Anda di halaman 1dari 6

SOAL LATIHAN - PERTEMUAN KE 7 –

 HUKUM BANK KONVENSIONAL


 HUKUM ASURANSI KONVENSIONAL
 HUKUM PERLOMBAAN MODERN

JAWABLAH PERTANYAAN INI DENGAN MENGANGKAT DALIL!!


PERHATIAN!!!
Hati-hati dalam mencari/menggunakan sumber jawaban, jangan asal ambil
baik dari buku atau internet. Pilihlah yang SYARÍ, yang sesuai dengan
ALQURAN dan SUNNAH/HADIS SHAHIH.

SOAL :
1) Jelaskan definisi Bank
2) Jelaskan macam-macam transaksi bank yang dibolehkan!!
3) Jelaskan macam-macam transaksi bank yang tidak dibolehkan!!
4) Riba hukumnya haram. Kemukakan dasar hukum keharaman riba ini menurut :
AlQuran, al-Hadis dan Ijma’Ulama!! Dalil ditulis lengkap!
5) Hukum bekerja di bank adalah haram sesuai firman Allah SwT dalam Q.S al-
Maidah [5]:2 dan hadis Rasulullah dalam HR. Muslim:4177. Analisis ayat dan
hadis tersebut!
6) Bolehkah menyimpan uang di Bank?
7) Bagaimana memanfaatkan Bunga Bank seandainya anda menabung di Bank
konvensional?
8) Masyarakat muslim sejak abad ke- 19 sudah mengenal asuransi. Apa yang
dimaksud dengan asuransi?
9) Ada 6 dalil syar’í yang mengatakan bahwa Asuransi konvensional tidak sesuai
dengan hukum Islam? Uraikan ke 6 dalil syarí tersebut masing-masing secara
rinci!!
10) Jika anda terdesak untuk mengikuti asuransi, cara apa yang harus dilakukan agar
tidak terjebak kepada keharaman?
11) Jelaskan perlombaan yang boleh dengan hadiah dan tanpa hadiah, berikut dalil!!
12) Jelaskan perlombaan yang tidak boleh secara mutlak baik dengan hadiah atau
tanpa hadiah berikut dalil!!
13) Bolehkah kuis SMS berhadiah? Jawab berdasarkan hukum syar’i!!
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 45 BEKASI TIMUR
TUGAS FIQH KONTEMPORER

AHMAD AFIF RAMADHANI (RAMA)


41182911200039

Jawaban

1. Didefinisikan : Suatu lembaga untuk menyimpan harta manusia dengan jaminan


keamanan, yang sewaktu-waktu bisa, sesuai kebutuhan.
2. Macam – macam Transaksi Bank yang diperbolehkan sebagai berikut :
a. Transfer uang dari satu rekening ke rekening lain dengan biaya administrasi.
b. Menerbitkan kartu debit untuk memudahkan nasabah mengambil uangnya di ATM
ketika bepergian tanpa harus memberatkan diri dengan membawa uang di tas atau
dompet.
c. Menyewakan save deposit box bagi nasabah yang ingin menyimpan barang berharga
di bank.
d. Mempermudah hubungan transaksi antar Negara seperti ekspor impor, transfer
uang dan lain-lain.
3. Macam -macam Transaksi bank yang tidak diperbolehkan Yaitu :
a. Menerima tabungan dengan imbalan bunga, lalu uang tabungan tersebut akan
digunakan oleh bank untuk memberikan pinjaman kepada manusia dengan bunga
yang berlipat-lipat dari bunga yang diberikan kepada penabung.
b. Memberikan pinjaman uang kepada para pedagang dan selainnya dalam tempo
(jangka waktu) tertentu dengan syarat peminjam harus membayar lebih dari
hutangnya dengan hitungan presentase.
c. Membuat surat kuasa bagi para pedagang untuk meminjam kepada bank tatkala
mereka membutuhkan dengan jumlah uang yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Namun, bunga di sini tidak dihitung melainkan setelah menerima pinjaman.

4. M
5. M
6. Pada asalnya, menyimpan uang di bank hukumnya tidak boleh ! Hal itu termasuk
membantu kelancaran perekonomian riba yang jelas hukumnya haram sebab uang
tersebut akan digunakan oleh bank untuk memberikan pinjaman kepada orang lain
dengan riba. Oleh karena itu, pada asalnya setiap muslim harus putus hubungan dan
‘talak tiga’ dengan bank.
7. Pasti akan terjadi penaikkan tahap bunga pada tahap perbulan bulannya,dan bila telat
dalam hal misalnya contohnya dalam hal pembayaran ,ataukah peminjaman bunga
akan naik perbulannya.
Mengambilnya dan memanfaatkannya seperti uang pokok.
Membiarkannya untuk bank agar dimanfaatkan sesuka bank.
Mengambilnya lalu merusaknya.
Mengambilnya lalu memberikannya kepada fakir miskin atau untuk keperluan umum
bagi kemashlahatan kaum muslimin.
Mengambilnya dan memberikannya kepada orang yang dizhalimi oleh bank dengan riba.
Pendapat yang paling mendekati kebenaran menurut kami adalah pendapat keempat
yaitu mengambilnya dan memberikannya kepada fakir miskin atau keperluan umum
(asalkan) bukan dengan niat sedekah melainkan untuk membebaskan diri dari uang
yang haram.
Inilah pendapat yang dipilih oleh para ulama’ seperti Lajnah Da’imah, al-Albani,
Musthafa az-Zarqa, dan sebagainya.
8. Sebuah perjanjian pihak pertama (perusahaan asuransi) kepada pihak kedua (pihak
nasabah) untuk memberikan ganti atas uang yang diserahkan, baik nanti diberikan
kepada pihak kedua sendiri atau orang yang ditunjuk ketika terjadi risiko kejadian yang
telah tertera dalam akad perjanjian. Hal itu sebagai pengganti dari uang yang telah
diberikan pihak kedua kepada pihak pertama, baik secara berangsur atau lainnya.
9. Pertama : Akad asuransi bila ditinjau merupakan salah satu bentuk akad tukar-menukar
barang yang didasarkan pada asas untung-untungan, sehingga sisi ketidakjelasannya
besar, karena nasabah pada saat akad tidak dapat mengetahui jumlah uang yang harus
mereka setorkan dan jumlah klaim yang akan diterima. Bisa jadi ia menyetor sekali atau
dua kali setoran, kemudian menjadi kecelakaan, sehingga ia berhak mengajukan klaim
yang menjadi komitmen perusahaan asuransi. Dan mungkin juga sama sekali tidak
pernah terjadi kecelakaan, sehingga nasabah membayar seluruh setoran, tanpa
mendapatkan apa pun. Demikian juga perusahaan asuransi tidak dapat menentukan
jumlah klaim yang harus mereka bayarkan dan jumlah setoran yang akan diterima bila
dicermati setiap akad secara terpisah. Padahal telah dinyatakan dalam hadits shahih dari
Nabi ‫ ﷺ‬Tentang larangan jual beli gharar (yang tidak jelas).

Kedua : Akad asuransi konvensional mengandung salah satu bentuk perjudian,


dikarenakan padanya terdapat unsur untung-untungan dalam hal tukar-menukar harta
benda, dan terdapat kerugian tanpa ada kesalahan atau tindakan apa pun, dan padanya
juga terdapat keuntungan tanpa ada timbal baliknya, atau dengan timbal balik yang
tidak seimbang. Karena nasabah kadang kala baru membayarkan beberapa setoran atau
preminya, kemudian terjadilah kecelakaan, sehingga perusahaan asuransi menanggung
seluruh biaya yang menjadi klaimnya. Dan bisa saja tidak terjadi kecelakaan, sehingga
saat itu perusahaan berhasil mengeruk seluruh setoran premi nasabah tanpa ada
imbalan sedikit pun. Dan bila pada suatu akad unsur ketidakjelasan benar-benar nyata,
maka akad itu termasuk perjudian, dan tercakup dalam keumuman larangan perjudian
yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala :

‫س ِّم ۡن َع َم ِل ٱلش َّۡي ٰطَ ِن‬


ٞ ‫اب َوٱَأۡل ۡز ٰلَ ُم ِر ۡج‬ ِ ‫ٰيََٓأيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا ِإنَّ َما ۡٱل َخمۡ ُر َو ۡٱل َم ۡي‬
َ ‫س ُ@ر َوٱَأۡل‬
ُ ‫نص‬
٩٠ َ‫ٱجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُكمۡ ت ُۡفلِ ُحون‬ ۡ َ‫ف‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Qs. al-
Ma’idah [5]: 90).

Ketiga : Akad asuransi konvensional mengandung unsur riba fadhl (riba perniagaan) dan
riba nasi’ah (penundaan), karena perusahaan asuransi bila membayar kepada
nasabahnya atau ke ahli warisnya atau kepada orang yang berhak memanfaatkan suatu
klaim lebih besar dari uang setoran (iuran) yang mereka terima, maka itu adalah riba
fadhl, sedangkan perusahaan asuransi akan membayar klaim tersebut nasabahnya
setelah berlalu tenggang waktu dari saat terjadi akad, maka itu adalah riba nasi’ah. Dan
bila perusahaan membayar klaim nasabah sebesar uang setoran yang pernah ia
setorkan ke perusahaan, maka itu adalah riba nasi’ah saja, dan keduanya diharamkan
menurut dalil dan ijma’ (kesepakatan ulama).

Keempat : Akad asuransi konvesional termasuk pertaruhan yang terlarang, karena pada
pertaruhan terdapat unsur ketidakjelasan, untung-untungan, dan mengundi nasib.
Padahal syari”at tidak membolehkan pertaruhan selain pertaruhan yang padanya
terdapat unsur pembelaan terhadap agama Islam, dan penegakan benderanya dengan
hujjah, dalil, pedang, dan senjata. Dan Nabi ‫ ﷺ‬Telah membatasi rukhshah (keringanan)
pertaruhan dengan tebusan hanya ada tiga hal :

ْ َ‫ف َأ ْو فِى َحافِ ٍر َأ ْو ن‬


‫ص ٍل‬ ٍّ ‫ق ِإالَّ فِى ُخ‬ َ َ‫ال‬
َ ّ‫سب‬
“Tiada hadiah taruhan selain pada unta atau kuda atau panah.”
Dan asuransi tidaklah termasuk salah satu darinya, tidak juga serupa dengannya,
sehingga diharamkan.

Kelima : Akad asuransi konvensional padanya terdapat praktik pemungutan harta orang
lain tanpa imbalan, sedangkan mengambil harta orang lain tanpa ada imbalan dalam
transaksi perniagaan adalah haram, dikarenakan tercakup dalam keumuman firman
Allah Ta’ala :

َ ‫ين َءا َمنُو ْا اَل ت َۡأ ُكلُ ٓو ْا َأمۡ ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُك‬
ٖ ‫ون تِ ٰ َج َرةً َعن تَ َر‬
‫اض‬ َ ‫ٰيََٓأيُّ َها ٱلَّ ِذ‬
٢٩ ‫ان بِ ُكمۡ َر ِح ٗيما‬ َ ‫س ُكمۡۚ ِإنَّ ٱهَّلل َ َك‬ َ ُ‫ِّمن ُكمۡۚ َواَل ت َۡقتُلُ ٓو ْا َأنف‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Qs. an-Nisa’[4]: 29)

Keenam : pada akad asuransi konvensional terdapat pengharusan sesuatu yang tidak
diwajibkan dalam syari’at, karena perusahaan asuransi tidak pernah melakukan sesuatu
tindakan yang merugikan, tidak juga menjadi penyebab terjadinya kerugian. Perusahaan
asuransi hanyalah melakukan akad bersama nasabah untuk menjamin kerugian bila hal
itu terjadi, dengan imbalan iuran yang dibayarkan oleh nasabah kepadanya, sedangkan
perusahaan asuransi tidak pernah melakukan pekerjaan apa pun untuk nasabahnya,
sehingga akad ini diharamkan.

10. Cara untuk menghindari pengharaman adalah tidak perlu mengikuti hal hal yang berbau
asuransi berbagai hal dalam hal :
 Asuransi kesehatan
 Asuransi kecelakaan
 Asuransi dalam hal kematian
 Dan lainnya.

11. Perlombaan yang boleh bila tanpa hadiah dan tidak boleh dengan hadiah
Tidak sedikit para ulama’ yang menukil ijma {kesepakatan para ulama) tentang bolehnya
hadiah taruhan dalam perlombaan-perlombaan yang disebutkan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬
Yaitu: berkuda, memanah, dan lomba pacuan unta.

ْ َ‫ف َأ ْو فِى َحافِ ٍر َأ ْو ن‬


‫ص ٍل‬ ٍّ ‫ق ِإالَّ فِى ُخ‬ َ َ‫ال‬
َ ّ‫سب‬
“Tiada hadiah taruhan selain pada unta atau kuda atau panah.”
Namun, bolehnya hadiah dalam jenis perlombaan ini diisyaratkan sebagai berikut :
1. Perlombaan benar-benar dalam masalah ilmu syar’i seperti al-Qur’an, hadits, fiqih,
aqidah, dan lainnya bukan dalam ilmu lainnya.
2. Perlombaan ini tidak bertujuan bisnis, tetapi bertujuan untuk pendidikan dan ilmu.
12.

Anda mungkin juga menyukai