Anda di halaman 1dari 5

Modul Fiqih Kontemporer

BERBURU DENGAN SENAPAN, HALALKAH ?


Bagi seorang muslim, halal haram suatu makanan merupakan hal yang sangat penting
dan berarti sekali, karena baik tidaknya makanan yang dia makan sangat berpengaruh pada
kejernihan hati dan akhlaqnya, serta berpengaruh pada do’a yang dia panjatkankepada Allah.
Di antara masalah yang sangat penting untuk diketahui adalah status hukum hewan
buruan yang mati dengan menggunakan senapan modern, apakah halal atau haram.
Bagaimana juga komentar para ulama seputar masalah ini ?! apakah masalah ini sudah
dibahas ulama’ dahulu kala?! Ikuti kajian sederhana berikut.
Berburu hukum asalnya Boleh
Berburu adalah memburu hewan liar yang halal dimakan, tidak ada pemiliknya dan tidak
mampu untuk ditangkap.1 Dan hukum asal berburu adalah halal, berdasarkan dalil al-Qur’an ,
hadits dan ijma.
1. Dalil al-Qur’an (QS. Al-Maidah:96)

ْ ُ‫ص ۡي ُد ۡٱلبَ ِّر َما دُمۡ تُمۡ ُحر ُٗم ۗا َوٱتَّق‬


ٓ ‫وا ٱهَّلل َ ٱلَّ ِذ‬
٩٦ َ‫ي ِإلَ ۡي ِه تُ ۡح َشرُون‬ َ ‫ص ۡي ُد ۡٱلبَ ۡح ِر َوطَ َعا ُم ۥهُ َم ٰتَعٗ ا لَّ ُكمۡ َولِل َّسي‬
َ ۡ‫َّار ۖ ِة َو ُح ِّر َم َعلَ ۡي ُكم‬ َ ۡ‫ُأ ِح َّل لَ ُكم‬
96. Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut
sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan;
dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam
ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan

ْ ۚ ‫ٱصطَاد‬
‫ُوا‬ ۡ َ‫وَِإ َذا َحلَ ۡلتُمۡ ف‬......
2.......... dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah
berburu.

2. Dalil hadits
Banyak hadits yang menunjukkan bolehnya berburu, di antaranya adalah hadits Abu
Tsa’labah al-Husyani tatkala bertanya kepada Nabi Saw tentang berburu dengan panah,
anjing terlatih, dan anjing tak terlatih, maka Nabi Saw bersabda kepadanya :
((‫ْس‬ َ ‫ ِّذي لَي‬cَ‫ك ال‬ َ cِ‫ َدتَ بِ َك ْلب‬c‫ص‬ ْ ْ‫ك ال ُم َعلَّ ِم فَ ْاذ ُكر‬
َ ‫ا‬cc‫ َو َم‬، ْ‫ل‬cc‫ َم هللاِ َو ُك‬c‫اس‬ َ ِ‫ص َدتَ بِ َك ْلب‬
َ ‫ َو َما‬، ْ‫ك فَ ْاذ ُكرْ ا ْس َم هللاِ َو ُكل‬
َ ‫صدْتَ بِقَوْ ِس‬
َ ‫فَ َما‬
ُْ‫))بِ ُم َعلَّ ٍم فََأ ْد َر ْكتَ َذ َكاتَهُ فَ ُكله‬.

“Apa yang kamu buru dengan panahmu maka sebutlah nama Allah lalu makanlah. Dan
apa yang kamu buru dengan anjingmu yang terlatih maka sebutlah nama Allah lalu
makanlah, dan apa yang kamu buru dengan anjing yang tak terlatih lalu kamu
mendapatinya masih hidup sehingga kamu menyembelihnya maka makanlah” (HR al-
Bukhari 7/112, Muslim 3/1533)
3. Dalil Ijma
Ibnu Qadamah berkata : “Ahlul ilmi bersepakat tentang bolehnya berburu dan memakan
hasil buruan.”2
Ibnu Hubairah berkata: “ Para ulama bersepakat bahwa Allah membolehkan buruan”3

1
Kusyaful Qana 6/213 al-Buhuti
2
Al-Mughni 13/257
3
Al-Ifshah 2/302
Wisnawati Loeis,Lc., MA. Page 1
Modul Fiqih Kontemporer

Namun, harus dipahami bahwa hukum boleh ini adalah apabila berburu hewan untuk
memanfaatkan dan tidak melalaikan dari amalan-amalan yang lebih utama.
Definisi Senapan
Senapan dalam bahasa Arab disebut bunduq, sedangkan bunduq secara bahasa adalah alat
untuk melempar.4 Asal katanaya adalah sebuah nama buah-buahan di Persia lalu dialihkan
menjadi Arab.5
Dalam istilah ulama salaf, bunduq itu semacam bulatan kecil yang terbuat dari tanah
sebagai alat untuk melempar. Kemudian istilah ini pada zaman sekarang digunakan untuk
menyebut senapan karena sama-sama sebagai alat untuk melempar.
Perselisihan Ulama Tentang Hasil Buruan Dengan Senapan
Bunduq memiliki dua makna, makna lama(dahulu) dan makna baru( sekarang) :
1. Makna lama
Makna lama bunduqadalah bulatan kecil yang terbuat dari tanah atau selainnya untuk
melempar buruan dengan bantuan kayu (persis dengan katapel).6
Tentang hukum buruan hasilnya, para ulama berselisih pendapat menjadi dua pendapat:
Pertama: Ini merupakan pendapat para imam empat, Ibnu Umar, Mujahid, Ibrahim, Atha,
Haasan.7 Dikuatkan oleh al-Baghawi8, al-Buqhari, bahkan Syaikhul Islam dan al-
Hafizh Ibnu Hajar telah menukil adanya ijma ulama tentang haramnya.9
Hal itu karena hasil buruannya termasuk al-mauqudzah yang disebutkan oleh Allah : ((QS
al-Maidah:3))
َّ ‫ل‬c
‫بُ ُع‬c‫ٱلس‬ َ c‫ٓا َأ َك‬cc‫ير َو َمٓا ُأ ِه َّل لِغ َۡي ِر ٱهَّلل ِ بِ ِهۦ َو ۡٱل ُم ۡن َخنِقَةُ َو ۡٱل َم ۡوقُو َذةُ َو ۡٱل ُمت ََر ِّديَةُ َوٱلنَّ ِطي َحةُ َو َم‬
ِ ‫نز‬
ۡ ۡ
ِ ‫ُح ِّر َم ۡت َعلَ ۡي ُك ُم ٱل َم ۡيتَةُ َوٱل َّد ُم َولَ ۡح ُم ٱل ِخ‬
ۡ‫ ۡوهُم‬c ‫ُوا ِمن ِدينِ ُكمۡ فَاَل ت َۡخ َش‬ ْ ‫ر‬c َ‫س ٱلَّ ِذينَ َكف‬ َ ‫و َم يَِئ‬cۡ cَ‫ق ۡٱلي‬ ۗ ٰ ٰ
ٌ c ‫ٱَأۡل ۡزلَ ۚ ِم َذلِ ُكمۡ فِ ۡس‬ccِ‫وا ب‬ ْ ‫ ُم‬c ‫ب َوَأن ت َۡست َۡق ِس‬ ِ c‫ص‬ ُ ُّ‫ا ُذبِ َح َعلَى ٱلن‬cc‫ا َذ َّك ۡيتُمۡ َو َم‬cc‫ِإاَّل َم‬
ۡ ُ ۚ ٰ
ۡ ‫يت لَ ُك ُم ٱِإۡل ۡسلَ َم ِد ٗينا فَ َم ِن‬ ُ ‫ض‬ ِ ‫ت َعلَ ۡي ُكمۡ نِ ۡع َمتِي َو َر‬ ۡ ‫َأ‬
ُ ۡ‫ت لَ ُكمۡ ِدينَ ُكمۡ َو ت َمم‬ ُ ‫ٱخ َش ۡو ۚ ِن ۡٱليَ ۡو َم َأ ۡك َم ۡل‬
ۡ ‫َو‬
‫ف‬ ٖ ِ‫ ان‬c‫ َر ُمتَ َج‬c‫ ٍة غ َۡي‬c‫ص‬ َ ‫ٱضط َّر فِي َمخ َم‬
٣ ‫يم‬ٞ ‫َّح‬ِ ‫ور ر‬ ٞ ُ‫ِإِّل ۡث ٖم فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغف‬
3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang
siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang

Al-Imam Ibnu Katsir berkata : ”Al-Mauqudzah adalah hewan yang dipukul dengan benda
keras hingga mati. Sebagaimana kata Ibnu Abbas dan lainnya. Qatadah berkata : ‘Adalah

4
Lisanul’ Arab 10/29
5
Al-Muarrab hlm. 107 oleh al-Jawaqi
6
Lihat Raddul Mukhtar 10/59 oleh ibnu Abidin dan Hadyu Sari hlm. 90 oleh Ibnu Hajar.
7
Munyah Shayyadin hlm. 94
8
Syarhus Sunnah 11/202
9
Mukhtasar al-Fatawa al-Mishriyyah hlm. 520 dan Fathul Bari 9/607
Wisnawati Loeis,Lc., MA. Page 2
Modul Fiqih Kontemporer

orang-orang jahiliyyah memukuli hewan dengan tongkat sampai kalau sudah mati maka
mereka memakannya.10
Pendapat kedua: Halal. Ini adalah pendapat Ammar ibn Yasir, Sa’id ibn Musayyib,
Abdurrahman ibn Abi Laila , dan sebagainya. 11 Mereka berdalil dengan keumuman
firman Allah : (QS al-Maidah:94)
ُ‫ٱعتَد َٰى بَ ۡع َد ٰ َذلِكَ فَلَ ۥه‬ ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ِ ۚ ‫وا لَيَ ۡبلُ َونَّ ُك ُم ٱهَّلل ُ بِ َش ۡي ٖء ِّمنَ ٱلص َّۡي ِد تَنَالُ ٓۥهُ َأ ۡي ِدي ُكمۡ َو ِر َما ُح ُكمۡ لِيَ ۡعلَ َم ٱهَّلل ُ َمن يَخَافُ ۥهُ بِ ۡٱلغ َۡي‬
ۡ ‫ب فَ َم ِن‬
٩٤ ‫يم‬ٞ ِ‫َع َذابٌ َأل‬
94. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sesuatu dari
binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu supaya Allah mengetahui
orang yang takut kepada-Nya, biarpun ia tidak dapat melihat-Nya. Barang siapa yang
melanggar batas sesudah itu, maka baginya azab yang pedih

Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama, sebab dalil mereka lebih khusus,
sedangkan dalil kedua masih bersifat umum. Dalam kaidah ushul fiqih disebutkan
bahwa dalil yang khusus lebih didahulukan daripada dalil yang umum.12
2. Makna baru
Adapun bunduq dengan makna baru yaitu peluru besi yang dimasukkan pada senapan
untuk menembak.13
Masalah ini belum pernah dibicarakan oleh para ulama salaf dahulu karena belum ada
pada zaman mereka. Senapan baru muncul sekitar tahun 700 atau 800.14 Adapun mengenai
hukum buruan dengan senapan ini, telah dibicarakan oleh para ulama belakangan secara
panjang lebar15 dan mereka berselisih pendapat tentangnya menjadi dua pendapat:
Pertama: Halal. Ini adalah pendapat mayoritas ulama bahkan Syaikh Abduh Qadir al-
Faisi al-Maliki menukil ijma ulama tentang kehalalannya, seraya membuat bait:
‫ص ْيدَا‬
َ ‫اص‬
ِ ‫َّص‬ cِ ‫َو َما بِبُ ْند‬
َ ‫ُق الر‬
‫َج َوا ُز َأ ْكلِ ِه قَ ِد ا ْستُفِ ْيدَا‬

ُ‫َأ ْفتَى بِ ِه َوالِ ُدنَا اَألوَّاه‬


ُ‫ع ِم ْن فَ ْت َواه‬
ُ ‫َوا ْن َعقَ َد إِل جْ َما‬

Peluru senapan untuk berburu


Tentang kehalalannya telah diputuskan

10
Tafsir al-Qur’an al-Azhim 3/15
11
Lihat al-Mushannaf 4/475 oleh Abdurrazaq, al-Mushannaf 4/252 oleh Ibnu Abi Syaibah
12
Lihat Raudhah Nadhir 2/723 oleh Ibnu Qudamah
13
Fathul Qadir, asy-Saukani, 2/14; Subulus Salam, ash-Shan’ani, 4/85
14
Lihat Hasyiyah al-Dasuqi 3/360, Fathul Qadir 2/14
15
Banyak para ulama yang telah menulis kitab mengenai hukum berburu dengan senapan, di antaranya
adalah Mahmud al-Hamzawi al-Hanafi (1305 H) dalam risalahnya Fatwa al-Khawwash fi Hilli Ma
Shida bir Rashash, Muhammad Bairam (1307 H) dalam risalahnya Tuhfatul Khawwash Fi Hilli Ma
Shaidi Bunduq Rashash, Abdul Qadir Ibnu Badran dalam risalahnya Durratul Ghawwash fi Hukmi
Dzakati bi Rashash.
Wisnawati Loeis,Lc., MA. Page 3
Modul Fiqih Kontemporer

Ayahanda kami yang terhormat berfatwa


Demikian
Dengan fatwa tersebut terjadi ijma.16
Pendapat ini dikuatkan oleh asy-Syaukani17, asy-Syaikh Muhammad ibn Ibrahim alusy
Syaik18, Lajnah Da’imah yang diketuai oleh asy-Syaikh Ibnu Baz 19, asy-Syikh al-Albani20,
asy-Syaikh Shalih al-Fauzan21 dan sebagainya.
Kedua: Haram. Ini merupakan pendapat sebagian Hanafiyah seperti Ibnu Nujaim dan
az-Zaila’i, juga sebagian Syafi’iyyah seperti al-Baijuri dan al-Qalyubi. 22 Mereka
menyamakan senapan sekarang dengan bunduqqiyah dengan makna lama semacam
katapel yang hasil buruannya diharamkan oleh mayoritas ulama salaf.
Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat pertama yang mengatakan halalnya buruan
hasil senapan moderen, karena sangat jauh perbedaannya antara senapan moderen dengan
katapel sekalipun istilahnya sama dalam bahasa Arab. Asy-Syaikh Ibnu Badran
menyebutkan tiga perbedaan antara keduannya:
1. Katapel yang disebut dalam hadits tidaklah menusuk dan mengeluarkan darah,
sedangkan senapan menusuk dan menumpahkan darah.
2. Senapan sangat berbeda dengan katapel baik bahannya bentuknya, dan cara
penggunaanya.
3. Nabi SAW menyebutkan bahwa katapel tidak menakutkan musuh, hal ini berbeda
dengan senapan yang menakutkan musuh dalam peperangan, lebih daripada pedang
dan panah.23
Sepertinya para ulama yang melarangnya belum mengetahui perbedaan ini sehingga
mereka menilai senapan sama dengan katapel karena persamaan istilah Arabnya, padahal
antara keduanya banyak perbedaan sebagaimana telah kita sebutkan, dahulu para ulama
mengatakan :

ٌ ْ‫ال ُح ْك ُم َعلَى ال َّشي ِء فَر‬


َ َ‫ع ع َْن ت‬
‫ص ُّو ِر ِه‬

“Menghukumi sesuatu itu merupakan cabang dari gambaran permasalahan.”


Wallahu A’lam.

Kesimpulan

16
Manarus Sabil 2/428-429
17
As-Sailul Jarrar 4/60
18
Majmu’ Fatawa 12/218
19
Fatawa Lajnah Da’imah No. 7415, Tanggal 7/9/1440 H
20
Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah 5/511
21
Kitabul Ath’ imahhlm 171, al-Mulakhkhash al- Fiqhi 2/472
22
Lihat Raddul Mukhtar 10/59, Tabynul Haqa’qa 6/59, Hasyiyah al-Qalyubi’ ala Minhaj 4/244,
Hasyiyah al-Baijuri’ ala Ibnil Qasim 2/541.
23
Lihat Raudhatul Arwah hlm.150-152
Wisnawati Loeis,Lc., MA. Page 4
Modul Fiqih Kontemporer

Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan beberapa hal:


1. Berburu adalah sesuatu yang diperbolehkan dalam syari’at Islam.
2. Buruan yang mati karena katapel haram hukumnya.
3. Buruan yang mati karena senapan halal hukumnya apabila telah memenuhi syarat-
syaratnya.
4. Pentingnya mengetahui gambaran permasalahan terlebih dahulu sebelum
menghukuminya.
Daftar Rujukan
1. Iqamatus Suradiq fi Hukmi Shadil Banadiq termuat dalam Buhuts Ilmiyah Nadirah.
Fahd Abdillah ash-Shaq’abi. Daul Ashimah, KSA, cet. pertama, 1427 H
2. Durratul Ghawwash fi hukmi Dzakat bi Rashash. Asy- Syaikh Abdul Qadir ibn
Badran (tahqiq: Muhammad ibn Nashir al-Ajmi).darul Basya’ir Islamiyyah, Beirut,
cet. pertama, 1428 H.
3. Dan lain-lain.

Wisnawati Loeis,Lc., MA. Page 5

Anda mungkin juga menyukai