Anda di halaman 1dari 8

TANYA-JAWAB AQIQAH

Oleh: Ustadz Syamsul Afandi, SS

pertanyaan 1

Apa yang dimaksud denga aqiqah ?

Jawaban:

Aqiqah menurut bahasa artinya, sembelihan atau pemotongan. Inilah arti yang
dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal sehingga beliau berkata : Aqiqah itu (artinya)
tidak lain melainkan sembelihan itu sendiri
menurut syara ialah penyembelihan binatang ternak pada hari ketujuh dari
kelahiran anak laki-laki ataupun perempuan. Pada hari itu anak diberi nama yang
baik dan rambut kepalanya dicukur.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Samurah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : Setiap anak yang
baru lahir tergadai (menjadi tanggungan) dengan aqiqanya sampai disembelih
(aqiqah) itu untuknya pada hari ketujuh, dicukur dan diberi nama. (HR. Ahmad,
Imam Empat dan Disahkan oleh At-Turmudzi).
jadi, Aqiqah adalah sembelihan demi mensyukuri kelahiran jabang bayi, yang
dilaksanakan pada hari ke-tujuh karena Allah swt.

pertanyaan 2

Apakah hukumnya aqiqah bagi anak?

Jawaban:

Menurut sebagian besar ulama, Aqiqah hukummnya sunnah muakkad bagi kedua
orang tua yang mempunyai tanggungan belanja atas anak itu dan orang tua itu
mampu mengaqiqahkan. Jika orang tua tidak mampu maka tidak apa-apa baginya
meninggalkan aqiqah.

Dan yang beraqiqah boleh memakan sepertiga dari daging aqiqah itu. Tetapi apabila
aqiqah ini dinadzarkan, maka hukumnya wajib. Dan daging aqiqah nadzar ini harus
dibagikan seluruhnya dan yang beraqiqah tidak boleh makan dagingnya sama sekali.

Dan menurut ulama Hanafiyah hukumnya mubah (dilaksanakan tidak dapat pahala,
ditinggal tidak pula berdosa). Ada juga yang mengatakan wajib, seperti pendapatnya
Imam al-Laitsy.

pertanyaan 3

Kapankah masanya aqiqah itu dilaksanakan? Bila anak tersebut belum diaqiqahkan
hingga dewasa, apa boleh ia di-aqiqahkan saat dewasa?
Jawaban:
Pada dasarnya pelaksanaan aqiqah disunatkan pada hari ketujuh setelah kelahiran.
Ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw. yang berbunyi: Dari Samurah ra,
sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : Setiap anak yang baru lahir
tergadai (menjadi tanggungan) dengan aqiqanya sampai disembelih (aqiqah) itu
untuknya pada hari ketujuh, dicukur dan diberi nama. (HR. Ahmad, Imam Empat
dan Disahkan oleh At-Turmudzi).

Walaupun pelaksanaan aqiqah disunatkan pada hari ketujuh setelah kelahiran, para
ulama berpendapat aqiqah tetap disunatkan selama bayi belum diaqiqahi. Imam
Ahmad dalam kitab Busyra al-Kariim berpendapat bahwa waktu aqiqah itu mulai
kelahiran hingga anak itu balligh. Bahkan Nabi pun baru melaksanakan aqiqah atas
diri beliau setelah menerima tugas kenabian. Berdasarkan keterangan di atas, boleh
aqiqah untuk anak yang sudah dewasa. Karena Rasulullah pernah melaksanakan
aqiqah atas dirinya sesudah kenabian beliau. Sedang daging aqiqah memang
seharusnya disajikan dalam keadaan matang, kebalikan dari daging kurban yang
harus dibagikan dalam keadaan mentah.

pertanyaan 4

Apa tujuan dan hikmah disyariatkan aqiqah bagi orang mumin?

Jawaban:

Hikmah disyariatkannya aqiqah adalah mensyukuri nimat Allah yang telah


mengaruniai jabang bayi, mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, untuk
menyiarkan nasab atau garis keturunan pada khalayak, untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, agar anak yang diaqiqahi -dengan doa jamaah- menjadi anak
yang shaleh dan berbakti kepada Allah SWT dan kedua orang tua, untuk
menumbuhkan kepekaan sosian terhadap fakir miskin, untuk menumbuhkan rasa
rela berkorban dalam menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, untuk
menumbuhkan rasa persaudaraan di antara sanak famili dan handai tolan, dengan
mengundang mereka pada pesta aqiqah tersebut, juga sebagai media dakwah kepada
saudara kita yang kaya, agar mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah dan
memiliki kepekaan sosial terhadap duafa.

pertanyaan 5

Berapa ekor kambing bagi bayi laki-laki dan bayi perempuan? Dan apa boleh bagi seorang
bayi laki-laki hanya seekor kambing?
Jawaban:

Adapun binatang ternak untuk aqiqah adalah kambing, bagi anak laki-laki dua ekor
kambing dan bagi anak perempuan satu ekor kambing. Selain itu juga tidak
diperbolehkan adanya kebersamaan (satu kambing untuk beberapa anak). Ini
berdasarkan hadits Nabi SAW yang diriwatkan oleh Abu Dawud.
Rasulullah SAW bersabda Allah tidak menyukai kenakalan anak-anak terhadap
kedua orang tuanya (durhaka), siapa yang dianugerahi seorang anak dan ingin
beribadah menyembelih hewan untuknya, maka laksanakanlah untuk anak laki-
laki dua ekor kambing yang setingkat dan untuk anak perempuan seekor
kambing. (HR. Abu Dawud).

Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah


mengaqiqahkan Hassan dan Hussain (masing-masing) dengan dua ekor kambing
kibasy (HR. Nasai)

Ada yang berpendapat bahwa Aqiqah dilaksanakan dengan menyembelih seekor


kambing untuk seorang bayi. Sama saja, baik bayi laki-laki atau perempuan. Karena
Rasulullah meng-aqiqahi ke dua cucunya, Hasan dan Husein, seekor untuk Hasan
dan seekor untuk Husein.

Saya kira dari dua pendapat ini yang afdlol adalah pendapat pertama, yaitu dua ekor
kambing bagi bayi laki-laki dan seekor kambing bagi perempuan.

pertanyaan 6

Apakah orang tua masih memiliki hutang, jika dia belum mengaqiqahi anaknya ?

Jawaban:

Dengan melaksanakan aqiqah, maka sang bapak telah membebaskan anaknya dari
tuntutan. Sabda Rasulullah SAW: Kullu mauluudin marhuunun bi aqiiqatihi
(setiap bayi tertuntut (tergadai) sampai pelaksanaan aqiqahnya).

Bisa dikatakan masih memiliki hutang, yang dimaksud berhutang disini adalah ia
berhutang karena belum melaksanakan kesunnatan. Tetapi, jika hutang (aqiqah) itu
tidak disahur, maka tidak berdosa, karena aqiqah itu hukumnya adalah sunah
muakkadah.

pertanyaan 7

Bolehkah kita mengaqiqahkan diri kita sendiri?

Jawaban:

Boleh mengaqiqahi diri sendiri seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW
setelah kenabian.

pertanyaan 8

Bolehkah aqiqah tersebut kita wakilkan pelaksanaannya kepada orang lain dan
bolehkah diganti bentuknya dengan uang seharga hewan aqiqah?

Jawaban:

Untuk sekedar pelaksanaan aqiqah, boleh saja diwakilkan kepada orang lain. Tetapi
yang jelas niatnya untuk orang tertentu, misalkan untuk diri kita, anak kita, dan istri
kita. Dan juga tentunya dana atau uangnya dari kita.
Sedangkan mengganti aqiqah dengan sejumlah uang seharga hewan aqiqah lalu uang
itu dibagikan pada fakir miskin tidak diperkenankan. Sebab, kedudukan aqiqah tidak
bisa diganti dengan uang yang senilai daging aqiqah, aqiqah merupakan termasuk
syariat atau ketentuan Allah SWT yang makhsus dengan kelahiran anak, uang saja
tidak dapat menggantikan posisi hikmah dan tujuan dari aqiqah.

pertanyaan 9
Bolehkan mengundang teman-teman sekantor untuk datang ke rumah untuk makan
bersama? Bolehkah uang biaya aqiqah tersebut saya serahkan ke panti asuhan
(tanpa menyembelih kambing)?

Jawaban:
Keinginan kita mengundang teman-teman kantor Anda dalam acara aqiqah itu
memang disunatkan/dianjurkan demikian. Juga jangan lupa untuk mengundang
sanak famili.
Adapun mengalihkan biaya aqiqah ke panti asuhan, itu tidak menggugurkan
kesunatan aqiqah. Maksudnya, aqiqah bentuk ibadah tersendiri dan bersedekah itu
juga ibadah tersendiri, keduanya sama-sama disunahkan. Tetapi antara yang satu
dengan yang lain tidak saling mengganti. Jadi, bila Anda mengalihkan biaya aqiqah
untuk disedekahkan ke panti asuhan itu hak Anda. Boleh-boleh saja dan Anda tentu
mendapat pahala sedekah. Tetapi kesunatan melaksanakan aqiqah belum gugur.

pertanyaan 10

Bagaimana jika anak sudah berumur 10 bulan dan laki-laki belum diaqiqahi. Dan
baru mendapat rizki setelah 10 bulan dari kelahirannya, maka jika ingin diaqiqahi
bagaimana caranya?

Apakah juga harus memberikan selamatan atau cukup dengan potong kambing saja
dan dibagikan?.

Jawaban:

Walaupun pelaksanaan aqiqah disunatkan pada hari ketujuh setelah kelahiran, para
ulama berpendapat aqiqah tetap disunatkan selama bayi belum diaqiqahi. Imam
Ahmad berpendapat bahwa waktu aqiqah itu mulai hari ketujuh setelah kelahiran
hingga baligh. Bahkan Nabi pun baru melaksanakan aqiqah atas diri beliau setelah
menerima tugas kenabian. Jadi, kalau anak diaqiqahi pada umur 10 bulan tidak apa-
apa dan cara penyembelihannya seperti penyembelihan hewan kurban yang berbeda
niat dan waktunya.

Untuk mengadakan pesta aqiqah, sesuaikan saja dengan adat setempat. Bagaimana
kebiasaan di lingkungan Anda dalam mengadakan pesta-pesta macam selamatan apa
saja. Kalau biasanya pakai selamatan ya pakai selamatan. Kalau biasanya hanya
mengundang makan bersama sanak famili dan tetangga di rumah, ya kerjakan
seperti itu.
Yang perlu diingat, dalam mengadakan aqiqahan ini adalah, mengikuti sunah Rasul,
unsur terpokok adalah (menyembelih) kambing, atau sapi untuk 7 bayi. Dari daging
sembelihan itulah yang digunakan untuk pesta/selamatan.
pertanyaan 11

Bagaimana jika seseorang ingin mengaqiqahi putranya tetapi dia tidak mampu
membeli kambing, apa boleh diganti dengan ayam, telor atau ikan?

Jawaban:

Tidak boleh mengganti sembelihan aqiqah dengan selain kambing. Hewah aqiqah itu
sudah muayyan (tertentu) tidak bisa dirubah menurut selera kita. Perhatikan lagi
pengertian aqiqah di bawah ini!

Aqiqah menurut bahasa artinya, sembelihan atau pemotongan. Inilah arti yang
dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal sehingga beliau berkata : Aqiqah itu (artinya)
tidak lain melainkan sembelihan itu sendiri
Aqiqah menurut istilah adalah Menyembelih kambing untuk anak pada hari
ketujuh dari hari kelahirannya.

Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah


mengaqiqahkan Hassan dan Hussain (masing-masing) dengan dua ekor kambing
kibasy
(HR. Nasai)
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam telah mengaqiqahkan untuk Hassan dan Hussain (masing-masing)
dengan seekor kambing kibasy
(HR. Abu Dawud)

Kedua hadits di atas merupakan dasar bahwa aqiqah dengan selain kambing seperti
ayam, telor, atau ikan tidak diperkenankan syara.

wAllahu alam bi shawwab

pertanyaan 12

Bolehkan menggabungkan antara hewan aqiqah dan hewan kurban menjadi satu,
maksudnya satu ekor kambing untuk dua ibadah yaitu niat kurban dan niat aqiqah?

Jawaban:

Menggabungkan dua niat aqiqah dan kurban dengan satu ekor kambing itu tidak
mungkin, sebab syariat, hukum, waktu, dan hikmah dan tujuannya berbeda. tetapi,
jika saat mengaqiqahi anak waktunya bersamaan dengan waktu kurban, maka
penyembelihannya boleh bersama-sama dalam satu waktu dan tetap sendiri-sendiri.

pertanyaan 13

Bolehkan tempat aqiqah terpisah dengan anak yang akan diaqiqahkan? Misalnya
anak yang baru lahir di Malang sedangkan acara aqiqahnya di Sumatra?

Jawaban:
tempat aqiqah boleh terpisah dengan anak yang akan diaqiqahkan, karena inti dari
aqiqah adalah menyembelih kambing dengan niat sebagai aqiqah untuk anak.
Dengan demikian jika kambing yang disembelih di Sumatra tersebut diniatkan
sebagai aqiqah anak yang baru lahir di Malang, maka sah aqiqahnya meskipun
berbeda tempat.

pertanyaan 14

jika kita aqiqah bolehkah kita makan dari aqiqah itu itu? bagaimana dengan paket-
paket aqiqah seperti yang lagi ngetrend saat ini?
bolehkah aqiqah dengan menggunakan paket aqiqah semacam itu?
Jawaban:
Pembagian atau distribusi daging Aqiqah dan Qurban adalah sama. Perbedaannya
kalau daging kurban dibagikan ketika masih mentah sedangkan daging aqiqah
dibagikan setelah dimasak. Teknis pembagian dagingnya berfariasi asal tidak
menyalasi syara dan tepat sasarannya. Intinya aqiqah itu adalah ungkapan rasa
syukur atas anugrah Allah SWT dengan kelahiran sang jabang bayi.
Allah Taala berfirman: Maka makanlah sebagiannya (dan sebagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang sengsara lagi fakir. (QS. Al-Hajj: 28)

Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa
yang ada padanya (yang tidak meminta-minta ) dan orang yang meminta. (QS.
Al-Hajj: 36).

Sebagaian kaum Salaf lebih menyukai membagi aqiqah atau qurban menjadi tiga
bagian berdasarkan ayat-ayat diatas:
Sepertiga untuk dimakan diri sendiri, sepertiga untuk hadiah orang-orang mampu
dan sepertiga lagi shadaqah untuk fuqara.
Namun untuk aqiqah lebih afdhal dibagi dalam keadaan sudah masak.

(Lihat Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud karya Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, busral
kariim, ibanatul ahkam dan fathul wahhab tentang aqiqah)

Mengenai paket aqiqah, selama tidak ada penyimpangan dari syariat maka boleh-
boleh saja.

pertanyaan 15

Bagaimana ketentuan dan syarat binatang aqiqah?


Jawaban:

Ketentuan dan syarat binatang untuk aqiqah sama dengan ketentuan dan syarat
binatang qurban.

pertanyaan 16

Hal-hal apa saja yang disunnahkan saat melaksanakan aqiqah?


Jawaban:
Hal-hal yang Disunnahkan Waktu Melaksanakan Aqiqah
a.Membaca basmalah.
b.Membaca sholawat atas Nabi.
c.Membaca takbir.
d.Membaca doa.
e.Disembelih sendiri oleh ayah dari anak yang diaqiqahkan.
f. Daging aqiqah dibagikan kepada fakir miskin, sanak famili dan tetangga setelah
dimasak terlebih dahulu.
g. Pada hari itu anak dicukur rambutnya dan diberi nama dan bersedekah seberat
rambu bayi yang baru dicukur dengan nilai 1/2 atau 1 dirham.

pertanyaan 17

Bolehkah seorang anak dewasa dan telah memiliki penghasilan tetap dengan
bernazar jika ia mendapatkan kelebihan penghasilan ia akan mengaqiqahkan
almarhum ayahnya sebagai tanda bakti anak kepada orangtua katanya, sedangkan si
anak sendiri belum pernah diaqiqahkan oleh orangtuanya.
Apa hukumnya menurut agama dan bagaimana yang sebaiknya dilakukan dalam
masalah tersebut?
Jawaban:

Ada perbedaan pendapat para ulama tentang aqiqah untuk orang yang telah wafat
ini. Sebagian mengatakan boleh dan sebagian lagi mengatakan tidak boleh.
jika kita mengambil pendapat yg mengatakan boleh, maka perlu diperhatikan, yaitu
pertama ada pertanyaan : apakah yakin bahwa almarhum itu belum di akikahkan
saat hidupnya?,
kedua, bahwa hukum aqiqah itu sunnah muakkadah bukan wajib.

jika tidak yakin, maka sebaiknya yang dilakukan adalah berkurban saja yang
diniatkan pahalanya untuk almarhum, bukan aqiqah, karena Jumhur (pendapat
terbesar) para ulama adalah melarang aqiqah dilakukan dua kali untuk satu orang,
hukum aqiqah sunnah dan hukum berkurban adalah wajib.

jika memang belum aqiqah, dan anak yang masih hidup juga belum aqiqah, maka yg
didahulukan adalah yang masih hidup dari pada yang telah meninggal.
namun tak ada larangan dalam syariah untuk mengaqiqahkan orang yang sudah
wafat sebelum dirinya. karena dasar dari hukum aqiqah adalah sunnah, bukan wajib.
Wallahu alam

pertanyaan 18

Bagaimana status nazar niat seorang anak yang akan mengaqiqahkan orang tuanya
yang telah wafat, apakah jatuh hukumnya sunnah atau wajib?

Jawaban:

jika telah jelas bahwa orang tuanya memang belum aqiqah dimasa hidupnya, maka
boleh saja meng-aqiqahkannya, ini jika dia mengikuti pendapat yang membolehkan
aqiqah bagi orang yang sudah wafat. Dan aqiqahnya tidak sah jika dia mengikuti
pendapat ulama yang tidak membolehkan aqiqah pada orang yang telah meninggal.
jika ia telah nadzar, didasari kepastian bahwa orang tuanya belum aqiqah dimasa
hidupnya, maka nadzarnya menjadi wajib jika ia mengikuti pendapat ulama yg
membolehkan Aqiqah pada yang telah wafat, dan menjadi tidak sah (batal)
nadzarnya jika dia mengikuti pendapat yang kedua.

Yang afdhal, agar berkurban saja atas nama ayahanda, maka tak terbatas banyaknya,
sebagaimana Rasul saw berbuat demikian, dan pernah diriwayatkan bahwa salah
seorang ulama hadits besar, yaitu Abul Abbas muhammad bin Ishaq Attsaqafi
menyembelih 12.000 ekor kambing, yg dihadiahkan pada Rasulullah saw.

dalam hal ini tak ada ikhtilaf mengenai kebolehannya, berbeda dengan aqiqah yg
masih terdapat ikhtilaf jika telah wafat.
Wallahu alam

pertanyaan 19

Seorang muslim mempunyai bayi yang baru lahir, maka mana yang didahulukan
diaqiqahi?

Jawaban:

Boleh mengaqiqahi dirinya sendiri atau bayinya. Tetapi yang afdhol adalah bayinya
terlebih dahulu, sebab aqiqah itu adalah penyembelihan yang berkaitan dengan
kelahiran bayi. Sedangkan ayahnya sesudah pelaksanaan aqiqah anaknya dan jika
tidak aqiqah juga tidak apa-apa sebab hukum aqiqah adalah sunnah bukan wajib.
Kalau bisa kedua-duanya maka lebih baik. Wallahualam.

<! @page { size: 21cm 29.7cm; margin: 2cm } P { margin-bottom: 0.21cm } >

Pertanyaan 20

Apa maksud dari hadits Nabi Muhammad SAW: Setiap anak yang baru lahir tergadai
(menjadi tanggungan) dengan aqiqanya sampai disembelih (aqiqah) itu untuknya
pada hari ketujuh, dicukur dan diberi nama. (HR. Ahmad, Imam Empat dan
Disahkan oleh At-Turmudzi).?

Jawaban:

Hadits di atas memberikan dasar pada kita semua bahwa setiap anak yang baru lahir
masih tergadai atau menjadi tanggungan orang tuanya yang berharta dan mampu
untuk mengaqiqahkan. H. Sulaiman Rasyid dalam bukunya fikih Islam beliau
berpendapat bahwa maksud dari kata Tergadai adalah jika anak itu meninggal
dunia saat masih kecil dan belum diaqiqahi, sedangkan orang tuanya mampu untuk
mengaqiqahkan putranya, maka besok pada hari kiyamat anaknya tidak dapat
memberikan pertolongan (mendoakan orang tuanya kepada Allah) saat orang
tuanya membutuhkan doa anak-anaknya. Dalam kitab Busra al-Karim Bab Aqiqah,
disebutkan bahwa maksud dari kata tergadai adalah jika anak itu meninggal dunia
dan belum diaqiqahkan, maka anak itu kelak hari kiyamat tidak dapat memberi
syafaat kepada kedua orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai