Bagian 58
ٰ
ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
آل ُم َح َّمد َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
*Ikrar*
“Kami berikrar mendengar dan setia pada waktu suka dan duka, pada
waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang benar di mana
saja kami berada, dan kami tidak takut kritik siapa pun atas jalan Allah ini.”
“Pilihlah dua belas orang pemimpin dari kalangan Tuan-Tuan yang akan
menjadi penanggung jawab masyarakatnya.
Mereka lalu memilih sembilan orang Khazraj dan tiga orang Aus. Kepada
para pemimpin itu, Rasulullah ﷺberkata,
Peristiwa ini selesai tengah malam di celah Gunung Aqabah, jauh dari
masyarakat ramai. Saat itu,mereka berharap hanya Allah ﷻsaja yang
mengetahui urusan mereka. Namun, ternyata ada orang lain yang
kebetulan sedang lewat dan merasa curiga dengan suara-suara dari puncak
bukit. Orang itu memanjati lereng gunung dan menyaksikan baiat Aqabah
kaum Muslimin.
*Ketentuan Perang*
Salah satu isi penting ikrar Aqabah kedua ini adalah dicantumkannya
ketentuan tentang perang. Pihak Anshar berjanji akan membela Rasulullah
ﷺsekali pun harus berperang dan mengorbankan jiwa. Semua
itu dilakukan kaum Anshar tanpa pamrih sama sekali tidak mengharapkan
apa pun dari Rasul kecuali keridhaan Allah ﷺ.
*Quraisy Terkejut*
“Demi Allah yang telah mengutus Tuan atas dasar kebenaran, kalau
sekiranya Tuan berkenan, penduduk Mina itu besok akan kami habiskan
dengan pedang kami!”
Akan tetapi, pagi itu, orang Quraisy sudah mengetahui berita adanya ikrar.
Mereka benar-benar sangat terkejut. Para pemuka Quraisy berkumpul
dengan cepat dan segera bertindak. Mereka mendatangi para pemimpin
rombongan Aus dan Khazraj.
“Apa yang terjadi? Kami dengar tadi malam kalian menjanjikan sesuatu
kepada Muhammad!” ujar pemimpin Quraisy setengah menuduh.
Tidak semua rombongan Aus dan Khazraj adalah Muslim. Kebetulan para
pemimpin rombongan adalah mereka yang belum beriman
“Tidak! Kalian pasti salah! Tidak seorang pun dari rombongan kami keluar
perkemahan tadi malam!” bantah para pemimpin rombongan dari Yatsrib
itu.
Tadi malam, kaum Muslimin memang bergerak diam-diam. Mereka tidak
memberi tahu anggota rombongan yang belum beriman tentang perjanjian
mereka dengan Rasulullah ﷺ. Akhirnya, orang-orang Quraisy
kembali dengan hati ragu. Sementara itu, dengan tenang, anggota
rombongan dari Yatsrib berkemas dan berangkat pulang.
*Hijrah*
“Tahan mereka yang mencoba mengungsi itu! Kurung orang yang mencoba
pergi!” perintah seorang pemimpin.
“Apa kamu sudah tidak waras? Kalau kita bunuh, kabilahnya akan
menuntut balas!
Quraisy akan dipecah dalam perang saudara! Itu sudah pasti akan
menguntungkan Muhammad! Tidak, tidak ada yang di bunuh. Bujuk saja
supaya mereka kembali kepada sesembahan lama. Iming-imingi dengan
harta kalau perlu. Jika tidak mau juga, siksa dengan keras!”
Demikian keras orang Quraisy bertindak, sampai-sampai ada istri yang
dipisahkan dari suaminya. Kalau istrinya orang Quraisy, ia tidak boleh ikut
suaminya hijrah. Jika tidak menurut, wanita itu akan mereka kurung.
Semua itu rela dijalani kaum Muslimin. Mereka rela berpisah dari keluarga
bahkan meninggalkan harta untuk berhijrah demi kebebasan menyembah
Allah ﷺ.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 69
Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah. Pada saat itulah
Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah binti Abu Bakar di Mekah,
merayakan pernikahan beliau tersebut. Ketika itu, Aisyah sudah menjelang
remaja. Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka
yang manis dan sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul.
Pernikahan ini membuat persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash
Shiddiq semakin erat.
"Beliau adalah suami yang penuh cinta kasih tapi juga tidak berkeberatan
ikut bermain-main bersamaku. Subhanallah, beliau benar-benar manusia
yang luar biasa. Aku benar-benar mencintainya setulus hatiku untuk
selamanya, dari dunia sampai akhirat kelak."
Setelah menikah dengan Aisyah yang cerdas dan periang, beban pikiran
Rasulullah terkurangi. Mengurus umat satu kota penuh memerlukan
konsentrasi yang amat tinggi hingga menyebabkan rasa lelah yang luar
biasa. Namun, jika beliau pulang ke rumah dan bertemu Aisyah, segala
lelah dan beban berat terasa hilang. Canda, senyum, dan bakti Aisyah
menumbuhkan rasa riang dan semangat baru dalam hati Rasulullah. Tidak
terkira besarnya kasih sayang Rasulullah kepada Aisyah.
*Ummu Abdillah*
Untuk menghibur Aisyah dari kesedihan karena tidak memiliki putra dan
agar istri tercintanya itu merasa diperhatikan dan disayang, Rasulullah
mengizinkan Aisyah mengangkat putra saudarinya, Asma binti Abu Bakar.
Keponakan Aisyah itu bernama Abdillah sehingga Aisyah dikenal orang
dengan panggilan Ummu Abdillah.
Beliau menjawab,
"Sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang yang engkau kenal
dan yang tidak engkau kenal."
Beliau bersabda,
Tidak akan pernah lagi kita menjumpai seorang pemimpin yang begitu
lembut dan begitu menyayangi rakyatnya, pemimpin yang hidup sederhana
seperti kebanyakan rakyatnya, pemimpin yang mampu memberi nasihat
dan teladan, pemimpin yang selalu siap memberi dan mendapat tempat di
lubuk hati terdalam setiap orang yang mengenalnya.
Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan
(keimanan dan keislaman) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap
orang-orang yang beriman.
*Shalat Rasulullah*
Bagian 70
Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila beliau tahu ada
orang yang sedang menunggu, padahal beliau sedang shalat, beliau
percepat shalat itu dan beliau tanya apa keperluannya. Sesudah beliau
memenuhi keperluan orang tadi, beliau lanjutkan kembali ibadahnya.
Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut
mencari pakaian, menambal baju yang berlubang, serta memerah susu
kambing. Beliau juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau
penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai mengambil minum sampai
mengurus unta.
Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus
keperluan orang yang lemah, menderita, dan miskin. Apalagi melihat ada
orang yang membutuhkan sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah,
sekali pun beliau saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada sesuatu yang
disimpan untuk esok, bahkan kelak ketika beliau wafat. Baju besi beliau
sedang tergadai di tangan seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang
untuk belanja keluarga.
Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji.
Suatu ketika ada delegasi dari Raja Najasyi dari Habasyah datang
berkunjung. Beliau sendiri yang melayani mereka. Para sahabat datang
menegur, "Wahai Rasulullah, sudah cukuplah, bukankah ada orang lain
untuk mengerjakannya?"
Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah,
kenangan indah muncul bagai pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika,
ada seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu gembira dan
beliau tanyai wanita itu baik-baik. Ketika wanita itu sudah pergi, beliau
berkata, "Ketika masih ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat
hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman."
Begitu halus perasaan Rasulullah, begitu lembut hatinya, sampai beliau
biarkan cucunya bermain-main dengannya ketika beliau sedang shalat.
Bahkan beliau shalat dengan membawa Umamah, cucu beliau dari Zainab.
Umamah beliau taruh di atas bahu. Saat beliau sujud, beliau letakkan
Umamah, jika beliau berdiri, Umamah ditaruh lagi keatas bahunya.
Sabda beliau,
*Keseharian Rasulullah*
Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh ada rasa takut
dalam hati seorang Muslim, kecuali jika ia melakukan perbuatan maksiat
dan dosa. Jiwa itu tidak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan
orang lain. Karena itulah, Rasulullah mengajak para sahabatnya berhijrah
ke Madinah.
Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta,
kendaraan, pakaian, makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang sudah
mencintai harta dunia seperti itu, kekuatan rohaninya melemah dan tidak
lagi mampu berjuang, beribadah, serta berbakti layaknya seorang Muslim
sejati.
Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri
atas kulit yang dilapisi serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang.
Beliau selalu menyudahi makannya sebelum kenyang. Tidak pernah
Rasulullah makan roti dari tepung gandum dua hari berturut-turut.
Sebagian besar makanan beliau adalah bubur.
Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya
dapat makan roti sop (roti yang dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan
sering sekali beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal
perutnya dengan batu yang dikaitkan dengan ikat pinggangnya agar rasa
laparnya tertahan.
Saudaraku, sahabatku, keluargaku, hidup susah itu sering disebabkan karena banyak
mikir. Kalau ingin senang, ya jangan banyak mikir.
Tapi seribu nikmat dilupakan, satu ujian dipikir terus, banyak mikir.
- Sehat dan sakit yang Alloh turunkan, jauh lebih banyak sehatnya.
Tapi seribu sehat dilupakan, satu sakit dipikir terus, banyak mikir.
Tapi seribu tawa dilupakan, satu tangis dipikir terus, banyak mikir.
Renungan:
Sebutir batu dilempar, satu negeri jadi geger, nyaris mau kiamat.
Bagian 68
Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu Dzar, Umar, dan Ali
bin Abu Thalib memilih pekerjaan sebagai petani. Keluarga-keluarga
mereka terjun menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama
pemiliknya. Selain mereka, ada pula kaum Muhajirin yang tetap mengalami
kesulitan hidup. Sungguh pun begitu, mereka tidak mau menjadi beban
orang lain. Mereka membanting tulang melakukan pekerjaan apa pun yang
halal.
Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan
masuk Islam. Namun, keadaan mereka amat miskin dan serba kekurangan
sampai ada yang tidak mempunyai tempat tinggal. Rasulullah menyediakan
tempat tinggal untuk mereka di selasar masjid yang di sebut shuffah.
Mereka yang tinggal di tempat itu di sebut ahli Shuffah. Belanja mereka
diberikan oleh kaum Muslimin yang berkecukupan, baik dari kaum
Muhajirin maupun dari kaum Anshar.
*Riwayat Adzan*
Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu beliau bersabda, "Ya Bilal,
bangunlah dan panggillah orang dengan 'Ash Shalah!"
Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-seru, "Ash shalatu
jami'ah! Shalatlah berjamaah! Shalatlah berjamaah!"
Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada dalam keadaan
setengah tertidur melihat seorang laki-laki membawa genta. Abdullah ingin
membelinya untuk memanggil shalat.
"Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu. Berserulah Allahu Akbar!
Allahu Akbar! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha illallah!
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alal falah! Hayya
'alal falah! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!"
"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar,
sungguh semalam saya telah bermimpi bertemu seseorang dan berseru
sebagaimana yang diucapkan Bilal."
Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-orang Arab saja,
melainkan juga kaum Yahudi. Ada tiga keluarga besar Yahudi yang menetap
di Madinah. Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Orang-orang
Arab yang tinggal di Madinah dari suku Aus dan suku Khazraj pernah saling
bermusuhan selama puluhan tahun. Setiap suku dipengaruhi oleh orang-
orang Yahudi. Namun, ketika Islam datang mempersaudarakan mereka,
lenyaplah rasa permusuhan itu untuk selamanya. Sejak saat itu, kaum
Yahudi kehilangan pengaruh mereka atas orang Arab di Madinah.
Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum Muslimin. Hal itu tidak
diterima dengan rela oleh kaum Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan
sendiri untuk menghalangi kemajuan Islam. Melihat gelagat tidak baik ini,
Rasulullah pun mengirimkan surat perjanjian kepada orang Yahudi.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus
mempertahankannya bersama-sama.
Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini kemudian dirusak oleh
tabiat kaum Yahudi yang suka menipu dan berkhianat. Makanya kaum
Yahudi tidak senang dengan isi perjanjian yang telah disepakati tersebut,
lalu mereka melanggarnya dengan berbagai penipuan dan pengkhianatan.
[20.20, 24/6/2020] Aidha Lutfah: Hidup itu asal tdk maksiat dan bermanfaat
buat orang banyak itu sdh cukup.
Tdk dihormati juga tdk masalah justru bisa bersembunyi dari perhatian
orang banyak, malah lebih leluasa dan santai.
Semoga kita ke depan lebih baik dan bermanfaat. Semoga disisa usia kita
menjadi usia yg barokah. Aamiin
Bismillahirrahmanirrahim
Debat yang tercela adalah debat yang tidak memakai dasar ilmu, tanpa
dalil. Contohnya lagi adalah debat dengan menggunakan otot, bukan
argumen yang kuat.
“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras
debatnya.” (H…
[11.03, 28/6/2020] Pak Sutam: Info Kegiatan Belajar Mengajar Sb1 Sekolah
Musik di mulai Masuk Normal Hari Sabtu Tgl 4 Juli 2020. diawali dari Pelajar
yg sudah regristrasi pengambilan Kupon yg sudah disiapkan Tutor serta
mulai di buka pendaftaran siswa Baru dg diskon 50% khusus pendaftar di
bulan Juni s/d Juli 2020.
Bagian 67
Pada musim dingin suhunya sangat rendah dan pada musim panas suhunya
jauh lebih panas dari pada Mekah.
Banyak sahabat Muhajirin yang tidak kuat dengan cuaca tersebut dan jatuh
sakit.
Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin Fuhairah termasuk yang jatuh sakit.
"... mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita.
Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika sedang sakit.
"Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang di sekelilingku ada
pohon-pohon idzkir dan jalil (nama pohon yang banyak terdapat di Mekah).
Dan apakah pada suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air Majinnah
dan apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung Syamah dan Gunung Thafil
(dua buah gunung dekat Mekah)."
Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita demam tinggi sering
bersyair,
"Sungguh aku mendapati mati sebelum merasakannya ..."
Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa orang sahabat akibat cuaca
panas tersebut.
"Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota Madinah sebesar rasa cinta
kami pada Mekah, atau bahkan lebih !
Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah pun melakukan hal
lain yang sangat indah agar kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah
tumbuh rasa cintanya pada Madinah.
*Tabarruk*
"Engkau benar."
Saling Bersaudara
Suatu hari, Rasulullah mengumpulkan para sahabat Muhajirin dan Anshar.
"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang - dua orang."
"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara
dengan Zaid bin Haritsah, putra angkat Rasulullah."
Selain itu, juga agar setiap Muslim menjadi saling menolong yang kuat
menolong yang lemah, yang mampu menolong yang kekurangan.
Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang
kelak ditempuh Rasulullah dan para sahabatnya di Madinah.
Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin tidak begitu saja
terlena dengan bantuan saudara-saudara Anshar mereka.
*Persaudaraan Sejati*
Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama bisa bersaudara seerat dua
orang yang sama agamanya.
Bagian 66
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
“Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah oleh Allah dan akan
berhenti ditempat yang Allah kehendaki.”
“Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan tinggal di rumah Anda
untuk sementara waktu. Silahkan sediakan tempat untukku.”
Abu Ayyub tergopoh-gopoh memasuki rumahnya karena begitu gembira.
Disiapkannya tempat untuk Rasulullah ﷺserapi mumgkin.
Kemudian, ia kembali menghadap Rasulullah ﷺdan berkata,
Gentong Pecah
*Mendirikan Masjid*
Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira dan penuh
semangat. Sambil bekerja, Rasulullah ﷺbersyair,
Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat tinggal Rasulullah
ﷺdan keluarganya. Sungguh, sebuah masjid sederhana yang
penuh berkah.
*Warna Masjid*
Bagian 65
Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi. Beliau diiringi para
sahabat Muhajirin dan Anshar. Sebagian berkendaraan, sebagian lagi
berjalan kaki. Ketika waktu shalat Jum'at tiba, Rasulullah tengah melewati
Wadi Ranuna. Tempat itu dekat dengan perkampungan Bani Amr bin Auf.
Rasulullah berhenti dan mendirikan shalat Jum'at bersama para
sahabatnya. Itulah shalat Jum'at pertama yang didirikan Rasulullah.
"Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak melihat apa pun.
Namun, ketika melihat ke muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa
pun yang dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka, walaupun
dengan separuh kurma, hendaklah ia banyak menyebut kalimat thayyibah
karena kalimat thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi
balasan sampai tujuh ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat Allah serta
barokah-Nya semoga dilimpahkan atas kamu dan atas Rasulullah."
Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah setelah shalat didirikan.
Baru pada kemudian hari, Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah
dilakukan sebelum shalat Jum'at dilakukan.
Tiba di Madinah
Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan tombak sebagai
tanda siap mati membela Rasulullah.
Kaum Muslimin yang mengiringi Rasulullah dari Quba berseru bersama,
"Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi
Allah!"
Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah
bertanya,
Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum saat mendengar
pernyataan cinta dari Rasulullah yang begitu mulia, yang begitu mereka
cintai, dan yang begitu mereka rindukan. Maka rebana-rebana pun
berbunyi dan kaum wanita berpantun.
Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama tiba di
Madinah. Setelah itu, menyusul Amir bin Rabi'ah bersama istrinya, Laila
binti Abi Hasymah. Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama tiba di
Madinah.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,
[07.04, 17/6/2020] Marlik: Matur suwun p.ji
[09.43, 18/6/2020] Khafid Ps: Kami harapkan hari ini semua SD sdh bisa
kirim data ggih.
Jumlah lulus
L. : 16
P. : 19
Jml : 35
Jumlah Lulus
L = 20
P = 23
Jml = 43
L = 2
P = 1
Jml = 3
Jumlah lulus
L=7
P = 15
Jml =22
Jumlah lulus
L=8
P=4
Jml = 12
Lulus L = 7
P=2
Jml = 9
Lulus L=4
P =6
Jumlah =10
L =11
P= 6
-----------
17 LULUS SEMUA
Lulus L = 8
P=6
Jml = 14
SDN Blimbing 3
Lulus L = 16
P = 19
Jml = 35
Lulus L = 11
P= 9
Jml = 20
Lulus L = 3
P=4
Jml. =7
Lulus L = 10
P=9
Jml. = 19
[11.11, 18/6/2020] Pak Imam SDTQ: SDTQ AL IHSAN
Lulus L = 2
1. Tligosadang
2. Kemantren
3. Kranji 1
4. Kranji 2
5 Kranji 3
6. Tunggul
7. SDTQ
LULUS L = 0
P= 3
Jml = 3
[11.17, 18/6/2020] Khafid Ps: Mohon maaf, di daftar Peserta Ujian kls 6, kok
5 peserta
LULUS L =9
P = 10
JML = 19
L=4
P =5
-----------
P=4
P=4
Monggo tinggal :
Tlogosadang
Kranji 1
SDTQ
Jumlah lulus
L=8
P=3
Jumlah = 11
L=2
P=2
JML.04
Trima kasih
SD yg lain, monggo
[15.21, 19/6/2020] Pak Sutam: Dimohon dengan hormat lagi sangat atas
kehadirannya Bpk / Ibu Kepala SD N/S se kec. Paciran besuk pagi:
Hari : Sabtu
Tgl. : 20 Juni 2020
tren
si pembelajaran mema
dengan covid- 19
Ket.
Korwil Paciran
NB.
- Pakai masker
- Cuci tangan
[15.43, 19/6/2020] Fahrudin: Ngapunten pak, benjeng kulo izin, ada acara
keluarga, kemantenan pak
InsyaAllah
Bagian 66
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
Tempat Rasulullah ﷺMenginap
“Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah oleh Allah dan akan
berhenti ditempat yang Allah kehendaki.”
“Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan tinggal di rumah Anda
untuk sementara waktu. Silahkan sediakan tempat untukku.”
Gentong Pecah
Mendirikan Masjid
Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira dan penuh
semangat. Sambil bekerja, Rasulullah ﷺbersyair,
Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat tinggal Rasulullah
ﷺdan keluarganya. Sungguh, sebuah masjid sederhana yang
penuh berkah.
Warna Masjid
Bersambung.........
[05.57, 20/6/2020] Arifin Sd: Maaf aku nggak bisa hadir pak Ji,kena flue🙏😇
[06.48, 20/6/2020] Suwarmi: Mohon maaf, klau mau diprint diedit sendiri
nggih.
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/06/uang-selingkuh-267515
[14.35, 20/6/2020] Siti Mutawqilah: Yg lain msh dlm proses editing bu, ini
cuma obat penasaran sj 😊
Terima kasih...
[06.25, 22/6/2020] Khafid Ps: Barangkali ada sekolah bina teman teman
yang masuk pada daftar sekolah Penerima BOS Afirmasi dan BOS Kinerja TA
2020
[06.47, 22/6/2020] Aidha Lutfah: Ya bapak, sdh saya lihat cuma tlogosadang
[08.12, 22/6/2020] Suwarmi: Sebenarnya syarat BOS Kinerja itu apa to mas,
aku lho kepingin
Bagian 67
Pada musim dingin suhunya sangat rendah dan pada musim panas suhunya
jauh lebih panas dari pada Mekah.
Banyak sahabat Muhajirin yang tidak kuat dengan cuaca tersebut dan jatuh
sakit.
Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin Fuhairah termasuk yang jatuh sakit.
"... mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita."
Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika sedang sakit.
Namun, ketika sakitnya hilang, ia sering menangis karena merindukan
Mekah sambil berkata,
"Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang di sekelilingku ada
pohon-pohon idzkir dan jalil (nama pohon yang banyak terdapat di Mekah).
Dan apakah pada suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air Majinnah
dan apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung Syamah dan Gunung Thafil
(dua buah gunung dekat Mekah)."
Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita demam tinggi sering
bersyair,
Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa orang sahabat akibat cuaca
panas tersebut.
Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah pun melakukan hal
lain yang sangat indah agar kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah
tumbuh rasa cintanya pada Madinah.
Tabarruk
"Engkau benar."
Saling Bersaudara
Suatu hari, Rasulullah mengumpulkan para sahabat Muhajirin dan Anshar.
"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang - dua orang."
"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara
dengan Zaid bin Haritsah, putra angkat Rasulullah."
Selain itu, juga agar setiap Muslim menjadi saling menolong yang kuat
menolong yang lemah, yang mampu menolong yang kekurangan.
Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang
kelak ditempuh Rasulullah dan para sahabatnya di Madinah.
Sebagian besar dari mereka memasuki Madinah dengan perut lapar tanpa
ada lagi yang dapat dimakan.
Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin tidak begitu saja
terlena dengan bantuan saudara-saudara Anshar mereka.
Persaudaraan Sejati
Bersambung......
Matur suwun arti kasarnya ngemis. Mengapa masih ada TP dan PTK masih
menggunakan kosa kata yang salah
[13.33, 22/6/2020] Siti Mutawqilah: Sing bener terima kasih jawane opo
pak @Muhammad Amilin
[13.52, 22/6/2020] Roni UPT: hatur nuhun bapak @Muhammad Amilin atas
infonipun
[14.55, 22/6/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Salah satu unsur dari bahasa adalah
konsesus, andai dari dulu orang menyebut "tempat tidur" adalah
"jamban", bisa jadi smpe skarang kita tidur bukan di ranjang tapi di jamban
😄😄
[15.05, 22/6/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Bahasa jawa tergolong bahasa tua,
artinya tidak semua kata dlm bahasa jawa bisa ditranslate ke bahasa
indonesia, misale " kunduran praoto", "upo" dll. 🤭🤭
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/06/mengenal-konsep-sekolah-
tangguh-269025
[08.09, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Terima kasih pak @Pak Sutam , pak
@Khafid Ps
[08.10, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Dapat tah bisa yuk. Wong wes dapat
ngono kok 🤭
[08.38, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Berarti tangguh iku apik kanggo semua
kondisi 😁
[09.34, 23/6/2020] Bu Am Wa: Setuju Mas @Roni UPT tak tunggu loo... 🤭🤭
Jadilah seperti air yang terus mengalir, bahkan di tempat yang
tersembunyi sekalipun.
*_🍁motivasikehidupanislam🙏🙏🙏
[06.21, 24/6/2020] Arifin Sd: Hari ini siapa yang mau ikut ke
Lamongan,mangga
Bagian 68
Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu Dzar, Umar, dan Ali
bin Abu Thalib memilih pekerjaan sebagai petani. Keluarga-keluarga
mereka terjun menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama
pemiliknya. Selain mereka, ada pula kaum Muhajirin yang tetap mengalami
kesulitan hidup. Sungguh pun begitu, mereka tidak mau menjadi beban
orang lain. Mereka membanting tulang melakukan pekerjaan apa pun yang
halal.
Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan
masuk Islam. Namun, keadaan mereka amat miskin dan serba kekurangan
sampai ada yang tidak mempunyai tempat tinggal. Rasulullah menyediakan
tempat tinggal untuk mereka di selasar masjid yang di sebut shuffah.
Mereka yang tinggal di tempat itu di sebut ahli Shuffah. Belanja mereka
diberikan oleh kaum Muslimin yang berkecukupan, baik dari kaum
Muhajirin maupun dari kaum Anshar.
Riwayat Adzan
Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu beliau bersabda, "Ya Bilal,
bangunlah dan panggillah orang dengan 'Ash Shalah!"
Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-seru, "Ash shalatu
jami'ah! Shalatlah berjamaah! Shalatlah berjamaah!"
Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada dalam keadaan
setengah tertidur melihat seorang laki-laki membawa genta. Abdullah ingin
membelinya untuk memanggil shalat.
"Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu. Berserulah Allahu Akbar!
Allahu Akbar! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha illallah!
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alal falah! Hayya
'alal falah! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!"
"Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau menemui Bilal karena
Bilal itu suaranya lebih tinggi dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal segala apa
yang diucapkan orang dalam mimpimu itu. Hendaklah Bilal memanggil
orang shalat dengan cara demikian itu!"
Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat seperti yang
diajarkan Abdullah bin Zaid kepadanya. Mendengar Bilal, Umar bin Khattab
datang tergopoh-gopoh menemui Rasulullah sambil berkata,
"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar,
sungguh semalam saya telah bermimpi bertemu seseorang dan berseru
sebagaimana yang diucapkan Bilal."
Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-orang Arab saja,
melainkan juga kaum Yahudi. Ada tiga keluarga besar Yahudi yang menetap
di Madinah. Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Orang-orang
Arab yang tinggal di Madinah dari suku Aus dan suku Khazraj pernah saling
bermusuhan selama puluhan tahun. Setiap suku dipengaruhi oleh orang-
orang Yahudi. Namun, ketika Islam datang mempersaudarakan mereka,
lenyaplah rasa permusuhan itu untuk selamanya. Sejak saat itu, kaum
Yahudi kehilangan pengaruh mereka atas orang Arab di Madinah.
Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum Muslimin. Hal itu tidak
diterima dengan rela oleh kaum Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan
sendiri untuk menghalangi kemajuan Islam. Melihat gelagat tidak baik ini,
Rasulullah pun mengirimkan surat perjanjian kepada orang Yahudi.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus
mempertahankannya bersama-sama.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
[20.20, 24/6/2020] Aidha Lutfah: Hidup itu asal tdk maksiat dan bermanfaat
buat orang banyak itu sdh cukup.
Semoga kita ke depan lebih baik dan bermanfaat. Semoga disisa usia kita
menjadi usia yg barokah. Aamiin
Bismillahirrahmanirrahim
Debat yang tercela adalah debat yang tidak memakai dasar ilmu, tanpa
dalil. Contohnya lagi adalah debat dengan menggunakan otot, bukan
argumen yang kuat.
“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras
debatnya.” (H…
[11.03, 28/6/2020] Pak Sutam: Info Kegiatan Belajar Mengajar Sb1 Sekolah
Musik di mulai Masuk Normal Hari Sabtu Tgl 4 Juli 2020. diawali dari Pelajar
yg sudah regristrasi pengambilan Kupon yg sudah disiapkan Tutor serta
mulai di buka pendaftaran siswa Baru dg diskon 50% khusus pendaftar di
bulan Juni s/d Juli 2020.
Bagian 69
Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah. Pada saat itulah
Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah binti Abu Bakar di Mekah,
merayakan pernikahan beliau tersebut. Ketika itu, Aisyah sudah menjelang
remaja. Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka
yang manis dan sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul.
Pernikahan ini membuat persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash
Shiddiq semakin era
Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila beliau tahu ada
orang yang sedang menunggu, padahal beliau sedang shalat, beliau
percepat shalat itu dan beliau tanya apa keperluannya. Sesudah beliau
memenuhi keperluan orang tadi, beliau lanjutkan kembali ibadahnya.
Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut
mencari pakaian, menambal baju yang berlubang, serta memerah susu
kambing. Beliau juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau
penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai mengambil minum sampai
mengurus unta.
Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus
keperluan orang yang lemah, menderita, dan miskin. Apalagi melihat ada
orang yang membutuhkan sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah,
sekali pun beliau saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada sesuatu yang
disimpan untuk esok, bahkan kelak ketika beliau wafat. Baju besi beliau
sedang tergadai di tangan seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang
untuk belanja keluarga.
Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji.
Suatu ketika ada delegasi dari Raja Najasyi dari Habasyah datang
berkunjung. Beliau sendiri yang melayani mereka. Para sahabat datang
menegur, "Wahai Rasulullah, sudah cukuplah, bukankah ada orang lain
untuk mengerjakannya?"
"Mereka sangat menghormati sahabat-sahabat kita ketika berhijrah ke
tempat mereka," jawab Rasulullah. "Saya ingin membalas sendiri kebaikan
mereka."
Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah,
kenangan indah muncul bagai pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika,
ada seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu gembira dan
beliau tanyai wanita itu baik-baik. Ketika wanita itu sudah pergi, beliau
berkata, "Ketika masih ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat
hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman."
Sabda beliau,
Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh ada rasa takut
dalam hati seorang Muslim, kecuali jika ia melakukan perbuatan maksiat
dan dosa. Jiwa itu tidak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan
orang lain. Karena itulah, Rasulullah mengajak para sahabatnya berhijrah
ke Madinah.
Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta,
kendaraan, pakaian, makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang sudah
mencintai harta dunia seperti itu, kekuatan rohaninya melemah dan tidak
lagi mampu berjuang, beribadah, serta berbakti layaknya seorang Muslim
sejati.
Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri
atas kulit yang dilapisi serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang.
Beliau selalu menyudahi makannya sebelum kenyang. Tidak pernah
Rasulullah makan roti dari tepung gandum dua hari berturut-turut.
Sebagian besar makanan beliau adalah bubur.
Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya
dapat makan roti sop (roti yang dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan
sering sekali beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal
perutnya dengan batu yang dikaitkan dengan ikat pinggangnya agar rasa
laparnya tertahan.
Ada sambungnya,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bersambung.........
Bersambung......
[13.17, 22/6/2020] bu jujuk Sdi: Matur suwun pak
Bagian 69
Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah. Pada saat itulah
Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah binti Abu Bakar di Mekah,
merayakan pernikahan beliau tersebut. Ketika itu, Aisyah sudah menjelang
remaja. Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka
yang manis dan sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul.
Pernikahan ini membuat persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash
Shiddiq semakin erat.
"Rasulullah …
Bagian 70
Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila beliau tahu ada
orang yang sedang menunggu, padahal beliau sedang shalat, beliau
percepat shalat itu dan beliau tanya apa keperluannya. Sesudah beliau
memenuhi keperluan orang tadi, beliau lanjutkan kembali ibadahnya.
Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut
mencari pakaian, menambal baju yang berlubang, serta memerah susu
kambing. Beliau juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau
penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai mengambil minum sampai
mengurus unta.
Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus
keperluan orang yang lemah, menderita, dan miskin. Apalagi melihat ada
orang yang membutuhkan sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah,
sekali pun beliau saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada sesuatu yang
disimpan untuk esok, bahkan kelak ketika beliau wafat. Baju besi beliau
sedang tergadai di tangan seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang
untuk belanja keluarga.
Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji.
Suatu ketika ada delegasi dari Raja Najasyi dari Habasyah datang
berkunjung. Beliau sendiri yang melayani mereka. Para sahabat datang
menegur, "Wahai Rasulullah, sudah cukuplah, bukankah ada orang lain
untuk mengerjakannya?"
Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah,
kenangan indah muncul bagai pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika,
ada seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu gembira dan
beliau tanyai wanita itu baik-baik. Ketika wanita itu sudah pergi, beliau
berkata, "Ketika masih ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat
hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman."
Sabda beliau,
Keseharian Rasulullah
Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh ada rasa takut
dalam hati seorang Muslim, kecuali jika ia melakukan perbuatan maksiat
dan dosa. Jiwa itu tidak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan
orang lain. Karena itulah, Rasulullah mengajak para sahabatnya berhijrah
ke Madinah.
Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta,
kendaraan, pakaian, makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang sudah
mencintai harta dunia seperti itu, kekuatan rohaninya melemah dan tidak
lagi mampu berjuang, beribadah, serta berbakti layaknya seorang Muslim
sejati.
Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri
atas kulit yang dilapisi serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang.
Beliau selalu menyudahi makannya sebelum kenyang. Tidak pernah
Rasulullah makan roti dari tepung gandum dua hari berturut-turut.
Sebagian besar makanan beliau adalah bubur.
Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya
dapat makan roti sop (roti yang dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan
sering sekali beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal
perutnya dengan batu yang dikaitkan dengan ikat pinggangnya agar rasa
laparnya tertahan.
Ada sambungnya,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bagian 70
Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut
mencari pakaian, menambal baju yang berlubang, serta memerah susu
kambing. Beliau juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau
penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai mengambil minum sampai
mengurus unta.
Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus
keperluan orang yang lemah…
Bersambung
[13.41, 9/6/2020] Suwarmi: Maaf Pak Pi, bsok saja nggih, ini sy sdh pulang.
Bagian 57
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
Musim haji pun segera selesai. Ketika rombongan Muslim Yatsrib berangkat
pulang. Rasulullah ﷺmenyertakan seorang duta pertama. Tugas duta
ini adalah mengajarkan syariat Islam dan pengetahuan agama kepada kaum
Muslimin. Selain itu, ia juga berkewajiban menyebarkan ajaran Islam kepada
orang-orang yang masih menyembah berhala.
*Jum’at Pertama*
Itulah shalat jum’at pertama dalam sejarah Islam. Shalat pertama itu diikuti oleh
empat puluh orang.
*Abdurrahman bin Auf*
Satu tahun berikutnya, jumlah jama’ah haji dari Yatsrib lebih banyak, termasuk
dalam rombongan itu tujuh puluh lima muslim. Dua di antaranya kaum
perempuan.
Saat itu tahun 622 Masehi, tiga belas tahun sudah Rasulullah ﷺ
berdakwah dengan lemah lembut, mengalah terhadap segala siksaan, serta
menanggung semua kesakitan dengan kesabaran dan pengorbanan.
Mereka bersepakat bertemu tengah malam di bukit Aqabah pada hari-hari tasyriq.
Hari Tasyriq adalah tiga hari berturut-turut setelah hari Raya Qurban (Idhul Adha).
Kali ini mereka tidak bertemu di kaki bukit, tetapi di puncaknya. Semua orang
mendaki lereng-lereng Aqabah yang curam, termasuk kedua Muslimah tersebut.
Saat itu, Rasulullah ﷺdisertai pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib.
Abbas menyadari bahwa pertemuan ini dapat berakibat perang terhadap orang
yang memusuhi keponakannya.
Orang-orang Yatsrib pun menjawab, “Sudah kami dengar yang Tuan katakan.
Sekarang silahkan Rasulullah bicara. Kemukakanlah yang Tuan senangi dan
disenangi Allah.”
“Saya minta ikrar Tuan-Tuan untuk membela saya seperti membela istri-istri dan
anak-anak Tuan-Tuan sendiri.”
“Hanya kepada kamilah Rasulullah menghendaki sesuatu. Demi jiwaku yang ada
ditangan-NYA, andaikan engkau menyuruh agar kami menceburkan diri ke dalam
samudra, tentulah kami akan melakukannya.
Seorang pemuka masyarakat yang tertua disitu, Al Bara’ bin Ma’rur, berkata,
“Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang peperangan dan ahli
bertempur yang sudah kami warisi dari leluhur kami.”
Namun, sebelum Al Bara’ selesai bicara, Abu Haitham bin Tayyihan menyela,
“Tidak, saya sehidup semati dengan Tuan-Tuan. Tuan-Tuan adalah saya dan saya
adalah Tuan-Tuan. Saya akan memerangi siapa saja yang Tuan-Tuan perangi dan
saya akan berdamai dengan siapa saja yang Tuan-Tuan ajak berdamai.”
“Akan kami terima, sekali pun harta benda kami habis dan bangsawan kami
terbunuh. Namun, Rasulullah, kalau dapat kami tepati semua ini, apa yang akan
kami peroleh?”
Bagian 60
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َحمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
*Dikepung*
Abu Bakar berpesan kepada putranya, Abdullah, agar setiap hari mendengarkan
rencana-rencana Quraisy saat mereka tahu Rasulullah ﷺtelah
berangkat hijrah:
Abu Bakar juga menugasi pembantunya, Amir bin Fuhaira, agar menggembalakan
kambing-kambingnya di dekat Gua Tsur selama Rasulullah dan Abu Bakar
sembunyi di situ. Amir bertugas memerah susu kambing untuk minum Rasulullah
ﷺdan Abu Bakar, sekaligus memberi peringatan jika orang-orang
Quraisy itu mendekat.
Menurut sebuah riwayat, salah seorang dari mereka mengintai ke dalam rumah
Rasulullah ﷺdengan memanjat. Konon, setiap kali ia memanjat,
terdengarlah suara tangis seorang anak perempuan. Orang itu pun segera turun.
Begitulah yang terjadi berkali-kali.
Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Setelah tahu apa yang terjadi, Abu Bakar
segera menyusul Rasulullah ﷺdan berhasil menemui beliau di tengah
perjalanan menuju Gua Tsur. Pagi hampir tiba ketika tiba-tiba muncul seorang laki-
laki tua yang tidak seorang pun pernah melihatnya. Orang tua itu berseru nyaring
untuk membangunkan para pengepung, “Hai orang banyak! Kamu semua di sini
sedang menunggu apa? Mengapa kalian tertidur demikian pulas?”
“Kasihan …. kasihan …. kasihan sekali kalian! Muhammad sudah pergi dari tadi
setelah menaburkan pasir di kepala kalian!”
Para pemuda gagah itu bangkit, sambil membersihkan pasir di kepala mereka,
Mereka kemudian menyerbu masuk dengan pedang terhunus. Hanya dalam waktu
beberapa detik, mereka mengelilingi tempat tidur Rasulullah ﷺ.
Wajah para pemuda itu membeku pucat melihat bukan Rasulullah ﷺ
yang berbaring.
“Mana Muhammad?” hardik mereka kasar.
Para pemuda itu kemudian menggiring Ali bin Abu Thalib ke dekat Ka’bah. Di sana
mereka memukul, menendang, dan menampar wajah beliau. Namun, Ali lebih baik
mati daripada mengatakan di mana Rasulullah ﷺberada. Dengan
putus asa, mereka pun melepaskan Ali bin Abu Thalib yang telah bertahan
demikian berani.
Saat itu Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Gua Tsur. Selama berjalan, Abu Bakar
sebentar-sebentar melangkah di muka Rasulullah ﷺ, lalu disamping,
kemudian pindah ke belakang. Demikian berulang-ulang.
“Ya Rasulullah, saya takut kita diikuti pengintai. Untuk mengelabuhi mereka, saya
berpindah-pindah berjalan di dekat Anda.”
Abu Bakar pun masuk dan membersihkan gua tanpa menghiraukan bahaya yang
mengancam. Ia merobek pakaiannya secarik demi secarik untuk menutup semua
lubang yang terlihat. Setelah itu, dengan pakaian terkoyak-koyak, ia
menyingkirkan batu-batu. Mendadak seekor ular yang bersembunyi di balik
bebatuan itu menggigit kakinya dengan keras. Sakit sekali bekas gigitan itu seperti
hendak meledakkan kepalanya. Namun, Abu Bakar menahan rasa sakit itu dan
terus bekerja tanpa bersuara.
“Kemana pakaianmu?”
Bersambung
Bagian 61
Memburu Rasulullah
"Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah mengepung begitu rapat
sampai tidak seekor ular gurun pun dapat lolos?" teriak seorang pembesar.
"Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak jejak Muhammad!"
Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat ahli itu mengikuti jejak yang
ditinggalkan Rasulullah. Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya
dengan wajah tidak sabar. Sebagian besar dari mereka adalah para pemuda yang
semalam ditugaskan menyergap Rasulullah.
Setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu menarik napas sambil menggeleng,
"Jejaknya sudah terhapus oleh orang yang lalu lalang tadi pagi!"
"Gawat!" gemas seseorang. "Apa kau punya usul lain, pencari jejak?"
"Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat Muhammad yang paling
dekat!"
Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu tiba di rumah Abu Bakar. Asma binti Abu
Bakarlah yang keluar membukakan pintu.
"Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana perginya," jawab Asma dengan berani.
"Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari saya."
"Ah, terlalu!" sambil bersungut, Abu Jahal menampar wajah Asma keras-keras.
Sarang Laba-Laba
Ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa jalan, sang pencari jejak
menemukan jejak mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda
mengikuti jejak itu sampai tiba di kaki Gunung Tsur. Namun, di situ jejak terputus.
Mereka kebingungan.
"Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?" tanya komandan pasukan. "Apakah
Muhammad masuk ke dalam gua itu atau terus mendaki ke puncak?"
"Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini? Bukan keselamtanku yang
aku khawatirkan, melainkan keselamatan Rasulullah!" kata Abu Bakar dalam hati.
Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar
hampir lepas. Ia berbisik, "Ya Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah,
pasti kita akan terlihat."
"Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya komandan mereka dingin.
"Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk ke dalam
tanpa merusaknya!"
"Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat di mulut gua!" lapor yang
lain. "Jika Muhammad masuk ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak."
Sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua itu adalah pertolongan
yang diberikan Allah. Padahal sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada
laba-laba dan burung merpati yang bersarang.
Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua juga mendadak tumbuh
sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan masuk.
Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-
Nya semakin bertambah kuat.
Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma binti Abu Bakar, masih muda ketika
mereka membantu hijrah Rasulullah dan ayah mereka. Abdullah bertugas mencari
berita di tengah kaum Quraisy, sedangkan Asma mengirimkan makanan ke gua.
Itulah ciri khas para pemuda Muslim sepanjang zaman. Mereka tidak hanya tekun
beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan seluruh kesanggupanya untuk berjuang.
Menenteramkan Kakek
Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia buta. Setelah Abu Bakar hijrah, Abu
Quhafah mendatangi Asma. Sang kakek khawatir Abu Bakar tidak meninggalkan
sepeser pun untuk putrinya.
Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah meninggalkan banyak uang
untuk kami. Abu Quhafah meraba batu itu dan hatinya tentram karena ia
menyangka Abu Bakar memang meninggalkan uang yang banyak.
BERSAMBUNG
Bagian 62
Menuju Yatsrib
Tiga hari tiga malam lamanya, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsur.
Selama tiga hari itu pula, musyrikin Quraisy kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar
menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Setiap hari ia memata-matai
pembicaraan orang Quraisy dan menyampaikan ke Gua Tsur ketika petang tiba.
Asma binti Abu Bakar setiap sore mengantarkan makanan bersama Abdullah.
Sementara itu, Amir bin Fuhairah yang menggembalakan kambing di luar Gua Tsur
selalu memerah susu kambing agar Rasulullah dan Abu Bakar tidak kehausan
sekaligus memberi tahu jika ada orang yang mendekat. Ketiga orang itu
menjalankan tugasnya dengan tenang sehingga tidak satu pun orang Quraisy yang
mencurigai gerak-gerik mereka.
Setelah tiga hari, kepanikan di kota Mekah sudah agak mereda. Saat itu lah
Rasulullah dan Abu Bakar berangkat ke Madinah. Mereka diiringi Abdullah bin
Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu masih kafir. Ketika akan berangkat,
ternyata tidak ada tali yang dapat digunakan untuk menggantungkan makanan dan
minuman di pelana unta. Asma memecahkan masalah itu. Dengan sigap ia
merobek sabuknya menjadi dua helai kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal
dengan Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua).
Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan yang sulit dan tidak bisa dilalui orang.
Beliau memilih jalan memutar ke tepi laut. Mereka berusaha secepatnya menjauhi
Mekah dan menghindari daerah pemukiman.
Dengan cepat, berita itu menyebar sampai ke dusun-dusun yang jauh. Suraqah bin
Malik, kepala kabilah Bani Mudlij, turut mendengar berita itu.
"Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta lewat di tepi pantai. Mungkin
itulah Muhammad!"
Dengan cepat, Suraqah telah berada di belakang rombongan Rasulullah. Abu Bakar
yang selalu waspada menoleh dan melihat musuh mendekat,
"Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu akan tertangkap!"
Kemudian, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, cukupkanlah kami akan dia (Suraqah)
sekehendak Engkau."
Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir dan penunggangnya terpelanting. Suraqah
terdiam sejenak. Ia merasa ada yang tidak beres. Suraqah pun memaksa kudanya
bangkit dan mengejar lagi.
Dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya yang hampir tidak
mampu bangkit. Ia lalu kembali mengejar. Untuk ketiga kalinya, namun Suraqah
terjatuh lagi. Saat itu hilanglah niat jahat dalam hatinya. Ia memanggil-manggil
Rasulullah.
"Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan 100 ekor unta bagi siapa
pun yang dapat membawa Anda kembali" ucap Suraqah.
"Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan memakai perhiasan,
gelang, serta emas yang biasa di pakai raja-raja Persia."
Dengan hati dipenuhi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah yang
pergi menjauh.
Memerah Susu
Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah melewati kemah seorang ibu yang
bernama Ummu Ma'bad. Mereka pun berhenti untuk membeli kurma, daging, dan
susu. Tempat seperti itu memang biasa menyediakan perbekalan untuk para
musyafir yang lewat. Namun sayang, apa yang mereka inginkan ternyata sudah
habis. Ummu Ma'bad yang baik hati merasa iba.
"Demi Allah, seandainya ada sesuatu yang Tuan-Tuan butuhkan, silahkan
mengambilnya,Tuan-Tuan tidak perlu membayar."
"Kambing itu adalah kambing yang sakit-sakitan Tuan. Ia sama sekali tidak
menghasilkan susu."
Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan itu menghasilkan susu ketika Rasulullah
memerahnya. Susu itu beliau berikan kepada Abu Bakar, lalu Abdullah bin
Uraiqith, dan terakhir untuk beliau sendiri. Sesudah itu, beliau memerahkan susu
untuk Ummu Ma'bad. Dan, beliau memerahkan segelas lagi untuk suami Ummu
Ma'bad.
"Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad jika nanti ia datang."
Ternyata sejak saat itu sampai mati kambing kurus itu selalu menghasilkan banyak
susu.
"Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat berjumpa dengan orang yang
kau ceritakan itu, saya hendak menjadi pengikut dan sahabatnya."
bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bagian 63
Buraidah
Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah seratus ekor unta.
Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami
juga keluar mencari beliau. Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit dan menyusuri
jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka
bertemu rombongan Rasulullah.
Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar dan berkata, "Kita telah
selamat dan keluar dari jangkauan panah mereka."
Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah mengucapkan dua kalimat syahadat
dan memeluk Islam.
Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh orang pasukan pengepung
pun mengikuti jejaknya.
Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap mampu mengumpulkan
pengikut, berkat ketenangan, kekuatan iman, dan pertolongan Allah.
Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas dari jasa Mush'ab bin Umair
yang diutus Rasulullah ke Yatsrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab yang cerdas
dan berhati lembut mampu membuat orang yang memusuhinya menjadi kawan.
Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan dakwah Mush'ab bin Umair.
Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab
bin Umair sedang mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun Bani
Zafar. Sa'ad bin Muadz tidak senang mendengar berita ini. Ia lalu mendatangi
Usaid bin Hudhair. Kedua orang ini adalah para pemimpin kaumnya.
"Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah kita dan mengajarkan agama
baru kepada orang-orang kita. Agama itu bisa membuat orang lemah dan miskin
bangkit melawan kita."
Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun Bani Zafar. Ditegurnya
Mush'ab bin Umair dengan tombak teracung. Namun, Mush'ab berkata tenang,
"Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan? Kalau kau tidak menyukainya, aku
bersedia pergi dari sini."
Usaid berpikir sejenak, "Baiklah, itu cukup adil."
Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin lama, hati Usaid makin
tertarik. Akhirnya, ia memeluk Islam saat itu juga. Setelah itu, ia menemui Sa'ad
bin Muadz.
"Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama baru itu?" teriak Sa'ad
marah.
Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui kaumnya dan berseru, "Hai
Banu Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang diriku?"
"Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan kami, engkau punya
pendapat dan pengalaman yang terpuji."
Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku adalah suci selama kalian
beriman kepada Allah dan utusan-Nya," demikian seru Sa'ad bin Muadz.
"Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh. Pagi-pagi sekali, ia sudah
datang ke tempat penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang.
Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan Manat tersuruk di tempat yang
sangat kotor.
Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan tuhannya itu sampai bersih
dan meletakkannya lagi di tempat semula.
"Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas lehernya!" ancam Amr bin
Jamuh kepada orang-orang disekitarnya.
Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali mengambil dan
memasukkan Manat ke lubang yang kotor dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh
dan memgancam-ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan
tuhannya.
Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa kesal Amr bin Jamuh berbalik
pada Manat. Amr mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada
tuhannya itu, "Kalau kau memang berguna, bertahanlah! Kusertakan pedang ini
bersamamu!"
"Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan dirimu terhina?"
keluh Amr tidak berdaya.
Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendekati Amr
dan memgajaknya berbicara. Saat itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia
selama ini. Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan menjadi Muslim yang
taat.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
[06.18, 16/6/2020] Khafid Ps: "Ya Alloh, kini aku lemah. Berikanlah kekuatan..."
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/6/doa-terakhir-274695
Bagian 64
Setiap pagi mereka pergi bersama-sama ke tempat itu. Jika sampai siang Rasulullah
belum datang, mereka pergi dan berteduh sebentar di tempat lain. Ketika petang
tiba, dan Rasulullah belum juga tiba, mereka pulang ke Yatsrib. Begitu terus setiap
hari.
Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari Yatsrib. Suatu hari ketika
panas matahari tengah begitu terik, Rasulullah tiba di Quba. Saat itu, penduduk
Quba juga sudah banyak yang memeluk Islam. Mereka juga tengah menanti-nanti
kedatangan Rasulullah. Namun, tidak seorang pun yang sudah mengenal wajah
Rasulullah dan Abu Bakar. Oleh sebab itu, ketika beliau dan Abu Bakar berteduh di
bawah pohon kurma, tidak seorang pun yang datang menyambut. Sampai
akhirnya, lewatlah seorang Yahudi yang mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar
yang tengah berteduh itu. Yahudi itu segera naik ke tempat yang tinggi dan
berteriak sekeras-kerasnya,
"Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu harap-harap dan kamu nanti-nanti
kedatangannya! Ia telah berada di sini! Ia telah datang!"
Bagaimana dengan Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan pesan Rasulullah, setelah
mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya, Ali bin Abu Thalib
berangkat hijrah. Ali pergi mengawal keluarga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar.
Mereka adalah Fatimah, Ummu Kultsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya,
Usamah. Selain itu juga turut istri Abu Bakar, Ummu Ruman dan anak-anaknya,
Aisyah, Asma, dan Abdullah. Juga ada orang-orang Muslim lain yang lemah dan
tidak berdaya.
Terbayang dengan jelas betapa beratnya tugas Ali bin Abu Thalib saat berhijrah.
Apalagi mereka semua kekurangan, sehingga Ali bin Abu Thalib harus berjalan kaki
menempuh jarak lebih dari 400 kilometer di tengah padang pasir itu.
Selama perjalanan, mereka berhenti dan bersembunyi pada siang hari untuk
menghindari kejaran pasukan Quraisy. Jika malam tiba, barulah mereka berangkat
dan meneruskan perjalanan.
Akhirnya, tibalah rombongan hijrah Ali bin Abu Thalib di Quba. Di sana, mereka
berjumpa dengan Rasulullah yang masih berada di tempat itu.
Begitu jauh dan beratnya perjalanan, kaki Ali bin Abu Thalib membengkak dan
dipenuhi luka di sana-sini.
Rasulullah merasa sangat iba kepada sepupunya ini. Beliau berdoa kepada Allah
memohon agar Allah berkenan menyembuhkan semua luka di kaki Ali dan
memulihkan kekuatannya seperti sedia kala.
Dengan kedua tangan beliau yang mulia itu, Rasulullah mengusap kaki Ali bin Abu
Thalib. Alhamdulillah, segera saja pulihlah semua luka, kempislah bengkak, dan
lenyaplah semua rasa sakit dari kaki Ali bin Abu Thalib.
Saat Ali bin Abu Thalib dan orang-orang yang dikawalnya tiba di Quba, Rasulullah
telah berhenti di sana selama lebih dari sepuluh hari. Dalam sepuluh hari itu,
beliau dan para sahabat yang lain telah membangun sebuah masjid. Itulah masjid
pertama dalam sejarah Islam. Di dalam Al Qur'an, Allah menyebut masjid itu
dengan nama Masjid Taqwa. Sampai kini, masjid itu dikenal sebagai Masjid Quba.
Masjid Quba
Rasulullah adalah orang pertama yang meletakkan batu untuk mendirikan Masjid
Quba. Setelah itu, beliau menyuruh Abu Bakar lalu Umar bin Khattab dan
setelahnya Utsman bin Affan. Ammar bin Yasir adalah orang yang pertama kali
membangun temboknya. Kemudian, para sahabat Muhajirin dan Anshar
membangunnya bersama-sama.
Begitu masjid selesai kaum Muslimin di Quba menyangka Rasulullah akan tinggal
di Quba lebih lama lagi. Namun, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berangkat
ke Yatsrib. Begitu mengetahui hal itu, dengan wajah sedih, Kaum Muslimin Quba
mendatangi Rasulullah dan bertanya pelan,
"Ya Rasulullah apakah Tuan memang menghendaki rumah yang lebih baik
daripada rumah kami?"
Rasulullah mengerti betapa besar rasa sayang kaum Muslimin Quba terhadap
dirinya. Beliau pun menjawab dengan kata-kata yang sangat halus,
Kembali semua orang terdiam kecuali Umar bin Khattab. Saat itu Umar menjawab,
"Ya, ya Rasulullah."
Masyarakat Islam tidak akan tegak jika tidak ada masjid. Oleh karena itu,
perbedaan pangkat, kekayaan, kedudukan, dan lainnya akan terhapus jika umat
Islam selalu bertemu setiap hari di masjid untuk menyembah Allah. Masjid juga
merupakan tempat berkumpulnya kaum Muslimin untuk mempelajari syariat
Allah.
Bersambung
Bagian 65
Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi. Beliau diiringi para sahabat
Muhajirin dan Anshar. Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki. Ketika
waktu shalat Jum'at tiba, Rasulullah tengah melewati Wadi Ranuna. Tempat itu
dekat dengan perkampungan Bani Amr bin Auf. Rasulullah berhenti dan
mendirikan shalat Jum'at bersama para sahabatnya. Itulah shalat Jum'at pertama
yang didirikan Rasulullah.
"Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan amal kebaikan demi kalian
sendiri. Sungguh kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu
hari ketika salah satu dari kalian dikejutkan oleh suara gemuruh, sehingga ia akan
melupakan harta apa pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah akan berfirman
kepadanya langsung tanpa ada yang menerjemahkan dan menghalang-halangi.
Firman-Nya, "Tidaklah telah datang seorang Rasul kepadamu lalu ia
menyampaikan ajaran kepadamu dan Aku telah memberikan harta kepadamu
serta Aku telah memberikan banyak karunia kepadamu. Namun, semua itu kamu
gunakan untuk dirimu sendiri."
"Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak melihat apa pun.
Namun, ketika melihat ke muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang
dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka, walaupun dengan separuh
kurma, hendaklah ia banyak menyebut kalimat thayyibah karena kalimat
thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan sampai tujuh
ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat Allah serta barokah-Nya semoga
dilimpahkan atas kamu dan atas Rasulullah."
Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah setelah shalat didirikan. Baru
pada kemudian hari, Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah dilakukan
sebelum shalat Jum'at dilakukan.
Tiba di Madinah
Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai berbaris di jalan seraya
bersorak,
"Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!"
"Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang yang cinta bertetangga
dengan Nabi Muhammad!"
Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah
bertanya,
Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum saat mendengar
pernyataan cinta dari Rasulullah yang begitu mulia, yang begitu mereka cintai, dan
yang begitu mereka rindukan. Maka rebana-rebana pun berbunyi dan kaum wanita
berpantun.
من ثنية الوداع¤ طلع البدر علينا
Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama tiba di Madinah.
Setelah itu, menyusul Amir bin Rabi'ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah.
Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama tiba di Madinah.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,
[09.43, 18/6/2020] Khafid Ps: Kami harapkan hari ini semua SD sdh bisa kirim data
ggih.
Jumlah lulus
L. : 16
P. : 19
Jml : 35
Jumlah Lulus
L = 20
P = 23
Jml = 43
Jumlah Lulus
L = 2
P = 1
Jml = 3
Jumlah lulus
L=7
P = 15
Jml =22
Jumlah lulus
L=8
P=4
Jml = 12
Lulus L = 7
P=2
Jml = 9
Lulus L=4
P =6
Jumlah =10
L =11
P= 6
-----------
17 LULUS SEMUA
Lulus L = 8
P=6
Jml = 14
SDN Blimbing 3
Lulus L = 16
P = 19
Jml = 35
Lulus L = 11
P= 9
Jml = 20
Lulus L = 3
P=4
Jml. =7
Lulus L = 10
P=9
Jml. = 19
Lulus L = 2
1. Tligosadang
2. Kemantren
3. Kranji 1
4. Kranji 2
5 Kranji 3
6. Tunggul
7. SDTQ
LULUS L = 0
P= 3
Jml = 3
[11.17, 18/6/2020] Khafid Ps: Mohon maaf, di daftar Peserta Ujian kls 6, kok 5
peserta
LULUS L =9
P = 10
JML = 19
[11.27, 18/6/2020] Jayus: SDN 2Kranji Lulus semua
L=4
P =5
-----------
P=4
P=4
Monggo tinggal :
Tlogosadang
Kranji 1
SDTQ
Jumlah lulus
L=8
P=3
Jumlah = 11
L=2
P=2
JML.04
[14.07, 18/6/2020] Khafid Ps: Mohon berkenan reechech kebenaran data tsb.
Trima kasih
[14.10, 18/6/2020] Pak Sutam: Injih pak Ji Khafid , monggo penjengan kintun ten
Mas Bayu njih 👍👍👍🙏
SD yg lain, monggo
[15.21, 19/6/2020] Pak Sutam: Dimohon dengan hormat lagi sangat atas
kehadirannya Bpk / Ibu Kepala SD N/S se kec. Paciran besuk pagi:
Hari : Sabtu
tren
si pembelajaran mema
dengan covid- 19
Ket.
Demikian atas perhatian, kehadiran dan kerja samanya di sampaikan terima kasih
Korwil Paciran
NB.
- Pakai masker
- Cuci tangan
[15.43, 19/6/2020] Fahrudin: Ngapunten pak, benjeng kulo izin, ada acara
keluarga, kemantenan pak
[16.17, 19/6/2020] Siti Mutawqilah: Alhamdulillah sek doyan ilmu, na adek udin
iku py 🤭
InsyaAllah
Bagian 66
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
Tempat Rasulullah ﷺMenginap
Semua keluarga di Yatsrib berebut menawarkan diri menjadi tuan rumah kepada
Rasulullah ﷺ. Semuanya ingin agar Rasulullah ﷺ
bersedia tinggal di lingkungan mereka. Rasulullah ﷺmengetahui
bahwa jika ia menentukan pilihan, keluarga yang tidak terpilih akan malu dan
kecewa. Karena itu, beliau memasrahkan pilihan itu kepada Allah ﷻ. Dengan
halus, beliau berkata kepada semua kepala keluarga,
“Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah oleh Allah dan akan berhenti
ditempat yang Allah kehendaki.”
“Ya Allah, semoga Engkau menempatkan aku di tempat kediaman yang diberkahi
dan Engkaulah sebaik-baik yang memberi tempat kediaman.”
Rasulullah ﷺmembeli tanah dari kedua anak yatim tersebut.
“Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan tinggal di rumah Anda untuk
sementara waktu. Silahkan sediakan tempat untukku.”
Gentong Pecah
Mendirikan Masjid
“hendaklah kalian tawarkan harga kebun-kebun ini kepadaku karena aku akan
membelinya.”
“Ya Rasulullah, kami tidak akan menghargai kebun-kebun itu karena mengharap
ridha Allah saja.”
Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira dan penuh semangat.
Sambil bekerja, Rasulullah ﷺbersyair,
Batu diangkat, diletakkan, disusun, dan disisipkan sampai akhirnya masjid pun
selesai. Pagarnya dari batu dan tanah, tiangnya dari batang-batang kurma, atapnya
pelepah kurma. Kiblatnya menghadap ke Baitul Maqdis. Ketika itu, Ka’bah belum
menjadi kiblat.
Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat tinggal Rasulullah
ﷺdan keluarganya. Sungguh, sebuah masjid sederhana yang penuh
berkah.
Warna Masjid
Umar bin Khattab pernah berkata tentang bagaimana sebuah masjid dibangun.
Kata beliau,
Bersambung.........
[20.37, 19/6/2020] Mukharom: Bisa dicoba kafe tepi laut baratnya sd kemantren
pas pinggir laut
[05.57, 20/6/2020] Arifin Sd: Maaf aku nggak bisa hadir pak Ji,kena flue🙏😇
[06.33, 20/6/2020] Harjo: Kalau sampeyan tdk keberatan mohon di sherr d grup
atau pribadi
[06.34, 20/6/2020] Harjo: Mungkin bisa jadi referensi pembelajaran sejarah Islam
bagi guru2 d i sekolah
[06.48, 20/6/2020] Suwarmi: Mohon maaf, klau mau diprint diedit sendiri nggih.
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/06/uang-selingkuh-267515
[14.35, 20/6/2020] Siti Mutawqilah: Yg lain msh dlm proses editing bu, ini cuma
obat penasaran sj 😊
Terima kasih...
[06.25, 22/6/2020] Khafid Ps: Barangkali ada sekolah bina teman teman yang
masuk pada daftar sekolah Penerima BOS Afirmasi dan BOS Kinerja TA 2020
[06.28, 22/6/2020] Khafid Ps: Menurut pengamatan sy Paciran kok hanya 1
lembaga 🙏🙏
[06.47, 22/6/2020] Aidha Lutfah: Ya bapak, sdh saya lihat cuma tlogosadang
[08.05, 22/6/2020] Siti Mutawqilah: Alhamdulillah paciran ada yg dpt BOS kinerja.
Berarti prestasinya bagus. Syarat dpt kan prestasi SD nya bagus
[08.12, 22/6/2020] Suwarmi: Sebenarnya syarat BOS Kinerja itu apa to mas, aku
lho kepingin
[09.09, 22/6/2020] Aidha Lutfah: Mari pak jayus ...kulo yo uuuudaoooh kritetiane
😭
Ia adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang dahulu pernah berkuasa di kota itu.
Pada musim dingin suhunya sangat rendah dan pada musim panas suhunya jauh
lebih panas dari pada Mekah.
Banyak sahabat Muhajirin yang tidak kuat dengan cuaca tersebut dan jatuh sakit.
Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin Fuhairah termasuk yang jatuh sakit.
"... mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita."
Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika sedang sakit.
"Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang di sekelilingku ada pohon-
pohon idzkir dan jalil (nama pohon yang banyak terdapat di Mekah).
Dan apakah pada suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air Majinnah dan
apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung Syamah dan Gunung Thafil (dua buah
gunung dekat Mekah)."
Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita demam tinggi sering
bersyair,
Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa orang sahabat akibat cuaca panas
tersebut.
"Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota Madinah sebesar rasa cinta kami
pada Mekah, atau bahkan lebih !
Ya Allah, berilah berkah pada pekerjaan kami untuk mencari nafkah, sehatkanlah
Kota Madinah ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat lain yang
Engkau kehendaki."
Allah mengabulkan doa Rasulullah itu dan memindahkan panas Kota Madinah ke
Dusun Juhfah yang letaknya 82 mil dari Madinah.
Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah pun melakukan hal lain
yang sangat indah agar kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah tumbuh rasa
cintanya pada Madinah.
Tabarruk
"Engkau benar."
Saling Bersaudara
"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang - dua orang."
Para sahabat saling pandang.
"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara dengan
Zaid bin Haritsah, putra angkat Rasulullah."
Selama itu, persaudaraan ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa semua orang
Islam bersaudara.
Selain itu, juga agar setiap Muslim menjadi saling menolong yang kuat menolong
yang lemah, yang mampu menolong yang kekurangan.
Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang kelak
ditempuh Rasulullah dan para sahabatnya di Madinah.
Ternyata, kalangan Anshar memperlihatkan sikap ramah yang luar biasa kepada
saudara-saudara Muhajirin mereka.
Mereka begitu mengerti bahwa kaum Muhajirin meninggalkan segala yang mereka
miliki, termasuk harta benda dan seluruh kekayaan di Mekah.
Sebagian besar dari mereka memasuki Madinah dengan perut lapar tanpa ada lagi
yang dapat dimakan.
Apalagi mereka memang bukan orang berada dan berkecukupan.
Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin tidak begitu saja terlena
dengan bantuan saudara-saudara Anshar mereka.
Kaum Muhajirin berusaha melakukan banyak pekerjaan agar mereka bisa kembali
mandiri secepatnya.
Persaudaraan Sejati
Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama bisa bersaudara seerat dua orang
yang sama agamanya.
Rasulullah menghimpun hati para sahabatnya begitu dekat, sehingga tidak ada
perbedaan di antara mereka kecuali ketakwaan dan amal shalih.
Bersambung......
[13.17, 22/6/2020] bu jujuk Sdi: Matur suwun pak
Matur suwun arti kasarnya ngemis. Mengapa masih ada TP dan PTK masih
menggunakan kosa kata yang salah
[13.33, 22/6/2020] Siti Mutawqilah: Sing bener terima kasih jawane opo pak
@Muhammad Amilin
[13.52, 22/6/2020] Roni UPT: hatur nuhun bapak @Muhammad Amilin atas
infonipun
[15.05, 22/6/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Bahasa jawa tergolong bahasa tua, artinya
tidak semua kata dlm bahasa jawa bisa ditranslate ke bahasa indonesia, misale "
kunduran praoto", "upo" dll. 🤭🤭
[05.51, 23/6/2020] Khafid Ps: Sekolah Tangguh bukti warganya tangguh. Perlu
sosialisasi, pembinaan dan penguatan
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/06/mengenal-konsep-sekolah-tangguh-
269025
[08.06, 23/6/2020] Ana Musnan: Kapan ya dilembaga paciran dapat seperti ini?
[08.10, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Dapat tah bisa yuk. Wong wes dapat ngono
kok 🤭
[08.33, 23/6/2020] Roni UPT: tak tambahi Tangguh Pendanaan juga🤭🤭 pripun bu
@Bu Am Wa
[08.38, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Berarti tangguh iku apik kanggo semua kondisi
😁
[09.34, 23/6/2020] Bu Am Wa: Setuju Mas @Roni UPT tak tunggu loo... 🤭🤭
Jadilah seperti air yang terus mengalir, bahkan di tempat yang tersembunyi
sekalipun.
*_🍁motivasikehidupanislam🙏🙏🙏
[06.21, 24/6/2020] Arifin Sd: Hari ini siapa yang mau ikut ke Lamongan,mangga
Bagian 68
Berdagang adalah salah satu pekerjaan yang banyak dikuasai kaum Muhajirin.
Abdurrahman bi Auf yang sudah dipersaudarakan Rasulullah dengan Sa'ad bin Rabi
pernah ditawari Sa'ad separuh hartanya. Namun, Abdurrahman menolak
pemberian itu. Ia hanya minta ditinjukkan jalan ke pasar. Di sana, mulailah
Abdurrahman berdagang mentega dan keju. Dalam waktu tidak terlalu lama,
berkat kepandaiannya berdagang, Abdurrahman bin Auf berhasil meraih
kekayaannya kembali. Dapat pula ia menikahi dan memberikan mas kawin kepada
seorang Muslimah dari Madinah. Sesudah itu, Abdurrahman bin Auf pun memiliki
kafilah-kafilah yang pulang dan pergi membawa barang perdagangan.
Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu Dzar, Umar, dan Ali bin Abu
Thalib memilih pekerjaan sebagai petani. Keluarga-keluarga mereka terjun
menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama pemiliknya. Selain mereka,
ada pula kaum Muhajirin yang tetap mengalami kesulitan hidup. Sungguh pun
begitu, mereka tidak mau menjadi beban orang lain. Mereka membanting tulang
melakukan pekerjaan apa pun yang halal.
Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan masuk
Islam. Namun, keadaan mereka amat miskin dan serba kekurangan sampai ada
yang tidak mempunyai tempat tinggal. Rasulullah menyediakan tempat tinggal
untuk mereka di selasar masjid yang di sebut shuffah. Mereka yang tinggal di
tempat itu di sebut ahli Shuffah. Belanja mereka diberikan oleh kaum Muslimin
yang berkecukupan, baik dari kaum Muhajirin maupun dari kaum Anshar.
Di Madinah kaum Muslimin sudah mengerjakan shalat lima waktu. Namun, dengan
jumlah yang semakin banyak, sulitlah semua orang tahu bahwa waktu shalat telah
tiba.
Riwayat Adzan
"Bendera tidak membangunkan orang tidur, gunakan saja terompet," usul yang
lain.
"Mungkin tidak perlu semua itu, cukuplah menyuruh seseorang berseru, 'Ash
Shalah!" usul sahabat yang lain.
Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu beliau bersabda, "Ya Bilal,
bangunlah dan panggillah orang dengan 'Ash Shalah!"
Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-seru, "Ash shalatu jami'ah!
Shalatlah berjamaah! Shalatlah berjamaah!"
Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada dalam keadaan setengah
tertidur melihat seorang laki-laki membawa genta. Abdullah ingin membelinya
untuk memanggil shalat.
"Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu. Berserulah Allahu Akbar! Allahu
Akbar! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah! Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Hayya
'alasshalah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alal falah! Hayya 'alal falah! Allahu Akbar!
Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!"
Kemudian, orang tersebut berdiri ke tempat yang agak jauh dan mengajarkan
bacaan iqamat. Keesokan harinya, Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya
kepada Rasulullah. Dengan wajah berseri, Rasulullah bersabda,
"Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau menemui Bilal karena Bilal itu
suaranya lebih tinggi dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal segala apa yang diucapkan
orang dalam mimpimu itu. Hendaklah Bilal memanggil orang shalat dengan cara
demikian itu!"
Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat seperti yang diajarkan
Abdullah bin Zaid kepadanya. Mendengar Bilal, Umar bin Khattab datang
tergopoh-gopoh menemui Rasulullah sambil berkata,
"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh
semalam saya telah bermimpi bertemu seseorang dan berseru sebagaimana yang
diucapkan Bilal."
Semakin lama, Bilal semakin dekat di hati Rasulullah, yang kemudian menyatakan
Bilal sebagai seorang laki-laki penduduk surga. Akan tetapi, sikap Bilal tidak
berubah. Ia tetap seorang yang mulia, besar hati, dan selalu memandang dirinya
tidak lebih dari seorang Habasyah yang pernah menjadi budak belian.
Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum Muslimin. Hal itu tidak
diterima dengan rela oleh kaum Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan sendiri
untuk menghalangi kemajuan Islam. Melihat gelagat tidak baik ini, Rasulullah pun
mengirimkan surat perjanjian kepada orang Yahudi.
5. Jika kaum Yahudi di serang musuh dari luar, Muslimin wajib membantunya.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus
mempertahankannya bersama-sama.
Pada bagian akhir perjanjian disepakati bahwa apabila timbul perselisihan antara
kedua belah pihak, Rasulullah akan menjadi hakimnya.
Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini kemudian dirusak oleh tabiat
kaum Yahudi yang suka menipu dan berkhianat. Makanya kaum Yahudi tidak
senang dengan isi perjanjian yang telah disepakati tersebut, lalu mereka
melanggarnya dengan berbagai penipuan dan pengkhianatan.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
[14.21, 24/6/2020] Dyah Bu: Inggih Ramalan Joyoboyo punika kathah ingkang
cecek/ kasunyatan!mtr nwn sdy leres !
Tdk dihormati juga tdk masalah justru bisa bersembunyi dari perhatian orang
banyak, malah lebih leluasa dan santai.
Asal tdk maksiat, bisa menjadi pribadi yg menyenangkan dan bermanfaat bagi
orang serta tdk mengusik hidup orang lain, itu SUDAH CUKUP.
Semoga kita ke depan lebih baik dan bermanfaat. Semoga disisa usia kita menjadi
usia yg barokah. Aamiin
[21.08, 24/6/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Bertolak belakang dengan pajak manmin
dan laporan BOS ya bu 🤭🤭
[06.59, 26/6/2020] Suwarmi: Terimakasih Pak Ji, blum selesai membaca tp kok
baru 10 % Satuan Pendidikan yg memenuhi SNP, semoga Paciran yo tidak jauh2
dari 10%.
Bismillahirrahmanirrahim
Debat yang tercela adalah debat yang tidak memakai dasar ilmu, tanpa dalil.
Contohnya lagi adalah debat dengan menggunakan otot, bukan argumen yang
kuat.
Salah satu akibat suka berdebat yang tercela adalah menghilangkan keberkahan
ilmu.
Moga kita diberikan hidayah dengan merenungkan nasihat Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-‘Utsaimin berikut ini:
Debat secara umum akan menghilangkan berkah. Telah disebutkan dalam Shahih
Al-Bukhari, dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallambersabda,
ال إِلَى هَّللا ِ األَلَ ُّد ا ْل َخصِ ُم
ِ الر َج
ِّ ضُ أَ ْب َغ
“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.”
(H…
[11.03, 28/6/2020] Pak Sutam: Info Kegiatan Belajar Mengajar Sb1 Sekolah Musik
di mulai Masuk Normal Hari Sabtu Tgl 4 Juli 2020. diawali dari Pelajar yg sudah
regristrasi pengambilan Kupon yg sudah disiapkan Tutor serta mulai di buka
pendaftaran siswa Baru dg diskon 50% khusus pendaftar di bulan Juni s/d Juli 2020.
Bagian 69
"Rasulullah …
Bagian 70
Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila beliau tahu ada orang
yang sedang menunggu, padahal beliau sedang shalat, beliau percepat shalat itu
dan beliau tanya apa keperluannya. Sesudah beliau memenuhi keperluan orang
tadi, beliau lanjutkan kembali ibadahnya.
Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut mencari
pakaian, menambal baju yang berlubang, serta memerah susu kambing. Beliau
juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau penuhi sendiri semua
keperluan beliau, mulai mengambil minum sampai mengurus unta.
Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus
keperluan orang yang lemah, menderita, dan miskin. Apalagi melihat ada orang
yang membutuhkan sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah, sekali pun beliau
saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada sesuatu yang disimpan untuk esok,
bahkan kelak ketika beliau wafat. Baju besi beliau sedang tergadai di tangan
seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang untuk belanja keluarga.
Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji. Suatu ketika
ada delegasi dari Raja Najasyi dari Habasyah datang berkunjung. Beliau sendiri
yang melayani mereka. Para sahabat datang menegur, "Wahai Rasulullah, sudah
cukuplah, bukankah ada orang lain untuk mengerjakannya?"
Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah,
kenangan indah muncul bagai pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika, ada
seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu gembira dan beliau tanyai
wanita itu baik-baik. Ketika wanita itu sudah pergi, beliau berkata, "Ketika masih
ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat hubungan baik masa lampau
adalah termasuk iman."
Begitu halus perasaan Rasulullah, begitu lembut hatinya, sampai beliau biarkan
cucunya bermain-main dengannya ketika beliau sedang shalat. Bahkan beliau
shalat dengan membawa Umamah, cucu beliau dari Zainab. Umamah beliau taruh
di atas bahu. Saat beliau sujud, beliau letakkan Umamah, jika beliau berdiri,
Umamah ditaruh lagi keatas bahunya.
Rasulullah juga mengelus-elus seekor kuda penuh rasa sayang dengan lengan baju
beliau. Suatu ketika, dilihatnya Aisyah menaiki seekor unta. Aisyah merasa sukar
mengendalikan unta yang agak bandel itu sehingga Aisyah menarik-narik tali
kekang dengan tidak sabar. Kemudian, Rasulullah mendekat dan menegur lembut,
Sabda beliau,
Jadi, kasih sayang yang diajarkan Rasulullah juga mengandung unsur kekuatan.
Oleh sebab itu, seorang Muslim bisa bersikap lemah lembut sekaligus tegas jika
memang diperlukan. Jika seseorang tidak dapat bersikap tegas, ia akan menjadi
bulan-bulanan orang-orang berhati jahat.
Rasulullah mengajarkan bahwa jiwa seorang Muslim harus kuat, tidak mengenal
kata menyerah kecuali kepada Allah. Seorang Muslim yang taat kepada Allah tidak
merasa lemah apabila menghadapi rintangan.
"Barang siapa menangkap seekor burung hanya untuk bermain-main, kelak pada
hari kiamat, burung itu akan mengadu kepada Allah, "Wahai Tuhanku, orang itu
telah membunuh aku untuk mainan belaka, tidak untuk mengambil manfaat
dariku."
Keseharian Rasulullah
Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh ada rasa takut dalam hati
seorang Muslim, kecuali jika ia melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa itu
tidak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan orang lain. Karena itulah,
Rasulullah mengajak para sahabatnya berhijrah ke Madinah.
Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta,
kendaraan, pakaian, makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang sudah mencintai
harta dunia seperti itu, kekuatan rohaninya melemah dan tidak lagi mampu
berjuang, beribadah, serta berbakti layaknya seorang Muslim sejati.
Rasulullah adalah contoh yang sangat ideal dalam mengendalikan hawa nafsu.
Jiwa Rasulullah sudah begitu kuat sehingga tidak begitu peduli jika segala yang
dimilikinya akan habis akibat beliau sangat suka memberi kepada orang lain.
Sampai-sampai, ada orang yang berkata,
Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri atas
kulit yang dilapisi serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang. Beliau selalu
menyudahi makannya sebelum kenyang. Tidak pernah Rasulullah makan roti dari
tepung gandum dua hari berturut-turut. Sebagian besar makanan beliau adalah
bubur.
Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya dapat
makan roti sop (roti yang dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan sering sekali
beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu yang
dikaitkan dengan ikat pinggangnya agar rasa laparnya tertahan.
Namun, bukan berarti Rasulullah berpantang makan makanan enak. Beliau dikenal
suka sekali makan kaki kambing muda, labu, madu, dan manisan walupun amat
jarang beliau dapatkan. Begitulah cara Rasulullah mengendalikan diri terhadap
makanan.
Ada sambungnya,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bagian 61
*Memburu Rasulullah*
Di Mekah, musyrikin Quraisy tampak panik. Para pembesar berkumpul sepagi
mungkin. Dengan segera, pasukan berkuda disebar ke beberapa perkampungan
seputar Mekah, untuk mencari Rasulullah.
"Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah mengepung begitu rapat
sampai tidak seekor ular gurun pun dapat lolos?" teriak seorang pembesar.
"Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak jejak Muhammad!"
Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat ahli itu mengikuti jejak yang
ditinggalkan Rasulullah. Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya
dengan wajah tidak sabar. Sebagian besar dari mereka adalah para pemuda yang
semalam ditugaskan menyergap Rasulullah.
Setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu menarik napas sambil menggeleng,
"Jejaknya sudah terhapus oleh orang yang lalu lalang tadi pagi!"
"Gawat!" gemas seseorang. "Apa kau punya usul lain, pencari jejak?"
"Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat Muhammad yang paling
dekat!"
Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu tiba di rumah Abu Bakar. Asma binti Abu
Bakarlah yang keluar membukakan pintu.
"Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana perginya," jawab Asma dengan berani.
"Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari saya."
"Ah, terlalu!" sambil bersungut, Abu Jahal menampar wajah Asma keras-keras.
*Sarang Laba-Laba*
Ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa jalan, sang pencari jejak
menemukan jejak mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda
mengikuti jejak itu sampai tiba di kaki Gunung Tsur. Namun, di situ jejak terputus.
Mereka kebingungan.
"Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?" tanya komandan pasukan. "Apakah
Muhammad masuk ke dalam gua itu atau terus mendaki ke puncak?"
"Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini? Bukan keselamtanku yang
aku khawatirkan, melainkan keselamatan Rasulullah!" kata Abu Bakar dalam hati.
Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar
hampir lepas. Ia berbisik, "Ya Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah,
pasti kita akan terlihat."
"Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya komandan mereka dingin.
"Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk ke dalam
tanpa merusaknya!"
"Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat di mulut gua!" lapor yang
lain. "Jika Muhammad masuk ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak."
Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua juga mendadak tumbuh
sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan masuk.
Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-
Nya semakin bertambah kuat.
Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma binti Abu Bakar, masih muda ketika
mereka membantu hijrah Rasulullah dan ayah mereka. Abdullah bertugas mencari
berita di tengah kaum Quraisy, sedangkan Asma mengirimkan makanan ke gua.
Itulah ciri khas para pemuda Muslim sepanjang zaman. Mereka tidak hanya tekun
beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan seluruh kesanggupanya untuk berjuang.
*Menenteramkan Kakek*
Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia buta. Setelah Abu Bakar hijrah, Abu
Quhafah mendatangi Asma. Sang kakek khawatir Abu Bakar tidak meninggalkan
sepeser pun untuk putrinya.
Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah meninggalkan banyak uang
untuk kami. Abu Quhafah meraba batu itu dan hatinya tentram karena ia
menyangka Abu Bakar memang meninggalkan uang yang banyak.
BERSAMBUNG
Bagian 62
ِ صل ِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
آل ُم َحمد َ اَللَّ ُه َّم
Bagian 62
*Menuju Yatsrib*
Tiga hari tiga malam lamanya, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsur.
Selama tiga hari itu pula, musyrikin Quraisy kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar
menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Setiap hari ia memata-matai
pembicaraan orang Quraisy dan menyampaikan ke Gua Tsur ketika petang tiba.
Asma binti Abu Bakar setiap sore mengantarkan makanan bersama Abdullah.
Sementara itu, Amir bin Fuhairah yang menggembalakan kambing di luar Gua Tsur
selalu memerah susu kambing agar Rasulullah dan Abu Bakar tidak kehausan
sekaligus memberi tahu jika ada orang yang mendekat. Ketiga orang itu
menjalankan tugasnya dengan tenang sehingga tidak satu pun orang Quraisy yang
mencurigai gerak-gerik mereka.
Setelah tiga hari, kepanikan di kota Mekah sudah agak mereda. Saat itu lah
Rasulullah dan Abu Bakar berangkat ke Madinah. Mereka diiringi Abdullah bin
Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu masih kafir. Ketika akan berangkat,
ternyata tidak ada tali yang dapat digunakan untuk menggantungkan makanan dan
minuman di pelana unta. Asma memecahkan masalah itu. Dengan sigap ia
merobek sabuknya menjadi dua helai kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal
dengan Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua).
Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan yang sulit dan tidak bisa dilalui orang.
Beliau memilih jalan memutar ke tepi laut. Mereka berusaha secepatnya menjauhi
Mekah dan menghindari daerah pemukiman.
"Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta lewat di tepi pantai. Mungkin
itulah Muhammad!"
Dengan cepat, Suraqah telah berada di belakang rombongan Rasulullah. Abu Bakar
yang selalu waspada menoleh dan melihat musuh mendekat,
"Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu akan tertangkap!"
Kemudian, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, cukupkanlah kami akan dia (Suraqah)
sekehendak Engkau."
Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir dan penunggangnya terpelanting. Suraqah
terdiam sejenak. Ia merasa ada yang tidak beres. Suraqah pun memaksa kudanya
bangkit dan mengejar lagi.
Dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya yang hampir tidak
mampu bangkit. Ia lalu kembali mengejar. Untuk ketiga kalinya, namun Suraqah
terjatuh lagi. Saat itu hilanglah niat jahat dalam hatinya. Ia memanggil-manggil
Rasulullah.
"Jangan engkau balas perbuatan saya, wahai Muhammad! Berilah saya sebuah
surat jaminan bahwa engkau tidak akan membalas saya saat engkau dan agamamu
kelak telah menguasai seluruh jazirah Arab."
Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya.
"Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan 100 ekor unta bagi siapa
pun yang dapat membawa Anda kembali" ucap Suraqah.
"Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan memakai perhiasan,
gelang, serta emas yang biasa di pakai raja-raja Persia."
Dengan hati dipenuhi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah yang
pergi menjauh.
*Memerah Susu*
Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah melewati kemah seorang ibu yang
bernama Ummu Ma'bad. Mereka pun berhenti untuk membeli kurma, daging, dan
susu. Tempat seperti itu memang biasa menyediakan perbekalan untuk para
musyafir yang lewat. Namun sayang, apa yang mereka inginkan ternyata sudah
habis. Ummu Ma'bad yang baik hati merasa iba.
"Kambing itu adalah kambing yang sakit-sakitan Tuan. Ia sama sekali tidak
menghasilkan susu."
Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan itu menghasilkan susu ketika Rasulullah
memerahnya. Susu itu beliau berikan kepada Abu Bakar, lalu Abdullah bin
Uraiqith, dan terakhir untuk beliau sendiri. Sesudah itu, beliau memerahkan susu
untuk Ummu Ma'bad. Dan, beliau memerahkan segelas lagi untuk suami Ummu
Ma'bad.
"Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad jika nanti ia datang."
untuknya, ia keheranan dan bertanya pada istrinya, dari mana segelas susu ini
Ummu Ma'bad?"
Kemudian Ummu Ma'bad bercerita panjang lebar. Abu Ma'bad segera keluar dan
memerah susu kambing yang kurus itu.
Ternyata sejak saat itu sampai mati kambing kurus itu selalu menghasilkan banyak
susu.
"Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat berjumpa dengan orang yang
kau ceritakan itu, saya hendak menjadi pengikut dan sahabatnya."
bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bagian 63
Buraidah
Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah seratus ekor unta.
Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami
juga keluar mencari beliau. Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit dan menyusuri
jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka
bertemu rombongan Rasulullah.
Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar dan berkata, "Kita telah
selamat dan keluar dari jangkauan panah mereka."
Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah mengucapkan dua kalimat syahadat
dan memeluk Islam.
Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh orang pasukan pengepung
pun mengikuti jejaknya.
Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap mampu mengumpulkan
pengikut, berkat ketenangan, kekuatan iman, dan pertolongan Allah.
Penyebaran Islam di Yatsrib
Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas dari jasa Mush'ab bin Umair
yang diutus Rasulullah ke Yatsrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab yang cerdas
dan berhati lembut mampu membuat orang yang memusuhinya menjadi kawan.
Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan dakwah Mush'ab bin Umair.
Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab
bin Umair sedang mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun Bani
Zafar. Sa'ad bin Muadz tidak senang mendengar berita ini. Ia lalu mendatangi
Usaid bin Hudhair. Kedua orang ini adalah para pemimpin kaumnya.
"Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah kita dan mengajarkan agama
baru kepada orang-orang kita. Agama itu bisa membuat orang lemah dan miskin
bangkit melawan kita."
Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun Bani Zafar. Ditegurnya
Mush'ab bin Umair dengan tombak teracung. Namun, Mush'ab berkata tenang,
"Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan? Kalau kau tidak menyukainya, aku
bersedia pergi dari sini."
Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin lama, hati Usaid makin
tertarik. Akhirnya, ia memeluk Islam saat itu juga. Setelah itu, ia menemui Sa'ad
bin Muadz.
"Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama baru itu?" teriak Sa'ad
marah.
Ia pun bergegas menemui Mush'ab sambil menyandang pedangnya. Namun, apa
yang terjadi pada Usaid, terjadi pula pada Sa'ad. Begitu mendengar penjelasan
Mush'ab tentang Islam, ia begitu tertarik sehingga menjadi Muslim saat itu juga.
Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui kaumnya dan berseru, "Hai
Banu Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang diriku?"
"Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan kami, engkau punya
pendapat dan pengalaman yang terpuji."
Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku adalah suci selama kalian
beriman kepada Allah dan utusan-Nya," demikian seru Sa'ad bin Muadz.
Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu Salamah. Ia mempunyai
sebuah berhala bernama Manat yang terbuat dari kayu. Setelah itu para pemuda
dari Banu Salamah masuk Islam, diam-diam mereka mengambil Manat pada
malam hari dan memasukkan berhala kayu itu ke dalam lubang penuh lumpur.
"Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh. Pagi-pagi sekali, ia sudah
datang ke tempat penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang.
Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan Manat tersuruk di tempat yang
sangat kotor.
Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan tuhannya itu sampai bersih
dan meletakkannya lagi di tempat semula.
"Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas lehernya!" ancam Amr bin
Jamuh kepada orang-orang disekitarnya.
Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali mengambil dan
memasukkan Manat ke lubang yang kotor dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh
dan memgancam-ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan
tuhannya.
Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa kesal Amr bin Jamuh berbalik
pada Manat. Amr mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada
tuhannya itu, "Kalau kau memang berguna, bertahanlah! Kusertakan pedang ini
bersamamu!"
"Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan dirimu terhina?"
keluh Amr tidak berdaya.
Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendekati Amr
dan memgajaknya berbicara. Saat itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia
selama ini. Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan menjadi Muslim yang
taat.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
[16.06, 15/6/2020] Siti Mutawqilah: https://youtu.be/-P9twRgPtSY
[06.18, 16/6/2020] Khafid Ps: "Ya Alloh, kini aku lemah. Berikanlah kekuatan..."
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/6/doa-terakhir-274695
Bagian 64
Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari Yatsrib. Suatu hari ketika
panas matahari tengah begitu terik, Rasulullah tiba di Quba. Saat itu, penduduk
Quba juga sudah banyak yang memeluk Islam. Mereka juga tengah menanti-nanti
kedatangan Rasulullah. Namun, tidak seorang pun yang sudah mengenal wajah
Rasulullah dan Abu Bakar. Oleh sebab itu, ketika beliau dan Abu Bakar berteduh di
bawah pohon kurma, tidak seorang pun yang datang menyambut. Sampai
akhirnya, lewatlah seorang Yahudi yang mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar
yang tengah berteduh itu. Yahudi itu segera naik ke tempat yang tinggi dan
berteriak sekeras-kerasnya,
"Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu harap-harap dan kamu nanti-nanti
kedatangannya! Ia telah berada di sini! Ia telah datang!"
Bagaimana dengan Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan pesan Rasulullah, setelah
mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya, Ali bin Abu Thalib
berangkat hijrah. Ali pergi mengawal keluarga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar.
Mereka adalah Fatimah, Ummu Kultsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya,
Usamah. Selain itu juga turut istri Abu Bakar, Ummu Ruman dan anak-anaknya,
Aisyah, Asma, dan Abdullah. Juga ada orang-orang Muslim lain yang lemah dan
tidak berdaya.
Terbayang dengan jelas betapa beratnya tugas Ali bin Abu Thalib saat berhijrah.
Apalagi mereka semua kekurangan, sehingga Ali bin Abu Thalib harus berjalan kaki
menempuh jarak lebih dari 400 kilometer di tengah padang pasir itu.
Selama perjalanan, mereka berhenti dan bersembunyi pada siang hari untuk
menghindari kejaran pasukan Quraisy. Jika malam tiba, barulah mereka berangkat
dan meneruskan perjalanan.
Akhirnya, tibalah rombongan hijrah Ali bin Abu Thalib di Quba. Di sana, mereka
berjumpa dengan Rasulullah yang masih berada di tempat itu.
Begitu jauh dan beratnya perjalanan, kaki Ali bin Abu Thalib membengkak dan
dipenuhi luka di sana-sini.
Rasulullah merasa sangat iba kepada sepupunya ini. Beliau berdoa kepada Allah
memohon agar Allah berkenan menyembuhkan semua luka di kaki Ali dan
memulihkan kekuatannya seperti sedia kala.
Dengan kedua tangan beliau yang mulia itu, Rasulullah mengusap kaki Ali bin Abu
Thalib. Alhamdulillah, segera saja pulihlah semua luka, kempislah bengkak, dan
lenyaplah semua rasa sakit dari kaki Ali bin Abu Thalib.
Saat Ali bin Abu Thalib dan orang-orang yang dikawalnya tiba di Quba, Rasulullah
telah berhenti di sana selama lebih dari sepuluh hari. Dalam sepuluh hari itu,
beliau dan para sahabat yang lain telah membangun sebuah masjid. Itulah masjid
pertama dalam sejarah Islam. Di dalam Al Qur'an, Allah menyebut masjid itu
dengan nama Masjid Taqwa. Sampai kini, masjid itu dikenal sebagai Masjid Quba.
Masjid Quba
Rasulullah adalah orang pertama yang meletakkan batu untuk mendirikan Masjid
Quba. Setelah itu, beliau menyuruh Abu Bakar lalu Umar bin Khattab dan
setelahnya Utsman bin Affan. Ammar bin Yasir adalah orang yang pertama kali
membangun temboknya. Kemudian, para sahabat Muhajirin dan Anshar
membangunnya bersama-sama.
Begitu masjid selesai kaum Muslimin di Quba menyangka Rasulullah akan tinggal
di Quba lebih lama lagi. Namun, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berangkat
ke Yatsrib. Begitu mengetahui hal itu, dengan wajah sedih, Kaum Muslimin Quba
mendatangi Rasulullah dan bertanya pelan,
"Ya Rasulullah apakah Tuan memang menghendaki rumah yang lebih baik
daripada rumah kami?"
Rasulullah mengerti betapa besar rasa sayang kaum Muslimin Quba terhadap
dirinya. Beliau pun menjawab dengan kata-kata yang sangat halus,
Kembali semua orang terdiam kecuali Umar bin Khattab. Saat itu Umar menjawab,
"Ya, ya Rasulullah."
"Dan apakah Anda sekalian bersyukur saat mendapat kebahagiaan?" "Bersyukur
saat mendapat kebahagiaan?"
Masyarakat Islam tidak akan tegak jika tidak ada masjid. Oleh karena itu,
perbedaan pangkat, kekayaan, kedudukan, dan lainnya akan terhapus jika umat
Islam selalu bertemu setiap hari di masjid untuk menyembah Allah. Masjid juga
merupakan tempat berkumpulnya kaum Muslimin untuk mempelajari syariat
Allah.
Bersambung
Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi. Beliau diiringi para sahabat
Muhajirin dan Anshar. Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki. Ketika
waktu shalat Jum'at tiba, Rasulullah tengah melewati Wadi Ranuna. Tempat itu
dekat dengan perkampungan Bani Amr bin Auf. Rasulullah berhenti dan
mendirikan shalat Jum'at bersama para sahabatnya. Itulah shalat Jum'at pertama
yang didirikan Rasulullah.
"Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan amal kebaikan demi kalian
sendiri. Sungguh kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu
hari ketika salah satu dari kalian dikejutkan oleh suara gemuruh, sehingga ia akan
melupakan harta apa pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah akan berfirman
kepadanya langsung tanpa ada yang menerjemahkan dan menghalang-halangi.
Firman-Nya, "Tidaklah telah datang seorang Rasul kepadamu lalu ia
menyampaikan ajaran kepadamu dan Aku telah memberikan harta kepadamu
serta Aku telah memberikan banyak karunia kepadamu. Namun, semua itu kamu
gunakan untuk dirimu sendiri."
"Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak melihat apa pun.
Namun, ketika melihat ke muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang
dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka, walaupun dengan separuh
kurma, hendaklah ia banyak menyebut kalimat thayyibah karena kalimat
thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan sampai tujuh
ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat Allah serta barokah-Nya semoga
dilimpahkan atas kamu dan atas Rasulullah."
Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah setelah shalat didirikan. Baru
pada kemudian hari, Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah dilakukan
sebelum shalat Jum'at dilakukan.
Tiba di Madinah
Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai berbaris di jalan seraya
bersorak,
Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan tombak sebagai tanda
siap mati membela Rasulullah.
"Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!"
Sementara itu, anak-anak perempuan naik ke atas rumah seraya bersama
membaca syair,
"Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang yang cinta bertetangga
dengan Nabi Muhammad!"
Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah
bertanya,
Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum saat mendengar
pernyataan cinta dari Rasulullah yang begitu mulia, yang begitu mereka cintai, dan
yang begitu mereka rindukan. Maka rebana-rebana pun berbunyi dan kaum wanita
berpantun.
Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama tiba di Madinah.
Setelah itu, menyusul Amir bin Rabi'ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah.
Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama tiba di Madinah.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,
[09.43, 18/6/2020] Khafid Ps: Kami harapkan hari ini semua SD sdh bisa kirim data
ggih.
Jumlah lulus
L. : 16
P. : 19
Jml : 35
Jumlah Lulus
L = 20
P = 23
Jml = 43
Jumlah Lulus
L = 2
P = 1
Jml = 3
[09.51, 18/6/2020] bu jujuk Sdi: SDI Sultan Agung
Jumlah lulus
L=7
P = 15
Jml =22
Jumlah lulus
L=8
P=4
Jml = 12
Lulus L = 7
P=2
Jml = 9
Lulus L=4
P =6
Jumlah =10
L =11
P= 6
-----------
17 LULUS SEMUA
Lulus L = 8
P=6
Jml = 14
SDN Blimbing 3
Lulus L = 16
P = 19
Jml = 35
Lulus L = 11
P= 9
Jml = 20
Lulus L = 3
P=4
Jml. =7
Lulus L = 10
P=9
Jml. = 19
Lulus L = 2
1. Tligosadang
2. Kemantren
3. Kranji 1
4. Kranji 2
5 Kranji 3
6. Tunggul
7. SDTQ
LULUS L = 0
P= 3
Jml = 3
[11.17, 18/6/2020] Khafid Ps: Mohon maaf, di daftar Peserta Ujian kls 6, kok 5
peserta
LULUS L =9
P = 10
JML = 19
L=4
P =5
-----------
P=4
Monggo tinggal :
Tlogosadang
Kranji 1
SDTQ
Jumlah lulus
L=8
P=3
Jumlah = 11
L=2
P=2
JML.04
Trima kasih
[14.10, 18/6/2020] Pak Sutam: Injih pak Ji Khafid , monggo penjengan kintun ten
Mas Bayu njih 👍👍👍🙏
SD yg lain, monggo
[15.21, 19/6/2020] Pak Sutam: Dimohon dengan hormat lagi sangat atas
kehadirannya Bpk / Ibu Kepala SD N/S se kec. Paciran besuk pagi:
Hari : Sabtu
tren
dengan covid- 19
Ket.
Demikian atas perhatian, kehadiran dan kerja samanya di sampaikan terima kasih
Korwil Paciran
NB.
- Pakai masker
- Cuci tangan
[15.43, 19/6/2020] Fahrudin: Ngapunten pak, benjeng kulo izin, ada acara
keluarga, kemantenan pak
[16.17, 19/6/2020] Siti Mutawqilah: Alhamdulillah sek doyan ilmu, na adek udin
iku py 🤭
[16.19, 19/6/2020] Fahrudin: Ko jenengan yuk seng ngulangi
InsyaAllah
Bagian 66
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
“Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah oleh Allah dan akan berhenti
ditempat yang Allah kehendaki.”
“Ya Allah, semoga Engkau menempatkan aku di tempat kediaman yang diberkahi
dan Engkaulah sebaik-baik yang memberi tempat kediaman.”
“Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan tinggal di rumah Anda untuk
sementara waktu. Silahkan sediakan tempat untukku.”
“Ya Rasulullah, sungguh saya sudah menyediakan tempat beristirahat bagi Tuan.
Dengan berkah Allah, silahkan berdiri dan masuk ke dalam.”
Gentong Pecah
Mendirikan Masjid
“Ya Rasulullah, kami tidak akan menghargai kebun-kebun itu karena mengharap
ridha Allah saja.”
Batu diangkat, diletakkan, disusun, dan disisipkan sampai akhirnya masjid pun
selesai. Pagarnya dari batu dan tanah, tiangnya dari batang-batang kurma, atapnya
pelepah kurma. Kiblatnya menghadap ke Baitul Maqdis. Ketika itu, Ka’bah belum
menjadi kiblat.
Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat tinggal Rasulullah
ﷺdan keluarganya. Sungguh, sebuah masjid sederhana yang penuh
berkah.
Warna Masjid
Umar bin Khattab pernah berkata tentang bagaimana sebuah masjid dibangun.
Kata beliau,
“Lindungilah orang-orang dari tampias hujan. Janganlah kalian mewarnai (dinding
masjid) dengan warna merah atau kuning sehingga dapat menimbulkan fitnah.”
Bersambung.........
[20.37, 19/6/2020] Mukharom: Bisa dicoba kafe tepi laut baratnya sd kemantren
pas pinggir laut
[05.57, 20/6/2020] Arifin Sd: Maaf aku nggak bisa hadir pak Ji,kena flue🙏😇
[06.33, 20/6/2020] Harjo: Kalau sampeyan tdk keberatan mohon di sherr d grup
atau pribadi
[06.34, 20/6/2020] Harjo: Mungkin bisa jadi referensi pembelajaran sejarah Islam
bagi guru2 d i sekolah
[06.48, 20/6/2020] Suwarmi: Mohon maaf, klau mau diprint diedit sendiri nggih.
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/06/uang-selingkuh-267515
[14.35, 20/6/2020] Siti Mutawqilah: Yg lain msh dlm proses editing bu, ini cuma
obat penasaran sj 😊
Terima kasih...
[06.25, 22/6/2020] Khafid Ps: Barangkali ada sekolah bina teman teman yang
masuk pada daftar sekolah Penerima BOS Afirmasi dan BOS Kinerja TA 2020
[06.47, 22/6/2020] Aidha Lutfah: Ya bapak, sdh saya lihat cuma tlogosadang
[08.05, 22/6/2020] Siti Mutawqilah: Alhamdulillah paciran ada yg dpt BOS kinerja.
Berarti prestasinya bagus. Syarat dpt kan prestasi SD nya bagus
[08.12, 22/6/2020] Suwarmi: Sebenarnya syarat BOS Kinerja itu apa to mas, aku
lho kepingin
[09.09, 22/6/2020] Aidha Lutfah: Mari pak jayus ...kulo yo uuuudaoooh kritetiane
😭
Bagian 67
Ia adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang dahulu pernah berkuasa di kota itu.
Pada musim dingin suhunya sangat rendah dan pada musim panas suhunya jauh
lebih panas dari pada Mekah.
Banyak sahabat Muhajirin yang tidak kuat dengan cuaca tersebut dan jatuh sakit.
"... mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita."
Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika sedang sakit.
"Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang di sekelilingku ada pohon-
pohon idzkir dan jalil (nama pohon yang banyak terdapat di Mekah).
Dan apakah pada suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air Majinnah dan
apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung Syamah dan Gunung Thafil (dua buah
gunung dekat Mekah)."
Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita demam tinggi sering
bersyair,
"Sungguh aku mendapati mati sebelum merasakannya ..."
Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa orang sahabat akibat cuaca panas
tersebut.
"Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota Madinah sebesar rasa cinta kami
pada Mekah, atau bahkan lebih !
Ya Allah, berilah berkah pada pekerjaan kami untuk mencari nafkah, sehatkanlah
Kota Madinah ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat lain yang
Engkau kehendaki."
Allah mengabulkan doa Rasulullah itu dan memindahkan panas Kota Madinah ke
Dusun Juhfah yang letaknya 82 mil dari Madinah.
Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah pun melakukan hal lain
yang sangat indah agar kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah tumbuh rasa
cintanya pada Madinah.
Tabarruk
"Engkau benar."
Saling Bersaudara
"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang - dua orang."
"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara dengan
Zaid bin Haritsah, putra angkat Rasulullah."
Selama itu, persaudaraan ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa semua orang
Islam bersaudara.
Selain itu, juga agar setiap Muslim menjadi saling menolong yang kuat menolong
yang lemah, yang mampu menolong yang kekurangan.
Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang kelak
ditempuh Rasulullah dan para sahabatnya di Madinah.
Ternyata, kalangan Anshar memperlihatkan sikap ramah yang luar biasa kepada
saudara-saudara Muhajirin mereka.
Mereka begitu mengerti bahwa kaum Muhajirin meninggalkan segala yang mereka
miliki, termasuk harta benda dan seluruh kekayaan di Mekah.
Sebagian besar dari mereka memasuki Madinah dengan perut lapar tanpa ada lagi
yang dapat dimakan.
Kaum Muhajirin berusaha melakukan banyak pekerjaan agar mereka bisa kembali
mandiri secepatnya.
Persaudaraan Sejati
Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama bisa bersaudara seerat dua orang
yang sama agamanya.
Rasulullah menghimpun hati para sahabatnya begitu dekat, sehingga tidak ada
perbedaan di antara mereka kecuali ketakwaan dan amal shalih.
Bersambung......
Matur suwun arti kasarnya ngemis. Mengapa masih ada TP dan PTK masih
menggunakan kosa kata yang salah
[13.33, 22/6/2020] Siti Mutawqilah: Sing bener terima kasih jawane opo pak
@Muhammad Amilin
[13.52, 22/6/2020] Roni UPT: hatur nuhun bapak @Muhammad Amilin atas
infonipun
[14.55, 22/6/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Salah satu unsur dari bahasa adalah
konsesus, andai dari dulu orang menyebut "tempat tidur" adalah "jamban", bisa
jadi smpe skarang kita tidur bukan di ranjang tapi di jamban 😄😄
[05.51, 23/6/2020] Khafid Ps: Sekolah Tangguh bukti warganya tangguh. Perlu
sosialisasi, pembinaan dan penguatan
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/06/mengenal-konsep-sekolah-tangguh-
269025
[08.06, 23/6/2020] Ana Musnan: Kapan ya dilembaga paciran dapat seperti ini?
[08.09, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Terima kasih pak @Pak Sutam , pak @Khafid
Ps
[08.10, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Dapat tah bisa yuk. Wong wes dapat ngono
kok 🤭
[08.38, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Berarti tangguh iku apik kanggo semua kondisi
😁
[09.34, 23/6/2020] Bu Am Wa: Setuju Mas @Roni UPT tak tunggu loo... 🤭🤭
Jadilah seperti air yang terus mengalir, bahkan di tempat yang tersembunyi
sekalipun.
*_🍁motivasikehidupanislam🙏🙏🙏
[06.21, 24/6/2020] Arifin Sd: Hari ini siapa yang mau ikut ke Lamongan,mangga
Bagian 68
Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu Dzar, Umar, dan Ali bin Abu
Thalib memilih pekerjaan sebagai petani. Keluarga-keluarga mereka terjun
menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama pemiliknya. Selain mereka,
ada pula kaum Muhajirin yang tetap mengalami kesulitan hidup. Sungguh pun
begitu, mereka tidak mau menjadi beban orang lain. Mereka membanting tulang
melakukan pekerjaan apa pun yang halal.
Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan masuk
Islam. Namun, keadaan mereka amat miskin dan serba kekurangan sampai ada
yang tidak mempunyai tempat tinggal. Rasulullah menyediakan tempat tinggal
untuk mereka di selasar masjid yang di sebut shuffah. Mereka yang tinggal di
tempat itu di sebut ahli Shuffah. Belanja mereka diberikan oleh kaum Muslimin
yang berkecukupan, baik dari kaum Muhajirin maupun dari kaum Anshar.
Di Madinah kaum Muslimin sudah mengerjakan shalat lima waktu. Namun, dengan
jumlah yang semakin banyak, sulitlah semua orang tahu bahwa waktu shalat telah
tiba.
Riwayat Adzan
"Kita gunakan saja bendera, ya Rasulullah," usul seorang sahabat.
"Bendera tidak membangunkan orang tidur, gunakan saja terompet," usul yang
lain.
"Mungkin tidak perlu semua itu, cukuplah menyuruh seseorang berseru, 'Ash
Shalah!" usul sahabat yang lain.
Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu beliau bersabda, "Ya Bilal,
bangunlah dan panggillah orang dengan 'Ash Shalah!"
Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-seru, "Ash shalatu jami'ah!
Shalatlah berjamaah! Shalatlah berjamaah!"
Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada dalam keadaan setengah
tertidur melihat seorang laki-laki membawa genta. Abdullah ingin membelinya
untuk memanggil shalat.
"Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu. Berserulah Allahu Akbar! Allahu
Akbar! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah! Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Hayya
'alasshalah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alal falah! Hayya 'alal falah! Allahu Akbar!
Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!"
Kemudian, orang tersebut berdiri ke tempat yang agak jauh dan mengajarkan
bacaan iqamat. Keesokan harinya, Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya
kepada Rasulullah. Dengan wajah berseri, Rasulullah bersabda,
"Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau menemui Bilal karena Bilal itu
suaranya lebih tinggi dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal segala apa yang diucapkan
orang dalam mimpimu itu. Hendaklah Bilal memanggil orang shalat dengan cara
demikian itu!"
Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat seperti yang diajarkan
Abdullah bin Zaid kepadanya. Mendengar Bilal, Umar bin Khattab datang
tergopoh-gopoh menemui Rasulullah sambil berkata,
"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh
semalam saya telah bermimpi bertemu seseorang dan berseru sebagaimana yang
diucapkan Bilal."
Semakin lama, Bilal semakin dekat di hati Rasulullah, yang kemudian menyatakan
Bilal sebagai seorang laki-laki penduduk surga. Akan tetapi, sikap Bilal tidak
berubah. Ia tetap seorang yang mulia, besar hati, dan selalu memandang dirinya
tidak lebih dari seorang Habasyah yang pernah menjadi budak belian.
Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-orang Arab saja,
melainkan juga kaum Yahudi. Ada tiga keluarga besar Yahudi yang menetap di
Madinah. Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Orang-orang Arab yang
tinggal di Madinah dari suku Aus dan suku Khazraj pernah saling bermusuhan
selama puluhan tahun. Setiap suku dipengaruhi oleh orang-orang Yahudi. Namun,
ketika Islam datang mempersaudarakan mereka, lenyaplah rasa permusuhan itu
untuk selamanya. Sejak saat itu, kaum Yahudi kehilangan pengaruh mereka atas
orang Arab di Madinah.
Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum Muslimin. Hal itu tidak
diterima dengan rela oleh kaum Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan sendiri
untuk menghalangi kemajuan Islam. Melihat gelagat tidak baik ini, Rasulullah pun
mengirimkan surat perjanjian kepada orang Yahudi.
5. Jika kaum Yahudi di serang musuh dari luar, Muslimin wajib membantunya.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus
mempertahankannya bersama-sama.
Pada bagian akhir perjanjian disepakati bahwa apabila timbul perselisihan antara
kedua belah pihak, Rasulullah akan menjadi hakimnya.
Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini kemudian dirusak oleh tabiat
kaum Yahudi yang suka menipu dan berkhianat. Makanya kaum Yahudi tidak
senang dengan isi perjanjian yang telah disepakati tersebut, lalu mereka
melanggarnya dengan berbagai penipuan dan pengkhianatan.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
[14.21, 24/6/2020] Dyah Bu: Inggih Ramalan Joyoboyo punika kathah ingkang
cecek/ kasunyatan!mtr nwn sdy leres !
[20.20, 24/6/2020] Aidha Lutfah: Hidup itu asal tdk maksiat dan bermanfaat buat
orang banyak itu sdh cukup.
Tdk dihormati juga tdk masalah justru bisa bersembunyi dari perhatian orang
banyak, malah lebih leluasa dan santai.
Mendapat penghormatan bukan bukti kesuksesan.
Asal tdk maksiat, bisa menjadi pribadi yg menyenangkan dan bermanfaat bagi
orang serta tdk mengusik hidup orang lain, itu SUDAH CUKUP.
Semoga kita ke depan lebih baik dan bermanfaat. Semoga disisa usia kita menjadi
usia yg barokah. Aamiin
[21.08, 24/6/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Bertolak belakang dengan pajak manmin
dan laporan BOS ya bu 🤭🤭
[06.59, 26/6/2020] Suwarmi: Terimakasih Pak Ji, blum selesai membaca tp kok
baru 10 % Satuan Pendidikan yg memenuhi SNP, semoga Paciran yo tidak jauh2
dari 10%.
Bismillahirrahmanirrahim
Debat yang tercela adalah debat yang tidak memakai dasar ilmu, tanpa dalil.
Contohnya lagi adalah debat dengan menggunakan otot, bukan argumen yang
kuat.
Salah satu akibat suka berdebat yang tercela adalah menghilangkan keberkahan
ilmu.
Moga kita diberikan hidayah dengan merenungkan nasihat Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-‘Utsaimin berikut ini:
Debat secara umum akan menghilangkan berkah. Telah disebutkan dalam Shahih
Al-Bukhari, dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallambersabda,
“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.”
(H…
[11.03, 28/6/2020] Pak Sutam: Info Kegiatan Belajar Mengajar Sb1 Sekolah Musik
di mulai Masuk Normal Hari Sabtu Tgl 4 Juli 2020. diawali dari Pelajar yg sudah
regristrasi pengambilan Kupon yg sudah disiapkan Tutor serta mulai di buka
pendaftaran siswa Baru dg diskon 50% khusus pendaftar di bulan Juni s/d Juli 2020.
Bagian 69
Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah. Pada saat itulah
Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah binti Abu Bakar di Mekah, merayakan
pernikahan beliau tersebut. Ketika itu, Aisyah sudah menjelang remaja. Beliau
adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka yang manis dan sangat
disukai banyak orang karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat
persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq semakin erat.
Setelah menikah, Aisyah berpindah dari rumah ayahnya ke rumah Rasulullah di
samping masjid. Tidak terkira rasa bahagia Aisyah. Ia melihat pada diri Rasulullah
ada sesuatu yang lain dibandingkan kebanyakan orang.
"Rasulullah …
Bagian 70
Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila beliau tahu ada orang
yang sedang menunggu, padahal beliau sedang shalat, beliau percepat shalat itu
dan beliau tanya apa keperluannya. Sesudah beliau memenuhi keperluan orang
tadi, beliau lanjutkan kembali ibadahnya.
Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut mencari
pakaian, menambal baju yang berlubang, serta memerah susu kambing. Beliau
juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau penuhi sendiri semua
keperluan beliau, mulai mengambil minum sampai mengurus unta.
Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus
keperluan orang yang lemah, menderita, dan miskin. Apalagi melihat ada orang
yang membutuhkan sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah, sekali pun beliau
saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada sesuatu yang disimpan untuk esok,
bahkan kelak ketika beliau wafat. Baju besi beliau sedang tergadai di tangan
seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang untuk belanja keluarga.
Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji. Suatu ketika
ada delegasi dari Raja Najasyi dari Habasyah datang berkunjung. Beliau sendiri
yang melayani mereka. Para sahabat datang menegur, "Wahai Rasulullah, sudah
cukuplah, bukankah ada orang lain untuk mengerjakannya?"
Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah,
kenangan indah muncul bagai pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika, ada
seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu gembira dan beliau tanyai
wanita itu baik-baik. Ketika wanita itu sudah pergi, beliau berkata, "Ketika masih
ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat hubungan baik masa lampau
adalah termasuk iman."
Begitu halus perasaan Rasulullah, begitu lembut hatinya, sampai beliau biarkan
cucunya bermain-main dengannya ketika beliau sedang shalat. Bahkan beliau
shalat dengan membawa Umamah, cucu beliau dari Zainab. Umamah beliau taruh
di atas bahu. Saat beliau sujud, beliau letakkan Umamah, jika beliau berdiri,
Umamah ditaruh lagi keatas bahunya.
Kebaikan dan kasih sayang Rasulullah tidak terbatas kepada sesama manusia saja,
tetapi juga kepada binatang. Suatu ketika, beliau pernah bangun dan membukakan
pintu untuk seekor kucing yang sedang berlindung di tempat itu. Beliau juga
pernah merawat seekor ayam jantan yang sedang sakit-sakitan.
Rasulullah juga mengelus-elus seekor kuda penuh rasa sayang dengan lengan baju
beliau. Suatu ketika, dilihatnya Aisyah menaiki seekor unta. Aisyah merasa sukar
mengendalikan unta yang agak bandel itu sehingga Aisyah menarik-narik tali
kekang dengan tidak sabar. Kemudian, Rasulullah mendekat dan menegur lembut,
Sabda beliau,
Jadi, kasih sayang yang diajarkan Rasulullah juga mengandung unsur kekuatan.
Oleh sebab itu, seorang Muslim bisa bersikap lemah lembut sekaligus tegas jika
memang diperlukan. Jika seseorang tidak dapat bersikap tegas, ia akan menjadi
bulan-bulanan orang-orang berhati jahat.
Rasulullah mengajarkan bahwa jiwa seorang Muslim harus kuat, tidak mengenal
kata menyerah kecuali kepada Allah. Seorang Muslim yang taat kepada Allah tidak
merasa lemah apabila menghadapi rintangan.
"Barang siapa menangkap seekor burung hanya untuk bermain-main, kelak pada
hari kiamat, burung itu akan mengadu kepada Allah, "Wahai Tuhanku, orang itu
telah membunuh aku untuk mainan belaka, tidak untuk mengambil manfaat
dariku."
Keseharian Rasulullah
Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh ada rasa takut dalam hati
seorang Muslim, kecuali jika ia melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa itu
tidak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan orang lain. Karena itulah,
Rasulullah mengajak para sahabatnya berhijrah ke Madinah.
Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta,
kendaraan, pakaian, makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang sudah mencintai
harta dunia seperti itu, kekuatan rohaninya melemah dan tidak lagi mampu
berjuang, beribadah, serta berbakti layaknya seorang Muslim sejati.
Rasulullah adalah contoh yang sangat ideal dalam mengendalikan hawa nafsu.
Jiwa Rasulullah sudah begitu kuat sehingga tidak begitu peduli jika segala yang
dimilikinya akan habis akibat beliau sangat suka memberi kepada orang lain.
Sampai-sampai, ada orang yang berkata,
Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri atas
kulit yang dilapisi serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang. Beliau selalu
menyudahi makannya sebelum kenyang. Tidak pernah Rasulullah makan roti dari
tepung gandum dua hari berturut-turut. Sebagian besar makanan beliau adalah
bubur.
Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya dapat
makan roti sop (roti yang dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan sering sekali
beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu yang
dikaitkan dengan ikat pinggangnya agar rasa laparnya tertahan.
Namun, bukan berarti Rasulullah berpantang makan makanan enak. Beliau dikenal
suka sekali makan kaki kambing muda, labu, madu, dan manisan walupun amat
jarang beliau dapatkan. Begitulah cara Rasulullah mengendalikan diri terhadap
makanan.
Ada sambungnya,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bagian 63
*Buraidah*
Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah seratus ekor unta.
Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami
juga keluar mencari beliau. Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit dan menyusuri
jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka
bertemu rombongan Rasulullah.
Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar dan berkata, "Kita telah
selamat dan keluar dari jangkauan panah mereka."
Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah mengucapkan dua kalimat syahadat
dan memeluk Islam.
Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh orang pasukan pengepung
pun mengikuti jejaknya.
Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap mampu mengumpulkan
pengikut, berkat ketenangan, kekuatan iman, dan pertolongan Allah.
Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas dari jasa Mush'ab bin Umair
yang diutus Rasulullah ke Yatsrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab yang cerdas
dan berhati lembut mampu membuat orang yang memusuhinya menjadi kawan.
Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan dakwah Mush'ab bin Umair.
Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab
bin Umair sedang mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun Bani
Zafar. Sa'ad bin Muadz tidak senang mendengar berita ini. Ia lalu mendatangi
Usaid bin Hudhair. Kedua orang ini adalah para pemimpin kaumnya.
"Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah kita dan mengajarkan agama
baru kepada orang-orang kita. Agama itu bisa membuat orang lemah dan miskin
bangkit melawan kita."
Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun Bani Zafar. Ditegurnya
Mush'ab bin Umair dengan tombak teracung. Namun, Mush'ab berkata tenang,
"Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan? Kalau kau tidak menyukainya, aku
bersedia pergi dari sini."
Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin lama, hati Usaid makin
tertarik. Akhirnya, ia memeluk Islam saat itu juga. Setelah itu, ia menemui Sa'ad
bin Muadz.
"Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama baru itu?" teriak Sa'ad
marah.
Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui kaumnya dan berseru, "Hai
Banu Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang diriku?"
"Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan kami, engkau punya
pendapat dan pengalaman yang terpuji."
Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku adalah suci selama kalian
beriman kepada Allah dan utusan-Nya," demikian seru Sa'ad bin Muadz.
Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu Salamah. Ia mempunyai
sebuah berhala bernama Manat yang terbuat dari kayu. Setelah itu para pemuda
dari Banu Salamah masuk Islam, diam-diam mereka mengambil Manat pada
malam hari dan memasukkan berhala kayu itu ke dalam lubang penuh lumpur.
"Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh. Pagi-pagi sekali, ia sudah
datang ke tempat penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang.
Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan Manat tersuruk di tempat yang
sangat kotor.
Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan tuhannya itu sampai bersih
dan meletakkannya lagi di tempat semula.
"Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas lehernya!" ancam Amr bin
Jamuh kepada orang-orang disekitarnya.
Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali mengambil dan
memasukkan Manat ke lubang yang kotor dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh
dan memgancam-ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan
tuhannya.
Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa kesal Amr bin Jamuh berbalik
pada Manat. Amr mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada
tuhannya itu, "Kalau kau memang berguna, bertahanlah! Kusertakan pedang ini
bersamamu!"
"Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan dirimu terhina?"
keluh Amr tidak berdaya.
Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendekati Amr
dan memgajaknya berbicara. Saat itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia
selama ini. Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan menjadi Muslim yang
taat.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Setiap pagi mereka pergi bersama-sama ke tempat itu. Jika sampai siang Rasulullah
belum datang, mereka pergi dan berteduh sebentar di tempat lain. Ketika petang
tiba, dan Rasulullah belum juga tiba, mereka pulang ke Yatsrib. Begitu terus setiap
hari.
Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari Yatsrib. Suatu hari ketika
panas matahari tengah begitu terik, Rasulullah tiba di Quba. Saat itu, penduduk
Quba juga sudah banyak yang memeluk Islam. Mereka juga tengah menanti-nanti
kedatangan Rasulullah. Namun, tidak seorang pun yang sudah mengenal wajah
Rasulullah dan Abu Bakar. Oleh sebab itu, ketika beliau dan Abu Bakar berteduh di
bawah pohon kurma, tidak seorang pun yang datang menyambut. Sampai
akhirnya, lewatlah seorang Yahudi yang mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar
yang tengah berteduh itu. Yahudi itu segera naik ke tempat yang tinggi dan
berteriak sekeras-kerasnya,
"Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu harap-harap dan kamu nanti-nanti
kedatangannya! Ia telah berada di sini! Ia telah datang!"
Bagaimana dengan Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan pesan Rasulullah, setelah
mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya, Ali bin Abu Thalib
berangkat hijrah. Ali pergi mengawal keluarga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar.
Mereka adalah Fatimah, Ummu Kultsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya,
Usamah. Selain itu juga turut istri Abu Bakar, Ummu Ruman dan anak-anaknya,
Aisyah, Asma, dan Abdullah. Juga ada orang-orang Muslim lain yang lemah dan
tidak berdaya.
Terbayang dengan jelas betapa beratnya tugas Ali bin Abu Thalib saat berhijrah.
Apalagi mereka semua kekurangan, sehingga Ali bin Abu Thalib harus berjalan kaki
menempuh jarak lebih dari 400 kilometer di tengah padang pasir itu.
Selama perjalanan, mereka berhenti dan bersembunyi pada siang hari untuk
menghindari kejaran pasukan Quraisy. Jika malam tiba, barulah mereka berangkat
dan meneruskan perjalanan.
Akhirnya, tibalah rombongan hijrah Ali bin Abu Thalib di Quba. Di sana, mereka
berjumpa dengan Rasulullah yang masih berada di tempat itu.
Begitu jauh dan beratnya perjalanan, kaki Ali bin Abu Thalib membengkak dan
dipenuhi luka di sana-sini.
Rasulullah merasa sangat iba kepada sepupunya ini. Beliau berdoa kepada Allah
memohon agar Allah berkenan menyembuhkan semua luka di kaki Ali dan
memulihkan kekuatannya seperti sedia kala.
Dengan kedua tangan beliau yang mulia itu, Rasulullah mengusap kaki Ali bin Abu
Thalib. Alhamdulillah, segera saja pulihlah semua luka, kempislah bengkak, dan
lenyaplah semua rasa sakit dari kaki Ali bin Abu Thalib.
Saat Ali bin Abu Thalib dan orang-orang yang dikawalnya tiba di Quba, Rasulullah
telah berhenti di sana selama lebih dari sepuluh hari. Dalam sepuluh hari itu,
beliau dan para sahabat yang lain telah membangun sebuah masjid. Itulah masjid
pertama dalam sejarah Islam. Di dalam Al Qur'an, Allah menyebut masjid itu
dengan nama Masjid Taqwa. Sampai kini, masjid itu dikenal sebagai Masjid Quba.
*Masjid Quba*
Rasulullah adalah orang pertama yang meletakkan batu untuk mendirikan Masjid
Quba. Setelah itu, beliau menyuruh Abu Bakar lalu Umar bin Khattab dan
setelahnya Utsman bin Affan. Ammar bin Yasir adalah orang yang pertama kali
membangun temboknya. Kemudian, para sahabat Muhajirin dan Anshar
membangunnya bersama-sama.
Begitu masjid selesai kaum Muslimin di Quba menyangka Rasulullah akan tinggal
di Quba lebih lama lagi. Namun, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berangkat
ke Yatsrib. Begitu mengetahui hal itu, dengan wajah sedih, Kaum Muslimin Quba
mendatangi Rasulullah dan bertanya pelan,
"Ya Rasulullah apakah Tuan memang menghendaki rumah yang lebih baik
daripada rumah kami?"
Rasulullah mengerti betapa besar rasa sayang kaum Muslimin Quba terhadap
dirinya. Beliau pun menjawab dengan kata-kata yang sangat halus,
Kembali semua orang terdiam kecuali Umar bin Khattab. Saat itu Umar menjawab,
Masyarakat Islam tidak akan tegak jika tidak ada masjid. Oleh karena itu,
perbedaan pangkat, kekayaan, kedudukan, dan lainnya akan terhapus jika umat
Islam selalu bertemu setiap hari di masjid untuk menyembah Allah. Masjid juga
merupakan tempat berkumpulnya kaum Muslimin untuk mempelajari syariat
Allah.
Bersambung
[12.59, 16/6/2020] Ana Musnan: Matur suwun pak ji
Bagian 65
Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi. Beliau diiringi para sahabat
Muhajirin dan Anshar. Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki. Ketika
waktu shalat Jum'at tiba, Rasulullah tengah melewati Wadi Ranuna. Tempat itu
dekat dengan perkampungan Bani Amr bin Auf. Rasulullah berhenti dan
mendirikan shalat Jum'at bersama para sahabatnya. Itulah shalat Jum'at pertama
yang didirikan Rasulullah.
"Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan amal kebaikan demi kalian
sendiri. Sungguh kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu
hari ketika salah satu dari kalian dikejutkan oleh suara gemuruh, sehingga ia akan
melupakan harta apa pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah ak
"Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak melihat apa pun.
Namun, ketika melihat ke muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang
dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka, walaupun dengan separuh
kurma, hendaklah ia banyak menyebut kalimat thayyibah karena kalimat
thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan sampai tujuh
ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat Allah serta barokah-Nya semoga
dilimpahkan atas kamu dan atas Rasulullah."
Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah setelah shalat didirikan. Baru
pada kemudian hari, Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah dilakukan
sebelum shalat Jum'at dilakukan.
*Tiba di Madinah*
Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai berbaris di jalan seraya
bersorak,
Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan tombak sebagai tanda
siap mati membela Rasulullah.
"Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!"
"Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang yang cinta bertetangga
dengan Nabi Muhammad!"
Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah
bertanya,
Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum saat mendengar
pernyataan cinta dari Rasulullah yang begitu mulia, yang begitu mereka cintai, dan
yang begitu mereka rindukan. Maka rebana-rebana pun berbunyi dan kaum wanita
berpantun.
Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama tiba di Madinah.
Setelah itu, menyusul Amir bin Rabi'ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah.
Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama tiba di Madinah.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,
[09.43, 18/6/2020] Khafid Ps: Kami harapkan hari ini semua SD sdh bisa kirim data
ggih.
Jumlah lulus
L. : 16
P. : 19
Jml : 35
[09.46, 18/6/2020] Tajri: Siap pak
Jumlah Lulus
L = 20
P = 23
Jml = 43
Jumlah Lulus
L = 2
P = 1
Jml = 3
Jumlah lulus
L=7
P = 15
Jml =22
Jumlah lulus
L=8
P=4
Jml = 12
Lulus L = 7
P=2
Jml = 9
P =6
Jumlah =10
L =11
P= 6
-----------
17 LULUS SEMUA
Lulus L = 8
P=6
Jml = 14
SDN Blimbing 3
Lulus L = 16
P = 19
Jml = 35
Lulus L = 11
P= 9
Jml = 20
P=4
Jml. =7
Lulus L = 10
P=9
Jml. = 19
Lulus L = 2
1. Tligosadang
2. Kemantren
3. Kranji 1
4. Kranji 2
5 Kranji 3
6. Tunggul
7. SDTQ
LULUS L = 0
P= 3
Jml = 3
[11.17, 18/6/2020] Khafid Ps: Mohon maaf, di daftar Peserta Ujian kls 6, kok 5
peserta
P = 10
JML = 19
L=4
P =5
-----------
P=4
P=4
Monggo tinggal :
Tlogosadang
Kranji 1
SDTQ
Jumlah lulus
L=8
P=3
Jumlah = 11
L=2
P=2
JML.04
[14.07, 18/6/2020] Khafid Ps: Mohon berkenan reechech kebenaran data tsb.
Trima kasih
[14.10, 18/6/2020] Pak Sutam: Injih pak Ji Khafid , monggo penjengan kintun ten
Mas Bayu njih 👍👍👍🙏
SD yg lain, monggo
[15.21, 19/6/2020] Pak Sutam: Dimohon dengan hormat lagi sangat atas
kehadirannya Bpk / Ibu Kepala SD N/S se kec. Paciran besuk pagi:
Hari : Sabtu
tren
si pembelajaran mema
dengan covid- 19
Ket.
Demikian atas perhatian, kehadiran dan kerja samanya di sampaikan terima kasih
Korwil Paciran
NB.
- Pakai masker
- Cuci tangan
[15.43, 19/6/2020] Fahrudin: Ngapunten pak, benjeng kulo izin, ada acara
keluarga, kemantenan pak
[16.17, 19/6/2020] Siti Mutawqilah: Alhamdulillah sek doyan ilmu, na adek udin
iku py 🤭
InsyaAllah
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
Semua keluarga di Yatsrib berebut menawarkan diri menjadi tuan rumah kepada
Rasulullah ﷺ. Semuanya ingin agar Rasulullah ﷺ
bersedia tinggal di lingkungan mereka. Rasulullah ﷺmengetahui
bahwa jika ia menentukan pilihan, keluarga yang tidak terpilih akan malu dan
kecewa. Karena itu, beliau memasrahkan pilihan itu kepada Allah ﷻ. Dengan
halus, beliau berkata kepada semua kepala keluarga,
“Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah oleh Allah dan akan berhenti
ditempat yang Allah kehendaki.”
“Ya Allah, semoga Engkau menempatkan aku di tempat kediaman yang diberkahi
dan Engkaulah sebaik-baik yang memberi tempat kediaman.”
“Ya Rasulullah, sungguh saya sudah menyediakan tempat beristirahat bagi Tuan.
Dengan berkah Allah, silahkan berdiri dan masuk ke dalam.”
Gentong Pecah
Mendirikan Masjid
“hendaklah kalian tawarkan harga kebun-kebun ini kepadaku karena aku akan
membelinya.”
“Ya Rasulullah, kami tidak akan menghargai kebun-kebun itu karena mengharap
ridha Allah saja.”
Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira dan penuh semangat.
Sambil bekerja, Rasulullah ﷺbersyair,
Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat tinggal Rasulullah
ﷺdan keluarganya. Sungguh, sebuah masjid sederhana yang penuh
berkah.
Warna Masjid
Umar bin Khattab pernah berkata tentang bagaimana sebuah masjid dibangun.
Kata beliau,
Bersambung.........
[20.37, 19/6/2020] Mukharom: Bisa dicoba kafe tepi laut baratnya sd kemantren
pas pinggir laut
[05.57, 20/6/2020] Arifin Sd: Maaf aku nggak bisa hadir pak Ji,kena flue🙏😇
[06.04, 20/6/2020] Fahrudin: Waaaaaa😁😁
[06.33, 20/6/2020] Harjo: Kalau sampeyan tdk keberatan mohon di sherr d grup
atau pribadi
[06.34, 20/6/2020] Harjo: Mungkin bisa jadi referensi pembelajaran sejarah Islam
bagi guru2 d i sekolah
[06.48, 20/6/2020] Suwarmi: Mohon maaf, klau mau diprint diedit sendiri nggih.
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/06/uang-selingkuh-267515
[14.35, 20/6/2020] Siti Mutawqilah: Yg lain msh dlm proses editing bu, ini cuma
obat penasaran sj 😊
Terima kasih...
[06.25, 22/6/2020] Khafid Ps: Barangkali ada sekolah bina teman teman yang
masuk pada daftar sekolah Penerima BOS Afirmasi dan BOS Kinerja TA 2020
[06.47, 22/6/2020] Aidha Lutfah: Ya bapak, sdh saya lihat cuma tlogosadang
[08.05, 22/6/2020] Siti Mutawqilah: Alhamdulillah paciran ada yg dpt BOS kinerja.
Berarti prestasinya bagus. Syarat dpt kan prestasi SD nya bagus
[08.12, 22/6/2020] Suwarmi: Sebenarnya syarat BOS Kinerja itu apa to mas, aku
lho kepingin
[09.09, 22/6/2020] Aidha Lutfah: Mari pak jayus ...kulo yo uuuudaoooh kritetiane
😭
Bagian 67
Ia adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang dahulu pernah berkuasa di kota itu.
Banyak sahabat Muhajirin yang tidak kuat dengan cuaca tersebut dan jatuh sakit.
Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin Fuhairah termasuk yang jatuh sakit.
"... mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita."
Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika sedang sakit.
Dan apakah pada suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air Majinnah dan
apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung Syamah dan Gunung Thafil (dua buah
gunung dekat Mekah)."
Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita demam tinggi sering
bersyair,
Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa orang sahabat akibat cuaca panas
tersebut.
Ya Allah, berilah berkah pada pekerjaan kami untuk mencari nafkah, sehatkanlah
Kota Madinah ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat lain yang
Engkau kehendaki."
Allah mengabulkan doa Rasulullah itu dan memindahkan panas Kota Madinah ke
Dusun Juhfah yang letaknya 82 mil dari Madinah.
Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah pun melakukan hal lain
yang sangat indah agar kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah tumbuh rasa
cintanya pada Madinah.
Tabarruk
"Engkau benar."
Saling Bersaudara
"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang - dua orang."
"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara dengan
Zaid bin Haritsah, putra angkat Rasulullah."
Selama itu, persaudaraan ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa semua orang
Islam bersaudara.
Selain itu, juga agar setiap Muslim menjadi saling menolong yang kuat menolong
yang lemah, yang mampu menolong yang kekurangan.
Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang kelak
ditempuh Rasulullah dan para sahabatnya di Madinah.
Ternyata, kalangan Anshar memperlihatkan sikap ramah yang luar biasa kepada
saudara-saudara Muhajirin mereka.
Sebagian besar dari mereka memasuki Madinah dengan perut lapar tanpa ada lagi
yang dapat dimakan.
Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin tidak begitu saja terlena
dengan bantuan saudara-saudara Anshar mereka.
Kaum Muhajirin berusaha melakukan banyak pekerjaan agar mereka bisa kembali
mandiri secepatnya.
Persaudaraan Sejati
Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama bisa bersaudara seerat dua orang
yang sama agamanya.
Rasulullah menghimpun hati para sahabatnya begitu dekat, sehingga tidak ada
perbedaan di antara mereka kecuali ketakwaan dan amal shalih.
Bersambung......
Matur suwun arti kasarnya ngemis. Mengapa masih ada TP dan PTK masih
menggunakan kosa kata yang salah
[13.33, 22/6/2020] Siti Mutawqilah: Sing bener terima kasih jawane opo pak
@Muhammad Amilin
[13.52, 22/6/2020] Roni UPT: hatur nuhun bapak @Muhammad Amilin atas
infonipun
[14.55, 22/6/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Salah satu unsur dari bahasa adalah
konsesus, andai dari dulu orang menyebut "tempat tidur" adalah "jamban", bisa
jadi smpe skarang kita tidur bukan di ranjang tapi di jamban 😄😄
[15.05, 22/6/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Bahasa jawa tergolong bahasa tua, artinya
tidak semua kata dlm bahasa jawa bisa ditranslate ke bahasa indonesia, misale "
kunduran praoto", "upo" dll. 🤭🤭
[05.51, 23/6/2020] Khafid Ps: Sekolah Tangguh bukti warganya tangguh. Perlu
sosialisasi, pembinaan dan penguatan
https://sopyan.gurusiana.id/article/2020/06/mengenal-konsep-sekolah-tangguh-
269025
[08.09, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Terima kasih pak @Pak Sutam , pak @Khafid
Ps
[08.10, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Dapat tah bisa yuk. Wong wes dapat ngono
kok 🤭
[08.33, 23/6/2020] Roni UPT: tak tambahi Tangguh Pendanaan juga🤭🤭 pripun bu
@Bu Am Wa
[08.38, 23/6/2020] Siti Mutawqilah: Berarti tangguh iku apik kanggo semua kondisi
😁
[09.34, 23/6/2020] Bu Am Wa: Setuju Mas @Roni UPT tak tunggu loo... 🤭🤭
Jadilah seperti air yang terus mengalir, bahkan di tempat yang tersembunyi
sekalipun.
*_🍁motivasikehidupanislam🙏🙏🙏
[06.21, 24/6/2020] Arifin Sd: Hari ini siapa yang mau ikut ke Lamongan,mangga
Bagian 68
ِ صل ِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
آل ُم َحمد َ اَللَّ ُه َّم
Berdagang adalah salah satu pekerjaan yang banyak dikuasai kaum Muhajirin.
Abdurrahman bi Auf yang sudah dipersaudarakan Rasulullah dengan Sa'ad bin Rabi
pernah ditawari Sa'ad separuh hartanya. Namun, Abdurrahman menolak
pemberian itu. Ia hanya minta ditinjukkan jalan ke pasar. Di sana, mulailah
Abdurrahman berdagang mentega dan keju. Dalam waktu tidak terlalu lama,
berkat kepandaiannya berdagang, Abdurrahman bin Auf berhasil meraih
kekayaannya kembali. Dapat pula ia menikahi dan memberikan mas kawin kepada
seorang Muslimah dari Madinah. Sesudah itu, Abdurrahman bin Auf pun memiliki
kafilah-kafilah yang pulang dan pergi membawa barang perdagangan.
Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu Dzar, Umar, dan Ali bin Abu
Thalib memilih pekerjaan sebagai petani. Keluarga-keluarga mereka terjun
menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama pemiliknya. Selain mereka,
ada pula kaum Muhajirin yang tetap mengalami kesulitan hidup. Sungguh pun
begitu, mereka tidak mau menjadi beban orang lain. Mereka membanting tulang
melakukan pekerjaan apa pun yang halal.
Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan masuk
Islam. Namun, keadaan mereka amat miskin dan serba kekurangan sampai ada
yang tidak mempunyai tempat tinggal. Rasulullah menyediakan tempat tinggal
untuk mereka di selasar masjid yang di sebut shuffah. Mereka yang tinggal di
tempat itu di sebut ahli Shuffah. Belanja mereka diberikan oleh kaum Muslimin
yang berkecukupan, baik dari kaum Muhajirin maupun dari kaum Anshar.
Di Madinah kaum Muslimin sudah mengerjakan shalat lima waktu. Namun, dengan
jumlah yang semakin banyak, sulitlah semua orang tahu bahwa waktu shalat telah
tiba.
Riwayat Adzan
"Bendera tidak membangunkan orang tidur, gunakan saja terompet," usul yang
lain.
"Mungkin tidak perlu semua itu, cukuplah menyuruh seseorang berseru, 'Ash
Shalah!" usul sahabat yang lain.
Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu beliau bersabda, "Ya Bilal,
bangunlah dan panggillah orang dengan 'Ash Shalah!"
Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-seru, "Ash shalatu jami'ah!
Shalatlah berjamaah! Shalatlah berjamaah!"
Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada dalam keadaan setengah
tertidur melihat seorang laki-laki membawa genta. Abdullah ingin membelinya
untuk memanggil shalat.
Kemudian, orang tersebut berdiri ke tempat yang agak jauh dan mengajarkan
bacaan iqamat. Keesokan harinya, Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya
kepada Rasulullah. Dengan wajah berseri, Rasulullah bersabda,
"Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau menemui Bilal karena Bilal itu
suaranya lebih tinggi dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal segala apa yang diucapkan
orang dalam mimpimu itu. Hendaklah Bilal memanggil orang shalat dengan cara
demikian itu!"
Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat seperti yang diajarkan
Abdullah bin Zaid kepadanya. Mendengar Bilal, Umar bin Khattab datang
tergopoh-gopoh menemui Rasulullah sambil berkata,
"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh
semalam saya telah bermimpi bertemu seseorang dan berseru sebagaimana yang
diucapkan Bilal."
Semakin lama, Bilal semakin dekat di hati Rasulullah, yang kemudian menyatakan
Bilal sebagai seorang laki-laki penduduk surga. Akan tetapi, sikap Bilal tidak
berubah. Ia tetap seorang yang mulia, besar hati, dan selalu memandang dirinya
tidak lebih dari seorang Habasyah yang pernah menjadi budak belian.
Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-orang Arab saja,
melainkan juga kaum Yahudi. Ada tiga keluarga besar Yahudi yang menetap di
Madinah. Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Orang-orang Arab yang
tinggal di Madinah dari suku Aus dan suku Khazraj pernah saling bermusuhan
selama puluhan tahun. Setiap suku dipengaruhi oleh orang-orang Yahudi. Namun,
ketika Islam datang mempersaudarakan mereka, lenyaplah rasa permusuhan itu
untuk selamanya. Sejak saat itu, kaum Yahudi kehilangan pengaruh mereka atas
orang Arab di Madinah.
Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum Muslimin. Hal itu tidak
diterima dengan rela oleh kaum Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan sendiri
untuk menghalangi kemajuan Islam. Melihat gelagat tidak baik ini, Rasulullah pun
mengirimkan surat perjanjian kepada orang Yahudi.
5. Jika kaum Yahudi di serang musuh dari luar, Muslimin wajib membantunya.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus
mempertahankannya bersama-sama.
Pada bagian akhir perjanjian disepakati bahwa apabila timbul perselisihan antara
kedua belah pihak, Rasulullah akan menjadi hakimnya.
Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini kemudian dirusak oleh tabiat
kaum Yahudi yang suka menipu dan berkhianat. Makanya kaum Yahudi tidak
senang dengan isi perjanjian yang telah disepakati tersebut, lalu mereka
melanggarnya dengan berbagai penipuan dan pengkhianatan.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
[14.21, 24/6/2020] Dyah Bu: Inggih Ramalan Joyoboyo punika kathah ingkang
cecek/ kasunyatan!mtr nwn sdy leres !
[14.25, 24/6/2020] Bu Am Wa: Inggih maturnuwun Bapak sebagai pengingat
[20.20, 24/6/2020] Aidha Lutfah: Hidup itu asal tdk maksiat dan bermanfaat buat
orang banyak itu sdh cukup.
Tdk dihormati juga tdk masalah justru bisa bersembunyi dari perhatian orang
banyak, malah lebih leluasa dan santai.
Asal tdk maksiat, bisa menjadi pribadi yg menyenangkan dan bermanfaat bagi
orang serta tdk mengusik hidup orang lain, itu SUDAH CUKUP.
Semoga kita ke depan lebih baik dan bermanfaat. Semoga disisa usia kita menjadi
usia yg barokah. Aamiin
[21.08, 24/6/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Bertolak belakang dengan pajak manmin
dan laporan BOS ya bu 🤭🤭
Bismillahirrahmanirrahim
Debat yang tercela adalah debat yang tidak memakai dasar ilmu, tanpa dalil.
Contohnya lagi adalah debat dengan menggunakan otot, bukan argumen yang
kuat.
Salah satu akibat suka berdebat yang tercela adalah menghilangkan keberkahan
ilmu.
Moga kita diberikan hidayah dengan merenungkan nasihat Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-‘Utsaimin berikut ini:
Debat secara umum akan menghilangkan berkah. Telah disebutkan dalam Shahih
Al-Bukhari, dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallambersabda,
“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.”
(H…
[11.03, 28/6/2020] Pak Sutam: Info Kegiatan Belajar Mengajar Sb1 Sekolah Musik
di mulai Masuk Normal Hari Sabtu Tgl 4 Juli 2020. diawali dari Pelajar yg sudah
regristrasi pengambilan Kupon yg sudah disiapkan Tutor serta mulai di buka
pendaftaran siswa Baru dg diskon 50% khusus pendaftar di bulan Juni s/d Juli 2020.
Bagian 69
ِ صل ِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
آل ُم َحمد َ اَللَّ ُه َّم
Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah. Pada saat itulah
Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah binti Abu Bakar di Mekah, merayakan
pernikahan beliau tersebut. Ketika itu, Aisyah sudah menjelang remaja. Beliau
adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka yang manis dan sangat
disukai banyak orang karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat
persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq semakin erat.
"Rasulullah …
Bagian 70
Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut mencari
pakaian, menambal baju yang berlubang, serta memerah susu kambing. Beliau
juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau penuhi sendiri semua
keperluan beliau, mulai mengambil minum sampai mengurus unta.
Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus
keperluan orang yang lemah, menderita, dan miskin. Apalagi melihat ada orang
yang membutuhkan sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah, sekali pun beliau
saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada sesuatu yang disimpan untuk esok,
bahkan kelak ketika beliau wafat. Baju besi beliau sedang tergadai di tangan
seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang untuk belanja keluarga.
Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji. Suatu ketika
ada delegasi dari Raja Najasyi dari Habasyah datang berkunjung. Beliau sendiri
yang melayani mereka. Para sahabat datang menegur, "Wahai Rasulullah, sudah
cukuplah, bukankah ada orang lain untuk mengerjakannya?"
Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah,
kenangan indah muncul bagai pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika, ada
seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu gembira dan beliau tanyai
wanita itu baik-baik. Ketika wanita itu sudah pergi, beliau berkata, "Ketika masih
ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat hubungan baik masa lampau
adalah termasuk iman."
Begitu halus perasaan Rasulullah, begitu lembut hatinya, sampai beliau biarkan
cucunya bermain-main dengannya ketika beliau sedang shalat. Bahkan beliau
shalat dengan membawa Umamah, cucu beliau dari Zainab. Umamah beliau taruh
di atas bahu. Saat beliau sujud, beliau letakkan Umamah, jika beliau berdiri,
Umamah ditaruh lagi keatas bahunya.
Kebaikan dan kasih sayang Rasulullah tidak terbatas kepada sesama manusia saja,
tetapi juga kepada binatang. Suatu ketika, beliau pernah bangun dan membukakan
pintu untuk seekor kucing yang sedang berlindung di tempat itu. Beliau juga
pernah merawat seekor ayam jantan yang sedang sakit-sakitan.
Rasulullah juga mengelus-elus seekor kuda penuh rasa sayang dengan lengan baju
beliau. Suatu ketika, dilihatnya Aisyah menaiki seekor unta. Aisyah merasa sukar
mengendalikan unta yang agak bandel itu sehingga Aisyah menarik-narik tali
kekang dengan tidak sabar. Kemudian, Rasulullah mendekat dan menegur lembut,
Sabda beliau,
Rasulullah mengajarkan bahwa jiwa seorang Muslim harus kuat, tidak mengenal
kata menyerah kecuali kepada Allah. Seorang Muslim yang taat kepada Allah tidak
merasa lemah apabila menghadapi rintangan.
"Barang siapa menangkap seekor burung hanya untuk bermain-main, kelak pada
hari kiamat, burung itu akan mengadu kepada Allah, "Wahai Tuhanku, orang itu
telah membunuh aku untuk mainan belaka, tidak untuk mengambil manfaat
dariku."
Keseharian Rasulullah
Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh ada rasa takut dalam hati
seorang Muslim, kecuali jika ia melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa itu
tidak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan orang lain. Karena itulah,
Rasulullah mengajak para sahabatnya berhijrah ke Madinah.
Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta,
kendaraan, pakaian, makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang sudah mencintai
harta dunia seperti itu, kekuatan rohaninya melemah dan tidak lagi mampu
berjuang, beribadah, serta berbakti layaknya seorang Muslim sejati.
Rasulullah adalah contoh yang sangat ideal dalam mengendalikan hawa nafsu.
Jiwa Rasulullah sudah begitu kuat sehingga tidak begitu peduli jika segala yang
dimilikinya akan habis akibat beliau sangat suka memberi kepada orang lain.
Sampai-sampai, ada orang yang berkata,
Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri atas
kulit yang dilapisi serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang. Beliau selalu
menyudahi makannya sebelum kenyang. Tidak pernah Rasulullah makan roti dari
tepung gandum dua hari berturut-turut. Sebagian besar makanan beliau adalah
bubur.
Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya dapat
makan roti sop (roti yang dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan sering sekali
beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu yang
dikaitkan dengan ikat pinggangnya agar rasa laparnya tertahan.
Namun, bukan berarti Rasulullah berpantang makan makanan enak. Beliau dikenal
suka sekali makan kaki kambing muda, labu, madu, dan manisan walupun amat
jarang beliau dapatkan. Begitulah cara Rasulullah mengendalikan diri terhadap
makanan.
Ada sambungnya,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bagian 56
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
Bahkan sesekali jika marahnya sudah memuncak, Abu Lahab melempar kepala
Rasulullah ﷺdari belakang dengan batu!
Akibat tindakan Abu Lahab ini, sangat sedikit orang yang mau menerima seruan
Islam. Orang-orang Islam pun bahkan belum berani menunjukkan keislamannya
secara terang-terangan. Kebanyakan orang mencaci, mencemooh, mengusir, dan
mendustakan Rasulullah ﷺ
Akan tetapi, beliau tidak pernah berputus asa. Beliau terus berdakwah semakin
gencar dan semakin bersemangat. Berkat kegigihan yang luar biasa inilah, Allah
ﷻmulai menunjukkan tanda-tanda kemenangan dari sebuah kota bernama
Yatsrib.
Selain Abu Lahab, salah seorang yang memusuhi Rasulullah adalah Utbah bin
Rabi’ah. Namun, Utbah lebih lembut. Utbah memberi Rasulullah ﷺ
anggur ketika beliau diusir dari Tha’if.
*Orang-Orang Yatsrib*
Kedua suku ini saling berperang satu sama lain selama 120 tahun. Suatu saat kaum
Aus menang. Pada saat lain, orang Khazraj yang mengalahkan Aus.
Sesudah itu beliau mengajak mereka duduk bersama dan memenuhi ajakan itu
dengan penuh rasa ingin tahu. Sesudah saling bertanya, Rasulullah ﷺ
mengajak mereka ke tempat yang sunyi, sedikit jauh dari penglihatan orang. Di
tempat itu, Rasulullah ﷺmembacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Keenam
orang Khazraj itu mengerti dan tertarik segala apa yang beliau serukan.
“Aku sudah bosan berperang dengan Aus, mudah-mudahan ajaran Islam ini akan
menyatukan kita dan Aus dalam perdamaian.”
Keenam orang itu kembali ke Yatsrib dan menyerukan Islam kepada seluruh
penduduknya
Pada musim haji berikutnya, lima dari enam orang itu kembali ke Mekah bersama
tujuh orang rekan mereka. Dua berasal dari Aus dan sepuluh orang berasal dari
Khazraj. Mereka menemui Rasulullah ﷺdi Bukit Aqabah. Saat itu,
sudah dua belas tahun lamanya Rasulullah ﷺmenyebarkan Islam.
2. Tidak mencuri
10. Hendaklah mengatakan kebenaran di mana pun berada dan tidak takut akan
celaan orang
“Hendaklah kalian menepati janji-janji ini, kelak kalian akan menerima balasan
Allah berupa surga. Namun, jika ada yang menyalahi janji ini, aku serahkan
urusannya kepada Allah semata.”
*Ucapan Baiat*
Ucapan baiat atau sumpah setia ini sebenarnya adalah menjulurkan tangan kanan
ke depan telapak tangan menghadap keatas, sedangkan pembaiat menjabat
dengan posisi tangan disebelah atas.
Baiat Aqabah yang pertama dikenal dengan nama baiat wanita sebab Rasulullah
ﷺbelum meminta mereka membela beliau dengan berperang.
Bersambung
[16.42, 6/6/2020] Suwarmi: Terima kasih Pak Ji, semoga masih tetap berlanjut
[17.53, 6/6/2020] Ana Musnan: Matur suwun kala wau kula tunggu
Bagian 57
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
Jum’at Pertama
Itulah shalat jum’at pertama dalam sejarah Islam. Shalat pertama itu diikuti oleh
empat puluh orang.
Satu tahun berikutnya, jumlah jama’ah haji dari Yatsrib lebih banyak, termasuk
dalam rombongan itu tujuh puluh lima muslim. Dua di antaranya kaum
perempuan.
Saat itu tahun 622 Masehi, tiga belas tahun sudah Rasulullah ﷺ
berdakwah dengan lemah lembut, mengalah terhadap segala siksaan, serta
menanggung semua kesakitan dengan kesabaran dan pengorbanan.
Kali ini mereka tidak bertemu di kaki bukit, tetapi di puncaknya. Semua orang
mendaki lereng-lereng Aqabah yang curam, termasuk kedua Muslimah tersebut.
Saat itu, Rasulullah ﷺdisertai pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib.
Abbas menyadari bahwa pertemuan ini dapat berakibat perang terhadap orang
yang memusuhi keponakannya.
Orang-orang Yatsrib pun menjawab, “Sudah kami dengar yang Tuan katakan.
Sekarang silahkan Rasulullah bicara. Kemukakanlah yang Tuan senangi dan
disenangi Allah.”
“Hanya kepada kamilah Rasulullah menghendaki sesuatu. Demi jiwaku yang ada
ditangan-NYA, andaikan engkau menyuruh agar kami menceburkan diri ke dalam
samudra, tentulah kami akan melakukannya.”
Seorang pemuka masyarakat yang tertua disitu, Al Bara’ bin Ma’rur, berkata,
“Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang peperangan dan ahli
bertempur yang sudah kami warisi dari leluhur kami.”
Namun, sebelum Al Bara’ selesai bicara, Abu Haitham bin Tayyihan menyela,
“Tidak, saya sehidup semati dengan Tuan-Tuan. Tuan-Tuan adalah saya dan saya
adalah Tuan-Tuan. Saya akan memerangi siapa saja yang Tuan-Tuan perangi dan
saya akan berdamai dengan siapa saja yang Tuan-Tuan ajak berdamai.”
“Akan kami terima, sekali pun harta benda kami habis dan bangsawan kami
terbunuh. Namun, Rasulullah, kalau dapat kami tepati semua ini, apa yang akan
kami peroleh?”
Bersambung
[08.49, 8/6/2020] Arifin Sd: Terima kasih Pak Ji, semoga masih tetap berlanjut
[08.49, 8/6/2020] Arifin Sd: Matur suwun kala wau kula tunggu
Bagian 57
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
Jum’at Pertama
Itulah shalat jum’at pertama dalam sejarah Islam. Shalat pertama itu diikuti oleh
empat puluh orang.
Satu tahun berikutnya, jumlah jama’ah haji dari Yatsrib lebih banyak, termasuk
dalam rombongan itu tujuh puluh lima muslim. Dua di antaranya kaum
perempuan.
Saat itu tahun 622 Masehi, tiga belas tahun sudah Rasulullah ﷺ
berdakwah dengan lemah lembut, mengalah terhadap segala siksaan, serta
menanggung semua kesakitan dengan kesabaran dan pengorbanan.
Kali ini mereka tidak bertemu di kaki bukit, tetapi di puncaknya. Semua orang
mendaki lereng-lereng Aqabah yang curam, termasuk kedua Muslimah tersebut.
Saat itu, Rasulullah ﷺdisertai pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib.
Abbas menyadari bahwa pertemuan ini dapat berakibat perang terhadap orang
yang memusuhi keponakannya.
Orang-orang Yatsrib pun menjawab, “Sudah kami dengar yang Tuan katakan.
Sekarang silahkan Rasulullah bicara. Kemukakanlah yang Tuan senangi dan
disenangi Allah.”
“Hanya kepada kamilah Rasulullah menghendaki sesuatu. Demi jiwaku yang ada
ditangan-NYA, andaikan engkau menyuruh agar kami menceburkan diri ke dalam
samudra, tentulah kami akan melakukannya.”
Seorang pemuka masyarakat yang tertua disitu, Al Bara’ bin Ma’rur, berkata,
“Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang peperangan dan ahli
bertempur yang sudah kami warisi dari leluhur kami.”
Namun, sebelum Al Bara’ selesai bicara, Abu Haitham bin Tayyihan menyela,
“Tidak, saya sehidup semati dengan Tuan-Tuan. Tuan-Tuan adalah saya dan saya
adalah Tuan-Tuan. Saya akan memerangi siapa saja yang Tuan-Tuan perangi dan
saya akan berdamai dengan siapa saja yang Tuan-Tuan ajak berdamai.”
“Akan kami terima, sekali pun harta benda kami habis dan bangsawan kami
terbunuh. Namun, Rasulullah, kalau dapat kami tepati semua ini, apa yang akan
kami peroleh?”
Bagian 51
Sepeninggal Abu Thalib, Abu Lahab terpilih sebagai ketua Bani Hasyim. Segera
setelah ia terpilih, Abu Lahab menyatakan melepas perlindungan terhadap diri
Rasulullah dengan memberikan pengumuman secara terbuka di Pasar Ukazh dan di
Ka'bah. Ini adalah tindakan yang amat kejam, sampai Rasulullah sempat minta
perlindungan dari keluarga selain Bani Hasyim.
Bani Hasyim adalah satu di antara sekian banyak kabilah. Pemimpin sebuah
kabilah dipilih karena bijak, berani, dan tegas. Pemimpin kabilah menduduki
kedudukan terhormat. Pemimpin kabilah biasanya dipilih setelah berusia 40 tahun.
1. Mengumpulkan orang.
*Tha'if*
Rasulullah berdakwah ke Tha'if pada tahun 10 kenabian (akhir Mei 619). Tha'if
terletak 100 kilometer sebelah Tenggara Mekah. Tha'if adalah kota pegunungan
dengan ketinggian hampir 2.000 meter diatas permukaan laut. Tha'if adalah kota
dagang dengan hasil bumi dan perkebunan buah seperti anggur.
Rasulullah mencoba mengalihkan dakwah langsung keluar Kota Mekah. Bersama
Zaid bin Haritsah, Rasulullah pergi ke kota Tha'if. Tiba di kota itu, Rasulullah
menemui tiga orang pembesar kota dan menawarkan Islam kepada mereka. Apa
tanggapan mereka?
Mendengar temannya bicara seperti itu, yang lain tersenyum mengejek sambil
berkata,
"Apakah Tuhan tidak mendapatkan orang yang lebih baik daripada kamu? Kalau
engkau seorang nabi, pastilah engkau terlalu mulia untuk menjadi teman bicaraku.
Kalau bukan, maka engkau terlalu rendah kulayani."
Rasulullah meminta tiga pembesar Tha'if yaitu Mas'ud, Abdu Yalail, dan Habib,
tidak mengumumkan kepada masyarakat penolakan mereka terhadap beliau. Akan
tetapi, ketiga pembesar itu tidak mengabulkan permintaan Rasulullah. Mereka
malah menghasut agar para pemuda mengolok-olok Rasulullah.
"Wahai penduduk Tha'if! Lihat orang ini! Ia mencoba mengganti para berhala kita
dengan satu Tuhan baru yang tidak terlihat!"
Para pemuda mulai datang bergerombol dengan wajah memerah karena murka.
"Orang ini rupanya berniat menipu dan membodohi kalian! Apa yang akan kalian
perbuat?"
*"Usir dia!"*
"Jangan cuma diusir, lempar dia dengan batu agar jera dan tidak berani membawa
kegilaannya kemari!"
Kemudian, mulailah para pemuda melempari Rasulullah dengan batu. Melihat hal
itu, orang-orang kaya tidak mau ketinggalan. Mereka menyuruh budak-budaknya,
"Hei, tunggu apalagi? Ambil batu dan lempari dia! Sekaranglah saatnya kalian
bersenang-senang!"
Rasulullah dan Zaid berlari di sepanjang jalan ke luar Kota Tha'if. Mereka diikuti
hujan batu disertai gemuruh caci maki dan cemooh gerombolan pemuda dan
budak. Batu-batu terbang berbunyi debag-debug menghantam seluruh tubuh
Rasulullah meski sudah dilindungi Zaid. Darah suci Rasulullah berceceran di
sepanjang jalan.
Doa Rasululllah
Setelah jauh keluar dari kota, gerombolan orang yang mengejar Rasulullah pun
membubarkan diri dengan senyum puas dan mengejek. Saat itu Rasulullah
bertemu dengan seorang istri pembesar Tha'if dari Bani Jumah yang sedang lewat.
Perempuan itu memandang Rasulullah dengan rasa kasihan bercampur heran
"Lihatlah, apa yang ditimpakan kepada kami oleh rakyat suamimu," sabda
Rasulullah.
Untuk melepas lelah dan membasuh luka, Rasulullah dan Zaid berlindung di
sebuah kebun anggur milik Utbah dan Syaibah. Keduanya anak Rabi'ah, seorang
pembesar Quraisy. Saat itu, keluarga Rabi'ah memerhatikan Rasulullah dari jauh,
tetapi mereka tidak berbuat apa pun.
"Kepada siapa hendak Engkau serahkan aku? Kepada orang jauh yang berwajah
muram, kepadaku, atau kepada musuh yang akan menguasai diriku?
"Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli, karena sungguh luas
kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku."
"Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dunia, dan
akhirat."
*"Janganlah kemurkaan-Mu menimpa aku."*
"Kepada-Mu lah aku menghamba sampai Engkau puas sesuai kehendak-Mu. Tiada
yang lebih kuat dan kuasa dari pada-Mu."
-
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 52
Melihat penderitaan yang begitu buruk dialami Rasulullah, Utbah dan Syaibah
merasa iba. Mereka menyuruh seorang budak mereka untuk memberikan buah
anggur kepada Rasulullah.
"Kata-kata itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini." ujarnya.
Kemudian, Rasulullah bertanya kepada sang budak siapa namanya dan dari negeri
mana dia berasal, serta apa agamanya.
Rasulullah kemudian berkata lagi, "Dari negeri baik-baik, Yunus bin Matta."
Dengan rasa heran yang lebih besar daripada sebelumnya, Addas bertanya,
"Darimana Tuan tahu nama Yunus bin Matta?"
"Dia saudaraku," jawab Rasulullah, "dia seorang nabi dan aku juga seorang nabi."
Mendengar itu, hati Addas dipenuhi rasa haru yang menyengat. Tanpa berkata
apa-apa lagi, dia mencium kepala, tangan, dan kaki Rasulullah.
"Mengapa pula engkau cium kepala, tangan, dan kaki orang itu?"
"Addas, jangan sampai orang itu memalingkan engkau dari agamamu. Agamamu
itu lebih baik daripada agamanya.
*Kembali ke Mekah*
Setelah Abu Thalib meninggal, Abu Lahab lah yang terpilih sebagai pemimpin
kabilah Bani Hasyim. Abu Lahab langsung mengumumkan kepada khalayak bahwa
Bani Hasyim kini tidak lagi melindungi Rasulullah. Hal itu berarti Rasulullah boleh
dianiaya, bahkan sampai dibunuh oleh siapa pun tidak akan ada yang menuntut
balas kematiannya.
Dalam perjalanan kembali ke Mekah, keadaan Nabi yang tanpa perlindungan ini
merisaukan Zaid. Zaid pun bertanya,
"Wahai Rasulullah, apa yang akan kita lakukan jika kita kembali ke Mekah tanpa
perlindungan? Aku khawatir jika orang akan berbuat sewenang-wenang kepada
Anda."
Rasulullah kemudian menghubungi Suhail bin Amr dari Bani Amr bin Lu'ay, tetapi
ia juga menolak.
Suatu hari, Rasulullah pergi ke Ka'bah, Abu Jahal melihatnya dan berseru kepada
sekumpulan orang Quraisy dengan nada menghina,
"Peduli apa pula engkau, apakah kita ini mempunyai seorang nabi atau raja?"
Setelah Abu Thalib meninggal ruang gerak dakwah Rasulullah di Mekah semakin
sempit. Beliau pun mencoba mengalihkan dakwah Islam ke suku-suku Arab lain
yang sering berdatangan ke Mekah pada bulan-bulan haji.
Setiap hari Rasulullah mengunjungi perkemahan Badui, setiap kali itu pula Abu
Lahab mengikuti beliau. Setelah beliau beranjak pergi, Abu Lahab mendekat dan
berkata,
"Orang yang tadi hanya ingin menukar kepercayaan Anda kepada Latta dan Uzza,
serta jin-jin sekutu Anda, dengan agama sesat yang dibawanya."
*Rasulullah menjawab, *
"Dugaan saya, Anda ini mengharap kami melindungi Anda dari orang Badui dengan
dada kami, lalu kalau Anda menang orang lain akan memetik untung! Tidak, terima
kasih."
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 53
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
Setelah berduka ditinggal Abu Thalib dan Khadijah, kesukaran yang dihadapi
Rasulullah ﷺbertambah dengan semakin kerasnya orang Quraisy
memusuhi beliau. Pada saat itulah, Allah ﷻmenghibur Rasulullah
ﷺdengan sebuah perjalanan luar biasa yang tidak pernah kita temui
lagi kedasyatannya dalam sejarah.
*Isra’*
*Ifrit*
*Mi’raj*
Lalu Malik mengangkat penutup neraka dan api berkobar tinggi sampai Rasulullah
ﷺmengira bahwa ia akan membakar segalanya.
Illiyyin adalah nama suatu tempat di surga tertinggi. Sementara itu, Sijjin adalah
tempat yang terletak di bawah Neraka Jahanam.
Jika yang lewat itu roh yang buruk, wajah laki-laki itu jadi keruh sambil berkata,
Bagian 54
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
Setelah itu, beliau melihat orang-orang seperti keluarga Fir’aun. Perut mereka
membesar, sedangkan serombongan unta-unta gila menginjak-injak perut mereka
di neraka. Orang-orang itu tidak mampu lagi menghindar.
“Orang-orang itu adalah para pemakan riba. Mereka biasa meminjamkan uang
kepada orang lain, tetapi meminta uang pinjaman itu dikembalikan dalam jumlah
yang lebih besar dibandingkan uang yang dipinjam.”
Di langit ketiga, beliau berjumpa dengan seorang nabi yang wajahnya begitu
tampan seperti bulan purnama.
Itu adalah Nabi Yusuf.
“Belum pernah saya bertemu orang segagah dia,” demikian sabda Rasulullah
ﷺtentang Nabi Harun.
Lalu, di langit ketujuh, beliau bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang duduk
di atas singgasana gerbang surga (Baitul Makmur). Setiap hari, 70 ribu malaikat
masuk lewat gerbang itu dan tidak keluar lagi sampai Hari Kebangkitan.
Kemudian, ia membawa saya ke surga dan disitu saya melihat seorang gadis
berbibir merah gelap, dan saya tanyakan dia, milik siapa ia sebab ia begitu gembira
ketika berjumpa dengan saya, dan jawabnya
Begitu Rasulullah ﷺturun dari Arasy, beliau bertemu Nabi Musa yang
berkata,
kucoba terhadap Bani Israil sekuat daya. Percayalah dan kembalilah kepada Allah,
minta supaya dikurangi jumlah shalat itu.”
Kemudian Rasulullah ﷺkembali menemui Allah ﷻ. Kemudian
jumlah shalat dikurangi jadi empat puluh kali setiap hari.
Namun, Nabi Musa menganggap masih di luar kemampuan orang. Dia sarankannya
lagi Rasulullah ﷺkembali meminta keringanan. Demikianlah,
beberapa kali Rasulullah ﷺbolak-balik menemui Allah sampai
akhirnya jumlah shalat ditetapkan menjadi lima kali sehari semalam.
“seperti engkau maklum, semalam aku shalat malam terakhir bersama kamu.
Kemudian aku ke Baitul Maqdis dan shalat di sana. Baru saja, saat ini, kita shalat
subuh bersama.”
Rasa khawatir Ummu Hani menggunung seketika. Begitu cepatnya langkah Rasul
sehingga Ummu Hani terpaksa menarik jubah Rasul dengan tergesa-gesa.
Ummu Hani tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat tekad Rasulullah
ﷺyang sudah demikian kuat. Ketika Rasulullah ﷺpergi,
dilihatnya beliau dengan
Bagian 55
ٰ
س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد ِ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل َ صل ِّ َعلَى
َ اَللّ ُه َّم
*Quraisy Gempar*
Saat itu, di dekat Ka’bah telah berkumpul para pembesar Quraisy. Mereka melihat
Rasululllah ﷺ, Abu Jahal bertanya dengan congkak,
“Ke Baitul Maqdis dan pagi-pagi begini sudah kembali tiba disini?”
“Apakah kamu berani menyatakan hal ini di muka kaumku? Kalau memang berani,
saya akan memanggil mereka. Ceritakanlah kepada mereka hal yang telah kamu
katakan kepadaku tadi!”
Seketika itu juga, Abu Jahal pergi memanggil semua pembesar Quraisy dan orang-
orang biasa.
Olok-olok makin terdengar riuh. Ada yang mengejek. Ada yang tertawa. Ada yang
bertepuk tangan.
Bagi bangsa Arab, tepuk tangan adalah bukan tanda semangat. Tepuk tangan atau
menaruh tangan diatas kepala adalah tanda mengejek dan hinaan bagi seseorang
yang kata-katanya dianggap tidak bisa dipercaya.
Orang-orang itu memanggil Abu Bakar. Mereka ingin tahu yang akan dikatakan
Abu Bakar, orang yang selama ini begitu kukuh kepercayaannya kepada Rasulullah
ﷺ.
“Kalian berdusta,” kata Abu Bakar kepada orang-orang yang datang kepadanya.
“Tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku bahwa ada berita
dari Tuhan, dari langit ke bumi pada waktu malam atau siang aku percaya. Padahal
tadi itu lebih mengherankan daripada berita sekarang ini.”
“sampai tiba di Dhajanan, melewati sebuah kafilah bani fulan. Kutemukan mereka
semua sedang tertidur. Mereka mempunyai sebuah guci yang tertutup. Saya
membuka tutupnya dan meminum air itu lalu menutupnya kembali.”
Sudah menjadi kebiasaan kafilah Arab untuk menyediakan guci minum yang bisa
dinikmati oleh siapa pun tanpa perlu izin lagi. Bahkan biasanya yang disediakan
adalah susu
“Sebagai bukti kafilah itu sekarang sedang menuruni dataran tinggi Baydha di
celah Tan’im. Kafilah itu dipimpin seekor unta berwarna kelabu dengan muatan
dua kantong, yang satu hitam dan yang lain belang.”
Orang-orang juga bertanya kepada anggota kafilah itu tentang guci air.
“Ketika kami bangun pada pagi hari tadi, guci itu masih tertutup, tetapi isinya
kosong. Padahal semalam guci itu penuh berisi air,” jawab anggota kafilah.
“Kami memang terkejut mendengar sesuatu seperti apa yang bergerak cepat di
langit. Sesuatu itu membuat seekor unta kami terkejut dan terjerembab.”
Demikian bukti-bukti kebenaran Isra’ Mi’raj sudah begitu kuat. Namun, orang-
orang seperti Abu Jahal tidak bisa berubah menjadi orang beriman.
KISAH RASULULLAH
Bagian 40
*Berdakwah Terang-Terangan*
Keesokan harinya, Umar mengingat-ingat siapa yang paling keras memusuhi Rasulullah.
Jawabannya pun langsung ditemukan, "Abu Jahal!" Tanpa membuang waktu, Umar pergi
mengetuk pintu rumah Abu Jahal. Abu Jahal keluar dan menyambut Umar,
"Selamat datang, wahai kemenakanku! Kabar apakah gerangan yang engkau bawa?"
"Aku datang untuk memberitahukan kepadamu bahwa aku telah memercayai ajaran-ajaran
Muhammad!"
Tidak berhenti sampai disitu, di sepanjang jalan, Umar memberi tahu setiap orang bahwa ia
telah memeluk Islam.
Setelah itu, Umar pergi ke Ka'bah dan mengumumkan keislamannya. Rasa takut bercampur
benci semakin membengkak di hati orang-orang Quraisy yang masih kafir.
"Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran mati maupun hidup?"
Ketika Rasulullah membenarkannya dengan tegas, Umar meminta agar Rasulullah dan kaum
Muslimin keluar secara terang-terangan. Rasulullah menyetujui hal itu. Beliau dan umatnya
pun keluar ke jalan-jalan Kota Mekah dalam dua barisan menuju Masjidil Haram. Barisan
sebelah kanan Rasulullah dipimpin oleh Hamzah dan barisan di sebelah kiri dipimpin oleh
Umar bin Khattab.
Sejak itulah Umar digelari Al Faruq (sang pembeda kebenaran dan kebathilan).
Islam Mengajarkan Kebaikan
Islam kemudian menjadi bahan diskusi hangat di Kota Mekah. Mereka yang penasaran terus
bertanya kepada temannya yang Muslim. Sementara itu, mereka yang benci tidak henti-
hentinya menjelekkan agama ini.
"Apa yang diajarkan agama baru ini? Katakan kepadaku, Sobat. Biar aku paham mengapa
kamu begitu mudah meninggalkan agama nenek moyang kita," kata seseorang kepada
sahabatnya.
Sang muslim menoleh dan melihat wajah temannya itu tampak bersungguh-sungguh.
"Namun kemudian, Islam datang dan mengajarkan bahwa kemuliaan bukan terletak pada
tumpukan emas dan perak kita, akan tetapi pada sebanyak apa kebaikan yang telah kita
buat. Islam tidak melarang perdagangan dan orang menjadi kaya, tetapi Islam mengajarkan
bahwa nilai cinta kasih, persaudaraan, tolong-menolong, dan kebersamaan berada jauh di
atas nilai setumpuk harta.
Tahukah engkau, setelah datangnya Islam, aku merasa menjadi yang lebih berarti daripada
sebelumnya."
"Islam mengenalkan aku kepada siapa sebenarnya Pencipta alam yang patut disembah:
bukan berhala yang tidak bisa apa-apa, melainkan Allah.
Melalui Rasulullah, Allah menurunkan perkataan-Nya buat kita. Coba dengarkan beberapa
ayat berikut ini. Engkau akan tahu bahwa tidak seorang penyair pun yang mampu
menandingi keindahan bahasanya apalagi kebenaran isinya."
Kemudian, beberapa ayat Al Qur'an mengalun dari mulut si Muslim dan langsung
menembus hati temannya yang kini kian larut dan kian dekat pada kebenaran.
*Kesaksian Musuh*
Bahkan para musuh Rasulullah pun tidak dapat mengingkari kejujuran Rasulullah.
Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada
Rasulullah,
"Sesungguhnya kami tidak mendustakanmu, tapi kami mendustakan apa yang engkau
bawa."
Utusan Quraisy
"Kita tidak bisa membiarkan mereka berlindung di Habasyah!" Seru seseorang pembesar
Quraisy.
"Dengan perlindungan yang diberikan Raja Najasyi, aku khawatir mereka akan bertambah
kuat dan membahayakan kita!"
"bujuk dia, katakan apa saja agar dia memulangkan para pengikut Muhammad itu!"
Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah diutus menemui Raja Habasyah, Najasyi. Tiba di
Habasyah, mereka mempersembahkan hadiah-hadiah berharga untuk raja dan para
pembesarnya.
"Paduka Raja," kata mereka, "kaum Muslim yang datang ke negeri Paduka ini adalah budak-
budak kami yang tidak punya malu. Mereka meninggalkan agama bangsanya dan tidak pula
menganut agama Paduka. Mereka membawa agama yang mereka ciptakan sendiri yang
tidak kami kenal dan tidak juga Paduka kenal. Kami diutus kepada Paduka oleh pemimpin-
pemimpin masyarakat mereka, oleh orangtua-orangtua mereka, paman mereka, dan
keluarga mereka sendiri, agar Paduka sudi mengembalikan orang-orang itu kepada kami.
Kami lebih mengetahui betapa orang-orang itu mencemarkan dan memaki-maki tuhan-
tuhan kami.
Sebenarnya, kedua utusan tersebut telah menyogok para pembesar istana untuk membantu
meyakinkan raja. Namun, Najasyi adalah raja yang bijaksana. Dia sama sekali tidak
terpengaruh hadiah-hadiah yang dibawa kedua utusan Quraisyi. Dia tidak mau mengusir
kaum Muslimin kembali sebelum ia mendengar sendiri apa alasan mereka pergi
meninggalkan Mekah.
Seluruh kaum Muslimin menghadap, Raja bertanya, Agama apa ini yang sampai membuat
Tuan-Tuan meninggalkan masyarakat Tuan sendiri, tetapi tidak juga Tuan-Tuan menganut
agamaku atau agama lain?"
KISAH RASULULLAH
Bagian 41
Saat itu, yang menjadi juru bicara kaum Muslimin adalah sepupu Rasulullah yang amat
tampan, Ja'far bin Abu Thalib.
"ketika itu, kami masyarakat yang bodoh, kami menyembah berhala, bangkai pun kami
makan, segala kejahatan kami lakukan, memutuskan hubungan dengan kerabat, dengan
tetangga pun kami tidak baik, yang kuat menindas yang lemah.
Demikian keadaan kami sampai Tuhan mengutus seorang utusan-Nya dari kalangan kami
yang sudah kami kenal asal-usulnya. Dia jujur, dapat dipercaya, dan bersih pula.
Dia mengajak kami menyembah Allah Yang Mahatunggal, meninggalkan batu-batu dan
patung-patung yang selama ini kami dan nenek moyang kami menyembah.
Dia menganjurkan kami untuk tidak berdusta, untuk berperilaku jujur, mengadakan
hubungan baik dengan keluarga dan tetangga, menyudahi pertumpahan darah, serta
menghentikan perbuatan terlarang lainnya.
Dia melarang kami melakukan segala kejahatan dan menggunakan kata-kata dusta,
melarang memakan harta anak yatim, dan melarang mencemarkan perempuan-perempuan
bersih.
Dia minta kami menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Selanjutnya, disuruhnya
kami melakukan shalat, zakat, dan shaum (lalu Ja'far menyebut beberapa ketentuan Islam).
Kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang diperintahkan Allah. Lalu, yang kami
sembah hanya Allah Yang Mahatunggal, tidak menyekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun
juga.
Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan kami lakukan. Oleh karena itulah,
masyarakat kami memusuhi kami, menyiksa kami, dan menghasut kami, dan supaya kami
meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala supaya kami membenarkan
segala keburukan yang pernah kami lakukan dulu.
Oleh karena mereka memaksa kami, menganiaya kami, menekan kami, dan menghalang-
halangi kami dari agama kami, maka kami pun keluar, pergi ke negeri Tuan ini. Tuan jugalah
yang menjadi pilihan kami. Senang sekali kami berada di dekat Tuan, dengan harapan, di sini
tidak akan ada penganiayaan."
Najasyi mendengarkan penuh dengan kesungguhan, lalu katanya, "Adakah ajaran Tuhan
yang dibawanya itu yang dapat Tuan-tuan bacakan kepada kami?"
Surat Maryam
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: Bagaimana kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?
Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi,
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku
meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.
Ayat-ayat Al-Qur'an itu membenarkan kitab Injil. Semua pemuka istana dibuat terkejut.
Mereka berkata,
"Itu kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Isa Al Masih."
"Kata- kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari sumber cahaya yang sama."
Kaum Muslimin saling berpandangan penuh syukur. Sementara itu, Amr bin Ash dan
Abdullah bin Rabi'ah berjalan keluar istana dengan wajah murung.
"Tidak bisa kita jauh-jauh datang kesini untuk kemudian pulang dengan tangan hampa dan
terhina."
Amr bin Ash, yang terkenal lihai dalam bersiasat, merenung sejenak.
"Rasanya, aku masih punya siasat lain," katanya. "Namun, biar kita kembali esok hari.
Biarkan para pengikut Muhammad itu merasa senang. Besok, akan kita kejutkan mereka
dengan pertanyaan yang akan kita ajukan kepada Najasyi."
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 43
*Derita Pemboikotan*
Rasulullah ﷺ, Bani Hasyim dan kaum Muslimin diasingkan ke dalam Syi'ib,
benteng kecil milik Abu Thalib. Kaum Quraisy menegaskan bahwa jika Bani Hasyim
menyerahkan Rasulullah ﷺ, pemboikotan kepada mereka akan dicabut.
Namun, bukannya merasa takut, Bani Hasyim malah semakin setia kepada Rasulullah
ﷺyang merupakan anggota keluarga mereka.
Pemboikotan ini berjalan tiga tahun lamanya. Selama itu, hanya musim haji saja Rasulullah
ﷺdan para pengikutnya bebas berdakwah keluar Syi'ib. Itu pun selalu diikuti
Abu Lahab sambil mengolok-olok Rasulullah ﷺdengan kata-kata kasar. Pada
musim haji itu, Mekah ramai didatangi para peziarah dari pelosok jazirah.
Akibat adanya pelarangan hubungan dagang, saat itu, Rasulullah ﷺtidak dapat
membeli makanan yang cukup. Pada waktu-waktu yang sulit, mereka sering terpaksa makan
daun-daunan dan kulit-kulit pohon yang tipis. Anak-anak menangis pada malam hari karena
kelaparan. Semetara itu, orang-orang dewasa mengganjal perutnya dengan batu agar tidak
masuk angin.
Perbuatan kejam itu juga menimbulkan rasa kasihan sebagian orang Quraisy. Apalagi yang
memiliki hubungan saudara dengan Bani Hasyim. Orang-orang itu sering dengan berbagai
cara menolong keluarga mereka di dalam Syi'ib.
Suatu ketika Abu Jahal sedang meronda di sekitar Syi'ib, memergoki Hakim bin Hisyam bin
Khuwailid dan budak laki-lakinya berusaha meyelundupkan gamdum dan makanan lain
untuk bibinya yang tidak lain Khadijah istri Rasulullah ﷺ.
Tanpa ampun, Abu Jahal memukuli budak laki-laki itu dan merampas karung gandumnya.
"Aku bersumpah....!" teriak Abu Jahal terengah-engah sambil terus memukul. "Aku
bersumpah tidak seorang pun dapat menyelundupkan makanan kepada Muhammad!"
Pada saat itu, Al Bakhtari datang sambil berseru kepada Abu Jahal. " Hei makanan ini tadinya
milik bibinya. Bibinya lalu mengirimkan kepadanya, mengapa engkau melarangnya
mengantarkan makanan tersebut kepada bibinya lagi?"
Kemudian keduanya berkelahi Abu Jahal terluka karena dipukul dengan tulang unta.
Syi'ib Abu Thalib, tempat kaum muslimin digiring, dikurung dan dijaga, dikelilingi dinding
batu tinggi yang tidak dapat dipanjat. Letaknya di Bukit Abu Qubays, sebelah timur Mekah.
Pintu masuknya berupa celah sempit dengan tinggi kurang dari dua meter yang hanya dapat
dimasuki unta dengan susah payah.
*Derita di Pengasingan*
"Tidak mau, aku mau makan sekaraaaang....." Karena tidak kuat menahan perutnya yang
perih, anak itu menangis dan menjerit-jerit.
Tangis dan jerit anak-anak terdengar hampir setiap malam dari dalam Syi'ib. Sebagian
penduduk Mekah mulai tidak tega melihat penderitaan Bani Hasyim, tetapi mereka takut
untuk membantu.
Ada empat ratus orang keluarga Bani Hasyim yang bertahan di dalam Syi'ib. Kehidupan
mereka begitu keras dan penuh dengan kekurangan, tetapi tidak satupun yang berniat
mengkhianati Rasulullah ﷺ. Padahal, tidak semua anggota keluarga telah
memeluk agama Islam, termasuk Abu Thalib, sang pemimpin Bani Hasyim.
Kehadiran Rasulullah ﷺdi tengah-tengah mereka sudah cukup membuat
mereka lupa akan segala kecemasan dan membuat mereka selalu berbahagia. Mereka
mengerti bahwa Allah telah memilih mereka untuk melindungi utusan-Nya dari semua
musuh. Bagi Bani Hasyim, itu sebuah kehormatan yang membuat mereka tidak mau
menukar Rasulullah dengan apa pun, bahkan dengan sebuah kerajaan sekali pun. Mereka
bahkan menjalankan tahun-tahun pengasingan yang pahit itu dengan rasa bangga.
Tidak satu pun dari empat ratus orang itu berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Padahal, mereka tidak tahu kapan pengasingan itu akan berakhir. Hari demi hari, minggu
demi minggu, bulan demi bulan dijalani dengan penuh harapan. Mereka semua sudah
bertekad mengikuti Rasulullah ﷺkemana pun. Mereka lebih suka menjadi
tawanan dari pada bebas tanpa Rasulullah. Bagi mereka, hidup tanpa Rasulullah
ﷺadalah hidup yang tidak layak di jalani.
Selama masa-masa sulit itu, ada sosok penting selain Rasulullah ﷺyang
menjadi sosok teladan bagi semua penghuni Syi'ib, bagaimana mereka harus menjalanii
hidup dengan penuh ketabahan.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 42
"Paduka" kata mereka kepada Najasyi keesokan harinya, sesungguhnya kaum Muslimin
menuduh keji terhadap Isa anak Maryam."
Mendengar itu, Najasyi terkejut. Dia langsung memanggil Ja'far dan teman-temannya.
"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan tuduhan yang jelek?" tanya Najasyi.
Ja'far kembali menjawab dengan tenang. "Tentang dia, pendapat adalah seperti yang
dikatakan Nabi kami. "Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Ruh-Nya dan firman-Nya
yang disampaikan perawan Maryam. "
Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar gembira. Dia mengambil sebuah
tongkat dan membuat garis lurus diatas tanah.
"Antara agama Tuan-Tuan dan agama kami," katanya penuh gembira bercampur haru,
"sebenarnya tidak lebih dari garis ini."
Nyata bagi Najasyi bahwa kaum Muslimin mengakui Nabi Isa, mengenal adanya Kristen, dan
menyembah Allah.
Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa. Tidak ada celah bagi tuduhan atau
siasat yang mereka lancarkan. Kenyataan pahit ini akan segera sampai kepada para pemuka
Quraisy di Mekah.
Setelah itu kaum Muslimin tinggal di Habasyah dengan perasaan aman dan tentram.
Sempat Kembali
Kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah sempat kembali ke mekah karena mendengar
berita bahwa orang Quraisy sudah tidak terlalu keras memusuhi Rasulullah dan
pengikutnya. Namun, ketika mengetahui bahwa orang Quraisy malah bersikap semakin
keras, mereka kembali berhijrah ke Habasyah.
Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab,
Utbah bin Rabi'ah, Walid bin Mughirah, dan Ummayah bin Khalaf mengundang Rasulullah ke
pertemuan mereka. Sejenak, hati Rasulullah penuh harapan, mungkin lewat pertemuan hari
ini mereka akan tersentuh oleh Islam.
Alangkah kecewanya Rasulullah ketika lagi-lagi yang mereka tawarkan kepadanya adalah
soal harta dan kekuasaan. Beliau diam sejenak, lalu berkata,
"Apa yang kalian katakan sama sekali tidak pernah terlintas dalam lubuk hatiku. Aku datang
memenuhi ajakan kalian untuk mengadakan perundingan. Tidak ada maksud sama sekali
untuk mencari harta kekayaan, tidak pula kemuliaan, dan kekuasaan.
Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian semua. Jika kalian mau menerima
ajaran-ajaran yang kubawa, hal itu merupakan keberuntungan kalian di dunia dan di akhirat.
Jika kalian semua menolak, aku akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang
terjadi di antara aku dan kalian."
Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-lagi Muhammad bicara tentang
Tuhannya. Salah seorang di antara mereka pun akhirnya bicara,
"Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama dalam persoalan ketuhanan ini.
Jika yang kami sembah lebih baik daripada yang kamu sembah, kami akan memperoleh
keuntungan darinya. Jika yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sembah,
engkau akan memperoleh keuntungan darinya."
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,Surah Al-Kafirun (109:4)
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Perundingan pun buntu. Para pembesar Quraisy itu merasa tidak ada jalan lagi untuk
melakukan perubahan. Mereka merasa harus mengambil tindakan keras! Begitu kerasnya
sampai Muhammad dan pengikutnya akan meminta ampun kepada mereka!
*Pemboikotan*
"Kalian bayangkan!" seru seorang pemuka Quraisy kepada yang lainnya. "Jumlah pengikut
Muhammad kian bertambah! Budak-budak kita telah berani mengangkat muka di hadapan
tuan-tuannya sebab mereka dilindungi para pengikut Muhammad yang kaya raya! Jika kita
menyiksa budak itu, pasti datang salah seorang pengikut Muhammad yang tanpa berat hati
akan membebaskan mereka!"
"Itu yang membuatku khawatir!" sahut yang lain,
"bayangkan jika jumlah budak yang dibebaskan itu makin banyak dan mereka diberi senjata,
kita pasti akan kewalahan menghadapinya!"
"Sejak Hamzah dan Umar mengikuti Muhammad, kita benar-benar kekurangan kekuatan,"
keluh seseorang.
Kata-kata itu menyakitkan dan membuka luka lama. Bagi para pembesar itu, puluhan budak
yang masuk Islam tidak sebanding dengan keislaman seorang Hamzah atau Umar.
"Muhammad tidak akan berdaya kalau keluarganya dari Bani Hasyim tidak melindunginya!"
geram seseorang.
"Ya, Bani Hasyim pun belum semuanya jadi pengikut Muhammad, mereka harus menerima
akibatnya! Kita boikot mereka semua! Jangan beri mereka kesempatan untuk mencari
nafkah! Kita buat mereka semua miskin dan sengsara!"
Seruan itu disambut ramai oleh para pembesar. Akhirnya, mereka mengeluarkan sebuah
pengumuman yang mereka tulis di atas sebuah lembaran. Isinya melarang seluruh manusia
menjalin hubungan pernikahan dan jual beli dengan Bani Hasyim. Lembaran itu mereka
gantungkan di dinding Ka'bah.
Keesokan harinya, penduduk Mekah menjadi gempar. Keputusan ini akan membuat Bani
Hasyim terkucil, kelaparan dan tertekan.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 43
"Paduka" kata mereka kepada Najasyi keesokan harinya, sesungguhnya kaum Muslimin
menuduh keji terhadap Isa anak Maryam."
Mendengar itu, Najasyi terkejut. Dia langsung memanggil Ja'far dan teman-temannya.
"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan tuduhan yang jelek?" tanya Najasyi.
Ja'far kembali menjawab dengan tenang. "Tentang dia, pendapat adalah seperti yang
dikatakan Nabi kami. "Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Ruh-Nya dan firman-Nya
yang disampaikan perawan Maryam. "
Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar gembira. Dia mengambil sebuah
tongkat dan membuat garis lurus diatas tanah.
"Antara agama Tuan-Tuan dan agama kami," katanya penuh gembira bercampur haru,
"sebenarnya tidak lebih dari garis ini."
Nyata bagi Najasyi bahwa kaum Muslimin mengakui Nabi Isa, mengenal adanya Kristen, dan
menyembah Allah.
Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa. Tidak ada celah bagi tuduhan atau
siasat yang mereka lancarkan. Kenyataan pahit ini akan segera sampai kepada para pemuka
Quraisy di Mekah.
Setelah itu kaum Muslimin tinggal di Habasyah dengan perasaan aman dan tentram.
Sempat Kembali
Kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah sempat kembali ke mekah karena mendengar
berita bahwa orang Quraisy sudah tidak terlalu keras memusuhi Rasulullah dan
pengikutnya. Namun, ketika mengetahui bahwa orang Quraisy malah bersikap semakin
keras, mereka kembali berhijrah ke Habasyah.
*Ajakan Saling Menyembah Tuhan*
Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab,
Utbah bin Rabi'ah, Walid bin Mughirah, dan Ummayah bin Khalaf mengundang Rasulullah ke
pertemuan mereka. Sejenak, hati Rasulullah penuh harapan, mungkin lewat pertemuan hari
ini mereka akan tersentuh oleh Islam.
Alangkah kecewanya Rasulullah ketika lagi-lagi yang mereka tawarkan kepadanya adalah
soal harta dan kekuasaan. Beliau diam sejenak, lalu berkata,
"Apa yang kalian katakan sama sekali tidak pernah terlintas dalam lubuk hatiku. Aku datang
memenuhi ajakan kalian untuk mengadakan perundingan. Tidak ada maksud sama sekali
untuk mencari harta kekayaan, tidak pula kemuliaan, dan kekuasaan.
Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian semua. Jika kalian mau menerima
ajaran-ajaran yang kubawa, hal itu merupakan keberuntungan kalian di dunia dan di akhirat.
Jika kalian semua menolak, aku akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang
terjadi di antara aku dan kalian."
Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-lagi Muhammad bicara tentang
Tuhannya. Salah seorang di antara mereka pun akhirnya bicara,
"Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama dalam persoalan ketuhanan ini.
Jika yang kami sembah lebih baik daripada yang kamu sembah, kami akan memperoleh
keuntungan darinya. Jika yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sembah,
engkau akan memperoleh keuntungan darinya."
Rasulullah tidak menunggu sejenak pun untuk menanggapi. Beliau mengutip sebuah ayat Al
Qur'an (surah Al-Kafirun),
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Perundingan pun buntu. Para pembesar Quraisy itu merasa tidak ada jalan lagi untuk
melakukan perubahan. Mereka merasa harus mengambil tindakan keras! Begitu kerasnya
sampai Muhammad dan pengikutnya akan meminta ampun kepada mereka!
Pemboikotan
"Kalian bayangkan!" seru seorang pemuka Quraisy kepada yang lainnya. "Jumlah pengikut
Muhammad kian bertambah! Budak-budak kita telah berani mengangkat muka di hadapan
tuan-tuannya sebab mereka dilindungi para pengikut Muhammad yang kaya raya! Jika kita
menyiksa budak itu, pasti datang salah seorang pengikut Muhammad yang tanpa berat hati
akan membebaskan mereka!"
"bayangkan jika jumlah budak yang dibebaskan itu makin banyak dan mereka diberi senjata,
kita pasti akan kewalahan menghadapinya!"
"Sejak Hamzah dan Umar mengikuti Muhammad, kita benar-benar kekurangan kekuatan,"
keluh seseorang.
Kata-kata itu menyakitkan dan membuka luka lama. Bagi para pembesar itu, puluhan budak
yang masuk Islam tidak sebanding dengan keislaman seorang Hamzah atau Umar.
"Muhammad tidak akan berdaya kalau keluarganya dari Bani Hasyim tidak melindunginya!"
geram seseorang.
"Ya, Bani Hasyim pun belum semuanya jadi pengikut Muhammad, mereka harus menerima
akibatnya! Kita boikot mereka semua! Jangan beri mereka kesempatan untuk mencari
nafkah! Kita buat mereka semua miskin dan sengsara!"
Seruan itu disambut ramai oleh para pembesar. Akhirnya, mereka mengeluarkan sebuah
pengumuman yang mereka tulis di atas sebuah lembaran. Isinya melarang seluruh manusia
menjalin hubungan pernikahan dan jual beli dengan Bani Hasyim. Lembaran itu mereka
gantungkan di dinding Ka'bah.
Keesokan harinya, penduduk Mekah menjadi gempar. Keputusan ini akan membuat Bani
Hasyim terkucil, kelaparan dan tertekan.
Bersambun
Sirah Nabawiyah
Bagian 44
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 45
*Ketabahan Khadijah*
Khadijah-lah yang menjadi teladan bagi semua orang pada saat-saat sulit itu. Beliau adalah
keturunan bangsawan dan dibesarkan dalam lingkungan yang mewah. Namun, ketika harus
meninggalkan rumahnya yang luas dan tinggal di lembah yang sempit. Khadijah sama sekali
tidak menunjukkan keengganan. Beliau mengumpulkan segala kekuatan, keberanian,
kemampuan, serta bangkit penuh semangat.
Pada saat-saat itu, air adalah hadiah yang sangat berharga. Khadijah memberikan kepada Ali
bin Abu Thalib keping-keping emas untuk membeli air yang kemudian beliau bagikan secara
merata kepada semua yang membutuhkan.
Khadijah adalah bidadari pelindung bagi kaumnya. Beliau amat memerhatikan nasib anak-
anak, keluarga Bani Hasyim. Setiap kali ada bahan makanan yang berhasil di dapatkan,
Khadijah mengatur agar anak-anak mendapatkannya lebih dahulu daripada orang dewasa.
Setelah itu, beliau mendahulukan kepentingan para orang tua dibandingkan kepentingannya
sendiri.
Khadijah selalu menjadikan sabar dan shalat sebagai sumber kekuatannya. Beliau memohon
pertolongan Allah setiap saat. Ketika berdoa, Khadijah tidak hanya mendapatkan
pertolongan, tetapi juga keberanian, kekuatan, kedamaian, ketenangan dan kepuasan.
Selama tiga tahun di pengasingan itu, kekayaan Khadijah yang berlimpah itu habis. Sebagian
besar harta itu digunakan untuk membeli air. Beliau amat berbahagia karena dapat
menggunakan kekayaannya itu untuk menyelamatkan hamba Allah yang paling mulia,
Muhammad ﷺdan keluarganya.
Beliau menganggap semua itu adalah sebuah kehormatan, sehingga sangat mensyukurinya.
Di tengah-tengah bencana dan kesusahan itu, Khadijah tetap tegar dalam keimanan. Hal
itulah yang menjadi sumber kekuatan yang tidak tergoyahkan bagi orang-orang di sekitar
beliau. Khadijah selalu berhubungan dengan Allah lewat shalat. Shalat adalah rahasia
keberanian beliau. Perilaku beliau yang tenang dan lembut menjadi pendorong (kekuatan)
bagi seluruh anggota Bani Hasyim di tengah-tengah kesulitan itu.
Hikmahnya "Wanita adalah tiang sebuah bangsa. Apabila wanitanya baik, baik pulalah suatu
bangsa. Namun, apabila wanitanya jelek, jelek pulalah bangsa itu."
Ketika masuk Islam, Abu Bakar memiliki harta sebanyak 50.000 dirham. Beliau
membebaskan tujuh budak dengan 400 dirham per orang. Jadi, uang beliau terpakai
sebanyak 2.800 dirham, sebagian besar sisanya dipergunakan untuk mempertahankan
hidup bersama kaum muslimin di dalam Syi'ib
*Thufail Ad Dausi*
Di tengah-tengah kesulitan itu, Rasulullah yang tidak pernah menyerah, sedikit demi sedikit
terus mendapatkan kemenangan. Suatu hari, datanglah seorang bangsawan dan penyair
cendekia dari luar Mekah, bernama Thufail Ad Dausi. Seketika itu juga, orang-orang Quraisy
memberinya peringatan,
"Hati-hati terhadap Muhammad, jangan dengar kata-katanya. Dia telah memecah belah
orang dengan keluarganya. Kami takut jika kamu mendengarnya, kaum kamu juga akan
terpecah-belah. Hati-hati dan jangan sekali-kali mendengarkannya!"
"Namun, aku adalah cendikiawan dan penyair. Aku dapat mengenal mana yang baik dan
mana yang buruk. Apa salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan dikatakan
orang itu? Jika ternyata baik akan aku terima, kalau buruk akan kutinggalkan."
Selain Thufail ada dua puluh orang yang diutus masyarakat beragama Nasrani untuk
mencari tahu tentang Rasulullah. Begitu bertemu dan berbincang dengan beliau, mereka
langsung menyambut, menerima, dan beriman kepada beliau.
"Kalian ini utusan yang gagal! Kalian disuruh oleh masyarakat seagamamu mencari berita
tentang orang itu. Sebelum kamu kenal benar-benar siapa dia, agama kamu sudah kamu
tinggalkan dan lalu percaya saja apa yang dikatakannya."
Melihat orang-orang di luar Mekah seperti Thufail Ad Dausi dan orang-orang Nasrani
memeluk Islam, para Pembesar Quraisy yang paling gigih memusuhi Rasulullah pun jadi
bertanya-tanya,
Diam-diam Abu Sufyan pergi pada suatu malam mendekati kediaman Rasulullah. Dia tahu
Rasulullah selalu bangun malam dan membaca Alquran. Saat Abu Sufyan mendengar ayat-
ayat Alquran dibacakan, begitu tenang dan damai hatinya. Suara Rasulullah yang merdu
menggema di kalbunya
Fajar pun tiba dan Abu Sufyan bergegas pulang. Namun saat itu, dia memergoki Abu Jahal
juga sedang mendengarkan bacaan Rasulullah. Mereka saling pandang tanpa mampu
berkata, lewatlah Akhnas bin Syariq. Rupanya, Akhnas pun diam-diam pergi mendengarkan
Rasulullah membaca Alquran. Mereka bertiga pun saling menyalahkan.
"Kejadian ini tidak boleh terulang lagi," ujar salah satu dari mereka.
"Jika masyarakat kita tahu, kedudukan kita akan lemah dan mereka akan berpihak kepada
Muhammad."
Perbuatan itu terulang lagi pada malam ketiga. Ketika mereka saling bertemu pada waktu
fajar, kembali mereka saling tuduh.
Rasa takut kemudian timbul di hati masing-masing. Mereka takut kehilangan kedudukan jika
masyarakatnya memeluk Islam. Rasa takut inilah yang membuat mereka berteguh hati
untuk membuang jauh-jauh perasaan tenang dan damai yang mereka rasakan saat
mendengar bacaan Alquran.
Setelah itu, tidak seorang pun dari mereka yang kembali ke rumah Rasulullah pada tengah
malam untuk mendengarkan beliau secara diam-diam.
-
Sirah Nabawiyah
Bagian 46
*Mengejek Al Qur'an*
ِ الز ُّق
وم َ أَ ٰ َذلِ َك َخ ْي ٌر ُن ُزاًل أَ ْم
َّ ُش َج َرة
(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu ebagai siksaan bagi orang-orang yang
zalim.
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala.
ِ ِش َياط
ين ُ َط ْل ُع َها َكأ َ َّن ُه ُر ُء
َّ وس ال
Abu Jahal mengatakan bahwa pohon zaqqum itu tentunya seperti kurma Yatsrib yang dapat
kamu santap.
ِ الز ُّق
وم َّ َش َج َرت
َ َّإِن
ِ س َواءِ ا ْل َجح
ِيم ْ ُخ ُذو ُه َف
َ اعتِلُو ُه إِلَ ٰى
Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas.
"Ajaran yang mengajak meyembah Tuhan Yang Mahatinggi?" tanya Abdullah bin Ummi
Maktum lagi.
"Benar"
Abdullah bin Ummi Maktum termenung sambil menggosok-gosok ujung jemari tangannya.
"Tuhan yang tidak bisa diraba?" Pikir Abdullah bin Ummi Maktum,
"padahal ujung jariku ini sudah mengenal betul berhala-berhala. Aku bahkan bisa
membedakan Latta dan Uzza dengan memegang hidung mereka. Seandainya aku bisa
bertemu sendiri dengan Muhammad!"
Dipenuhi rasa ingin tahu yang besar, Abdullah bin Ummi Maktum menemui Rasulullah.
Sayang sekali, saat itu Rasulullah sedang menyampaikan ayat-ayat Al Qur'an kepada Walid
bin Mughirah. Ia adalah seorang pembesar Quraisy yang sangat diharapkan keislamanannya.
Akan tetapi, Abdullah bin Ummi Maktum tidak mengetahui kehadiran Walid, karena buta,
dia terus mendesak, mendesak dan mendesak Rasulullah agar saat itu juga menerangkan
tentang Islam kepadanya.
Karena tidak tahan didesak terus, sedangkan beliau sedang mendakwahi seorang tokoh
penting, Rasulullah membuang wajah beliau.
س َو َت َولَّ ٰى
َ َع َب
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Demikianlah, Allah sangat menjaga utusan-Nya dari kesalahan, bahkan untuk kesalahan
sekecil itu. Apalagi Rasulullah adalah orang yang sangat halus perasaanya sehingga jika akan
merugikan orang miskin atau orang lemah, beliau merasa takut.
*Karena Dengki*
Kebanyakan para pembesar Quraisy tidak mau mengikuti Nabi bukan karena lebih yakin
dengan berhala, melainkan lebih karena dengki, mengapa Muhammad diangkat menjadi
Nabi, bukan mereka?
Walid bin Mughirah berkata, "Wahyu didatangkan kepada Muhammad bukan kepadaku,
padahal aku kepala dan pemimpin Quraisy, juga tidak kepada Abu Mas'ud Amr bin Umair
Ats Tsaqafi sebagai pemimpin Tsaqif. Kami adalah pembesar-pembesar dua kota."
-Darrell Jhonson.
Saat ini sudah ramai berbagai kalangan membicarakan wacana tentang pembukaan kembali
sekolah di tahun ajaran baru 2020/2021. Hal ini menjadi polemik dan menuai tanggapan
serta pertanyaan karena kemungkinan pada awal tahun ajaran tersebut kondisi pandemi
Covid-19 belum mereda. Jika memang pembukaan sekolah ini dilakukan tentunya harus bisa
menjawab apa landasannya, siapa yang perlu berperan, apa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan, dan yang paling penting bagaimana mekanisme yang dilakukan dalam
mengelola kegiatan persekolahan di masa pandemi Covid-19 seperti kondisi sekarang ini
agar semua pihak tidak merasa khawatir.
Kegiatan persekolahan di masa pandemi Covid-19 bisa dikatakan sebagai New Normal
Persekolahan, di mana sekolah melaksanakan kegiatan persekolahan, khususnya proses
pembelajaran sambil berupaya mencegah penularan dan penyebaran Covid-19. Hal ini
memberikan tantangan yang bagi sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, memantau
dan mengevaluasi agar proses pembelajaran bisa berjalan efektif dan efisien sesuai dengan
tujuan new normal tersebut. Bisa jadi bagi sekolah tertentu konsentrasi atau fokus
pengelolaan sekolah bukan hanya pada pencapaian hasil pembelajaran, tetapi lebih fokus
pada aspek-aspek yang berkaitan dengan pemenuhan protokol dan sarana dan prasarana
kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di sekolah.
Konsekuensi dari suatu penyelenggaraan new normal persekolahan menuntut sesuatu yang
berbeda dari sebelumnya, misalnya tata tertib dan peraturan sekolah yang baru, model
pembelajaran yang baru, pembiasaan atau budaya sekolah yang baru, sarana dan prasarana
yang baru, alokasi penganggaran biaya operasional yang baru, atau paling tidak adanya
pemikiran, kreasi dan inovasi untuk memperbaiki dan memperbaharui apa yang selama ini
ada dan berjalan di sekolah agar sesuai dengan prasyarat atau kebutuhan penyelenggaraan
new normal persekolahan ini, khususnya ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi untuk menangani Covid-19 di sekolah.
Mengelola persekolahan dalam kondisi new normal idealnya memerlukan (1) reoreintasi
aspek tujuan atau hasil yang ingin dicapai; (2) penyesuaian proses pembelajaran; (3)
penataan guru dan tenaga kependidikan; serta (4) mengoptimalkan pengelolaan kegiatan
sekolah, sarana prasarana dan sumber daya yang dibutuhkan serta pemberdayaan pihak
terkait lainnnya. Keempat hal tersebut harus dibangun dalam suatu mekanisme atau sistem
kerja yang terintegrasi agar semua bisa berperan aktif secara optimal sesuai dengan tugas
pokok, fungsi serta tanggung jawab masing-masing.
Pertama,
Reorientasi tujuan pembelajaran perlu dilakukan oleh guru agar proses dan hasil
pembelajaran terarah dan sesuai dengan kebutuhan kondisi new normal baik aspek sikap,
pengetahuan maupun keterampilan.
Dilihat dari aspek sikap, kebutuhan yang paling urgen adalah bagaimana menanamkan
kesadaran tentang berbagai aspek terkait penanganan Covid-19, khususnya tentang bahaya
dan dampak yang ditimbulkanya. Hal ini penting untuk menumbuhkan kedisiplinan peserta
didik dalam mengikuti potokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dan
pihak terkait lainnnya. Selain itu, tujuan pembelajaran perlu dikuatkan adalah untuk
memumbuhkan kesabaran, baik kesabaran pasif (menerima dengan ikhlas), maupun
kesabaran aktif (terus berikhtiar) dalam menghadapi, melimitasi dan memutus penularan
pandemi ini sampai tuntas secara bersama-sama.
Dilihat dari aspek pengetahuan, kebutuhan peserta didik yang paling urgen adalah wawasan
dan informasi tentang fenomena Covid-19 yang benar dari sumber yang terpercaya agar
tidak membingungkan peserta didik dalam memahami dan menyikapi permasalahan
pandemi covid-19. Hal ini penting juga untuk melimitasi kekhawatiran tertular atau
menularkan Covid-19 ini kepada orang lain baik ketika berangkat ke sekolah, berada di
sekolah maupun ketika pulang dari sekolah. Sedangkan dilihat dari aspek keterampilan,
tujuan pembalajaran dapat diorientasikan pada keterampilan peserta didik yang relevan
dengan pencegahan dan penanganan Covid-19, misalnya untuk kelas atau jenjang tertentu
membuat alat-alat kesehatan sederhana seperti masker dan hand sanitizer dengan
memanfaatkan bahan-bahan yang mudah diperoleh di sekitar sekolah atau lingkungan
tempat tinggal peserta didik. Selain itu peserta didik perlu diberi keterampilan untuk
membuat slogan atau banner tentang pencegahan Covid-19, yang bisa ditempel di mading,
di tempat-tempat strategis, atau yang bisa dibagikan di media sosial dan ditampilkan
website sekolah.
Kedua,
Penyesuaian proses pembelajaran sangat penting dilakukan dalam kondisi new normal.
Dalam penyesuaian ini guru diharapkan memiliki inovasi dan kreasi dalam memilah dan
memilih metode atau strategi pembelajaran, memiliki kemampuan mengelola kelas yang
efektif, dan memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan
prasarana yang mendukung proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan new normal.
Dalam konteks kreasi dan inovasi dalam memilah dan memilih metode atau strategi
pembelajaran, guru diharapkan melaksanakan proses pembalajaran yang bervariasi,
menarik, mudah diikuti oleh peserta didik dan juga mampu memandu perserta didik belajar
mendiri baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini perlu dilakukan agar pembelajaran lebih
bermakna, tidak membebani dan tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta didik, karena
bisa jadi selama ini peserta didik sudah mengalami kejenuhan karena mereka harus berada
dan belajar di rumah.
Salah satu aspek yang harus mendapat perhatian dalam menggunakan metode atau strategi
pembelajaran adalah pola interaksi dan komunikasi antara guru dengan peserta didik,
peserta didik dengan peserta didik lainnya harus menghindari atau mengurangi kontak fisik
atau kontak erat, misalnya dalam kegiatan diskusi dan kerja kelompok baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Sedangkan dalam konteks pengelolaan kelas yang efektif dan efisien,
hal yang harus mendapat prioritas adalah bagaimana mengatur tempat duduk peserta didik
agar sesuai dengan prinsip physical distancing.
Salah satu inovasi dan kreasi yang dapat dilakukan oleh guru untuk menjembatani
pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran di rumah dengan cara merekam proses
pembelajaran di sekolah kemudian diunggah atau disimpan dipenyimpanan virtual
selanjutnya membagikan alamat aksesnya kepada peserta didik di rumah, atau bisa juga
melalui siaran langsung kegiatan pembelajaran di sekolah, bahkan melalui aplikasi-aplikasi
pembelajran daring lainnnya. Namun, hal ini akan menjadi masalah tersendiri bagi peserta
didik yang tidak memilki perangkat komunikasi yang memadai atau berada di daerah tidak
ada akses internet, apalagi tidak ada aliran listrik.
Strategi lain yang bisa dilakukan guru adalah dengan memanfaatkan peserta didik yang bisa
melaksanakan pembelajaran di sekolah untuk memberikan informasi kepada peserta didik
yang tidak bisa berangkat ke sekolah. Untuk hal ini guru harus menjelaskan protokol
kesehatan kepada peserta didik yang diberi tugas untuk menyampaikan informasi tersebut
kepada temannnya. Selain itu, guru bisa bekerja sama pihak-pihak terkait lainnya agar
pelayanan pembelajaran bagi peserta didik yang terkendala kedaruratan Covid-19 tetap bisa
berjalan, misalnya bekerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya
masyarakat
Ketiga,
Penataan guru dan tenaga kependidikan semestinya difokuskan pada peningkatan wawasan
yang berkaitan dengan Covid-19, khususnya tentang upaya pencegahanannya. Hal ini
penting agar guru mampu mengintegrasikan materi tentang Covid-19 ini dalam mata
pelajaran yang diampunya. Selain itu wawasan ini berguna untuk menjamin bahwa
informasi yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik benar dan berasal dari sumber
yang bisa terpercaya. Sedangkan untuk tenaga pendidikan wawasan ini penting agar mampu
membantu guru dalam mempersiapkan sarana dan prasarana yang relevan untuk
memperlancar proses pembelajaran. Untuk guru harus banyak belajar, membangun jejaring
dan kerja sama baik dengan sesama guru dan pihak terkait lainnya.
Penataan guru lainnya adalah pada aspek penguatan psikologi pembelajaran. Dengan cara
ini guru diharapkan mampu membangun iklim pembelajaran yang lebih sesuai dengan
kondisi dan situasi kejiwaan peserta didik sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang pendidikan,
khususnya untuk peserta didik pendidikan usia dini dan pendidikan luar biasa. Selain itu
penguatan ini berguna untuk memberi solusi kepada peserta didik yang terganggu
ketenangan jiwanya karena dampak pandemi Covid-19 ini, semacam trauma healing bagi
korban bencana alam, apalagi jika di sekolah tidak ada guru bimbingan dan konseling.
Keempat,
Aspek mengoptimalkan pengelolaan program kegiatan, sarana prasarana dan sumber daya
yang dibutuhkan serta pemberdayaan pihak terkait lainnnya dalam kondisi new normal di
sekolah merupakan aspek pengelolaan sekolah yang sangat tergantung kepada kemampuan
manajerial dan jiwa kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu langkah nyatanya, kepala
sekolah perlu segera membuat penyesuaian program-program atau kegiatan-kegiatan
sekolah baru sesuai dengan tuntutan pembelajaran sekolah dalam kondisi new normal.
Program atau kegiatan yang sangat penting dilakukan di antaranya penambahan tata tertib
sekolah, pengaturan jadwal baru, dan pembentukan tim khusus.
Penambahan tata tertib sekolah sangat penting untuk memberikan ketentuan dan panduan
baru aktivitas semua warga sekolah, khususnya bagi peserta didik mulai dari aktivitas di
rumah, aktivitas di sekolah, dan juga aktivitas selama perjalanan pergi dan pulang sekolah
yang sesuai dengan protokol kesehatan pencegahan atau penanganan Covid-19. Oleh
karena itu, penyusunan tata tertib ini harus mengacu pada peraturan dan kebijakan terkait
yang telah dikeluarkan oleh pihak berwenang baik dari pemerintah pusat maupun daerah.
Tata tertib yang disusun paling tidak berisi panduan budaya hidup bersih dan sehat baik di
rumah, diperjalanan maupun di sekolah, misalnya tentang panduan tentang perlengkapan
apa saja yang perlu dipakai dan dibawa ke sekolah baik masker, hand sanitizer, tisue/lap
tangan, perlengkapan ibadah makanan dan alat-alatnya bahkan perlu diatur tata cara
makannya. Dalam konteks kegiatan di sekolah tata tertib harus mengatur aktivitas di dalam
kelas dan di luar kelas, seperti arena bermain, kantin dan tempat berkumpul lainnnya. Juga,
tata tertib ini perlu mengatur keluar masuk ruangan dan gerbang, turun naik tangga bagi
sekolah-sekolah yang bertingkat, seperti memberi arah panah turun atau naik selalu
berjalan di samping kiri. Hal ini sangat berguna untuk menghindari kontak fisik, tetapi juga
sekaligus membiasakan disiplin dan budaya antri.
Hal yang tak kalah penting dari tata tertib adalah pengaturan jadwal pelajaran. Karena
jadwal ini sangat berguna untuk mengatur kehadiran warga sekolah dan aktivitas belajar
mengajar. Pemadatan mata pelajaran pembalajaran merupakan salah satu alternatif dalam
mengatur durasi waktu pembelajaran. Pemadatan ini harus memperhatikan karakteristik
masing-masing mata pelajaran agar dapat disajikan secara terintegrasi dan agar dapat
menjaga substansi yang harus diterima oleh peserta didik. Jadwal pelajaran ini juga sangat
berguna untuk memudahkan pembagian tugas pelayanan kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan dan tenaga administrasi dalam melakukan program pencegahan dan
penanganan Covid-19.
Pembentukan tim khusus pencegahan dan penanganan Covid-19 sangat diperlukan untuk
menangani kegiatan dan menanggulangi permasalahan-permasalahan baik di dalam
kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Misalnya kegiatan sosialisasi
covid-19 dan kerja sama dengan berbagi pihak terkait. Pembentukan tim khusus ini dapat
memberdayakan guru dan tenaga kependidikan, tenaga administrasi dan komite sekolah
dan pihak terkait lainnya. Hal yang perlu diingat dalam pembentukan Tim ini harus juga
disusun job description yang jelas agar semua anggota tim bisa solid bekerja sama dan
sama-sama bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing.
Kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh tim adalah menyiapkan bahan sosialisasi dalam
berbagai bentuk dan melaksanakannya dengan efektif dan efisien. Sosialisasi ini merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan dalam membangun kesadaran dan kedisiplinan
warga sekolah untuk menghindari penularan Covid-19. Palaksanaan sosialisasi di sekolah
dapat dilakukan melalui pembinan langsung dalam upacara, kegiatan di kelas,
memanfaatkan papan pengumunan dan tempat majalah dinding, bahkan dalam bentuk
digital dalam website sekolah. Proiritas pelaksanaan sosialisasi adalah memahamkan tata
tertib sekolah tentang protokol panduan pelaksanaan aktivitas di sekolah. Selain itu tim
diharapkan mengkampanyekan gerakan hidup sehat melalui pola hidup sehat dan perilaku
hidup bersih, misalnya mencuci tangan pakai sabun, rajin melakukan olahraga, makan
makanan gizi seimbang, menggunakan alat-alat pribadi, secara bersama alat salat alat
makan di mushola ataupun di kantin ataupun di mana saja kerjasama alat makan minum
dan juga ini penting untuk dijaga kesehatannya
Tantangan yang perlu mendapat perhatian tim adalah melaksanakan pemantauan dan
tindak lanjut pencegahan dan penagan Covid-19 di sekolah, di antaranya identifikasi dan
inventarisasi semua warga sekolah berkaitan dengan rekam jejak penyakit yang rentan
terhadap Covid-19; pemeriksaan suhu tubuh dan gejala Covid-19, dan tindak lanjut jika ada
yang menunjukkan gejala Covid-19. Hal ini memerlukan sarana dan prasarana atau
peralatan medis yang mamadai. Oleh karena itu sekolah perlu mengatur anggaran untuk
penyediannnya atau mengajukan proposal atau bekerja sama dengan pihak terkait. Dalam
konteks tindak lanjut, tim dapat bekerjasama dengan dokter, paramedis atau perawat yang
ada di pusat kesehatan masyarakat, klinik atau rumah sakit terdekat juga dengan petugas di
posko Covid-19 termasuk para relawan. Dalam kerjasama ini tim sekolah perlu berbagi
informasi dan data berkaitan dengan hasil tes Covid-19 dan hasil skrining lingkungan sekitar
tempat tinggal warga sekolah. Data ini perlu untuk memberikan tindak lanjut tentang
pengaturan kehadiran warga sekolah dan layanan pembelajaran peserta didik.
Hal yang mendapat prioritas utama dalam new normal di sekolah adalah pengelolaan
kegiatan kebersihan dan penambahan sarana dan prasarana kebersihan untuk menunjang
pencegahan penularan Covid-19. Sekolah harus memastikan bahwa semua area, ruangan
dan perlengkapan sekolah bersih, higienis dan aman. Untuk itu secara berkala sekolah
melakukan penyemprotan dengan menggunakan pembersih dan desinfektan, khususnya
benda-benda yang sering dipegang oleh peserta didik dan guru serta warga sekolah lainnya.
Selain itu sekolah harus memperhatikan sirkulasi dan kualitas udara serta pancaran sinar
matahari yang memadai. Oleh karena itu sekolah harus memprioritaskan penggunaan
ruangan kelas yang memenuhi syarat tersebut. Dalm hal sarana dan prasarana, sekolah
harus menambah sarana cuci tangan termasuk sabun dan air yang terus mengalir berikut
petunjuk-petunjuk penggunaannya agar tidak terjadi kerumunan. Selain itu perlu
penyesiaan hand sanitizer di pintu-pintu masuk ruangan dimana warga sekolah sering keluar
masuk.
Agar kegiatan mengoptimalkan pengelolaan kegiatan sekolah, sarana prasarana dan sumber
daya serta pihak terkait lainya berjalan efektif dan efisien, termasuk kegiatan reoreintasi
aspek tujuan, penyesuaian proses pembelajaran, serta penataan guru dan tenaga
kependidikan, sekolah harus berkolaborasi untuk menyusun mekanisme kerja yang
sistematis dengan pengawas sekolah pembina. Hal ini penting dilakukan untuk membangun
sinergi dan efektifitas kegiatan kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam (1) melakukan
pembinaan, pembimbingan dan pelatihan guru dan tenaga kependidikan dalam melakukan
reorientasi tujuan pembelajaran dan penyesuaian proses pembelajaran; (2) memantau
pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah dalam pencegahan
Covid-19; dan (3) serta menilai dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan kegiatan
sekolah dalam pencegahan Covid-19 yang telah dilaksanakan oleh kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan. Dengan demikian mekanisme kerja ini akan menghasilkan data hasil
pengawasan akademik dan manajerial yang sangat berguna untuk melakukan tindak lanjut
implementasi new normal yang lebih baik selanjutnya.
Bagian 47
Hisyam bin Amr berjalan bolak-balik di depan rumahnya sambil menggerutu, "Tiga tahun
sudah Bani Hasyim diasingkan! Padahal, mereka masih bersaudara dengan suku-suku
Quraisy yang lain. Ada yang sebagai sepupu, ipar, paman, bibi.
Kalau saja tidak ada aku dan beberapa orang lain yang suka menyelundupkan makanan
dengan diam-diam, Bani Hasyim tentu sudah kelaparan! Sudah saatnya aku harus berbuat
sesuatu!"
Dengan tekad demikian, Hisyam bin Amr pergi menemui sahabatnya, Zuhair bin Umayyah.
Zuhair adalah adalah anggota bani Makhzum, tapi bibinya adalah Atikah binti Abdul
Muthalib dari Bani Hasyim.
"Aku heran engkau masih bisa tenang menikmati makanan, pakaian, dan lainnya, padahal
engkau tahu keluarga ibumu dikurung sedemikian rupa hingga tidak boleh berhubungan
dengan orang lain, tidak boleh berjual beli, tidak boleh saling menikahkan! Aku bersumpah
kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibuku, keluarga Abdul Hakam bin Hisyam, lalu diajak
untuk mengasingkan mereka, tentu aku tolak mentah-mentah!"
Zuhair terperangah,
"Sebetulnya sudah lama sekali persoalan ini meresahkan hatiku," kata Zuhair kemudian.
Keduanya pun sepakat untuk bersama-sama membatalkan piagam kejam itu. Namun, itu
tidak cukup. Mereka harus mendapat dukungan juga dari yang lain.
Kemudian, secara rahasia malam itu juga mereka menemui Mut'im bin Adi dari Bani Naufal,
Abu Al Bakhtary bin Hisyam, dan Zam'a bin Aswad dari Bani Asad. Kelima orang itu
membulatkan tekad untuk membatalkan piagam yang telah tiga tahun dipasang di dinding
Ka'bah.
*Merobek Piagam*
Esok harinya, Zuhair mengelingi Ka'bah tujuh kali seraya berseru, "Hai penduduk Mekah!
Kamu sekalian enak-enak makan dan berpakaian, padahal Bani Hasyim binasa, tidak bisa
membeli atau menjual sesuatu pun! Demi Allah, saya tidak akan duduk sebelum piagam
yang kejam ini dirobek!"
Ketika itu, Abu Jahal berada tidak jauh dari tempat Zuhair, dengan cepat, datang
menghampiri sambil berteriak,
"Jika Zuhair engkau sebut pendusta, engkau jauh lebih pendusta!" balas Zam'a bin Aswad,
"Sebenarnya dulu pun saat piagam itu ditulis, kami tidak rela!"
"dulu kami tidak rela terhadap penulisan piagam itu dan kami pun tidak ikut
menetapkannya!"
"Kami menyatakan kepada Allah untuk membebaskan diri dari piagam itu dan apa yang
tertulis di dalamnya!"
Perang mulut hampir memuncak ketika Abu Thalib yang ketika dari tadi diam di pojok,
berjalan mendatangi mereka. Sikapnya yang tenang membuat orang-orang yang sedang
bertengkar terdiam.
Mereka memandang Abu Thalib dan menanti yang akan dikatakan pemimpin Bani Hasyim
itu.
Orang-orang itu saling pandang dengan rasa heran bercampur takjub. Benarkah kabar ini?
"Jika kemenakan ku itu berbohong, kita biarkan apa yang ada di antara kalian dan dia.
Biarlah kami menanggung pengasingan selamanya. Namun jika Muhammad benar, kalian
harus berhenti memboikot dan berbuat semena-mena terhadap kami."
Tampak sekali Abu Thalib sangat yakin dengan perkataannya sehingga bersedia
menanggung boikot sampai mati jika perkataan Rasulullah tidak benar.
Semua orang terdiam. Mereka terharu sekaligus mengagumi rasa saling percaya dan
kesetiaan yang demikian tinggi antara Abu Thalib dan Rasulullah.
Demikianlah, akhirnya piagam itu dibatalkan. Rasulullah dan keluarganya kini bisa kembali
berada di tengah-tengah masyarakat seperti semula.
Apakah kini Rasulullah dan para pengikutnya bisa bernafas lebih lega? Apalagi adanya
kekuasaan Allah melalui rayap, mungkinkah hati orang-orang musyrik berubah? Ternyata
sama sekali tidak! Justru kekufuran mereka semakin menjadi-jadi. Mereka itu seperti yang
tercantum dalam firman Allah:
*Bulan-Bulan Suci*
Ada empat bulan suci dalam setahun ketika Rasulullah dan kaum Muslimin dibebaskan dari
pemboikotan. Bulan-bulan suci itu adalah bulan pertama, Muharram (saat diharamkannya
kekerasan), lalu bulan ketujuh, Rajab (yang dihormati), kemudian bulan kesebelas,
Dzulqa'dah (bulan damai), terakhir bulan kedua belas Dzuhijjah (bulan haji).
Tetap Berdakwah
-
-
Bagian 48
َ اَللَّ ُه َّم
ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َحمد
Suatu ketika, di tengah jalan, Rasulullah berpapasan dengan Umayyah bin Khalaf. Umayyah
bin Khalaf adalah seorang pemuda berperangai buruk. Ia suka bermusuhan dan tidak punya
rasa takut kepada siapa pun. Sekali pun Umar bin Khatthab dan Hamzah bin Abdul Muthalib
telah bergabung dengan pasukan kaum Muslimin. Umayyah menganggap enteng-enteng
saja. Dia bahkan telah sesumbar akan membunuh Rasulullah dengan tangannya sendiri.
Oleh karena itu, ketika berpapasan dengan Rasulullah, Umayyah langsung menggertak
sambil menunjuk kuda yang dituntunnya, "Aku beri makan kuda ini, tidak lain adalah untuk
membunuhmu!"
Rasulullah menatap Umayyah dengan tajam sambil membalas cepat, "Tidak, justru akulah
yang akan membunuhmu dengan izin Allah."
Kini Rasulullah tidak segan lagi menjawab setiap ejekan dan ancaman orang-orang Quraisy.
Beliau semakin gencar dan tekun berdakwah tanpa memperdulikan resikonya lagi.
Keberanian Rasulullah ini meruntuhkan wibawa musuh-musuh beliau yang selama ini selalu
membangga-banggakan diri.
Masyarakat kecil perlahan mulai terpengaruh dengan keberanian Rasulullah ini. Mereka
merasa, jika bergabung dengan kaum Muslimin, mereka tidak akan diejek dan disakiti
semena-mena lagi. Kekukuhan hati Rasulullah dalam menghadapi bahaya merambah ke hati
orang-orang yang tertindas.
Suatu hari, seorang pria asing menjerit, "Wahai orang-orang Quraisy! Adakah orang yang
bersedia menolong diriku? Hakku dirampas oleh Amr bin Hisyam (Abu Jahal)! Aku adalah
pendatang dan telah dilakukan sewenang-wenang!"
Siapa orang Quraisy yang berani menantang keganasan Abu Jahal untuk menolong laki-laki
malang ini?
Keberanian Rasulullah
Memang tidak ada yang berani! Tidak seorang pun! Namun, mereka menyarankan kepada
laki-laki asing itu,
Walau menyarankan begitu, hampir semua orang yakin, Rasulullah akan mampu
melakukannya. Semua tahu bahwa Abu Jahal adalah musuh Rasulullah yang paling jahat dan
beringas.
"Ada apa, Saudara? Apa yang bisa kubantu?" Demikian sapa Rasulullah ketika orang asing
itu datang.
"Tuan, aku adalah orang asing di sini. Amr bin Hisyam tidak mau membayar unta yang dibeli
dariku!"
Rasulullah mengajak lelaki itu ke rumah Abu Jahal. Melihat mereka, orang-orang tertawa
gaduh. Mereka yakin Muhammad tidak akan punya cukup keberanian untuk menghadapi
Abu Jahal. Muhammad pasti akan mengecewakan laki-laki asing itu. Mereka bersiap-siap
melontarkan ejekan paling menyakitkan untuk meruntuhkan wibawa Rasulullah di hadapan
para pengikutnya.
Ketika Rasulullah dan orang asing itu tiba di rumah Abu Jahal, ia sedang berada ditengah-
tengah budak dan para penunggang kudanya. Tiba-tiba pintu diketuk dengan keras. Wajah
Abu Jahal memerah menahan marah,
"Siapa yang berani mengetuk pintuku sekeras itu? Tidak tahu dia kalau aku sedang bersama
bawahanku! Dengan mudah, mereka bisa kusuruh melumatkan orang itu!"
Abu Jahal membuka pintu dan terkejut melihat Rasulullah di depannya. Saat itu wajah
Rasulullah tampak sangat penuh percaya diri. Hati beliau sudah bulat untuk membela orang
yang teraniaya ini.
Abu Jahal tidak berkata sepatah kata pun. Ia masuk ke rumah dan keluar lagi untuk
membayar pembelian unta laki-laki asing itu.
Orang asing itu sangat berterimakasih kepada Rasulullah. Ia segera pergi dan bercerita
kepada orang-orang di sekitar Ka'bah. Mau tidak mau, keberanian Rasulullah ini
menimbulkan rasa kagum di hati mereka. Mereka yang tadi sudah siap mengejek pun
membubarkan diri dengan perasaan bercampur aduk, kesal, geram, tetapi sekaligus hormat
dan kagum.
*Laki-laki dari Suku Ghifar*
Kabar tentang ajaran Islam sudah mulai menyebar ke seluruh pelosok Jazirah Arabia.
Suatu hari, datanglah seorang laki-laki berwajah ramah dan bijaksana. Abu Thalib
melihatnya, lalu menegur, "Sepertinya Anda laki-laki asing?"
Sebelum datang sendiri, Abu Dzar mengutus seorang saudaranya untuk mencari tahu
tentang Rasulullah. Sesudah melihat apa yang dilakukan Rasulullah, saudara Abu Dzar
melaporkan,
"Demi Allah, aku telah melihat orang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari
keburukan."
Karena belum puas dengan berita itu, Abu Dzar pun datang ke Mekah. Ali bin Abu Thalib
mengajak Abu Dzar bermalam di rumahnya. Esok harinya, Ali bertanya kepada Abu Dzar,
"Jika Anda tidak berkeberatan bercerita, apa yang mendorong Anda datang ke negeri ini?"
Ali mengangguk.
"Di kampungku, kami mendengar tentang seseorang yang bernama Muhammad. Orang
mengatakan bahwa ia membawa ajaran baru. Aku ingin menemuinya. Namun, aku tahu
pemerintah Quraisy akan menindak setiap orang asing yang sengaja menemuinya."
"Ikuti saya," bisik Ali bin Abu Thalib, masuklah ke tempat saya masuk. Jika saya melihat
orang yang saya khawatirkan akan mengganggu keselamatan Tuan, saya akan merapat ke
tembok dan Tuan silahkan berjalan terus."
Rasulullah menjawab semua pertanyaan itu sampai Abu Dzar merasa sangat puas. Saat itu
juga, Abu Dzar menyatakan keimanannya dengan semangat menggelora.
"Wahai Abu Dzar, kembalilah ke masyarakatmu. Kabarkanlah kepada mereka ajaran Islam,
dan rahasiakanlah pertemuan kita ini dari penduduk Mekah karena aku khawatir mereka
akan mengganggu keselamatanmu."
Abu Dzar malah pergi ke Ka'bah dan berseru-seru mengajak orang masuk Islam.
"Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu jika menjumpai para pembesar yang mengambil
barang upeti untuk mereka pribadi?"
"Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan
pedang saya!"
Sabda Rasulullah,
"Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu? Yaitu bersabarlah sampai kamu
menemuiku."
[12.57, 29/5/2020] Khafid Ps: Bagian 44
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Derita Pemboikotan
Rasulullah ﷺ, Bani Hasyim dan kaum Muslimin diasingkan ke dalam Syi'ib,
benteng kecil milik Abu Thalib. Kaum Quraisy menegaskan bahwa jika Bani Hasyim
menyerahkan Rasulullah ﷺ, pemboikotan kepada mereka akan dicabut.
Namun, bukannya merasa takut, Bani Hasyim malah semakin setia kepada Rasulullah
ﷺyang merupakan anggota keluarga mereka.
Pemboikotan ini berjalan tiga tahun lamanya. Selama itu, hanya musim haji saja Rasulullah
ﷺdan para pengikutnya bebas berdakwah keluar Syi'ib. Itu pun selalu diikuti
Abu Lahab sambil mengolok-olok Rasulullah ﷺdengan kata-kata kasar. Pada
musim haji itu, Mekah ramai didatangi para peziarah dari pelosok jazirah.
Akibat adanya pelarangan hubungan dagang, saat itu, Rasulullah ﷺtidak dapat
membeli makanan yang cukup. Pada waktu-waktu yang sulit, mereka sering terpaksa makan
daun-daunan dan kulit-kulit pohon yang tipis. Anak-anak menangis pada malam hari karena
kelaparan. Semetara itu, orang-orang dewasa mengganjal perutnya dengan batu agar tidak
masuk angin.
Perbuatan kejam itu juga menimbulkan rasa kasihan sebagian orang Quraisy. Apalagi yang
memiliki hubungan saudara dengan Bani Hasyim. Orang-orang itu sering dengan berbagai
cara menolong keluarga mereka di dalam Syi'ib.
Suatu ketika Abu Jahal sedang meronda di sekitar Syi'ib, memergoki Hakim bin Hisyam bin
Khuwailid dan budak laki-lakinya berusaha meyelundupkan gamdum dan makanan lain
untuk bibinya yang tidak lain Khadijah istri Rasulullah ﷺ.
Tanpa ampun, Abu Jahal memukuli budak laki-laki itu dan merampas karung gandumnya.
"Aku bersumpah....!" teriak Abu Jahal terengah-engah sambil terus memukul. "Aku
bersumpah tidak seorang pun dapat menyelundupkan makanan kepada Muhammad!"
Pada saat itu, Al Bakhtari datang sambil berseru kepada Abu Jahal. " Hei makanan ini tadinya
milik bibinya. Bibinya lalu mengirimkan kepadanya, mengapa engkau melarangnya
mengantarkan makanan tersebut kepada bibinya lagi?"
Kemudian keduanya berkelahi Abu Jahal terluka karena dipukul dengan tulang unta.
Syi'ib Abu Thalib, tempat kaum muslimin digiring, dikurung dan dijaga, dikelilingi dinding
batu tinggi yang tidak dapat dipanjat. Letaknya di Bukit Abu Qubays, sebelah timur Mekah.
Pintu masuknya berupa celah sempit dengan tinggi kurang dari dua meter yang hanya dapat
dimasuki unta dengan susah payah.
Derita di Pengasingan
"Tidak mau, aku mau makan sekaraaaang....." Karena tidak kuat menahan perutnya yang
perih, anak itu menangis dan menjerit-jerit.
Tangis dan jerit anak-anak terdengar hampir setiap malam dari dalam Syi'ib. Sebagian
penduduk Mekah mulai tidak tega melihat penderitaan Bani Hasyim, tetapi mereka takut
untuk membantu.
Ada empat ratus orang keluarga Bani Hasyim yang bertahan di dalam Syi'ib. Kehidupan
mereka begitu keras dan penuh dengan kekurangan, tetapi tidak satupun yang berniat
mengkhianati Rasulullah ﷺ. Padahal, tidak semua anggota keluarga telah
memeluk agama Islam, termasuk Abu Thalib, sang pemimpin Bani Hasyim.
Tidak satu pun dari empat ratus orang itu berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Padahal, mereka tidak tahu kapan pengasingan itu akan berakhir. Hari demi hari, minggu
demi minggu, bulan demi bulan dijalani dengan penuh harapan. Mereka semua sudah
bertekad mengikuti Rasulullah ﷺkemana pun. Mereka lebih suka menjadi
tawanan dari pada bebas tanpa Rasulullah. Bagi mereka, hidup tanpa Rasulullah
ﷺadalah hidup yang tidak layak di jalani.
Selama masa-masa sulit itu, ada sosok penting selain Rasulullah ﷺyang
menjadi sosok teladan bagi semua penghuni Syi'ib, bagaimana mereka harus menjalani
hidup dengan penuh ketabahan.
Bersambung
Bagian 45
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Ketabahan Khadijah
Khadijah-lah yang menjadi teladan bagi semua orang pada saat-saat sulit itu. Beliau adalah
keturunan bangsawan dan dibesarkan dalam lingkungan yang mewah. Namun, ketika harus
meninggalkan rumahnya yang luas dan tinggal di lembah yang sempit. Khadijah sama sekali
tidak menunjukkan keengganan. Beliau mengumpulkan segala kekuatan, keberanian,
kemampuan, serta bangkit penuh semangat.
Pada saat-saat itu, air adalah hadiah yang sangat berharga. Khadijah memberikan kepada Ali
bin Abu Thalib keping-keping emas untuk membeli air yang kemudian beliau bagikan secara
merata kepada semua yang membutuhkan.
Khadijah adalah bidadari pelindung bagi kaumnya. Beliau amat memerhatikan nasib anak-
anak, keluarga Bani Hasyim. Setiap kali ada bahan makanan yang berhasil di dapatkan,
Khadijah mengatur agar anak-anak mendapatkannya lebih dahulu daripada orang dewasa.
Setelah itu, beliau mendahulukan kepentingan para orang tua dibandingkan kepentingannya
sendiri.
Khadijah selalu menjadikan sabar dan shalat sebagai sumber kekuatannya. Beliau memohon
pertolongan Allah setiap saat. Ketika berdoa, Khadijah tidak hanya mendapatkan
pertolongan, tetapi juga keberanian, kekuatan, kedamaian, ketenangan dan kepuasan.
Selama tiga tahun di pengasingan itu, kekayaan Khadijah yang berlimpah itu habis. Sebagian
besar harta itu digunakan untuk membeli air. Beliau amat berbahagia karena dapat
menggunakan kekayaannya itu untuk menyelamatkan hamba Allah yang paling mulia,
Muhammad ﷺdan keluarganya.
Beliau menganggap semua itu adalah sebuah kehormatan, sehingga sangat mensyukurinya.
Di tengah-tengah bencana dan kesusahan itu, Khadijah tetap tegar dalam keimanan. Hal
itulah yang menjadi sumber kekuatan yang tidak tergoyahkan bagi orang-orang di sekitar
beliau. Khadijah selalu berhubungan dengan Allah lewat shalat. Shalat adalah rahasia
keberanian beliau. Perilaku beliau yang tenang dan lembut menjadi pendorong (kekuatan)
bagi seluruh anggota Bani Hasyim di tengah-tengah kesulitan itu.
Hikmahnya "Wanita adalah tiang sebuah bangsa. Apabila wanitanya baik, baik pulalah suatu
bangsa. Namun, apabila wanitanya jelek, jelek pulalah bangsa itu."
Thufail Ad Dausi
Di tengah-tengah kesulitan itu, Rasulullah yang tidak pernah menyerah, sedikit demi sedikit
terus mendapatkan kemenangan. Suatu hari, datanglah seorang bangsawan dan penyair
cendekia dari luar Mekah, bernama Thufail Ad Dausi. Seketika itu juga, orang-orang Quraisy
memberinya peringatan,
"Hati-hati terhadap Muhammad, jangan dengar kata-katanya. Dia telah memecah belah
orang dengan keluarganya. Kami takut jika kamu mendengarnya, kaum kamu juga akan
terpecah-belah. Hati-hati dan jangan sekali-kali mendengarkannya!"
"Namun, aku adalah cendikiawan dan penyair. Aku dapat mengenal mana yang baik dan
mana yang buruk. Apa salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan dikatakan
orang itu? Jika ternyata baik akan aku terima, kalau buruk akan kutinggalkan."
"Kalian ini utusan yang gagal! Kalian disuruh oleh masyarakat seagamamu mencari berita
tentang orang itu. Sebelum kamu kenal benar-benar siapa dia, agama kamu sudah kamu
tinggalkan dan lalu percaya saja apa yang dikatakannya."
Melihat orang-orang di luar Mekah seperti Thufail Ad Dausi dan orang-orang Nasrani
memeluk Islam, para Pembesar Quraisy yang paling gigih memusuhi Rasulullah pun jadi
bertanya-tanya,
Diam-diam Abu Sufyan pergi pada suatu malam mendekati kediaman Rasulullah. Dia tahu
Rasulullah selalu bangun malam dan membaca Alquran. Saat Abu Sufyan mendengar ayat-
ayat Alquran dibacakan, begitu tenang dan damai hatinya. Suara Rasulullah yang merdu
menggema di kalbunya.
Fajar pun tiba dan Abu Sufyan bergegas pulang. Namun saat itu, dia memergoki Abu Jahal
juga sedang mendengarkan bacaan Rasulullah. Mereka saling pandang tanpa mampu
berkata, lewatlah Akhnas bin Syariq. Rupanya, Akhnas pun diam-diam pergi mendengarkan
Rasulullah membaca Alquran. Mereka bertiga pun saling menyalahkan.
"Kejadian ini tidak boleh terulang lagi," ujar salah satu dari mereka.
"Jika masyarakat kita tahu, kedudukan kita akan lemah dan mereka akan berpihak kepada
Muhammad."
Perbuatan itu terulang lagi pada malam ketiga. Ketika mereka saling bertemu pada waktu
fajar, kembali mereka saling tuduh.
Rasa takut kemudian timbul di hati masing-masing. Mereka takut kehilangan kedudukan jika
masyarakatnya memeluk Islam. Rasa takut inilah yang membuat mereka berteguh hati
untuk membuang jauh-jauh perasaan tenang dan damai yang mereka rasakan saat
mendengar bacaan Alquran.
Setelah itu, tidak seorang pun dari mereka yang kembali ke rumah Rasulullah pada tengah
malam untuk mendengarkan beliau secara diam-diam.
Bersambung
Keputusan pembatalan penyelenggaraan haji 2020 sudah melalui kajian
mendalam.
"Selain itu, sebagian latar belakang usia calon jamaah haji kita di atas 50
tahun. Jadi sangat rentan terpapar virus Covid 19," katanya saat diminta
tanggapan terkait pengumuman pembatalan pemberangkatan jamaah haji
tahun ini, Selasa (2/6).
Selain itu, prinsip dar’ul mafasid muqadum ala jalbil mashalih, mencegah
kerusakan harus diutamakan daripada mendapatkan kemashlahatan.
Prinsip itu tetap harus dijadikan pijakan Pemerintah untuk melindungi
warga negara dalam rangka memenuhi prinsip menjaga keselamatan diri
(hifdzun nafs).
Jika Menag telah memutuskan tahun ini tidak mengirimkan calon jamaah
haji, seperti keputusan yang telah diambil Singapura, Ace minta
pemerintah harus melakukan sejumlah hal. Pertama, harus menjelaskan
kepada masyarakat tentang argumentasi darurat syari’ mengapa Indonesia
tidak mengirimkan jemaah haji tahun ini. Seberapa darurat syar’i sehingga
Pemerintah Indonesia tidak mengirimkan calon jamaah haji?
Untuk itu, Pemerintah harus meminta pendapat para Ulama dan tokoh-
tokoh agama serta ormas keagamaan seperti MUI, NU, Muhammadiyah,
untuk menjelaskan darurat syar’inya.
"Kalau secara institusi, belum ada pembahasan (soal keputusan haji 2020).
Sebetulnya salah juga. Seharusnya harus rapat dulu. Harusnya tanggal 2
Juni kemarin kan rapat, tiba-tiba diundur, saya tidak tahu juga itu, perlu
dipertanyakan juga apa penyebabnya (membuat keputusan tanpa rapat
dengan DPR)," kata dia saat dihubungi Republika.co.id.
"Harusnya tanggal 2 itu ada RDP, tetapi enggak ada RDP dan tiba-tiba hari
ini sudah diputuskan. Menurut saya aneh juga. Pasti teman-teman (di
DPR) juga ramai kalau begini. Tidak institusional kan, karena kan
berdampak juga pada anggaran," ungkap anggota DPR fraksi PKS itu.
Baca Juga
Konsekuensi Pembatalan Penerbangan Haji bagi Garuda
Informasi Soal Keputusan Haji Segera Disampaikan ke Jamaah
Jamaah Haji tak Diberangkatkan, Wali Kota Bandung: Sabar
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 50
Kenangan akan Khadijah tetap hidup di hati Rasulullah sampai beliau wafat. Rasulullah ingat
pernikahan mereka yang penuh berkah. Itulah satu-satunya pernikahan di dunia ini yang
dipenuhi berkah surga dan dunia sekaligus.
Saat pernikahan itu, Khadijah mengadakan jamuan buat semua orang, mulai dari yang paling
kaya sampai yang paling miskin. Bangsa Arab yang saat itu hanya mengenal air putih, dalam
walimah pernikahan Rasulullah dan Khadijah, disuguhi minuman segar sari buah dan sirup
mawar.
Selama beberapa hari, semua orang, baik tua maupun muda, makan di rumah Khadijah.
Kepada orang-orang miskin, Khadijah memberikan beberapa keping uang emas dan perak
serta pakaian. Kepada para janda, Khadijah menyumbangkan kebutuhan hidup yang belum
pernah mereka rasakan sebelumnya.
Rasulullah juga terkenang saat setelah menikah, Khadijah tidak lagi tertarik pada
perdagangan serta kesuksesan yang diraihnya. Pernikahan telah mengganti perhatian
Khadijah. Beliau telah mendapatkan Muhammad Al Musthafa sebagai hartanya yang paling
berharga di dunia ini. Begitu Khadijah menjadi istri Rasulullah semua perak, emas, dan
berlian kehilangan harga di matanya. Rasullullah menjadi satu-satunya yang Khadijah
sayangi, perhatikan, dan cintai. Beliau mengabdikan diri sepenuhnya pada kehidupan
Rasulullah.
Tidak ada laki-laki lain yang cocok mendampingi Khadijah selain Rasulullah. Begitu serasinya
mereka sampai ada ahli sejarah yang menduga bahwa seandainya Khadijah tidak bertemu
Rasulullah dalam hidupnya, kemungkinan besar Khadijah tidak akan menikah sampai akhir
hidupnya, karena bukanlah kekayaan, ketampanan, dan keturunan yang menarik hati
Khadijah, melainkan keluhuran budi yang mampu meluluhkan hatinya. Itulah yang ada
dalam diri Rasulullah.
*Rumah di Surga*
Dalam Shahih Al Bukhari, Abu Hurairah berkata, Jibril mendatangi rumah Rasulullah seraya
berkata, Wahai Rasulullah, inilah yang datang Khadijah sambil membawa bejana yang di
dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika ia datang, sampaikan salam padanya
dari Rabb-nya dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di Surga yang di
dalamnya tidak ada hiruk-pikuk dan keletihan.
Sebelum kedatangan Islam, Khadijah dijuluki Ratu Mekah. Namun, ketika cahaya Islam
terbit, Allah memberi beliau kedudukan sebagai ibu kaum beriman (ummulmukminin). Saat
itu, sebagian kaum Muslimin adalah orang-orang miskin. Mereka tidak bisa mencari nafkah,
karena orang-orang kafirlah yang menguasai perdagangan. Orang-orang itu tidak
memberikan kesempatan bagi kaum Muslimin untuk bekerja. Pada saat itu, kaum Muslimin
bisa terhindar dari kelaparan berkat bantuan Khadijah.
Khadijah juga memberi mereka tempat tinggal. Khadijah menggunakan begitu banyak
uangnya untuk orang-orang Muslim di Mekah yang miskin akibat boikot orang-orang
musyrik. Pertolongan Khadijah telah mematahkan tujuan orang-orang musyrik untuk
menarik para pengikut Rasulullah yang miskin pada kekafiran lagi.
Khadijah tidak pernah menyisakan sampai uang terakhir yang dimilikinya demi
kesejahteraan para pemeluk Islam. Cinta Khadijah kepada mereka tidak berbeda dengan
cinta ibu kepada anaknya. Kalian tahu, seorang ibu rela mengorbankan nyawanya sendiri
demi keselamatan anak-anaknya. Seorang ibu bisa merasakan lapar, namun jika anak-
anaknya kelaparan, ia akan mengutamakan anak-anaknya lebih dulu. Ia akan memberikan
jatah makannya untuk anak-anaknya dan rela menahan lapar. Bahkan jika anak-anaknya
merasa kenyang dan senang, itu sudah cukup membuat seorang ibu juga merasa senang
dan kenyang sehingga ia lupa rasa lapar yang dideritanya sendiri. Cinta seorang ibu tidak
mengenal syarat. Cinta seorang ibu penuh perlindungan dan penuh kasih.
Dengan keluhuran budi istrinya yang begitu agung sangat wajar jika Rasulullah merasa amat
berduka ketika Khadijah wafat.
Begitu besarnya cinta Rasulullah kepada Khadijah sampai beliau bersabda, Demi Allah! Allah
tidak menggantikan Khadijah dengan seorang yang lebih baik. Ia telah beriman kepadaku
pada saat orang-orang mengingkari risalahku. Ia percaya kepadaku pada saat orang-orang
nendustaiku. Ia telah mengorbankan hartanya padahal orang lain tidak mau melakukannya,
dan Allah telah melimpahkan karunia bagiku anak-anak melalui Khadijah.
Ketika ibunya wafat, Fatimah Az Zahra baru berusia tiga tahun. Anak perempuan yang
matanya masih basah karena baru kehilangan ibunya itu kini melihat ayahnya dihina orang
sejadi-jadinya. Para tetangga mereka seperti Hakam bin Ash, Uqbah bin Abu Muith, Adi bin
Hamra, dan Abu Lahab sangat sering melempar batu ketika ayahnya sedang shalat. Bahkan
tidak cuma batu, tetapi juga jeroan kambing. Jeroan kambing itu pernah mereka
melemparkan ke dalam panci masakan Rasulullah yang siap disajikan.
Kejadian paling ringan yang pernah menimpa Rasulullah adalah ketika seorang Quraisy
pandir mencegatnya di jalan dan secara tiba-tiba menyiramkan tanah ke atas kepala beliau.
Rasulullah tidak membalas hinaan itu. Beliau pulang ke rumah dengan kepala yang penuh
tanah.
Tidak ada yang lebih pilu rasanya hati seorang ayah dibanding mendengar tangis anaknya.
Apalagi yang menangis ini adalah anak perempuan yang baru saja ditinggal mati ibunya.
Hampir kaku rasanya Rasulullah karena begitu pilu, bahkan beliau hampir saja ikut
menangis.
Muhammad adalah ayah yang bijaksana dan penuh kasih sayang pada putri-putrinya. Tak
ada lagi yang beliau lakukan menghadapi tangis pilu putrinya selain memohon pertolongan
kepada Allah dengan keimanan sepenuh hati.
Jangan menangis, putriku, begitu yang Rasulullah bisikkan kepada Fatimah sambil
menghapus air matanya,
Sebelum wafat Abu Thalib, orang-orang Quraisy itu tidak seberapa menggangguku.
Apa yang kemudian beliau lakukan untuk melepaskan diri dari tekanan Quraisy yang
semakin menjadi-jadi
Bagian 49
Beberapa bulan setelah piagam dihapus, Rasulullah kembali mengalami ujian besar. Kali ini
bukan penyiksaan dari pihak lawan, melainkan berupa kehilangan orang yang beliau cintai.
Karena sudah lanjut usia dan menderita kehidupan berat di pengasingan selama tiga tahun,
Abu Thalib jatuh sakit. Saat itu usianya sudah delapan puluh tahun. Mengetahui Abu Thalib
sakit keras, orang-orang Quraisy khawatir akan terjadi perang antara kaum Quraisy dan
Rasulullah beserta para pengikutnya. Apalagi dipihak Rasulullah ada Hamzah dan Umar yang
terkenal garang dan keras. Selama ini, Abu Thalib selalu bisa menjadi penengah kedua belah
pihak.
"Abu Thalib, engkau adalah keluarga kami juga. Sekarang ini, keadaan antara kami dan
kemenakanmu sudah sangat mencemaskan kami. Panggilah dia. Kami dan dia akan saling
memberi dan menerima. Biarlah dia dengan agamanya dan kami dengan agama kami pula".
"Sepatah kata saja saya minta yang akan membuat mereka merajai semua orang Arab dan
bukan Arab."
Rasulullah bersabda,
"Katakan, tidak ada ada Tuhan selain Allah dan tinggalkan segala penyembahan selain
Allah."
Para Pembesar Quraisy Saling pandang dengan kecewa menghadapi keteguhan Rasulullah.
"orang Ini tidak akan memberikan apa-apa seperti yang kamu kehendaki. Pergilah Kalian!
Rasulullah duduk di sisi pembaringan pamannya. Dengan sedih, ditatapnya wajah bijaksana
orang tua itu. Hati Rasulullah dipenuhi rasa duka, tidak hanya karena melihat sakit sebelum
maut yang diderita Abu Thalib, tetapi juga karena sampai saat itu, pamannya belum juga
membuka hatinya kepada Islam.
Rasulullah menggenggam tangan pamannya dengan lembut. Inilah Abu Thalib yang dulu
mengajaknya berdagang ke Syam karena tidak tega berpisah dengannya. Inilah pamannya
yang dulu merawatnya penuh kasih sayang, bahkan mencintainya melebihi kecintaan
kepada anak-anaknya sendiri. Inilah Abu Thalib yang membuka jalan pertemuannya dengan
Khadijah dan mendorongnya menjadi pemimpin kafilah dagang Khadijah. Inilah Abu Thalib
yang selalu menjadi pelindungnya sejak dirinya menjadi yatim sampai menjadi utusan Allah.
Abu Thalib membuka matanya yang sayu dan memandang Rasulullah, "Demi Allah, wahai
anak saudaraku, aku tidak melihatmu menawarkan sesuatu yang berat kepada para pemuka
kaummu."
"Wahai pamanku, ucapkanlah satu kalimat maka dengan kalimat tersebut engkau berhak
mendapat syafaatku pada Hari Kiamat."
Akan tetapi, Abu Thalib tetap enggan menerima ajakan tersebut. Kemudian wafatlah ia.
Kini, hilang sudah seorang pelindung Rasulullah. Mulai saat ini, Rasulullah harus menghadapi
semuanya sendiri.
Ketika Rasulullah mengajak Abu Thalib mengucapkan syahadat pada saat-saat terakhirnya,
Abu Thalib berkata,
"Kalau saja aku tidak khawatir nasib keluargaku akan dianiaya setelah kepergianku dan
kaum Quraisy bakal mengatakan, bahwa aku berucap karena gentar menghadapi sakaratul
maut, aku tentu mengucapkannya. Kalau pun kuucapkan, itu sekadar menyenangkan
hatimu."
*Khadijah Wafat*
Seusai penguburan Abu Thalib, Rasulullah kembali ke rumah dan menemukan Khadijah
jatuh sakit. Rasulullah menggenggam tangan Khadijah yang kini terasa panas. Dari hari ke
hari, wajah Khadijah semakin pucat dan gemetar, Rasulullah amat terharu. Pada saat-saat
seperti ini, istrinya itu tetap berusaha menguatkan hatinya. Seolah-olah Khadijah tahu
bahwa perjuangan suaminya masih sangat panjang dan berliku, sedangkan perjuangannya
sendiri sudah mencapai titik akhir.
Akhirnya saat perpisahan sepasang suami istri yang mulia itu pun tiba. Hanya beberapa hari
setelah Abu Thalib meninggal, Khadijah pun wafat dengan tenang.
Dalam beberapa hari saja, Rasulullah kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam
hidupnya, paman yang mengasuh dan melindunginya serta istri yang setia mendampingi
dalam menempuh semua suka dan duka, terutama setelah beliau diangkat menjadi Rasul
selama sepuluh tahun terakhir kehidupan mereka. Masa-masa duka ini dikenal dengan
nama 'Amul Huzni (tahun kesedihan).
Saat itu, seolah-olah semua kegembiraan di hati Rasulullah pudar. Indahnya kehidupan
seolah-olah ikut terkubur bersama jasad dua orang kesayangan itu. Rasulullah tertunduk di
samping pusara Khadijah. Air mata beliau mengalir tanpa tertahan.
Beliau ingat, betapa besar penderitaan pamannya dan kesengsaraan yang dipikul istrinya
saat mereka bertindak melindungi beliau. Rasanya, hidup Khadijah lebih banyak dilalui
dengan menanggung begitu berat beban perjuangan dibanding menikmati manisnya
kehidupan.
Keluarga dan sahabat merasakan betul kesedihan Rasulullah. Sekuat tenaga, mereka
berusaha menghibur Rasulullah. Inilah saat-saat ketika para pengikut, yang biasanya dihibur
dan dikuatkan hatinya oleh Rasulullah, berganti menghibur dan menguatkan hati Rasulullah.
Sungguh pada saat yang mengharukan, tetap ada keindahan yang tampak dalam
persaudaraan mereka.
Bersambung
Bagian 47
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Hisyam bin Amr berjalan bolak-balik di depan rumahnya sambil menggerutu, "Tiga tahun
sudah Bani Hasyim diasingkan! Padahal, mereka masih bersaudara dengan suku-suku
Quraisy yang lain. Ada yang sebagai sepupu, ipar, paman, bibi.
Kalau saja tidak ada aku dan beberapa orang lain yang suka menyelundupkan makanan
dengan diam-diam, Bani Hasyim tentu sudah kelaparan! Sudah saatnya aku harus berbuat
sesuatu!"
Dengan tekad demikian, Hisyam bin Amr pergi menemui sahabatnya, Zuhair bin Umayyah.
Zuhair adalah adalah anggota bani Makhzum, tapi bibinya adalah Atikah binti Abdul
Muthalib dari Bani Hasyim.
"Aku heran engkau masih bisa tenang menikmati makanan, pakaian, dan lainnya, padahal
engkau tahu keluarga ibumu dikurung sedemikian rupa hingga tidak boleh berhubungan
dengan orang lain, tidak boleh berjual beli, tidak boleh saling menikahkan! Aku bersumpah
kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibuku, keluarga Abdul Hakam bin Hisyam, lalu diajak
untuk mengasingkan mereka, tentu aku tolak mentah-mentah!"
Zuhair terperangah,
"Sebetulnya sudah lama sekali persoalan ini meresahkan hatiku," kata Zuhair kemudian.
Keduanya pun sepakat untuk bersama-sama membatalkan piagam kejam itu. Namun, itu
tidak cukup. Mereka harus mendapat dukungan juga dari yang lain.
Kemudian, secara rahasia malam itu juga mereka menemui Mut'im bin Adi dari Bani Naufal,
Abu Al Bakhtary bin Hisyam, dan Zam'a bin Aswad dari Bani Asad. Kelima orang itu
membulatkan tekad untuk membatalkan piagam yang telah tiga tahun dipasang di dinding
Ka'bah.
Merobek Piagam
Esok harinya, Zuhair mengelingi Ka'bah tujuh kali seraya berseru, "Hai penduduk Mekah!
Kamu sekalian enak-enak makan dan berpakaian, padahal Bani Hasyim binasa, tidak bisa
membeli atau menjual sesuatu pun! Demi Allah, saya tidak akan duduk sebelum piagam
yang kejam ini dirobek!"
Ketika itu, Abu Jahal berada tidak jauh dari tempat Zuhair, dengan cepat, datang
menghampiri sambil berteriak,
"Jika Zuhair engkau sebut pendusta, engkau jauh lebih pendusta!" balas Zam'a bin Aswad,
"Sebenarnya dulu pun saat piagam itu ditulis, kami tidak rela!"
"dulu kami tidak rela terhadap penulisan piagam itu dan kami pun tidak ikut
menetapkannya!"
"Kami menyatakan kepada Allah untuk membebaskan diri dari piagam itu dan apa yang
tertulis di dalamnya!"
Mata Abu Jahal berkilat-kilat dan bahunya gemetar menahan marah.
Perang mulut hampir memuncak ketika Abu Thalib yang ketika dari tadi diam di pojok,
berjalan mendatangi mereka. Sikapnya yang tenang membuat orang-orang yang sedang
bertengkar terdiam.
Mereka memandang Abu Thalib dan menanti yang akan dikatakan pemimpin Bani Hasyim
itu.
Orang-orang itu saling pandang dengan rasa heran bercampur takjub. Benarkah kabar ini?
"Jika kemenakan ku itu berbohong, kita biarkan apa yang ada di antara kalian dan dia.
Biarlah kami menanggung pengasingan selamanya. Namun jika Muhammad benar, kalian
harus berhenti memboikot dan berbuat semena-mena terhadap kami."
Tampak sekali Abu Thalib sangat yakin dengan perkataannya sehingga bersedia
menanggung boikot sampai mati jika perkataan Rasulullah tidak benar.
Semua orang terdiam. Mereka terharu sekaligus mengagumi rasa saling percaya dan
kesetiaan yang demikian tinggi antara Abu Thalib dan Rasulullah.
Demikianlah, akhirnya piagam itu dibatalkan. Rasulullah dan keluarganya kini bisa kembali
berada di tengah-tengah masyarakat seperti semula.
Apakah kini Rasulullah dan para pengikutnya bisa bernafas lebih lega? Apalagi adanya
kekuasaan Allah melalui rayap, mungkinkah hati orang-orang musyrik berubah? Ternyata
sama sekali tidak! Justru kekufuran mereka semakin menjadi-jadi. Mereka itu seperti yang
tercantum dalam firman Allah:
Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling
dan berkata: (Ini adalah) sihir yang terus menerus.
Bulan-Bulan Suci
Ada empat bulan suci dalam setahun ketika Rasulullah dan kaum Muslimin dibebaskan dari
pemboikotan. Bulan-bulan suci itu adalah bulan pertama, Muharram (saat diharamkannya
kekerasan), lalu bulan ketujuh, Rajab (yang dihormati), kemudian bulan kesebelas,
Dzulqa'dah (bulan damai), terakhir bulan kedua belas Dzuhijjah (bulan haji).
Tetap Berdakwah
Bersambung
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Mengejek Al Qur'an
(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang
zalim.
ْ َ
ِ إِ َّن َها َش َج َرةٌ َت ْخ ُر ُج فِي أصْ ِل ال َجح
ِيم
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala.
Abu Jahal mengatakan bahwa pohon zaqqum itu tentunya seperti kurma Yatsrib yang dapat
kamu santap.
ِ الز ُّق
وم َّ تَ إِنَّ َش َج َر
ْ ْ
ِ َك َغليِ ال َحم
ِيم
Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas.
َ ك أَ ْن
ت ْال َع ِزي ُز ْال َك ِري ُم َ ُذ ْق إِ َّن
"Ajaran yang mengajak meyembah Tuhan Yang Mahatinggi?" tanya Abdullah bin Ummi
Maktum lagi.
"Benar"
"Tuhan itu tidak bisa diraba seperti berhala?"
Abdullah bin Ummi Maktum termenung sambil menggosok-gosok ujung jemari tangannya.
"Tuhan yang tidak bisa diraba?" Pikir Abdullah bin Ummi Maktum,
"padahal ujung jariku ini sudah mengenal betul berhala-berhala. Aku bahkan bisa
membedakan Latta dan Uzza dengan memegang hidung mereka. Seandainya aku bisa
bertemu sendiri dengan Muhammad!"
Dipenuhi rasa ingin tahu yang besar, Abdullah bin Ummi Maktum menemui Rasulullah.
Sayang sekali, saat itu Rasulullah sedang menyampaikan ayat-ayat Al Qur'an kepada Walid
bin Mughirah. Ia adalah seorang pembesar Quraisy yang sangat diharapkan keislamanannya.
Akan tetapi, Abdullah bin Ummi Maktum tidak mengetahui kehadiran Walid, karena buta,
dia terus mendesak, mendesak dan mendesak Rasulullah agar saat itu juga menerangkan
tentang Islam kepadanya.
Karena tidak tahan didesak terus, sedangkan beliau sedang mendakwahi seorang tokoh
penting, Rasulullah membuang wajah beliau.
س َو َت َولَّ ٰى
َ َع َب
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
َ َفأ َ ْن
َ ت لَ ُه َت
صد َّٰى
Karena Dengki
Kebanyakan para pembesar Quraisy tidak mau mengikuti Nabi bukan karena lebih yakin
dengan berhala, melainkan lebih karena dengki, mengapa Muhammad diangkat menjadi
Nabi, bukan mereka?
Walid bin Mughirah berkata, "Wahyu didatangkan kepada Muhammad bukan kepadaku,
padahal aku kepala dan pemimpin Quraisy, juga tidak kepada Abu Mas'ud Amr bin Umair
Ats Tsaqafi sebagai pemimpin Tsaqif. Kami adalah pembesar-pembesar dua kota."
Bersambung
-
-Darrell Jhonson.
Saat ini sudah ramai berbagai kalangan membicarakan wacana tentang pembukaan kembali
sekolah di tahun ajaran baru 2020/2021. Hal ini menjadi polemik dan menuai tanggapan
serta pertanyaan karena kemungkinan pada awal tahun ajaran tersebut kondisi pandemi
Covid-19 belum mereda. Jika memang pembukaan sekolah ini dilakukan tentunya harus bisa
menjawab apa landasannya, siapa yang perlu berperan, apa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan, dan yang paling penting bagaimana mekanisme yang dilakukan dalam
mengelola kegiatan persekolahan di masa pandemi Covid-19 seperti kondisi sekarang ini
agar semua pihak tidak merasa khawatir.
Kegiatan persekolahan di masa pandemi Covid-19 bisa dikatakan sebagai New Normal
Persekolahan, di mana sekolah melaksanakan kegiatan persekolahan, khususnya proses
pembelajaran sambil berupaya mencegah penularan dan penyebaran Covid-19. Hal ini
memberikan tantangan yang bagi sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, memantau
dan mengevaluasi agar proses pembelajaran bisa berjalan efektif dan efisien sesuai dengan
tujuan new normal tersebut. Bisa jadi bagi sekolah tertentu konsentrasi atau fokus
pengelolaan sekolah bukan hanya pada pencapaian hasil pembelajaran, tetapi lebih fokus
pada aspek-aspek yang berkaitan dengan pemenuhan protokol dan sarana dan prasarana
kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di sekolah.
Konsekuensi dari suatu penyelenggaraan new normal persekolahan menuntut sesuatu yang
berbeda dari sebelumnya, misalnya tata tertib dan peraturan sekolah yang baru, model
pembelajaran yang baru, pembiasaan atau budaya sekolah yang baru, sarana dan prasarana
yang baru, alokasi penganggaran biaya operasional yang baru, atau paling tidak adanya
pemikiran, kreasi dan inovasi untuk memperbaiki dan memperbaharui apa yang selama ini
ada dan berjalan di sekolah agar sesuai dengan prasyarat atau kebutuhan penyelenggaraan
new normal persekolahan ini, khususnya ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi untuk menangani Covid-19 di sekolah.
Mengelola persekolahan dalam kondisi new normal idealnya memerlukan (1) reoreintasi
aspek tujuan atau hasil yang ingin dicapai; (2) penyesuaian proses pembelajaran; (3)
penataan guru dan tenaga kependidikan; serta (4) mengoptimalkan pengelolaan kegiatan
sekolah, sarana prasarana dan sumber daya yang dibutuhkan serta pemberdayaan pihak
terkait lainnnya. Keempat hal tersebut harus dibangun dalam suatu mekanisme atau sistem
kerja yang terintegrasi agar semua bisa berperan aktif secara optimal sesuai dengan tugas
pokok, fungsi serta tanggung jawab masing-masing.
Pertama,
Reorientasi tujuan pembelajaran perlu dilakukan oleh guru agar proses dan hasil
pembelajaran terarah dan sesuai dengan kebutuhan kondisi new normal baik aspek sikap,
pengetahuan maupun keterampilan.
Dilihat dari aspek sikap, kebutuhan yang paling urgen adalah bagaimana menanamkan
kesadaran tentang berbagai aspek terkait penanganan Covid-19, khususnya tentang bahaya
dan dampak yang ditimbulkanya. Hal ini penting untuk menumbuhkan kedisiplinan peserta
didik dalam mengikuti potokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dan
pihak terkait lainnnya. Selain itu, tujuan pembelajaran perlu dikuatkan adalah untuk
memumbuhkan kesabaran, baik kesabaran pasif (menerima dengan ikhlas), maupun
kesabaran aktif (terus berikhtiar) dalam menghadapi, melimitasi dan memutus penularan
pandemi ini sampai tuntas secara bersama-sama.
Dilihat dari aspek pengetahuan, kebutuhan peserta didik yang paling urgen adalah wawasan
dan informasi tentang fenomena Covid-19 yang benar dari sumber yang terpercaya agar
tidak membingungkan peserta didik dalam memahami dan menyikapi permasalahan
pandemi covid-19. Hal ini penting juga untuk melimitasi kekhawatiran tertular atau
menularkan Covid-19 ini kepada orang lain baik ketika berangkat ke sekolah, berada di
sekolah maupun ketika pulang dari sekolah. Sedangkan dilihat dari aspek keterampilan,
tujuan pembalajaran dapat diorientasikan pada keterampilan peserta didik yang relevan
dengan pencegahan dan penanganan Covid-19, misalnya untuk kelas atau jenjang tertentu
membuat alat-alat kesehatan sederhana seperti masker dan hand sanitizer dengan
memanfaatkan bahan-bahan yang mudah diperoleh di sekitar sekolah atau lingkungan
tempat tinggal peserta didik. Selain itu peserta didik perlu diberi keterampilan untuk
membuat slogan atau banner tentang pencegahan Covid-19, yang bisa ditempel di mading,
di tempat-tempat strategis, atau yang bisa dibagikan di media sosial dan ditampilkan
website sekolah.
Kedua,
Penyesuaian proses pembelajaran sangat penting dilakukan dalam kondisi new normal.
Dalam penyesuaian ini guru diharapkan memiliki inovasi dan kreasi dalam memilah dan
memilih metode atau strategi pembelajaran, memiliki kemampuan mengelola kelas yang
efektif, dan memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan
prasarana yang mendukung proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan new normal.
Dalam konteks kreasi dan inovasi dalam memilah dan memilih metode atau strategi
pembelajaran, guru diharapkan melaksanakan proses pembalajaran yang bervariasi,
menarik, mudah diikuti oleh peserta didik dan juga mampu memandu perserta didik belajar
mendiri baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini perlu dilakukan agar pembelajaran lebih
bermakna, tidak membebani dan tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta didik, karena
bisa jadi selama ini peserta didik sudah mengalami kejenuhan karena mereka harus berada
dan belajar di rumah.
Salah satu aspek yang harus mendapat perhatian dalam menggunakan metode atau strategi
pembelajaran adalah pola interaksi dan komunikasi antara guru dengan peserta didik,
peserta didik dengan peserta didik lainnya harus menghindari atau mengurangi kontak fisik
atau kontak erat, misalnya dalam kegiatan diskusi dan kerja kelompok baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Sedangkan dalam konteks pengelolaan kelas yang efektif dan efisien,
hal yang harus mendapat prioritas adalah bagaimana mengatur tempat duduk peserta didik
agar sesuai dengan prinsip physical distancing.
Penggunaan perangkat seperti gawai cerdas dan canggih ini bisa dimanfaatkan untuk
memfasilitasi dan mengintegrasikan proses pembelajaran di sekolah dengan proses
pembelajaran di rumah, khususnya apabila terjadi kondisi tertentu dimana ada peserta didik
yang tidak dapat melaksanakan pembejalaran di sekolah karena hak untuk mendapatkan
layanan pendidikan bagi peserta didik tersebut harus tetap dilaksanakan.
Salah satu inovasi dan kreasi yang dapat dilakukan oleh guru untuk menjembatani
pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran di rumah dengan cara merekam proses
pembelajaran di sekolah kemudian diunggah atau disimpan dipenyimpanan virtual
selanjutnya membagikan alamat aksesnya kepada peserta didik di rumah, atau bisa juga
melalui siaran langsung kegiatan pembelajaran di sekolah, bahkan melalui aplikasi-aplikasi
pembelajran daring lainnnya. Namun, hal ini akan menjadi masalah tersendiri bagi peserta
didik yang tidak memilki perangkat komunikasi yang memadai atau berada di daerah tidak
ada akses internet, apalagi tidak ada aliran listrik.
Strategi lain yang bisa dilakukan guru adalah dengan memanfaatkan peserta didik yang bisa
melaksanakan pembelajaran di sekolah untuk memberikan informasi kepada peserta didik
yang tidak bisa berangkat ke sekolah. Untuk hal ini guru harus menjelaskan protokol
kesehatan kepada peserta didik yang diberi tugas untuk menyampaikan informasi tersebut
kepada temannnya. Selain itu, guru bisa bekerja sama pihak-pihak terkait lainnya agar
pelayanan pembelajaran bagi peserta didik yang terkendala kedaruratan Covid-19 tetap bisa
berjalan, misalnya bekerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya
masyarakat.
Ketiga,
Penataan guru dan tenaga kependidikan semestinya difokuskan pada peningkatan wawasan
yang berkaitan dengan Covid-19, khususnya tentang upaya pencegahanannya. Hal ini
penting agar guru mampu mengintegrasikan materi tentang Covid-19 ini dalam mata
pelajaran yang diampunya. Selain itu wawasan ini berguna untuk menjamin bahwa
informasi yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik benar dan berasal dari sumber
yang bisa terpercaya. Sedangkan untuk tenaga pendidikan wawasan ini penting agar mampu
membantu guru dalam mempersiapkan sarana dan prasarana yang relevan untuk
memperlancar proses pembelajaran. Untuk guru harus banyak belajar, membangun jejaring
dan kerja sama baik dengan sesama guru dan pihak terkait lainnya.
Penataan guru lainnya adalah pada aspek penguatan psikologi pembelajaran. Dengan cara
ini guru diharapkan mampu membangun iklim pembelajaran yang lebih sesuai dengan
kondisi dan situasi kejiwaan peserta didik sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang pendidikan,
khususnya untuk peserta didik pendidikan usia dini dan pendidikan luar biasa. Selain itu
penguatan ini berguna untuk memberi solusi kepada peserta didik yang terganggu
ketenangan jiwanya karena dampak pandemi Covid-19 ini, semacam trauma healing bagi
korban bencana alam, apalagi jika di sekolah tidak ada guru bimbingan dan konseling.
Keempat,
Aspek mengoptimalkan pengelolaan program kegiatan, sarana prasarana dan sumber daya
yang dibutuhkan serta pemberdayaan pihak terkait lainnnya dalam kondisi new normal di
sekolah merupakan aspek pengelolaan sekolah yang sangat tergantung kepada kemampuan
manajerial dan jiwa kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu langkah nyatanya, kepala
sekolah perlu segera membuat penyesuaian program-program atau kegiatan-kegiatan
sekolah baru sesuai dengan tuntutan pembelajaran sekolah dalam kondisi new normal.
Program atau kegiatan yang sangat penting dilakukan di antaranya penambahan tata tertib
sekolah, pengaturan jadwal baru, dan pembentukan tim khusus.
Penambahan tata tertib sekolah sangat penting untuk memberikan ketentuan dan panduan
baru aktivitas semua warga sekolah, khususnya bagi peserta didik mulai dari aktivitas di
rumah, aktivitas di sekolah, dan juga aktivitas selama perjalanan pergi dan pulang sekolah
yang sesuai dengan protokol kesehatan pencegahan atau penanganan Covid-19. Oleh
karena itu, penyusunan tata tertib ini harus mengacu pada peraturan dan kebijakan terkait
yang telah dikeluarkan oleh pihak berwenang baik dari pemerintah pusat maupun daerah.
Tata tertib yang disusun paling tidak berisi panduan budaya hidup bersih dan sehat baik di
rumah, diperjalanan maupun di sekolah, misalnya tentang panduan tentang perlengkapan
apa saja yang perlu dipakai dan dibawa ke sekolah baik masker, hand sanitizer, tisue/lap
tangan, perlengkapan ibadah makanan dan alat-alatnya bahkan perlu diatur tata cara
makannya. Dalam konteks kegiatan di sekolah tata tertib harus mengatur aktivitas di dalam
kelas dan di luar kelas, seperti arena bermain, kantin dan tempat berkumpul lainnnya. Juga,
tata tertib ini perlu mengatur keluar masuk ruangan dan gerbang, turun naik tangga bagi
sekolah-sekolah yang bertingkat, seperti memberi arah panah turun atau naik selalu
berjalan di samping kiri. Hal ini sangat berguna untuk menghindari kontak fisik, tetapi juga
sekaligus membiasakan disiplin dan budaya antri.
Hal yang tak kalah penting dari tata tertib adalah pengaturan jadwal pelajaran. Karena
jadwal ini sangat berguna untuk mengatur kehadiran warga sekolah dan aktivitas belajar
mengajar. Pemadatan mata pelajaran pembalajaran merupakan salah satu alternatif dalam
mengatur durasi waktu pembelajaran. Pemadatan ini harus memperhatikan karakteristik
masing-masing mata pelajaran agar dapat disajikan secara terintegrasi dan agar dapat
menjaga substansi yang harus diterima oleh peserta didik. Jadwal pelajaran ini juga sangat
berguna untuk memudahkan pembagian tugas pelayanan kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan dan tenaga administrasi dalam melakukan program pencegahan dan
penanganan Covid-19.
Pembentukan tim khusus pencegahan dan penanganan Covid-19 sangat diperlukan untuk
menangani kegiatan dan menanggulangi permasalahan-permasalahan baik di dalam
kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Misalnya kegiatan sosialisasi
covid-19 dan kerja sama dengan berbagi pihak terkait. Pembentukan tim khusus ini dapat
memberdayakan guru dan tenaga kependidikan, tenaga administrasi dan komite sekolah
dan pihak terkait lainnya. Hal yang perlu diingat dalam pembentukan Tim ini harus juga
disusun job description yang jelas agar semua anggota tim bisa solid bekerja sama dan
sama-sama bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing.
Kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh tim adalah menyiapkan bahan sosialisasi dalam
berbagai bentuk dan melaksanakannya dengan efektif dan efisien. Sosialisasi ini merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan dalam membangun kesadaran dan kedisiplinan
warga sekolah untuk menghindari penularan Covid-19. Palaksanaan sosialisasi di sekolah
dapat dilakukan melalui pembinan langsung dalam upacara, kegiatan di kelas,
memanfaatkan papan pengumunan dan tempat majalah dinding, bahkan dalam bentuk
digital dalam website sekolah. Proiritas pelaksanaan sosialisasi adalah memahamkan tata
tertib sekolah tentang protokol panduan pelaksanaan aktivitas di sekolah. Selain itu tim
diharapkan mengkampanyekan gerakan hidup sehat melalui pola hidup sehat dan perilaku
hidup bersih, misalnya mencuci tangan pakai sabun, rajin melakukan olahraga, makan
makanan gizi seimbang, menggunakan alat-alat pribadi, secara bersama alat salat alat
makan di mushola ataupun di kantin ataupun di mana saja kerjasama alat makan minum
dan juga ini penting untuk dijaga kesehatannya
Tantangan yang perlu mendapat perhatian tim adalah melaksanakan pemantauan dan
tindak lanjut pencegahan dan penagan Covid-19 di sekolah, di antaranya identifikasi dan
inventarisasi semua warga sekolah berkaitan dengan rekam jejak penyakit yang rentan
terhadap Covid-19; pemeriksaan suhu tubuh dan gejala Covid-19, dan tindak lanjut jika ada
yang menunjukkan gejala Covid-19. Hal ini memerlukan sarana dan prasarana atau
peralatan medis yang mamadai. Oleh karena itu sekolah perlu mengatur anggaran untuk
penyediannnya atau mengajukan proposal atau bekerja sama dengan pihak terkait. Dalam
konteks tindak lanjut, tim dapat bekerjasama dengan dokter, paramedis atau perawat yang
ada di pusat kesehatan masyarakat, klinik atau rumah sakit terdekat juga dengan petugas di
posko Covid-19 termasuk para relawan. Dalam kerjasama ini tim sekolah perlu berbagi
informasi dan data berkaitan dengan hasil tes Covid-19 dan hasil skrining lingkungan sekitar
tempat tinggal warga sekolah. Data ini perlu untuk memberikan tindak lanjut tentang
pengaturan kehadiran warga sekolah dan layanan pembelajaran peserta didik.
Hal yang mendapat prioritas utama dalam new normal di sekolah adalah pengelolaan
kegiatan kebersihan dan penambahan sarana dan prasarana kebersihan untuk menunjang
pencegahan penularan Covid-19. Sekolah harus memastikan bahwa semua area, ruangan
dan perlengkapan sekolah bersih, higienis dan aman. Untuk itu secara berkala sekolah
melakukan penyemprotan dengan menggunakan pembersih dan desinfektan, khususnya
benda-benda yang sering dipegang oleh peserta didik dan guru serta warga sekolah lainnya.
Selain itu sekolah harus memperhatikan sirkulasi dan kualitas udara serta pancaran sinar
matahari yang memadai. Oleh karena itu sekolah harus memprioritaskan penggunaan
ruangan kelas yang memenuhi syarat tersebut. Dalm hal sarana dan prasarana, sekolah
harus menambah sarana cuci tangan termasuk sabun dan air yang terus mengalir berikut
petunjuk-petunjuk penggunaannya agar tidak terjadi kerumunan. Selain itu perlu
penyesiaan hand sanitizer di pintu-pintu masuk ruangan dimana warga sekolah sering keluar
masuk.
Agar kegiatan mengoptimalkan pengelolaan kegiatan sekolah, sarana prasarana dan sumber
daya serta pihak terkait lainya berjalan efektif dan efisien, termasuk kegiatan reoreintasi
aspek tujuan, penyesuaian proses pembelajaran, serta penataan guru dan tenaga
kependidikan, sekolah harus berkolaborasi untuk menyusun mekanisme kerja yang
sistematis dengan pengawas sekolah pembina. Hal ini penting dilakukan untuk membangun
sinergi dan efektifitas kegiatan kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam (1) melakukan
pembinaan, pembimbingan dan pelatihan guru dan tenaga kependidikan dalam melakukan
reorientasi tujuan pembelajaran dan penyesuaian proses pembelajaran; (2) memantau
pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah dalam pencegahan
Covid-19; dan (3) serta menilai dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan kegiatan
sekolah dalam pencegahan Covid-19 yang telah dilaksanakan oleh kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan. Dengan demikian mekanisme kerja ini akan menghasilkan data hasil
pengawasan akademik dan manajerial yang sangat berguna untuk melakukan tindak lanjut
implementasi new normal yang lebih baik selanjutnya.
Singkat kata, new normal di persekolahan memerlukan kajian yang komprehensif sebelum
diberlakukan, persiapan yang matang sebelum dilaksanakan, dan pelaksanaan yang tepat
sasaran sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Semoga bermanfaat...
[07.06, 31/5/2020] Khafid Ps: Sirah Nabawiyah
Bagian 47
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Hisyam bin Amr berjalan bolak-balik di depan rumahnya sambil menggerutu, "Tiga tahun
sudah Bani Hasyim diasingkan! Padahal, mereka masih bersaudara dengan suku-suku
Quraisy yang lain. Ada yang sebagai sepupu, ipar, paman, bibi.
Kalau saja tidak ada aku dan beberapa orang lain yang suka menyelundupkan makanan
dengan diam-diam, Bani Hasyim tentu sudah kelaparan! Sudah saatnya aku harus berbuat
sesuatu!"
Dengan tekad demikian, Hisyam bin Amr pergi menemui sahabatnya, Zuhair bin Umayyah.
Zuhair adalah adalah anggota bani Makhzum, tapi bibinya adalah Atikah binti Abdul
Muthalib dari Bani Hasyim.
"Aku heran engkau masih bisa tenang menikmati makanan, pakaian, dan lainnya, padahal
engkau tahu keluarga ibumu dikurung sedemikian rupa hingga tidak boleh berhubungan
dengan orang lain, tidak boleh berjual beli, tidak boleh saling menikahkan! Aku bersumpah
kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibuku, keluarga Abdul Hakam bin Hisyam, lalu diajak
untuk mengasingkan mereka, tentu aku tolak mentah-mentah!"
Zuhair terperangah,
"Sebetulnya sudah lama sekali persoalan ini meresahkan hatiku," kata Zuhair kemudian.
Keduanya pun sepakat untuk bersama-sama membatalkan piagam kejam itu. Namun, itu
tidak cukup. Mereka harus mendapat dukungan juga dari yang lain.
Kemudian, secara rahasia malam itu juga mereka menemui Mut'im bin Adi dari Bani Naufal,
Abu Al Bakhtary bin Hisyam, dan Zam'a bin Aswad dari Bani Asad. Kelima orang itu
membulatkan tekad untuk membatalkan piagam yang telah tiga tahun dipasang di dinding
Ka'bah.
Merobek Piagam
Esok harinya, Zuhair mengelingi Ka'bah tujuh kali seraya berseru, "Hai penduduk Mekah!
Kamu sekalian enak-enak makan dan berpakaian, padahal Bani Hasyim binasa, tidak bisa
membeli atau menjual sesuatu pun! Demi Allah, saya tidak akan duduk sebelum piagam
yang kejam ini dirobek!"
Ketika itu, Abu Jahal berada tidak jauh dari tempat Zuhair, dengan cepat, datang
menghampiri sambil berteriak,
"Jika Zuhair engkau sebut pendusta, engkau jauh lebih pendusta!" balas Zam'a bin Aswad,
"Sebenarnya dulu pun saat piagam itu ditulis, kami tidak rela!"
"Zam'a benar!" dukung Abu Al Bakhtary,
"dulu kami tidak rela terhadap penulisan piagam itu dan kami pun tidak ikut
menetapkannya!"
"Kami menyatakan kepada Allah untuk membebaskan diri dari piagam itu dan apa yang
tertulis di dalamnya!"
Perang mulut hampir memuncak ketika Abu Thalib yang ketika dari tadi diam di pojok,
berjalan mendatangi mereka. Sikapnya yang tenang membuat orang-orang yang sedang
bertengkar terdiam.
Mereka memandang Abu Thalib dan menanti yang akan dikatakan pemimpin Bani Hasyim
itu.
Orang-orang itu saling pandang dengan rasa heran bercampur takjub. Benarkah kabar ini?
"Jika kemenakan ku itu berbohong, kita biarkan apa yang ada di antara kalian dan dia.
Biarlah kami menanggung pengasingan selamanya. Namun jika Muhammad benar, kalian
harus berhenti memboikot dan berbuat semena-mena terhadap kami."
Tampak sekali Abu Thalib sangat yakin dengan perkataannya sehingga bersedia
menanggung boikot sampai mati jika perkataan Rasulullah tidak benar.
Semua orang terdiam. Mereka terharu sekaligus mengagumi rasa saling percaya dan
kesetiaan yang demikian tinggi antara Abu Thalib dan Rasulullah.
Demikianlah, akhirnya piagam itu dibatalkan. Rasulullah dan keluarganya kini bisa kembali
berada di tengah-tengah masyarakat seperti semula.
Apakah kini Rasulullah dan para pengikutnya bisa bernafas lebih lega? Apalagi adanya
kekuasaan Allah melalui rayap, mungkinkah hati orang-orang musyrik berubah? Ternyata
sama sekali tidak! Justru kekufuran mereka semakin menjadi-jadi. Mereka itu seperti yang
tercantum dalam firman Allah:
Bulan-Bulan Suci
Ada empat bulan suci dalam setahun ketika Rasulullah dan kaum Muslimin dibebaskan dari
pemboikotan. Bulan-bulan suci itu adalah bulan pertama, Muharram (saat diharamkannya
kekerasan), lalu bulan ketujuh, Rajab (yang dihormati), kemudian bulan kesebelas,
Dzulqa'dah (bulan damai), terakhir bulan kedua belas Dzuhijjah (bulan haji).
Tetap Berdakwah
Bersambung
-
Bagian 48
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Suatu ketika, di tengah jalan, Rasulullah berpapasan dengan Umayyah bin Khalaf. Umayyah
bin Khalaf adalah seorang pemuda berperangai buruk. Ia suka bermusuhan dan tidak punya
rasa takut kepada siapa pun. Sekali pun Umar bin Khatthab dan Hamzah bin Abdul Muthalib
telah bergabung dengan pasukan kaum Muslimin. Umayyah menganggap enteng-enteng
saja. Dia bahkan telah sesumbar akan membunuh Rasulullah dengan tangannya sendiri.
Oleh karena itu, ketika berpapasan dengan Rasulullah, Umayyah langsung menggertak
sambil menunjuk kuda yang dituntunnya, "Aku beri makan kuda ini, tidak lain adalah untuk
membunuhmu!"
Rasulullah menatap Umayyah dengan tajam sambil membalas cepat, "Tidak, justru akulah
yang akan membunuhmu dengan izin Allah."
Kini Rasulullah tidak segan lagi menjawab setiap ejekan dan ancaman orang-orang Quraisy.
Beliau semakin gencar dan tekun berdakwah tanpa memperdulikan resikonya lagi.
Keberanian Rasulullah ini meruntuhkan wibawa musuh-musuh beliau yang selama ini selalu
membangga-banggakan diri.
Masyarakat kecil perlahan mulai terpengaruh dengan keberanian Rasulullah ini. Mereka
merasa, jika bergabung dengan kaum Muslimin, mereka tidak akan diejek dan disakiti
semena-mena lagi. Kekukuhan hati Rasulullah dalam menghadapi bahaya merambah ke hati
orang-orang yang tertindas.
Suatu hari, seorang pria asing menjerit, "Wahai orang-orang Quraisy! Adakah orang yang
bersedia menolong diriku? Hakku dirampas oleh Amr bin Hisyam (Abu Jahal)! Aku adalah
pendatang dan telah dilakukan sewenang-wenang!"
Siapa orang Quraisy yang berani menantang keganasan Abu Jahal untuk menolong laki-laki
malang ini?
Keberanian Rasulullah
Memang tidak ada yang berani! Tidak seorang pun! Namun, mereka menyarankan kepada
laki-laki asing itu,
Walau menyarankan begitu, hampir semua orang yakin, Rasulullah akan mampu
melakukannya. Semua tahu bahwa Abu Jahal adalah musuh Rasulullah yang paling jahat dan
beringas.
"Ada apa, Saudara? Apa yang bisa kubantu?" Demikian sapa Rasulullah ketika orang asing
itu datang.
"Tuan, aku adalah orang asing di sini. Amr bin Hisyam tidak mau membayar unta yang dibeli
dariku!"
Rasulullah mengajak lelaki itu ke rumah Abu Jahal. Melihat mereka, orang-orang tertawa
gaduh. Mereka yakin Muhammad tidak akan punya cukup keberanian untuk menghadapi
Abu Jahal. Muhammad pasti akan mengecewakan laki-laki asing itu. Mereka bersiap-siap
melontarkan ejekan paling menyakitkan untuk meruntuhkan wibawa Rasulullah di hadapan
para pengikutnya.
Ketika Rasulullah dan orang asing itu tiba di rumah Abu Jahal, ia sedang berada ditengah-
tengah budak dan para penunggang kudanya. Tiba-tiba pintu diketuk dengan keras. Wajah
Abu Jahal memerah menahan marah,
"Siapa yang berani mengetuk pintuku sekeras itu? Tidak tahu dia kalau aku sedang bersama
bawahanku! Dengan mudah, mereka bisa kusuruh melumatkan orang itu!"
Abu Jahal membuka pintu dan terkejut melihat Rasulullah di depannya. Saat itu wajah
Rasulullah tampak sangat penuh percaya diri. Hati beliau sudah bulat untuk membela orang
yang teraniaya ini.
Abu Jahal tidak berkata sepatah kata pun. Ia masuk ke rumah dan keluar lagi untuk
membayar pembelian unta laki-laki asing itu.
Orang asing itu sangat berterimakasih kepada Rasulullah. Ia segera pergi dan bercerita
kepada orang-orang di sekitar Ka'bah. Mau tidak mau, keberanian Rasulullah ini
menimbulkan rasa kagum di hati mereka. Mereka yang tadi sudah siap mengejek pun
membubarkan diri dengan perasaan bercampur aduk, kesal, geram, tetapi sekaligus hormat
dan kagum.
Laki-laki dari Suku Ghifar
Kabar tentang ajaran Islam sudah mulai menyebar ke seluruh pelosok Jazirah Arabia. Suatu
hari, datanglah seorang laki-laki berwajah ramah dan bijaksana. Abu Thalib melihatnya, lalu
menegur, "Sepertinya Anda laki-laki asing?"
Sebelum datang sendiri, Abu Dzar mengutus seorang saudaranya untuk mencari tahu
tentang Rasulullah. Sesudah melihat apa yang dilakukan Rasulullah, saudara Abu Dzar
melaporkan,
"Demi Allah, aku telah melihat orang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari
keburukan."
Karena belum puas dengan berita itu, Abu Dzar pun datang ke Mekah. Ali bin Abu Thalib
mengajak Abu Dzar bermalam di rumahnya. Esok harinya, Ali bertanya kepada Abu Dzar,
"Jika Anda tidak berkeberatan bercerita, apa yang mendorong Anda datang ke negeri ini?"
Ali mengangguk.
"Di kampungku, kami mendengar tentang seseorang yang bernama Muhammad. Orang
mengatakan bahwa ia membawa ajaran baru. Aku ingin menemuinya. Namun, aku tahu
pemerintah Quraisy akan menindak setiap orang asing yang sengaja menemuinya."
"Ikuti saya," bisik Ali bin Abu Thalib, masuklah ke tempat saya masuk. Jika saya melihat
orang yang saya khawatirkan akan mengganggu keselamatan Tuan, saya akan merapat ke
tembok dan Tuan silahkan berjalan terus."
"Hatiku sangat pedih melihat orang-orang kaya yang congkak, budak-budak yang sengsara,
kaum perempuan yang tertindas, kaum miskin yang tidak mampu berbuat apa-apa. Apa
yang Islam tawarkan untuk mengatasi semua ini?" tanya Abu Dzar.
Rasulullah menjawab semua pertanyaan itu sampai Abu Dzar merasa sangat puas. Saat itu
juga, Abu Dzar menyatakan keimanannya dengan semangat menggelora.
"Wahai Abu Dzar, kembalilah ke masyarakatmu. Kabarkanlah kepada mereka ajaran Islam,
dan rahasiakanlah pertemuan kita ini dari penduduk Mekah karena aku khawatir mereka
akan mengganggu keselamatanmu."
Abu Dzar malah pergi ke Ka'bah dan berseru-seru mengajak orang masuk Islam.
"Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu jika menjumpai para pembesar yang mengambil
barang upeti untuk mereka pribadi?"
Sabda Rasulullah,
"Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu? Yaitu bersabarlah sampai kamu
menemuiku."
Bersambung
Bagian 33
Beberapa pengikut Rasulullah yang pertama berasal dari kalangan miskin dan lemah. Ajaran
Islam yang melarang penindasan membuat banyak budak dengan segera menjadi seorang
Muslim. Namun, jika tuan mereka tahu akan hal ini, para budak itu dipaksa harus memilih:
"Lemparkan dia dan baringkan tubuhnya di atas pasir!" raung Umayyah bin Khalaf Al Juhmi.
Rupanya, ia sangat murka mengetahui seorang budaknya, Bilal bin Rabbah, menjadi
pengikut Rasulullah. Lebih murka lagi ia ketika tahu bahwa Bilal, si pemuda hitam itu, lebih
memilih menghadapi siksa dan membangkang kehendaknya daripada harus keluar dari
agama barunya itu.
Orang-orang suruhan Umayyah membuka seluruh baju Bilal. Kemudian, budak malang itu
ditelentangkan di atas padang pasir yang panasnya begitu menyengat saat matahari berada
di atas kepala.
"Budak jelek, engkau akan diperlakukan seperti ini hingga engkau mati atau engkau
mengingkari Muhammad dan kembali menyembah Lata dan Uzza!".
Bilal merasa dadanya hampir remuk dan terasa sesak sekali, sehingga nyaris ia tidak dapat
lagi bernapas atau pun bersuara, tetapi ia tetap melantunkan kalimat juangngya. "Ahad!
Ahad! Ahad!"
Ibu Bilal, Hamamah, juga disiksa tuannya. Menurut suatu riwayat, ia gugur dalam
penyiksaan itu dan wafat sebagai syuhada.
Seperti Bilal, Khalid bin Sa'id termasuk orang-orang pertama yang beriman. Khalid adalah
orang ke kelima yang masuk Islam. Ia bermimpi akan jatuh ke jurang api, tapi diselamatkan
oleh seseorang yang ternyata ia adalah Rasulullah SAW.
Setelah melihat Umayyah menyiksa Bilal sedemikian kejam, para pemilik budak dan
pembesar Quraisy yang lain ikut menyiksa para budak mereka yang ketahuan memeluk
agama Islam. Beragam siksaan sangat kejam ditimpakan kepada para pemeluk Islam
pertama itu.
"Hukuman apa yang harus kutimpakan kepada budak pembangkang ini, Tuan?" Tanya
algojo.
Sang Tuan tersenyum sinis, "Cambuk dia sampai tanganmu tidak mampu lagi!"
Algojo melaksanakan tugasnya dengan patuh. Suara lecutan cambuk disertai erangan orang
terdengar dari detik ke detik. Setiap lecutan membuat rasa sakit lebih perih dari lecutan
sebelumnya. Sebagian orang yang kuat bertahan hingga pingsan. Sebagian yang lain gugur
karena tidak kuat menahan derita.
Beberapa budak Muslim yang malang itu segera saja menjadi tidak berbaju.
"Pakaikan mereka pakaian besi yang ketat menempel di kulit!" seringai sang bangsawan.
"Sekarang, bakar baju besi yang telah dikenakan itu!" seru bangsawan dengan buas.
Jerit kesakitan budak-budak Muslim itu amat memilukan karena baju besi yang dibakar itu
menghanguskan seluruh kulit tubuh mereka.
Ummu Ubais dan Zinnirah adalah dua perempuan Muslim yang disiksa sampai jadi buta.
Orang-orang Quraisy mengejek dengan mengatakan bahwa kebutaan itu disebabkan
mereka dikutuk berhala.
Akan tetapi, dengan izin Allah, keduanya kemudian dapat melihat lagi sehingga orang-orang
Muslim dapat membalas ejekan orang-orang kafir.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 26
Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia datang membangunkan Muhammad yang
sedang tidur karena kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad, "Iqra (Bacalah)!"
Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad menjawab, "Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad merasa lemas. Jibril melepaskan
dekapannya, lalu berkata lagi, "Bacalah!"
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian, setelah Muhammad berkata, "Apa yang
harus saya baca?" barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama hingga ayat
kelima:
ْ ا ْق َر ْأ ِب
َاس ِم َر ِّب َك الَّذِي َخلَق
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun pergi meninggalkan Muhammad
yang hatinya terhujam oleh firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun dari ketakutan sambil bertanya-
tanya dalam hati, "Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada siapa pun. Muhammad diam sebentar
dengan tubuh gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri celah-celah gunung sambil
mengulang pertanyaan dalam hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
*Ketulusan Khadijah*
Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan nasib suaminya. Beliau mengutus
orang untuk mencari suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang, Muhammad berjalan pulang dengan hati
yang sudah di penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus berdenyut keras dan hati
berdebar ketakutan, beliau pulang ke rumah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil kedinginan seperti terkena demam.
Setelah rasa takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan tatapan mata meminta
kekuatan dan perlindungan.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah terjadi. Beliau juga berkata bahwa
ia takut semua itu bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang, "bergembiralah dan tabahkan
hatimu. Demi Dia yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan
menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah
yang mempererat tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau selalu mau
memikul beban orang lain dan menghormati tamu serta menolong mereka yang dalam
kesulitan atas jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan tenteram ke dalam hati suaminya yang
sedang gelisah. Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan diganggu jin. Beliau
malah memandang suaminya itu dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang Khadijah dengan penuh kasih
dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang Muhammad. Mulai saat itu,
kehidupan penuh perjuangan keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang Rasulullah,
utusan Allah.
*Kabar dari Waraqah bin Naufal*
Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu. Dilihatnya kembali suaminya yang
tertidur dengan nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa yang baru saja
dituturkan suaminya. Firman Allah dan Malaikat yang indah. Luar biasa!
"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi untuk menuntun umat ini keluar
dari kegelapan," demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun, senyum itu segera menghilang,
berganti rasa takut memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal menimpa suaminya
itu apabila orang-orang ramai menentangnya.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-ganti dalam benak Khadijah.
Akhirnya, beliau memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang bijak yang
dipercayanya.
Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani
yang jujur, dan menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci Ia, Mahasuci. Demi Dia yang
memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus besar'
1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh, dia adalah nabi umat ini. Katakan
kepadanya supaya tetap tabah."
Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur. Dipandanginya suaminya itu dengan
rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh suaminya
menggigil, napasnya terlihat sesak dengan keringat memenuhi wajah.
1) Namus Besar
Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal dari bahasa Yunani, noms, artinya
kitab undang-undang atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah dalam Al Qur'an
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 25
Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup dengan canda dan
keramahan. Beliau suka berkelakar kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-
putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.
Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau wewangian itu akan membuat
orang-orang di sekitar beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju berwarna
merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik atau putih. Rasulullah juga gemar memakai
surban dengan salah satu ujungnya menggelantung antara pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya terbuat dari sutera.
Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah sayangi. Begitu sayangnya sampai
beliau mengangkatnya sebagai anak.
Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin Hizam membawa seorang budak
laki-laki bernama Zaid bin Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan
mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa merangkak seperti seekor kuda.
Bunda Khadijah membeli Zaid dan memperlakukannya dengan baik.
Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid bercerita bahwa ia dijadikan budak
dengan cara diculik.
Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan pulang bersama ibunya ketika datang
para perampok gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia hidup sebagai seorang
budak yang diperjualbelikan ke sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan
Rasulullah, orang yang amat Zaid cintai.
Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah memberikan Zaid kepada suaminya
itu. Khadijah yang bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid seolah sebagai
pengganti Qasim dan Abdullah yang telah tiada. Muhammad segera memerdekakan Zaid.
Namun, secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.
Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak anaknya itu menghilang. Haritsah amat
menyayangi dan merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan tentang anaknya
itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.
"Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada Haritsah. "Tetapi, seandainya
Zaid memilih tetap bersama saya, saya tidak akan menolaknya."
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Muhammad. Muhammad amat bahagia
sehingga mengangkat Zaid sebagai putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil Zaid bin
Muhammad.
Di kemudian hari, Allah melarang anak angkat mewarisi harta ayah angkatnya yang telah
wafat. Harta seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan anak angkat. Maha
adil Allah Yang Agung
*Gua Hira*
"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu tidak pernah menciptakan seekor
lalat sekali pun, bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan bagi manusia?"
demikian pikir Muhammad.
"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang berada di balik luasnya langit dan
tebaran bintang? Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas terbakar kilauan
matahari? Siapa pencipta langit yang jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan
dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa pembuat ombak yang berdebur dan
penggali laut yang begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua keindahan ini?"
Demikianlah Muhammad tidak mencari kebenaran dalam kisah-kisah lama atau tulisan para
pendeta. Ia mencari kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari keramaian dan
pergi ke Gua Hira.
"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu, sementara jiwa-jiwa rusak karena
dikuasai khayal tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan itu. Betapa sia-
sianya hidup manusia karena tertipu dengan segala macam kemewahan yang tiada
berguna.'"
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari setiap bulan dan sepanjang bulan
Ramadhan. Semakin lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh. Sampai suatu
ketika, saat usia Muhammad menginjak 40 tahun, datanglah seseorang yang bukan dari
dunia ini menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani dan tenang itu amat
terkejut melihatnya.
Bagian 32
*Dahsyatnya Iman*
"Muhammad, orang-orang Quraisy kembali datang padaku dan mengatakan, 'Wahai Abu
Thalib, engkau adalah orang terhormat dan terpandang di kalangan kami. Oleh karena itu,
kami meminta baik-baik kepadamu untuk menghentikan keponakanmu itu, tetapi tidak juga
engkau lakukan. Ingatlah, kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenek
moyang kita, tidak menghargai harapan-harapan kita, dan mencela berhala-berhala kita.
Suruh diam dia atau kami lawan dia hingga salah satu pihak nanti binasa! ' "
Abu Thalib memandang wajah keponakannya lekat-lekat, hampir seperti memohon, lalu
katanya,
"Jagalah Aku, Nak. Jaga juga dirimu. Jangan Aku dibebani dengan hal-hal yang tidak dapat
kupikul. "
Rasullullah tertegun. Beliau tahu, pamannya seolah sudah tidak berdaya lagi membelanya.
Pamannya hendak meninggalkan dan melepasnya. Sementara itu, kaum muslimin masih
lemah dan belum mampu membela diri. Namun, semua diserahkan pada kehendak Allah.
Rasullullah bertekad untuk terus berdakwah. Lebih baik mati membawa iman daripada
menyerah atau ragu-ragu.
"Paman, demi Allah, kalau pun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan. Biar nanti
Allah yang akan membuktikan apakah kemenangan itu ada di tanganku atau aku binasa
karenanya."
Begitulah kedahsyatan iman Rasulullah. Abu Thalib sampai tertegun dan gemetar
mendengar tekad keponakannya itu. Rasulullah pergi sambil menitikkan airmata, tetapi Abu
Thalib memanggilnya kembali sambil berkata,
"Anakku katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan engkau apa pun yang
terjadi."
Sore itu, Rasulullah pulang ke rumah dengan hati yang sangat sedih. Seharian, beliau
melihat para pengikutnya disiksa.
Betapa berat penderitaan orang-orang Muslim saat itu. Khadijah menghampiri suaminya
tercinta. Dihibur dan dikuatkannya kembali diri Rasulullah .
Tiba-tiba, pintu terbuka. Ruqayyah, putri kedua Rasulullah, tiba-tiba masuk sambil
menangis. Ruqayyah mendekap pangkuan ibunya sambil menangis tersedu-sedu.
"Ada apa, sayang?" tanya Khadijah begitu lembut, menutupi kekhawatirannya sendiri akan
berita buruk yang dibawa putrinya itu.
"Suamiku menceraikan aku, Bunda," isak Ruqayyah. "Ayah mertuaku, Abu Lahab, menyuruh
suamiku menceraikan aku dan suamiku menurut. Ia dijanjikan akan dinikahkan kembali
dengan putri bangsawan."
Rasulullah dan Khadijah saling bertatapan sedih. Sudah sekejam itu Abu Lahab bertindak
untuk menyakiti Rasulullah dan keluarganya.
"Ummu Jamil, ibu mertuaku, merobek-robek bajuku," lanjut Ruqayyah pilu. "Abu Lahab
memukuliku. Abu Lahab, Ummu Jamil, dan suamiku, Utbah, bersumpah tidak akan
menerima lagi kehadiranku selama ayah masih tetap mendakwahkan Islam."
Seberapa pun tabahnya Khadijah, akhirnya air matanya menitik juga melihat putrinya yang
kini menjadi orang terusir. Dengan lembut, Rasulullah memeluk putrinya itu dan menghapus
air mata di pipinya.
"Aku lebih sayang Ayah dan Bunda daripada siapa pun di dunia ini," bisik Ruqayyah kepada
Rasulullah.
Dengan hati pilu, Rasulullah pergi menemui Abu Bakar. Rasulullah menceritakan kejadian
yang menimpa Ruqayyah.
"Sebenarnya, dari dulu, Utsman bin Affan sudah menaruh hati pada Ruqayyah, tetapi Utbah
mendahuluinya. Utsman sangat menyesal tidak dapat menyunting putri Anda."
Mendengar penuturan Abu Bakar, Rasulullah pun kemudian menikahkan Utsman dengan
Ruqayyah. Untuk sementara, berakhir satu kesedihan.
Masih banyak lagi cobaan dan ujian lain yang akan mendera Rasulullah, keluarga, dan para
sahabatnya.
*Duri-duri di Jalan*
Gangguan Ummu Jamil dan Abu Lahab semakin menjadi jadi. Setiap kali Rasulullah
ﷺberjalan untuk menemui para pengikutnya, setiap itu pula beliau
menemukan duri-duri bertebaran di jalan. Perlahan dan berhati-hati, Rasulullah
ﷺmelangkah agar duri tidak menembus kakinya. Namun, hampir setiap kali
pula dalam keadaan itu, kotoran dan batu melayang ke arah beliau.
"Inilah Muhammad, anak gembel yang berani membawa agama baru! Agama yang dikiranya
dapat menyamakan kedudukan para bangsawan dan budak!"
"Percuma kamu banyak berkata, istriku! Telinganya sudah tuli!" Sembur Abu Lahab. "Hai,
para budak! Lanjutkan kesenangan kalian!
Seketika itu juga, budak-budak kuat bertubuh besar milik Abu Lahab dan Ummu Jamil
kembali melempari Rasullulah ﷺdengan batu, kotoran, dan pasir.
Diperlakukan seperti itu, Rasulullah ﷺtidak membalas sedikit pun. Beliau
hanya menghindar, menahan sakit, seraya bersabar dan terus bersabar.
Tips Menghafal Agar Lebih Melekat :😎
1. Dengarkan & lihat gerakan di dalam video yang dicontohkan Ust. Bobby Herwibowo📺📻
2. Cermati bacaan & artinya dengan mushaf (kalau ada yang terjemah per kata)🤔
4. Ulangi bacaan itu (kalau perlu dengan gerakan anggota badan kita) dan ulang beberapa
kali🚀
5. Sediakan kertas/buku kecil khusus untuk menulis ayat yang kita hafal...📗
Gunakan sebagai teman muraja'ah... (Karena dengan tulisan kita akan lebih kuat ingatan kita
& lebih mudah dipahami dengan gaya kita sendiri)🖍
6. Ajak suami/istri, anak, kakak adik, keluarga & teman kerja untuk ikut program HOTS.
Karena bisa saling memotivasi, mengingatkan & sebagai teman muraja'ah (saling
menyimak)🤗🙇🏼
In syaa Allah menjadi ladang pahala kita juga & memperbanyak shahabat Qur'an & Ahlul
Qur'an...📚
7. Gunakan waktu luang : saat istirahat, menunggu, dalam perjalanan, menunggu lampu
merah, dll untuk mengulang hafalan kita beserta artinya🚦🚊🏍🚗
kiriman hadist
"Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah maka hamba yang paling dicintai adalah orang yang
sabar dan pandai bersyukur. Yaitu orang yang apabila diberikan ujian maka dia bersabar, dan apabila
diberi karunia maka dia pun bersyukur”.
"Ketaqwaan kepada Allah bukan sekadar dengan berpuasa di siang hari, shalat malam, dan
menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketaqwaan kepada Allah adalah
meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang
siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruniai amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas
kebaikan”.
"Tawakal kepada Allah adalah salah satu kewajiban tauhid dan iman yang terbesar. Sesuai dengan
kekuatan tawakal maka sekuat itulah keimanan seorang hamba dan bertambah sempurna
tauhidnya.
Setiap hamba sangat membutuhkan tawakal kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya
dalam segala hal yang ingin dia lakukan atau dia tinggalkan, baik dalam urusan agama maupun
dalam urusan dunia”.
Dan sepantasnya bagi seorang muslim, untuk bersemangat memanfaatkan hari-hari di bulan
Ramadhan, karena sesungguhnya itu adalah kesempatan emas.
Pahala puasa, pahala qiyamul lail, pahala shadaqah, pahala mengajarkan ilmu, pahala amar ma'ruf
nahi munkar.
Maka semua ini (di antara amalan) yang akan dilipatgandakan pahalanya bagi seorang hamba di
bulan ini."
Goresan pena
Kadang banyak hal yang kalau di kenang bikin rapuh dan menggoyahkah langkah atau membuat
lemah dan nelangsa ( yg paling akhir mgkin lebay ssiihh )...
Klo bahkan untuk d ingat aja tak baik, apalagi di simpan dlm hati
Bagian 31
*Minta Mukjizat*
"Kalau Tuhanmu bisa menurunkan mukjizat, kami pasti akan beriman kepadamu!"
demikian seru salah seorang dari mereka kepada Rasulullah.
"Muhammad! Kalau engkau benar benar Rasulullah, mintalah Tuhan agar menyulap
Bukit Shafa dan Marwa menjadi bukit-bukit emas!" seru yang lain.
"Ya, itu benar! Tetapi kalau Tuhanmu tidak sanggup membuat bukit emas, cobalah
turunkan ayat-ayat Allah itu dalam sebuah kitab yang diturunkan langsung! Itu pun sudah
akan membuat kami beriman!"
Rasulullah tidak menanggapi permintaan-permintaan aneh itu. Melihat Rasulullah
yang tetap diam dan tenang, orang-orang Quraisy jadi semakin kesal. Dari waktu ke waktu,
sering di muka umum dan disaksikan orang banyak, mereka mengajukan permintaan-
permintaan lain yang lebih mustahil.
"Muhammad, katamu engkau membawa agama kasih sayang buat seluruh alam!
Kalau begitu, mintalah Tuhanmu agar memunculkan mata air yang lebih sedap dari sumur
Zamzam! Bukankah engkau tahu bahwa penduduk Mekah sangat memerlukan air?"
"Ya, setidaknya mintalah Tuhanmu melenyapkan bukit-bukit yang mengurung Mekah agar
kota ini dapat mudah dicapai orang dari arah mana pun!"
ۚ سو ُء ُّ سن َِي ال َّ شا َء هَّللا ُ ۚ َولَ ْو ُك ْنتُ أَ ْعلَ ُم ا ْل َغ ْي َب اَل ْس َت ْك َث ْرتُ مِنَ ا ْل َخ ْي ِر َو َما َم َ قُلْ اَل أَ ْملِ ُك لِ َن ْفسِ ي َن ْف ًعا َواَل
َ ض ًّرا إِاَّل َما
َإِنْ أَ َنا إِاَّل َنذِي ٌر َو َبشِ ي ٌر لِ َق ْو ٍم ُي ْؤ ِم ُنون
Katakanlah: Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang
ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira
bagi orang-orang yang beriman.
Melalui ayat ini, Allah menyuruh Rasulullah mengatakan, "Wahai orang Quraisy, aku
hanyalah seorang pemberi peringatan. Bukankah aku tidak meminta kepadamu hal-hal di
luar kemampuan akal? Mengapa kamu justru memintaku menunjukkan hal-hal yang tidak
masuk akal?
"Wahai orang Quraisy, bukankah Al Qur'an itu sendiri merupakan sebuah mukjizat?
Kemudian, mengapa kamu masih meminta mukjizat yang lain? Apakah jika mukjizat itu
benar-benar diturunkan, kamu akan beriman kepadaku? Bukankah jika mukjizat itu turun,
kamu akan mengatakan bahwa aku hanyalah seorang penyihir yang mengada-ada?
"Wahai orang Quraisy, kalau kamu tidak mau menyembah Allah dan tetap
menyembah berhala, mengapa tidak kamu minta saja mukjizat-mukjizat tadi kepada para
berhala itu? Bukankah kamu tahu bahwa berhala-berhala itu tidak dapat mendatangkan
kebajikan? Bukankah mereka tidak bergerak, tidak hidup, dan hanya terbuat dari batu dan
kayu? Bukankah mereka tidak dapat membela diri jika ada orang yang datang dan
menghancurkannya?
Demikianlah, Rasulullah menjawab dengan kata-kata yang tidak dapat lagi dibantah
kebenarannya. Namun, apakah orang-orang kafir itu seketika mau menerima Islam? Tidak,
mereka bahkan melakukan hal-hal lain untuk menyingkirkan Rasulullah.
Sekali pun tidak memeluk Islam, Abu Thalib adalah pelindung Rasulullah. Jika ada
orang yang membahayakan Rasulullah, Abu Thalib dan kabilahnya siap membelanya sampai
titik darah penghabisan. Tidak ada musuh Rasulullah yang berani membunuh beliau tanpa
menghadapi Abu Thalib dan kabilahnya. Karena mengetahui kokohnya perlindungan Abu
Thalib ini, para pemuka Quraisy mendatangi orangtua itu di rumahnya.
"keponakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencaci agama kita, dan
menganggap sesat nenek moyang kita. Engkau harus menghentikan dia sekarang. Jika tidak,
biarlah kami yang akan menghadapinya. Kalau kamu melindunginya juga, biar kabilah-
kabilah kami yang akan menghadapi kabilahmu."
"Demi Tuhan Ka'bah, biar seluruh Mekah menghalangi jalanku, aku akan tetap
melindungi kemenakanku itu."
Para pemimpin Quraisy itu saling berpandangan, lalu pergi tanpa berkata apa-apa.
Bagaimanapun, mereka belum sanggup menghadapi perang saudara yang akan
menghancurkan kota Mekah. Mereka memutar akal dan menemukan muslihat lain.
Para pemimpin Quraisy itu kembali mendatangi Abu Thalib sambil membawa serta
Ammarah bin Walid. Ia adalah pemuda Quraisy yang gagah perkasa dan paling tampan
wajahnya.
"Ambillah dia! Jadikan dia sebagai anak. Ia jadi milikmu. Namun, serahkanlah
keponakanmu yang menyalahi agama kita dan agama nenek moyang kita, yang memecah
belah persatuan kita itu untuk kami bunuh!"
"Bagaimana, Abu Thalib? Bukankah ini pertukaran yang adil? Seorang laki-laki
ditukar pula dengan seorang laki-laki!"
Wajah Abu Thalib berubah murka. Dengan mata menyala, ditatapinya para
bangsawan itu satu demi satu.
Abu Thalib adalah pemimpin kabilah Bani Hasyim. Kini Bani Hasyim terpecah dua.
Kaum miskinnya membela Abu Thalib, sedang kaum kayanya membela Abu Lahab.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 20
*Khadijah*
Namanya Khadijah binti Khuwalid. Sosoknya cantik dan anggun. Setelah ayah dan ibunya
meninggal, saudara-saudara Khadijah saling membagi harta kekayaan peninggalan
orangtuanya. Namun, Khadijah sadar bahwa kekayaan dapat membuat orang hidup
menganggur dan berfoya-foya.
Dia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan sikap untuk mengatasi godaan
harta. Maka dari itu, Khadijah pun memutuskan untuk membangun kekayaannya sendiri
berbekal warisan orangtuanya.
Tidak lama kemudian, Khadijah telah membuktikan bahwa kalau pun tidak mendapat harta
warisan, dia mampu mendapatkan kekayaan itu dari hasil jerih payahnya sendiri.
Dengan harta yang diperolehnya, Khadijah membantu orang-orang miskin, janda, anak-anak
yatim, dan orang-orang cacat. Jika ada seorang gadis yang tidak mampu, Khadijah
menikahkan dan memberi mas kawinnya. Khadijah lembut dan ramah. Walau menjadi
pemimpin tertinggi dalam menjalankan bisnis keluarga sepeninggal Ayahnya, dia juga mau
menerima saran-saran orang lain. Khadijah tidak menyukai adanya jarak hubungan antara
atasan dan bawahan. Dia menganggap bawahan sebagai rekan kerja yang pantas dihormati.
Khadijah sendiri selalu tinggal di rumah. Karena itu, biasanya dia minta bantuan seorang
agen, jika sebuah kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke luar negeri. Orang yang
dimintai bantuan itu bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya untuk dijual
ke pasar-pasar asing. Khadijah sangat teliti memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai
merencanakan waktu keberangkatan kafilah dan tempat tujuannya sebab barang akan
terjual dengan cepat pada waktu dan tempat yang tepat.
Begitu suksesnya Khadijah sebagai seorang saudagar, sampai-sampai jika sebuah kafilah
Quraisy berangkat dari Mekah, bisa dipastikan lebih dari separuhnya adalah harta
perdagangan milik Khadijah. Dia seperti mempunyai sentuhan emas. Diibaratkan jika dia
menyentuh debu, debu ini akan berubah menjadi "emas". Karena itu penduduk Mekah
menjulukinya "Ratu Quraisy" atau "Ratu Mekah".
Kalau hanya kekayaan yang menjadi ukuran, tentu Allah tidak akan menjadikan Khadijah
(kelak) sebagai istri seorang rosul. Pasti ada sifat lain yang lebih utama yang membuatnya
sepadan dengan Muhammad
*Catatan*
Sebuah kafilah dagang pada masa itu ibarat kampung bergerak. Hewan beban berjumlah
1000 sampai 2500 ekor dan diiringi seratus sampai tiga ratus orang. Kafilah perlu organisasi
yang baik, biaya besar, dan keberanian yang cukup. Jika ada perampok, seluruh anggota
kafilah harus berani menyabung nyawa untuk mempertahankan harta yang dibawanya.
*Wanita Suci*
Khadijah mempunyai seorang paman bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah sanak
saudara Khadijah yang paling tua. Dia Sangat mengutuk kebiasaan bangsa Arab Jahiliah yang
menyembah berhala sehingga menyimpang jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail. Waraqah sendiri adalah hamba Allah yang setia dan lurus. Dia tidak pernah
meminum minuman keras dan berjudi. Dia murah hati terhadap orang-orang miskin yang
membutuhkan pertolongannya.
Khadijah sangat terpengaruh pemikiran Waraqah bin Naufal. Khadijah juga sangat
membenci berhala dan patung-patung sesembahan.
Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah pengikut setia ajaran Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail.
Jika mendengar ada seorang anak perempuan akan dikubur hidup-hidup. Waraqah dan
Khadijah akan segera menemui sang Ayah dan mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan
yang menjadi alasan rencana pembunuhan itu, Khadijah dan Waraqah akan membeli anak
itu dan membesarkannya seperti anak kandung sendiri.
Sering kali beberapa waktu setelah itu, ayah si anak menyesali perbuatannya dan
mengambil putrinya kembali. Waraqah dan Khadijah akan memastikan dulu bahwa anak itu
akan diasuh dengan benar dan disayangi, setelah itu barulah dia mengizinkan sang Ayah
membawa pulang anaknya kembali.
Budi pekerti Khadijah yang agung, santun, lembut dan penuh keteladanan ini membuat
semua orang menjulukinya juga sebagai Khadijah At Thahirah atau Khadijah yang suci.
Pertama kalinya dalam bangsa Arab seorang wanita dijuluki demikian, padahal orang Arab
pada masa jahiliah itu sangat mengagungkan laki-laki dan merendahkan wanita.
*Catatan*
Selain Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita terkenal.
Di antaranya adalah:
Para Saudagar wanita ini biasanya juga menjual keperluan wanita, seperti pakaian, parfum,
perhiasan emas dan perak, permata dan obat-obatan. Barang-barang ini tidak memerlukan
banyak ruang, ringan dan laku keras di mana-mana.
Bagian 19
*HILFUL FUDHUL*
Selain mengikuti peperangan, Muhammad yang masih remaja juga mengikuti sebuah
perjanjian yang amat baik. Perjanjian itu kelak dikenal dengan nama Hilful Fudhul.
Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak para pedagang asing yang sering kali
terdzalimi. Pencetus perjanjian ini adalah protes seorang pedagang asing dari Yaman.
Saat itu, Ash bin Wa'il, seorang saudagar Mekah, tidak mau membayar utang kepada si
pedagang. Pedagang itu lalu menggubah syair dan membacakannya di depan umum.
Syair ini amat menggugah perasaan para pemuka Quraisy. Mereka khawatir apabila
dibiarkan terus, para pedagang Asing tidak mau lagi memasuki Mekah. Apalagi Perang Fijar
mengakibatkan mulai terjadinya perpecahan di pihak Quraisy.
Sepeninggal Abdul Munthalib, orang-orang Quraisy dari keluarga yang lain sudah mulai
berani mencoba menentang kekuasaan pemerintahan Quraisy. Maka dari itu, atas usulan
Zubair bin Abdul Munthalib, seorang paman Muhammad, orang-orang Quraisy dari keluarga
Hasyim, Zuhra, Taim berkumpul. Mereka bersepakat dan berjanji atas nama Tuhan Maha
Pembalas bahwa Tuhan akan berada di pihak yang terdzalimi, sampai orang itu tertolong.
Pertemuan ini sendiri berlangsung di rumah Abdullah bin Jud'an At Taimi yang megah.
Perjanjian Hilful Fudhul ini menjamin perlindungan terhadap hak-hak orang lemah.
Muhammad ikut menyaksikan perjanjian dan amat menyukainya.
Di kemudian hari, setelah diutus menjadi seorang Rosullullah, Muhammad bersabda: " Aku
tidak suka mengganti perjanjian yang kuhadiri di rumah Ibn Jud'an itu dengan jenis unta
yang baik. Kalau sekarang aku diajak, pasti akan kutolak"
*Besarnya Diyat*
Diyat adalah pembayaran ganti rugi.
Untuk kematian/wajah cacat total ganti ruginya sebanyak 100 ekor unta. Satu
kaki/tangan/mata jadi buta diganti dg 50 ekor unta.
*MENGGEMBALAKAN KAMBING*
"Siapa yang menciptakan bintang-bintang yang begitu kemilau? Siapa yang membuat udara
untuk kuhirup? Siapa yang membuat jantungku berdetak? Siapa yang membuat matahari
mengejar bulan dan bulan mengejar matahari?"
Ribuan pertanyaan seperti itu membuat Muhammad selalu sibuk berpikir. Hal itu membuat
akhlak beliau terjaga demikian baik dari perbuatan buruk yang sering terjadi di Mekah.
Pada saat itu, orang menyembah patung di mana-mana, laki-laki dan perempuan yang
bukan suami istri sering pergi berduaan, orang-orang melakukan thawaf tanpa busana,
pesta mabuk-mabukan setiap malam, dan masih banyak keburukan lain.
Meski demikian, pernah juga Muhammad ingin pergi ke kota untuk melihat sebuah pesta
pernikahan.
"Baiklah, memang sudah giliranmu yang pergi bersenang-senang," kata teman Muhammad.
"Selama ini, kami selalu ada di padang gembala seperti seorang pertapa."
Di ujung kota, ia melihat ada sebuah pesta pernikahan yang dipenuhi berbagai hiburan dan
musik.
Namun, belum sempat Muhammad tiba dirumah itu, tubuhnya tiba tiba disergap keletihan.
Muhammad duduk bersandar di dinding dan tertidur lelap sampai pagi. Ia tidak sempat
melihat tontonan di pesta sedikit pun.
Esok harinya, Muhammad datang lagi ke Mekah dengan maksud yang sama. Kali ini,
sebelum ia tiba di tempat pesta, telinganya mendengar musik indah yang turun dari langit,
musik yang jauh lebih indah daripada semua musik di dunia ini. Musik itu membuai
Muhammad dan ia pun kembali tertidur.
Sejak itu, Muhammad tidak lagi berminat untuk melihat pertunjukan musik di pesta. Agar
terhindar dari kenakalan yang sering dibuat para pemuda seusianya.
Akhlak Muhammad yang demikian baik selagi muda membuatnya disayang dan dipercaya
semua orang hingga ia pun dijuluki Al Amin, artinya "Yang Dipercaya".
Bagian 12
"Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan sehat!" ujar Aminah.
Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata berbinar-binar penuh rasa
terimakasih," Kalian telah merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus
berterimakasih?"
Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah. Sebenarnya mereka merasa berat
berpisah dengan Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu, sejak
Muhammad datang, kehidupan mereka dipenuhi keberkahan.
"Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami
hingga menjadi besar. Sebab, aku khawatir ia terserang penyakit menular yang kudengar
kini sedang mewabah di Mekah," pinta Halimah.
Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan ada benarnya, tetapi hatinya
bimbang karena hampir tak sanggup berpisah lagi dengan putranya. Ketika, Abdul Muthalib
datang. Bangga sekali ia melihat pertumbuhan cucunya yang begitu bagus di daerah
pedalaman, maka ia berkata:
"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai ia berusia lima tahun," kata
Abdul Muthalib, "agar ia di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa mendengarkan
bahasa Arab yang murni dengan fasih pula."
Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas Muhammad demi masa depan putranya
sendiri.
"Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah itu bolehlah kalian membawanya
kembali," kata Aminah.
Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani Sa'ad. Namun, di sana ia
mengalami sebuah peristiwa yang sangat mengguncangkan.
* Pembelahan Dada *
Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah keluarga Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu
umur Muhammad belum lagi genap tiga tahun.
Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad. Mereka menemukan anak itu
sedang sendiri. Wajah Muhammad pucat pasi. Halimah dan suaminya memperhatikan
wajah Muhammad baik-baik.
"Aku didatangi oleh seorang laki-laki berpakaian putih. Aku dibaringkan lalu perutku
dibedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Aku tak tahu apa yang mereka cari."
Tanpa bertanya lagi Halimah segera membawa Muhammad pulang. Hatinya dipenuhi
kecemasan.
"Aku takut Muhammad didatangi dan digoda oleh jin" kata Halimah kepada suaminya.
Bagian 11
*Halimah*
Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka melihat semua kawan mereka
telah mendapatkan bayi untuk dibawa pulang dan disusui.
"Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang tanpa membawa bayi. Demi Allah, aku
akan pergi kepada anak yatim itu dan mengambilnya."
"Tidak salah kalau engkau mau melakukannya. Semoga Allah memberi kita keberkahan
melalui anak yatim tersebut."
Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah dan membawa Muhammad ke
dusun mereka. Aminah melepas bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega
karena akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih karena harus berpisah dengannya
selama dua tahun ke depan.
"Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah dengan pipi yang hangat dialiri air
mata.
"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah kepada suaminya.
Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya sendiri. Bayi itu juga menyusu
dengan lahap. Setelah itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.
"Anak kita tidur dengan lelap," bisik Halimah kepada suaminya, "padahal, sebelumnya kita
hampir tidak bisa tidur karena ia rewel terus sepanjang malam."
Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua mereka ternyata kini menghasilkan
susu.
"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita tidak menghasilkan susu setetes pun,"
gumam Harits.
"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata Halimah kepada Harits, "bayi kita tertidur
lelap dan kita pun bisa beristirahat dengan perut kenyang."
"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah mengambil anak yang penuh berkah."
"Demi Allah, aku pun berharap demikian."
*Kebanggaan Rasulullah*
Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni. Kelak Rasulullah pun dapat berkata
dengan bangga, "Aku adalah keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku anak suku
Quraisy yang menyusui di Bani Sa'ad bin Bakr."
*Keberkahan*
Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad, terjadi hal yang mengherankan.
"Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang aneh pada keledai tungganganku?" tanya
Halimah.
"Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali," Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat
berjalan cepat seolah tak kenal lelah. Padahal, beban yang dibawanya cukup berat."
Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa menyusul dan melewati rombongan wanita
Bani Sa'ad lainnya yang telah berjalan lebih dulu.
"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu keheranan, "tunggulah kami!
Bukankah ini keledai yang engkau tunggangi saat kita pergi?"
"Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini memang keledaiku yang dulu."
"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur! Padahal, saat kita berangkat, tak ada
sepetak tanah pun yang lebih gersang dari ini!"
"Domba-domba juga!" seru Harits, "domba domba kita jadi gemuk dan susunya penuh. Kini
kita dapat memerah dan meminum susu mereka setiap hari."
Begitulah keberkahan yang mereka terima selama mengasuh Muhammad. Namun, dua
tahun pun berlalu, kini tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya.
Sirah Nabawiyah
Bagian 6
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di
dekat sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila. Di tempat itulah
biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka.
Namun, masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya.
Akhirnya, kekerasan hatinya pun luluh.
"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku?"
"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin
Abdullah dari suku Makhzum.
"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta
dan anak itu. Jika yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi
sampai nama unta yang keluar."
Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah. Ternyata yang keluar
adalah nama Abdullah. Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi. Ternyata,
lagi lagi nama Abdullah yang keluar. Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan
menambah terus jumlah unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama
unta yang keluar.
Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta. 100 ekor unta itu pun
disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan karena mereka
beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya
Si Penguasa Yaman
Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula
dari Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman
diperintah oleh seorang penguasa bernama Abrahah Al Asyram.
"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah?"
seru Abrahah kepada para menterinya.
"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama Ka'bah. Bangunan tua itu begitu
disucikan oleh penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat berpaling darinya. Ke
sanalah mereka pergi beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah
seorang menteri.
"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu kasar itu? Aku ingin negeri kita,
Yaman, mempunyai sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di Mekah itu
menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan orang!"
"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru yang bisa menandingi Ka'bah?"
"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah! Hiasi dengan perlengkapan paling
mewah yang kita miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu
singkat!"
Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang diinginkan Abrahah. Sang
Penguasa Yaman itu mengunjunginya dengan rasa puas.
"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang ke sini!"
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua mereka begitu melihat bangunan
seindah ini!"
Bendungan Ma'rib
Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum datangnya Islam, negeri Yaman telah
terkenal dengan kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan yang amat terkenal
adalah Bendungan Raksasa Ma'rib. Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah
sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.
Sirah Nabawiyah
Bagian 5
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Bernadzar
Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah
semuanya dewasa, aku tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang menggali Sumur
Zamzam, maka salah seorang diantara 10 anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai
kurban untuk Tuhan."
"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan
memberiku 10 orang anak laki-laki."
Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu. Mereka juga melihat
kebingungan yang luar biasa di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.
"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh
karena, aku berniat memanggil juru qidh untuk menentukannya."
Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh (Nanak panah) meminta setiap anak
menulis namanya masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut
di hadapan berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.
Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan
itu.
"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa
membatalkan nadzarmu!"
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, apalagi tidak ada orang
yang menyetujui niatnya itu?
Menemukan Zamzam
Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia
bermimpi mendengar suara yang bergema berulang-ulang, "Temukan Sumur Zamzam itu,
wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!"
Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, dia mengajak
Harits menggali dan menggali lebih giat.
"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya!" kata mereka satu
sama lain.
Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.
"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib saking kagetnya.
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang
pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy
datang berbondong-bondong.
"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!" pinta mereka.
"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara aku dan kamu sekalian dengan
permainan qidh (anak panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat
kamu. Kalau anak panah itu keluar, dia mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat
apa-apa."
Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah.
Ternyata, anak panah Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah Abdul Muthalib
dan Ka'bah. Oleh karena itu, Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan
keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak
anak laki-laki yang dapat membantunya.
Bagian 7
Penyerbuan
Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi. Orang-orang Arab sudah sangat
mencintai rumah purba Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah suci yang
lain, betapa pun indahnya bangunan itu dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka
tidak sah jika tidak mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk Yaman sendiri tidak
mengindahkan rumah suci baru itu. Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong
berziarah ke Mekah.
"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan Ka'bah! Aku sendiri yang akan
memimpin! Jika bangunan tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab tidak
akan punya pilihan lain selain datang ke tempat kita!"
Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena pasukan gajah yang dimilikinya.
Arahah sendiri naik di atas gajah yang paling besar dan kuat.
"Maju!" perintahnya.
Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh gemuruh pasukan yang maju
ke medan perang.
Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan masyarakatnya untuk menahan gerak
maju Abrahah. Akan tetapi, ia dikalahkan dan ditawan.
Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah Syahran dan Nahis. Namun, ia
juga dikalahkan dan dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.
Al Qullayus
Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah agar orang tidak lagi pergi ziarah ke
Mekah, tetapi ke gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab marah karena
kecintaan mereka pada Ka'bah sudah mendarah daging.
Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi memasuki Al Qullayus dan membuat
kerusakan di dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk menghancurkan
Ka'bah.
"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan kepada setiap orang untuk
bertempur!"
Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta pendapat Abdul Muthalib untuk
bertempur. Abdul Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan, semuanya akan sia-sia.
Pasukan Mekah akan ditaklukkan. Karena itu, ia menjawab dengan bijak,
"Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah telah tiba dan menyampaikan
keterangan bahwa Abrahah tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin
menghancurkan Ka'bah. Kita akan selamat jika tidak menghalanginya. Aku sarankan semua
orang pergi mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota."
Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah bersama beberapa orang pemuka
Mekah.
"Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu," kata Abdul Muthalib kepada
Abrahah.
"Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain yang engkau minta?" tanya Abrahah.
"Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika engkau mau, kami akan berikan
sepertiga harta dari daerah Tihama yang subur."
"Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab
Abdul Muthalib, lalu dia pergi.
Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi. Jalan lebar terbuka bagi Abrahah
untuk menghancurkan Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.
Catatan
Abrahah Al Asyram
Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia datang dari negeri Habasyah di Afrika,
kemudian menduduki Yaman.
70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil mengalahkan Yaman. Akan tetapi,
Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah Yaman.
Bagian 4
Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya dikuasai oleh Naufal, adiknya yang
terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta ayahnya, tetapi Naufal menolak.
Abdul Muthalib pun meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di Yatsrib. Orang-orang
Yatsrib mengirimkan 80 pasukan berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta
Hasyim kepada Abdul Muthalib
Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan sebuah perbuatan yang akan
dikenang orang sepanjang zaman.
Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah.
Setelah ratusan tahun Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari beberapa
sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.
Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun. Namun,
Abdul Muthalib tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu pernah ada mata air
yang menghidupi Mekah, mata air yang memancar keluar oleh kaki Ismail.
"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku harus menemukan kembali Sumur
Zamzam yang telah dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air dan makanan
bagi penduduk Mekah."
Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya, "Aku harus menemukannya! Aku harus
menemukannya!"
Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat untuk menggali bertangkai panjang)
dan memanggil putra satu-satunya, "Harits, temani ayah mencari dan menggali kembali
Sumur Zamzam!"
Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di mana dulu letak Mata Air Zamzam
berada. Setelah beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat, Sumur Zamzam tidak
juga ditemukan.
"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus menemukannya! Orang-orang
Mekah akan hidup lebih baik jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"
Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat perbuatan mereka dengan heran.
"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib? Bukankah dulu nenek moyang
kita, Mudzaz bin Amr pernah menggalinya, tapi tidak berhasil?"
Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi Ismail عليه ااسالمpernah mencoba
menggali Zamzam tapi tidak berhasil.
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji berupa pedang dan pelana
berpangkal emas agar Sumur Zamzam ditemukan.
Sirah Nabawiyah
*Kehancuran Abrahah*
Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat,
gajah Abrahah berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk
tenang, bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman.
"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah pada tunggangannya.
"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini!
Kamu bahkan tampak ketakutan! Ada apa sebenarnya?"
"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk
panik.
Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya
menutupi sinar matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat. Burung-
burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik setiap
orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah, mati.
ِ ب ا ْلف
ِيل ِ ص َحا َ أَلَ ْم َت َر َك ْي
ْ َ ف َف َعل َ َر ُّب َك ِبأ
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah?
ِيل
ٍ ضلْ أَلَ ْم َي ْج َعلْ َك ْي َد ُه ْم فِي َت
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-
sia?
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
ٍ ف َمأْ ُك
ول ْ َف َج َعلَ ُه ْم َك َع
ٍ ص
*Wabah Penyakit*
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa urung itu adalah kuman kuman wabah
penyakit cacar. Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak seperti
daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama setelah itu ia pun mati seperti
pasukannya.
*Kembali ke Mekah*
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100
ekor unta.
Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan parasnya banyak menarik
perhatian gadis-gadis Mekah. Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah
ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami
seorang pun sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan
Abdullah tetap terjaga.
Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah
Wahb bin Abdul Manaf. Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul Muthalib
sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.
Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur Abdullah, "Engkau akan pergi ke
mana, wahai Abdullah?"
Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata, "Kulihat engkau memang dituntun
ayahmu, tak ubahnya seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau, aku akan
menerimamu jika engkau mau menikahi diriku sekarang juga."
"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal,
ia pasti seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh
seperti yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Apa yang harus kukatakan kepadanya?"
Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar
Abdullah terus melangkah dan tidak menggubris sang gadis .
"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya.
Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada
gadis yang ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf. Mereka sepakat
menjodohkan Abdullah dengan Aminah.
Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin. Abdullah
menyapanya, "Mengapa engkau tidak menyapaku seperti kemarin?"
Gadis itu menjawab dengan ketus, "Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada wajahmu
sudah tidak ada lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu!
* Sinar Kenabian*
Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah
adalah sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya.
Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi
berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi nabi.
Bersambung
-
Bagian 3
Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa. Hanya sebagian kecil saja orang yang
tidak pernah melakukannya. Perampok pun bukan cuma mengincar harta dan benda, tetapi
juga orang yang dirampok. Perampok biasa menjadikan orang orang yang telah
dirampoknya menjadi tawanan dan budak belian.
Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai melewati batas perikemanusiaan. Anak-
anak perempuannya sendiri mereka bunuh. Ada yang dikubur hidup hidup ke dalam tanah,
ada pula yang ditaruh dalam tong dan diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika
mempunyai anak perempuan.
Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang mati, keluarganya mengikat unta diatas
kuburan dan tidak memberikan makan serta minum sampai si unta mati. Mereka
beranggapan unta itu kelak akan menjadi tunggangan si mati.
Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam. Mereka biasa mengikat musuh pada
seekor kuda dan membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yang diikat itu mati
terseret-seret. Telinga atau hidung musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya
dijadikan tempat minum arak.
Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun, Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa
memakai pakaian.
Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai membuat perkakas, membuat
obat, ahli astronomi, serta mahir bersyair. Namun mereka juga mempunyai kebiasaan
buruk.
Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang dilarang. Segala macam binatang boleh
dimakan. Binatang yang sudah mati pun disayat dagingnya, dibakar, dan dimakan. Mereka
juga suka meminum darah, binatang, dan makanan darah yang dibekukan.
* Muthalib*
Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika melewati Yatsrib, (di kemudian
hari disebut Madinah), Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan terpandang.
Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun menerimanya. Mereka lalu menikah.
Hasyim tinggal di Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim melanjutkan
perniagaannya. Namun, itulah kali terakhir Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak
pernah kembali lagi. Ia meninggal dunia di Palestina.
Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Syaibah. Sementara itu,
sepeninggal Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah dipegang oleh adik
Hasyim yang bernama Al Muthalib.
Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang
Quraisy menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti Sang Dermawan.
Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya yang tinggal di Yatsrib, sedang
tumbuh remaja.
"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka Mekah, maka dia harus pulang
untuk melanjutkan kekuasaan ayahnya menggantikan aku."
"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan tetap tinggal di sini," jawab Syaibah
Syaibah
Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban) di kepalanya sejak dia kecil. Selain
Syaibah, Hasyim telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal di Mekkah.
*ABDUL MUTHALIB*
"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang senantiasa mengingatkan aku akan wajah
ayahnya".
"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga menyayanginya. mereka pasti akan
senang sekali menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat wajah anak ini, rasa
sayangku timbul kepadanya. Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan berdiri di
hadapanku.
Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah adalah kerajaan ayahnya dan Mekah
adalah tanah suci yang di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah pantas putramu pergi ke
sana dan melanjutkan pemerintahan ayahnya?".
Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca. Hatinya ingin agar putra satu-
satunya itu tetap tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah bukan di Yatsrib,
melainkan di Mekkah. Akhirnya, ia pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."
Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya itu pulang. Syaibah duduk
membonceng unta di belakang pamannya.
Ketika mereka tiba di Mekkah, orang-orang menyangka bahwa anak yang duduk di
belakang Al Muthalib adalah budaknya.
"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!" panggil mereka kepada Syaibah.
Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian sehingga akhirnya nama Syaibah pun
terlupakan. Setelah itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Dia kelak menjadi kakek
Nabi Muhammad ﷺ.
Bagian 18
*Perlindungan Allah*
Abu Thalib segera melaksanakan apa yg disarankan oleh Buhaira, karena peringatan itu
memang beralasan.
Segera, setelah Abu Thalib dan Muhammad meninggalkan rumah Buhaira, datanglah 3
orang ahli kitab bernama Zurair, Daris, dan Tammam kepada Buhaira. Ketiganya
menyandang senjata di pinggang. Mereka bertanya kepada Buhaira apakah ia juga melihat
seorang anak dengan ciri-ciri seperti ini dan itu.
Buhaira tahu bahwa mereka mencari Muhammad. Rupanya, ketiga orang ini juga telah
mendengar tentang Muhammad. Buhaira memandang senjata2 yang mereka bawa dengan
perasaan ngeri.
Buhaira tahu mereka mencari Muhammad dengan maksud membunuhnya. Oleh karena itu,
Buhaira berusaha memberikan perlindungan kepada Muhammad.
Tidak henti-hentinya Buhaira menasihati ketiga tamunya akan adanya kekuasaan Allah.
Diingatkannya bahwa bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak akan mampu mendekati
Muhammad untuk membunuhnya.
Akhirnya, ketiganya pun melihat kebenaran dalam perkataan Buhaira. Batallah niat mereka
untuk mengejar dan membunuh Muhammad, kemudian berlalulah mereka dari hadapan
Buhaira.
Allah menjaga Muhammad dari kejahatan dan kotoran-kotoran jahiliyah. Allah membimbing
Muhammad tumbuh menjadi orang yang paling ksatria, paling baik akhlaknya, paling mulia
asal-usulnya, paling baik pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling murni
kejujurannya, paling jauh dari keburukan dan akhlak yang mengotori kaum lelaki sehingga
semua orang menjulukinya "Al Amin" karena Allah mengumpulkan sifat-sifat itu pada diri
Muhammad.
Kelak setelah menjadi Rasul, Muhammad bercerita tentang perlindungan Allah kepadanya
sejak masa kecil dari segala bentuk kejahiliyahan. Rasulullah bersabda,
"Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil Quraisy mengangkut batu untuk satu
permainan yang biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas baju untuk alas di atas
pundak (sebagai ganjalan) untuk memikul batu.
"Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, tiba-tiba seseorang yang belum pernah
aku lihat sebelumnya menamparku dengan tamparan yang aPmat menyakitkan. Ia berkata,
'Kenakan pakaianmu!' Kemudian, aku mengambil pakaianku dan memakainya. Setelah itu,
aku memikul batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian dan tidak seperti
teman temanku."
*Membantu Paman*
Muhammad juga pernah menjadi gembala sewaan, untuk membantu Abu Thalib yang hidup
dalam kemiskinan
*Perang Fijar*
Sebagai seorang remaja yang tumbuh di lingkungan Jazirah Arab. Muhammad juga
mengalami perang. Perang itu disebut Perang Fijar.
Barradz bin Qois dari Bani Kinanah membunuh Urwa Ar-Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin,
hanya karena Barradz jengkel ketika Urwa dipilih untuk memimpin kafilah dagang Nu'man
bin Mundhir yang kaya.
Diam diam , Barradz mengikuti kafilah Urwa dari belakang dan membunuh Urwa.
Padahal ketika itu adalah bulan suci, bulan yang tidak diperkenankan bagi siapa pun untuk
menumpahkan darah.
Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani Hawazin mengumumkan perang terhadap Quraisy
untuk membalas kematian Urwa. Perang pun pecah pada bulan suci. Selama empat tahun
berturut-turut, kedua belah pihak saling menyerang.
Dalam pertempuran itu, awalnya Muhammad bertugas memunguti anak panah lawan yang
berjatuhan dan memberikannya kepada paman-pamannya. Namun, pada tahun-tahun
berikutnya, dia juga meluncurkan panah ke arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.
Perang pun berakhir dengan perdamaian ala pedalaman: pihak yang menderita lebih sedikit
korban manusianya harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sejumlah selisih
kelebihan korban. Dalam hal ini, pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban harus
membayar kelebihan korban sebanyak dua puluh orang Hawazin.
Karena merusak citra sukunya, dia diusir dan mendapat naungan suku lain. Namun di sana,
dia juga mabuk berat dan membuat onar kemudian diusir lagi.
Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu Sofyan, menampungnya walaupun hampir saja
Barradz bin Qois diusir lagi, karena terus berbuat onar.
Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah, Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika
Barradz bin Qois membunuh Urwa bin Utba.
Bagian 17
"Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak makan makananku ini."
"Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang layak datang kepadamu, kecuali anak
muda yang paling kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan rombongan."
"Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan bersama kalian!."
Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari mereka bahkan berkata,
"Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari kami kalau putra Abdullah bin Abdul Muthalib tidak
ikut makan bersama kami."
Namun, Buhaira tidak membiarkan Muhammad pergi. Diajaknya anak itu untuk duduk dan
bicara.
"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepadamu dan engkau harus menjawabnya."
"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil menyebut nama Lata dan Uzza. Demi
Allah, tidak ada yang sangat aku benci melainkan keduanya."
Buhaira tersenyum dan mengulangi permintaannya, "Baiklah, kalau begitu aku akan
bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah dan engkau harus menjawab
pertanyaanku."
Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Muhammad, tentang tidur Muhammad,
tentang postur tubuh Muhammad, dan banyak lagi hal lainnya.
Muhammad menjawab semua itu dan semua jawaban itu sesuai benar dengan perkiraan
Buhaira. Kemudian, Buhaira melihat punggung Muhammad dan mendapati tanda kenabian
di antara kedua bahu Muhammad. Tanda kenabian itu seperti bekas orang berbekam.
Setelah itu, Buhaira mendekati Abu Thalib dan bertanya kepada nya, ''apakah anak muda ini
anakmu? ''
Buhaira menggeleng.
"Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak pantas mempunyai ayah yang masih hidup"
"Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia masih berada dalam kandungan ibunya
"Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-dalam. Kemudian, sambil berbisik, dia
menyampaikan sebuah saran dengan sangat sungguh-sungguh.
"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara mu ini ke negeri asalmu sekarang
juga! Jaga dia dari orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat padanya seperti apa
yang aku lihat, mereka pasti akan membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang
besar pada diri anak saudaramu ini. Karena itu, segera bawa pulang dia ke negeri asalmu!"
Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia yakin bahwa apa yang dikatakan
Buhaira itu benar. Maka dari itu, segera setelah urusan perdagangannya selesai, Abu Thalib
segera membawa Muhammad pulang. Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Thalib tidak
pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi melindungi keponakannya itu.
Jalur yang dilewati kafilah Abu Thalib adalah jalan kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah,
Madyan, Wadi Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.
Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan Romawi sebagai ibu kota wilayah Hauran,
untuk menahan serbuan Badui pedalaman.
Di kota ini, Romawi memusatkan pasukan dan mengumpulkan pajak dari para kafilah.
Bagi kafilah sendiri, Bostra adalah pusat perdagangan paling ramai sebelum tiba di Syria
yang terletak lebih ke Utara.
Bagian 2
Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah
pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan
menghormatinya.
"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim
dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi
ke Syam yang sejuk!" demikian keputusan Hasyim.
Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang
mencekam, ia pernah membawa persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal, saat
itu makanan amat sulit didapat.
"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!" seru
penduduk Mekah.
Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami
kemunduran luar biasa. Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias
masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul ter
*Pembagian Urusan*
*Percaya Takhayul*
"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan tertimpa sial!" umpat seseorang, orang
itu kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri.
Sepanjang hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum
tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul. Contohnya, mereka
percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka.
Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan
semacam ini disebut At Tathayyur
Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka
juga percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam
perut sehingga orang merasa lapar.
"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada temannya dengan bangga, "Cincin ini
adalah pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya uang banyak agar
membuatkan cincin ini. Jangan coba-coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin
ini, aku merasa jauh lebih kuat!".
Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat
menyembah berhala-berhala berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan kepada
berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan
darahnya di tubuh berhala. Bahkan mereka terkadang sampai hati mengorbankan anak-
anaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.
Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal
yang merusak.
Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay
membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekkah,
berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah dipenuhi oleh tiga
ratus enam puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.
Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah
peminum kecuali beberapa saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang orang datang
berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat
mereka mabuk, seseorang kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"
Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit.
Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut.
Selain berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.
Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab
saat itu. Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk
baru agama Islam yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang
berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.
*Barm*
Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu
dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah
dan harus membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir
miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang
biasa disebut barm
(Bimbo)
Bagian 1 Pendahuluan
Jazirah Arab
Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas gurun pasir. Ada banyak tanah subur
yang telah dihuni sejak lama. Tanah-tanah subur itu terutama terletak di daerah pantai,
seperti Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah
wilayah subur lain bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai tempat asal kuda Arab yang
termahsyur di mana-mana.
Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil gandum. Demikian banyak gandum yang
dihasilkan sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Jazirah Arab
yang ketika Nabi Muhammad dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa.
Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk ditanami. Sementara itu, kota Thaif
terkenal karena buah-buahannya.
Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi gunung dan bukit-bukit batu yang besar.
Tidak ada sungai mengalir. Suhu udaranya sangat panas. Karenanya, penduduk Arab
umumnya suka mengembara. Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat
memenuhi keperluan hidup sehari-hari berserta hewan-hewan ternak mereka.
*Unta*
Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk gurun pasir. Ia dapat mengarungi
gurun selama 17 hari tanpa minum. Walaupun pelan, jika dipacu unta dapat menempuh
jarak sampai 300 km dalam sehari. Unta mau melahap ranting dan rumput pahit yang di
jauhi kambing. Unta juga mau minum air berlumpur dan mengubahnya menjadi susu
bermutu tinggi yang dapat digunakan sebagai obat tetes mata. Dagingnya dimakan, bulunya
dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka alat, mulai dari sandal sampai atap dan perisai
perang. Air seninya menjadi sampo pencuci rambut. Kukunya dibakar dan diulek menjadi
tepung untuk obat luka atau adonan kue. Kotorannya dapat dipakai sebagai bahan bakar.
Unta adalah karunia Allah untuk penduduk gurun pasir.
*Letak Mekah *
Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia
menghadapkan diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi Muhammad صلى هللا عليه
وسلم, dilahirkan.
Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit
mengurung lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma ada tiga jalan untuk
keluar dan masuk Mekah. Jalan pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut
Merah, dan jalan ketiga adalah jalan menuju Palestina.
Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah tempat persinggahan rombongan
kafilah, baik yang datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya, yang datang dari
Palestina menuju Yaman. Nabi Ismail lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi
sebuah kota.
Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah
ketiak. Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai kaki dan terbuat dari bulu domba
atau unta. Warnanya krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat atau putih.
Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat longgar. Selendang melilit pinggang,
jubahnya berlurik merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna hitam atau putih.
Tudung kepala berwarna merah, putih, atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung
dari debu dan badai pasir.
* Badui *
Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka adalah prajurit pengelana yang
tangguh. Tinggi mereka sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam alam yang
keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas, para lelaki Badui akan segera membalas
pembunuhnya. Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam kekalahan.
Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang memberi, dan sangat menghormati
tamu. Mereka juga tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga sangat
mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang Badui mudah terpanggil pada kebenaran.
Mereka adalah orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan wadah makanan di
lutut. Dengan demikian, tidak bisa dibedakan mana majikan dan mana bawahan.
Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi Muhammad صلى هللا عليه وسلم, diutus. Berkat
bimbingan Nabi Muhammadlah orang orang Badui dari padang pasir yang sunyi ini mampu
mengguncang dunia. Merekalah yang akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia.
Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang besar dan dihormati.
Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi, perjalanan umat Islam di Jazirah Arab
dimulai oleh kisah Nabi Ibrahim َعلَ ْي ِه ال َسالَ ُم.
Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad صلى هللا عليه وسلم.
-
(Bimbo)
Bagian 1 Pendahuluan
Jazirah Arab
Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas gurun pasir. Ada banyak tanah subur
yang telah dihuni sejak lama. Tanah-tanah subur itu terutama terletak di daerah pantai,
seperti Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah
wilayah subur lain bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai tempat asal kuda Arab yang
termahsyur di mana-mana.
Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil gandum. Demikian banyak gandum yang
dihasilkan sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Jazirah Arab
yang ketika Nabi Muhammad dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa.
Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk ditanami. Sementara itu, kota Thaif
terkenal karena buah-buahannya.
Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi gunung dan bukit-bukit batu yang besar.
Tidak ada sungai mengalir. Suhu udaranya sangat panas. Karenanya, penduduk Arab
umumnya suka mengembara. Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat
memenuhi keperluan hidup sehari-hari berserta hewan-hewan ternak mereka.
Unta
Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk gurun pasir. Ia dapat mengarungi
gurun selama 17 hari tanpa minum. Walaupun pelan, jika dipacu unta dapat menempuh
jarak sampai 300 km dalam sehari. Unta mau melahap ranting dan rumput pahit yang di
jauhi kambing. Unta juga mau minum air berlumpur dan mengubahnya menjadi susu
bermutu tinggi yang dapat digunakan sebagai obat tetes mata. Dagingnya dimakan, bulunya
dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka alat, mulai dari sandal sampai atap dan perisai
perang. Air seninya menjadi sampo pencuci rambut. Kukunya dibakar dan diulek menjadi
tepung untuk obat luka atau adonan kue. Kotorannya dapat dipakai sebagai bahan bakar.
Unta adalah karunia Allah untuk penduduk gurun pasir.
Letak Mekah
Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia
menghadapkan diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi Muhammad صلى هللا عليه
وسلم, dilahirkan.
Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit
mengurung lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma ada tiga jalan untuk
keluar dan masuk Mekah. Jalan pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut
Merah, dan jalan ketiga adalah jalan menuju Palestina.
Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah tempat persinggahan rombongan
kafilah, baik yang datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya, yang datang dari
Palestina menuju Yaman. Nabi Ismail lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi
sebuah kota.
Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian mereka longgar, hangat pada musim
dingin, dan sejuk pada musim panas. Pakaian ini menjaga kulit dari sengatan matahari serta
angin kering.
Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah
ketiak. Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai kaki dan terbuat dari bulu domba
atau unta. Warnanya krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat atau putih.
Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat longgar. Selendang melilit pinggang,
jubahnya berlurik merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna hitam atau putih.
Tudung kepala berwarna merah, putih, atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung
dari debu dan badai pasir.
Badui
Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka adalah prajurit pengelana yang
tangguh. Tinggi mereka sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam alam yang
keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas, para lelaki Badui akan segera membalas
pembunuhnya. Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam kekalahan.
Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang memberi, dan sangat menghormati
tamu. Mereka juga tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga sangat
mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang Badui mudah terpanggil pada kebenaran.
Mereka adalah orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan wadah makanan di
lutut. Dengan demikian, tidak bisa dibedakan mana majikan dan mana bawahan.
Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi Muhammad صلى هللا عليه وسلم, diutus. Berkat
bimbingan Nabi Muhammadlah orang orang Badui dari padang pasir yang sunyi ini mampu
mengguncang dunia. Merekalah yang akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia.
Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang besar dan dihormati.
Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi, perjalanan umat Islam di Jazirah Arab
dimulai oleh kisah Nabi Ibrahim َعلَ ْي ِه ال َسالَ ُم.
Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad صلى هللا عليه وسلم.
Bersambung
(Bimbo)
Bagian 1 Pendahuluan
Jazirah Arab
Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas gurun pasir. Ada banyak tanah subur
yang telah dihuni sejak lama. Tanah-tanah subur itu terutama terletak di daerah pantai,
seperti Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah
wilayah subur lain bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai tempat asal kuda Arab yang
termahsyur di mana-mana.
Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil gandum. Demikian banyak gandum yang
dihasilkan sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Jazirah Arab
yang ketika Nabi Muhammad dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa.
Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk ditanami. Sementara itu, kota Thaif
terkenal karena buah-buahannya.
Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi gunung dan bukit-bukit batu yang besar.
Tidak ada sungai mengalir. Suhu udaranya sangat panas. Karenanya, penduduk Arab
umumnya suka mengembara. Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat
memenuhi keperluan hidup sehari-hari berserta hewan-hewan ternak mereka.
Unta
Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk gurun pasir. Ia dapat mengarungi
gurun selama 17 hari tanpa minum. Walaupun pelan, jika dipacu unta dapat menempuh
jarak sampai 300 km dalam sehari. Unta mau melahap ranting dan rumput pahit yang di
jauhi kambing. Unta juga mau minum air berlumpur dan mengubahnya menjadi susu
bermutu tinggi yang dapat digunakan sebagai obat tetes mata. Dagingnya dimakan, bulunya
dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka alat, mulai dari sandal sampai atap dan perisai
perang. Air seninya menjadi sampo pencuci rambut. Kukunya dibakar dan diulek menjadi
tepung untuk obat luka atau adonan kue. Kotorannya dapat dipakai sebagai bahan bakar.
Unta adalah karunia Allah untuk penduduk gurun pasir.
Letak Mekah
Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia
menghadapkan diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi Muhammad صلى هللا عليه
وسلم, dilahirkan.
Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit
mengurung lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma ada tiga jalan untuk
keluar dan masuk Mekah. Jalan pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut
Merah, dan jalan ketiga adalah jalan menuju Palestina.
Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah tempat persinggahan rombongan
kafilah, baik yang datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya, yang datang dari
Palestina menuju Yaman. Nabi Ismail lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi
sebuah kota.
Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian mereka longgar, hangat pada musim
dingin, dan sejuk pada musim panas. Pakaian ini menjaga kulit dari sengatan matahari serta
angin kering.
Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah
ketiak. Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai kaki dan terbuat dari bulu domba
atau unta. Warnanya krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat atau putih.
Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat longgar. Selendang melilit pinggang,
jubahnya berlurik merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna hitam atau putih.
Tudung kepala berwarna merah, putih, atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung
dari debu dan badai pasir.
Badui
Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka adalah prajurit pengelana yang
tangguh. Tinggi mereka sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam alam yang
keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas, para lelaki Badui akan segera membalas
pembunuhnya. Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam kekalahan.
Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang memberi, dan sangat menghormati
tamu. Mereka juga tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga sangat
mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang Badui mudah terpanggil pada kebenaran.
Mereka adalah orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan wadah makanan di
lutut. Dengan demikian, tidak bisa dibedakan mana majikan dan mana bawahan.
Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi Muhammad صلى هللا عليه وسلم, diutus. Berkat
bimbingan Nabi Muhammadlah orang orang Badui dari padang pasir yang sunyi ini mampu
mengguncang dunia. Merekalah yang akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia.
Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang besar dan dihormati.
Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi, perjalanan umat Islam di Jazirah Arab
dimulai oleh kisah Nabi Ibrahim َعلَ ْي ِه ال َسالَ ُم.
Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad صلى هللا عليه وسلم.
Bersambung
Nama : Rizqianah Willy Eprisa Waktu : Senin, 27 April 2020 Judul : Surat Al Fatihah Kitab : Tafsir Al
Munir (Karya As Syaikh DARI. Wahbah Az Zuhaily) Resume Kajian Online Ramadhan Oleh: DARI. H.
JAJAT SUDARIAJAT, LC. MA Pengantar Surat Al Fatihah Pembahasan kajian online ramadhan akan
menggunakan buku Tafsir Al Munir karya As Syaikh DARI. Wahbah Az Zuhaily. Beliau menulis buku
tersebut sebanyak 16 jilid. Terkait penyajiannya dalam tafsir al munir, ayat terkumpul dengan tertin
dan diberi tema, juga mencantumkan ayat Al Qur’an, asbabun nuzul, makna ayat secara kebahasaan,
qiroat (bacaan), gramatikal bahasa arab, sebab dan munasabah/korelasi setiap tema. Contohnya
dalam Qs. Al fatihah tafsir qiroat, yaitu: 1. a. Allah adalah pemilik hari pembalasan ن ْ ي ِّ الد ِ م ْ و َ ِ ِك ي
ال َ مb. Allah adalah raja pada hari pembalasan 2 ن ْ ي ِّ الد ِ م ْ و َ ِ ِك ي ل َ م. Menggunakan huruf سatau
صpada kata َ 3 ِّص الَ ِّ ِŽ• َ م ْ ِقي َ ت س ْ ُ م ْ ال اط. Kata ْ ِ م ه ْ ي َ ل َ عdibaca ‘alaihim atau ‘alaihum Nama
Nama Lain Surat Al Fatihah 1. As Sholah 2. Al Hamdu 3. Fathihul Kitab 4. Ummul Kitab 5. Ummul
Quran 6. Al Matsani 7. Al Quran al Adzim 8. As Syifa 9. Ar Ruqyah 10. Al Asas 11. Al Wafiyah 12. Al
Kafiyah Keutamaan Surat Al Fatihah 1. Membuat Al Qur’an istimewah karena surat al fatihah tidak
diturunkan untuk kitabkitab yang lain, baik injil, taurot, zabur dan furqon. 2. Merupakan surat yang
paling agung. Kandungan Surat Al Fatihah 1. Usuluddin (asal-usul agama) 2. Ibadah 3. Hukum 4. Iman
kepada hari akhir 5. Sifat-sifat Allah 6. Doa Kosakata 1. Allah : nama bagi Zat Yang Maha Agung (lafdh
al-jalalah), tidak boleh ada sesuatu apa pun berhak menggunakan nama itu selain diri-Nya. Kata ini
mutlak hanya namaNya Dia Yang Maha Tunggal (Ahadiyyah). Karena itu, kata Allah satu-satunya
nama Tuhan yang tidak memiliki bentuk jamak. 2. Illah jamaknya alihah : tuhan 3. Rabb jamaknya
arbab : tuhan 4. A'lamin: semua yang ada di alam semesta Alhamdulillaahi robbil alamin Pujian yang
haq hanya ditujukan kepada Allah, tidak kepada Ilah, kepada Rabb. (pemilik, penguasa, pemelihara)
alam semesta. 5. Rahman: pengasih 6. Rohim: penyayang Arrohmaanirrohiim Allah yang maha
pengasih kepada semua makhluk tanpa membeda-bedakan dan maha penyayang khususnya kepada
orang-orang yang beriman. Macam Macam Hidayah 1. Hidayah Khowas (Instink dan Indera) 2.
Hidayah Ilham 3. Hidayah Aqli 4. Hidayah Dien (Agama) 5. Hidayah Taufiq. Pelajaran Yang Dapat
Diambil dari Surat Al Fatihah 1. Beradab (bertatakrama) kepada Allah. 2. Tatacara berdoa. Sebelum
berdo’a harus selalu diawali dengan bertawasul - Memuji Allah - Menyebut nama-nama Allah -
Bertauhid - Pengakuan dosa - Ikrar keimanan - Permohonan ampunan Nama : Rizqianah Willy Eprisa
Waktu : Selasa, 28 April 2020 Judul : Surat An Naba (Berita Besar) Kitab : Tafsir Al Munir (Karya As
Syaikh DR. Wahbah Az Zuhaily) Resume Kajian Online Ramadhan Oleh: DARI. H. JAJAT SUDARIAJAT,
LC. MA Makiyyah, terdiri dari 40 ayat. Kata An Naba' terdapat di ayat ke dua. Munasabah / Korelasi
Surat An Naba' dan Al Mursalat 1. Keduanya sama-sama membicarakan hari kebangkitan.
Menegaskan dalil-dalil atau argumen kekuasaan Allah agar seluruh manusia mengambil sebagian
pelajaran. 2. Berbicara tentang gambaran surga dan neraka. 3. Menjelaskan secara global hari
kepastian. Kata ِ ل ص ْ َ ف ْ ال ُ م ْ و َ يada di Surat An Naba' dan al mursalat. 6 Tema Dalam Surat An
Naba 1. Allah menegaskan pastinya hari kebangkitan. 2. Memberikan berbagai dalil tentang
kemungkinan untuk mengadakan hari kebangkitan. 3. Deadline hari kebangkitan, waktu dan tanda-
tandanya. 4. Gambaran neraka. 5. Gambaran surga. 6. Penegasan hari kebangkitan itu nyata.
Kosakata 1. م َ اmenggunakan ع مismu istifham, kata penegasan dengan bertanya. 2. َ ْ ن ْ و ُ ِ ف ل َ ت
ُ خberselisih : ا َ ل َ ك.3 م: tidak). Redaksi bantahan atau cercahan kepada kaum yang membantah. . ا
ً د ٰ ِمه4 : hamparan. Tasybih baligh, tasybih biasanya dibuang. Seharusnya ada huruf َ .(dibuat ( َ .5 ك
ال َ ِجب ْ ال: gunung-gunung ً اد َ ت ْ و6. َ اpasak : ً ج ٰ و ْ ز َ أ7. أ ا: berpasang-pasangan ً ات َ ب8. ا
istirahat : اسً َ ِب9. سُ اpakaian : ً اش َ ع َ م10. ل ا: waktu untuk beristirahat 7 : ً ع ْ ب َس11. اlapis
langit ً اد َ ِشد12. ا: kuat س
َ ِ ً اج13. ا: pelita/lampu yang terang/nur ً اج ه َ و14. ا: cahaya yang terang ِ
ٰ
ِِّص ْ ع ُ م ْ ال15. ت: awan yang sudah didatangi air ً اج ج َ ث16. ا: derasnya air ب َ ح17. ا: biji-bijian .ا
ً ات َ ب َ ن18 : tumbuh-tumbuhan ٰ ّ ن َ ج19. ت: kebun-kebun ً اف َ ف ْ ل20. َ اrindang : أAsbabun Nuzul
Saat Rasulullah diutus dan mendeklarasikan keras ulannya di Mekkah, kaum kafir Quraisy
mempertanyakan hari kebangkitan dan mereka meremehkan. 9 Fenomena Hari Kebangkitan
Menurut Surat An Naba 1-16 Allah memberikan jawaban apa yang dipermasalahkan dan
dipertanyakan orang-orang kafir Quraisy. Allah sebutkan fenomena-fenomena sebagai berikut : 1.
Bumi diciptakan Allah dalam bentuk hamparan. 2. Allah menciptkan gunung sebagai pasaknya. 3.
Allah menciptkan manusia untuk berpasang-pasangan. 4. Allah memberikan rasa kantuk untuk
beristirahat. 5. Allah menciptakan malam untuk menutup aurat / beristirahat. 6. Allah menciptan
siang untuk berkegiatan/beraktifitas. 7. Allah menciptakan langit 7 lapis yang kokoh. 8. Allah
menciptakn cahaya yang terang benderang, yaitu matahari. 9. Allah menciptkan hujan untuk
menumbuhkan biji-bijian dan tumbuhan. Pelajaran Yang Dapat Diambil dari Surat An Naba 1.
Penegasan dari Allah tentang dahsyatnya hari kiamat yang ditentang oleh kaum Quraisy. 2. Orang
yang menolak keyakinan tentang hari kebangkitan akan mengalaminya. 3. Guru tidak hanya terpaku
kepada buku. 4. Pembelajaran bagi guru. Metode pembelajaran tidak hanya memberikan teori saja
tetapi juga ada outing class, pengenalan terhadap kehidupan sehari-hari dan fenomena alam. 5.
Memberikan penguatan pendidikan karakter kepada anak.
Bagian 16
Muhammad juga melihat setiap malam pintu rumah orang-orang kaya tertutup rapat. Di
dalam, mereka berpesta pora, menyaksikan para penari, dan bermabuk-mabukan sampai
pagi sambil dijaga oleh para budak. Padahal, di tempat lain, ia melihat orang-orang berjuang
mencari rezeki antara hidup dan mati.
Muhammad sering sekali melintas di depan gubuk-gubuk reyot dan rumah-rumah kumuh.
Pintu-pintu mereka juga tertutup rapat, tetapi di dalamnya tinggal orang-orang yang hidup
menderita. Orang-orang itu jika tidak memiki bahan makanan, besok atau lusa terpaksa
menggadaikan anak gadis, istri atau ibunya untuk dikumpulkan menjadi budak para
saudagar demi melepaskan diri dari lilitan hutang.
Di depan gubuk-gubuk itu, Muhammad melihat para pemuda berkumpul. Pikiran mereka
dipenuhi impian tentang datangnya mukjizat yang akan mampu membebaskan Mekah dari
kebiadaban. Para pemuda itu berkumpul mengelilingi seorang laki-laki yang bercerita
tentang legenda-legenda indah orang-orang terdahulu yang berjuang melawan raja yang
sewenang-wenang.
Suatu saat, pada usia Muhammad 12 tahun, Abu Thalib berniat pergi berdagang ke Syam
untuk mencari nafkah.
"Tetapi, perjalanan padang pasir begitu sulit dan jauh! Aku tidak tega mengajak anak
sekecilmu menempuh kesulitan sedemikian berat!".
Saat itu, hanya Abu Thalib tempat Muhammad berlindung. Ia merasa amat kesepian jika
harus menghadapi kehidupan Mekah seorang diri, tanpa ada paman di sampingnya.
"Kepada siapakah Paman akan meninggalkan aku seorang diri apabila Paman pergi nanti?"
tanya Muhammad begitu mengiba.
*Lihb Si Peramal*
Orang-orang Quraisy sering mendatangi Lihb dengan membawa anak-anaknya untuk
diramal.
"Kemarilah, hai anak muda!" serunya. Namun, Abu Thalib segera menyembunyikan
Muhammad dan membawanya pergi hingga Lihb berteriak-teriak,
"Celakalah kalian, bawa ke sini anak muda yang aku lihat tadi! Demi Allah, anak ini akan
menjadi orang besar di kemudian hari!"
*Jamuan Buhaira*
Berangkatlah rombongan kafilah Quraisy menuju ke Syam 1). Ketika tiba di Busra, mereka
melewati rumah ibadah seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Ia adalah pendeta yang
pandai. Di rumah ibadahnya, selalu ada pendeta dan umat Nasrani yang menuntut ilmu
kepada Buhaira.
Biasanya, Buhaira tidak pernah menggubris rombongan Quraisy yang setiap tahun melintas
di tempat itu. Namun, kali ini ada yang berubah pada diri Buhaira. Ketika rombongan
Quraisy, termasuk Abu Thalib dan Muhammad, singgah di dekat rumah ibadahnya, Buhaira
memerintahkan para pembantunya untuk membuat masakan yang banyak.
Buhaira berbuat begitu karena dari jendela rumah ibadahnya, ia melihat hal yang aneh pada
rombongan Quraisy. Ada awan kecil yang bergerak pelan mengikuti ke mana pun kafilah
pergi. Ada sesuatu atau seorang di dalam kafilah yang dilindungi awan itu dari terik
matahari.
Buhaira bergegas mendatangi kafilah yang tengah beristirahat di bawah pepohonan rindang
dan berkata
"Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku telah membuat makanan untuk kalian. Aku ingin
kalian semua, anak kecil, orang dewasa, budak, dan orang merdeka, singgah di rumahku"
"Demi Allah, hai Buhaira, alangkah istimewanya apa yang engkau perbuat kepada kami hari
ini. Padahal, kami sering melewati tempat mu ini. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"
"dulu aku memang seperti yang engkau katakan. Namun, kalian, semuanya, adalah tamuku
kali ini dan aku ingin menjamu kalian. Aku telah membuat makanan dan kalian semuanya
harus ikut makan."
Dengan senang hati, rombongan Quraisy pun masuk ke rumah Buhaira untuk memenuhi
undangannya. Hanya saja, Muhammad tidak ikut karena ia masih kecil. Ia ditugaskan
menjaga perbekalan kafilah.
Syam saat itu adalah sebuah negeri yang wilayahnya (sekarang) meliputi Syria, Yordania,
dan Palestina.
[06.51, 7/5/2020] Suwarmi: InsyaAllah,... Semoga kita semua bisa melaksanakan walaupun
kecil secara rutin. Aamiin
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 15
Baru beberapa hari yang lalu, ia mendengar dari ibunya cerita keluhan duka kehilangan
ayahandanya semasa ia dalam kandungan.
Kini, ia melihat sendiri di hadapannya, ibunya pergi untuk tidak kembali lagi, sebagaimana
ayahnya dulu. Muhammad yang masih kecil itu kini memikul beban hidup yang berat,
sebagai seorang yatim-piatu.
Ketika tiba di Mekah, Abdul Muthalib menyambut kedatangan cucunya itu dengan rasa iba
yang dalam. Kecintaan Abdul Muthalib pun semakin bertambah kepada Muhammad.
Rasa duka Muhammad mungkin agak ringan apabila kakeknya, Abdul Muthalib, dapat hidup
lebih lama lagi. Namun, Allah سبحانه و تعال
Pada usia 80 tahun, sang kakek pun meninggal dunia. Saat itu, Muhammad berusia delapan
tahun. Ia mengiringi jenazah kakeknya ke kubur sambil berlinangan air mata.
Kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu membekas begitu dalam pada diri Rasulullah,
sehingga di dalam Al Quran pun disebutkan ketika Allah mengingatkan Rasulullah
ﷺakan nikmat yang dianugerahkan kepadanya di tengah kesedihan itu,
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
*Keluarga Umayyah*
Kematian Abdul Muthalib merupakan pukulan yang berat bagi keluarga Hasyim. Tidak ada
anak-anak Abdul Muthalib yang memiliki keteguhan hati, kewibawaan, pandangan tajam,
terhormat, dan berpengaruh di kalangan Arab seperti dirinya.
Kemudian keluarga Umayyah tampil ke depan mengambil tampuk pimpinan yang memang
sejak dulu mereka idam-idamkan, tanpa menghiraukan ancaman yang datang dari keluarga
Hasyim.
Abdul Muthalib menunjuk Abu Thalib untuk mengasuh Muhammad karena sekalipun
miskin, Abu Thalib memiliki perasaan yang halus dan paling terhormat di kalangan Quraisy.
Abu Thalib juga amat menyayangi kemenakannya itu. Budi pekerti Muhammad yang luhur,
cerdas, suka berbakti, dan baik hati, sangat menyenangkan Abu Thalib. Ia bahkan lebih
mendahulukan kepentingan Muhammad daripada anak-anaknya sendiri.
Begitu pun sebaliknya, Muhammad amat mencintai pamannya. Ia tahu pamannya memiliki
banyak anak kecil dan hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, pamannya tidak pernah
berhutang kepada orang lain. Abu Thalib lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk
menafkahi keluarganya. Karena itulah, tanpa ragu, Muhammad ikut bekerja seperti anak-
anak Abu Thalib yang lain. Ia ikut membantu pekerjaan keluarga Abu Thalib,
menggembalakan kambing, dan mencari rumput.
Abu Thalib merasa bahwa Muhammad kelak akan menjadi orang yang bersih hatinya dan
dijauhkan dari dosa. Ia yakin, jika mengajak Muhammad berdoa, Tuhan akan mengabulkan
permohonannya. Seperti yang dilakukannya ketika orang-orang Quraisy berseru "Wahai Abu
Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah berdoa meminta
hujan".
KISAH RASULULLAH
Bagian 14
Abdul Muthalib memperhatikan cucunya dengan wajah berseri-seri, "Apakah kamu mau
kakek ajak menunggangi unta yang hebat?"
Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat Muhammad dan mendudukkannya di atas bahu.
"Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku! Lihat unta ini mampu mengajakmu berthawaf
mengelilingi Ka'bah."
Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika mereka saling bertemu. Walaupun demikian,
tersisip kesedihan di hati Muhammad ketika ia melepas Halimah As Sa'diyah, ibu susu yang
selama ini telah merawatnya dengan limpahan kasih yang demikian besar.
"Selamat tinggal Muhammad. Jadilah orang besar seperti yang pernah dikatakan ibumu,"
kata Halimah sambil beranjak pergi.
Sampai dewasa, Muhammad tidak pernah memutuskan tali silaturahim dengan ibu susunya
itu.
*Gembala Kambing*
Mulai dari hidupnya di Bani Sa'ad sampai masa kecilnya di Mekah, hidup Nabi Muhammad
dilalui sebagai seorang gembala.
Waraqah bin Naufal tidak menyukai berhala. Ia tetap mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail, menjadi hamba Allah yang setia.
Ia tidak meminum minuman keras dan tidak berjudi. Ia bermurah hati terhadap orang orang
miskin yang membutuhkan pertolongannya.
Abdul Muthalib adalah pemimpin seluruh Quraisy dan seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan
hamparan khusus tempatnya duduk di bawah naungan Ka'bah. Anak-anak beliau, paman-
paman Muhammad, tidak ada yang berani duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling
hamparan itu sebagai penghormatan kepada ayah mereka.
Suatu saat, Muhammad kecil yang montok itu duduk di atas hamparan tersebut. Serentak
paman-paman beliau langsung memegang dan menahan Muhammad agar tidak duduk di
atas hamparan. Namun, ketika Abdul Muthalib datang dan melihat kejadian tersebut,
berkata:
"Biarkan anakku itu," katanya, "Demi Allah, sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan
yang agung."
Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada cucunya itu timbul ketika Aminah kemudian berniat
membawa Muhammad ke Yatsrib untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara ibunya dari
keluarga Najjar.
Perjalanan ini juga bertujuan menengok makam Abdullah, ayah Muhammad. Sudah lama
Aminah memendam keinginan untuk menengok makam suami tercintanya itu. Kini, ia akan
berangkat dengan ditemani putranya seorang.
*Aminah Wafat*
Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu Aiman, budak perempuan peninggalan
Abdullah. Sesampainya di Yatsrib, mereka disambut oleh saudara-saudara Aminah. Kepada
Muhammad diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggal dulu serta tempat ia
dikuburkan.
Itu adalah saat pertama Muhammad benar-benar merasa dirinya sebagai anak yatim.
Apalagi ia mendengar ibunya bercerita panjang lebar tentang sang ayah tercinta yang
setelah beberapa waktu tinggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia.
(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga Rasulullah SAW menceritakan kepada
sahabat-sahabatnya tentang kisah perjalanan masa kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah
berubah nama menjadi Madinah.
Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya itu, kisah perjalanan penuh cinta
pada Madinah, kisah penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.)
Sesudah cukup sebulan tinggal di Madinah, mereka pun bersiap pulang. Mereka berjalan
dengan menggunakan dua ekor unta yang mereka bawa dari Mekah.
Akan tetapi, di tengah perjalanan, di sebuah tempat bernama Abwa*), Aminah menderita
sakit hingga kemudian meninggal di tempat itu.
Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata meleleh, Muhammad menyaksikan tubuh
ibunya dikuburkan di tempat itu.
Pada usia enam tahun. Muhammad SAW telah menjadi seorang anak yatim piatu.
*Abwa*
Abwa adalah sebuah dusun yang terletak di antara Madinah dengan Juhfa. Jaraknya 37 km
dari Madinah
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 13
"Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi
tugasku. Aku merasa takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya. Jadi, ia aku
kembalikan kepadamu seperti yang engkau inginkan."
"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah, "berkatalah dengan benar kepadaku."
Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa berat, "Ada dua orang berbaju putih
membawanya ke puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu dari dalam
dadanya."
Halimah mengangguk,
"Setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam jiwa Muhammad.
Sesungguhnya, anakku akan menjadi orang besar di kemudian hari. Ketika aku
mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku. Dengan sinar tersebut aku bisa
melihat istana-istana Busra di Syam menjadi terang-benderang.
Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung yang lebih ringan dan lebih
mudah seperti yang kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan tangannya di tanah
dan kepalanya menghadap ke langit."
Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah menyentuh tangan Halimah dan
berkata lembut,
Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-lagi terjadi sebuah peristiwa
yang akhirnya membuat Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad
kepada ibunya.
*Orang-Orang Habasyah*
"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni bukit. Saat itu, usia Muhammad
sudah 5 tahun. Ia sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu anak-anak Halimah.
Mereka sedang menggembala kambing.
"Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima, anak perempuan sulung Halimah
sambil tertawa.
Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa orang Nasrani dari Habasyah sedang
memerhatikan mereka.
Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai beberapa bayangan yang sedang
mengintai sambil berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar ketika orang-orang
Habasyah itu datang mendekat. Tanpa memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati
Muhammad.
"Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!" perintah salah seorang dari mereka.
Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah itu saling pandang dengan
wajah terkejut. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka berbalik ke tempat semula dan kembali
berunding berbisik-bisik.
"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa yang mereka bicarakan!" kata Halimah
kepada Muhammad dan saudara-saudaranya.
Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-orang Habasyah itu berada dan terkejut
mendengar apa yang mereka katakan,
"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada raja di negeri kita. Kita telah
mengetahui seluk beluk tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan anak ini
kelak akan menjadi orang besar."
Orang-orang Nasrani Habasyah itu tahu bahwa seorang Rasul terakhir akan dibangkitkan
dan mereka diperintahkan mengikutinya seperti yang tertera pada Injil di bagian Kitab
Ulangan (18): 15-22,
"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku
ini, yaitu akan dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu bagi kamu, maka dia haruslah kamu
dengar."
*Muhammad Menghilang *
Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun dari kejauhan orang-orang
Habasyah itu terlihat bergegas mengikuti mereka. Untunglah Halimah mengenal daerah itu
dengan baik, sehingga mereka bisa melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah
walaupun dengan susah payah.
Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas menyiapkan Muhammad untuk segera
kembali ke Mekah.
Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-saudaranya. Syaima, Unaisah, dan
Abdullah.
"Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima dengan mata berkaca-kaca.
Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu persatu. Kemudian, berangkatlah
Muhammad meninggalkan dusun Bani Sa'ad dengan semua kenangan indah yang tidak akan
pernah hilang dari benaknya seumur hidup.
Mekah pada malam hari sangat ramai ketika mereka tiba. Saat melalui kerumunan orang
itulah, Muhammad terpisah dan hilang. Halimah kebingungan. Ia takut orang-orang
Habasyah itu diam-diam masih mengikuti mereka dan mengambil kesempatan ini untuk
menculik Muhammad.
Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib, "Sungguh, pada malam ini, aku
datang dengan Muhammad, namun ketika aku melewati Mekah Atas, ia menghilang dariku.
Demi Allah, aku tidak tahu di mana kini ia berada."
Setelah memerintahkan orang untuk mencari, Abdul Muthalib berdiri di samping Ka'bah,
lalu berdoa kepada Allah agar Dia mengembalikan Muhammad kepadanya.
Bagian 21
Mendengar itu, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan menawarkan kepadanya Muhammad,
keponakannya yang baru berusia 25 tahun, untuk menjadi agen Khadijah. Abu Thalib tahu
bahwa Muhammad belum cukup berpengalaman, tetapi ia sangat yakin bahwa Muhammad
lebih dari sekadar mampu.
Sebagaimana penduduk Mekah yang lain, Khadijah pun telah mendengar nama Muhammad.
Satu hal yang Khadijah yakin adalah kejujuran Muhammad. Bukankah orang Mekah
menjulukinya "Al Amin" atau "Orang yang bisa dipercaya". Maka, Khadijah menyetujui
tawaran Abu Thalib. Bahkan ia hendak memberi imbalan dua kali lipat kepada Muhammad
dari yang biasa diberikan kepada orang lain. Oleh karena itu, Abu Thalib pulang dengan
gembira.
Segera saja Abu Thalib dan Muhammad menemui Khadijah yang kemudian menerangkan
tentang seluk beluk perdagangan. Otak Muhammad yang cerdas bekerja dengan tangkas. Ia
segera memahami semuanya. Tidak satu penjelasan pun yang ia minta untuk diterangkan
ulang.
Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah. Khadijah menyertakan seorang
pembantu laki-lakinya yang terpercaya, Maisarah, untuk mendampingi Muhammad di
perjalanan. Diantar Abu Thalib dan paman-pamannya yang lain, Muhammad datang pada
hari yang telah ditentukan. Mereka disambut seorang paman Khadijah yang sedang menanti
mereka dengan surat-surat perdagangan.
Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera berangkat. Pada musim panas,
kafilah Mekah berangkat menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari. Mereka
beristirahat pada siang hari karena perjalanan siang akan sangat melelahkan semua orang.
Imbalan yang diberikan Khadijah untuk seorang agen adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu
Thalib minta empat ekor unta. Maka, Khadijah pun menjawab,
"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan tidak kusukai saja akan kukabulkan, apalagi
buat orang yang dekat dan kusukai."
*Berdagang ke Syam*
Dalam perjalanan, Muhammad mengenali bahwa Maisarah adalah teman yang baik. Dengan
senang hati, Maisarah menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat menarik
yang mereka lewati. Muhammad juga menemui bahwa anggota kafilah yang lain sangat
ramah dan akrab terhadapnya.
Setelah beristirahat beberapa hari, mulailah para pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini
adalah pengalaman pertama. Muhammad sama sekali tidak bingung dengan tugasnya.
Maisarah tercengang melihat kelihaian Muhammad mengambil keputusan, pikirannya yang
tajam, serta kejujurannya. Semua barang yang mereka bawa laku terjual dengan jumlah
keuntungan yang belum pernah didapatkan Khadijah sebelum itu.
Setelah itu, Muhammad membeli barang-barang berkualitas yang akan dibawa pulang ke
Mekah untuk dijual dengan harga tinggi.
Di Syria, setiap orang yang berjumpa dengan Muhammad pasti sangat terkesan olehnya.
Penampilan Muhammad sangat memesona, ramah, dan sangat besar perhatiannya pada
setiap orang. Di tengah-tengah kesibukan itu, Maisarah melihat bahwa Muhammad selalu
memanfaatkan setiap waktu senggang untuk menyendiri dan berpikir. Ini benar-benar tidak
lazim bagi Maisarah. Ia tidak menyadari bahwa tuan mudanya ini memang sangat terbiasa
meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat manusia.
Muhammad juga amat heran melihat perpecahan berbagai kelompok Nasrani di Syria.
Setiap masing-masing dari mereka memiliki jalan dan pendapat sendiri padahal seharusnya
mereka bergabung dalam satu kelompok. Manakah yang paling benar dari semuanya itu.
Pikiran-pikiran seperti ini membuat mata Muhammad selalu terbuka pada saat orang-orang
lain terlelap tidur.
Akhirnya, waktu untuk pulang pun tiba. Oleh-oleh untuk handai tolan pun dibeli dan semua
barang dikemas. Waktu pulang adalah waktu yang paling menggembirakan karena mereka
akan berjumpa lagi dengan orang-orang tercinta di kampung halaman. Mereka tidak sabar
lagi mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nanti dan mereka sadar jika waktu
itu tiba, tidak akan kuat lagi mereka menahan air mata.
*Hari Jum'at*
Hari Jum'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka ria di seluruh jazirah. Semua orang
sibuk di pasar.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi, khutbah Jum'at Rasulullah hampir
terganggu, karena saat itu datang kafilah membawa barang dagangan.
Pada hari Jum'at, semangat berdagang mengaliri darah semua orang pada saat itu.
KISAH RASULULLAH
Bagian 24
*Membangun Ka'bah*
Dalam pengerjaan Ka'bah orang-orang Quraisy dibagi menjadi empat bagian. Setiap kabilah
masing-masing mendapat pekerjaan satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali.
Pemugaran Ka'bah dimulai dengan memindahkan patung Hubal dan patung kecil lainnya.
Setelah itu, pekerjaan dilanjutkan dengan membersihkan pelataran dan membongkar
dinding serta fondasi. Muhammad ikut terlibat dalam pekerjaan yang berlangsung berhari-
hari itu.
Ada sebuah batu fondasi berwarna hijau yang tidak bisa dibongkar dengan cara apa pun.
Karena itu, batu itu mereka biarkan. Selanjutnya, didatangkanlah batu-batu granit biru dari
bukit sekitarnya. Sebuah bahan pencampur semen bernama bitumen yang didatangkan dari
Syria pun mulai digunakan.
Pemugaran Ka'bah ini sebenarnya lebih menyerupai perbaikan hasil karya Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail.
Pondasi Ka'bah ditinggikan sampai empat hasta ditambah satu jengkal atau sekitar dua
meter. Dalamnya diuruk tanah menjadi lantai yang sulit dicapai air apabila banjir datang
kembali. Bersamaan dengan itu, pintu di sisi timur laut pun diangkat setinggi pondasi.
Dinding dinaikkan sampai 18 hasta. Saat itulah Ka'bah mulai diberi atap bekas kapal yang
kandas itu. Sebuah tangga untuk naik turun juga disiapkan. Kini Ka'bah bebas dari banjir.
Isinya terlindungi dari hujan, panas dan tangan jahil pencuri.
Pembangunan berjalan lancar sesuai dengan rencana sampai dinding tembok mencapai
tinggi satu setengah meter dan tiba saatnya batu hitam, Hajar Aswad, ditempatkan kembali
ke tempatnya semula di sudut timur.
Karena ini merupakan upacara suci penuh kehormatan, berebut lah setiap kabilah untuk
melaksanakannya. Kabilah Abdu Dar merasa lebih berhak daripada Kabilah lain sehingga
kedua kelompok saling beradu mulut sampai suasana menjadi semakin panas.
Di tengah keadaan itu, muncul Abu Umayyah bin Al Mughirah. Ia adalah orangtua yang
dihormati dan dipatuhi. Ia pun mengajukan sebuah usul yang disetujui oleh semua pihak,
"Serahkanlah putusan ini di tangan orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa."
*HAJAR ASWAD*
Ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa adalah Muhammad. Orang-orang pun
bersorak lega.
Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang mereka alami. Muhammad yang
saat itu belum berumur 30 tahun, memandang mereka dengan matanya yang teduh dan
bijaksana. Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan pada mata setiap orang dari
masing-masing kabilah Quraisy. Keadaan ini benar-benar genting. Kalau salah mengambil
keputusan, akan terjadi pertumpahan darah di antara kabilah-kabilah itu.
Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan menghamparkan kain itu. Dia lalu
mendekati Hajar Aswad. Diangkatnya batu hitam itu dan diletakkan di tengah-tengah.
"Hendaknya, setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini," kata beliau lagi.
Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan bersama-sama mengangkat Hajar
Aswad. Di tempat Hajar Aswad semula berada. Muhammad mengangkat dan
meletakkannya kembali.
Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad yang adil itu. Demikianlah,
pada waktu muda. Rasulullah telah menjadi orang yang cerdas dan bijaksana.
Khadijah adalah wanita teladan yang terbaik. Beliau wanita yang penuh kasih, setia, dan
menyerahkan seluruh hidupnya untuk suami tercinta. Khadijah juga wanita yang subur.
Setelah lima belas tahun berumah tangga, Khadijah melahirkan enam orang anak. Mereka
adalah:
Namun, Qasim dan Abdullah wafat ketika masih bayi, sedangkan keempat anak perempuan
yang lain tetap hidup hingga dewasa. Kita dapat membayangkan betapa sedihnya
Muhammad dan Khadijah kehilangan kedua putra mereka.
Ketika pulang ke rumah dan duduk di samping Khadijah, Muhammad sering melihat
kesedihan di wajah istrinya itu. Saat itu, mempunyai anak laki-laki bagi masyarakat jahiliah
adalah hal yang amat penting dan dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Sebaliknya,
mempunyai anak perempuan adalah hal yang amat memalukan, bahkan banyak orang yang
memilih mengubur bayi perempuannya hidup-hidup dari pada membesarkannya.
Tentu saja Muhammad dan Khadijah tidak merasa malu memiliki anak-anak perempuan.
Mereka menyayangi semua anak mereka tanpa pilih kasih. Apalagi putri bungsu mereka,
Fatimah, yang saat itu masih berusia lima tahun, anak cantik yang sedang lucu-lucunya.
Hanya saja kehilangan dua anak laki-laki yang masih bayi merupakan derita yang berat bagi
orangtua mana pun.
*Kekayaan Terbesar*
Rasulullah pernah berkata bahwa kekayaan terbesar adalah istri yang salehah. Khadijah
adalah kekayaan terbesar Rasulullah pada saat-saat paling sulit dalam hidup beliau.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 23
*Sifat Muhammad*
Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan pernikahan ini. Dari seorang pemuda
tidak kaya, Allah telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan tinggi dengan harta
yang mencukupi.
Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan gembira dan penuh rasa
hormat. Semua undangan yang hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal ini
kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama Quraisy.
Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah akan mendukung suaminya dengan
kasih sayang dan harta berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa Muhammad
yang bijak dan cerdas akan membimbing istrinya menuju kebahagiaan hidup.
Kehidupan berlanjut dan keikutsertaan suami istri itu dalam pergaulan yang baik dengan
masyarakat membuat orang semakin menghormati mereka. Walau telah mendapat
kehormatan demikian itu, Muhammad tetaplah seorang yang rendah hati. Itu adalah
sifatnya yang menonjol. Jika ada yang mengajaknya berbicara, tidak peduli siapa pun itu, ia
akan mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja
mendengarkan dengan hati-hati, Muhammad bahkan memutar badannya untuk menghadap
orang yang mengajaknya berbicara.
Semua orang tahu bahwa bicara Muhammad sedikit. Ia justru lebih banyak mendengarkan
pembicaraan orang lain. Selain bicara, Muhammad bukanlah orang yang tidak bisa diajak
bergurau. Ia sering juga membuat humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa yang
ia katakan dalam bergurau sekali pun adalah sesuatu yang benar.
Orang menyukai Muhammad yang apabila tertawa, tidak pernah sampai terlihat
gerahamnya. Apabila marah, tidak pernah sampai tampak kemarahannya. Orang tahu ia
marah hanya dari keringat yang tiba-tiba muncul di keningnya. Muhammad selalu menahan
marah dan tidak menampakkannya keluar.
*Mahar Pernikahan*
"Saksikanlah para hadirin," kata Waraqah bin Naufal dengan suara agak keras. "Saksikanlah
bahwa aku menikahkan Khadijah dengan Muhammad, dengan mas kawin senilai 12 ekor
unta betina."
*Kambing Sedekah*
Setelah upacara resmi pernikahan selesai, Muhammad memerintahkan agar seekor kambing
disembelih di depan pintu rumah Khadijah dan membagikan dagingnya kepada fakir miskin.
Itu belum termasuk para undangan yang menghadiri jamuan pada malam harinya.
Jadi, selain diundang jamuan makan, fakir miskin pun dapat membawa pulang ke rumah
beberapa kantung daging.
Muhammad bukankah orang yang suka berpangku tangan, tetapi aktif bergaul dalam
masyarakat. Suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang membuat nama Muhammad
menjadi semakin harum. Peristiwa itu didahului oleh banjir besar yang melanda Mekah.
Bukit-bukit di sekitar Mekah tanpa ampun menumpahkan air hujan yang jarang turun itu ke
kota yang tepat berada di bawah. Banjir itu menyebabkan dinding Ka'bah yang memang
sudah lapuk jadi retak dan terancam runtuh.
Sebenarnya, sebelum banjir tiba, sudah ada gagasan untuk memperbaiki Ka'bah, tetapi
orang-orang takut apabila Tuhan Ka'bah marah. Setelah banjir, tidak bisa dielakkan lagi
bahwa dinding Ka'bah harus diperbaiki dan ditinggikan.
Sudah menjadi takdir Allah bahwa waktu itu juga tersiar berita ada sebuah kapal Romawi
terdampar di laut Merah, dekat dengan pelabuhan Syu'aibah. Kapten kapal Romawi itu
adalah seorang Nasrani yang berasal dari Mesir. Baqum, namanya.
Orang-orang Mekah mengutus Walid bin Mughirah dan serombongan orang untuk membeli
kapal itu, membongkar kayu kayunya, dan mengangkutnya untuk membangun kembali
Ka'bah. Baqum pun akhirnya dikontrak sebagai ahli kayu.
Pada mulanya, tidak seorang pun berani membongkar dinding Ka'bah walau sedikit, karena
takut dikutuk Tuhan. Mungkin mereka masih ingat dengan jelas apa yang menimpa Abrahah
dan pasukan gajahnya saat ingin menghancurkan Ka'bah.
Akan tetapi, akhirnya, Walid bin Mughirah memberanikan diri merombak sudut bangunan
bagian selatan. Setelah itu, ia menunggu sampai besok. Ketika pagi tiba dan ia tidak juga
dikutuk, mereka pun mulai melakukan pembenahan Ka'bah.
*Perasaan Khadijah*
Setelah beberapa bulan, kafilah Mekah pun datang kembali. Di tempat perhentian Marr Al
Zahran, sehari perjalanan dari Mekah, para agen biasanya mendahului datang ke Mekah
untuk memberi laporan perdagangan. Muhammad pun demikian. Ia lebih dulu tiba di
Mekah. Namun, sebelum bertemu Khadijah, ia berthåwaf dulu tujuh keliling mengelilingi
Ka'bah.
Dari atas balkonnya yang megah, Khadijah bergegas datang menyambut dan Muhammad
pun melaporkan hasil penjualan, barang yang dibeli, serta berbagai pengalaman kecil dalam
perjalanan. Saat itu, Khadijah sudah sangat terkesan dengan hasil yang diperoleh
Muhammad, tetapi itu belum seberapa. Setelah Muhammad pulang, Maisaråh
menceritakan sendiri kesan-kesannya terhadap Muhammad.
"Sungguh, belum pernah aku melihat pemuda yang demikian sempurna memandang masa
depan. Keputusan-keputusannya selalu tepat dan perkiraannya tidak pernah salah. Ia juga
sangat jujur dan sopan," demikian sebagian kisah Maisaråh.
Khadijah betul-betul sangat terkesan dengan agen barunya itu. Waraqah bin Naufal pun
datang dan mendengar sendiri kisah Maisarah tentang Muhammad. Ada hal yang aneh pada
diri Maisarah. Biasanya, ia sangat menekankan laporannya pada masalah-masalah bisnis.
Akan tetapi, kini persoalan dagang seolah-olah menjadi hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah
kali ini hanya tentang Muhammad, Muhammad, dan Muhammad. Padahal, keuntungan
yang mereka dapat kali ini benar-benar luar biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah memiliki
"Sentuhan Emas", tepatlah apabila Muhammad disebut memiliki "Sentuhan penuh berkah".
Ketika Waraqah telah mendengar semua itu, ia tenggelam dalam pemikiran yang sungguh-
sungguh. Setelah cukup lama berdiam diri, ia berkata kepada Khadijah,
"Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad dan juga dari apa yang
kulihat sendiri, aku berpendapat bahwa ia memiliki semua sifat dan kemampuan sebagai
seorang utusan Allah. Mungkin dialah yang ditakdirkan untuk menjadi salah seorang di
antara para rasul pada masa yang akan datang."
*Pernikahan Agung*
Khadijah memiliki teman seorang wanita bangsawan bernama Nafisah binti Munyah.
Nafisah tahu setelah suami kedua Khadijah meninggal, banyak bangsawan Quraisy yang
melamarnya, namun Khadijah menolak. Nafisah tahu bahwa Khadijah takut semua lamaran
itu hanya bertujuan mengincar hartanya. Lebih dari itu, Nafisah juga tahu bahwa yang
diinginkan Khadijah adalah seorang laki-laki berakhlak agung. Nafisah juga tahu bahwa ada
satu laki-laki yang seperti itu di Mekah, ia adalah Muhammad.
Karena itulah, begitu Khadijah membuka diri kepadanya tentang Muhammad, Nafisah tidak
terkejut lagi. Khadijah meminta Nafisah mencari jalan untuk mengetahui bagaimana
pandangan Muhammad tentang dirinya. Maka, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang
dari Ka'bah, Nafisah menghentikannya. Nafisah pun bertanya,
"Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda. Banyak lelaki yang lebih muda
dari Anda telah menikah dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak.
Mengapa Anda tidak menikah?"
"Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum mempunyai kekayaan yang cukup
untuk menikah."
"Apa jawaban Anda jika ada seorang wanita yang cantik, kaya, dan terhormat mau menikah
dengan Anda walaupun Anda belum mampu?"
"Khadijah? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah denganku? Bukankah Anda tahu
bahwa banyak bangsawan kaya raya dan kepala-kepala suku di Arab ini yang telah
melamarnya dan ia telah menolak mereka semua?"
"Jika Anda mau menikahinya, katakan saja dan serahkan semuanya kepadaku. Aku akan
mengurus semuanya.
Ketika itu Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun mengiyakan Nafisah. Maka,
pernikahan pun dilangsungkan.
*Perawakan Muhammad*
Jarang ada pernikahan dilangsungkan demikian agung. Dalam acara itu, semua pemimpin
Quraisy dan pembesar Mekah diundang. Mempelai laki-laki menunggang kuda yang gagah
diiringi para pemuda Bani Hasyim yang menghunus pedang. Sementara itu, kaum wanita
Bani Hasyim berjalan lebih dulu dan telah diterima di rumah mempelai wanita.
Rumah Khadijah yang megah saat itu telah diterangi cahaya lilin dalam lampion-lampion
yang digantung dengan rantai-rantai emas. Setiap lampion terdiri atas 7 batang lilin.
Semua pembantu Khadijah diberi seragam khusus untuk menyambut para tamu yang
datang menjelang sore hari. Kamar pengantin benar-benar istimewa. Kain sutera dan brokat
digantung begitu serasi. Lantainya tertutup karpet putih dan diharumi dupa dari guci perak.
Khadijah sendiri begitu anggun hingga tampak bercahaya seperti matahari terbit. Ia
mengenakan pakaian pengantin yang sangat indah dan jarang ada duanya saat itu. Abu
Thalib adalah wakil mempelai laki-laki dalam memberi sambutan, sedangkan Waraqah bin
Naufal adalah wakil pengantin wanita.
Tidak ada laki-laki segagah Muhammad. Paras wajahnya tampan dan indah. Perawakannya
sedang, tidak terlampau tinggi, juga tidak pendek. Rambutnya hitam sekali dan
bergelombang. Dahinya lebar dan rata di atas sepasang alis yang lengkung, lebat dan
bertaut. Sepasang matanya lebar dan hitam, di tepi putih matanya agak kemerahan, tampak
lebih menarik dan kuat. Pandangannya tajam dengan bulu mata yang hitam pekat.
Hidungnya halus dengan barisan gigi yang bercelah-celah.
Cambangnya lebar, berleher jenjang, dan indah. Dadanya lebar dengan kedua bahu yang
bidang. Warna kulitnya terang dan jernih dengan kedua telapak tangan dan kaki yang tebal.
Jika berjalan, badannya agak condong ke depan, melangkah cepat-cepat, dan pasti. Air
mukanya membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan matanya menunjukkan
kewibawaan, membuat orang patuh kepadanya.
Bagian 30
"Ada apa?"
Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang menatapnya dengan wajah
penuh tanda tanya.
"Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di balik-bukit ini ada pasukan berkuda
yang siap menyerbu. Percayakah kamu kepadaku?"
"Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah kami mendengar engkau berdusta."
"Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang amat berat! Wahai orang-orang
Quraisy, Allah memerintahkan aku untuk memberi peringatan kepada kalian bahwa yang
terbaik bagi kehidupan dunia dan akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallaah
Muhammadurrasulullah."
Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab yang juga hadir di situ, dengan
cepat naik darah. Ia berseru keras-keras mencaci Rasulullah ﷺ,
"Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah seluruh hari-harimu! Hanya untuk
omong kosong itukah kamu mengumpulkan kami?"
Rasulullah ﷺtidak berkata apa-apa dihina sekeras itu. Beliau hanya menatap
tajam wajah Abu Lahab. Setelah teriakan Abu Lahab itu, orang-orang Quraisy seperti
disadarkan dari rasa terpesonanya. Mereka bubar dengan bermacam tingkah. Ada yang
mengerutkan kening, ada yang berbisik-bisik, ada yang melirik Rasulullah SAW sambil
tersenyum mencibir.
Hinaan Abu Lahab itu tidak dibiarkan Allah.Turunlah firman yang mengutuk perbuatan itu.
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
س ٍد
َ فِي ِجي ِدهَا َح ْبل ٌ مِنْ َم
Wahai Abu Lahab, sekarang apa yang akan engkau katakan? Dengarlah, keponakanmu
Muhammad tidak akan pernah lagi bungkam terhadap orang yang menentangnya.
Keponakanmu Muhammad tidak akan pernah lagi menerima caci maki dan hinaan dari siapa
pun sekali pun dari pamannya sendiri. Jika caci maki itu ditujukan pada ajaran Allah yang
dibawanya. Keponakanmu Muhammad bahkan siap terjun ke medan laga untuk
menghadapi orang-orang yang sombong dan congkak seperti dirimu.
Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman Allah yang baru turun itu! Bukankah
firman itu seperti gelegar petir yang menyambar dirimu?
Dirimulah yang binasa, Abu Lahab! Seluruh hari-harimulah yang binasa! Binasalah kedua
tanganmu dan sungguh engkau akan benar-benar binasa!
*Abu Lahab*
Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab artinya si "Umpan Api".
Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah ﷺdihina Abu Lahab. Abu
Lahab adalah paman Rasulullah ﷺ.
Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum
dengan ke dua putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah.
*Ummu Jamil*
Selain Abu Lahab, ada seorang lagi yang amat murka dengan turunnya Surat Al Lahab. Dia
adalah Ummu Jamil, istri Abu Lahab. Beg
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang, yaitu keteladan Rasulullah
ﷺ, yang beliau contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang penuh
bakti dan penuh kasih sayang. Beliau juga sangat rendah hati sekaligus gagah berani. Tutur
kata beliau lembut dan selalu berlaku adil. Hak setiap orang pasti ditunaikan sebagaimana
mestinya. Perlakuan Rasulullah ﷺterhadap orang-orang yang lemah, yatim
piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah perlakuan yang penuh kasih, lembut dan
sayang.
Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau bertahajud dan membaca wahyu yang
disampaikan Allah padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya. Beliau juga
merenungkan betapa luar biasanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Seluruh
permohonannya dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seperti itu membuat orang-orang yang
sudah beriman semakin bertambah cintanya kepada Islam dan semakin kukuh
keimanannya. Mereka sudah berketetapan hati meninggalkan sesembahan nenek moyang
mereka dan tidak takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.
Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ﷺdaripada kaum kerabatnya sendiri.
Setelah tiga tahun, turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau berdakwah
kepada kerabatnya.
َ ك اأْل َ ْق َر ِب
ين َ َِوأَ ْنذِرْ َعش
َ ير َت
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu kerjakan;
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
"Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau yang bernama Zubair.
Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah mereka makan, Rasulullah
ﷺberdiri dan berkata,
"Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke
tengah-tengah masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini.
Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak
kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau mendukungku?"
Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan bangkit hendak pulang. Namun
mereka kembali terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih remaja bangkit seraya
berseru lantang,
"Rasulullah saya akan membantumu! Saya adalah lawan siapa saja yang engkau tentang!"
"Inilah saudara saya, pembantu, dan pengganti saya. Ikuti dan patuhilah dia!"
Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat
yang merupakan penyair hebat. Dengan syair-syairnya, mereka berusaha menjelek-jelekkan
Rasulullah SAW. Dengan syair, Walid mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat
penyairnya.
Bagian 26
Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia datang membangunkan Muhammad yang
sedang tidur karena kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad, "Iqra (Bacalah)!"
Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad menjawab, "Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad merasa lemas. Jibril melepaskan
dekapannya, lalu berkata lagi, "Bacalah!"
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian, setelah Muhammad berkata, "Apa yang
harus saya baca?" barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama hingga ayat
kelima:
ْ ا ْق َر ْأ ِب
َاس ِم َر ِّب َك الَّذِي َخلَق
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun pergi meninggalkan Muhammad
yang hatinya terhujam oleh firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun dari ketakutan sambil bertanya-
tanya dalam hati, "Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada siapa pun. Muhammad diam sebentar
dengan tubuh gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri celah-celah gunung sambil
mengulang pertanyaan dalam hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
*Ketulusan Khadijah*
Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan nasib suaminya. Beliau mengutus
orang untuk mencari suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang, Muhammad berjalan pulang dengan hati
yang sudah di penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus berdenyut keras dan hati
berdebar ketakutan, beliau pulang ke rumah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil kedinginan seperti terkena demam.
Setelah rasa takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan tatapan mata meminta
kekuatan dan perlindungan.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah terjadi. Beliau juga berkata bahwa
ia takut semua itu bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang, "bergembiralah dan tabahkan
hatimu. Demi Dia yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan
menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah
yang mempererat tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau selalu mau
memikul beban orang lain dan menghormati tamu serta menolong mereka yang dalam
kesulitan atas jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan tenteram ke dalam hati suaminya yang
sedang gelisah. Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan diganggu jin. Beliau
malah memandang suaminya itu dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang Khadijah dengan penuh kasih
dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang Muhammad. Mulai saat itu,
kehidupan penuh perjuangan keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang Rasulullah,
utusan Allah.
Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu. Dilihatnya kembali suaminya yang
tertidur dengan nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa yang baru saja
dituturkan suaminya. Firman Allah dan Malaikat yang indah. Luar biasa!
"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi untuk menuntun umat ini keluar
dari kegelapan," demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun, senyum itu segera menghilang,
berganti rasa takut memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal menimpa suaminya
itu apabila orang-orang ramai menentangnya.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-ganti dalam benak Khadijah.
Akhirnya, beliau memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang bijak yang
dipercayanya.
Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani
yang jujur, dan menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci Ia, Mahasuci. Demi Dia yang
memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus besar'
1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh, dia adalah nabi umat ini. Katakan
kepadanya supaya tetap tabah."
Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur. Dipandanginya suaminya itu dengan
rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh suaminya
menggigil, napasnya terlihat sesak dengan keringat memenuhi wajah.
_______
1) Namus Besar
Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal dari bahasa Yunani, noms, artinya
kitab undang-undang atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah dalam Al
Qur'an.
Bagian 25
Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup dengan canda dan
keramahan. Beliau suka berkelakar kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-
putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.
Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau wewangian itu akan membuat
orang-orang di sekitar beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju berwarna
merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik atau putih. Rasulullah juga gemar memakai
surban dengan salah satu ujungnya menggelantung antara pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya terbuat dari sutera.
Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah sayangi. Begitu sayangnya sampai
beliau mengangkatnya sebagai anak.
Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin Hizam membawa seorang budak
laki-laki bernama Zaid bin Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan
mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa merangkak seperti seekor kuda.
Bunda Khadijah membeli Zaid dan memperlakukannya dengan baik.
Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid bercerita bahwa ia dijadikan budak
dengan cara diculik.
Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan pulang bersama ibunya ketika datang
para perampok gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia hidup sebagai seorang
budak yang diperjualbelikan ke sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan
Rasulullah, orang yang amat Zaid cintai.
Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah memberikan Zaid kepada suaminya
itu. Khadijah yang bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid seolah sebagai
pengganti Qasim dan Abdullah yang telah tiada. Muhammad segera memerdekakan Zaid.
Namun, secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.
Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak anaknya itu menghilang. Haritsah amat
menyayangi dan merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan tentang anaknya
itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.
"Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada Haritsah. "Tetapi, seandainya
Zaid memilih tetap bersama saya, saya tidak akan menolaknya."
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Muhammad. Muhammad amat bahagia
sehingga mengangkat Zaid sebagai putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil Zaid bin
Muhammad.
Di kemudian hari, Allah melarang anak angkat mewarisi harta ayah angkatnya yang telah
wafat. Harta seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan anak angkat. Maha
adil Allah Yang Agung.
*Gua Hira*
"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu tidak pernah menciptakan seekor
lalat sekali pun, bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan bagi manusia?"
demikian pikir Muhammad.
"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang berada di balik luasnya langit dan
tebaran bintang? Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas terbakar kilauan
matahari? Siapa pencipta langit yang jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan
dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa pembuat ombak yang berdebur dan
penggali laut yang begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua keindahan ini?"
Demikianlah Muhammad tidak mencari kebenaran dalam kisah-kisah lama atau tulisan para
pendeta. Ia mencari kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari keramaian dan
pergi ke Gua Hira.
"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu, sementara jiwa-jiwa rusak karena
dikuasai khayal tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan itu. Betapa sia-
sianya hidup manusia karena tertipu dengan segala macam kemewahan yang tiada
berguna.'"
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari setiap bulan dan sepanjang bulan
Ramadhan. Semakin lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh. Sampai suatu
ketika, saat usia Muhammad menginjak 40 tahun, datanglah seseorang yang bukan dari
dunia ini menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani dan tenang itu amat
terkejut melihatnya.
Bagian 28
Shalat
Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang diajarkan Allah kepada Rasulullah
ﷺ. Suatu saat, ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah sedang
melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali yang saat itu masih anak-anak,
tertegun melihat Rasulullah ﷺdan Khadijah rukuk, sujud, serta membaca ayat-
ayat Al Qur'an.
"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah selesai
shalat.
"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah telah mengutusku dan memerintahkan
aku mengajak manusia menyembah Allah."
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali
merasa gelisah.
"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu dengan Abu Thalib," demikian kata
Ali, "apa gunanya saya harus berunding dengan dia untuk menyembah Allah?"
Jadi, Ali adalah anak pertama yang memeluk Islam. Kemudian, Zaid bin Haritsah, bekas
budak yang ikut Rasulullah ﷺ, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau,
serta bekas budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan untuk menyebarkan Islam
lebih luas lagi? Beliau tahu betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang Quraisy
menyembah berhala yang diwarisi dari nenek moyang mereka.
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun kerasnya perlawanan orang.
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah teman akrab Rasulullah
ﷺsejak zaman sebelum Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah
amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah orang yang bersih, jujur, dan dapat
dipercaya.
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang Rasulullah ﷺ. Beliau
segera keluar mencari sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar bertanya kepada
Rasulullah,
"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah), ada apa denganmu? Kini engkau tidak
lagi terlihat di majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa engkau telah
berkata buruk tentang nenek moyangmu dan masih banyak lagi yang mereka katakan."
"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Sekarang, aku mengajak kamu kepada
agama Allah dengan keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa yang
kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar, aku mengajak kamu untuk menyembah
Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah menyembah kepada
selain-Nya, dan untuk selamanya kamu taat kepada-Nya."
Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada teman-temannya. Beliau juga
mengajak mereka mengikuti Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan
Sa'ad bin Abu Waqash pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib untuk menjenguknya karena ia sakit.
Tidak lama kemudian, Rasulullah ﷺdatang ke tempat itu juga dan aku
perhatikan beliau. Waktu itu, tampak jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan
berkata,
"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan terhadap kedudukan engkau di
antara kami. Aku juga kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai dirimu."
Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi
Allah, mendengar kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian, Rasulullah membacakan
ayat,
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka,
demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang
kamu ucapkan."
Kemudian, Rasulullah ﷺberdiri dan pergi keluar. Aku pun mengikuti beliau dari
belakang. Kemudian, aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."
Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah, sadar betul bahwa suaminya kelak
akan dibenci oleh orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya, memilih Islam, dan
menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan Islam yang tidak pernah beliau
nikmati.
KISAH RASULULLAH
Bagian 27
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril
membawakan wahyu kepadanya,
ْك َف َكبِّر
َ َو َر َّب
ْك َف َطهِّر
َ َو ِث َيا َب
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
(74:6)
Khadijah memandang Rasulullah dengan kasih yang bertambah besar. Beliau perlahan
mendekati suaminya. Khadijah dengan lembut memintanya agar kembali tidur.
"Waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi, Khadijah," demikian jawab Rasulullah.
"Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak
mereka, dan supaya mereka beribadah hanya kepada Allah. Namun, siapa yang akan
kuajak? Siapa pula yang akan mendengarkan?"
Khadijah cepat cepat menentramkan hati suaminya. Diceritakannya apa yang tadi dikatakan
Waraqah. Dengan penuh semangat, Khadijah menyatakan diri sebagai orang yang
mengimani Rasulullah.
Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang pertama yang memeluk Islam adalah
Khadijah.
Untuk lebih menentramkan Rasulullah, Khadijah meminta suaminya memberitahu dirinya
apabila malaikat datang.
Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah yang dapat melihatnya. Khadijah
mendudukkan Rasulullah di pangkuan sebelah kiri, lalu ke pangkuan sebelah kanan.
Malaikat Jibril masih terlihat oleh Rasulullah. Namun, ketika Khadijah melepas penutup
wajahnya, Rasulullah melihat Sang Malaikat menghilang.
Dari kejadian itu, Bunda Khadijah merasa yakin bahwa yang datang itu benar-benar
malaikat, bukan jin.
Bertemu Waraqah
Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Saat itu, Rasulullah
sedang melaksanakan thawaf. Sesudah Rasulullah menceritakan keadaannya, Waraqah
berkata, "Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini.
Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa.
Pastilah kau akan didustakan, disiksa, diusir, dan diperangi orang. Kalau sampai pada waktu
itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang
sudah diketahui-Nya pula."
Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang orang Quraisy itu benar-benar
amat kuat dalam memegang keyakinan mereka.
Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk mempertahankan keyakinan
mereka. Untuk itu, Rasulullah memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.
Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah ternyata tidak juga turun. Jibril tidak pernah datang
lagi untuk waktu yang lama. Rasulullah merasa amat terasing. Rasa takutnya kembali
muncul. Beliau takut jika Allah melupakan bahkan tidak menyukainya. Rasulullah kembali
pergi ke bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira. Ingin rasanya beliau membumbung tinggi
dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah ditinggalkan.
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah untuk menuntun umat ternyata
menjadi kering. Rasulullah saat itu, benar benar hampir merasa putus asa.
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (93:3)
ك م َِن اأْل ُولَ ٰى
َ ََولَآْل خ َِرةُ َخ ْي ٌر ل
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan). (93:4)
ض ٰى
َ ُّْك َف َتر َ َولَ َس ْو
َ ِف يُعْ ط
َ يك َرب
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi
puas. (93:5)
َ أَلَ ْم َي ِج ْد
ك َيتِيمًا َف َآو ٰى
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (93:6)
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (93:7)
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
(93:8)
(93:10)
Rasa cemas dan takut di hati Rasulullah kini hilang sudah. Betapa damainya firman Allah itu
terasa di hati beliau. Rasulullah harus menjauhi setiap perbuatan mungkar dan
membersihkan pakaian. Beliau harus mengajak orang mengingat Allah. Beliau harus tabah
menghadapi gangguan, tidak boleh menolak orang yang meminta bantuan, dan berlaku
lembut kepada anak yatim.
Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah yatim, lalu Allah melindunginya lewat asuhan
kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.
Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya kekayaan. Allah pula yang telah
menyandingkan beliau dengan Khadijah, yang menjadi kawan semasa muda, kawan semasa
beliau ber-tahannuts, kawan yang penuh cinta kasih, yang memberi nasihat dengan rasa
kasih sayang.
Allah telah mendapati Rasulullah tidak tahu jalan, lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian.
Cukuplah semua itu. Hendaklah mulai sekarang, Rasulullah mengajak orang kepada
kebenaran, sedapat mungkin, sekuat mungkin.
Bersambung.
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Bagian 28
Shalat
Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang diajarkan Allah kepada Rasulullah
ﷺ. Suatu saat, ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah sedang
melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali yang saat itu masih anak-anak,
tertegun melihat Rasulullah ﷺdan Khadijah rukuk, sujud, serta membaca ayat-
ayat Al Qur'an.
"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah selesai
shalat.
"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah telah mengutusku dan memerintahkan
aku mengajak manusia menyembah Allah."
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali
merasa gelisah.
Esoknya, ia memberitahukan kepada Rasulullah ﷺdan Khadijah bahwa ia akan
mengikuti mereka berdua, tidak perlu meminta pendapat ayahnya, Abu Thalib.
"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu dengan Abu Thalib," demikian kata
Ali, "apa gunanya saya harus berunding dengan dia untuk menyembah Allah?"
Jadi, Ali adalah anak pertama yang memeluk Islam. Kemudian, Zaid bin Haritsah, bekas
budak yang ikut Rasulullah ﷺ, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau,
serta bekas budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan untuk menyebarkan Islam
lebih luas lagi? Beliau tahu betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang Quraisy
menyembah berhala yang diwarisi dari nenek moyang mereka.
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun kerasnya perlawanan orang.
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah teman akrab Rasulullah
ﷺsejak zaman sebelum Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah
amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah orang yang bersih, jujur, dan dapat
dipercaya.
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang Rasulullah ﷺ. Beliau
segera keluar mencari sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar bertanya kepada
Rasulullah,
"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah), ada apa denganmu? Kini engkau tidak
lagi terlihat di majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa engkau telah
berkata buruk tentang nenek moyangmu dan masih banyak lagi yang mereka katakan."
"Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah," sabda Rasulullah ﷺ,
"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Sekarang, aku mengajak kamu kepada
agama Allah dengan keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa yang
kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar, aku mengajak kamu untuk menyembah
Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah menyembah kepada
selain-Nya, dan untuk selamanya kamu taat kepada-Nya."
Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada teman-temannya. Beliau juga
mengajak mereka mengikuti Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan
Sa'ad bin Abu Waqash pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib untuk menjenguknya karena ia sakit.
Tidak lama kemudian, Rasulullah ﷺdatang ke tempat itu juga dan aku
perhatikan beliau. Waktu itu, tampak jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan
berkata,
"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan terhadap kedudukan engkau di
antara kami. Aku juga kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai dirimu."
Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi
Allah, mendengar kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian, Rasulullah membacakan
ayat,
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka,
demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang
kamu ucapkan."
Kemudian, Rasulullah ﷺberdiri dan pergi keluar. Aku pun mengikuti beliau dari
belakang. Kemudian, aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."
Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah, sadar betul bahwa suaminya kelak
akan dibenci oleh orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya, memilih Islam, dan
menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan Islam yang tidak pernah beliau
nikmati.
Bersambung.
Bagian 29
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang, yaitu keteladan Rasulullah
ﷺ, yang beliau contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang penuh
bakti dan penuh kasih sayang. Beliau juga sangat rendah hati sekaligus gagah berani. Tutur
kata beliau lembut dan selalu berlaku adil. Hak setiap orang pasti ditunaikan sebagaimana
mestinya. Perlakuan Rasulullah ﷺterhadap orang-orang yang lemah, yatim
piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah perlakuan yang penuh kasih, lembut dan
sayang.
Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau bertahajud dan membaca wahyu yang
disampaikan Allah padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya. Beliau juga
merenungkan betapa luar biasanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Seluruh
permohonannya dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seperti itu membuat orang-orang yang
sudah beriman semakin bertambah cintanya kepada Islam dan semakin kukuh
keimanannya. Mereka sudah berketetapan hati meninggalkan sesembahan nenek moyang
mereka dan tidak takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.
Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ﷺdaripada kaum kerabatnya sendiri.
Setelah tiga tahun, turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau berdakwah
kepada kerabatnya.
َ ك اأْل َ ْق َر ِب
ين َ َِوأَ ْنذِرْ َعش
َ ير َت
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu kerjakan;
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
"Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau yang bernama Zubair.
Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah mereka makan, Rasulullah
ﷺberdiri dan berkata,
"Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke
tengah-tengah masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini.
Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak
kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau mendukungku?"
Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan bangkit hendak pulang. Namun
mereka kembali terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih remaja bangkit seraya
berseru lantang,
"Rasulullah saya akan membantumu! Saya adalah lawan siapa saja yang engkau tentang!"
"Inilah saudara saya, pembantu, dan pengganti saya. Ikuti dan patuhilah dia!"
Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang pun di antara para undangan yang
tertawa terbahak-bahak itu menyadari bahwa di antara mereka akan ditebas Ali memang
bersungguh-sungguh dengan kata-katanya itu.
Walid bin Mughirah
Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat
yang merupakan penyair hebat. Dengan syair-syairnya, mereka berusaha menjelek-jelekkan
Rasulullah SAW. Dengan syair, Walid mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat
penyairnya.
Bersambung.
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
"Ada apa?"
Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang menatapnya dengan wajah
penuh tanda tanya.
"Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di balik-bukit ini ada pasukan berkuda
yang siap menyerbu. Percayakah kamu kepadaku?"
"Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah kami mendengar engkau berdusta."
Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab yang juga hadir di situ, dengan
cepat naik darah. Ia berseru keras-keras mencaci Rasulullah ﷺ,
"Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah seluruh hari-harimu! Hanya untuk
omong kosong itukah kamu mengumpulkan kami?"
Rasulullah ﷺtidak berkata apa-apa dihina sekeras itu. Beliau hanya menatap
tajam wajah Abu Lahab. Setelah teriakan Abu Lahab itu, orang-orang Quraisy seperti
disadarkan dari rasa terpesonanya. Mereka bubar dengan bermacam tingkah. Ada yang
mengerutkan kening, ada yang berbisik-bisik, ada yang melirik Rasulullah SAW sambil
tersenyum mencibir.
Hinaan Abu Lahab itu tidak dibiarkan Allah.Turunlah firman yang mengutuk perbuatan itu.
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Wahai Abu Lahab, sekarang apa yang akan engkau katakan? Dengarlah, keponakanmu
Muhammad tidak akan pernah lagi bungkam terhadap orang yang menentangnya.
Keponakanmu Muhammad tidak akan pernah lagi menerima caci maki dan hinaan dari siapa
pun sekali pun dari pamannya sendiri. Jika caci maki itu ditujukan pada ajaran Allah yang
dibawanya. Keponakanmu Muhammad bahkan siap terjun ke medan laga untuk
menghadapi orang-orang yang sombong dan congkak seperti dirimu.
Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman Allah yang baru turun itu! Bukankah
firman itu seperti gelegar petir yang menyambar dirimu?
Dirimulah yang binasa, Abu Lahab! Seluruh hari-harimulah yang binasa! Binasalah kedua
tanganmu dan sungguh engkau akan benar-benar binasa!
Abu Lahab
Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab artinya si "Umpan Api".
Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah ﷺdihina Abu Lahab. Abu
Lahab adalah paman Rasulullah ﷺ.
Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum
dengan ke dua putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah.
Ummu Jamil
Bagian 26
Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad menjawab, "Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad merasa lemas. Jibril melepaskan
dekapannya, lalu berkata lagi, "Bacalah!"
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian, setelah Muhammad berkata, "Apa yang
harus saya baca?" barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama hingga ayat
kelima:
َ ا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َر ِّب
ك الَّذِي َخلَ َق
َ ا ْق َر ْأ َو َرب
ُّك اأْل َ ْك َر ُم
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun pergi meninggalkan Muhammad
yang hatinya terhujam oleh firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun dari ketakutan sambil bertanya-
tanya dalam hati, "Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada siapa pun. Muhammad diam sebentar
dengan tubuh gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri celah-celah gunung sambil
mengulang pertanyaan dalam hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
Ketulusan Khadijah
Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan nasib suaminya. Beliau mengutus
orang untuk mencari suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang, Muhammad berjalan pulang dengan hati
yang sudah di penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus berdenyut keras dan hati
berdebar ketakutan, beliau pulang ke rumah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil kedinginan seperti terkena demam.
Setelah rasa takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan tatapan mata meminta
kekuatan dan perlindungan.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah terjadi. Beliau juga berkata bahwa
ia takut semua itu bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang, "bergembiralah dan tabahkan
hatimu. Demi Dia yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan
menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah
yang mempererat tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau selalu mau
memikul beban orang lain dan menghormati tamu serta menolong mereka yang dalam
kesulitan atas jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan tenteram ke dalam hati suaminya yang
sedang gelisah. Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan diganggu jin. Beliau
malah memandang suaminya itu dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang Khadijah dengan penuh kasih
dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang Muhammad. Mulai saat itu,
kehidupan penuh perjuangan keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang Rasulullah,
utusan Allah.
Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu. Dilihatnya kembali suaminya yang
tertidur dengan nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa yang baru saja
dituturkan suaminya. Firman Allah dan Malaikat yang indah. Luar biasa!
"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi untuk menuntun umat ini keluar
dari kegelapan," demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun, senyum itu segera menghilang,
berganti rasa takut memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal menimpa suaminya
itu apabila orang-orang ramai menentangnya.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-ganti dalam benak Khadijah.
Akhirnya, beliau memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang bijak yang
dipercayanya.
Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani
yang jujur, dan menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci Ia, Mahasuci. Demi Dia yang
memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus besar'
1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh, dia adalah nabi umat ini. Katakan
kepadanya supaya tetap tabah."
Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur. Dipandanginya suaminya itu dengan
rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh suaminya
menggigil, napasnya terlihat sesak dengan keringat memenuhi wajah.
_______
1) Namus Besar
Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal dari bahasa Yunani, noms, artinya
kitab undang-undang atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah dalam Al
Qur'an.
Bersambung.
[07.19, 16/5/2020] Suwarmi: Alhamdulillah... Terimakasih Pak Ji, kami tunggu lanjutannya.
Bacalah.. Bacalah.. Seruan sejak Awal.. Smg kita semakin rajin membaca utk menambah
pengetahuan
[08.36, 16/5/2020] Harjo: Salam Pramuka... Bakti sosial Kwarcab Lamongan di Weru
Complex
Merupakan wujud nyata dampak positif dari kegiatan Parade Puisi yg diselenggarakan Dinas
Pendidikan Lamongan kemarin.
Telah mengilhami SD Al Huda Sedayulawas untuk mengadakan kegiatan Parade Tahfidz Al
Qur'an secara online.
Aamiin YRA
[21.00, 16/5/2020] Siti Mutawqilah: Ngih pak Insyaallah siap kita cb mengagendakan 😊
[21.17, 16/5/2020] Ana Musnan: InsyaAllah saya juga pingin .mewujudkan impian ini
[05.12, 17/5/2020] Suwarmi: Pingin sekali Pak Ji, semoga guru2 merespon, karena sy itu
tergantung pada mereka, lain dengan Bu Am, ma Bu Siti .
[06.06, 17/5/2020] Siti Mutawqilah: Sdh direspon bu warmi, tp terkendali pulsa. Ibu2 pd
sambat pulsa. Anak2 ini kl diksh pulsa dipake game jg jd cpt hbs. Pa lg ini pake zoom agak
nyedot pulsa 😢
KISAH RASULULLAH
Bagian 27
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril
membawakan wahyu kepadanya,
ْك َف َكبِّر
َ َو َر َّب
ْك َف َطهِّر
َ َو ِث َيا َب
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
(74:6)
"Waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi, Khadijah," demikian jawab Rasulullah.
"Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak
mereka, dan supaya mereka beribadah hanya kepada Allah. Namun, siapa yang akan
kuajak? Siapa pula yang akan mendengarkan?"
Khadijah cepat cepat menentramkan hati suaminya. Diceritakannya apa yang tadi dikatakan
Waraqah. Dengan penuh semangat, Khadijah menyatakan diri sebagai orang yang
mengimani Rasulullah.
Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang pertama yang memeluk Islam adalah
Khadijah.
Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah yang dapat melihatnya. Khadijah
mendudukkan Rasulullah di pangkuan sebelah kiri, lalu ke pangkuan sebelah kanan.
Malaikat Jibril masih terlihat oleh Rasulullah. Namun, ketika Khadijah melepas penutup
wajahnya, Rasulullah melihat Sang Malaikat menghilang.
Dari kejadian itu, Bunda Khadijah merasa yakin bahwa yang datang itu benar-benar
malaikat, bukan jin.
Bertemu Waraqah
Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Saat itu, Rasulullah
sedang melaksanakan thawaf. Sesudah Rasulullah menceritakan keadaannya, Waraqah
berkata, "Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini.
Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa.
Pastilah kau akan didustakan, disiksa, diusir, dan diperangi orang. Kalau sampai pada waktu
itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang
sudah diketahui-Nya pula."
Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang orang Quraisy itu benar-benar
amat kuat dalam memegang keyakinan mereka.
Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk mempertahankan keyakinan
mereka. Untuk itu, Rasulullah memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.
Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah ternyata tidak juga turun. Jibril tidak pernah datang
lagi untuk waktu yang lama. Rasulullah merasa amat terasing. Rasa takutnya kembali
muncul. Beliau takut jika Allah melupakan bahkan tidak menyukainya. Rasulullah kembali
pergi ke bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira. Ingin rasanya beliau membumbung tinggi
dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah ditinggalkan.
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah untuk menuntun umat ternyata
menjadi kering. Rasulullah saat itu, benar benar hampir merasa putus asa.
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (93:3)
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan). (93:4)
ض ٰى
َ ُّْك َف َتر َ َولَ َس ْو
َ ِف يُعْ ط
َ يك َرب
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi
puas. (93:5)
َ أَلَ ْم َي ِج ْد
ك َيتِيمًا َف َآو ٰى
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (93:6)
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (93:7)
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
(93:8)
(93:9)
(93:10)
Rasa cemas dan takut di hati Rasulullah kini hilang sudah. Betapa damainya firman Allah itu
terasa di hati beliau. Rasulullah harus menjauhi setiap perbuatan mungkar dan
membersihkan pakaian. Beliau harus mengajak orang mengingat Allah. Beliau harus tabah
menghadapi gangguan, tidak boleh menolak orang yang meminta bantuan, dan berlaku
lembut kepada anak yatim.
Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah yatim, lalu Allah melindunginya lewat asuhan
kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.
Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya kekayaan. Allah pula yang telah
menyandingkan beliau dengan Khadijah, yang menjadi kawan semasa muda, kawan semasa
beliau ber-tahannuts, kawan yang penuh cinta kasih, yang memberi nasihat dengan rasa
kasih sayang.
Allah telah mendapati Rasulullah tidak tahu jalan, lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian.
Cukuplah semua itu. Hendaklah mulai sekarang, Rasulullah mengajak orang kepada
kebenaran, sedapat mungkin, sekuat mungkin.
Bersambung.
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Bagian 28
Shalat
Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang diajarkan Allah kepada Rasulullah
ﷺ. Suatu saat, ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah sedang
melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali yang saat itu masih anak-anak,
tertegun melihat Rasulullah ﷺdan Khadijah rukuk, sujud, serta membaca ayat-
ayat Al Qur'an.
"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah selesai
shalat.
"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah telah mengutusku dan memerintahkan
aku mengajak manusia menyembah Allah."
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali
merasa gelisah.
"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu dengan Abu Thalib," demikian kata
Ali, "apa gunanya saya harus berunding dengan dia untuk menyembah Allah?"
Jadi, Ali adalah anak pertama yang memeluk Islam. Kemudian, Zaid bin Haritsah, bekas
budak yang ikut Rasulullah ﷺ, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau,
serta bekas budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan untuk menyebarkan Islam
lebih luas lagi? Beliau tahu betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang Quraisy
menyembah berhala yang diwarisi dari nenek moyang mereka.
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun kerasnya perlawanan orang.
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah teman akrab Rasulullah
ﷺsejak zaman sebelum Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah
amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah orang yang bersih, jujur, dan dapat
dipercaya.
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang Rasulullah ﷺ. Beliau
segera keluar mencari sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar bertanya kepada
Rasulullah,
"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah), ada apa denganmu? Kini engkau tidak
lagi terlihat di majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa engkau telah
berkata buruk tentang nenek moyangmu dan masih banyak lagi yang mereka katakan."
"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Sekarang, aku mengajak kamu kepada
agama Allah dengan keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa yang
kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar, aku mengajak kamu untuk menyembah
Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah menyembah kepada
selain-Nya, dan untuk selamanya kamu taat kepada-Nya."
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan
Sa'ad bin Abu Waqash pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib untuk menjenguknya karena ia sakit.
Tidak lama kemudian, Rasulullah ﷺdatang ke tempat itu juga dan aku
perhatikan beliau. Waktu itu, tampak jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan
berkata,
"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan terhadap kedudukan engkau di
antara kami. Aku juga kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai dirimu."
Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi
Allah, mendengar kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian, Rasulullah membacakan
ayat,
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka,
demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang
kamu ucapkan."
Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah, sadar betul bahwa suaminya kelak
akan dibenci oleh orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya, memilih Islam, dan
menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan Islam yang tidak pernah beliau
nikmati.
Bersambung.
[06.26, 17/5/2020] Suwarmi: Alhamdulillah... Terimakasih kasih Pak Ji, kami tunggu lanjutan
kisah Rosulullah ini.
[08.33, 17/5/2020] Bu Am Wa: Maturnuwun Bapak @Khafid Ps baru baca ,hari Minggu
berkebun dulu 😃😃
[12.32, 17/5/2020] Pak Sutam: Monggo Bpk/ Ibu mohon di sampaikan ke Bpk Ibu wali siswa
yang ingin mengembangkan bakat putra putrinya khususnya di bidang seni musik ( belajar
main piano dan alat musik lainnya ) , di SBI " SEKOLAH MUSIK "
https://youtu.be/ePV6SmNq6bA
[13.59, 17/5/2020] Pak Sutam: Semoga semuanya sehat bebas dari covid - 19 dan ibadah
puasa nya di terima Alloh SWT , Ami.....n Alloh humma Amin
[06.45, 18/5/2020] Suwarmi: Dari pasar, lihat hp kok blum ada kiriman dari Pak Ji Chafid ya...
[06.53, 18/5/2020] Ana Musnan: Ya aku juga nunggu sekalin tak prin bu
[06.59, 18/5/2020] Suwarmi: Aku blum tak print bu, baru tak ganti ke word
[07.03, 18/5/2020] Ana Musnan: InsyaAllah saya udah semua tinggal kemarin sama
sekarang yg belum.
Bagian 29
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang, yaitu keteladan Rasulullah
ﷺ, yang beliau contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang penuh
bakti dan penuh kasih sayang. Beliau juga sangat rendah hati sekaligus gagah berani. Tutur
kata beliau lembut dan selalu berlaku adil. Hak setiap orang pasti ditunaikan sebagaimana
mestinya. Perlakuan Rasulullah ﷺterhadap orang-orang yang lemah, yatim
piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah perlakuan yang penuh kasih, lembut dan
sayang.
Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau bertahajud dan membaca wahyu yang
disampaikan Allah padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya. Beliau juga
merenungkan betapa luar biasanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Seluruh
permohonannya dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seperti itu membuat orang-orang yang
sudah beriman semakin bertambah cintanya kepada Islam dan semakin kukuh
keimanannya. Mereka sudah berketetapan hati meninggalkan sesembahan nenek moyang
mereka dan tidak takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.
Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ﷺdaripada kaum kerabatnya sendiri.
Setelah tiga tahun, turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau berdakwah
kepada kerabatnya.
َ ك اأْل َ ْق َر ِب
ين َ َِوأَ ْنذِرْ َعش
َ ير َت
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu kerjakan;
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
"Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau yang bernama Zubair.
Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah mereka makan, Rasulullah
ﷺberdiri dan berkata,
"Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke
tengah-tengah masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini.
Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak
kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau mendukungku?"
Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan bangkit hendak pulang. Namun
mereka kembali terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih remaja bangkit seraya
berseru lantang,
"Rasulullah saya akan membantumu! Saya adalah lawan siapa saja yang engkau tentang!"
"Inilah saudara saya, pembantu, dan pengganti saya. Ikuti dan patuhilah dia!"
Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang pun di antara para undangan yang
tertawa terbahak-bahak itu menyadari bahwa di antara mereka akan ditebas Ali memang
bersungguh-sungguh dengan kata-katanya itu.
Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat
yang merupakan penyair hebat. Dengan syair-syairnya, mereka berusaha menjelek-jelekkan
Rasulullah SAW. Dengan syair, Walid mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat
penyairnya.
Penduduk Mekah Tidak Hirau
Bersambung.
[05.05, 19/5/2020] Pak Sutam: Ma'iyah injang saudaraku saking Can Nun 🙏
[05.17, 19/5/2020] Arifin Sd: Jadikanlah dirimu sendiri mencari kebaikan yang banyak
apalagi di bulan Ramadhan yang penuh berkah rahmad dan ampunan, InsyaAllah🙏
Bagian 30
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
"Ada apa?"
Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang menatapnya dengan wajah
penuh tanda tanya.
"Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di balik-bukit ini ada pasukan berkuda
yang siap menyerbu. Percayakah kamu kepadaku?"
"Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah kami mendengar engkau berdusta."
"Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang amat berat! Wahai orang-orang
Quraisy, Allah memerintahkan aku untuk memberi peringatan kepada kalian bahwa yang
terbaik bagi kehidupan dunia dan akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallaah
Muhammadurrasulullah."
Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab yang juga hadir di situ, dengan
cepat naik darah. Ia berseru keras-keras mencaci Rasulullah ﷺ,
"Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah seluruh hari-harimu! Hanya untuk
omong kosong itukah kamu mengumpulkan kami?"
Rasulullah ﷺtidak berkata apa-apa dihina sekeras itu. Beliau hanya menatap
tajam wajah Abu Lahab. Setelah teriakan Abu Lahab itu, orang-orang Quraisy seperti
disadarkan dari rasa terpesonanya. Mereka bubar dengan bermacam tingkah. Ada yang
mengerutkan kening, ada yang berbisik-bisik, ada yang melirik Rasulullah SAW sambil
tersenyum mencibir.
Hinaan Abu Lahab itu tidak dibiarkan Allah.Turunlah firman yang mengutuk perbuatan itu.
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman Allah yang baru turun itu! Bukankah
firman itu seperti gelegar petir yang menyambar dirimu?
Dirimulah yang binasa, Abu Lahab! Seluruh hari-harimulah yang binasa! Binasalah kedua
tanganmu dan sungguh engkau akan benar-benar binasa!
Abu Lahab
Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab artinya si "Umpan Api".
Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah ﷺdihina Abu Lahab. Abu
Lahab adalah paman Rasulullah ﷺ.
Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum
dengan ke dua putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah.
Ummu Jamil
بسم هللا الرحمن الرحيم [07.11, 16/5/2020] Khafid Ps:
ﷺ KISAH RASULULLAH
Bagian 26
Diangkat Menjadi Utusan Allah
Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia datang membangunkan Muhammad yang
sedang tidur karena kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad, "Iqra (Bacalah)!"
Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad menjawab, "Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad merasa lemas. Jibril melepaskan
dekapannya, lalu berkata lagi, "Bacalah!"
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian, setelah Muhammad berkata, "Apa yang
harus saya baca?" barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama hingga ayat
kelima:
َ ا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َر ِّب
ك الَّذِي َخلَ َق
َ ا ْق َر ْأ َو َرب
ُّك اأْل َ ْك َر ُم
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun pergi meninggalkan Muhammad
yang hatinya terhujam oleh firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun dari ketakutan sambil bertanya-
tanya dalam hati, "Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada siapa pun. Muhammad diam sebentar
dengan tubuh gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri celah-celah gunung sambil
mengulang pertanyaan dalam hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
Ketulusan Khadijah
Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan nasib suaminya. Beliau mengutus
orang untuk mencari suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang, Muhammad berjalan pulang dengan hati
yang sudah di penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus berdenyut keras dan hati
berdebar ketakutan, beliau pulang ke rumah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil kedinginan seperti terkena demam.
Setelah rasa takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan tatapan mata meminta
kekuatan dan perlindungan.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah terjadi. Beliau juga berkata bahwa
ia takut semua itu bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang, "bergembiralah dan tabahkan
hatimu. Demi Dia yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan
menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah
yang mempererat tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau selalu mau
memikul beban orang lain dan menghormati tamu serta menolong mereka yang dalam
kesulitan atas jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan tenteram ke dalam hati suaminya yang
sedang gelisah. Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan diganggu jin. Beliau
malah memandang suaminya itu dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang Khadijah dengan penuh kasih
dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang Muhammad. Mulai saat itu,
kehidupan penuh perjuangan keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang Rasulullah,
utusan Allah.
Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu. Dilihatnya kembali suaminya yang
tertidur dengan nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa yang baru saja
dituturkan suaminya. Firman Allah dan Malaikat yang indah. Luar biasa!
"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi untuk menuntun umat ini keluar
dari kegelapan," demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun, senyum itu segera menghilang,
berganti rasa takut memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal menimpa suaminya
itu apabila orang-orang ramai menentangnya.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-ganti dalam benak Khadijah.
Akhirnya, beliau memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang bijak yang
dipercayanya.
Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani
yang jujur, dan menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci Ia, Mahasuci. Demi Dia yang
memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus besar'
1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh, dia adalah nabi umat ini. Katakan
kepadanya supaya tetap tabah."
Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur. Dipandanginya suaminya itu dengan
rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh suaminya
menggigil, napasnya terlihat sesak dengan keringat memenuhi wajah.
_______
1) Namus Besar
Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal dari bahasa Yunani, noms, artinya
kitab undang-undang atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah dalam Al
Qur'an.
Bersambung.
[07.19, 16/5/2020] Suwarmi: Alhamdulillah... Terimakasih Pak Ji, kami tunggu lanjutannya.
Bacalah.. Bacalah.. Seruan sejak Awal.. Smg kita semakin rajin membaca utk menambah
pengetahuan
[08.36, 16/5/2020] Harjo: Salam Pramuka... Bakti sosial Kwarcab Lamongan di Weru
Complex
Merupakan wujud nyata dampak positif dari kegiatan Parade Puisi yg diselenggarakan Dinas
Pendidikan Lamongan kemarin.
Telah mengilhami SD Al Huda Sedayulawas untuk mengadakan kegiatan Parade Tahfidz Al
Qur'an secara online.
Aamiin YRA
[21.00, 16/5/2020] Siti Mutawqilah: Ngih pak Insyaallah siap kita cb mengagendakan 😊
[21.17, 16/5/2020] Ana Musnan: InsyaAllah saya juga pingin .mewujudkan impian ini
[05.12, 17/5/2020] Suwarmi: Pingin sekali Pak Ji, semoga guru2 merespon, karena sy itu
tergantung pada mereka, lain dengan Bu Am, ma Bu Siti .
[06.06, 17/5/2020] Siti Mutawqilah: Sdh direspon bu warmi, tp terkendali pulsa. Ibu2 pd
sambat pulsa. Anak2 ini kl diksh pulsa dipake game jg jd cpt hbs. Pa lg ini pake zoom agak
nyedot pulsa 😢
KISAH RASULULLAH
Bagian 27
Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril
membawakan wahyu kepadanya,
َيا أَ ُّي َها ا ْل ُم َّد ِّث ُر
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoeh (balasan) yang lebih banyak.
(74:6)
Khadijah memandang Rasulullah dengan kasih yang bertambah besar. Beliau perlahan
mendekati suaminya. Khadijah dengan lembut memintanya agar kembali tidur.
"Waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi, Khadijah," demikian jawab Rasulullah.
"Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak
mereka, dan supaya mereka beribadah hanya kepada Allah. Namun, siapa yang akan
kuajak? Siapa pula yang akan mendengarkan?"
Khadijah cepat cepat menentramkan hati suaminya. Diceritakannya apa yang tadi dikatakan
Waraqah. Dengan penuh semangat, Khadijah menyatakan diri sebagai orang yang
mengimani Rasulullah.
Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang pertama yang memeluk Islam adalah
Khadijah.
Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah yang dapat melihatnya. Khadijah
mendudukkan Rasulullah di pangkuan sebelah kiri, lalu ke pangkuan sebelah kanan.
Malaikat Jibril masih terlihat oleh Rasulullah. Namun, ketika Khadijah melepas penutup
wajahnya, Rasulullah melihat Sang Malaikat menghilang.
Dari kejadian itu, Bunda Khadijah merasa yakin bahwa yang datang itu benar-benar
malaikat, bukan jin.
*Bertemu Waraqah*
Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Saat itu, Rasulullah
sedang melaksanakan thawaf. Sesudah Rasulullah menceritakan keadaannya, Waraqah
berkata, "Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini.
Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa.
Pastilah kau akan didustakan, disiksa, diusir, dan diperangi orang. Kalau sampai pada waktu
itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang
sudah diketahui-Nya pula."
Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang orang Quraisy itu benar-benar
amat kuat dalam memegang keyakinan mereka.
Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk mempertahankan keyakinan
mereka. Untuk itu, Rasulullah memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.
Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah ternyata tidak juga turun. Jibril tidak pernah datang
lagi untuk waktu yang lama. Rasulullah merasa amat terasing. Rasa takutnya kembali
muncul. Beliau takut jika Allah melupakan bahkan tidak menyukainya. Rasulullah kembali
pergi ke bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira. Ingin rasanya beliau membumbung tinggi
dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah ditinggalkan.
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah untuk menuntun umat ternyata
menjadi kering. Rasulullah saat itu, benar benar hampir merasa putus asa.
ض َح ٰى
ُّ َوال
َ َواللَّ ْي ِل إِ َذا
س َج ٰى
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (93:3)
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan). (93:4)
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi
puas. (93:5)
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (93:6)
ضااًّل َف َهد َٰى
َ َو َو َج َد َك
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (93:7)
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
(93:8)
(93:9)
(93:10)
Rasa cemas dan takut di hati Rasulullah kini hilang sudah. Betapa damainya firman Allah itu
terasa di hati beliau. Rasulullah harus menjauhi setiap perbuatan mungkar dan
membersihkan pakaian. Beliau harus mengajak orang mengingat Allah. Beliau harus tabah
menghadapi gangguan, tidak boleh menolak orang yang meminta bantuan, dan berlaku
lembut kepada anak yatim.
Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah yatim, lalu Allah melindunginya lewat asuhan
kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.
Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya kekayaan. Allah pula yang telah
menyandingkan beliau dengan Khadijah, yang menjadi kawan semasa muda, kawan semasa
beliau ber-tahannuts, kawan yang penuh cinta kasih, yang memberi nasihat dengan rasa
kasih sayang.
Allah telah mendapati Rasulullah tidak tahu jalan, lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian.
Cukuplah semua itu. Hendaklah mulai sekarang, Rasulullah mengajak orang kepada
kebenaran, sedapat mungkin, sekuat mungkin.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 28
*Shalat*
Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang diajarkan Allah kepada Rasulullah
ﷺ. Suatu saat, ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah sedang
melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali yang saat itu masih anak-anak,
tertegun melihat Rasulullah ﷺdan Khadijah rukuk, sujud, serta membaca ayat-
ayat Al Qur'an.
"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah selesai
shalat.
"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah telah mengutusku dan memerintahkan
aku mengajak manusia menyembah Allah."
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali
merasa gelisah.
"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu dengan Abu Thalib," demikian kata
Ali, "apa gunanya saya harus berunding dengan dia untuk menyembah Allah?"
Jadi, Ali adalah anak pertama yang memeluk Islam. Kemudian, Zaid bin Haritsah, bekas
budak yang ikut Rasulullah ﷺ, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau,
serta bekas budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan untuk menyebarkan Islam
lebih luas lagi? Beliau tahu betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang Quraisy
menyembah berhala yang diwarisi dari nenek moyang mereka.
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun kerasnya perlawanan orang.
*Keislaman Abu Bakar*
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah teman akrab Rasulullah
ﷺsejak zaman sebelum Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah
amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah orang yang bersih, jujur, dan dapat
dipercaya.
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang Rasulullah ﷺ. Beliau
segera keluar mencari sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar bertanya kepada
Rasulullah,
"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah), ada apa denganmu? Kini engkau tidak
lagi terlihat di majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa engkau telah
berkata buruk tentang nenek moyangmu dan masih banyak lagi yang mereka katakan."
"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Sekarang, aku mengajak kamu kepada
agama Allah dengan keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa yang
kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar, aku mengajak kamu untuk menyembah
Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah menyembah kepada
selain-Nya, dan untuk selamanya kamu taat kepada-Nya."
Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada teman-temannya. Beliau juga
mengajak mereka mengikuti Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan
Sa'ad bin Abu Waqash pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib untuk menjenguknya karena ia sakit.
Tidak lama kemudian, Rasulullah ﷺdatang ke tempat itu juga dan aku
perhatikan beliau. Waktu itu, tampak jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan
berkata,
Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi
Allah, mendengar kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian, Rasulullah membacakan
ayat,
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka,
demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang
kamu ucapkan."
Kemudian, Rasulullah ﷺberdiri dan pergi keluar. Aku pun mengikuti beliau dari
belakang. Kemudian, aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."
Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah, sadar betul bahwa suaminya kelak
akan dibenci oleh orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya, memilih Islam, dan
menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan Islam yang tidak pernah beliau
nikmati.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 29
Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang, yaitu keteladan Rasulullah
ﷺ, yang beliau contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang penuh
bakti dan penuh kasih sayang. Beliau juga sangat rendah hati sekaligus gagah berani. Tutur
kata beliau lembut dan selalu berlaku adil. Hak setiap orang pasti ditunaikan sebagaimana
mestinya. Perlakuan Rasulullah ﷺterhadap orang-orang yang lemah, yatim
piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah perlakuan yang penuh kasih, lembut dan
sayang.
Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau bertahajud dan membaca wahyu yang
disampaikan Allah padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya. Beliau juga
merenungkan betapa luar biasanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Seluruh
permohonannya dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seperti itu membuat orang-orang yang
sudah beriman semakin bertambah cintanya kepada Islam dan semakin kukuh
keimanannya. Mereka sudah berketetapan hati meninggalkan sesembahan nenek moyang
mereka dan tidak takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.
Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ﷺdaripada kaum kerabatnya sendiri.
Setelah tiga tahun, turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau berdakwah
kepada kerabatnya.
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu kerjakan;
ِيم
ِ الرح ِ َو َت َو َّكلْ َعلَى ا ْل َع ِز
َّ يز
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
"Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau yang bernama Zubair.
Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah mereka makan, Rasulullah
ﷺberdiri dan berkata,
"Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke
tengah-tengah masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini.
Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak
kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau mendukungku?"
Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan bangkit hendak pulang. Namun
mereka kembali terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih remaja bangkit seraya
berseru lantang,
"Rasulullah saya akan membantumu! Saya adalah lawan siapa saja yang engkau tentang!"
"Inilah saudara saya, pembantu, dan pengganti saya. Ikuti dan patuhilah dia!"
Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang pun di antara para undangan yang
tertawa terbahak-bahak itu menyadari bahwa di antara mereka akan ditebas Ali memang
bersungguh-sungguh dengan kata-katanya itu.
Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat
yang merupakan penyair hebat. Dengan syair-syairnya, mereka berusaha menjelek-jelekkan
Rasulullah SAW. Dengan syair, Walid mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat
penyairnya.
[05.05, 19/5/2020] Pak Sutam: Ma'iyah injang saudaraku saking Can Nun 🙏
[05.17, 19/5/2020] Arifin Sd: Jadikanlah dirimu sendiri mencari kebaikan yang banyak
apalagi di bulan Ramadhan yang penuh berkah rahmad dan ampunan, InsyaAllah🙏
Bagian 30
َ اَللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُحمد
"Ada apa?"
Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang menatapnya dengan wajah
penuh tanda tanya.
"Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di balik-bukit ini ada pasukan berkuda
yang siap menyerbu. Percayakah kamu kepadaku?"
tanya Rasulullah ﷺ.
"Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah kami mendengar engkau berdusta."
"Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang amat berat! Wahai orang-orang
Quraisy, Allah memerintahkan aku untuk memberi peringatan kepada kalian bahwa yang
terbaik bagi kehidupan dunia dan akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallaah
Muhammadurrasulullah."
Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab yang juga hadir di situ, dengan
cepat naik darah. Ia berseru keras-keras mencaci Rasulullah ﷺ,
"Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah seluruh hari-harimu! Hanya untuk
omong kosong itukah kamu mengumpulkan kami?"
Rasulullah ﷺtidak berkata apa-apa dihina sekeras itu. Beliau hanya menatap
tajam wajah Abu Lahab. Setelah teriakan Abu Lahab itu, orang-orang Quraisy seperti
disadarkan dari rasa terpesonanya. Mereka bubar dengan bermacam tingkah. Ada yang
mengerutkan kening, ada yang berbisik-bisik, ada yang melirik Rasulullah SAW sambil
tersenyum mencibir.
Hinaan Abu Lahab itu tidak dibiarkan Allah.Turunlah firman yang mengutuk perbuatan itu.
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Wahai Abu Lahab, sekarang apa yang akan engkau katakan? Dengarlah, keponakanmu
Muhammad tidak akan pernah lagi bungkam terhadap orang yang menentangnya.
Keponakanmu Muhammad tidak akan pernah lagi menerima caci maki dan hinaan dari siapa
pun sekali pun dari pamannya sendiri. Jika caci maki itu ditujukan pada ajaran Allah yang
dibawanya. Keponakanmu Muhammad bahkan siap terjun ke medan laga untuk
menghadapi orang-orang yang sombong dan congkak seperti dirimu.
Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman Allah yang baru turun itu! Bukankah
firman itu seperti gelegar petir yang menyambar dirimu?
Dirimulah yang binasa, Abu Lahab! Seluruh hari-harimulah yang binasa! Binasalah kedua
tanganmu dan sungguh engkau akan benar-benar binasa!
Abu Lahab
Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab artinya si "Umpan Api".
Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah ﷺdihina Abu Lahab. Abu
Lahab adalah paman Rasulullah ﷺ.
Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum
dengan ke dua putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah.
Ummu Jamil
Selain Abu Lahab, ada seorang lagi yang amat murka dengan turunnya Surat Al Lahab. Dia
adalah Ummu Jamil, istri Abu Lahab. Begitu mendengar bunyi Surat Al Lahab yang disamp…
Untuk release Aplikasinya nanti insya Allah jam 20.30 terima kasih
[14.50, 19/5/2020] Pak Sutam: Aplikasi diatas tlng segera di Tli tata cara pengisian Dapodik
untuk lembaga dipakai acuan rencana kebutuhan Guru.
[14.51, 19/5/2020] Pak Sutam: Bpk/ Ibu mohon segera dibuka dan di pelajari serta di tindak
lanjuti , wa saking Bpk Kabid GTK , suwu.....n njih
[14.52, 19/5/2020] Judianto Ks. Pcr. 3: Nggih, matur suwun infonya pak
[15.10, 19/5/2020] Pak Sutam: Injih sami2 Bpk / Ibu monggo di pelajari njih berkaitan
dapodik lembaga kebutuhan guru 🙏🙏🙏
[21.24, 19/5/2020] Pak Sutam: Injih matur suwun Bpk / Ibu njih
[21.41, 19/5/2020] Pak Sutam: Mohon Bpk/ Ibu mohon Surat Edaran 👆 untuk di cetak
sebaga pedoman guru2 dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran selama " BELAJAR DI
RUMAH " dengan metode DARING dan LURING di masa pandemi covid - 19 " , terima kasih
atas perhatian dan kerja samanya( Korwil Paciran )
[03.56, 20/5/2020] Pak Sutam: kalau dirasa masih belum paham dengan tata cara validasi
bisa melihat tayangan berikut https://youtu.be/DIvHUCooetU dan apabila masih bingung
bisa menghubungi operator GTK maisng2 Jenjang. terima kasih
[03.56, 20/5/2020] Pak Sutam: Untuk Validasi dan pencataan kebutuhan Guru melalui SIM
PPK harap melaui link https://ppk.pgdikdas.kemdikbud.go.id/validasi/ untuk ke aplikasinya
sendiri menggunakan NPSN dan kode akses sendiri menggunakan kode 12345. sesuai
dengan gambar dibawah
[03.56, 20/5/2020] Pak Sutam: sementara untuk Validator sendiri diisi dengan nama kepala
sekolah. untuk selanjutnya validator ini juga sebagai penanggung jawab dari validasi data
yang sudah dilakukan
[03.56, 20/5/2020] Pak Sutam: Mengingatkan kembali data terkirim terakhir tgl 29 Mei
2020.
[03.58, 20/5/2020] Pak Sutam: Monggo Bpk/ Ibu leres2 segera di tindak lanjuti njih 🙏