DEKALSIFIKASI
Pendahuluan
Sampel yang diperoleh dari kerangka / tulang manusia berguna untuk mendiagnosa suatu
penyakit. Pemeriksaan/biopsi garam kalsium pada tulang harus dilakukan secara seksama.
Dekalsifikasi adalah teknik khusus untuk mengatasi kekerasan pada jaringan karena adanya
garam kalsium.
Topik 1 : TULANG
Prinsip kerja dekalsifikasi prosedur rutin dengan tujuan membuat jaringan yang mengandung
garam mineral tanpa harus mempertahankan garam mineral tersebut. Dapat juga dikatakan
dekalsifikasi merupakan teknik unruk menghilangkan mineral dari tulang atau jaringan yang
mengandung garam kalsium lain sehingga seorang teknisi laboratorium Patologi mampu
membuat sediaan yang baik tanpa adanya kerusakan akibat jaringan yang keras.
Proses Dekalsifikasi :
1. Ketebalan tulang
2. Kerapatan/ densitas tulang
3. Suhu
4. Agitasi
5. Tekanan/ Vakum
6. Volume larutan
Adapun beberapa metode untuk melihat kualitas dekalsifikasi adalah sebagai berikut :
1. Metode X-Ray
2. Pengujian Reaksi Kimiawi
3. Tes fisik
Tahapan Pembersihan
Setelah dilakukan proses dekalsifikasi, maka akan menyebabkan berbagai kondisi. Kondisi
yang dimaksud di sini salah satunya adalah tersimpannya sisa larutan dekalsifikasi pada
jaringan. Untuk menghilangkan sisa dari larutan dekalsifikasi, berbagai metode untuk
menetralkan sisa asam pada yang tersisakan pada jaringan. Salah satu metode yang sering
digunakan adalah dengan mencuci jaringan tersebut menggunakan air keran yang dialiri atau
pemberian larutan basa. Metode yang terbaik dari keduanya adalah dengan mengaliri air
keran, hal ini disebabkan dengan mengaliri air sisa asam akan terhapus dan kontaminasi yang
ada dalam jaringan.
1. Dekalsifikasi adalah suatu proses yang dilakukan secara langsung dan menjadi hal yang
sangat penting mengingat kandungan garam kalsium dapat mempersulit diagnosis ataupun
pembuatan sediaan secara teknis.
2. Untuk menjadikan tahap dekalsifikasi ini sempurna maka dibutuhkan hal-hal sebagai
berikut :
(1) Sebuah penilaian awal dari spesimen dengan baik (mengandung kadar garam kalsium
yang sedikit atau banyak);
(2) Jaringan yang dibuat sediaan harus terfiksasi sempurna;
(3) Persiapan potong makros (gross) haruslah wajar;
(4) Pemilihan larutan dekalsifikasi harus sesuai dengan tujuan pembuatan sediaan
(5) volume larutan dekalsifikasi harus memadai dan sering dilakukan pergantian secara
teratur;
(6) Pengecekan batas endpoin harus diperhatikan