DISUSUN OLEH
1. YARDAN
2. RAZAN MUHAMMAD YUSUF
3. M. FAREL RIZQI NUGROHO
4. AZMI
5. IKHSAN AL BUKHORI
6. DHIKA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Fiqih ini
dengan baik. Seperti yang kita ketahui bahwa aqiqah adalah sunnah muakkad.
Semuanya akan dibahas di makalah ini tentang aqiqah.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang aqiqah. Mudah –
mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan
kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini. Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………... ii
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………… 1
1.1 Latar belakang………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Permasalahan……………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Permasalahan……………………………………………………. 1
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………. 1
BAB 2. PEMBAHASAN………………………………………………… 2
2.1 Pengertian Aqiqah………………………………………………………….. 2
2.2 Hukum Aqiqah……………………………………………………………….. 3
2.3 Sunnah-Sunnah Aqiqah………………………………………………….. 4
BAB 3. PENUTUP……………………………………………………….. 5
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Aqiqah adalah salah satu praktik keagamaan dalam Islam yang melibatkan
penyembelihan hewan sebagai bentuk syukur atas kelahiran seorang anak.
Praktik aqiqah memiliki akar sejarah yang kaya dalam tradisi Islam dan memiliki
signifikansi yang mendalam dalam kehidupan umat Muslim. Penelitian ini akan
menggali lebih dalam tentang latar belakang historis, aspek teologis, prosedur
pelaksanaan, serta dampak sosial dan spiritual dari praktik aqiqah dalam
masyarakat Muslim.
Tidak semua pembahasan Aqiqah akan dibahas di makalah ini. Hal ini dibatasi
dengan adanya rumusan masalah berikut.
1
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN AQIQAH
Aqiqah secara bahasa berarti rambut yang tumbuh di kepala bayi saat dia
dilahirkan. Aqiqah secara istilah berarti menyembelih binatang pada hari ke-7
dari hari kelahiran anak, baik anak laki-laki maupun perempuan, sebagai bentuk
rasa syukur kepada Allah SWT.
Secara lebih spesifik, dalam aqiqah, sebuah hewan yang biasanya berupa
domba atau kambing disembelih pada hari ke tujuh setelah kelahiran anak.
Daging hewan yang disembelih kemudian dibagi-bagikan kepada orang-orang
miskin, kerabat, dan tetangga sebagai bentuk berbagi dan kepedulian sosial.
Selain itu, aqiqah juga melibatkan pemotongan rambut anak (biasanya rambut
pertama yang tumbuh) dan memberikan sedekah kepada orang-orang yang
memotong rambut tersebut.
aqiqah memiliki dasar teologis yang kuat dalam Islam dan merupakan salah
satu bentuk pengabdian kepada Allah serta penghormatan terhadap karunia-
Nya. Selain itu, aqiqah juga memiliki dimensi sosial yang kuat karena melibatkan
berbagi makanan dengan yang membutuhkan.
2
2.2 HUKUM AQIQAH
hukum aqiqah dalam Islam adalah sunnah mu'akkadah, yang berarti suatu
tindakan yang sangat dianjurkan dan ditekankan oleh Nabi Muhammad tetapi
bukanlah wajib. Berdasarkan pandangan mayoritas ulama Islam, aqiqah adalah
tindakan yang dianjurkan bagi orangtua yang memiliki kemampuan ekonomi
untuk melakukannya.
Artinya: “Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah
bersabda : “Barang siapa diantara kalian yang ingin menyembelih
(kambing) karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki
dua kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing.” (HR.
Hasan dan Abu Dawud (2843), HR. Nasa’i (7:162-163), HR. Ahmad (2286,
3176), dan HR Abdur Razaq (4:330))
3
2.3 SUNNAH DIDALAM AQIQAH
سلﱠ َم أَ ْن نَ ْع ﱠ
ﻖ ع َْن َ علَ ْي ِه َو
َ ُﺻلﱠﻰ ﷲ
َ ﷲ ُ ع َْن عَائِشَةَ َقالَتْ أَ َم َرنَا َر
ِ سو ُل
ا ْلغُ َﻼ ِم شَاتَي ِْن َوع َْن ا ْل َج ِاريَ ِة شَاء ) رواه ابن ماجه (ه
4
e. Menyembelih aqiqah pada hari ke-7 dari kelahiran anak. Rasulullah
SAW. bersabda:
Artinya: "Dari Samurah bin Jundub Rasulullah Saw bersabda, "Setiap anak
tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hari
ketujuh, rambutnya dicukur, dan diberi nama " (HR. Abu Daud)
5
BAB 3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN