A. Penyembelihan Hewan
2.1 Penyembelih
Menyembelih hewan harus dengan menyebut nama Allah Swt. dan
dilakukan oleh orang Islam atau ahli kitab, yaitu orang yang berpegang
pada kitab Allah. Ketentuan halalnya penyembelihan ahli kitab seperti
dijelaskan dalam Surah al-Ma - ’idah [5] ayat 5 yang artinya, ”Pada
hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan)
ahli kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka. . . .”
B. Penyembelihan Aqiqah
1. Pengertian Aqiqah
Aqiqah dalam segi bahasa berasal dari kata iqqah yang berarti
bulu atau rambut anak yang baru lahir. Ada juga yang mengatakan bahwa
akikah merupakan nama bagi hewan yang disembelih.
Aqiqah dalam istilah agama adalah sembelihan untuk anak yang baru lahir
sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dengan niat dan syarat-syarat
tertentu. Oleh sebagian ulama ia disebut dengan nasikah atau dzabihah
(sembelihan).
Hukum aqiqah itu sendiri menurut kalangan Syafii dan Hambali
adalah sunnah muakkadah. Dasar yang dipakai oleh kalangan Syafii dan
Hambali dengan mengatakannya sebagai sesuatu yang sunnah muakkadah
adalah hadist Nabi SAW. "Anak tergadai dengan aqiqahnya.
Disembelihkan untuknya pada hari ketujuh (dari kelahirannya)"
2. Hukum Aqiqah
Hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkad. Aqiqah bagi anak
laki-laki dengan dua ekor kambing, sedangkan bagi wanita dengan seekor
kambing. Apabila mencukupkan diri dengan seekor kambing bagi anak
laki-laki, itu juga diperbolehkan. Anjuran aqiqah ini menjadi
kewajiban ayah (yang menanggung nafkah anak). Apabila ketika waktu
dianjurkannya aqiqah (misalnya tujuh hari kelahiran), orang tua dalam
keadaan faqir (tidak mampu), maka ia tidak diperintahkan untuk aqiqah.
Karena Allah Ta’ala berfirman;
3. Ketentuan Aqiqah
4. Hikmah Aqiqah
Anjuran untuk melakukan akikah mengandung beberapa hikmah yang
sangat penting. Hikmah-hikmah tersebut antara lain sebagai berikut.
Perwujudan rasa syukur kepada Allah karena dikaruniai nikmat yang
sangat besar berupa anak sebagai generasi penerus hidupnya.
Upaya mengajak anak untuk bertaqarub kepada Allah sejak
masamasa awal kehidupan di dunia ini.
Sebagai tebusan bagi anak sehingga syafaat kepada kedua orang
tuanya pada hari akhir kelak diterima oleh Allah Swt.
Memperkenalkan kepada masyarakat atas kelahiran anak sebagai usaha
mengukuhkan tali persaudaraan di antara sesama.
Sarana yang potensial untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan membagikan sebagian rezeki kita berupa sajian daging
akikah.
C. Penyembelihan Qurban
1. Pengertian Qurban
Secara bahasa, kata qurban berasal dari bahasa Arab dari kata
dasar qarraba-yuqarribu-qurba-nan, yang artinya mendekat. Dengan
demikian, makna qurban dalam Islam berarti mendekatkan diri kepada
Allah Swt. dan berusaha menyingkirkan hal-hal yang dapat membatasi
kedekatan kita kepada Allah Swt.
Qurban dalam bahasa Arab disebut ”udhiyah”, yang berarti
menyembelih hewan pada pagi hari. Sedangkan menurut istilah, qurban
adalah beribadah kepada Allah dengan cara menyembelih hewan tertentu
pada hari raya Idul Adha dan hari tasyrik (tanggal 11,12 dan 13
Zulhijah)
Allah telah memberikan perintah qurban pada firman-Nya yang
artinya : ”Sesungguhnya kami memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu da berkubanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”(QS. Al-Kautsar
ayat 1-3)
Ibadah qurban merupakan ajaran untuk meneruskan syariat yang
dibawa oleh Nabi Ibrahim. Pada waktu itu Nabi Ibrahim diperintah oleh
Allah untuk menyembelih Ismail, putranya. Nabi Ibrahim melaksanakan
perintah Allah tersebut. Ia rela mengurbankan putra tercintanya demi
melaksanakan perintah Allah. Selanjutnya, Allah mengganti Ismail
dengan seekor domba sehingga selamatlah Ismail.
2. Hukum Qurban
2.1 Wajib bagi yang mampu
Qurban wajib bagi yang mampu, dijelaskan oleh firman Allah QS.
Al-Kautsar ayat 1-3:
Artinya: ”Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat
yang banyak. Maka dirikan lah shalat karena Tuhanmu dan berkubanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
(QS. Al-Kautsar 1-3)
2.2 Sunnah
Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW menjelaskan: Artinya:
Nabi SAW bersabda: ”Saya diperintah untuk menyembelih qurban dan
qurban itu sunnah bagi kamu.” (HR. Tirmizi)
3. KETENTUAN QURBAN
3.1 Jenis dan Syarat Hewan Qurban
Hewan untuk dijadikan qurban adalah hewan yang tidak cacat,
seperti pincang, buta, terpotong telinga, dan telah memenuhi syarat.
Hewan yang dapat dijadikan sebagai hewan qurban adalah kambing,
sapi, kerbau, dan unta. Hewan-hewan qurban tersebut harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, antara lain sebagai berikut.
a. Domba (gibas) telah berumur satu tahun atau telah berganti giginya
(musinnah).
b. Kambing telah berumur dua tahun lebih.
c. Sapi atau kerbau, telah berumur dua tahun lebih.
d. Unta, telah berumur lima tahun lebih.
4. Hikmah Qurban
Dalam ajaran Islam, setiap perbuatan yang dianjurkan pasti
memiliki manfaat dan kegunaan. Demikian juga ibadah qurban, terdapat
beberapa hikmah mendalam dan fungsi yang penting antara lain sebagai
berikut.
a. Menjadi bukti ketaatan seseorang kepada Allah.
b. Sebagai tanda syukur atas rezeki yang telah diterima dari Allah.
c. Mencegah sikap tamak dan rakus.
d. Menunjukkan rasa belas kasih kepada sesama.
e. Menjembatani kesenjangan sosial dan ekonomi antara orang kaya dan
orang miskin.
f. Melatih semangat berqurban untuk kepentingan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB V
KESIMPULAN
Aqiqah dan Kurban adalah suatu praktik yang banyak ditemukan dalam
berbagai agama di dunia, yang biasanya dilakukan oleh orang tua untuk
anaknya sebagai tanda kesediaan si pemeluknya untuk menyerahkan sesuatu
kepada Tuhannya. Hukum aqiqah menurut Syafi’i dan Hambali adalah sunnah
muakkadah. Begitu pula halnya dengan qurban. Mayoritas ulama dari
kalangan sahabat, tabi’in, dan fuqaha (ahli fiqh) menyatakan bahwa hukum
qurban adalah sunnah muakkadah (utama), dan tidak ada seorang pun yang
menyatakan wajib, kecuali Abu Hanifah (tabi’in). Ibnu Hazm menyatakan:
“Tidak ada seorang sahabat Nabi pun yang menyatakan bahwa qurban itu
wajib.”
Baik qurban maupun aqiqah sama-sama memiliki ketentuan dalam
pelaksanaannya, baik sunnah ataupun tata cara penyembelihan. Jadi,
intinya, qurban dan aqiqah memiliki dasar tata cara penyembelihan yang
sama. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan baik dalam cara penyaluran
hasil penyembelihan, waktu pelaksanaannya, serta niat atau tujuan
penyembelihan.