Anda di halaman 1dari 11

MENYEMBELIH

dan BERBURU

Publication : 1441 H_2020 M

MENYEMBELIH DAN BERBURU


Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwayjiry
Disalin dari Kitab Ringkasan Fiqih Islam

Sumber dan Penerjemah:IslamHouse


Download Ribuan eBook di www.ibnumajjah.wordpress.com
DZAKAH (SEMBELIHAN)

 Dzakah adalah menyembelih atau nahar hewan darat


yang bisa dimakan, dengan cara memotong saluran
pernafasan dan saluran makanan bersama kedua urat
nadi atau salah satunya, atau dengan cara melukai dia
yang menghindar, seperti hewan yang kabur dan lainnya.

 Cara Menyembelih:

Disunnahkan untuk melakukan nahar terhadap unta


dalam keadaan berdiri dan kaki kirinya terikat, yaitu
dengan cara menusuk pangkal lehernya dengan sesuatu
yang tajam, letaknya diantara pangkal leher dan dada.
Sedangkan sapi, kambing dan semisalnya dengan
menggunakan pisau dan hewan tersebut dibaringkan
pada tubuh kirinya. Haram hukumnya untuk menjadikan
binatang ternak sebagai sasaran untuk ditembak.

 Sembelihan terhadap induk sudah termasuk juga sebagai


sembelihan terhadap janinnya, akan tetapi jika dia keluar
dalam keadaan hidup tidak boleh untuk dimakan sebelum
disembelih.

 Syarat sahnya sembelihan:

1. Kelayakan orang yang menyembelih: dia haruslah


seorang yang berakal, Muslim atau ahli kitab, baik itu
laki-laki ataupun wanita. Tidak diperbolehkan
sembelihan seorang mabuk, gila dan kafir yang selain
ahli kitab.

2. Alat: Diperbolehkan menyembelih dengan sesuatu


tajam yang mengalirkan darah, kecuali gigi dan
tulang.

3. Mengalirkan darah dengan memotong saluran


makanan dan pernapasan, sempurnanya sembelihan:
apabila memotong keduanya bersama kedua urat
nadi.

4. Sambil mengucapkan: "Bismillah" ketika


menyembelih, apabila dia meninggalkan bacaan
tersebut karena lupa, tetap diperbolehkan untuk
dimakan, berbeda dengan dia yang meninggalkannya
dengan sengaja.

5. Hendaklah perburuan bukan terhadap sesuatu yang


diharamkan terhadap hak Allah, seperti dia yang
berburu di tanah Haram atau terhadap binatang yang
diharamkan.

 Seluruh yang mati karena tercekik, dipukul kepalanya,


disetrum listrik, ditenggelamkan dalam air panas atau
dengan gaz mematikan, seluruhnya haram dan tidak
boleh dimakan, karena dalam keadaan seperti itu
darahnya menjadi bercampur dengan daging sehingga
membahayakan manusia yang memakannya, lagi pula
ruhnya dihilangkan dengan cara yang menyelisihi sunnah.

 Sembelihan ahli kitab dari yahudi dan nasrani halal dan


boleh dimakan, sebagaimana firman Allah:

َ‫ابَ ِحلََل ُك َْمَ َوطَ َع ُام ُك َْم‬ ََ ‫امَال ِذ‬


ََ َ‫ينَأُوتُوَاَْالْ ِكت‬ َُ َ‫الْيَ ْوََمَأ ُِحلََلَ ُك َُمَالطيِّب‬
َُ ‫اتَ َوطَ َع‬

َ‫ِحلَََّلُْم‬

"Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan


(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal
bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka"
(QS. Al-Maaidah/5: 5)

 Apabila seorang Muslim mengetahui kalau sembelihan


ahli kitab dilakukan dengan cara yang tidak syar'i, seperti
dengan cara dicekik atau disetrum oleh listrik, maka pada
saat itu dia tidak boleh memakannya. Adapun sembelihan
orang-orang kafir selain ahli kitab tidak boleh dimakan
secara mutlak.

 Cara menyembelih hewan buruan yang sulit ditangkap,


bisa dilakukan dengan cara melukai pada salah satu
anggota tubuhnya. Pembunuhan terhadap hewan tanpa
alasan dan tidak pula untuk mengambil manfaat darinya
termasuk haram.
 Apabila seorang Muslim mengetahui kalau seorang ahli
kitab menyembelih sambil menyebut nama Allah, maka
dia boleh memakannya, sedangkan jika dia ketahui
bahwa sembelihannya dengan tidak menyebut nama
Allah, maka tidak halal baginya untuk memakannya,
sedangkan jika dia tidak mengetahui, maka boleh
memakannya; karena secara asal dia berhukum halal,
dan tidak ada kewajiban pula baginya untuk bertanya
cara menyembelihnya, bahkan yang terbaik baginya
adalah tidak bertanya dan tidak pula mencari tahu.

 Tidak dihalalkan sesuatupun dari hewan yang bisa


disembelih untuk dikonsumsi tanpa menyembelihnya,
kecuali belalang dan ikan, dan setiap yang tidak bisa
hidup kecuali di air, dia bisa dimakan tanpa disembelih
terlebih dahulu.

 Seluruh hewan darat dan burung-burung yang mubah


tidak boleh di makan kecuali dengan dua syarat: setelah
di sembelih, dan menyebut nama Allah ketika
menyembelihnya.

 Barang siapa yang menyembelih seekor binatang yang


bisa di makan, baik itu binatang ternak ataupun lainnya,
kemudian dia bersedekah dengannya atas nama
seseorang yang telah meninggal agar ganjarannya
sampai kepada mayit, hal tersebut diperbolehkan.
Sedangkan jika menyembelihnya sebagai bentuk ta'dzim
atau pengagungan terhadap mayit serta untuk
mendekatkan diri kepadanya, maka yang seperti ini
termasuk syirik akbar, tidak halal baginya maupun orang
lain untuk memakannya.

 Sifat berbuat kebaikan dalam menyembelih:

Dengan cara menggunakan pisau tajam, tidak boleh


menyembelih dengan alat tumpul, karena dia akan
menyiksa hewan tersebut, hendaklah tidak menyembelih
hewan dihadapan hewan lainnya, sehingga dia akan
menjadi ketakutan, hendaklah tidak mengasah pisau
dihadapan hewan yang akan disembelih, hendaklah tidak
mematahkan leher hewan yang telah disembelih atau
mengulitinya ataupun mematahkan salah satu anggota
tubuhnya, sebelum ruhnya terlepas, untuk unta
hendaklah dengan cara nahar dan hewan lainnya dengan
cara sembelih.

َُ‫اّلل‬
َ َ ‫صلى‬
َ َ ‫اّلل‬ َِ ‫انَ َح ِفظْتُ ُه َماَ َع َْنَ َر ُس‬
َِ َ‫ول‬ ََ َ‫َع َْنَ َشد َِادَبْ َِنَأ َْوسََهنع هللا يضر َق‬
َِ َ‫َثِْن ت‬:‫ال‬

َ‫ َفَِإ َذا َقَتََ ْلتُ َْم‬،َ‫اْل ْح َسا َن َ َعلَى َ ُك َِّل َ َش ْيء‬


ِْ َ ‫ب‬ ََ َ‫َعلَْي َِه َ َو َسل ََم َق‬
َ َ َ‫ َإِن‬:‫ال‬
ََ ‫اّللَ َ َكَت‬

َُ‫َح ُد ُك َْم َ َش ْفَرتََه‬ ِ ِ ‫ َوإِ َذا َ َذ ََبتُ َم َفَأ‬،‫فَأَح ِسنُوا َالْ ِقْت لََة‬
َ ‫ َ َولْيُحدَ َأ‬،‫َحسنُوا َالذبْ ََح‬
ْ ْْ َ ْ

ُ‫يحتَ َه‬ِ َْ ‫فَ ْل ُُِي‬


َ ‫حَ َذب‬
Berkata Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu: ada dua
perkara yang aku hafal dari sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam: "Sesungguhnya Allah telah menentukan
kebaikan terhadap segala sesuatu, apabila kalian
membunuh hendaklah membunuh dengan baik, dan
apabila menyembelih hendaklah kalian menyembelih
dengan baik, hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan
tenangkanlah sembelihannya" (HR. Muslim no. 1955) .

 Disunnahkan untuk menghadapkan sembelihan ke arah


kiblat, dan menambah takbir bersama tasmiyah, jadi
mengucapkan: "Bismillah, Allahu Akbar" kemudian
barulah menyembelih. (Shohih: HR. Abu Dawud no.
2810 dan Tirmidzi no. 1521)
SHOID (BERBURU)

 Shoid adalah memburu binatang halal yang tentunya liar


dan tidak dimiliki orang lain dan tidak mampu pula
menangkapnya, dengan menggunakan alat tertentu yang
diarahkan kepadanya.

 Shoid: secara asal berhukum mubah, kecuali jika


dilakukan di tanah Haram, dia berhukum haram,
sebagaimana haram pula bagi dia yang bermuhrim (haji)
untuk berburu binatang darat.

Allah berfirman:

ِ ِ
َ َ ‫صْي َُد َالَْب ْح َِر َ َوطَ َع ُام َهُ َ َمتَاعاَ َل ُك َْم َ َوللسي َارةَِ َ َو ُحِّرََم َ َعلَْي ُك َْم‬
َ‫صْي َُد‬ َ َ ‫أُحلَ َلَ ُك َْم‬
ََ ‫اّللََال ِذ‬
َ‫يَإِلَْي َِهَ ُُْت َشُرون‬ َّ َْ‫الْبَ َِّرَ َماَ ُد ْمتُ َْمَ ُحُرماََ َوات ُقوَا‬

"Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan


(yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat
bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan;
dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan
darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah
kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan" (QS. Al-Maaidah/5: 96)
 Buruan setelah terkena dan tertangkap memiliki
dua keadaan:

Pertama : Pemburu mendapatinya masih dalam keadaan


hidup dan segar, keadaan seperti ini
mengharuskan binatang tersebut untuk
disembelih dengan sembelihan syar'i.

Kedua : Dia mendapatinya telah mati, atau dalam


keadaan hidup yang telah parah, maka dia
halal sesuai dengan persyaratan yang ada.

 Syarat-syarat halalnya buruan:

1. Hendaklah si pemburu termasuk dalam kelompok


yang bisa menyembelih, yaitu Muslim atau ahli kitab,
telah baligh atau bisa membedakan kebenaran.

2. Alat, terbagi menjadi dua: pertama: tajam yang bisa


mengalirkan darah, selain dari gigi dan tulang, kedua:
binatang yang bisa melukai, seperti anjing dan
burung, apa yang dibunuh olehnya mubah, jika dia
telah terlatih, seperti anjing dan elang.

3. Binatang buruan dari anjing maupun elang menerkam


setelah diperintah oleh majikan untuk memangsa
binatang yang ditunjuknya.

4. Mengucapkan basmalah ketika melempar


(menembak) ataupun ketika melepas binatang
terlatihnya, jika dia meninggalkannya karena lupa,
maka dia tetap dihalalkan, berbeda jika meninggalkan
ucapan tersebut dengan sengaja.

5. Hendaklah apa yang diburu itu termasuk yang


dibolehkan menurut syari'at, adapun memburu
binatang yang diharamkan ataupun di tanah Haram,
hal tersebut tidak dihalalkan untuk dilakukan.

 Memelihara anjing termasuk hal yang diharamkan;


karena bisa menyebabkan orang lain ketakutan,
menyebabkan tidak masuknya Malaikat kedalam rumah,
juga karena terdapat padanya najis serta kotoran.
Ganjaran orang yang memelihara anjing akan berkurang
satu qirot setiap harinya, kecuali anjing berburu, penjaga
rumah dan penjaga perkebunan, hal ini dibolehkan
karena adanya kebutuhan dan maslahat.

 Apabila dilempar oleh sesuatu yang tumpul seperti batu


dan semisalnya, jika binatang tersebut terluka, maka dia
boleh dimakan, dan jika terkena tumpulannya, kemudian
mati maka dia bangkai yang tidak boleh dimakan.

 Perburuan seorang pemburu yang hanya dilakukan


dengan sia-sia, seperti membidik sesuatu kemudian
meninggalkannya tanpa mengambil manfaat darinya,
baik itu dirinya ataupun orang lain, maka hal ini
diharamkan, karena termasuk dari penyia-nyiaan
terhadap harta dan menghilangkan nyawa tanpa ada
kebutuhan.

 Darah mengalir yang keluar dari burung ataupun hewan


lain ketika berburu ataupun ketika disembelih, sebelum
keluar ruhnya dia termasuk najis.

 Apa yang diburu dengan menggunakan alat hasil curian


ataupun paksaan, dagingnya tetap halal, namun pemburu
tersebut berdosa.

 Tidak boleh memakan hasil buruan ataupun sembelihan


orang yang meninggalkan shalat secara mutlak, karena
dia termasuk orang kafir.

 Berburu binatang atau mengambilnya dengan tujuan


untuk dijadikan mainan bagi anak kecil, diperbolehkan,
akan tetapi harus terus diawasi agar binatang tersebut
tidak dilukainya.

 Haram hukumnya mengarahkan senjata tajam kepada


seorang manusia yang terjaga, baik itu serius ataupun
bercanda.

Anda mungkin juga menyukai