Disusun Oleh:
Dzakir Muhammad Yafi Ali Qamar
Abstrak
Kehidupan Rasulullah SAW adalah kehidupan yang penuh teladan, acuan dakwah, sekaligus
sebagai pedoman hidup. Beliau adalah teladan dalam ketaatan, teladan dalam beribadah dan berakhlak
yang mulia, dan teladan dalam bermuamalah yang baik serta dalam menjaga kehormatan dan
kemuliaan.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui perjuangan Rasulullah Saw beserta
para ghazi dalam dakwah menyiarkan agama Islam. Untuk mengetahui apasaja tantangan dalam
perjuangan dakwah Rasulullah Saw. Untuk mengetahui faktor penunjang keberhasilan dakwah
Rasulullah Saw.
Dari data atau hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa konsep dakwah
dalam sirah Nabi Muhammad Saw adalah berlandaskan kepada petunjuk Allah SWT yaitu berupa
wahyu (Al-Qur’an), yang secara berangsur-angsur Allah SWT turunkan. Rasulullah Saw dalam
melaksanakan tugas dakwahnya yaitu secara bertahap. Dan dalam melaksanakan tugas dakwahnya
Rasulullah Saw mengalami tantangan, dicaci-maki, ditentang, dihalangi, dibujuk, diprovokasi,
dikhianati, difitnah, diperangi, didustakan, diboikot hingga mau dibunuh.
Adapun faktor penunjang keberhasilan dakwah dalam penyebaran agama Islam adalah: Nabi
Muhammad Saw memiliki jiwa yang kuat, tabah, ulet, mandiri, jiwanya bersih, akhlaknya bagus, sabar,
teguh pendirian, memiliki sifat yang mulia, jujur, dapat dipercaya, santun, tingkah laku terpuji,
bijaksana, suci jiwa, baik budi. Nabi Muhammad Saw memiliki istri-istri dan sahabat-sahabat yang
setia yang beriman yang selalu berloyalitas membantu beliau dalam berdakwah. Nabi Muhammad Saw
menyampaikan dakwah beliau bukan dengan paksaan, melainkan dengan keterangan yang jelas,
argumentasi yang santun dan tatacara yang baik serta Nabi Muhammad Saw selalu istiqamah dalam
berdakwah.
Dalam makalah kali ini penulis akan menjelaskan perjuangan pada beberapa peperangan yang
dialami Rasulullah Saw diakhir-akhir masa kehidupannya. Kemudian dilanjutkan lembaran
penyebaran delegasi untuk menjalin hubungan bilateral antar kabilah, kisah Haji Wada’, dan masa-
masa akhir kehidupan Rasulullah Saw.
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian keperpustakaan (library research), yang mana data bersumber dari
Al-Qur’an, Hadis dan literatur-literatur Sirah Nabawiyah dan juga buku-buku yang ada relevansinya
dengan penelitian ini, yaitu pengumpulan wawasan ilmiah dan penjelasannya dengan menggunakan
berbagai buku atau sumber tertulis.1
1 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan Penelitian, Jakarta: Arruz Media, 2011, hal. 161.
i
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
DAFTAR ISI
Abstrak ........................................................................................................................................................... i
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 3
1. Ghazwah Hunain.............................................................................................................................. 3
PENUTUP .................................................................................................................................................... 14
ii
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode setelah penaklukan Mekah adalah tahapan akhir bagi perjalanan hidup Rasulullah Saw.
Tahapan yang menggambarkan keberhasilan dakwah Islam, yang semua itu berjalan setelah melalui
proses perjuangan jihad yang panjang, ditempuh dengan kelelahan, rintangan, ujian, goncangan,
cobaan, pertempuran, dan peperangan berdarah yang dihadapinya selama 20-an tahun.
Penaklukan Mekah merupakan bagian keberhasilan terpenting yang pernah diperoleh kaum
Muslimin selama bertahun-tahun. Sebuah keberhasilan yang dapat mengubah hari-hari dan atmosfir
(keadaan) kehidupan bangsa Arab. Oleh sebab itu, ketundukan kaum Quraisy dianggap sebagai
kesudahan bagi agama Paganis (berhala) di semenanjung Jazirah Arab.2
Periode tahapan akhir kehidupan Rasulullah dapat diklasifikasikan menjadi 2 episode: Pertama,
episode perjuangan dan peperangan. Kedua, episode saling berlomba-lomba berbagai kabilah masuk
Islam. Kedua episode tersebut memiliki jalinan yang bertautan dan silih berganti. Oleh karena itu,
penulis akan menjelaskan beberapa episode tersebut pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab terjadinya Ghazwah Hunain, Ghazwah Thaif dan Ghazwah Tabuk?
2. Berapa jumlah Ghazi dalam setiap Ghazwah?
3. Bagaimana siasat Rasulullah Saw dalam membagi barang rampasan perang?
4. Siapakah pemenang setiap Ghazwah?
5. Apakah tujuan perjalanan Haji Abu Bakar?
6. Apakah tujuan Rasulullah mengirim delegasi satuan pasukan?
7. Delegasi dari kabilah manasaja yang menyatakan keislamannya?
8. Bagaimana Perjalanan Haji Wada’?
9. Bagaimana Wafatnya Rasulullah Saw.?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami penyebab terjadinya Ghazwah Hunain, Ghazwah Thaif dan Ghazwah Tabuk.
2. Mengetahui jumlah Ghazi dalam setiap Ghazwah.
3. Mengetahui siasat Rasulullah Saw dalam membagi barang rampasan perang.
4. Mengetahui pemenang setiap Ghazwah.
5. Mengetahui tujuan perjalanan Haji Abu Bakar.
6. Mengetahui tujuan Rasulullah mengirim delegasi satuan pasukan.
7. Mengetahui kabilah manasaja yang menyatakan keislamannya.
8. Mengetahui perjalanan Haji Wada’.
9. Mengatahui wafatnya Rasulullah Saw.
2 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Damam, Daar Ibn Hazm, 1435, hal. 415.
1
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
D. Tinjauan Pustaka
Pengertian dakwah secara etimologi (Bahasa) adalah kata dasar masdar dari kata kerja da’a-yad’u
yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. 3 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), dakwah
diartikan sebagai penyiaran. Penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat. Dengan
berdakwah, berarti individu tersebut berusaha menyeru kepada msyarakat untuk memeluk,
mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.4 Sedangkan Delegasi adalah pelimpahan wewenang dari
atasan kepada bawahan dalam lingkungan tugas tertentu dengan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkannya kepada yang mengatasi.5
Ghazi adalah istilah dalam Bahasa Arab yang merujuk kepada orang-orang yang terlibat dalah
ghazwah. Secara Bahasa ghazwah berasar dari akar kata ghaza-yaghzu-ghazwan yang artinya
berperang dan peperangan. Sedangkan secara istilah Ghazwah adalah peperangan-peperangan yang
diikuti oleh Rasulullah Saw. Maka Ghazi orang-orang yang ikut menyertai Ghazwah bersama
Rasulullah Saw.6
3 Hafidz Anshari, Ensiklopedi Islam Jilid 1 ABA-FAR, Vol. 1, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, hal. 280.
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada Sabtu, 07/08/2021, Pukul 11.11 CLT.
5 Ibid.
6 Nur Wahid Al-Ghuffron, Nila-nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah Saw, Salatiga, IAIN, 2018, hal. 10.
2
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
BAB II
PEMBAHASAN
19.11 CLT.
12 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 418-420.
3
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
untuk mencari berita tentang jumlah serta perlengkapan musuh dan menginformasikannya kepada
kaum Muslimin. Mengenai masalah ini tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para Imam. 13
b. Imam boleh Meminjam Senjata dari Kaum Musyrikin untuk Memerangi musuh
Kaum Muslimin
Yang dimaksudkan senjata dalam hal ini adalah setiap peralatan dan perlengkapan perang yang
diperlukan oleh tentara. Sedangkan peminjaman itu boleh dengan gratis ataupun sewa. Cara kedua
inilah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dalam peperangan ini. Beliau menyewa senjata dari Shafwan
bin Umaiyah yang pada waktu itu masih musyrik. Hal ini masuk ke dalam keumuman hukum, meminta
bantuan kepada orang-orang kafir dalam peperangan. Masalah ini telah dibahas ketika mengomentari
perang Uhud. Sekarang menjadi jelas bagi kita bahwa meminta bantuan kepada orang-orang kafir
dalam peperangan terbagi kepada dua macam:
1) Meminta bantuan personil dari mereka untuk berperang bersama kaum Muslimin. Masalah ini
telah dibahas pula dalam perang Uhud. Dalam pembahasan tersebut dikatakan bahwa tindakan
ini dibolehkan apabila diperlukan dan kaum Muslimin dapat menjamin kejujuran dan kesetiaan
para personil tersebut.
2) Meminta bantuan senjata dan peralatan-peralatan perang lainnya. Kebolehan masalah ini
tidak diperselisihkan lagi asalkan tidak menodai kehormatan kaum Muslimin dan tidak
menyebabkan masuknya kaum Muslimin di bawah kekuasaan orang lain atau mengkibatkan kaum
Muslimin meninggalkan sebagian kewajiban agama. Ketika Shafwan bin Umaiyah (atau Uyainah)
meminjamkan (menyewakan) senjata kepada Rasulullah saw adalah dalam keadaan kalah dan
lemah, sedangkan Rasulullah saw dalam posisi kuat. 14
c. Keberanian Rasulullah Saw Dalam Peperangan
Kita dapat lihat suatu keberanian yang langka dan menakjubkan. Ketika seluruh kaum Muslimin
terpencar di lembah dan lari meninggalkan medan pertempuran, hanya seorang diri Rasulullah saw
bertahan dengan tegar di tengah kepungan dan serangan mendadak yang dilancarkan musuh dari
segala penjuru. Nabi saw bertahan dengan tegar dan menakjubkan, sehingga pengaruhnya menyentuh
jiwa para sahabat yang lari meninggalkan medan pertempuran. Demi menyaksikan ketegaran dan
keteguhan ynag ditunjukkan Nabi saw inilah maka semangat dan keberanian para sahabat bangkit
kembali.
Setelah meriwayatkan peristiwa ghazwah Hunain ini Ibnu Katsir di dalam tafsirnya berkata “Aku
berkata: Ini merupakan puncak keberanian yang sempurna. Di tengah berkecamuknya pertempuran
seperti ini tanpa perlindungan pasukannya Rasulullah saw dengan tenang tetap berada di atas
untanya (atau baghal) yang tidak pandai berlari dan tidak bisa digunakan untuk berlari kencang
meninggalkan medan atau melancarkan serangan. Bahkan Rasulullah saw mengendalikan untanya
ke arah mereka seraya meneriakkan namanya agar diketahui oleh orang yang tidak mengenalnya
hingga Hari Kemudian. Kesemuanya ini tidak lain hanyalah merupakan keyakinan (tsiqah) kepada
Allah, tawakal kepada-Nya dan kesadaran bahwa Allah pasti akan menolongnya, menyempurnakan
Risalah-Nya dan memenangkan agama-Nya atas semua agama”.15
13 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 307.
14 Ibid.
15 Ibid, hal. 308.
4
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
16 Q. S al-Baqarah : 85.
17 Ibid.
18 Mughni Muhtaj, 4:223, Ahkam Sulthaniyah, 4.
19 Ahkam Qarafi, 38.
20 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. cit., hal. 310.
5
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
6
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
Setiap kali Rasulullah bertanya, mereka menjawab: “Benar! Allah dan Rasul-Nya lebih
pemurah dan utama.” Setelah selesai mendengar ucapan Rasulullah Saw hinga akhir, kaum
Anshar menangis hingga jenggot mereka basah oleh air mata. Kemudian menjawab: “Kami rela
mendapatkan Allah dan Rasul-Nya sebagai pembagian dan jatah kami”. 28
b. Kedatangan Delegasi Hawazin
Setelah harta rampasan selesai dibagikan, datanglah 14 delegasi Hawazin yang dipimpin oleh
Zuhair bin Surad, diantara mereka terdapat Abu Barqan paman Nabi sesusuan, lalu mereka masuk
Islam dan memohon mengembalikan tawanan perang yang telah dibagikan, karena disana terdapat
sanak keluarga mereka.
Karena mereka telah masuk Islam, akhirnya Rasulullah memberikan perintah kepada para
Ghazi yang telah mendapat jatah harta rampasan perangnya agar mengembalikan sebagian
darinya. Setelah diberi beberapa nasihat, akhirnya para Hawazin mendapatkan kembali keluarga
mereka.29
c. Melaksanakan Umrah
Setelah selesai pembagian harta rampasan perang, Rasulullah Saw menunaikan ibadah Umrah
dengan berihram dari sana, kemudian meninggalkan Mekah untuk kembali ke Madinah bersama
kaum Anshar. Rasulullah mengangkat ’Itab bin Usaid sebagai penguasa atas Mekah. Rasulullah
tiba di Madinah pada enam hari terakhir bulan Dzulqa’dah tahun delapan Hijriah. 30
3. Ghazwah Tabuk
Pada Jumadil Awal tahun kedelapan Hijriah, Romawi cukup terkejut dengan perlawanan kaum
Muslim di ghazwah Mu’tah,31 yang terjadi akibat dibunuhnya Haris bin Azdi oleh Syurahbil bin Amr
al-Ghassani ketika diutus untuk membawa risalahnya untuk pemimpin Bushra. Kemudian Rasulullah
Saw mengirim Ghazi khusus yang dikomandani oleh Zaid bin Haritsah sehingga terjadilah ghazwah
sengit di Mu’tah. 32
Akibat perang tersebut, kabilah-kabilah Arab yang dijajah Romawi mulai berani melakukan
perlawanan. Dalam perang tersebut telah gugur sahabat-sahabat dekat Rasulullah Saw salah satunya
panglima Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah.33
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa‘ad, kaum Muslimin mendapat berita dari para pedagang yang kembali
dari negeri Syam, bahwa orang-orang Romawi telah menghimpun kekuatan besar dengan dukungan
orang-orang Arab Nasrani dari suku Lakham, Judzam dan yang berada di bawah kekuasaan Romawi.
Setelah pasukan mereka sampai di Balqa‘, Rasulullah saw memobilisir kaum Muslimin untuk
menghadapi mereka. Thabarani meriwayatkan dari hadits Ibnu Hushain bahwa jumlah personi tentara
Romawi sebanyak 40.000 orang.
Peperangan ini berlangsung pada bulan Rajab tehun kesembilan Hijriyah, di puncak musim panas
dan ketika orang-orang menghadapi kehidupan yang sangat sulit. Pada saat yang sama, musim buah-
28 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 305-
306.
29 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Loc. Cit., hal. 424.
30 Ibid, 425.
31 https://kisahmuslim.com/4763-peperangan-di-masa-rasulullah-bagian-33.html#more-4763 diakses pada Sabtu, 07/08/2021, Pukul
19.11 CLT.
32 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 431.
33 https://kisahmuslim.com/4763-peperangan-di-masa-rasulullah-bagian-33.html#more-4763 diakses pada Sabtu, 07/08/2021, Pukul
19.11 CLT.
7
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
buahan Madinah mulai dapat dipanen. Oleh sebab itu, Rasulullah saw mengumumkan tempat yang
akan mereka tuju, tidak sebagaimana biasanya dalam peperangan-peperangan lainnya.34
Rasulullah mengangkat Muhamad Maslamah al-Anshari sebagai penguasa sementara Madinah,
namun ada riwayat lain yang mengatakan Siba’ bin Urfuthah, dan menyerahkan kepada Ali bin Abi
Thalib tanggung jawab atas keluarganya.
Rasulullah Saw mulai bergerak pada hari kamis beserta 30.000 ghazi melalui jalur selatan menuju
Tabuk. Setelah melalui perjalan yang cukup panjang, melewati bebatuan peninggalan kaum Tsamud
dan sumur Nabi Shaleh a.s akhirnya tibalah Ghazi tiba di Tabuk. Sebelum dimulainya perang,
Rasulullah bangkit berkhutbah dengan semangat yang menggebu-gebu sehingga membakar semangat
para ghazi. Beliau menganjurkan untuk meraih keutamaan dunia dan akhirat, memberi peringatan dan
ancaman, memberi kabar gembira dan dapat membayar ketimpangan disana sini terkait minimnya
pembekalan.
Di sisi lain, orang Romawi semakin gentar saat mendengar kedatangan Ghazi Rasulullah Saw,
mereka tidak memiliki nyali untuk berhadapan secara langsung, hingga akhirnya mereka terpencar dan
ghazi dapat meraih kemenangan tanpa melakukan peperangan.35
4. Abu Bakar Menunaikan Haji
Sekembalinya dari Tabuk, Rasulullah saw ingin melaksanakan ibadah Haji, kemudian berasbda:
“Orang-orang musyrik masih hadir melakukan thawaf dengan telanjang. Aku tidak ingin
melaksanakan ibadah haji sebelum hal itu dihapuskan.” Kemudian beliau mengutus Abu Bakar ra dan
menyusulinya dengan Ali ra guna melarang kaum musyrikin melakukan ibadah haji setelah tahun ini,
dan memberikan tempo selama empat bulan untuk masuk Islam. Setelah itu tidak ada pilihan antara
mereka dan kaum Muslimin kecuali perang.36
B. Lembaran Delegasi dari Berbagai Kabilah37
1. Pengiriman Petugas yang Mengurusi Sedekah
Sekembalinya Rasulullah Saw bersama para Muslimin dari perjalanan panjang, beliau menetap di
Madinah untuk menerima para delegasi, mengirim para petugas dan menyebar para da’i, serta
membungkam bagi mereka yang masih terdapat sikap sombong untuk masuk Islam. Tidak lama setelah
kepulangan tersebut, munculah hilal pertanda awal bulan Muharram tahun sembilan Hijriah.
Rasulullah mengutus para pegawai untuk memungut sedekah (zakat) ke tengah-tengah kabilah-
kabilah, mereka adalah:
a) Uyainah bin Hishn, diutus ke Bani Tamim
b) Yazid bin Husain, diutus ke Bani Asam dan Bani Ghifar
c) Abbad bin Bisyr al-Asyhhali, diutus ke Bani Sulaim dan Muzainah
d) Rafi’ bin Mukayyits diutus ke Juhainah
e) Amr bin Ash diutus ke Bani Fuzarah
f) Basyir bin Sufyan diuttus ke Bani Ka’b
g) Al-Ala bin al-Hadhrami, diutus ke kawasan Bahrain
h) Ali bin Abi Thalib diutus ke Najran
34 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 313.
35 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 435-437.
36 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 326.
37 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 426-428.
8
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
9
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
10
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
11
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
39 Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Dar Fikr, 2000, hal. 2064-2065.
40 M. Quraisy Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shohih, Tangerang: Lentera
Hati, 2012, hal. 1043.
41 Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, Op. Cit., hal. 605.
12
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
Ada perbedaan pendapat di kalangan para perawi. Ahlul Madinah berpendapat bahwa
Rasulullah Saw melaksanakan haji Ifrad, sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa beliau
melakukan haji Qiran, adapun yang berpendapat bahwa beliau melakukan haji Tamattu’.42
D. Wafatnya Rasulullah Saw
Ketika dakwah telah sempurna dan Islam telah tersampaikan, telah tampak tanda-tanda
perpisahan dari Rasulullah Saw. Pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh hijriah, Rasulullah beri’tikaf
duapuluh hari lamanya, yang belum pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya beliau
hanya beri’tikaf selama sepuluh hari saja, disertai Malaikat yang bertadarus bersama beilau sebanyak
dua kali. Pada awal bulan Safar tahun kesebelas Hijriah beliau pergi menuju Uhud, kemudian
melakukan shalat untuk para syuhada, sebagai ungkapan perpisahan bagi yang masih hidup dan telah
wafat.43
1. Permulaan Sakit
Rasulullah mulai merasakan sakit pada akhir bulan Safar tahun kesebelas Hijriah, ditengah
perjalanan beliau merasakan pusing di kepalanya dan panas suhu tubuhnya mulai merambat
kesekujur tubuhnya, sehingga para sahabat dapat merasakan panasnya dari sorban yang beliau
pakai. Sesampainya dirumah istrinya Maimunah, sakitnya bertambah berat hingga beliau tidak
dapat keluar dari rumahnya 44 , kemudian beliau bertanya kepada istrinya: “Dimana giliranku
besok?”
2. Pekan Terakhir
Esoknya beliau pergi menuju rumah Aisyah ra dengan dibantu oleh al-Fadhl bin Abas dan Ali
bin Abi Thalib ra (berjalan dengan diapit oleh mereka di sisi kanan dab kiri) sedangkan kepalanya
diikat menggunakan kain hingga sampai dikamar Aisyah ra.45
3. Hari Terakhir
Ketika Fajar pada hari senin tanggal duabelas Rabi‘ul Awal tahun kesebelas Hijriah telah
masuk, dan oran-gorang tengah shalat di belakang Abu Bakar, tiba-tiba kain penutup ynag
melintang di kamar Aisyah terbuka kemudian Rasululllah Saw muncul dari baliknya, sambil
tersenyum memandang mereka yang tengah berbaris shalat. Kemudian Abu Bakar mundur hendak
memberi tempat kepada beliau, karena mengira beliau ingin melaksankaan shalat, demikian pula
kaum Muslimin, mereka nyaris menagguhkan shalat. Mereka hendak keluar shaf karena
bergembira menyaksikan Rasulullah saw. Akan tetapi beliau segera memberi isyarat dengan
tangannya agar mereka melanjutkan shalat. Kemudian beliau masuk kamar lagi seraya
melabuhkan kain penutup itu.
Karena mengira Rasulullah Saw telah sembuh dari sakitnya, maka setelah menunaikan shalat
orang-orang bergegas meninggalkan masjid. Ternyata, itu adalah pandangan perpisahan beliau
kepada para sahabatnya. Rasulullah saw kembali ke kamar Aisyah lalu berbaring seraya
menyandarkan kepalanya di dada Aisyah, menghadapi sakratul maut. Aisyah berkata: “Saat itu di
hadapan beliau terdapat bejana berisi air kemudian mengusapkannya ke wajahnya seraya berkata:
42 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. Cit., hal. 343-
344.
43 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Op. Cit., hal. 467.
44 Muhammad al-Ghazali, Fiqih Sirah, Damaskus, Daar Qalam, 2006, hal. 461.
45 Syeikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Raheeq al-Makhtum, Loc. Cit.
13
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
“La Ilaha Illallah, sesungguhnya kematian itu punya sekarat.” Ketika menyaksikan hal tersebut,
Fatimah ra berucap: “Alangkah berat penderitaan ayah!” Tetapi beliau menjawab: “Sesudah hari
ini ayahmu tidak akan menderita lagi.”
Aisyah ra berkata: “Sesungguhnya Allah telah menghimpun antara ludahku dan ludahnya pada
saat kematian beliau. Ketika aku sedang memangku Rasulullah Saw, tiba-tiba Abdur Rahman
masuk seraya membawa siwak. Aku lihat Rasulullah saw terus memandangnya sehingga aku tahu
kalau beliau menginginkan siwak. Aku bertanya: Kuambilkan untukmu? Setelah memberi isyaraat:
ya, lalu kuberikan siwak itu kepada beliau. Karena siwak itu terlalu keras lalu kutawarkan untuk
melunakkannya dan beliau pun memberi isyarat setuju. Kemudian beliau memasukkan kedua
tangannya ke dalam bejana berisi air yang ada di hadapannya lalu mengusap wajahnya seraya
berucap: “La Ilaha Illallah, sesungguhnya kematian punya sekarat.” Kemudian beliau
mengangkat tangannya seraya berucap: “Fir Rafiqil A‘laa” sampai beliau wafat dan tangannya
lunglai.”46
BAB III
PENUTUP
Peristiwa-peristiwa bagian akhir dari kehidupan Rasulullah Saw ini mengungkapkan hakekat
terbesar dalam kehidupan ini. Hakekat yang menjadi pangkal kehancuran para tiran dan oran-gorang
yang mempertuhankan dirinya. Hakekat ynag akan mengantarkan wujud ini kepada kefanaan. Hakekat
yang akan mewarnai seluruh kehidupan manusia ini dengan warna ubudiyah dan ketundukkan kepada
Pencipta langit dan bumi. Suatu hakekat yang kaan memberi kesadaran (baik secara suka atau
terpaksa) kepada orang-orang yang membangkang ataupun orang-orang yang taat, para penguasa,
orang-orang yang mempertuhankan dirinya, para Rasul, para Nabi, orang-orang pilihan, orang-orang
kaya dan orang-orang fakir.
Ia adalah hakekat yang menegaskan sepanjang jaman dan di setiap tempat, di telinga setiap
orang yang mendengar dan di benak setiap orang ynag berpikir: Bahwa tiadak ada Tuhan kecuali hanya
Allah semata, tidak ada kedaulatan kecuali bagi Yang Maha Kekal Abadi, tidak ada siapapun atau
apapun yang dapat menolak keputusan-Nya, tiada batas bagi kekuasaan-Nya, tiada tempat lari dari
hukum-Nya dan tidak ada yang dapat mengalahkan urusan-Nya.
Hakekat apakah yang lebih gamblang mengungkapkan makna tersebut selain daripada hakekat
kematian dan sakaratul maut, karena denngan kedua fenomena itu Allah menundukkan segenap
penduduk dunia ini semenjak fajar kehidupan sampai terbenamnya.
Jembatan dunia ini telah banyak dilewati oleh orang-orang yang tertipu oleh kekuatan yang
digenggamnya atau penemuan-penemuan yang didapatkannya. Tetapi tiba-tiba mereka dihempaskan
oleh hakekat terbesar ini ke dalam padang ubudiyah terhadap Pencipta langit dan bumi. Mereka pada
akhirnya menghadap kepada Allah sebagai hamba dan penuh ketundukkan.
Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian. Hukum ini berlaku secara umum, tanpa
pengecualian. Tidak ada yang mampu menghentikannya.
46 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, as-Sirah an-Nabawiyah Ma’a Mujazin Litarikhi al- Khilafati ar-Rasyidah, Op. cit., hal. 355-
356.
14
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
Biarlah para pakar ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi modern berhimpun menjadi
satu mengerahkan seluruh kemampuan dan peralatan modern mereka untuk menangkal dan
menghindarkan diri mereka dari kekuatan kematian yang dipaksakan kepada mereka ini, biarlah
mereka menghentikan tantangan Ilahi ini walau hanya sebagaian daripadanya. Setiap jiwa pasti akan
mengalami kematian. Jika mampu melakukan ini bolehlah mereka membangun menara-menara
kediktatoran dan kekafiran. Tetapi jika tidak, maka sebaiknya mereka merenungkan kuburan-kuburan
yang akan membekap mereka, tanah yang akan menghimpit mereka, dan pencabutan nyawa yang tidak
dapat ditolaknya.
Sangat mudah bagi Allah untuk menjadikan Rasul-Nya terbebsas dari sakratul maut dengan
segala penderitaannya, tetapi Hikmah Ilahiyah menghendaki bahwa ketentuan Allah ini berlaku bagi
semua orang bagaimanapun kedudukannya di sisi Allah Swt, dengat begitu mereka mengetahui dengan
baik bahwa segala yang ada di langit dan di bumi ini pasti akan kembali pada-Nya. Tidak ada seorang
pun yang boleh menolaknya, bahkan Rasulullahs Saw sendiri juga tunduk kepada hukum dan
ketentuan-Nya. Tidak boleh ada orang ynag merasa tidak perlu memperbanyak mengingat kematian
dan sakratul maut, bahkan kekasih Allah pun tidak dapat lolos daripadanya.
15
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Ahad, 08 Agustus 2021
DAFTAR PUSTAKA
16