Anda di halaman 1dari 5

Biografi 60 Sahabat Nabi

mana tempat tuhannya. Dia bisa langsung menghadap tuhannya untuk


memaparkan kesulitan serta menyampaikan permohonan. Demikianlah
yang tergambar dan terbayang dalam pikiran suku Abdul Asyhal. Berbeda
dengan Rabb Muhammad yang sedang didakwahkan oleh utusan yang
datang kepada mereka itu; tiada seorang pun yang mengetahui tempat
Nya atau melihat-Nya.
Saat kaum muslimin yang sedang duduk bersama Mush'ab melihat
kedatangan Usaid bin Al-Hudhair dengan membawa kemurkaan bagaikan
api yang berkobar, mereka pun merasa khawatir. Tetapi, “ Mush'ab Yang
Baik" tetap tenang, percaya diri, dan menunjukkan kegembiraan.
Bagaikan singa hendak menerkam, Usaid berdiri di depan Mush'ab
dan As'ad bin Zurarah, seraya berkata, " Apa maksud kalian datang ke
kampung kami? Apakah kalian hendak membodohi orang-orang yang
lemah di antara kami? Tinggalkan segera tempat ini, jika kalian tidak ingin
mati!"
Bagaikan samudra yang tenang dan dalam; laksana cahaya fajar
yang ceria dan damai, ketulusan hati “ Mush'ab Yang Baik" mampu
menggerakkan lidahnya untuk mengeluarkan ucapan yang lembut,
" Mengapa Anda tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya Anda
menyukai, Anda dapat menerimanya. Sebaliknya, jika tidak, kami akan
menghentikan apa yang Anda benci."
Usaid adalah sosok yang berakal cerdas. Dalam hal ini, ia melihat
bahwa Mush'ab mengajaknya berdialog dan meminta pertimbangan
kepada hati nuraninya sendiri. Ia hanya dimohon bersedia mendengar,
bukan lainnya. Jika ia menyetujui, ia akan membiarkan Mush'ab, dan jika
tidak, Mush'ab berjanji akan meninggalkan kampung dan penduduknya
untuk mencari tempat dan masyarakat lain, dengan tidak merugikan
orang lain ataupun dirugikan. Ketika itulah, Usaid menjawab, " Sekarang
aku insaf."
Dia pun melemparkan belatinya ke tanah dan duduk mendengarkan.
Ketika Mush'ab membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan menguraikan
seruan yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah, dada Usaid
mulai terbuka dan bercahaya, berdetak mengikuti naik turunnya suara,
40
Mush'ab bin Umair
beberapa bulan kemudian, banyak orang bersedia memenuhi panggilan
Allah dan Rasul-Nya.
Pada musim haji berikutnya setelah tahun Perjanjian Aqabah, kaum
muslimin Madinah mengirim utusan yang mewakili mereka menemui
Nabi. Jumlah mereka adalah tujuh puluh mukmin laki-laki dan
perempuan. Mereka berangkat dipimpin oleh guru mereka, yang tidak
lain adalah orang yang diutus oleh Nabi kepada mereka, yaitu " Mush'ab
Yang Baik".
Dengan kesopanan dan kebaikan yang ditunjukkan, Mush'ab bin
Umair telah menjadi bukti bahwa Rasulullah tahu bagaimana memilih
orang yang tepat. Ia memahami tugas dengan sepenuhnya, dan mampu
menempatkan diri pada batas-batas yang telah ditetapkan. Ia sadar bahwa
tugasnya adalah menyeru kepada agama Allah, menyampaikan berita
gembira tentang agama-Nya yang mengajak manusia menuju hidayah
Allah, membimbing mereka ke jalan yang lurus. Tugasnya hanyalah
menyampaikan agama Allah seperti tugas Rasulullah yang diimaninya.
Di Madinah Mushlab tinggal sebagai tamu di rumah As'ad bin
Zurarah. Ia bersama As'ad mengunjungi kabilah-kabilah, rumah
rumah dan tempat pertemuan, untuk membacakan ayat-ayat Kitab Suci
Rabbnya, yang telah ia ketahui. Mereka berdua menyampaikan kalimat
Allah " bahwa Allah adalah Ilah Yang Maha Esa" secara hati-hati.
Mush'ab pernah menghadapi beberapa peristiwa yang mengancam
keselamatan diri dan sahabatnya, yang nyaris celaka jika tanpa kecerdasan
akal dan kebesaran jiwanya. Suatu hari, ketika ia sedang memberikan
petuah kepada orang-orang, tiba-tiba disergap oleh Usaid bin Al-Hudhair,
pemimpin kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid menodong Mush'ab
dengan belati yang terhunus.
Dia sangat murka dan sakit hati menyaksikan Mush'ab yang datang
untuk menyelewengkan kaumnya dari agama mereka, membujuk
mereka agar meninggalkan tuhan-tuhan mereka, dan menceritakan
Allah Yang Maha Esa yang belum pernah mereka ketahui sebelum itu.
Tuhan-tuhan yang selama ini mereka kenal bisa dilihat dengan jelas
terpajang di tempatnya dan bila seseorang berkepentingan, ia tahu di
39
Biografi 60 Sahabat Nabi
Ibunya menjawab dengan penuh emosi dan kesal, “ Demi bintang!
Sekali-kali aku takkan masuk ke dalam agamamu itu. Otakku bisa jadi
rusak, dan akalku akan melemah."
Mush'ab kini meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang
dinikmatinya selama ini, dan memilih hidup miskin dan sengsara.
Pemuda berpenampilan mewah dan wangi itu kini telah menjadi seorang
melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang. Satu hari ia adakalanya
makan dan beberapa hari menderita lapar. Tetapi, jiwanya yang telah
dihiasi dengan akidah yang suci dan memancar oleh cahaya Ilahi, telah
mengubah dirinya menjadi seorang manusia yang dihormati, penuh
wibawa dan disegani.
Suatu saat Rasulullah memilih Mush'ab untuk melakukan tugas
yang paling agung saat itu. Ia menjadi utusan Rasulullah ke Madinah
untuk mengajarkan agama kepada orang-orang Anshar yang telah
beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di bukit Aqabah, mengajak
orang-orang yang lain agar menganut agama Allah, dan mempersiapkan
Madinah untuk hijrah yang agung.
Ketika itu sebenarnya masih banyak tokoh yang lebih tua di kalangan
sahabat, lebih berpengaruh, dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya
dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi, Rasulullah
menjatuhkan pilihannya kepada “ Mush'ab Yang Baik". Beliau menyadari
sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan tugas yang besar di pundak
pemuda itu, dan menyerahkan nasib agama Islam kepadanya di Madinah,
yang tidak lama lagi akan menjadi Darul Hijrah, pusat para dai dan
dakwah, dan markas para pengemban misi Islam dan prajurit perang.
Mush'ab memikul amanat itu dengan bekal kearifan pikir dan
kemuliaan akhlak yang dikaruniakan Allah kepadanya. Kezuhudan,
kejujuran, dan kesungguhan hatinya telah berhasil melunakkan dan
menawan hati penduduk Madinah hingga mereka berduyun-duyun
masuk Islam.
Pada saat awal tiba di Madinah, yang menganut agama Islam di
sana hanya dua belas orang, yang telah berbaiat di bukit Aqabah. Tetapi,
getting
38
Mush'ab bin Umair
orang di antara mereka berlinang air mata karena terharu. Hal itu karena
mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang penuh dengan
tambalan. Mereka teringat penampilannya sebelum masuk Islam, ketika
pakaiannya bagaikan bunga-bunga di taman hijau yang terawat dan
menyebarkan bau yang wangi.
Rasulullah sendirimenatapnya dengan pandangan yang bijaksana.
Pandangan yang penuh rasa syukur dan kasih sayang. Kedua bibir beliau
menyunggingkan senyuman mulia, seraya bersabda:
" Aku telah mengetahui Mush'ab ini sebelumnya. Tidak ada pemuda
Mekkah yang lebih dimanja oleh orang tuanya seperti dirinya. Kemudian
ia meninggalkan itu semua karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya."
Sejak ibunya merasa putus asa untuk mengembalikan Mush'ab
kepada agama yang lama, segala fasilitas yang dahulu dinikmatinya
dihentikan. Bahkan, ibunya tidak sudi nasinya dimakan orang yang telah
mengingkari berhala. Sang ibu tega membiarkannya menanggung derita
kemurkaannya, walau itu adalah anak kandungnya sendiri.
Akhir pertemuan Mush'ab dengan ibunya adalah ketika perempuan
itu hendak mengurungnya kembali setelah ia pulang dari Habasyah. Ia
pun bersumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang
orang yang membantu melaksanakan rencananya. Karena sang ibu telah
mengetahui kebulatan tekad putranya yang tidak bisa ditawar lagi, tidak
ada jalan lain baginya kecuali melepasnya dengan cucuran air mata,
sementara Mush'ab pun tidak kuasa menahan tangis.
Perpisahan itu menggambarkan kepada kita kegigihan yang luar
biasa dari pihak ibu dalam kekafiran, sebaliknya kebulatan tekad sangat
kuat dari pihak anak dalam mempertahankan keimanan. Sang ibu
mengusirnya dari rumah.
Dia berkata, " Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi."
Mush'ab menghampiri ibunya seraya berkata, " Wahai Bunda! Saya
ingin menyampaikan nasihat kepada bunda, dan ananda merasa kasihan
kepadamu. Saksikanlah bahwa tiada Ilah (yang berhak disembah) selain
Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
37
Biografi 60 Sahabat Nabi
disampaikan oleh Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka,
mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan; kejujuran dan ketakwaan.
Ketika sang ibu hendak membungkam mulut putranya dengan
tamparan keras, tangan yang terayun bagai anak panah itu tiba-tiba
lunglai dan jatuh terkulai di hadapan cahaya yang membuat wajah yang
telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan tenang. Kewibawaannya
telah menimbulkan penghormatan dan ketenangannya menumbuhkan
kepercayaan.
Sebagai seorang ibu, ibunda Mush'ab tidak tega memukul dan
menyakiti putranya. Tetapi pengaruh berhala-berhala terhadap dirinya
membuat dirinya harus bertindak dengan cara lain. Ia membawa putranya
itu ke ruang yang terisolir di dalam rumahnya, lalu mengurungnya di
dalam ruangan itu dan ditutup rapat-rapat.
Mush'ab tinggal dalam kurungan itu sekian lama hingga beberapa
orang di antara kaum muslimin hijrah ke Habasyah (Etiopia). Mendengar
berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui
ibu dan penjaga-penjaganya, lalu hijrah ke Habasyah dengan penuh
ketaatan. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muhajirin,
lalu pulang ke Mekkah.
Kemudian ia pergi lagi untuk hijrah kedua bersama para sahabat atas
titah Rasulullah dan karena taat kepada beliau. Tetapi, di Habasyah
maupun di Mekkah tidak ada bedanya bagi Mush'ab. Ujian dan
penderitaan yang harus dihadapi Mush'ab kian meningkat tanpa kenal
waktu dan tempat.
Mush'ab telah berhasil membentuk pola kehidupannya dengan format
baru sesuai dengan yang dicontohkan oleh sosok pilihan, Muhammad
Dia kini telah sampai pada keyakinan bahwa hidupnya sudah sepantasnya
dipersembahkan untuk Penciptanya Yang Mahatinggi, Rabb-nya Yang
Maha-agung.
Suatu hari ia muncul di hadapan beberapa kaum muslimin yang
sedang duduk di sekeliling Rasulullah Saat memandang Mush'ab,
mereka semua menundukkan kepala dan merasa prihatin. Beberapa
36
Mush'ab bin Umair
gembira. Tetapi, Rasulullah mengulurkan tangannya yang penuh kasih
sayang dan mengurut dada pemuda yang sedang bergejolak itu. Tiba
tiba, hatinya berubah tenang dan damai, bagai lautan yang dalam.
Pemuda yang baru saja masuk Islam dan beriman itu tampak telah
memiliki hikmah yang luas dan berlipat ganda dari ukuran usianya. Ia
mempunyai kepekatan hati yang mampu mengubah jalan sejarah.
Ibunda Mush'ab, Khannas binti Malik, adalah sosok ibu yang
memiliki kekuatan kepribadian yang cemerlang. Pesona pribadinya itu
telah membuatnya disegani. Setelah memeluk Islam, tidak ada sosok
yang paling membuat Mush'ab khawatir dan takut di muka bumi ini
selain ibundanya.
Seandainya Mekkah, dengan segala patung, tokoh-tokoh terhormat,
dan padang pasirnya membentuk sebuah formasi yang mengepung dan
memusuhinya, Mush'ab akan menganggap itu bukanlah musuh yang
berat saat itu. Tetapi, bila musuh itu adalah ibunya, inilah kekhawatiran
yang membuatnya gelisah.
Dia berpikir cepat dan memutuskan untuk menyembunyikan
keislamannya, kecuali jika Allah berkehendak lain. Tetapi, ia tetap bolak
balik ke Darul Al-Arqam dan bermajelis bersama Rasulullah. Dia benar
benar merasa tenteram dengan menjadi orang yang beriman dan tetap
berupaya menghindari kemurkaan ibunya, yang sampai saat itu tidak
tahu sama sekali cerita tentang keislamannya.
Hanya saja, di Mekkah tiada rahasia yang tersembunyi. Mata dan
telinga orang-orang Quraisy ada di setiap tempat mengikuti setiap
langkah dan menyusuri setiap jejak. Utsman bin Thalhah melihat
Mush'ab ketika memasuki rumah Al-Arqam secara diam-diam. Kali lain,
Utsman melihatnya shalat seperti yang dilakukan oleh Muhammad. Ia
pun segera menemui ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang dijamin
kebenarannya.
Mush'ab berdiri di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar
Mekkah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang benar-benar
yakin dan mantap, Mush'ab membacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang
35
Biografi 60 Sahabat Nabi
Sungguh, kisah hidupnya merupakan suatu kehormatan bagi seluruh
umat manusia.
Suatu hari, anak muda ini mendengar tentang Muhammad Al-Amin
yang mulai menjadi perhatian bagi penduduk Mekkah; bahwa Muhammad
menyatakan dirinya telah diutus oleh Allah sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan, sebagai penyeru yang mengajak umat
beribadah kepada Allah Yang Maha Esa.
Saat siang dan malam perhatian penduduk Mekkah tidak lepas dari
berita itu. Ketika yang ada hanya perbincangan tentang Rasulullah
dan agama yang dibawanya, anak muda yang manja ini paling banyak
mendengar berita itu.
Meskipun usianya masih belia, ia menjadi bunga di setiap tempat
pertemuan dan perkumpulan. Setiap pertemuan apa pun, mereka selalu
berharap Mush'ab hadir di dalamnya. Penampilannya yang anggun dan
otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair, yang mampu
membuka semua hati dan pintu.
Mush'ab telah mendengar bahwa Rasulullah bersama pengikutnya
sering mengadakan pertemuan di suatu tempat yang jauh dari gangguan
dan ancaman orang-orang Quraisy. Pertemuan itu dilaksanakan di bukit
Shafa di rumah Al-Al-Arqam bin Abul Al-Arqam.
Tanpa berpikir panjang dan tanpa seorang pun yang menemani, pada
suatu senja ia pergi ke rumah Al-Arqam. Kerinduan dan rasa penasaran
telah mendorongnya melakukan itu.
Di tempat itulah, Rasulullah bertemu dengan para sahabatnya,
untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur'an kepada mereka dan shalat
bersama mereka, menghadap kepada Allah Yang Mahatinggi lagi
Mahakuasa.
Ketika Mush'ab baru saja duduk, ayat-ayat Al-Qur'an mulai mengalir
dari kalbu Rasulullah, bergema melalui kedua bibir beliau, mengalir
sampai ke telinga dan meresap ke dalam hati para pendengar. Di senja itu
hati Mushab telah berubah menjadi hati yang tunduk oleh ayat-ayat Al
Quran. Keharuan yang ia rasakan hampir-hampir saja membuat tubuhnya
terangkat dari tempat duduknya. Ia seolah-olah terbang oleh perasaan
34
MUSH'AB BIN UMAIR
Duta Islam Pertama
Mush'ab bin Umair salah seorang sahabat Muhammad. Alangkah
baiknya bila kita memulai kisah di buku ini dengan dirinya.
Mush'ab bin Umair adalah seorang remaja Quraisy terkemuka,
paling tampan, penuh dengan jiwa dan semangat muda. Sejarawan dan
ahli riwayat menjelaskan masa mudanya dengan ungkapan, " Seorang
penduduk Mekkah yang mempunyai nama paling harum."
Dia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan serta tumbuh dalam
lingkungannya. Mungkin tidak seorang pun di antara anak-anak muda
Mekkah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya sedemikian
rupa sebagaimana Mush'ab bin Umair.
Mungkinkah anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah
dan manja, menjadi buah bibir gadis-gadis Mekkah, dan menjadi bintang
di tempat-tempat pertemuan, akan berubah menjadi pelaku cerita
tentang keimanan dan kepahlawanan?
Demi Allah, kisah Mush'ab bin Umair atau yang dijuluki oleh kaum
muslimin dengan sebutan " Mush'ab Yang Baik" adalah kisah yang penuh
pesona. Ia merupakan salah satu di antara orang-orang yang ditempa
oleh Islam dan dididik oleh Muhammad Namun, bagaimana sosok
sejatinya?
33
ORANG-ORANG
MULIA DI SISI
RASULULLAH

Anda mungkin juga menyukai