Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AQIQAH

Dosen Pengampu: Suparlan M. Pd.

Disusun Oleh : kelompok 11

NAMA NlM

ESTI EVILA 202111526001

AGIL ANANDA OKTAVIANA 202111526015

SITI NURUL HUDAYANA 202111526044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PALAPA NUSANTARA

TA.2022/2023

0
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum, wr. wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suparlan ,M.Pd. yang telah menugaskan
kami membuat makalah ini.
Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah
banyak berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan yang itu memang kelemahan
dari penulis sendiri. Untuk itu, penulis mohon untuk diberikan kritik dan saran
untuk kemajuan penulis guna perbaikan makalah berikutnya.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amiin
Wassalamu'alaikum, wr. Wb

Pematung, 8 November 2022

Pemakalah Kelompok 11

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................1

DAFTAR ISI ..............................................................................................2

BAB 1. PENDAHULUAN

A.Latar belakang........................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah...................... .......................................................... 3

C Tujuan.................................................................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqiqah.................................................................................5

B.Dasar Hukum Aqiqah.............................................................................5

C. Ketentuan Hewan Aqiqah................................................................... .6

D.Pelaksanaan Aqiqah.............................................................................. 7

E.Tata cara pembagian daging aqiqah...................................................... 9

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN .................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 11

2
BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aqiqah adalah suatu tradisi islam yang mana telah ada sejak zaman Nabi
saw. Yakni selamatan atas kelahiran seorang bayi ke dunia. Kelahiran bayi
dirayakan merupakan sebagai rasa syukur terhadap Allah swt yang mana
terlahirnya anak didunia. Tradisi ini bertujuan untuk menjamu dengan memasak
daging yang mana mempunyai tujuan yang baik yakni bentuk sosial yang mana
adanya interaksi sosial masyarakat.
Bila ‘aqiqah’ diakui sebagai “Sunnah” Rasulullah saw., apakah esensi
“sunnah”nya terletak pada hari pelaksanaannya, ataukah pada hewan yang
disembelih, ataukah jumlah hewan yang disembelih untuk bayi laki-laki dua
ekor kambing dan satu ekor kambing untuk bayi perempuan, ataukah terletak
pada aspek lainnya, misalnya nilai syukur atas kelahiran sang bayi.
Dikalangan masyarakat memandang membuat aqiqah anak-anak itu
memang benar-benar perintah agama. Dalam pelaksanaan aqiqah ini
mempunyai tata cara tentang bagaimana pelaksanaan, syarat-syarat binatang dan
hukum tentang aqiqah, lebih jelasnya akan dibahas dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa Pengertian Aqiqah?
2.Apa Dasar Hukum Aqiqah?
3.Seperti apakah ketentuan hewan Aqiqah?
4.Bagaimanakah pelaksanaan Aqiqah?
5.Bagaimana tata cara pembagian daging Aqiqah?

3
C.TUJUAN
1.Untuk Mengetahui Pengertian Aqiqah?
2.Untuk Mengetahui Dasar Hukum Aqiqah?
3.Untuk mengetahui ketentuan hewan Aqiqah?
4.Untuk mengetahui pelaksanaan Aqiqah?
5.Untuk Mengetahui tata cara pembagian daging Aqiqah?

4
BAB ll
PEMBAHASAN
A.Pengertian Aqiqah
Aqiqah berasal dari kata aqiq yang berarti rambut bayi yang baru lahir.
Karena itu aqiqah selalu diartikan mengadakan, selamatan lahirnya seorang bayi
dengan menyembelih hewan (sekurangnya seekor kambing).1Menurut istilah
syara’ artinya menyembelih ternak pada hari ketujuh dari kelahiran anak, yang
pada hari itu anak diberi nama dan rambutnya di potong.2
Sebenarnya banyak sekali pengertian aqiqah, namun dari kesemuanya dapat
diambil titik tengah sebagai berikut:
1. Aqiqah merupakan upacara ritual yang dilaksanakan pada saat lahirnya
keluarga baru atau kelahiran baru.
2. Upacara ritual aqiqah terdiri dari beberapa bagian anatara lain menyembelih
hewan, memotong rambut, sedekah, pemberian nama, serta acara lainnya.
3. Inti aqiqah adalah ungkapan rasa syukur yang dituangkan dalam kurban,
sedekah, emas atau perak ataupun berupa makanan.3
B. Dasar Hukum Aqiqah
Hukum Aqiqah adalah sunnah muakkad, sekalipun orang tua dalam
keadaan sulit, “Aqiqah dilakukan Rasulullah dan Sahabat”. Seperti diketahui
kelahiran seorang bayi merupakan berita yang sangat menggembirakan bagi
orang tua karena itu sudah sepantasnya dirayakan dengan diselamati sebagai
tanda syukur pada Allah swt. Tetapi kemiskinan dan kekayaan diantara umat
islam menjadikan aqiqah sulit dilaksanakan apibila hukumnya wajib bagi orang
miskin. Perintah Nabi berkenaan dengan penyembelihan aqiqah ini sudah
disepakati oleh seluruh madzhab sebagai anjuran (amar-linnadab) bukan (amar-
liwujub) atau perintah wajib. Ini berarti apabila ada keluarga yang sama sekali

1
Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1988),
hlm. 263.
2
Abdul Fatah Idris, Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 317.

3
A. Hasan Asy’ari Ulama’I, Aqiqah dengan Burung pipit, (Semarang: Syar Media Publishing,
2010), hlm. 19

5
tidak menyembelih aqiqah untuk anak-anaknya, maka tidak ada dosa atau
hutang baginya untuk membayarnya dimasa tua atau setelah kaya nanti.
Akan tetapi dalam pandangan lain terdapat di dalam hadis Rasulullah yang
berbunyi : “Setiap anak yang lahir tergadai aqiqahnya yang disembelih pada
hari ketujuh,pada hari itu ia diberi nama dan digunduli rambutnya.”(Hadits
Sahih Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah, Baihaqi dan
Hakim).4
Menurut hadis diatas ada yang menyatakan bahwa menyembelih hewan
aqiqah itu wajib dan bila dimasa kecilnya belum di aqiqahkan maka setelah tua
dia sendiri wajib mengeluarkan aqiqahnya.
Menurut madzhab Hanafi, aqiqah hukumnya mubah dan tidak sampai
mustahab (dianjurkan). Hal itu dikarenakan pensyariatan qurban telah
menghapus seluruh syariat sebelumnya yang berupa penumpahan darah hewan
seperti aqiqah, rajabiyah dan ‘atirah.
Dengan demikian, siapa yang mau mengerjakan ketiga hal ini tetap
diperbolehkan, sebagaimana juga dibolehkan tidak mengerjakannya.
Penghapusan seluruh hal ini berlandaskan pada ucapan Aisyah, “Syariat kurban
telah menghapus seluruh syariat berkenaan dengan penyembelihan hewan yang
dilakukan sebelumnya.5
C.Ketentuan Hewan Aqiqah
Banyak ulama berpendapat bahwa semua hewan yang dijadikan hewan
kurban, yaitu: unta, sapi, kerbau, kambing, domba, dapat dijadikan hewan
aqiqah.6Sedangkan syarat-syarat hewan yang dapat disunahkan untuk aqiqah itu
sama dengan syarat yang ada pada hewan kurban, baik dari segi jenisnya,
ketidak cacatannya, kejelasannya.

4
http://a2dcollection.blogspot.com/2012/01/pengertian-dan-sejarah-aqiqah-aqiqah.html diambil
pada tanggal 26 November 2013.
5
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Depok: Gema Insani, 2011), hlm. 295.

6
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi Dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), hlm. 259.

6
Syarat-syarat hewan yang bisa (sah) untuk dijadikan aqiqah itu sama dengan
syarat-syarat hewan untuk kurban, yaitu:

a.Tidak cacat,
b.Tidak berpenyakit
c.Cukup umur, yaitu kira-kira berumur satu tahun.
d.Warna bulu sebaiknya memilih yang berwarna putih.7
Jenis hewan yang disembelih Rasulullah saw dalam aqiah saat itu bukanlah inti
dari aqiqah itu sendiri, sehingga andaikan diubah dengan seekor burung kecil
bahkan tidak menyembelih hewan melainkan sekedar nasi dan lauk pauk pun
selama berniat mensyukuri nikmat lahirnya putra sah disebut aqiqah.8
D. Pelaksanaan Aqiqah
Ada dua hadis yang menerangkan tentang jumlah binatang aqiqah yang
disembelih untuk seorang anak. Hadist yang pertama, menerangkan bahwa
Rasulullah saw mengaqiqahkan cucu laki-laki beliau, masing-masing dengan
seekor kambing.

( ً‫ق ع َْن ْال َح َس ِن َو ْال ُح َس ْي ِن َك ْب ًشا َكبْش‬


َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع‬ َ ‫س َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ٍ ‫ا (رواه أبو داودع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬

Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Rasulullah SAW mengaqiqahi untuk


hasan dan Husain dengan masing-masing satu kambing (HR Abu Daud dengan
riwayat yang shahih)".9
Sedangkan hadis yang kedua menerangkan bahwa seorang anak laki-laki
diaqiqahkan dengan dua ekor kambing, sedang anak perempuan diaqiqahkan
dengan seekor kambing.10 Sabda Rasulullah SAW.

‫ َم ْن اَ َحبَّ ِم ْن ُك ْم اَ ْن يُ ْن َسكَ عَن‬: ‫صلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ِ ‫ قَا َ َل َرسُوْ ُل هّللا‬: ‫ب قَا َ َل‬
ٍ ‫ع َْن َع ْم ِرو ْب ِن ُش َع ْي‬
7
http://a2dcollection.blogspot.com/2012/01/pengertian-dan-sejarah-aqiqah-aqiqah.html diambil
pada tanggal 276 November 2013.
8
A. Hasan Asy’ Ulama’I, Aqiqah dengan Burung pipit, (Semarang: Syar Media Publishing, 2010),
hlm. 109
9
Ibnu Hajar Al-Asqlalani, Bulughul Maram, (Beirut: Maktabah Tajariyatil Kubro), hlm. 309.
10
Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Fiqih, (Jakarta: Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam, 1983), hlm. 500-501

7
‫ (رواه احمد وابو داود والنسائى)ا‬. ٌ‫َولَ ِد ِه فَ ْليَ ْف َعلْ َع ِن ْال ُغالَ ِم شاَتَا َ ِن ُمكاَفَأ َتا َ ِن َو َع ِن ْالجا َ ِريَ ِة شاَة‬

Artinya : ” Telah berkata Rasulullah SAW : Barang siapa diantara kamu ingin
beribadat tentang anaknya hendaklah dilakukannya, untuk anak laki-laki dua
ekor kambing yang sama umurnya dan untuk anak perempuan seekor kambing
“. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai).
Sunnah untuk mengaqiqahi anak laki-laki dengan dua ekor kambing ini hanya
berlaku untuk orang yang mampu melaksanakannya, karena tidak semua orang
untuk mengaqiqahi bayi laki-laki dengan dua kambing. Ini termasuk pendapat
yang wasath (tengah-tengah) yang menghimpun berbagai dalil.11
Menurut banyak ulama’ aqiqah itu hanya berlaku bagi anak kecil, namun
sebagian ulama lain menyatakan bahwa aqiqah boleh dilakukan setelah
seseorang itu dewasa.12Penyembelihan hewan aqiqah sebaiknya dilaksanakan
pada hari ke-7 atau hari ke-14 dan jika tidak bisa maka kapan saja.
Dari kedua pendapat ini dapat diambil kesimpulan bahwa penyembelihan
aqiqah yang paling baik ialah dilakukan pada hari ke-7 dari hari kelahiran
seorang anak, sedang bagi orang yang belum diaqiqahkan, maka aqiqah itu
dapat dilakukan setelah umur dewasa.
Perbuatan-perbuatan yang baik dilakukan pada waktu anak baru lahir, antara
lain:
1.Mengadzankan dan mengiqamatkan
Disunatkan mengazankan anak laki-laki dan mengiqomatkan anak perempuan
yang baru lahir, sehingga kata-kata yang pertama kali dienegar oleh seorang
anak yang baru lahir itu adalah perkataan yang baik.
2. Memberi nama
Rasulullah menganjurkan agar orang tua segera memberi nama anaknya yang
baru lahir. Para ulama sepakat bahwa perkataan yang dijadikan nama anak
yang baru lahir itu adalah perkataan yang mempunyai arti yang baik seperti
11
Abu Muhammad ‘Ishom bin Mar’I, Aqiqah (Perayaan Aqiqah Menurut Islam), (Yogyakarta:
Litera Sunny, 1997), hlm. 31

12
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi Dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), hlm. 260-261

8
Abdullah. Dan haram hukumnya memberi nama anak dengan perkataan yang
mengandung unsur atau arti syirik, seperti abdul uzza, abdul ka’bah dan
sebagainya.
3.Mencukur rambut
Sunat hukumnya mencukur rambut anak yang baru lahir, sekurang-kurangnya
menggunting tiga helai rambut.Biasanya dilakukan waktu mengaqiqahkannya
dan waktu memberi nama. Menurut imam malik, disamping mencukur
rambut rambut sunat pula hukumnya besedekah, sekurang-kurangnya seharga
perak seberat rambut yang dipotong itu.13
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam mencukur rambut bayi,
yaitu:
1. Diawali dengan membaca basmallah.
2. Arah mencukur rambut dari sebelah kanan ke kiri.
3. Dicukur secara keseluruhan (gundul) sehingga tidak ada kotoran yang
tersisa.
4. Rambut hasil cukuran ditimbang dan jumlah timbangan dinilai dengan nilai
emas atau perak kemudian disedekahkan kepada fakir miskin.14
E. Tata cara pembagian daging aqiqah.
Dalam pembagian daging aqiqah sama dengan pembagian daging
qurban namun ada beberapa perbedaan dalam aqiqah diantaranya:
Disunnahkan memasak daging sembelihan aqiqah dan tidak memberikannya
dalam keadaan mentah. Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya Tuhfatul
Maudud, yang berbunyi: “ memasak daging aqiqah termasuk sunnah. 15
"Disunahkan untuk memakan sebagian daging aqiqah serta menghadiahkan
dan menyedekahkan masing-masing sebanyak sepertiga dari daging seperti
hewan qurban.

13
Zakiah Daradjaat, dkk., Ilmu Fiqih, hlm. 50

14
http://a2dcollection.blogspot.com/2012/01/pengertian-dan-sejarah-aqiqah-aqiqah.html diambil
pada tanggal 276 November 2013.

15
Abu Muhammad ‘Ishom bin Mar’I, Aqiqah (Perayaan Aqiqah Menurut Islam), hlm.47

9
BAB lll
PENUTUP

A. KESIMPULAN.
Aqiqah diartikan mengadakan, selamatan lahirnya seorang bayi
dengan menyembelih hewan pada hari ketujuh dari kelahiran anak, yang pada
hari itu anak diberi nama dan rambutnya di potong atas rasa syuker kepada
Allah SWT. Hukum Aqiqah adalah sunnah muakkad. Perintah Nabi
berkenaan dengan penyembelihan aqiqah ini sudah disepakati oleh seluruh
madzhab sebagai anjuran (amar-linnadab) bukan (amar-liwujub) atau
perintah wajib.
Ulama berpendapat bahwa semua hewan yang dijadikan hewan
kurban, yaitu: unta, sapi, kerbau, kambing, domba, dapat dijadikan
hewanaqiqah. Jenis hewan yang disembelih Rasulullah saw dalam aqiqah
saat itu bukanlah inti drii aqiqah itu sendiri, sehingg andaikan diubah dengan
seekor burung kecil bahkan tidak menyembelih hewan melainkan sekedar
nasi dan lauk pauk pun selama berniat mensyukuri nikmat lahirnya putra sah
disebut aqiqah.
Dalam pembagian daging aqiqah sama dengan pembagian daging
qurban namun ada beberapa perbedaan yaitu disunahkan memasak daging
aqiqah dalam pembagiannya. Disunahkan untuk memakan sebagian daging
aqiqah serta menghadiahkan dan menyedekahkan masing-masing sebanyak
sepertiga dari daging seperti hewan qurban.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Bulughul Maram, (Beirut: Maktabah Tajariyatil Kubro)

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Depok: Gema Insani, 2011).

Bakry, Hasbullah, Pedoman Islam di Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia


(UI-Press), 1988).

Daradjat, Zakiah, dkk., Ilmu Fiqih, (Jakarta: Pusat Direktorat Pembinaan


Perguruan Tinggi Agama Islam, 1983).

Idris, Abdul Fatah, Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990).

Muhammad ‘Ishom bin Mar’I, Abu, Aqiqah (Perayaan Aqiqah Menurut Islam),
(Yogyakarta: Litera Sunny, 1997).

Saleh, Hasan, Kajian Fiqh Nabawi Dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008).

Ulama’I, A. Hasan Asy’ari, Aqiqah dengan Burung pipit, (Semarang: Syar Media
Publishing, 2010).

http://a2dcollection.blogspot.com/2012/01/pengertian dan sejarah aqiqah-


aqiqah.html diambil pada tanggal 26 November 2013.

11
12

Anda mungkin juga menyukai