Anda di halaman 1dari 4

PEDOMAN PENYEMBELIHAN HALAL

Sumber : Buku Pedoman PPDH-Kesmavet

Dalam hukum Islam (Shari'ah) dikenal kesucian daging ternak untuk konsumsi manusia yang disebut
dengan Zakah terdiri dari 3 jenis yaitu :

1. Disembelih (Dhabh)
2. Dibunuh (Nahr)
3. Ditusuk

A. DISEMBELIH (DHABH)

Dhabh adalah bahasa Arab yang, artinya disembelih. Saat ternak disembelih dengan tata cara Islamik,
maka daging yang diperoleh secara hukum Islam layak dikonsumsi (daging halal).

Metode penyembelihan secara Islamik diperlukan persyaratan sebagai berikut :

1. Pemotongan/Penyembelihan Islam mengajarkan untuk menghargai kesucian hidup dan tidak


menyukai kekejaman terhadap kehidupan.
a. Ternak yang dipotong harus dilakukan dengan belas kasih dan kebaikan. Nabi
Muhammad SAW bersabda : Allah memutuskan tentang apa yang harus dilakukan
dengan sempurna dan mulia. Oleh karena itu ketika kamu membunuh, bunuhlah dengan
baik; dan ketika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik; tajamkan pisaumu dan
tangani dengan kebaikan disaat kamu menyembelih. (Muslim)
b. Ternak yang disembelih harus dilakukan dengan belas kasih, jangan badannya tertekan,
tidak ketakutan pada waktu dipotong dengan pisau tajam yang ada dihadapannya. Tidak
boleh ada anggota tubuh yang dilepas sebelum sempurna kematiannya Abdullah bin
Yazid menjelaskan : "Nabi Muhammad SAW melarang An-Nuhba (merampok,
mengambil paksa) dan Al-Muthla (amputasi)". (Sahih Bukhari)
c. Penyembelihan harus dilakukan tanpa merusak sistim syaraf, otak atau syaraf tulang
belakang. Penembakan dengan peluru atau pemingsanan (stunning) tata cara sebelum
dipotong masih menjadi pertanyaan dan merupakan subjek Ijtihad. Stunning di
Indonesia dapat dibenarkan melalui Fatwa MUI.
d. Ternak harus bebas penyakit dan bebas pengaruh pengobatan hormon anabolic seperti
hormon kelamin betina dan DES (diethyl-stylbestrol).

2. Keyakinan Islam Muslim percaya bahwa Allah SWT memerintah atas kehidupan dari seluruh
alam dan agar mempergunakan ternak yang sehat atas izin Allah. Nabi Muhammad SAW
bersabda: "Menjadi tanggung jawabmu terhadap Allah di dalam menghargai kematian hewan.
Kendarailah olehmu dalam kondisi baik dan bunuhlah olehmu serta makanlah dagingnya disaat
ternak tersebut dalam keadaan baik". (Abu Dawud) Islam mengajarkan Muslim untuk
menghormati kehidupan dan karena itulah ternak boleh dibunuh dengan seizin Allah untuk
keperluan dimakan. Nabi Muhammad SAW bersabda : "Barang siapa yang membunuh anak
burung tanpa alasan yang jelas, maka ia akan mengadu kepada Allah pada hari pembalasan dan
berkata Tuhanku, dia telah membunuhku dengan sia-sia dan telah membunuhku tanpa tujuan".
(Nasa’i dan Ibn Habban)
a. Penyembelih harus seorang Muslim laki-laki atau perempuan yang sehat. Hal ini untuk
menjamin berlakunya tujuan pengorbanan karena Allah. Penyembelih Islam yang patut
adalah melaksanakan karena Allah. Dalam Islam untuk melaksanakan suatu pekerjaan
diniatkan perbuatannya karena Allah. Tujuannya harus seiring dengan ketentuan dan
maksud tujuannya.
b. Ternak yang akan disembelih akan disukai bila menghadap Ka'bah (di Makkah, Saudi
Arabia) sebelum disembelih.
c. Nama Allah harus secara khusyuk dimohonkan pada ternak yang disembelih sebagai
berikut: "Bismillah, Allahu Akbar" (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar). Dalam
membaca do'a adalah termasuk "Tasmiya: nama Allah dan Takbir: rnengagungkan
kebesaran Allah. "Makanlah olehmu dengan apa yang disebut nama Allah,…..”(Al-Qur'an
6:118) “…dan jangan engkau makan dimana nama Allah tidak disebutkan,…”(Al-Qur'an
6:121). Harus dicatat bahwa sejak disembelih tidak menurut aturan belas kasih, belum
dapat dikatakan jalan kasih sayang. Pada waktu disembelih hanya diucapkan "bismillah".
Tidak perlu diikuti lanjutan "Ar-Rahman nir-Rahim".

3. Peralatan Pemotongan Ternak yang akan disembelih harus menggunakan pisau tajam, sehingga
ternak tidak terlalu menderita sakit saat disembelih.

4. Prosedur Penyembelihan Penyembelihan dilakukan dari muka leher. Kerongkongan


(oesophagus/Mirree), pipa udara (trachea/Halkoom) dan kedua pembuluh darah balik (Vena
jugularis dan arteri carotid/Wadajain) dipotong sehingga ternak mati tanpa memotong syaraf
belakang (spinal cord), Keempat saluran tersebut dinamakan dalam bahasa Arab Mirree,
Halkoom dan dua Wajidan dipotong antara kerongkongan dan kepala dari tulang dada (Libba).
Pemotongan beberapa pembuluh darah arteri yang menuju otak ternak dengan segera suplai
darah ke otak berhenti. Oleh karena itu otak akan segera kehilangan fungsi seperti kelemahan
yang disebabkan suplai oxygen berkurang (Cerebral ischaemia dengan anoxaemia). Inilah yang
menyebabkan ternak tidak sadar dan ternak tidak menderita sakit.

5. Kematian ternak melalui perdarahan Darah yang mengalir akan segera mengering, kematian
ternak terjadi karena pengeluaran darah yang sempurna. Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Halal untukmu memakan daging dari ternak yang mengalir sempurna darahnya dan atasnya
disebut nama Allah". (Sahih Bukhari) Dalam ritual Islamik metoda penyembelihan pada kedua
pembuluh darah balik (Vena Jugularis) dan pembuluh darah carotid yang membawa, darah dari
jantung ke otak terputus sehingga darah akan segera mengering sehingga aliran darah ke otak
terhenti. Ketika syaraf tulang belakang (spinal cord) tidak putus, perintah otak ke jantung untuk
mengalirkan darah lebih banyak lagi untuk segera keluar sehingga denyut nadi, pernapasan
menurun serta pengeluaran darah yang terjadi akibat kontraksi otot. Tujuan pengeluaran darah
segera mungkin dimaksudkan agar tidak menjadi medium tumbuhnya mikro-organisme yang
dapat mempengaruhi kualitas daging karkas. Hasil penelitian laboratorium antara ternak yang
disembelih dan pengeluaran darahnya sempurna dengan yang ditusuk diperlihatkan bahwa
bakteri yang tumbuh 3 hingga 4 kali lebih sedikit dari pada ternak yang pengeluaran darahnya
tidak sempurna.
6. Penanganan setelah penyembelihan Setelah selesai penyembelihan ternak harus ditangani
dengan hati-hati, kepala, kulit dan bagian lainnya dilepas hanya setelah benar-benar ternak
telah mati dengan sempurna. “….Saat setelah penyembelihan selesai makanlah dari
padanya,…(Al-Qur'an 22- 36) Umar bin Khattab r.a. berkata : "Tinggalkan mereka (setelah ternak
disembelih) dalam ketenangan hingga sempuma kematiannya". (Al-Muhalla oleh Ibn Hazm)
Berkenaan hal tersebut, Ibn Hazm percaya bahwa, tidak halal makan bagian dari ternak yang
dipotong sebelum kematiannya sempurna hingga tubuhnya terasa dingin.

B. DIBUNUH (NAHR)

Nahr dalam bahasa Arab berarti melukai pembuluh darah balik (vena jugularis). Kata Nahr disebutkan
dalam Al-Qur’an 108:2. Dalam kasus ini terjadi pada ternak unta dan jerapah yang dilakukan
pembunuhan dengan ditusuk dalam rongga kerongkongan lalu dipotong dengan pisau langsung ke atas
bagian dada. Nabi Muhammad SAW menerima laporan dan ditanya oleh Badil Ibn Warga'a ketika
berziarah ke Mina : "Termasuk zakahkah (dipotong atau dibunuh) yaitu dengan memotong
kerongkongan ke bawah hingga bagian atas dada". [Authenthic Hadith, Al Fiqh Ala 9 Al Madahib Al
Arba'ah (Kitab Al Sha'b), halaman 413 Hadith dinyatakan oleh AI-Daraqutni].

C. DITUSUK (STABBING)

Ini salah satu bentuk zakall yang terjadi dengan melukai hewan yang berakibat fatal dari tusukan seperti
dipanah atau ditembak. Rafi bin Khadry menceritakan : "Kami bersama Rasulullah SAW saat seekor unta
lari tersesat jauh, lalu kami pergi mengejar dengan beberapa kuda tetapi tidak berhasil. Akhimya
seseorang dari kami membidik dengan panah dan mengenai bagian belakangnya. Kemudian Rasulullah
SAW bersabda "unta seperti itu dapat disamakan dengan binatang liar yang mana karena tidak dapat
mengendalikannya lalu dilakukan penikaman untuk menguasainya" (Authentic Hadiths dalam Sahih
Bukhari mengatakan diantara hewan dapat dikatakan liar apabila mereka lari dari kendalian).
Prosedur Penyembelihan Halal pada Industri Rumah Potong Hewan.
Sumber : Buku Pedoman PPDH-Kesmavet

Berikut prosedur penyembelihan halal di bawah pengawasan agar pemotongan halal bonafide yang
berlaku umum yaitu :

1. Hewan/unggas yang disembelih harus sehat, bebas dari penyakit dan cacat;
2. Hewan/unggas yang disembelih dengan cara belas kasih tanpa timbul rasa takut saat
disembelih;
3. Tidak ada bagian tubuh ternak yang dilepas sebelum mati sempurna;
4. Apabila menggunakan metoda pengekangan atau mengurangi rasa sakit untuk
mengendalikan ternak, maka harus yakin ternak masih hidup sebelum disembelih, karena
dapat mengarah kepada haram bila mati sebelum disembelih;
5. Penyembelihan dilakukan oleh seorang muslim yang terlatih; Menyebut nama "Allah dan
Maha Besar" harus dilisankan dengan khusyuk oleh pemotong muslim (sebelum disembelih)
sebagai berikut "Bismillah, Allahu Akbar";
6. Penyembelihan dilakukan dengan pisau yang tajam dan dilakukan dengan ayunan yang
cepat sehingga hewan tidak menderita sakit saat disembelih. Dalam kasus belum sempurna
sembelihnya, maka dapat diulang proses penyembelihan tersebut segera tanpa tertunda;
7. Pemotong harus mulai dari depan leher dengan memotong saluran makanan
(oesophagus/Mirree), saluran pernapasan (trachea/halkoom) dan 2 (dua) pembuluh darah
(vena jugularis dan arteri carotid /wajidan) di leher tanpa terpotong kepalanya;
8. Darah harus mengalir keluar cepat dengan sempurna;
9. Setelah disembelih hewan unggas harus ditangani dengan hati-hati, kepala, kulit dan bagian-
bagian tubuh lainnya tidak boleh dilepas sebelum yakin benar-benar sempurna
kematiannya;
10. Setelah dilepas kulitnya, karkas harus dicap dengan cap resmi halal pemotongan untuk
memudahkan identifikasi. Karkas harus ditangani dan diawasi secara teliti, terpisah dari
karkas atau bagian daging yang non halal;
11. Perlakuan yang memadai mencegah sedemikian rupa sehingga dicegah kontaminasi dengan
daging dan olahannya yang non halal;
12. Apabila daging dikemas harus dengan kemasan berlabel halal dan bersegel dan atau
ditempatkan dalam kontainer tersendiri/terpisah, tersegel dan dikunci;
13. Pengangkutan daging halal dan non halal tidak boleh dicampur dalam satu, kontainer
meskipun dalam kemasan bersegel.

Anda mungkin juga menyukai