Anda di halaman 1dari 19

FIKIH KELAS IX

BAB I PENYEMBELIHAN
A.PENGERTIAN PENYEMBELIHAN
Bahasa: Baik & suci.(Az-Zakah)
Maksudnya Binatang yang disembelih sesuai dengan ketentuan
Syara’ akan menjadikan Binatang sembelihan itu menjadi baik,
suci, halal untuk dimakan
Istilah: Memutus jalan makan & minum,pernafasan & urat nadi
pada leher Binatang yang disembelih dengan pisau/alat lain yang
tajam.
B. DASAR HUKUM PENYEMBELIHAN

C. RUKUN PENYEMBELIHAN
a. Orang yang menyembelih c. Niat penyembelihan
b. Hewan yang disembelih d. Alat untuk menyembelih
D. SYARAT PENYEMBELIHAN
a. Orang yang menyembelih
1. Muslim/Ahli Kitab
2. Berakal Sehat
3. Mumayyiz
b. Binatang yang disembelih
1. Masih dalam keadaan hidup. Ciri”nya: adanya Hayyat
Mustaqirrah (Bernyawa)
2. Binatang yang halal dari zat & cara memperoleh (Halal Lizatihi
& halal sababi)
c. Niat penyembelihan
Semata”ingin mengkonsumsi Binatang tersebut secara halal
sesuai syariat Islam. Niat menyembelih karena Allah dgn cara
menyebut nama Allah saat penyembelihn
d. Alat penyembelihan
Harus tajam. Mampu mengalirkan darah & memutuskan urat leher
binatang sampai tercabut nyawanya dengan tidak menyakitkan
Benda yang terbuat dari logam, batu / kaca yang mempunyai sisi
tajam V
Tulang & kuku / alat yang bahannya berasal dari keduanya X
E. HAL” YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENYEMBELIHAN
a. Berbuat baik terhadap Binatang, dilarang menyakiti hewan yang
akan disembelih / saat proses menyembelih
b. Hewan Maqdur Alaih (Yang dapat disembelih lehernya),
hendaknya diputus saluran pernafasan (Al-Hulqum), saluran
makanan & minuman (Al-Mari’) & 2 urat yang berada pada 2 sisi
leher yang mengelilingi tenggorokan (Al-Wadajain). Sedangkan
hewan Ghairu Maqdur (Yang tak dapat disembelih lehernya),
boleh disembelih dimana saja dari tubuhnya, asalkan hewan mati
karena luka itu
c. Membaringkan hewan di sisi kiri tubuhnya, memegang pisau
dengan tangan kanan & menahan kepala hewan untuk
memudahkan penyembelihan
F. KEWAJIBAN DALAM PENYEMBELIHAN
a. Menyembelih leher bagian atas (Al-Halq) / leher bagian bawah
(Al-Labbah) yang menjadi tempat berkumpulnya urat-urat yang
membuat hewan cepat mati
b. Saluran perrnafasan (Al-Hulqum), Saluran makanan & minuman
(Al-Mari) tidak boleh dipotong lebih dari sekali, Jika tidak,
hukumnya haram dimakan
G.HAL” YANG DISUNNAHKAN DALAM PENYEMBELIHAN
a. Binatang dihadapkan ke arah kiblat
b. Menyembelih pada bagian pangkal leher hewan, agar pisau tak
mudah bergeser & urat” leher serta kerongkongan cepat
terputus
c. Menggunakan alat yang tajam agar mengurangi kadar sakit
d. Memotong 2 urat yang ada di kiri kanan leher agar cepat mati
e. Binatang yang disembelih, digulingkan ke sebelah kiri
rusuknya, supaya mudah bagi orang yang menyembelihnya
f. Membaca Basmalah
g. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.
h. Mempercepat proses penyembelihan agar Binatang tak
tersiksa
H.HAL” YANG DIMAKRUHKAN DALAM PENYEMBELIHAN
a. Menggunakan alat tumpul c. Menyembelih hingga
lehernya terputus
b. Memukul/Menendang Binatang d. Mengulitinya sebelum
binatangnya mati
I. CARA MENYEMBELIH BINATANG
a. Dalam Keadaan Maqdur Alaih
1. Tradisional
– Menyiapka lubang penampung darah
– Peralatan disiapkan terlebih dahulu
– Mengasah pisau tanpa sepengetahuan hewan yang akan
disembelih
– Menjauhkan hewan yang akan disembelih jauh dari hewan
lainnya
– Binatang yang akan disembelih dibaringkan menghadap ke
arah kiblat
– Leher Binatang diletakkan di atas lubang penampung darah
– kaki Binatang dipegang kuat”/diikat, kepalanya ditekan ke
bawah agar tanduknya menancap ke tanah
– Mengucap basmalah, kemudian alat penyembelihan
digoreskan pada leher Binatang sehingga memutuskan jalan
makan & minum,pernafasan serta urat nadi kanan & kiri
pada leher Binatang

2. Mekanik
a. Mempersiapkan peralatan alat penyembelihan/pisau yang
digerakkan oleh mesin terlebih dahulu
b. Sebelum disembelih, Binatang dipingsankan terlebih dahulu
untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan Binatang saat
penyembelihan
c. Membaca basmalah ketika dimulai penyembelihan
d. Setelah darahnya mengalir, Binatang dikuliti & dipotong”
dagingnya
b. Dalam Keadaan Ghairu Maqdur Alaih
Binatang yang termasuk: Binatang buruan & Binatang ternak.
Disembelih di bagian manapun dari tubuhnya dengan
menggunakan benda tajam apapun selain tulang & gigi yaeng
dapat mengalirkan darah & mempercepat kematiannya

KURBAN
A.PENGERTIAN KURBAN
Bahasa: Dekat (Qariba-yaqrabu-Qurbanan)
Maksudnya mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan
perintah-Nya
Istilah: Menyembelih hewan ternak yang memenuhi syarat
tertentu yang dilakukan pada hari raya Idul Adha & hari tasyrik
yakni tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah semata-mata untuk
beribadah & mendekatkan diri kepada Allah Swt.
B. DASAR HUKUM KURBAN
Sunnah Mu’akad bagi yang mampu. Wajib bagi yang
bernazar/berjanji

C. KETENTUAN HEWAN KURBAN


Jenis hewan untuk berkurban adalah dari golongan Bahiimatu al-
An`aam, hewan yang diternakkan untuk diperah susunya &
dikonsumsi dagingnya yaitu, unta, sapi, kerbau, domba, kambing.
Syarat hewan kurban:
a. Cukup Umur [(Tahun) memasuki (Tahun)]
1. Unta (5 → 6 Tahun) 3. Kambing (2 → 3 Tahun)
2. Sapi & Kerbau (2 → 3 Tahun) 4. Domba (1 → 2 Tahun)
b. Tidak Dalam Kondisi Cacat
1. Tidak Buta 3. Tidak pincang
2. Sehat badannya 4. Gemuk badannya
D. WAKTU & TEMPAT PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN
a. Waktu Yang Sah
1. Hari Raya Idul Adha, 10 Zulhijjah, setelah Idul Adha
2. Hari Tasyrik, tanggal 11, 12, 13 Bulan Zulhijjah (Sebelum
Maghrib)
b. Tempat penyembelihan sebaiknya dekat dengan pelaksanaan
Shalat Idul Adha
E. SUNNAH DALAM MENYEMBELIH HEWAN KURBAN
a. Disembelih sendiri jika yang berkurban laki” & mampu
menyembelih
b. Disyariatkan bagi orang yang berkurban bila telah masuk bulan
Zulhijjah untuk tidak memotong rambut & kukunya hingga
hewan kurbannya disembelih
c. Daging kurban sebaiknya dibagikan kepada fakir miskin dalam
kondisi mentah. 1/3 untuk yang berkurban & keluarganya, 1/3
untuk fakir miskin, 1/3 untuk tetangga sekitar / disimpan agar
sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan.
F. TATA CARA PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN
a. Hewan yang akan dikurbankan dibaringkan ke sebelah kiri
rusuknya dengan posisi mukanya menghadap ke arah kiblat,
diiringi dengan membaca doa
b. “Robbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim.” (Ya
Tuhan kami, terimalah kiranya qurban kami ini, sesungguhnya
Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).”
c. Penyembelih meletakkan kakinya yang sebelah di atas leher
hewan, agar hewan itu tidak menggerak-gerakkan
kepalanya/meronta.
d. Penyembelih melakukan penyembelihan, sambil membaca:
“Bismillaahi Allaahu Akbar” (Artinya: Dengan nama Allah, Allah
Maha Besar). Dapat pula ditambah bacaan shalawat atas Nabi
Muhammad Saw. Para saksi pemotongan hewan kurban dapat
turut membaca takbir “Allahu Akbar”).
e. Penyembelih membaca doa kabul (doa supaya kurban diterima
Allah) yaitu: “Allahumma minka wa ilayka. Allahumma taqabbal
min …” (sebut nama orang yang berkurban). (Artinya: Ya Allah,
ini adalah dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu, Ya Allah,
terimalah dari….)
G.HIKMAH HEWAN KURBAN
1. Bersyukur kepada Allah atas segala limpahan nikmat & Karunia-
nya
2. Menghidupkan syariat Nabi Ibrahim yang patuh & tegar
terhadap perintah Allah
3. Mengikis sifat tamak & mewujudkan sifat membelanjakan
hartanya di jalan Allah
4. Menjalin hubungan kasih saying antar sesame manusia
5. Sebagai Mediator untuk persahabatan & wujud kesetiakawanan
sosial
6. Ikut meningkatkan gizi Masyarakat

AKIKAH
A.PENGERTIAN AKIKAH
Bahasa: Rambut kepala bayi yang tumbuh sejak lahirnya
Istilah: Menyembelih hewan ternak berkenaan dengan kelahiran
anak sesuai dengan ketentuan syara’ sebagai bukti rasa syukur
kepada Allah Swt. Akikah merupakan perwujudan dari rasa syukur
akan kehadiran seorang anak yang sangat didambakan oleh setiap
keluarga.
B. DASAR HUKUM

C. KETENTUAN AKIKAH
a. Umur Binatang, kambing minimal 2 tahun & sudah tanggal
giginya
b. Pemanfaatan daging sama dengan daging kurban yaitu
disedekahkahka kepada fakir miskin, tak boleh dijual walau
kulitnya
c. Disunnahkan daging akikah dimasak sebelum
dibagikan/mengundang saudara & tetangga untuk datang
menyantap daging yang sudah dimasak
d. Waktu penyembelihan, disunnahkan dilangsungkan pada hari ke7.
Jika tidak, hari ke14 / hari ke21 dari hari kelahirannya. Jika masih
tak memungkinkan, bisa kapan saja. Menurut Jumlur Ulama, hari
kelahiran dihitung. Maka pelaksanaanya adalah hari lahir -1 hari.
Yang Afdal, dilaksanakn pada hari ke7 dari kelahiran ank
D. HAL” YANG DISYARIATKAN
a. Memberi nama anak yang lahir dengan nama yang baik pada hari
ke7
b. Mencukur seluruh rambutnya tanpa tersisa
c. Mentahiknya, mengunyah kurma sampai lembut lalu
meletakkannya & dioleskan pada rongga mulut bagian atas bayi
& sebaiknya dilakukan oleh orang saleh
E. HIKMAH AKIKAH
a. Merupakan bentuk taqarrub & Syukur kepada Allah atas
kelahiran anak
b. Menambahkan kecintaan anak pada orang tua
c. Mewujudkan hubungan yang baik sesame tetangga maupun
saudara dengan ikut merasakan kegembiraan atas kelahiran
seorang anak
d. Perlindungan dari setan yang dapat mengganggu anak yang baru
lahir
e. Merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat
bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan
f. Memperkuat persaudaraan (ukhuwah) diantara Masyarakat
F. PERBEDAAN KURBAN & AKIKAH

KURBAN AKIKAH
Disyariatkan antara tanggal 10- Disyariatkan berkenaan dengan
13 Zulhijjah kelahiran anak
Kurban disyariatkan untuk Akikah disyariatkan 1x seumur
dilaksanakan setiap tahun hidup
Binatang cukup 1 ekor Anak laki” 2 ekor kambing, Anak
perempuan 1 ekor kambing
Seekor sapi boleh untuk 7 orang 1 ekor kambing untuk seorang
anak
Daging lebih utama dibagikan Daging diberikan setelah matang
mentah
BAB II
JUAL BELI
A.PENGERTIAN JUAL BELI
Bahasa: Tukar menukar secara mutlak (Mutlaq Al-Mubadalah ) /
Tukar menukar sesuatu dengan sesuatu (Muqalabah syai’ bi syai’)
Istilah: Pertukaran harta dengan harta untuk keperluan
pengelolaan yang disertai dengan lafal ijab & kabul.
B. RUKUN JUAL BELI
a. Penjual & Pembeli (Aqidain)
b. Barang yang diperjual belikan (Ma’qud alaih)
c. Alat nilai tukar pengganti barang
d. Ucapan serah terima antara penjual & pembeli (Ijab Kabul)
C. SYARAT JUAL BELI
a. Syarat Penjual & Pembeli (Aqidain)
1. Para Aqidain harus baligh / dewasa
2. Keduanya berakal sehat.Yang gila & bodoh tak sah
melakukan akad jual beli
3. Bukan pemboros (Tak suka memubazirkan barang)
4. Bukan paksaan, atas kehendak sendiri
b. Syarat Barang yang diperjual belikan (Ma’qud alaih)
1. Barang harus ada saat transaksi, jelas & dapat
dilihat/diketahui oleh kedua belah pihak
2. Barang yang diperjualbelikan berupa harta yang bermanfaat.
Yang tak bermanfaat, membahayakan/melanggar norma agama
tak sah diperjualbelikan
3. Barang itu suci. Barang yang menjijikkan tak sah, haram
diperjualbelikan
4. Milik Penjual. Barang pinjaman, sewaan, titipan tak sah
diperjualbelikan
5. Barang yang dijual dapat dikuasai oleh pembeli
c. Alat untuk tukar menukar barang
1. Harga harus disepakati kedua belah pihak & disepakati
jumlahnya
2. Nilai kesepakatan itu dapat diserahkan langsung pada waktu
transaksi jualbeli
3. Jika barter (Al-Muqayyadah), bukan berupa uang tetapi berupa
barang.
d. Ijab & Kabul. Ijab dilakukan oleh pihak penjual barang & Kabul
dilakukan oleh pembeli barang. Dapat dilakukan dengan kata”
penyerahan / berbentuk nota dll. Yang utama adalah kerelaan
kedua belah pihak
D. MACAM-MACAM JUAL BELI
a. Jual Beli Sah, memenuhi rukun & syarat jual beli
b. Jual Beli Terlarang, tak memenuhi rukun & syarat jual beli.
Bentuknya:
1. Jual Beli Sistem Ijon
Jual beli hasil tanaman yang masih belum nyata buahnya /
belum ada isinya. Jual beli buah” yang masih berwujud bunga /
masih sangat muda.
2. Jual Beli Barang Haram
3. Jual Beli Sperma Hewan
Dilarang karena tidak dapat diketahui kadarnya & tak dapat
diterima wujudnya
4. Jual Beli Anak Binatang Yang Belum Lahir
Dilarang karena belum jelas kemungkinannya ketika lahir
hidup / mati
5. Jual Beli Barang Yang Belum Dimiliki
Barangnya belum diterima pembeli & masih ada di tangan
penjual 1. Sedang-kan pembeli 2 akan menjualnya kembali
sebelum menerima barang itu.
6. Jual Beli Barang Yang Belum Jelas
Masih ada unsur gharar (ketidakjelasan) & cenderung
berspekulasi.
c. Jual Beli Sah, Tapi Dilarang Agama
1. Jual beli saat khutbah & Shalat Jumat (Khusus laki”)
2. Jual beli dengan cara menghadang di jalan sebelum sampai
pasar
3. Jual beli dengan niat menimbun (Merugikan orang lain)
4. Jual beli dengan cara mengurangi ukuran & timbangan
(Termasuk penipuan)
5. Jual beli dengan cara mengecoh (Termasuk penipuan &
menzalimi pembeli)
6. Jual beli barang yang masih dalam tawaran orang lain
Dilarang menjual / membeli sesuatu yang masih dalam masa
Khiyar, kecuali jika sudah tidak ada kepastian dari orang
tersebut / ia sudah membatalkan jual belinya.

KHIYAR
A.PENGERTIAN KHIYAR
Bahasa: Memilih antara 2 pilihan
Istilah: Hak memilih bagi penjual/pembeli untuk meneruskan
akad (Transaksi) jual beli/membatalkannya.
B. DASAR HUKUM KHIYAR
Mubah karena bermanfaat bagi penjual & pembeli agar tidak
terjadi penyesalan di kemudian hari. Haram untuk tujuan menipu
C. MACAM-MACAM KHIYAR
a. Khiyar Majlis
Khiyar yang berlangsung selama penjual & pembeli masih
berada di tempat jual beli. Jika penjual & pembeli sudah
berpisah maka hak khiyar tak berlaku lagi.
b. Khiyar Syarat
Hak penjual/pembeli untuk melanjutkan/membatalkan transaksi
jual beli selama masih dalam masa tenggang yang disepakati
oleh ke2 belah pihak. Ketentuan:
1. Khiyar syarat secara umum berlaku selama 3 hari 3 malam
dimulai sejak terjadinya akad (Tergantung kesepakatan antara
kedua belah pihak)
2. Jika masa Khiyar terlewat, maka transaksi jual beli tak bisa
dibatalkan
3. Hak Khiyar tak dapat diwariskan. Jika pembeli meninggal
dalam masa Khiyar maka barang menjadi milik ahli warisnya.
Jika penjual meninggal dalam masa Khiyar, maka kepemilikan
barang otomatis menjadi hak pembeli
4. Dalam Khiyar syarat harus ditentukan tenggang waktunya
secara cermat
c. Khiyar Albi
Pembeli mempunyai hak pilih untuk membatalkan akad jual beli
/ meneruskan nya karena terdapat cacat pada barang yang
dibelinya. Cacat barang tersebut dapat mengurangi manfaat
barang yang dibeli. Syarat disebut cacat:
1. Cacat barang yang dibeli merupakan hal yang penting
2. Cacat yang ada sulit dihilangkan
3. Cacat barang terjadi Ketika barang masih di tangan penjual

d. Khiyar Ru’yah
Hak bagi pembeli untuk meneruskan jual beli /
membatalkannya karena obyek yang dibeli belum dilihat Ketika
akad berlangsung Ru’yah berarti mengetahui & melihat
sesuatu menurut cara yang seharusnya
D. HIKMAH KHIYAR
a. Menghindarkan terjadinya penyesalan di kedua belah pihak
b. Memperkecil kemungkinan adanya penipuan
c. Mendidik penjual & pembeli agar lebih bersikap hati”, cermat &
teliti dalam bertransaksi
d. Menguatkan sikap rela sama rela antara penjual & pembeli
e. Menumbuhkan sikap toleransi antara kedua belah pihak

QIRAD
A.PENGERTIAN QIRAD
Pemberian modal dari seseorang kepada orang lain untuk
dijadikan modal usaha dengan harapan memperoleh keuntungan
yang akan dibagi sesuai dengan perjanjian.
B. DASAR HUKUM QIRAD

C. RUKUN & SYARAT QIRAD


a. Pemilik modal (Sahibul Mal) & Pengelola modal (Amil)
Harus Mumayyiz, berakal sehat, sukarela (Tak terpaksa) &
Amanah
b. Modal usaha (Mal)
Bisa berupa uang/barang/aset lainnya. Modal usaha harus
diketahui nilainya, kualitas & kuantitasnya oleh kedua belah
pihak
c. Jenis Usaha, usaha yang dijalankan jelas & disepaakati
Bersama
d. Keuntungan, pembagian keuntungan disepakati bersama saat
perjanjian
e. Ijab Kabul
Serah terima diantara keduanya harus jelas & dituangkan dalam
surat perjanjian
Pengelola modal tak bertanggung jawab atas kerugian
usaha/perdagangan kecuali disebabkan kecerobohannya. Jika
terjadi kerugian, maka kerugian itu bisa ditutup dengan
keuntungan yang ada.
D. LARANGAN BAGI ORNAG YANG MENJALANKAN QIRAD
a. Melanggar perjanjian/akad
b. Menggunakan modal untuk kepentingan diri sendiri
c. Menghambur-hamburkan modal usaha
d. Menggunakan modal untuk perdagangan yang diharamkan oleh
syara’
E. BENTUK-BENTUK QIRAD
a. Qirad Sederhana
Dilakukan oleh perorangan dengan cara bagi hasil

b. Qirad Modern (Mudhorobah)


Seorang nasabah yang menyimpan uangnya di suatu Bank
Syariah, mengadakan akad dengan pihak bank dalam bentuk
qirad. Pihak bank akan menjalankan uang itu untuk dikelola,
sedangkan keuntungannya yang didapatkan diberikan kepada
kedua belah pihak dengan cara bagi hasil.
F. KETENTUAN DALAM QIRAD
a. Diperlukan kemauan & kemampuan kedua belah pihak
b. Pemilik modal harus mempunyai kepercayaan & kecermatan
melihat pengelola & bidang usaha yang ia modali.
c. Pemilik & pengelola modal harus jujur, bisa dipercaya
(amanah) & bertaggung jawab serta profesional.
d. Perjanjian antara pemilik & pengelola modal dibuat dengan
jelas, untuk menghindari perselisihan sejak dini yang mungkin
bisa terjadi. Jika perlu menghadirkan saksi yang disetujui oleh
kedua belah pihak.
e. Jika terjadi kehilangan atau kerusakan di luar kesengajaan
pengelola modal, hendaknya ditanggung oleh pemilik modal.
Akan tetapi, apabila kerusakan disebabkan kelalaian yang
disengaja oleh pengelola modal, maka kerugian ditanggung
oleh pengelola modal.
f. Jika terjadi kerugian, hendaknya ditutup dengan keuntungan
yang sudah didapatkan sebelumnya. Jika tidak ada, maka
kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik modal.
G.MANFAAT QIRAD
a. Membantu sesama dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
b. Menggalang dan memperkuat ekonomi umat.
c. Mewujudkan persaudaraan & persatuan antara pihak” yang
bersangkutan.
d. Mengurangi jumlah pengangguran.
e. Memberikan pertolongan kepada sesame manusia yang
kekurangan.
f. Mewujudkan masyarakat yang tertib sesuai dengan tuntunan
syariat Islam.

RIBA
A.PENGERTIAN RIBA
Bahasa: Tambahan/Kelebihan (Ziyadah)
Istilah: Kelebihan/Tambahan pembayaran dalam utang
piutang/jual beli yang disyaratkan sebelumnya bagi salah satu
dari 2 pihk lain yang membuat perjanjian
B. DASAR HUKUM RIBA

C. JENIS-JENIS RIBA
a. Riba Fadli
Tukar menukar 2 buah barang yang sama jenisnya, namun tak
sama ukuran-nya yang disyaratkan oleh orang yang
menukarnya. Yang dilarang yaitu kelebihan (Perbedaan) dalam
ukuran. Syarat agar tukar menukar ini tak termasuk riba: 1)
Barangnya harus sama, 2) Takarannya harus sama, 3) Serah
terima pada saat itu juga
b. Riba Qardi
Meminjamkan sesuatu dengan syarat ada
keuntungan/tambahan dari orang yang dihutangi
c. Riba Yad
Riba yang terjadi pada jual beli / pertukaran yang disertai
penundaan serah terima barang yang ditukarkan. Pada riba yad
terdapat 2 persyaratan yaitu 1 barang dapat diperdagangkan
dengan 2 skema yaitu kontan / kredit.
d. Riba Nasi’ah
Tukar menukar 2 barang yang sejenis/tidak atau jual beli yang
pembayaran-nya disyaratkan lebih oleh penjual dengan
dilambatkan. Terjadi akibat jual beli tempo. Bunga bank,
termasuk masalah Ijtihadiyah karena tak ada Nash baik al-
Quran maupun hadis yang menjelaskan. Hukumnya:
1. Haram, karena telah menetapkan kelebihan atas pinjaman
2. Halal, karena bunga bank cukup rasional sebagai biaya
pengelolaan bank
3. Syubhat, belum jelas halal/haram nya
D. CARA MENGHINDARI RIBA
a. Dalam Jual Beli
1. Menjual sesuatu yang sejenis
– Serupa timbangan & banyaknya
– Tunai
– Terima dalam Ijab Kabul sebelum meninggalkan majelis
akad
2. Menjual sesuatu yang berlainan jenis
– Tunai
– Serah terima dalam akad sebelum meninggalkan majelis
akad
b. Dalam Kehidupan Sosial
1. Membiasakan hidup sederhana
2. Menghindari kebiasaan berhutang, jika terpaksa jangan
berhutang pada rentenir
3. Bekerjala dengan sungguh” untuk mencukupi kebutuhan
hidup walaupun dengan bersusah payah
4. Bila ingin berbisnis & membutuhkan modal, bisa bekerja
sama dengan bank yang dikelola berdasarkan syariat Islam
yakni Bank yang menentukan keuntungan dengan cara bagi
hasil
E. HIKMAH DIHARAMKANNYA RIBA
a. Menjauhi dari sikap serakah / tamak terhadap harta yang
bukan miliknya.
b. Menimbulkan permusuhan antar pribadi & mengikis semangat
kerja sama / saling tolong menolong antara sesama manusia.
Padahal, semua agama, menyeru kepada manusia untuk saling
tolong menolong, menghindari sikap egois & mengeksploitasi
orang lain.
c. Menumbuhkan mental pemboros, tak mau bekerja keras &
menimbun harta di tangan satu pihak. Islam menghargai kerja
keras & menghormati orang yang suka bekerja keras sebagai
jalan mencari nafkah.
d. Menghindari dari perbuatan aniaya dengan memeras kaum
yang lemah, karena riba merupakan salah satu bentuk
penjajahan / perbudakan dimana 1 pihak mengeksploitasi pihak
yang lain.
e. Mengarahkan kaum muslimin mengembangkan hartanya dalam
mata pencarian yang bebas dari unsur penipuan.
f. Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan
kebinasaannya, karena orang yang memakan riba adalah zalim,
& kelak akan binasa

BAB III

ARIYAH
A.PENGERTIAN ARIYAH
Mempunnyai makna ganti mengganti pemanfaatan sesuatu
kepada orang lain
Bahasa: Kosong, tidak ada ganti rugi (Ura)
Istilah: Akad berupa pemberian manfaat suatu benda halal dari
seseorang kepada orang lain tanpa imbalan dengan tidak
mengurangi / merusak benda itu (menjaga keutuhan barang) &
dikembalikan setelah diambil manfaatnya.
B. DASAR HUKUM ARIYAH

C. HUKUM ARIYAH
a. Mubah, Hukum asal dari pinjam meminjam.
b. Sunnah, Pinjam meminjam yang dilakukan memenuhi suatu
kebutuhan yang cukup penting
c. Wajib, Pinjam meminjam yang merupakan kebutuhan yang
sangat mendesak & kalau tidak meminjam akan menemukan
suatu kerugian.
d. Haram, Pinjam meminjam yang dipergunakan untuk hal negatif.
D. RUKUN ARIYAH
a. Mu’ir, orang yang meminjami.
b. Musta’ir, orang yang meminjam.
c. Musta’ar, barang yang akan dipinjam.
d. Sighat ijab kabul.
E. SYARAT ARIYAH
a. Bagi Mu’ir
- Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang menghalangi. Orang
yang dipaksa & anak kecil tidak sah untuk meminjamkan
barang.
- Barang yang dipinjamkan milik sendiri / menjadi tanggung
jawab orang yang meminjamkannya.
b. Bagi Musta’ir
- Mampu berbuat kebaikan. Orang gila / anak kecil tak sah
meminjam barang.
- Mampu menjaga barang yang dipinjamnya dengan baik agar
tidak rusak.
- Hanya mengambil manfaat dari barang dari barang yang
dipinjam.
c. Bagi Musta’ar
- Barang yang dipinjamkan, benar-benar milik orang yang
meminjamkan.
- Ada manfaat yang jelas.
- Barang itu bersifat tetap (tidak habis setelah diambil
manfaatnya). Makanan yang setelah dimakan menjadi habis /
berkurang zatnya tidak sah dipinjamkan
d. Sighat ijab dan Kabul
Bahasa interaksi atau ucapan rela dan suka atas pemanfaatan
barang yang dipinjam.
F. MACAM-MACAM ARIYAH
a. Ariyah Mutlaqah
Pinjam meminjam barang yang dalam akadnya tidak dijelaskan
persyaratan apapun / tidak dijelaskan penggunaannya. Namun,
penggunaan barang pinjaman harus disesuaikan dengan adat
kebiasaan & tidak boleh berlebihan.
b. Ariyah Muqayyadah
Meminjamkan suatu barang yang dibatasi waktu &
pemanfaatannya, baik disyaratkan oleh keduaorang yang
berakad maupun salah satunya. Peminjam harus menjaga
barang dengan baik, merawat, & mengembalikannya sesuai
dengan perjanjian.
G.KEWAJIBAN ARIYAH
a. Bagi Mu’ir
- Menyerahkan benda yang dipinjam dengan ikhlas & suka rela.
- Barang yang dipinjam harus bersifat tetap & memberikan
manfaat.
- Tidak didasarkan atas riba.
b. Kewajiban peminjam (musta’ir):
- Harus memelihara benda pinjaman dengan rasa tanggung
jawab.
- Dapat mengembalikan barang pinjaman tepat waktu.
- Biaya ditanggung peminjam, jika harus mengeluarkan biaya.
- Bertanggung jawab terhadap barang yang dipinjam
H.HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM ARIYAH
a. Pinjam meminjam barang harus dimanfaatkan untuk hal” yang
halal & tidak melanggar norma agama. Jika untuk perbuatan
negatif hukumnya haram.
b. Musta’ir hanya boleh menggunakan barang pinjaman sebatas
yang diizinkan oleh pemilik barang / kurang dari batasan yang
ditentukan oleh pemilik barang
c. Menjaga & merawat barang pinjaman dengan baik seperti
miliknya sendiri.
d. Jika dalam proses mengembalikan barang itu memerlukan
biaya maka yang menanggung adalah pihak peminjam.
e. Akad pinjam-meminjam boleh diputus asalkan tidak merugikan
salah satu pihak.
f. kad pinjam-meminjam dihukumi selesai jika salah 1 dari ke2
belah pihak meninggal dunia / karena gila. Jika hal itu terjadi,
maka ahli waris wajib mengembalikannya & tidak boleh
memanfaatkan barang pinjaman tersebut.
g. Jika terjadi perselisihan antara Mu’ir & Musta’ir, misalnya
pemberi pinjaman mengatakan bahwa barangnya belum
dikembalikan, sedangkan peminjam mengatakan bahwa
barangnya sudah dikembalikan, maka pengakuan yang diterima
adalah pengakuan pemberi pinjaman dengan catatan disertai
sumpah.
h. Peminjam wajib mengembalikan barang pinjaman jika
waktunya telah berakhir & tidak boleh memanfaatkan barang
itu lagi.

WADI’AH
A.PENGERTIAN WADI’AH
Bahasa: Membiarkan / Meninggalkan sesuatu (Wada’a-Yada’u-
Wad’an)
Istilah: Menitipkan suatu barang kepada orang lain dengan
maksud dipelihara & dirawat sebagaimana mestinya.
B. DASAR HUKUM WADI’AH

C. RUKUN WADI’AH
a. Orang yang menitipkan (Al-mudi’, Muwaddi’)
b. Orang yang dititip (Al-muda’, Mustaudi’)
c. Barang titipan (Wadi’ah)
d. Sighat ijab Kabul
D. SYARAT WADI’AH
a. Bagi Muwaddi’ & Mustaudi’
- Baligh
Tidak sah melakukan akad dengan anak yang belum baligh.
Namun, jika sudah mumayyiz, tetap diperbolehkan asalkan
dengan persetujuan walinya
- Berakal Sehat
Tidak sah berakad dengan orang gila / orang yang mabuk.
b. Bagi Wadi’ah
Barang yang dititipkan harus berupa harta yang bisa disimpan
& diserahterimakan serta memiliki nilai (qimah)
c. Ijab Kabul
Harus dinyatakan dengan ucapan & perbuatan. Ucapan bisa
jelas (Sarih) / sindiran (kinayah). Namun lafal kinayah harus
disertai dengan niat.
Sarih “Saya titipkan barang ini kepadamu.” Kabul “Saya terima
titipan ini.”

E. HUKUM MENERIMA WADI’AH


a. Wajib bagi orang yang percaya bahwa dirinya mampu &
sanggup menjaga amanah terhadap barang yang dititipkan
kepadanya, sementara tidak ada orang lain yang sanggup &
dapat dipercaya menjaga barang titipan tersebut.
b. Sunnah bagi orang yang percaya bahwa dirinya mampu &
sanggup menjaga amanah terhadap barang yang dititipkan
kepadanya.
c. Haram bagi orang yang percaya & yakin bahwa dirinya tidak
mampu menjaga amanah terhadap barang titipan.
d. Makruh bagi orang yang percaya dirinya mampu menjaga
barang titipan tetapi masih ada unsur keraguan akan
kemampuan itu.
F. MACAM-MACAM WADI’AH
a. Wadi’ah Yad Al-Amanah
Barang dititipkan oleh Muwaddi’ kepada pihak lain
(perorangan/lembaga penitipan) yang berfungsi sebagai
penerima amanah yang bertugas & berkewajiban untuk
menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh
memanfaatkannya. Sebagai kompensasi, Mustaudi’ boleh
membebankan biaya kepada Muwaddi’. Akad ini dikenal
dengan Save Deposit Box
b. Wadi’ah Yad Ad-Dhamanah
Merupakan titipan barang / uang yang dititipkan oleh pihak 1
kepada pihak lain untuk memelihara barang / uang tersebut &
pihak lain dapat memanfaatkan nya dengan seizin pemiliknya.
Mustaudi’ menjamin untuk mengembalikan titipan itu secara
utuh kapanpun pemilik menghendaki. Jika uang yang dikelola
mendapatkan keuntungan, seluruh keuntungan menjadi milik
Mustaudi’.
G.JENIS BARANG WADI’AH
a. Harta Benda
b. Uang
c. Dokumen Penting (Saham, surat perjanjian/sertifikat)
H.MENGGANTI BARANG WADI’AH
Wadi’ah adalah amanat bagi orang yang menerima titipan. Maka,
ia wajib menjaganya seperti menjaga barangnya sendiri.
Mustaudi’ wajib mengembalikan barang titipan jika si pemilik
memintanya. Ia juga tidak wajib mengganti barang titipan jika
ada kerusakan, kecuali karena perilaku gegabah dari penerima
titipan.

Anda mungkin juga menyukai