan silih berganti. Oleh karena itu,
penulis akan menjelaskan beberapa episode tersebut pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab terjadinya Ghazwah Hunain, Ghazwah Thaif dan Ghazwah Tabuk?
2. Berapa jumlah Ghazi dalam setiap Ghazwah?
3. Bagaimana siasat Rasulullah Saw dalam membagi barang rampasan perang?
4. Siapakah pemenang setiap Ghazwah?
5. Apakah tujuan perjalanan Haji Abu Bakar?
6. Apakah tujuan Rasulullah mengirim delegasi satuan pasukan?
7. Delegasi dari kabilah manasaja yang menyatakan keislamannya?
8. Bagaimana Perjalanan Haji Wada’?
9. Bagaimana Wafatnya Rasulullah Saw.?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami penyebab terjadinya Ghazwah Hunain, Ghazwah Thaif dan Ghazwah Tabuk.
2. Mengetahui jumlah Ghazi dalam setiap Ghazwah.
3. Mengetahui siasat Rasulullah Saw dalam membagi barang rampasan perang.
4. Mengetahui pemenang setiap Ghazwah.
5. Mengetahui tujuan perjalanan Haji Abu Bakar.
6. Mengetahui tujuan Rasulullah mengirim delegasi satuan pasukan.
7. Mengetahui kabilah manasaja yang menyatakan keislamannya.
8. Mengetahui perjalanan Haji Wada’.
9. Mengatahui wafatnya Rasulullah Saw.

2 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Damam, Daar Ibn Hazm, 1435, hal. 415.

1
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

D. Tinjauan Pustaka
Pengertian dakwah secara etimologi (Bahasa) adalah kata dasar masdar dari kata kerja da’a-yad’u
yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. 3 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), dakwah
diartikan sebagai penyiaran. Penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat. Dengan
berdakwah, berarti individu tersebut berusaha menyeru kepada msyarakat untuk memeluk,
mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.4 Sedangkan Delegasi adalah pelimpahan wewenang dari
atasan kepada bawahan dalam lingkungan tugas tertentu dengan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkannya kepada yang mengatasi.5
Ghazi adalah istilah dalam Bahasa Arab yang merujuk kepada orang-orang yang terlibat dalah
ghazwah. Secara Bahasa ghazwah berasar dari akar kata ghaza-yaghzu-ghazwan yang artinya
berperang dan peperangan. Sedangkan secara istilah Ghazwah adalah peperangan-peperangan yang
diikuti oleh Rasulullah Saw. Maka Ghazi orang-orang yang ikut menyertai Ghazwah bersama
Rasulullah Saw.6

3 Hafidz Anshari, Ensiklopedi Islam Jilid 1 ABA-FAR, Vol. 1, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, hal. 280.
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada Sabtu, 07/08/2021, Pukul 11.11 CLT.
5 Ibid.
6 Nur Wahid Al-Ghuffron, Nila-nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah Saw, Salatiga, IAIN, 2018, hal. 10.

2
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

BAB II

PEMBAHASAN

A. Lembaran Perjuangan dan Peperangan


1. Ghazwah Hunain7
Penaklukan Mekah tak ubahnya seperti pukulan telak yang membuat bangsa Arab termangu-
mangu dan kabilah-kabilah terdekat dikejutkan oleh realita yang tidak bisa dielakan. Oleh karna itu
hanya kabilah-kabilah yang masih memiliki kekuatan dan kecongkakan sajalah yang berani menolak
untuk menyerahkan diri. Di antara kabilah yang memelopori kecongkakan tersebut adalah kabilah-
kabilah Hawazin dan Tsaqif turut bergabung bersama mereka beberapa kabilah lain seperti Nashr,
Jusyam, Sa’d bin bakr, sekelompok manusia dari Bani Hilal, yang seluruhnya berasal dari keturunan
Qais Aailan. Kabilah-kabilah itu merasa masih memiliki kemuliaan dan kehormatan sehingga tidak
begitu saja bertekuk lutut di bawah kekuasaan Islam. Mereka bergabung dengan Malik bin Aufan –
Nashri dan memutuskan untuk bergerak menyerang kaum muslimin.8
Ghazwah ini terjadi pada bulan Syawal tahun ke-8 Hijriyah.9 Sebabnya, karena para pemimpin
suku Hawazin dan Tsaqif merasa tidak senang melihat kemenangan yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya dan kaum Muslimin yang telah berhasil menaklukan kota Mekkah, dan bangsa Quraisy. Dibawah
pimpinan Malik bin Auf, salah seorang tokoh Hawazin, mereka menghimpun suatu kekuatan besar di
Authas (tempat antara Mekkah dan Thaif) dengan mengerahkan seluruh harta kekayaan, wanita dan
anak-anak mereka. Hal ini mereka lakukan agar mereka tidak lari meninggalkan medan pertempuran,
demi mempertahankan keluarga, harta kekayaan dan anak. Menghadapi kekuatan ini Rasulullah saw
pada tanggal 6 Syawal bergerak menuju mereka bersama 12.000 ghazi (pasukan) Muslimin. 10.000
dari penduduk Madinah dan 2.000 dari penduduk Mekkah.10
Ghazi tiba di medan Hunain pada tanggal 10 Syawwal, sedangkan pasukan Malik bin Auf telah tiba
dahulu ditempat. Pada awal peperangan, Ghazi berhasil dicerai-beraikan oleh serangan tiba-tiba dari
musuh, sehingga ada 6 orang yang gugur dan 6.000 orang terluka, 11 namun berkat kesabaran dan
ketabahan Rasulullah Saw beserta orang-orang terdekatnya, mereka dapat membalikkan keadaan dan
berhasil mengalahkan mushnya. Korban yang tewas dari kalangan musuh dalam perang ini berasal dari
Bani Tsaqif saja yang berjumlah 70 orang. Dalam ghazwah ini, Ghazi mendapatkan harta rampasan
berupa 6.000 orang tawanan, 24.000 ekor unta, lebih dari 40.000 ekor kambing dan 4.000 uqiyah
perak. 12 Beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari ghazwah Hunain:
a. Menyebar Intel ke dalam Berisan Lawan untuk Mengetahui Ihwal Mereka
Tindakan tersebut dibolehkan, bahkan wajib jika diperlukan. Tindakan inilah yang dilakukan
Rasulullah Saw dalam ghazwah Hunain ini. Beliau telah mengutus Abdullah bin Abu Hadrad al Aslami

7 Lembah dekat Thaif 25 KM dari Mekah.


8 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 416.
9 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Syiria, cet.Ke-43,
Daar el-Fikr, 2020, hal. 302.
10 Syaikh Muhammad Al-Khudari, Nurul Yaqin fi Sirah Sayyidi-l-Mursalin, cet. Pertama, Daar el-Shadr, Beyrut, 2005. Hal. 185.
11 https://kisahmuslim.com/4763-peperangan-di-masa-rasulullah-bagian-33.html#more-4763 diakses pada Sabtu, 07/08/2021, Pukul

19.11 CLT.
12 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 418-420.

3
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

untuk mencari berita tentang jumlah serta perlengkapan musuh dan menginformasikannya kepada
kaum Muslimin. Mengenai masalah ini tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para Imam. 13
b. Imam boleh Meminjam Senjata dari Kaum Musyrikin untuk Memerangi musuh
Kaum Muslimin
Yang dimaksudkan senjata dalam hal ini adalah setiap peralatan dan perlengkapan perang yang
diperlukan oleh tentara. Sedangkan peminjaman itu boleh dengan gratis ataupun sewa. Cara kedua
inilah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dalam peperangan ini. Beliau menyewa senjata dari Shafwan
bin Umaiyah yang pada waktu itu masih musyrik. Hal ini masuk ke dalam keumuman hukum, meminta
bantuan kepada orang-orang kafir dalam peperangan. Masalah ini telah dibahas ketika mengomentari
perang Uhud. Sekarang menjadi jelas bagi kita bahwa meminta bantuan kepada orang-orang kafir
dalam peperangan terbagi kepada dua macam:
1) Meminta bantuan personil dari mereka untuk berperang bersama kaum Muslimin. Masalah ini
telah dibahas pula dalam perang Uhud. Dalam pembahasan tersebut dikatakan bahwa tindakan
ini dibolehkan apabila diperlukan dan kaum Muslimin dapat menjamin kejujuran dan kesetiaan
para personil tersebut.
2) Meminta bantuan senjata dan peralatan-peralatan perang lainnya. Kebolehan masalah ini
tidak diperselisihkan lagi asalkan tidak menodai kehormatan kaum Muslimin dan tidak
menyebabkan masuknya kaum Muslimin di bawah kekuasaan orang lain atau mengkibatkan kaum
Muslimin meninggalkan sebagian kewajiban agama. Ketika Shafwan bin Umaiyah (atau Uyainah)
meminjamkan (menyewakan) senjata kepada Rasulullah saw adalah dalam keadaan kalah dan
lemah, sedangkan Rasulullah saw dalam posisi kuat. 14
c. Keberanian Rasulullah Saw Dalam Peperangan
Kita dapat lihat suatu keberanian yang langka dan menakjubkan. Ketika seluruh kaum Muslimin
terpencar di lembah dan lari meninggalkan medan pertempuran, hanya seorang diri Rasulullah saw
bertahan dengan tegar di tengah kepungan dan serangan mendadak yang dilancarkan musuh dari
segala penjuru. Nabi saw bertahan dengan tegar dan menakjubkan, sehingga pengaruhnya menyentuh
jiwa para sahabat yang lari meninggalkan medan pertempuran. Demi menyaksikan ketegaran dan
keteguhan ynag ditunjukkan Nabi saw inilah maka semangat dan keberanian para sahabat bangkit
kembali.
Setelah meriwayatkan peristiwa ghazwah Hunain ini Ibnu Katsir di dalam tafsirnya berkata “Aku
berkata: Ini merupakan puncak keberanian yang sempurna. Di tengah berkecamuknya pertempuran
seperti ini tanpa perlindungan pasukannya Rasulullah saw dengan tenang tetap berada di atas
untanya (atau baghal) yang tidak pandai berlari dan tidak bisa digunakan untuk berlari kencang
meninggalkan medan atau melancarkan serangan. Bahkan Rasulullah saw mengendalikan untanya
ke arah mereka seraya meneriakkan namanya agar diketahui oleh orang yang tidak mengenalnya
hingga Hari Kemudian. Kesemuanya ini tidak lain hanyalah merupakan keyakinan (tsiqah) kepada
Allah, tawakal kepada-Nya dan kesadaran bahwa Allah pasti akan menolongnya, menyempurnakan
Risalah-Nya dan memenangkan agama-Nya atas semua agama”.15

13 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 307.
14 Ibid.
15 Ibid, hal. 308.

4
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

d. Kepergian Wanita untuk melakukan Jihad bersama kaum Lelaki


Bagaimanapun, sesungguhnya keluarnya wanita bersama kaum lelaki ke medan jihad disyaratkan
harus benar-benar tertutup dan terjaga. Juga karena suatu keperluan yang sangat mendesak. Jika tidak
sangat mendesar atau diperkirakan akan mengakibatkan terjatuh melakukan hal-hal yang dilarang
maka kepergiannya adalah haram.
Perlu kita ketahui bahwa hukum-hukum Islam terkait antara yang satu dengan yang lainnya.
Tidak boleh dipilih hukum Islam tertentu sesuai dengan keinginan hawa nafsu dan karena sebab-sebab
tertentu, tetapi meninggalkan hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya. Tindakan
seperti ini tidak diragukan lagi adalah sebagaimana yang dimaksudkan oleh firman Allah swt :
“Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab dan ingkar kepada sebagian yang lain?
Tiadakah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan
dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat
berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”.16
e. Larangan membunuh Wanita, Anak-anak dan Budak dalam Jihad
Hal ini seperti ditegaskan oleh hadits Rasulullah saw ketika beliau melihat wanita (atau anak) yang
(terlanjur) dibunuh oleh Khalid bin Walid. Semua Ulama dan Imam sepakat atas masalah ini.
Dikecualikan dari ketentuan ini, apabila mereka ikut serta berperang secara langsung menyerang kaum
Muslimin. Mereka boleh dibunuh jika sedang aktif melancarkan perlawanan dan wajib menghindari
(membunuhnya) jika mereka melarikan diri.17
Dikecualikan juga dari ketentuan ini, jika kaum kafir menjadikan mereka sebagai tameng hidup
sedangkan kaum kafir itu tidak mungkin dapat dihancurkan kecuali dengan (terpaksa) membunuh
mereka (juga). Hal ini dibolehkan. Dalam hal ini Imam harus mengikuti apa yang menjadi tuntutan
kemashlahatan.18
f. Hukum Mengambil Benda Yang Melekat pada Musuh yang Terbunuh
Imam Abu Hanifah dan Malik berpendapat bahwa ia adalah hukum yang ditetapkan atas dasar
Imamah (sebagai pemimpin) saja. Dengan demikian, maka boleh mengambil barang yang melekat di
tubuh musuh yang dibunuhnya itu tergantung dari pada izin Imam. Jika Imam tidak mengijinkan maka
barang-barang (salb) itu digabungkan kepada barang rampasan (ghanimah) dan pembagiannya
diberlakukan sesuai dengan hukum ghanimah.19
g. Jihad Tidak berarti iri hati terhadap kaum Kafir
Ini seperti ditunjukkan oleh riwayat yang telah disebutkan bahwa sebagian sahabat berkata
kepada Nabi Muhammad Saw dalam perjalanan pulang mereka setelah pengepungan kota Thaif:
“Berdo‘alah kepada Allah untuk Tsaqif dan bawalah mereka (kepada kami)”. Ini berarti jihad tidak
lain hanyalah pelaksanaan kewajiban amar ma‘ruf nahi munkar. Ia adalah tanggung jawab semua
manusia terhadap sesamanya, untuk membebaskan diri dari siksa abadi di Hari Kiamat. Oleh sebab
itu, kaum Muslimin tidak sepatutnya memanjatkan do‘a untuk orang lain kecuali do’a terlimpahkannya
hidayah dan perbaikan. Karena tujuan ini merupakan hikmah disyariatkannya jihad. 20

16 Q. S al-Baqarah : 85.
17 Ibid.
18 Mughni Muhtaj, 4:223, Ahkam Sulthaniyah, 4.
19 Ahkam Qarafi, 38.
20 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. cit., hal. 310.

5
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

h. Kapan Seorang Prajurit Berhak Memiliki Ghanimah


Ini berarti, seorang penguasa atau imam tidak boleh menggunakan wewenang ada kekuasaannya
untuk memaksa orang agar melepaskan hak dan harta kekayaannya yang sah. Bahkan Allah tidak
membolehkan hal tersebut kepada seorang Rasul sekalipun. Itulah keadilan dan persamaan sejati yang
benar-benar mengagumkan. Biarlah terkuburkan keadilan palsu yang ingin bersembunyi di balik nilai-
nilai Ilahiyah yang agung ini.21
i. Kebijaksanaan Islam Tentang orang-orang Mu‘allaf 22
Telah kita ketahui bahwa Nabi saw mengkhususkan kepada para penduduk Mekkah yang baru
masuk Islam pada tahun penaklukannya (Fath-Hu Makkah) dengan melebihkan pemberian ghanimah,
dalam pembagian ghanimah kali ini tidak diberikan kaidah persamaan diantara para Mujahidin yang
berperang. Tindakan Rasulullah saw ini oleh para Imam dan Fuqaha’23 dijadikan sebagai dalil bahwa
Imam boleh melebihkan pemberian kepada kaum Mu‘allaf sesuai dengan kemashlahatan penjinakan
hati mereka. Bahkan Imam wajib melakukan hal ini bila diperlukan dan tidak ada halangan jika
pemberian itu diambilkan dari barang rampasan. Karena pertimbangan yang sama pula maka orang-
orang Mu‘allaf ini punya bagian khusus di dalam harta zakat. Penguasa atau Imam dapat memberikan
harta zakat kepada mereka, manakala diperlukan dan sesuai kemashlahatan Islam. 24
2. Ghazwah Thaif
Pada hakikatnya, ghazwah ini merupakan kelanjutan dari Ghazwah Hunain. Hal ini dikarenakan
mayoritas sisa-sisa Bani Hawazin dan Bani Tsaqif yang melarikan diri ke Thaif bersama panglima
mereka Malik bin Auf. Rasulullah menempatkan Khalid bin Walid dibaris terdepan bersama seribu
ghazi. 25 Ghazi berhasil memenangkan pertempuran 26 setelah berhasil mengepung musuh selama
kurang lebih 40 hari lamanya.27
a. Pembagian Harta Rampasan di Ji’ranah
Setelah selesai masa pengepungan, Rasulullah beranjak pulang dan tinggal di Ji’ranah selama
sepuluh malam lebih. Kemudian membagikan harta rampasan perang kepada para mu’alaf
penduduk Mekkah yang baru masuk Islam, Rasulullah saw memberikan ghanimah dan sejumlah
pemberian guna mengikat hati mereka kepada Islam. Tetapi ada sebagian kaum Anshar yang
merasa keberatan atas tindakan ini dan menggerutu.
Setelah mendengar berita tersebut, Rasulullah saw kemudian memerintahkan agar orang-orang
Anshar dikumpulkan di suatu tempat khusus. Setelah mereka berkumpul, Rasulullah saw berdiri
di hadapan mereka menyampaikan khutbah khususnya:
“Wahai kaum Anshar, aku telah mendengar perkataan kalian! Bukankah ketika aku datang
kalian masih dalam keadaan tersesat kemudian Allah memberikan hidayah kepada kalian
dengan perantaraan aku? Bukankah ketika itu kalian masih bermusuhan kemudian Allah
mempersatukan hati kalian dengan perantaraanku? Bukankah ketika itu kalian masih hidup
menderita kemudian Allah membuat kalian berkecukupan dengan perantaraanku?”

21Ibid. hal. 311.


22Orang yang baru masuk Islam.
23Ahli-ahli Agama (Fiqih)
24 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. cit., hal. 311.
25 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 421.
26 Loc. Cit., https://kisahmuslim.com/4763-peperangan-di-masa-rasulullah-bagian-33.html#more-4763 diakses pada Sabtu,

07/08/2021, Pukul 19.11 CLT.


27 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Loc. Cit., hal. 421.

6
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

Setiap kali Rasulullah bertanya, mereka menjawab: “Benar! Allah dan Rasul-Nya lebih
pemurah dan utama.” Setelah selesai mendengar ucapan Rasulullah Saw hinga akhir, kaum
Anshar menangis hingga jenggot mereka basah oleh air mata. Kemudian menjawab: “Kami rela
mendapatkan Allah dan Rasul-Nya sebagai pembagian dan jatah kami”. 28
b. Kedatangan Delegasi Hawazin
Setelah harta rampasan selesai dibagikan, datanglah 14 delegasi Hawazin yang dipimpin oleh
Zuhair bin Surad, diantara mereka terdapat Abu Barqan paman Nabi sesusuan, lalu mereka masuk
Islam dan memohon mengembalikan tawanan perang yang telah dibagikan, karena disana terdapat
sanak keluarga mereka.
Karena mereka telah masuk Islam, akhirnya Rasulullah memberikan perintah kepada para
Ghazi yang telah mendapat jatah harta rampasan perangnya agar mengembalikan sebagian
darinya. Setelah diberi beberapa nasihat, akhirnya para Hawazin mendapatkan kembali keluarga
mereka.29
c. Melaksanakan Umrah
Setelah selesai pembagian harta rampasan perang, Rasulullah Saw menunaikan ibadah Umrah
dengan berihram dari sana, kemudian meninggalkan Mekah untuk kembali ke Madinah bersama
kaum Anshar. Rasulullah mengangkat ’Itab bin Usaid sebagai penguasa atas Mekah. Rasulullah
tiba di Madinah pada enam hari terakhir bulan Dzulqa’dah tahun delapan Hijriah. 30
3. Ghazwah Tabuk
Pada Jumadil Awal tahun kedelapan Hijriah, Romawi cukup terkejut dengan perlawanan kaum
Muslim di ghazwah Mu’tah,31 yang terjadi akibat dibunuhnya Haris bin Azdi oleh Syurahbil bin Amr
al-Ghassani ketika diutus untuk membawa risalahnya untuk pemimpin Bushra. Kemudian Rasulullah
Saw mengirim Ghazi khusus yang dikomandani oleh Zaid bin Haritsah sehingga terjadilah ghazwah
sengit di Mu’tah. 32
Akibat perang tersebut, kabilah-kabilah Arab yang dijajah Romawi mulai berani melakukan
perlawanan. Dalam perang tersebut telah gugur sahabat-sahabat dekat Rasulullah Saw salah satunya
panglima Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah.33
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa‘ad, kaum Muslimin mendapat berita dari para pedagang yang kembali
dari negeri Syam, bahwa orang-orang Romawi telah menghimpun kekuatan besar dengan dukungan
orang-orang Arab Nasrani dari suku Lakham, Judzam dan yang berada di bawah kekuasaan Romawi.
Setelah pasukan mereka sampai di Balqa‘, Rasulullah saw memobilisir kaum Muslimin untuk
menghadapi mereka. Thabarani meriwayatkan dari hadits Ibnu Hushain bahwa jumlah personi tentara
Romawi sebanyak 40.000 orang.
Peperangan ini berlangsung pada bulan Rajab tehun kesembilan Hijriyah, di puncak musim panas
dan ketika orang-orang menghadapi kehidupan yang sangat sulit. Pada saat yang sama, musim buah-

28 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 305-
306.
29 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Loc. Cit., hal. 424.
30 Ibid, 425.
31 https://kisahmuslim.com/4763-peperangan-di-masa-rasulullah-bagian-33.html#more-4763 diakses pada Sabtu, 07/08/2021, Pukul
19.11 CLT.
32 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 431.
33 https://kisahmuslim.com/4763-peperangan-di-masa-rasulullah-bagian-33.html#more-4763 diakses pada Sabtu, 07/08/2021, Pukul
19.11 CLT.

7
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

buahan Madinah mulai dapat dipanen. Oleh sebab itu, Rasulullah saw mengumumkan tempat yang
akan mereka tuju, tidak sebagaimana biasanya dalam peperangan-peperangan lainnya.34
Rasulullah mengangkat Muhamad Maslamah al-Anshari sebagai penguasa sementara Madinah,
namun ada riwayat lain yang mengatakan Siba’ bin Urfuthah, dan menyerahkan kepada Ali bin Abi
Thalib tanggung jawab atas keluarganya.
Rasulullah Saw mulai bergerak pada hari kamis beserta 30.000 ghazi melalui jalur selatan menuju
Tabuk. Setelah melalui perjalan yang cukup panjang, melewati bebatuan peninggalan kaum Tsamud
dan sumur Nabi Shaleh a.s akhirnya tibalah Ghazi tiba di Tabuk. Sebelum dimulainya perang,
Rasulullah bangkit berkhutbah dengan semangat yang menggebu-gebu sehingga membakar semangat
para ghazi. Beliau menganjurkan untuk meraih keutamaan dunia dan akhirat, memberi peringatan dan
ancaman, memberi kabar gembira dan dapat membayar ketimpangan disana sini terkait minimnya
pembekalan.
Di sisi lain, orang Romawi semakin gentar saat mendengar kedatangan Ghazi Rasulullah Saw,
mereka tidak memiliki nyali untuk berhadapan secara langsung, hingga akhirnya mereka terpencar dan
ghazi dapat meraih kemenangan tanpa melakukan peperangan.35
4. Abu Bakar Menunaikan Haji
Sekembalinya dari Tabuk, Rasulullah saw ingin melaksanakan ibadah Haji, kemudian berasbda:
“Orang-orang musyrik masih hadir melakukan thawaf dengan telanjang. Aku tidak ingin
melaksanakan ibadah haji sebelum hal itu dihapuskan.” Kemudian beliau mengutus Abu Bakar ra dan
menyusulinya dengan Ali ra guna melarang kaum musyrikin melakukan ibadah haji setelah tahun ini,
dan memberikan tempo selama empat bulan untuk masuk Islam. Setelah itu tidak ada pilihan antara
mereka dan kaum Muslimin kecuali perang.36
B. Lembaran Delegasi dari Berbagai Kabilah37
1. Pengiriman Petugas yang Mengurusi Sedekah
Sekembalinya Rasulullah Saw bersama para Muslimin dari perjalanan panjang, beliau menetap di
Madinah untuk menerima para delegasi, mengirim para petugas dan menyebar para da’i, serta
membungkam bagi mereka yang masih terdapat sikap sombong untuk masuk Islam. Tidak lama setelah
kepulangan tersebut, munculah hilal pertanda awal bulan Muharram tahun sembilan Hijriah.
Rasulullah mengutus para pegawai untuk memungut sedekah (zakat) ke tengah-tengah kabilah-
kabilah, mereka adalah:
a) Uyainah bin Hishn, diutus ke Bani Tamim
b) Yazid bin Husain, diutus ke Bani Asam dan Bani Ghifar
c) Abbad bin Bisyr al-Asyhhali, diutus ke Bani Sulaim dan Muzainah
d) Rafi’ bin Mukayyits diutus ke Juhainah
e) Amr bin Ash diutus ke Bani Fuzarah
f) Basyir bin Sufyan diuttus ke Bani Ka’b
g) Al-Ala bin al-Hadhrami, diutus ke kawasan Bahrain
h) Ali bin Abi Thalib diutus ke Najran

34 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 313.
35 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 435-437.
36 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 326.
37 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 426-428.

8
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

2. Pengiriman Satuan Pasukan


Sebagaimana pentingnya mengutus para pegawai yang menangani masalah sedekah, maka
tidak kalah penting juga mengirim beberapa pasukan khusus, sebagai aktifitas untuk menciptakan
stabilitas keamanan di wilayah jazirah Arab, pasukan tersebut antara lain:
a) Sariyyah Bani Tamim di bawah Komando Uyainah bin Hishn al-Fazari
Pasukan khusus ini diutus pada tahun kesembilan Hijriah, beranggotakan 50 pasukan berkuda
yang tidak terdapat didalamnya kaum Muhajirin dan Anshar. Penyebabnya karena Bani Tamim
telah memprovokasi beberapa kabilah dan mencegah mereka untuk membayar jizyah. Pasukan
Uyainah bergerak dimalam hari dan bersembunyi di siang hari, mereka berhasil menangkap 11
oang laki-laki, 21 perempuan dan 30 anak-anak, kemudian menggiring mereka ke kediaman
Ramlah binti Harits.
b) Sariyyah Quthbah bin Amir ke Perkampugan Khats’am di Tabalah, Turbah
Pasukan khusus ini diutus pada bulan Shafar tahun kesembilan Hijriah, beranggotakan 20
prajurit dibawah pimpinan Qurhbah, kemudian disusul sepuluh pasukan berunta. Setelah melalui
perlawanan sengit, akhirnya mereka membawa beberapa binatang ternak serta tawanan
perempuan ke Madinah.
c) Sariyyah Ad-Dhahak bin Sufyan Al-Kilabi ke Bani Kilab
Pasukan khusus ini diutus pada bulan Rabi’ul Awwal tahun kesembilan Hijriah. Pengiriman ini
bertujuan untuk menyeru mereka masuk Islam, namun mereka engggan dan mengajak berperang,
hingga akhirnya terbunuh salah seorang dari pasukan mereka.
d) Sariyyah Al-Qomah bin Mujazziz Al-Mudliji ke pesisir Jiddah
Pasukan khusus ini diutus pada bulan Rabi’ul Akhir tahun kesembilan Hijriah menuju pesisir
Jeddah. Pasukan ini beranggotakan 300 prajurit dan dikirim untuk menghadapi sekelompok orang
dari Habasyah yang telah berkumpul untuk melancarkan penjarahan dan perampokan terhadap
penduduk Mekah. Namun, pasukan mereka melarikan diri setelah mendengar tentang kedatangan
pasukan ini.
e) Sariyyah Ali bin Abi Thalib untuk mendatangi berhala milik Bani Thayy’i
Pasukan khusus ini diutus pada bulan Rabi’ul Awwal tahun kesembilan Hijriah, mereka diutus
untuk menghancurkan salah satu berhala yang bernama al-Qalas di daerah Thayyi. Pasukan khusus
ini beranggotakan 150 pasukan berunta dan 50 pasukan berkuda dengan membawa dua buah panji
berwarna hitam dan putih. Kemdian mereka menyerang ketika fajar ke kediaman Hatim,
menghancurkannya dan mendapatkan tawanan serta memperoleh binatang ternak. Diantara
tawanan tersebut terdapat saudara perempuan Adi bin Hatiim, sedangkan Adi melarikin diri
menuju Syam.38
3. Para Delegasi yang Menyatakan Keislamannya
Delegasi yang disebutkan oleh para ahli al-Maghazi (ahli sejarah peperangan) berjumlah lebih dari
70 delegasi, tetapi karena terbatasnya waktu, tinta dan kertas pada makalah ini, sehingga pemakalah
disini hanya menulis sebagian kecil dari total delegasi tersebut, delegasi-delegasi tersebut antara lain
adalah:

38 Ibid, hal. 428.

9
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

a) Delegasi Abdul Qais


Kabilah ini telah mendelegasikan sebanyak dua kali; pertama, terjadi pada tahun kelima
Hijriah yaitu Mundziq bin Hayyan yang bertemu Rasulullah Saw kemudian menyatakan
keislamannya, lalu kembali ke kabilahnya dengan membawa pesan dari beliau sehingga semuanya
turut masuk Islam. Kedua, terjadi pada tahun datangnya para delegasi, diantara mereka terdapat
al-Jarud bin Ala’ al-Abdi yang sebelumnya Nasrani.
b) Delegasi Daws
Delegasi ini datang pada tahun ketujuh Hijriah, saat Rasulullah sedang berada di Khaibar. Pada
awalnya Tufail bin Daws masuk Islam ketika Rasulullah di Mekah, namun kaumnya tidak langsung
bersedia, hingga dia putus asa dan menemui Rasulullah Saw dengan memohon agar ditimpakan
keburukan atas kaumnya. Tetapi Rasulullah berdo’a agar kaumnya diberi hidayah, sehingga pada
tahun ketujuh ini Tufail dating bersama 70 bahkan 80 orang kaumnya dating ke Madinah, namun
karena Rasulullah sedang berada di Khaibar, akhirnya mereka menyusul kesana.
c) Delegasi Farwah bin Amr Al-Judzami
Farwah adalah seorang mantan panglima keturunan Arab yang menjadi salah satu panglima
Romawi. Dia tinggal di Ma’an yang termasuk kawasan Syam, dia menyatakan keislamannya setelah
melihat keperkasaan Ghazi pada Ghazwah Mu’tah di tahun kedelapan Hijriah. Saat Romawi
mengetahui keislamannya, dia diberi dua pilihan, murtad atau mati. Akhirnya dia disalib di
Palestina, tepatnya di mata air bernama Afra’.
d) Delegasi Shuda
Delegasi ini datang kepada Rasulullah setelah kepulangannya dari Ji’ranah pada tahun
kedelapan Hijriah. Ketika Rasulullah menyiapkan 400 Ghazi datanglah kepadanya Ziyad bin Harits
Ash-Shuda’i, dengan memohon untuk menarik mundur pasukaannya. Kemudan Rasulullah
memerintahkannya untuk datang menghadap kepadanya, hingga datanglah 15 orang dan mereka
semua akhirnya masuk Islam.
e) Ka’b bin Zuhair bin Abi Sulma
Dia berasal dari keluarga penyair bangsa Arab, yang dulu sering mengejek Rasulullah Saw
melalui syaur-syairnya. Pada saat Rasulullah pulang dari Ghazwah Thaif pada tahun kedelapan
Hijriah, saudara Ka’b (Bujair bin Zuhair) mengirim pesan kepadanya, hingga terjadi surat-
menyurat diantara keduanya. Hingga akhirnya dia merasakan bahwa bumi ini menjadi sempit
baginya dan dia sayang akan nyawanya. Kemudian dia masuk Islam dan akhirnya menyanjung
kaum Muhajirin dan Anshar.
f) Delegasi Udzrah
Delegasi ini datang pada tahun kesembilan Hijriah, mereka berjumlah 12 orang diantaranya
Hamzah bin Nu’man. Juru bicara mereka menyatakan bahwa mereka keturunan Qushay, salah satu
nenek moyang Rasulullah, dan akhirnya mereka memeluk Islam.
g) Delegasi Bani Tsaqif
Delegasi ini datang pada bulan Ramadhan tahun kesembilan Hijriah, tatkala Rasulullah Saw
pulang dari Ghazwah Tabuk. Kisah keislaman mereka bermula ketika pimpinan mereka Urwah bin
Mas’ud ats-Tsaqafi menemui Rasulullah sepulang dari Ghazwah Thaif pada bulan Dzulqa’dah
tahun kedelapan Hijriah.

10
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

h) Surat dari Raja-Raja Yaman


Sepulang Rasulullah Saw dari Tabuk, beliau menerima surat dari raja-raja Himyar, yaitu al-
Harits bin Abd Kallal, Nu’aim, Nu’man bin Qail, Hamadan dan Ma’afir. Sedangkan yang menjadi
utusan mereka adalah Malik bin Murrah ar-Rahawi yang bertugas memberitahukan Rasulullah
Saw tentang keislaman mereka. Tidak lupa Rasulullah Saw mengutus kepada mereka rombongan
sahabat yang dipimpin Muadz bin jabal.
i) Delegasi Hamadan
Delegasi ini datang pada tahun kesembilan Hijriah sepulang Rasulullah dari Tabuk. Rasulullah
Saw menunjuk Malik bin Namath sebagai pemimpin mereka, serta menulis kepastian akan
memberikan segala yang mereka pinta. Kemudian diutus juga Khalid bin Walid dan Ali bin Abi
Thalib untuk turut berdakwah disana.
j) Delegasi Bani Fazarah
Delegasi ini datang pada tahun kesembilan Hijriah sepulang Rasulullah Saw dari Tabuk.
Mereka tiba dalam jumlah belasan orang dan menyatakan keislamannya. Mereka juga
mengeluhkan kekeringan daerah mereka, sehinnga Rasulullah Saw mendo’akan supaya diturunkan
hujan kepada mereka.
k) Delegasi Najran
Delegasi ini terjadi pada tahun kesembilan Hijriah dengan membawa 60 orang, termasuk 24
kalangan bangsawan, diantaranya tiga pemegang kepemimpinan Najran. Mereka adalah al-Aqib
pemegang kewenangan dan pemerintahan bernama asli Abd al-Masih, kemudian as-Sayyid yang
menangani masalah politik dan kebudayaan bernama asli al-Aihum atau Syurahbil, dan yang
terakhir al-Usquf yang memimpin spiritual dan religious bernama asli Haritsah bin Alqamah.
l) Delegasi Bani Hanifah
Delegasi ini datang pada tahun kesembilan Hijriah, terdiri dari 17 orang, salah satunya adalah
Musailamah al-Kazab.
m) Delegasi Bani Amir bin Sha’sha’ah
Dalam delegasi ini terdapat Amir bin Thufail, Arbad bin Qais, Khalid bin Ja’far dan Jabbar bin
Aslam. Mereka adalah para sesepuh sekaligus thagut kaumnya.
n) Delegasi Tujib
Delegasi ini datang dengan membawa sedekah dari rakyatnya, berjumlah 13 orang laki-laki.
Salah satu diantaranya adalah anak kecil yang dido’akan oleh Rasulullah Saw sehingga dia menjadi
orang yang selalu berkecukupan dalam menerima apaadanya, dan pendiriannya teguh terhadap
Islam. Mereka bertemu kembali bersama Rasulullah pada tahun kesepuluh Hijriah.
o) Delegasi Thayyi
Salah satu anggota delegasi ini adalah Zaid al-Khail, ketika mereka berbincang-bincanag
dengan Rasulullah Saw dan ditawarkan masuk Islam, mereka bersedia dan konsisten.
C. Haji Wada’ (Perpisahan)
Ibadah haji merupakan ibadah komplit. Pelaksanaannya melibatkan multi dimensional dari diri
manusia itu sendiri. Haji melibatkan sekurangnya 5 aspek dari diri manusia itu sendiri sekaligus di
dalam pelaksanaannya, yaitu: ibadah qalbiyyah (ibadah hati/mental), ibadah ruhiyyah (ibadah
ruh/jiwa), ibadah badaniyyah (ibadah fisik/jasad), ibadah maliyyah (ibadah materi/harta), dan

11
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

ibadah ijtima’iyyah (ibadah sosial/kemasyarakatan). Aneka dimensi tersebut telah berhasil


menempatkan ibadah haji sebagai ibadah paling istimewa melebihi ibadah-ibadah lainnya.
Secara sosial empiris, ibadah haji juga menjadi satu-satunya ibadah dalam Islam yang membuat
pelaksananya merasa memiliki kebanggaan tersendiri di tengah masyarakatnya bagi siapapun yang
telah selesai menjalankannya, khususnya di Indonesia. Telah menjadi suatu fenomena budaya di tanah
air orang yang baru pulang dari ibadah haji langsung mendapat titel yang ditulis di depan namanya
berupa H untuk haji laki-laki, dan Hj. untuk haji perempuan. Atau bila tidak demikian, minimal sehari-
harinya mereka sudah dipanggil pak haji atau ibu hajjah.
Selain itu, bila ibadah lain dapat dilaksanakan di mana saja seorang Muslim berada, maka ibadah
haji hanya bisa dijalankan di tempat khusus, yaitu Mekah dan sekitarnya (Arafah, Muzdalifah, dan
Mina). Bahkan, mutlak pelaksanaannya tidak bisa dipindah atau dijalankan di tempat lain.
Secara Bahasa, kata haji berasal dari bahasa Arab Hajja-Yahujju berarti sekedar
berkehendak/menuju. Secara terminologi, Wahbah al-Zuhailiy mendefenisikan haji sebagai perbuatan
menuju ke Ka’bah untuk menjalankan perbuatan tertentu, atau berangkat menziarahi tempat tertentu
(Ka’bah, arafah, mina, dan muzdalifah) pada masa tertentu (bulan-bulan haji) untuk melakukan
perbuatan tertentu (ihram, thawaf, sa’i, wuquf, mabit, melontar jumrah dan tahallul).39
Penanaman Haji di atas juga dijelaskan oleh ustadz Qurasih Shibab dengan terminologi yang lebih
kontemporer. Haji Balaghah dengan alasan bahwa Nabi Muhammad membuat pertanyaan apakah
dirinya telah menyampaikan risalah Islam. Haji Tamam karena waktu yang itu adalah saat Nabi
Muhammad SAW melakukan wukuf di Arafah. Saat itu juga Allah SWT telah sempurannya risalah
Islam sebagai agama dan semua itu diberikan sebagai nikmat dari Allah SWT kepada seluruh umat
Islam. Nama yang terakhir adalah Haji Islam atau Hajjat al-Islam karena peristiwa haji ini merupakan
awal dan akhir sebagai risalah tuntutan Islam. Setelah tahun ini tidak akan ada lagi haji yang
dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. Haji ini merupakan sebuah isyarat berakhirnya risalah
kenabian Muhammad Saw.40
Haji Wada’merupakan sebuah tanda mengenai berakhirnya risalah dakwah Nabi Muhammad Saw.
Pada peristiwa ini, beliau mulai merasakan bahwa tugasnya di dunia sudah akan berakhir. Satu tanda
peristiwa penting adalah saat Muhammad SAW hendak mengutus Mu’adz bin Jabal untuk berangkat
ke Yaman pada tahun 10 Hijriah.41
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir ra, berkata: “Selama 9 tahun tinggal di
Madinah Munawarah, Nabi saw belum melaksanakan Haji. Kemudian pada tahun kesepuluh beliau
mengumumkan hendak melakukan haji. Maka berduyun-duyun orang datang ke Madinah,
semuanya ingin mengikuti Rasulullah saw dan mengamalkan ibadah Haji sebagaimana amalan
beliau.”
Pada tanggal 25 Dzul Qa‘dah Rasulullah saw keluar dari Madinah. Jabir berkata: “Setelah onta
yang membawanya sampai di lapangan besar, aku lihat sejauh pandangan mata lautan manusia
mengitari Rasulullah Saw, didepan, belakang, sebelah kiri dan kanan beliau. Rasulullah Saw sendiri
berada di hadapan kami dan di saat itu pula beliau menerima wahyu.”

39 Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Dar Fikr, 2000, hal. 2064-2065.
40 M. Quraisy Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shohih, Tangerang: Lentera
Hati, 2012, hal. 1043.
41 Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, Op. Cit., hal. 605.

12
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

Ada perbedaan pendapat di kalangan para perawi. Ahlul Madinah berpendapat bahwa
Rasulullah Saw melaksanakan haji Ifrad, sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa beliau
melakukan haji Qiran, adapun yang berpendapat bahwa beliau melakukan haji Tamattu’.42
D. Wafatnya Rasulullah Saw
Ketika dakwah telah sempurna dan Islam telah tersampaikan, telah tampak tanda-tanda
perpisahan dari Rasulullah Saw. Pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh hijriah, Rasulullah beri’tikaf
duapuluh hari lamanya, yang belum pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya beliau
hanya beri’tikaf selama sepuluh hari saja, disertai Malaikat yang bertadarus bersama beilau sebanyak
dua kali. Pada awal bulan Safar tahun kesebelas Hijriah beliau pergi menuju Uhud, kemudian
melakukan shalat untuk para syuhada, sebagai ungkapan perpisahan bagi yang masih hidup dan telah
wafat.43
1. Permulaan Sakit
Rasulullah mulai merasakan sakit pada akhir bulan Safar tahun kesebelas Hijriah, ditengah
perjalanan beliau merasakan pusing di kepalanya dan panas suhu tubuhnya mulai merambat
kesekujur tubuhnya, sehingga para sahabat dapat merasakan panasnya dari sorban yang beliau
pakai. Sesampainya dirumah istrinya Maimunah, sakitnya bertambah berat hingga beliau tidak
dapat keluar dari rumahnya 44 , kemudian beliau bertanya kepada istrinya: “Dimana giliranku
besok?”
2. Pekan Terakhir
Esoknya beliau pergi menuju rumah Aisyah ra dengan dibantu oleh al-Fadhl bin Abas dan Ali
bin Abi Thalib ra (berjalan dengan diapit oleh mereka di sisi kanan dab kiri) sedangkan kepalanya
diikat menggunakan kain hingga sampai dikamar Aisyah ra.45
3. Hari Terakhir
Ketika Fajar pada hari senin tanggal duabelas Rabi‘ul Awal tahun kesebelas Hijriah telah
masuk, dan oran-gorang tengah shalat di belakang Abu Bakar, tiba-tiba kain penutup ynag
melintang di kamar Aisyah terbuka kemudian Rasululllah Saw muncul dari baliknya, sambil
tersenyum memandang mereka yang tengah berbaris shalat. Kemudian Abu Bakar mundur hendak
memberi tempat kepada beliau, karena mengira beliau ingin melaksankaan shalat, demikian pula
kaum Muslimin, mereka nyaris menagguhkan shalat. Mereka hendak keluar shaf karena
bergembira menyaksikan Rasulullah saw. Akan tetapi beliau segera memberi isyarat dengan
tangannya agar mereka melanjutkan shalat. Kemudian beliau masuk kamar lagi seraya
melabuhkan kain penutup itu.
Karena mengira Rasulullah Saw telah sembuh dari sakitnya, maka setelah menunaikan shalat
orang-orang bergegas meninggalkan masjid. Ternyata, itu adalah pandangan perpisahan beliau
kepada para sahabatnya. Rasulullah saw kembali ke kamar Aisyah lalu berbaring seraya
menyandarkan kepalanya di dada Aisyah, menghadapi sakratul maut. Aisyah berkata: “Saat itu di
hadapan beliau terdapat bejana berisi air kemudian mengusapkannya ke wajahnya seraya berkata:

42 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 343-
344.
43 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 467.
44 Muhammad al-Ghazali, Fiqih Sirah, Damaskus, Daar Qalam, 2006, hal. 461.
45 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Loc. Cit.

13
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

“La Ilaha Illallah, sesungguhnya kematian itu punya sekarat.” Ketika menyaksikan hal tersebut,
Fatimah ra berucap: “Alangkah berat penderitaan ayah!” Tetapi beliau menjawab: “Sesudah hari
ini ayahmu tidak akan menderita lagi.”
Aisyah ra berkata: “Sesungguhnya Allah telah menghimpun antara ludahku dan ludahnya pada
saat kematian beliau. Ketika aku sedang memangku Rasulullah Saw, tiba-tiba Abdur Rahman
masuk seraya membawa siwak. Aku lihat Rasulullah saw terus memandangnya sehingga aku tahu
kalau beliau menginginkan siwak. Aku bertanya: Kuambilkan untukmu? Setelah memberi isyaraat:
ya, lalu kuberikan siwak itu kepada beliau. Karena siwak itu terlalu keras lalu kutawarkan untuk
melunakkannya dan beliau pun memberi isyarat setuju. Kemudian beliau memasukkan kedua
tangannya ke dalam bejana berisi air yang ada di hadapannya lalu mengusap wajahnya seraya
berucap: “La Ilaha Illallah, sesungguhnya kematian punya sekarat.” Kemudian beliau
mengangkat tangannya seraya berucap: “Fir Rafiqil A‘laa” sampai beliau wafat dan tangannya
lunglai.”46
BAB III
PENUTUP

Peristiwa-peristiwa bagian akhir dari kehidupan Rasulullah Saw ini mengungkapkan hakekat
terbesar dalam kehidupan ini. Hakekat yang menjadi pangkal kehancuran para tiran dan oran-gorang
yang mempertuhankan dirinya. Hakekat ynag akan mengantarkan wujud ini kepada kefanaan. Hakekat
yang akan mewarnai seluruh kehidupan manusia ini dengan warna ubudiyah dan ketundukkan kepada
Pencipta langit dan bumi. Suatu hakekat yang kaan memberi kesadaran (baik secara suka atau
terpaksa) kepada orang-orang yang membangkang ataupun orang-orang yang taat, para penguasa,
orang-orang yang mempertuhankan dirinya, para Rasul, para Nabi, orang-orang pilihan, orang-orang
kaya dan orang-orang fakir.
Ia adalah hakekat yang menegaskan sepanjang jaman dan di setiap tempat, di telinga setiap
orang yang mendengar dan di benak setiap orang ynag berpikir: Bahwa tiadak ada Tuhan kecuali hanya
Allah semata, tidak ada kedaulatan kecuali bagi Yang Maha Kekal Abadi, tidak ada siapapun atau
apapun yang dapat menolak keputusan-Nya, tiada batas bagi kekuasaan-Nya, tiada tempat lari dari
hukum-Nya dan tidak ada yang dapat mengalahkan urusan-Nya.
Hakekat apakah yang lebih gamblang mengungkapkan makna tersebut selain daripada hakekat
kematian dan sakaratul maut, karena denngan kedua fenomena itu Allah menundukkan segenap
penduduk dunia ini semenjak fajar kehidupan sampai terbenamnya.
Jembatan dunia ini telah banyak dilewati oleh orang-orang yang tertipu oleh kekuatan yang
digenggamnya atau penemuan-penemuan yang didapatkannya. Tetapi tiba-tiba mereka dihempaskan
oleh hakekat terbesar ini ke dalam padang ubudiyah terhadap Pencipta langit dan bumi. Mereka pada
akhirnya menghadap kepada Allah sebagai hamba dan penuh ketundukkan.
Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian. Hukum ini berlaku secara umum, tanpa
pengecualian. Tidak ada yang mampu menghentikannya.

46 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. cit., hal. 355-
356.

14
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

Biarlah para pakar ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi modern berhimpun menjadi
satu mengerahkan seluruh kemampuan dan peralatan modern mereka untuk menangkal dan
menghindarkan diri mereka dari kekuatan kematian yang dipaksakan kepada mereka ini, biarlah
mereka menghentikan tantangan Ilahi ini walau hanya sebagaian daripadanya. Setiap jiwa pasti akan
mengalami kematian. Jika mampu melakukan ini bolehlah mereka membangun menara-menara
kediktatoran dan kekafiran. Tetapi jika tidak, maka sebaiknya mereka merenungkan kuburan-kuburan
yang akan membekap mereka, tanah yang akan menghimpit mereka, dan pencabutan nyawa yang tidak
dapat ditolaknya.
Sangat mudah bagi Allah untuk menjadikan Rasul-Nya terbebsas dari sakratul maut dengan
segala penderitaannya, tetapi Hikmah Ilahiyah menghendaki bahwa ketentuan Allah ini berlaku bagi
semua orang bagaimanapun kedudukannya di sisi Allah Swt, dengat begitu mereka mengetahui dengan
baik bahwa segala yang ada di langit dan di bumi ini pasti akan kembali pada-Nya. Tidak ada seorang
pun yang boleh menolaknya, bahkan Rasulullahs Saw sendiri juga tunduk kepada hukum dan
ketentuan-Nya. Tidak boleh ada orang ynag merasa tidak perlu memperbanyak mengingat kematian
dan sakratul maut, bahkan kekasih Allah pun tidak dapat lolos daripadanya.

15
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyah.


Al-Buthi, Muhammad Said Ramadhan, Fiqih as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al-
Khilafati ar-Rasyidah, Syiria, cet.Ke-43, Daar el-Fikr, 2020.
Al-Ghuffron, Nur Wahid, Nila-nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah Saw, Salatiga, IAIN,
2018.
Al-Ghazali, Muhammad, Fiqih Sirah, Damaskus, Daar Qalam, 2006.
Al-Khudari, Syaikh Muhammad, Nurul Yaqin fi Sirah Sayyidi-l-Mursalin, cet. Pertama, Daar el-Shadr,
Beyrut, 2005.
Al-Mubarakfuri, Syeikh Shafiyurrahman, ar-Raheeq al-Makhtum, Damam, Daar Ibn Hazm, 1435.
Al-Zuhailiy, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid. 3 Cet. IV; Damaskus: Dar Fikr, 2002.
Anshari, Hafidz, Ensiklopedi Islam Jilid 1 ABA-FAR, Vol. 1. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan Penelitian, Jakarta: Arruz
Media, 2011.
Shihab, Quraisy, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-Hadits
Shohih, Tangerang: Lentera Hati, 2012.
https://kisahmuslim.com/4763-peperangan-di-masa-rasulullah-bagian-33.html#more-4763

16

Anda mungkin juga menyukai