Anda di halaman 1dari 13

Bagaimana Etika dan Do’a

Menyembelih Hewan Qurban ?


Posted on October 15, 2012 by lazis0

Saat hari raya idul Adha, tak lengkap


rasanya tanpa menyembelih hewan qurban. Beberapa lembaga Amil Zakat, masjid,
musholla, sekolah, dan lain-lain berlomba-lomba mengumpulkan hewan qurban yang
akan disembelih saat hari raya tersebut. Ratusan bahkan ribuan sapi dan domba
dikumpulkan oleh lembaga-lembaga tersebut dengan berbagai macam cara
pengelolaan. Misalnya LAZIS UNS tahun ini kembali mengadakan kurban sampai
pelosok, menyelenggarakan kurban dari donatur di daerah pelosok yang minim hewan
kurban. Lembaga lain bahkan ada yang sampai di luar negeri, misalnya ke Suriah,
Palestina, Somalia, dll. Ada pula yang megolah hewan kurban menjadi korned dan
sosis.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah saat penyembelihan. Jangan sampai
lembaga atau panitia penyelenggara kurban tidak memperhatikan adab-adab dan fiqh
tentang penyembelihan hewan qurban.

Allah berfirman, “Telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu bagian dari syiar
Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah nama Allah
ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian
apabila telah roboh (mati), maka makanlah… (QS. Al Haj: 36)
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma menjelaskan ayat di atas, (Untanya) berdiri dengan
tiga kaki, sedangkan satu kaki kiri depan diikat. (Tafsir Ibn Katsir untuk ayat ini)
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat menyembelih unta denganposisi
kaki kiri depan diikat dan berdiri dengan tiga kaki sisanya. (HR. Abu daud dan
disahihkan Al-Albani).
Dzabh [arab: ‫]ذبح‬, menyembelih hewan dengan melukai bagian leher paling atas
(ujung leher). Ini cara menyembelih umumnya binatang, seperti kambing, ayam, dst.
Pada bagian ini kita akan membahas tata cara Dzabh, karena Dzabh inilah
menyembelih yang dipraktikkan di tempat kita -bukan nahr-.
Beberapa adab yang perlu diperhatikan:

1. Hendaknya yang menyembelih adalah shohibul kurban sendiri, jika dia mampu. Jika
tidak maka bisa diwakilkan orang lain, dan shohibul kurban disyariatkan untuk ikut
menyaksikan.
2. Gunakan pisau yang setajam mungkin. Semakin tajam, semakin baik. Ini
berdasarkan hadis dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian
membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah
dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan
sembelihannya.” (HR. Muslim).
3. Tidak mengasah pisau dihadapan hewan yang akan disembelih. Karena ini akan
menyebabkan dia ketakutan sebelum disembelih. Berdasarkan hadis dari Ibnu
Umar radhiallahu ‘anhuma,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengasah pisau,
tanpa memperlihatkannya kepada hewan.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah ).
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati
seseorang yang meletakkan kakinya di leher kambing, kemudian dia menajamkan
pisaunya, sementar binatang itu melihatnya. Lalu beliau bersabda (artinya): “Mengapa
engkau tidak menajamkannya sebelum ini ?! Apakah engkau ingin mematikannya
sebanyak dua kali?!.” (HR. Ath-Thabrani dengan sanad sahih).
4. Menghadapkan hewan ke arah kiblat.
Disebutkan dalam Mausu’ah Fiqhiyah:
Hewan yang hendak disembelih dihadapkan ke kiblat pada posisi tempat organ yang
akan disembelih (lehernya) bukan wajahnya. Karena itulah arah untuk mendekatkan
diri kepada Allah. (Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21:196).
Dengan demikian, cara yang tepat untuk menghadapkan hewan ke arah kiblat ketika
menyembelih adalah dengan memosisikan kepala di Selatan, kaki di Barat, dan leher
menghadap ke Barat.
5. Membaringkan hewan di atas lambung sebelah kiri.
Imam An-Nawawi mengatakan,
Terdapat beberapa hadis tentang membaringkan hewan (tidak disembelih dengan
berdiri, pen.) dan kaum muslimin juga sepakat dengan hal ini. Para ulama sepakat,
bahwa cara membaringkan hewan yang benar adalah ke arah kiri. Karena ini akan
memudahkan penyembelih untuk memotong hewan dengan tangan kanan dan
memegangi leher dengan tangan kiri. (Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21:197).
Penjelasan yang sama juga disampaikan Syekh Ibnu Utsaimin. Beliau mengatakan,
“Hewan yang hendak disembelih dibaringkan ke sebelah kiri, sehingga memudahkan
bagi orang yang menyembelih. Karena penyembelih akan memotong hewan dengan
tangan kanan, sehingga hewannya dibaringkan di lambung sebelah kiri. (Syarhul
Mumthi’, 7:442).
6. Menginjakkan kaki di leher hewan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Anas
bin Malik radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor domba. Aku lihat
beliau meletakkan meletakkan kaki beliau di leher hewan tersebut, kemudian
membaca basmalah …. (HR. Bukhari dan Muslim).
7. Bacaan ketika hendak menyembelih.
Beberapa saat sebelum menyembelih, harus membaca basmalah. Ini hukumnya wajib,
menurut pendapat yang kuat. Allah berfirman,
‘Janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.
(QS. Al-An’am: 121).

8. Dianjurkan untuk membaca takbir (Allahu akbar) setelah membaca basmalah


Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah menyembelih dua ekor domba bertanduk,…beliau sembelih dengan
tangannya, dan baca basmalah serta bertakbir…. (HR. Al Bukhari dan Muslim).
9. Pada saat menyembelih dianjurkan menyebut nama orang yang jadi tujuan
dikurbankannya herwan tersebut.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, bahwa suatu ketika didatangkan seekor
domba. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih dengan tangan
beliau. Ketika menyembelih beliau mengucapkan, ‘bismillah wallaahu akbar, ini
kurban atas namaku dan atas nama orang yang tidak berkurban dari umatku.’” (HR.
Abu Daud, At-Turmudzi dan disahihkan Al-Albani).
Setelah membaca bismillah Allahu akbar, dibolehkan juga apabila disertai dengan
bacaan berikut:
hadza minka wa laka.” (HR. Abu Dawud, no. 2795) Atau
hadza minka wa laka ’anni atau ’an fulan (disebutkan nama shohibul kurban). Jika
yang menyembelih bukan shohibul kurban atau
Berdoa agar Allah menerima kurbannya dengan doa, ”Allahumma taqabbal
minni atau min fulan (disebutkan nama shohibul kurban).” [1]
Catatan: Bacaan takbir dan menyebut nama sohibul kurban hukumnya sunnah, tidak
wajib. Sehingga kurban tetap sah meskipun ketika menyembelih tidak membaca takbir
dan menyebut nama sohibul kurban.

10. Disembelih dengan cepat untuk meringankan apa yang dialami hewan kurban.
Sebagaimana hadis dari Syaddad bin Aus di atas.
11. Pastikan bahwa bagian tenggorokan, kerongkongan, dua urat leher (kanan-kiri)
telah pasti terpotong.
Syekh Abdul Aziz bin Baz menyebutkan bahwa penyembelihan yang sesuai syariat itu
ada tiga keadaan (dinukil dari Salatul Idain karya Syekh Sa’id Al-Qohthoni):
1. Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan dua urat leher. Ini adalah keadaan
yang terbaik. Jika terputus empat hal ini maka sembelihannya halal menurut
semua ulama.
2. Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan salah satu urat leher. Sembelihannya
benar, halal, dan boleh dimakan, meskipun keadaan ini derajatnya di bawah
kondisi yang pertama.
3. Terputusnya tenggorokan dan kerongkongan saja, tanpa dua urat leher. Status
sembelihannya sah dan halal, menurut sebagian ulama, dan merupakan pendapat
yang lebih kuat dalam masalah ini. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam,
“Selama mengalirkan darah dan telah disebut nama Allah maka makanlah. Asal tidak
menggunakan gigi dan kuku.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
12. Sebagian ulama menganjurkan agar membiarkan kaki kanan bergerak, sehingga
hewan lebih cepat meregang nyawa.
Imam An-Nawawi mengatakan, “Dianjurkan untuk membaringkan sapi dan kambing ke
arah kiri. Demikian keterangan dari Al-Baghawi dan ulama Madzhab Syafi’i. Mereka
mengatakan, “Kaki kanannya dibiarkan…(Al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 8:408)
13. Tidak boleh mematahkan leher sebelum hewan benar-benar mati.
Para ulama menegaskan, perbuatan semacam ini hukumnya dibenci. Karena akan
semakin menambah rasa sakit hewan kurban. Demikian pula menguliti binatang,
memasukkannya ke dalam air panas dan semacamnya. Semua ini tidak boleh dilakukan
kecuali setelah dipastikan hewan itu benar-benar telah mati.
Dinyatakan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah, “Para ulama menegaskan makruhnya
memutus kepala ketika menyembalih dengan sengaja. Khalil bin Ishaq
dalam Mukhtashar-nya untuk Fiqih Maliki, ketika menyebutkan hal-hal yang
dimakruhkan pada saat menyembelih, beliau mengatakan,
“Diantara yang makruh adalah secara sengaja memutus kepala” (Fatawa Syabakah
Islamiyah, no. 93893).
Pendapat yang kuat bahwa hewan yang putus kepalanya ketika disembelih hukumnya
halal.
Imam Al-Mawardi –salah satu ulama Madzhab Syafi’i– mengatakan, “Diriwayatkan dari
Imran bin Husain radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau ditanya tentang menyembelih
burung sampai putus lehernya? Sahabat Imran menjawab, ‘boleh dimakan.” Imam
Syafi’i mengatakan, “Jika ada orang menyembelih, kemudian memutus kepalanya
maka statusnya sembelihannya yang sah” (Al-Hawi Al-Kabir, 15:224). Allahu a’lam
DOA MENYEMBELIH QURBAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
Nabi Kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya,
serta umatnya yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Setiap orang yang berkurban tentunya berharap ibadahnya tersebut diterima oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di samping memperhatikan jenis hewan kurban, umur dan
kondisi hewan kurban yang selamat dari cacat, kita juga harus memperhatikan
tatacara penyembelihannya. Di antaranya, memperhatikan bacaan saat menyembelih.
Apa dzikir atau doa yang diajarkan oleh syariat saat menyembelih hewan kurban?
Pada ringkasnya, bagi orang yang ingin menyembelih hewan qurban disunnahkan
baginya saat akan menyembelih untuk membaca:

ِ‫س ِم‬ ِّ ‫ولَكَِ ِم ْنكَِ َهذَا اَللّ ُه ِّم أَ ْكبَ ُِر َو‬،
ِّ ‫َللاُ اللّ ُه ِّم‬
ْ ِ‫َللا ب‬ َ ‫يِِِعَن َهذَا‬
Artinya: (Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah ini dari-Mu dan untuk-Mu,
ini kurban dariku).
Jika ia menyembelihkan hewan qurban milik orang lain, ia membaca:
ِ‫س ِم‬ ِّ ‫َللاُ اللّ ُه ِّم‬
ْ ‫َللا ِب‬ ِّ ‫ولَكَِ ِم ْنكَِ َه َذا اَل ّل ُه ِّم أ َ ْكبَ ُِر َو‬،
َ ‫فُ ََلنِ ِْعَن َه َذا‬
“Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah ini dari-Mu dan untuk-Mu, ini
kurban dariku.” Di tambah:
ِْ ‫فُ ََلنِ َوآ ِِل فُ ََلنِ ِم‬
‫ن تَ َقبّ ِْل اَل ّل ُه ِّم‬
“Ya Allah, terimalah kurban dari fulan dan keluarga fulan,” (dengan menyebut
namanya).

Namun yang wajib dari bacaan ini adalah membacaBasmalah (Bismillah). Jika sudah
membacanya, maka sah penyembelihan hewan qurban tersebut walau tidak
menambah bacaan selainnya. Adapun kalimat-kalimat sesudahnya hanya anjuran,
bukan wajib. Hal ini didasarkan kepada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
ْ‫س ُِم ذُ ِك َِر ِم ّما فَ ُكلُوِا‬ ِِ ‫ع َل ْي ِِه‬
ْ ‫َللا ا‬ َ ‫ُم ْؤ ِمنِينَِ بِآ َياتِ ِِه كُنت ُ ِْم إِن‬
“Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika
menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am: 118)
َ‫س ُِم ُي ْذك َِِر َل ِْم ِم ّما تَأ ْ ُكلُوِاْ َو ِل‬ ِِ ‫ع َل ْي ِِه‬
ْ ‫َللا ا‬ َ ُ‫سقِ َو ِإ ّن ِه‬
ْ ‫َل ِف‬
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah
ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu
kefasikan.” (QS. Al-An’am: 121)
Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Anas bin MalikRadhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
َ ِ‫ص ّلى ال ّنبِي‬
‫ضحّى‬ ِّ ‫ع َل ْي ِِه‬
َ ُ‫َللا‬ َ ‫س ّل َِم‬
َ ‫ْن َو‬ ِِ ‫نِْأَ ْق َر َني أ َ ْم َل َحي‬
َ ‫ْن بِ َك ْب‬
ِِ ‫شي‬ ِِ ‫س ّمى بِيَ ِد ِِه ذَ َب َح ُه َما‬ َ ‫علَى ِرجْ لَ ِهُ َو َو‬
َ ‫ض َِع َو َكبّ َِر َو‬ ِ ‫ِص َف‬
َ ‫اح ِه َما‬
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkurban dengan ekor domba jantan yang
dominasi warna putih dan bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya
sendiri, membaca basmalah dan bertakbir serta meletakkan kakinya di atas samping
lehernya.”
Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam memerintahkan untuk membawakan satu ekor kibas bertanduk yang
hitam kakinya, hitam bagian perutnya, dan hitam di sekitar kedua matanya. Lalu
dibawakan kepada beliau untuk beliau sembelih sendiri. Beliau berkata kepada
‘Aisyah, “Wahai ‘Aisyah, ambilkan sebilah pisau.” Kemudian beliau bersabda,
“Asahlah pisau itu dengan batu.” ‘Aisyah pun mengerjakan. Kemudian beliau
mengambil pisau dan mengambil kibas tersebut, lalu beliau membaringkannya dan
menyembelihnya. Kemudian beliau berucap:
‫س ِِم‬ ِّ ‫ن تَ َق ّب ِْل ال ّل ُه ِّم‬
ْ ‫َللا ِب‬ ِْ ‫ُم َح ّمد أ ُ ّمة َو ِم‬
ِْ ‫ن ُم َح ّمد َوآل ُم َح ّمد ِم‬
“Dengan nama Allah, ya Allah terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad,
serta dari umat Muhammad.” Kemudian beliau menyembelihnya.
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan tentang maksudnya, yaitu beliau
membaringkannya dan menyembelihnya sambil membaca kalimat di atas. (Lihat
Syarah Muslim li al-Nawawi dalam keterangan hadits di atas)
Dan diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari Jabir bin AbdillahRadhiyallahu
‘Anhu berkata: “Aku menyaksikan Shalat Idul Adha di musholla bersama Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam.Ketika beliau selesai khutbah beliau turun dari mimbar
dan dibawakan kepada beliau seekor domba jantan lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam menyembelihnya sambil mengucapkan:
‫س ِِم‬
ْ ‫َللا ِب‬ ِّ ‫عنِي َه َذا أَ ْكبَ ُِر َو‬
ِِّ ُ‫َللا‬ َ ‫ن‬ َ ‫َحِ َل ِْم َو‬
ِْ ‫ع ّم‬ ِْ ‫أ ُ ّمتِي ِم‬
ِ ‫ن يُض‬
“Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar, ini dariku dan dari setiap orang yang
tidak berkurban dari umatku.” (Dishahihkan oleh-Al-albani rahimahullah dalam
Shahih al-Tirmidzi)
Terdapat tambahan dalam sebagian riwayat,

ِ‫َو َلكَِ ِم ْنكَِ َه َذا ِإنِّ اَللّ ُه ّم‬


“Ya Allah, sesungguhnya ini dari-Mu dan untuk-Mu.” (Lihat: Irwa’ al-Ghalil, no. 1138
dan 1152)
Maksud, Allahumma Minka (Ya Allah, sesungguhnya ini dari-Mu): hewan kurban ini
adalah rizki pemberian-Mu yang sampai kepadaku dari Engkau. Sedangkan Wa
Laka (dan untuk-Mu) adalah ikhlas untuk-Mu

Etika Menyembelih Binatang


Sebulan lagi, insya Alloh bulan Dzulhijjah akan menyapa kita. Saat itu terdapat hari-hari agung. Hari Arofah saat
kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji wakuf di padang Arofah dan yang di luar Arofah
melaksanakan puasa Arofah. Dan hari raya Idul Adh-ha. Di antara yang disyari’atkan Alloh dan Rosul-Nya pada
hari tersebut dan tiga hari setelahnya adalah menyembelih binatang ternak untuk mendekatkan diri kepada
AllohSubhaanahu wa ta’aala.
Dan di antara tanda keagungan dan kesempurnaan syari’at Islam, sampai saat menyembelih sekalipun adalah, Islam
masih menampakkan rasa kasih sayang pada binatang. Hal ini terbukti dengan adanya aturan dan etika yang harus
diperhatikan oleh seseorang saat ia menyembelih binatang, di antara adalah:
1. Haram menyembelih untuk selain Alloh
Menyembelih adalah sebuah ibadah yang hanya harus ditujukan kepada Alloh semata. Alloh Subhaanahu wa
ta’aala berfirman (yang artinya):
Katakanlah: “Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh, Robb semesta
alam.” (QS. al-An’am [6]: 162)
Karena itulah Alloh Subhaanahu wa ta’aala melaknat orang yang menyembelih untuk selain-Nya. Abu Thufail
Amir bin Watsilah berkata, “Aku berada di sisi Ali bin Abi Tholib, lalu datanglah seseorang menemuinya. Orang itu
bertanya, “Apakah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam merahasiakan sesuatu kepadamu?” Mendengar ucapan
tersebut, Ali marah dan berkata, “Tidaklah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam merahasiakan sesuatu kepadaku
yang beliau sembunyikan dari manusia kecuali beliau telah menceritakan padaku empat perkara.” Orang itu berkata,
“Apa itu wahai Amirul Mukminin?” Ali berkata, “Beliau bersabda: ‘Alloh melaknat orang yang melaknat kedua
orang tuanya, Alloh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Alloh, Alloh melaknat orang yang memberi
tempat bagi orang yang membuat bid’ah, dan Alloh melaknat orang yang mengubah tanda-tanda di bumi.’”1
Karena itu, kita tidak boleh menyembelih untuk selain Alloh Subhaanahu wa ta’aala berdasarkan hadits ini dan
hadits-hadits lainnya yang melarang perbuatan semisal itu.

2. Berbuat kasih sayang pada binatang yang hendak disembelih


Maksudnya, berlemah lembut pada binatang yang hendak disembelih dan menenangkan serta memberikan
kenyamanan kepadanya sebelum disembelih, sebagaimana dalam hadits di atas. Dan juga diriwayatkan dari
Mu’awiyah bin Qurroh dari ayahnya bahwa ada seseorang yang berkata kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa
sallam: ‘Wahai Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya saya menyembelih kambing dalam
keadaan saya menyayanginya. Maka beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
“Kambing itu apabila engkau merahmatinya, maka Robbmu Subhaanahu wa ta’aala akan merahmatimu.”2
Al-Imam Ahmad Rahimahullaah berkata: “Hendaknya sembelihan digiring dengan lemah lembut, pisau
disembunyikan darinya dan tidak ditampakkan kecuali pada saat penyembelihan. Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa
sallammemerintahkan agar pisau disembunyikan darinya.”

3. Berbuat ihsan (baik) ketika menyembelih


Yaitu dengan melakukan beberapa perkara berikut:
1) Menyembelih dengan alat penyembelihan yang tajam dan menumpahkan darah.
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus Radhiyallaahu ‘anhu ia berkata: ‘Ada dua hal yang saya hafal dari
Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. BeliauShallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
“Sesungguhnya Alloh Subhaanahu wa ta’aala telah menuliskan/menetapkan ihsan dalam segala hal. Apabila kalian
membunuh maka berihsanlah dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih maka berihsanlah kalian dalam
menyembelih. Hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan
sembelihannya.”3
Rosululloh pun melarang menyembelih menggunakan alat yang tidak tajam, sebagaimana sabda beliau Shallallaahu
‘alaihi wa sallam (yang artinya):
“Alat apa pun yang mengalirkan darah dan disebut nama Alloh Subhaanahu wa ta’aala padanya, maka makanlah
selama bukan gigi dan kuku. Saya akan memberitahu kalian mengapa demikian. (Alasannya karena) gigi itu
termasuk tulang, sementara kuku adalah alat penyembelihannya orang Habasyah.”4

2) Menggiring kambing ke tempat penyembelihan dengan baik.


Ibnu Sirin mengatakan bahwa Umar Radhiyallaahu ‘anhu melihat seseorang menyeret kambing untuk disembelih
lalu ia memukulnya dengan pecut. Maka Umar berkata dengan mencelanya: “Giring hewan ini kepada kematiannya
dengan baik!”5

3) Membaringkan hewan yang akan disembelih.


Aisyah Radhiyallaahu ‘anha menyatakan bahwa Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk
dibawakan kambing kibas, lalu beliauShallallaahu ‘alaihi wa sallam mengambil kambing kibas itu dan
membaringkannya, kemudian beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallammenyembelihnya.6
Berkata Imam an-Nawawi dalam Syarh Shohih Muslim (13/130): “Hadits ini menunjukkan sunnahnya
membaringkan kambing ketika akan disembelih. Kambing tidak boleh disembelih dalam keadaan berdiri atau
berlutut, tapi hendaknya dalam keadaan berbaring karena hal itu lebih mudah baginya. Hadits-hadits yang ada
menuntunkan demikian, begitu juga kesepakatan kaum muslimin. Ulama sepakat dan juga amalan kaum muslimin
bahwa hewan yang akan disembelih dibaringkan pada sisi kirinya karena cara ini lebih mudah bagi orang yang
menyembelih dalam mengambil pisau dengan tangan kanan dan menahan kepala hewan dengan tangan kiri.”
Bahkan dalam al-Mufhim 5/362, al-Qurthubi mengatakan bahwa membaringkan hewan yang hendak disembelih
pada lambung kirinya adalah suatu yang telah dipraktikkan kaum muslimin sejak dulu kala.
Bahkan Ibnu Taimiyyah Rahimahullaah mengklaim tata cara seperti ini sebagai salah satu sunnah Nabi Shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Beliau berkata, “Hewan sembelihan, baik hewan qurban ataupun yang lainnya, hendaknya
dibaringkan pada lambung kiri dan penyembelih meletakkan kaki kanannya di leher hewan tersebut sebagaimana
yang terdapat dalam hadits yang shohih dari Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu hendaknya
penyembelih mengucapkan bismillah dan bertakbir. Lengkapnya yang dibaca adalah sebagai berikut “Bismillahi
Allohu akbar. Allahumma minka wa laka. Allahumma taqobbal minni kama taqabbalta min Ibrohim kholilika.”
Barangsiapa yang membaringkan hewan tersebut pada lambung kanannya dan meletakkan kaki kirinya di leher
hewan tersebut, sehingga orang tersebut harus bersusah payah menyilangkan tangannya agar bisa menyembelih
hewan tersebut, maka dia adalah seorang yang bodoh terhadap sunnah NabiShallallaahu ‘alaihi wa sallam,
menyiksa diri sendiri dan hewan yang akan disembelih. Akan tetapi daging hewan tersebut tetap halal untuk
dimakan. Jika hewan tersebut dibaringkan pada lambung kirinya maka itu lebih nyaman bagi hewan yang hendak
disembelih dan lebih memperlancar proses keluarnya nyawa serta lebih mudah dalam proses penyembelihan.
Bahkan itulah sunnah yang dipraktikkan oleh Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan seluruh kaum
muslimin, bahkan praktik semua orang.
Demikian pula dianjurkan agar hewan yang hendak disembelih tersebut dihadapkan ke arah kiblat.” (Majmu Fatawa
26/309-310)

4) Tempat (bagian tubuh) yang disembelih.


Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Penyembelihan dilakukan di sekitar kerongkongan dan labah.”7
Labah adalah lekuk yang ada di atas dada. Unta juga disembelih di daerah ini.8

5) Makruh memotong leher hewan yang disembelih.


Dari Nafi Radhiyallaahu ‘anhu, sesungguhnya Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma tidak mau memakan daging
kambing yang disembelih hingga lehernya terputus.9
Dari Ibnu Thowus dari Thowus, beliau berkata, “Andai ada orang yang menyembelih hewan hingga lehernya putus,
maka daging hewan tersebut tetap boleh dimakan.”10
Dari Ma’mar bahwa az-Zuhri (seorang tabi’in) ditanya tentang seorang yang menyembelih dengan menggunakan
pedang sehingga leher hewan yang disembelih itu putus. Jawaban beliau, “Sungguh jelek apa yang dia lakukan.”
“Apakah dagingnya boleh dia makan?” lanjut penanya. “Boleh”, jawab az-Zuhri.11
Tentang hal ini, ada juga ulama yang memberi rincian. Jika dilakukan dengan sengaja maka dagingnya jangan
dimakan. Akan tetapi jika tanpa sengaja maka boleh. Di antara yang berpendapat demikian adalah Atho’, seorang
ulama dari generasi tabi’in.
Dari Atho’ Rahimahullaah, beliau berkata, “Jika ada orang yang menyembelih hewan hingga kepalanya terpisah
dari badannya, maka silakan kalian makan asalkan orang tersebut tidak sengaja.”12
Imam Ahmad Rahimahullaah pernah ditanya tentang masalah ini. Beliau membenci perbuatan ini jika dilakukan
dengan sengaja, sebagaimana dalam Sualat Abdullah bin Ahmad hlm 260 no. 980 dan 981.
Demikian pula Imam Syafi’i Rahimahullaah membenci hal ini. (al-Hawi 15/87-91)

6) Menghadapkan hewan sembelihan ke arah kiblat.


Dari Nafi’ dari Abdulloh bin Umar: Ibnu Umar jika membawa hadyu (sembelihan) dari Madinah, maka beliau
tandai bahwa hewan tersebut adalah hewan hadyu dengan menggantungkan sesuatu padanya dan melukai punuknya
di daerah Dzul Hulaifah. Beliau gantungi sesuatu sebelum beliau lukai. Dua hal ini dilakukan di satu tempat. Sambil
menghadap kiblat beliau gantungi hewan tersebut dengan dua buah sandal dan beliau lukai dari sisi kiri. Hewan ini
beliau bawa sampai beliau ajak wukuf di Arofah bersama banyak orang, kemudian beliau bertolak meninggalkan
Arofah dengan membawa hewan tersebut ketika banyak orang bertolak. Ketika beliau tiba di Mina pada pagi hari
tanggal 10 Dzulhijjah, beliau sembelih hewan tersebut sebelum beliau memotong atau menggundul rambut kepala.
Beliau sendiri yang menyembelih hadyu beliau. Beliau jajarkan unta-unta hadyu tersebut dalam posisi berdiri dan
beliau arahkan ke arah kiblat kemudian beliau memakan sebagian dagingnya dan beliau berikan kepada yang lain.
(HR. Malik dalam al-Muwatha’ no. 1405)
Dari Nafi’, sesungguhnya Ibnu Umar tidak suka memakan daging hewan yang disembelih dengan tidak menghadap
kiblat.13
Dari Ibnu Sirin (seorang tabi’in) beliau mengatakan, “Dianjurkan untuk menghadapkan hewan sembelihan ke arah
kiblat.”14
Riwayat-riwayat di atas dan yang lainnya menunjukkan adanya anjuran untuk menghadapkan hewan yang hendak
disembelih ke arah kiblat. Namun jika hal ini tidak dilakukan, maka daging hewan sembelihan tersebut tetap halal
dimakan.

7) Meletakkan telapak kaki di atas sisi hewan sembelihan.


Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyembelih hewan
qurban dengan dua domba jantan yang berwarna putih campur hitam dan bertanduk. Beliau menyembelihnya
dengan tangan beliau, dengan mengucap basmalah dan bertakbir, dan beliau meletakkan satu kaki beliau di sisi-sisi
kedua domba tersebut.”15

8 ) Tasmiyah (mengucapkan bismillah).


Hal ini berdasarkan firman Alloh Ta’ala (yang artinya):
Dan janganlah kalian memakan hewan-hewan yang tidak disebut nama Alloh ketika menyembelihnya sebab
sesungguhnya perbuatan semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya setan itu mewahyukan kepada wali-
walinya (kawan-kawannya) untuk membantah kalian. (QS. al-An’am [6]: 121)
Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyembelih hewan
qurban dengan dua domba jantan. Beliau mengucapkan bismillah dan bertakbir.”
Dan dalam riwayat Muslim beliau mengatakan:
“Siapa yang lupa untuk mengucap basmalah maka tidak apa-apa.”
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma pernah ditanya tentang orang yang lupa membaca basmalah, maka beliau
menjawab: “Tidak apa-apa.”16
Dan sebagaimana dalam riwayat dari ‘Aisyah Radhiyallaahu ‘anha bahwa ada suatu kaum yang baru saja masuk
Islam lalu mereka mengatakan kepada NabiShallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya ada suatu kaum yang
membawakan daging kepada kami. Kami tidak mengetahui apakah mereka telah menyebut nama Alloh Subhaanahu
wa ta’aala ataukah tidak. Apakah boleh kita memakannya ataukah tidak?” Maka Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa
sallam menjawab (yang artinya):
“Sebutlah nama Alloh Subhaanahu wa ta’aala lalu makanlah.”17
Inilah di antara adab-adab menyembelih binatang yang diatur dalam agama kita yang mulia.18 Wallohul muwaffiq.
[ Oleh: Ustadz Ahmad Sabiq ]

ETIKA TERHADAP HEWAN

“Allah mencatat ihsan (kebaikan) atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh
hewan maka bunuhlah dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelihnya
sembelihlah dengan baik. Asahlah tajam pisau potong dan ringankan hewan
potongnya”. (HR. Muslim)
Saya sangat prihatin ketika melihat di media perlakuan tidak baik oleh
sekelompok orang yang hendak menyembelih seekor hewan. Perlakuan sangat
tidak wajar.
Ajaran Islam menghendaki adanya etika. Tidak hanya kepada manusia, tetapi juga
kepada hewan. Ada hewan-hewan yang memang dapat dijadikan makanan. Ketika
menyembelih hewan-hewan tersebut, Rasulullah SAW mengingatkan agar
menggunakan pisau yang tajam. Menggunakan pisau yang tajam itu, merupakan
bentuk kebaikan terhadap hewan.
Perlakuan tidak baik terhadap hewan, merupakan perbuatan yang harus
dihindari. Berikut ini beberapa tuntunan yang berhubungan dengan sikap
terhadap hewan :
Ibnu Mas’ut ra berkata :” Ketika kami bersama Rasulullah sedang pergi berhajad,
kami melihat seekor burung yang mempunyai dua anak, maka kami ambil kedua
anaknya, kemudian datanglah induknya terbang diatas kami, maka datanglah
Nabi saw dan bersabda ; “ Siapakah yang menyusahkan burung ini dengan
mengambil anaknya? Kembalikan kepadanya anaknya. Kemudian Nabi saw
melihat sarang semut terbakar, maka beliau bertanya, siapa yang membakar ini?
Jawab kami :” Kamilah yaa Rasulullah. Nabi bersabda :” Tidak harus menyiksa
dengan api kecuali Allah yang menjadikan api’. (HR. Abu Dawud)
Siapa yang memelihara anjing selain anjing pemburu atau penjaga ternak, maka
akan mengurangi pahalanya pada tiap hari dua kirath. ( HR. Bukhari-Muslim)
Dari Abu Hurairah ra berkata: “ Nabi saw bersabda :” Sewaktu seorang lelaki
sedang berjalan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan yang amat sangat. Maka
turunlah ia kedalam suatu sumur lalu minum. Sudah itu ia keluar dari sumur itu.
Tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan sangat kehausan pula
sedang menjilat tanah. Dikala itu, orang tersebut berkata kepada dirinya, demi
Allah, anjing ini telah menderita seperti apa yang telah aku derita, menderita
kehausan yang sekarang sedang diderita oleh anjing ini. Sesudah itu, ia pun turun
kedalam sumur lalu mengisi air kedalam sepatunya lalu digigit sepatu itu dengan
mulutnya. Sesudah ia naik keatas iapun segera memberi minum kepada anjing
yang sedang dalam kehausan itu. Lantaran demikian, Allah mensyukuri dan
mengampuni dosanya”. Setelah Nabi menerangkan yang tersebut ini, para
sahabat bertanya:” Ya Rasulullah, apakah kami memperoleh pahala dalam
memberikan makanan dan minuman kepada binatang-binatang kami? Nabi
menjawab :” Dalam memberi tiap-tiap manfaat kepada binatang hidup, Allah
berikan pahala.” ( HR. Bukhari-Muslim)
Allah menyiksa seorang perempuan lantaran seekor kucing yang dikurungnya,
sehingga kucing itu mati kelaparan. ( HR. Bukhari-Muslim)
Abu Malik dari ayahnya berkata:”Rasulullah saw telah melarang menghamparkan
kulit binatang buas untuk duduk diatasnya”.( HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Semoga tuntunan yang diberikan Rasulullah saw ini, sungguh-sungguh jadi
pegangan dan diamalkan. Dengan demikian, kehidupan terasa semakin
nyaman. Insyaallah...
(Sumber hadis : Etika Islam, Nasihat Islam untuk Anda, Miftah Faridl)

Unknown
Z : ZAMANKU@YAHOOGROUPS.COM

Menyembelih hewan secara Islam Re: [zamanku] Re: HAM dan HAH
by bening hati

REPLY TO AUTHOR REPLY TO GROUP

Ibrahim Y Syihab :

Orang islam itu hidup dalam angan-angan, dan tidak melihat FAKTA FAKTA dan FAKTA.
Katanya orang islam punya HAH (hak azasi hewan), apa gak lihat fakta bahwa menurut penelitian hewan yang
islami secara physik sebenarnya mengalami siksaan, mati perlahan. Anda lihat bagaimana orang islam menyemb
menyiksa?
Anda pernah ke Mekkah dan melihat bagaimana para hewan itu dikurbankan? Mati sia-sia?
Itulah islam, penuh dengan angan-angan tanpa melihat FAKTA.
Pergilah ke Mekkah, dan saksikanlah hak para hewan, bagaimana para hewan itu disembelih dengan siksaan m

Mau tahu islam, lihatlah dari kacamata orang yang memang tahu islam jangan dari MIMPI.

Bening :
Marilah kita menilai, siapa yang memberikan informasi yang 'mencerahkan" atau informasi fitnah penuh keb

Berikut akan saya sampaikan, adab atau ETIKA dalam menyembelih Hewan sesuai ajaran Islam. Apabila para p
penuh kekejaman kepada BINATANG, tolong anda tunjukkan, tetapi bagi yang di DALAM HATINYA ada ROH KEBENARA
ETIKA menyembelih HEWAN yang DITAWARKAN ISLAM, akan diterima dengan BAIK, bukan dengan PENYANGKALAN, seper
kepada ajaran ISA bin MARYAM. dan akan terbukti dengan sendirinya, apa yang dikatakan IBRAHIM Y SYIHAB ada

Berbuat Kasih Sayang Pada Hewan

Dari Qurrah bin Iyyas Al-Muzani : Bahwa ada seorang lelaki berkata : Ya Rasulullah, sesungguhnya aku men
menyembelihnya. Maka Nabi menjawab :"Jika engkau mengasihinya maka Allah merahmatimu"[2]

Memperlakukan Hewan dengan Baik (Ihsan) Ketika Menyembelih

Dengan melakukan beberapa hal diantaranya :

[a]. Menajamkan Parang

Dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu 'anhu ia berkata : Dua hal yang aku hafal dari Nabi Shallallahu 'alaih

"Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian menyembelih hewan mak
menyembelih dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan parangnya dan menyenangkan sembelihannya.[

Jadi maskud menajamkan parang agar Hewan lekas Mati dan tidak lama menderita sakit.

[b]. Menjauh Dari Penglihatan Kambing Ketika Menajamkan Parang

Dalam hal ini ada beberapa hadits di antaranya.


Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengamati seorang
di atas pipi (sisi) kambing dalam keadaan ia mengasah perangnya sedangkan kambing tersebut memandang kepad

"Tidaklah diterima hal ini. Apakah engkau ingin benar-benar mematikannya. (dalam riwayat lain : Apakah eng
beberapa kematian)". [4]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata.

Artinya : Jika salah seorang dari kalian menajamkan parangnya maka janganlah ia menajamkannya dalam keadaa
melihatnya. [5]

Jadi jangan sampai KAMBING melihat PARANG yang Diasah, agar tidak menyiksa perasaan si KAMBING. ADUHHH b
ISLAM..........
[c]. Menggiring Kambing Ke Tempat Penyembelihan Dengan Baik

Ibnu Sirin mengatakan bahwa Umar radhiyallahu anhu melihat seseorang menyeret kambing untuk disembelih l
pecut, maka Umar berkata dengan mencelanya : Giring hewan ini kepada kematian dengan baik. [5]

[d]. Membaringkan Hewan Yang Akan Disembelih

Aisyah Radhiyallahu 'anha menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk d
mengambil kibas itu dan membaringkannya kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam menyembelihnya. [6]

Berkata Imam Nawawi dalam Syarhun Shahih Muslim (13/130) : Hadits ini menunjukkan sunnahnya membaringkan k
dan tidak boleh disembelih dalam keadaan kambing itu berdiri atau berlutut tetapi dalam keadaan berbaring
kambing tersebut dan hadits-hadits yang ada menuntunkan demikian juga kesepakatan kaum muslimin. Ulama sep
muslimin bahwa hewan yang akan disembelih dibaringkan pada sisi kirinya karena cara ini lebih mudah bagi o
mengambil pisau dengan tangan kanan dan menahan kepala hewan dengan tangan kiri.

[e]. Tempat (Bagian Tubuh) Yang Disembelih

Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata : Penyembelihan dilakukan di sekitar kerongkongan dan labah. [7]

Labah adalah lekuk yang ada di atas dada dan unta juga disembelih di daerah ini. [8]

Anda mungkin juga menyukai