Lengkap
BAB I
ASYIKNYA BERKURBAN DAN INDAHNYA AKIKAH
A. PENYEMBELIHAN
Semua makhluk hidup adalah ciptaan Allah SWT, Dia yang berhak mencipta dan
mematikan makhluk Nya. Islam telah menetapkan bahwa apabila kita hendak memanfaatkan
daging hewan yang halal harus disembelih terlebih dahulu dengan menyebut nama Nya.
Menyembelih hewan dengan menyebut nama Allah SWT berarti memohon restu Nya untuk
memanfaatkan daging binatang tersebut.
Sembelihan dalam bahasa Arab disebut Al-Dzakah asalnya berarti wewangian, halal,
lezat, manis dan sempurna. Sedangkan secara istilah adalah memutus jalan makan,minum,nafas
dan urat nadi pada leher binatang yang disembelih dengan pisau,pedang atau alat lain yang tajam
sesuai dengan ketentuan syara'. Maksudnya hewan yang disembelih sesuai dengan ketentuan
syara' akan menjadikan hewan sembelihan itu menjadi baik, suci, halal, dan lezat untuk dimakan.
2. Syarat-syarat Penyembelihan
a) Binatang yang akan disembelih masih dalam keadaan hidup. Binatang yang mati bukan
karena disembelih berarti sudah menjadi bangkai.
b) Binatang yang akan di sembelih adalah binatang yang halal, baik zatnya maupun cara
memperolehnya
Allah berfirman:
Artinya: "Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik - baik. Makanan (sembelihan)
orang - orang yang diberi Alkitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi
mereka." (Qs.AlMaidah:5)
Sebagian Ulama menyatakan bahwa mengkonsumsi daging hewan sembelihan
ahli kitab adalah haram hukumnya karena ahli kitab juga termasuk orang musyrik yang
menyekutukan Allah dengan makhluk lainnya. Mereka mengqiaskan antara sembelihan
orang kafir dengan sembelihan orang musrik.
b) Berakal SehaT
Mengkonsumsi daging binatang yang disembelih oleh orang gila atau mabuk,
hukumnya haram.
c) Mumayyis
Mumayyis adalah orang yang dapat membedakan antara yang benar dan yang
salah. Penyembelihan binatang yang dilakukan oleh anak yang belum mumayyis
dinyatakan tidak sah.
Niat penyembelihan yang benar ialah penyembelihan binatang dengan tujuan untuk
memakan binatang itu, sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara. Jika ada niat
penyembelihan yang lain dari ketentuan ini maka sembelihan itu haram dimakan.
Firman Allah SWT:
Artinya: "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah..." (Qs. Al Maidah : 3)
Artinya : "Dari Aisyah bahwa sahabat -sahabat Rasulullah berkata: Sesungguhnya suatu
kaum telah datang kepada kami membawa daging yang kami tidak mengetahui apakah waktu
menyembelihnya mereka menyebut nama Allah atau tidak, Apakah kami boleh memakannya
atau tidak? Rasulullah menjawab: Sebutlah nama Allah dan makanlah."
Sebagian ulama berpendapat bahwa membaca Basmalah itu merupakan syarat sahnya suatu
penyembelihan, berdasarkan firman Allah:
Artinya:"Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika
menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat Nya." (Qs. Al-An'am118)
d. Alat Penyembelih
Boleh menggunakan alat apapun asalkan alat itu tajam dan dapat memutus tenggorokan
dan urat nadi besar di leher binatang yang disembelih. Dari Syadad bin Aus, Rasulullah Saw
bersabda:
Artinya: "Sesungguhnya Allah memerintahkan agar berbuat baik terhadap segala sesuatu.
Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara baik. Jika kalian hendak
menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklahkalian menajamkan
pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih." ( HR. Muslim dan Tirmidzi)
Tidak diperbolehkannya menggunakan tulang dan kuku. Dalilnya adalah hadist Rofi'
danKhodij
yang artinya: "Segala sesuatu yang mengalirkan darah dan disebut nama Allah ketika
menyembelihnya, silakan kalian makan, asalkan yang digunakan bukanlah gigi dan kuku. Aku
akan memberitahukan pada kalian mengapa hal ini dilarang. Adapun gigi, ia termasuk
tulang. Sedangkan kuku adalah alat penyembelihan yang dipakai penduduk Habasyah
(sekarang bernama Ethiopia) (HR. Bukhari)
c. Memutuskan leher nya atau mengulitinya sebelum binatang itu benar-benar mati
Ada dua cara dalam menyembelih binatang, yaitu secara tradisional dan mekanik
a. Cara menyembelih binatang dengan cara tradisional :
Bagi muslim, kurban adalah syariat yang ditetapkan Allah Swt. Bahkan sejak nabi Adam
As. sudah ada syariat kurban. Hal ini dapat dipahami dari kisah Qabil dan Habil, dua putra nabi
Adam As yang bertengkar karena kurban salah satunya tidak diterima. Demikian juga dengan
peristiwa nabi Ibrahim As dan putranya nabi Ismail As. Keduanya merupakan hamba Allah
yang taat dan sangat pantas untuk diteladani, karena dengan keikhlasan dalam mengabdikan
dirinya kepada Allah Swt.
a. Pengertian Kurban
Kurban berarti pendekatan diri atau mendekatkan diri, istilah lain yang biasa
digunakan adalah Nahr (sembelihan), dan Udliyyah (sembelihan atau hewan sembelihan).
Sedangkan dalam pengertian syariat kurban ialah menyembelih binatang ternak yang
memenuhi syarat tertentu yang dilakukan pada Hari Raya (selepas shalat hari raya idul
adha) dan hari-hari tasyrik yaitu 11, 12 dan 13 Zulhijjah semata mata untuk beribadah
untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
b. Hukum Kurban
Kurban hukumnya sunah muakad atas orang yang memenuhi yaitu syarat-syarat
yaitu Islam, merdeka(bukan hamba), baligh lagi berakal, mampu untuk berkurban, kecuali
kurban sebagai bentuk Nadzar maka itu wajib sebagaimana ibadah-ibadah ketaatan
lainnya. Orang yang telah mampu tetapi tidak melaksanakan kurban, tercela dalam
pandangan Islam. Mereka beralasan dengan firman Allah Swt:
Artinya : "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, ibrahim berkata : "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab : "
Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang sabar." (Qs.Ash-Shafaat : 102)
Artinya:"Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan sembelihan yang besar..." (Qs. Ash-Shafaat : 106-107)
3. Ketentuan Hewan Kurban
Waktu yang sah untuk menyembelih hewan kurban adalah pada hari raya
Idul Adha yaitu tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat Idul adha. Hal ini berdasarkan
riwayat dari Al Barra' bin 'Asib ra, ia berkata:
Pada hari Tasyrik yaitu tanggal 11, 12,13 bulan Dzulhijjah Hal ini
berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw:
Artinya: "Dari Jubair bin Muth'im radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shalallahu
'alaihi wa salam bersabda:" Setiap hari Tasyrik adalah waktu untuk menyembelih hewan
kurban." (Hr. Ahmad dan Al Baihaqi)
Tempat menyembelih sebaiknya dekat dengan tempat pelaksanaan shalat
Idul Adha. Hal ini sebagai sarana untuk syi'ar Islam. Sabda Rasulullah Saw
Dan apabila pemilik kurban tidak bisa menyembelih sendiri sebaiknya dia ikut
datang menyaksikan penyembelihannya.
b. Disyariatkan bagi orang yang berkurban bila telah masuk bulan Dzulhijjah
untuk tidak mengambil rambut dan kukunya hingga hewan kurbannya
disembelih. Dalam hadits riwayat dari Ummu Salamah ra, dia berkata:
Rasulullah Saw bersabda
d. Penyembelihan hewan kurban atau pengurus kurban boleh saja menerima daging
kurban tetapi bukan upah menyembelih atau mengurus.
e. Demikian pula dilarang menjual daging kurban, sebagaimana dengan sabda
Nabi Saw:
Artinya:"Janganlah engkau jual daging denda haji dan kurban. Makanlah dan
sedekahlah serta ambilah manfaat dari kulitnya, janganlah engkau jual (kulit
itu)." (HR.Ahmad)
6. Fungsi Kurban
Ibadah kurban selain bertujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt dan
memperoleh keridaan Nya, juga sebagai ibadah sosial dengan menyantuni kaum
lemah. daging kurban sebaiknya dibagikan kepada fakir miskin.
C. IBADAH AKIKAH
Setiap orang tua tentu mendambakan putra dan putri yang saleh dan
salehah, berbakti dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua orangtuanya.
Akikah adalah salah satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai rohaniah
kepada anak yang masih suci. Dengan Akikah diharapkan sang bayi
memperoleh kekuatan, kesehatan lahir dan batin. Lahir dan batinnya tumbuh dan
berkembang dengan nilai-nilai Ilahinya.Dengan Akikah juga diharapkan sang
bayi kelak menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Jika acara ini dilaksanakan dengan tulus ikhlas dan dijiwai nilai-nilai rohaniah
oleh kedua orang tuanya, tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
dan rohaniah sang bayi.
1. Pengertian Akikah
Akikah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak
yang baru lahir 'bayi'. Sedangkan menurut, akikah berarti menyembelih binatang
ternak berkenaan dengan kelahiran anak sebagai bukti rasa syukur kepada Allah
Swt dengan syarat-syarat tertentu.
Sabda Rasulullah Saw:
2. Dasar Hukumnya
Hukum Akikah itu adalah sama dengan ibadah kurban yaitu sunnah
muakad kecuali dinazarkan menjadi wajib. Hewan yang sah digunakan untuk
akikah sama dengan hewan yang sah untuk kurban. Akikah dilakukan oleh
Rasulullah Saw dan para sahabat. Rasulullah Saw bersabda:
3. Syariat Akikah
Artinya: "Dari Ibnu Abbas ra, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw berakikah
untuk Hasan dan Husein, masing-masing seekor kibas." (HR. Abu Dawud)
4. Ketentuan Akikah
d. Anak laki-laki disunatkan akikah dengan dua ekor kambing dan seekor
untuk anak perempuan.
Artinya : "Dari 'Aisyah Radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shalallahu 'alaihi wasallam memerintahkan mereka agar berakikah dua
ekor kambing yang sepadan (umur dan besarnya) untuk bayi laki-laki
dan seekor kambing untuk bayi perempuan." (Hadits shahih riwayat
Tirmidzi).
A. Kurban
a. Kurban disyariatkan agar dilaksanakan diantara tanggal 10 sampai dengan 13 bulan
Dzulhijjah
b. Kurban disyariatkan untuk dilaksanakan setiap tahun
c. Binatang cukup satu ekor
d. seekor sapi boleh untuk tujuh orang
e. Daging lebih utama dibagikan sebelum dimasak
B. Akikah
a. Akikah disyariatkan berkenaan dengan kelahiran anak.
b. Akikah disyariatkan satu kali seumur hidup
c. Jumlah binatang (kambing atau domba) untuk anak laki-laki 2 ekor, sedangkan untuk
perempuan 1 ekor.
4. Binatang (selain kambing atau domba) jumlahnya adalah 1 ekor untuk seorang anak
d. Daging diberikan setelah matang.
BAB 2
A. JUAL BELI
Jual beli menurut bahasa artinya memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu atau
tukar menukar sesuatu. Sedangkan menurut istilah berarti tukar menukar barang dengan uang
atau barang dengan barang lain disertai ijab, qabul dengan syarat dan rukun tertentu.
Melihat realita jual beli dalam kehidupan modern, seiring dengan kebutuhan dan tantangan
dalam dunia industri perdagangan, syariat Islam harus mampu memberikan solusi untuk
menjawab tantangan di masa depan. Maka untuk membumikan kaidah-kaidah Islam dengan
tidak melepaskan kaidah ushul, diperlukan adanya fiqih atau prioritas, yang mengedepankan
hal yang terpenting dari yang penting.
Hukum jual beli pada dasarnya adalah halal atau boleh, artinya setiap orang Islam dalam
mencari nafkah atau rezeki boleh dengan cara jual beli, berdagang atau boleh dengan cara yang
lain yang penting dengan cara yang halal dan baik. Adapun dasar disyariatkannya jual beli
sebagai berikut:
a. Al-qur'an diantaranya
Artinya :"Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS.
Al Baqarah : 275)
"Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka" (QS. An-Nisa : 29)
b. As-sunnah
Artinya : "Dari Rifa'ah ibn Rafi' ra Nabi Saw ditanya tentang mata pencaharian yang
paling baik, beliau menjawab, 'seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual
beli yang mabrur'." (HR. Bazzar, hakim menyahihkannya dari Rifa'ah ibn Rafi')
Maksud mabrur dalam hadits di atas adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu
menipu dan merugikan orang lain.
c. Ijma'
Ulama' telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak
akan mampu mencukupi kebutuhannya sendiri, tanpa bantuan orang lain yang
dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lain yang sesuai.
Artinya: Nabi Saw bersabda: "sesungguhnya jual beli itu sah, apabila
dilakukan atas dasar suka sama suka" (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Majjah
Jual beli barang yang diharamkan hukumnya tidak sah dan dilarang serta
karena haram hukumnya. Seperti jual beli minuman keras (khamar), bangkai,
darah, daging babi, patung berhala dan sebagainya.
Jual beli sperma hewan tidak sah, karena sperma tidak dapat diketahui
kadarnya dan tidak dapat diterima wujudnya. Rasulullah Saw, bersabda:
Artinya: "Rasulullah Saw, telah melarang jual beli kelebihan air (sperma),
(HR.Muslim)
Hal ini dilarang karena belum jelas kemungkinannya ketika lahir hidup
atau mati. Rasulullah Saw. bersabda :
Artinya : "Sesungguhnya Rasulullah Saw. melarang jual beli anak binatang
yang masih dalam kandungan induknya" (HR. Mutafaq ' alaih)
Maksudnya adalah jual beli yang barangnya belum diterima dan masih
berada di tangan penjual pertama. Rasulullah Saw. bersabda :
Artinya : "Nabi Saw. telah bersabda: Janganlah engkau menjual sesuatu
yang baru saja engkau beli, sehingga engkau menerima (memegang) barang
itu" (HR. Ahmtad dan Baihaqi)
Jual beli ini hukumnya sah, tetapi dilarang oleh agama karena adanya
suatu sebab akibat dari perbuatan tersebut, yaitu:
Jual beli ini tidak terpuji, oleh karena itu dilarang, karena pada saat orang
banyak membutuhkan justru ia menimbun dan akan menjual dengan harga
setinggi tingginya pada saat barang barang yang ia timbun langka. Rasululla
Saw. bersabda:
Jual beli ini termasuk menipu sehingga dilarang, misalnya penjual mangga
meletakan mangga yang bagus bagus di atas onggokan, sedangkan yang jelek
jelek ditempatkan di bawah onggokan. Sabda Nabi Saw:
Apabila masih terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli hendaknya
penjual tidak menjual kepada orang lain, sebaliknya apabila seseorang akan
membeli sesuatu barang mak hendaknya tidak ikut membeli sesuatu barang
yang sedang ditawar oleh orang lain, kecuali sudah tidak ada kepastian dari
orang tersebut atau sudah membatalkan jual belinya. Sabda Nabi Saw.: