Anda di halaman 1dari 18

Tuntunan Menyambut Kelahiran Anak Secara Islam 01 Juli 2014 17:00:01 Diperbarui: 18

Juni 2015 07:59:24 Dibaca : 60,921 Komentar : 1 Nilai : 3 Tuntunan Menyambut Kelahiran
Anak Secara Islam ilustrasi : www.gambar-kata.com Anak adalah karunia Allah yang tiada
terhingga bagi semua keluarga. Keberadaannya sangat dinantikan karena akan menjadi
penerus sejarah manusia, dan menjadi salah satu penguat ikatan berumah tangga. Banyak
pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak sangat berharap agar segera
mendapatkannya. Ini menunjukkan demikian penting kehadiran anak bagi semua umat
manusia. Agama Islam telah memberikan perhatian yang sangat detail tentang anak, sejak
proses konsepsi, kehamilan, kelahiran, sampai pendidikan ketika anak lahir dan masa tumbuh
kembang hingga dewasa. Semua mendapatkan perhatian dan tuntunan yang teliti. Ini
menunjukkan demikian penting menjaga, merawat, serta mendidik anak sejak awal. Dalam
agama Islam, ada beberapa adab atau tuntunan dalam menyambut kelahiran bayi.
Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mendoakan Bayi Hendaknya orang tua mendoakan
untuk kebaikan bagi bayi yang baru lahir. Bukan hanya orang tua, bahkan orang lain turut
mendoakan ketika mendengar berita kelahiran bayi. Dalam rubrik
www.konsultasisyariah.com dijelaskan, ada beberapa tuntunan doa bagi bayi yang baru lahir.
Pertama, doa memohon keberkahan untuk si anak. Dari Abu Musa Ra, beliau mengatakan,
“Ketika anakku lahir, aku membawanya ke hadapan Nabi saw. Beliau memberi nama bayiku,
Ibrahim dan men-tahnik dengan kurma lalu mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian
beliau kembalikan kepadaku. (HR. Bukhari 5467 dan Muslim 2145). Hal yang sama juga
dilakukan oleh Rasulullah saw kepada putra Asma bintu Abu Bakr, yang bernama Abdullah
bin Zubair. Sesampainya Asma hijrah di Madinah, beliau melahirkan putranya, Abdullah bin
Zubair. Bayi ini dibawa ke hadapan Nabi saw. Asma mengatakan, “... Kemudian Nabi saw
minta kurma, lalu beliau mengunyahnya dan meletakkannya di mulut si bayi. Makanan
pertama yang masuk ke perut si bayi adalah ludah Rasulullah saw, kemudian beliau
mendoakannya dan dan memohon keberkahan untuknya” (HR. Bukhari 3909). Tidak ada teks
doa khusus yang isinya permohonan berkah untuk anak. Dalam Fatawa Syabakah Islam
dinyatakan, "Tidak terdapat dalil – sepengetahuan kami – yang menunjukkan dianjurkannya
membaca ayat Al-Quran atau doa tertentu ketika seorang anak dilahirkan. Baik doa dari
ibunya, bapaknya, atau doa dari orang lain" [Fatawa Syabakah Islam, di bawah bimbingan
Dr. Abdullah Al-Faqih, no. 13605]. Karena itu, kita bisa berdoa dengan bahasa apapun yang
kita pahami. Misalnya dengan membaca, “Baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahi
kamu) atau semacamnya. Kedua, doa memohon perlindungan dari godaan setan. Salah satu
contohnya adalah doa yang dipraktekkan oleh istri Imran, ibunya Maryam. Allah
menceritakan kejadian ketika istri Imran melahirkan Maryam: Tatkala isteri ‘Imran
melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang
anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki
tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku
mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau
daripada syaitan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran: 36). Satu hal yang istimewa, karena doa ibu
Maryam inilah ketika Maryam lahir, dia tidak diganggu setan, demikian pula ketika Nabi Isa
dilahirkan. Allah mengabulkan doa ibunya Maryam. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw
bersabda, "Setiap bayi dari anak keturunan adam akan ditusuk dengan tangan setan ketika dia
dilahirkan, sehingga dia berteriak menangis, karena disentuh setan. Selain Maryam dan
putranya (HR. Bukhari 3431). Kemudian Abu Hurairah ra, membaca surat Ali Imran ayat 36
di atas. Kita bisa meniru doa istri Imran ini. Hanya saja, perlu disesuaikan dengan jenis
kelamin bayi yang dilahirkan. Karena perbedaan kata ganti dalam bahasa arab antara lelaki
dan perempuan. Jika bayi yang dilahirkan perempuan, bisa membaca doa: َ‫اَللَّ ُه َّم ِإ ِِّني أ ُ ِعيذُهَا ِبك‬
‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬َّ ‫ َوذُ ِ ِّريَّتَ َها ِمنَ ال‬Jika bayi yang lahir laki-laki, bisa membaca doa: َ‫اَللَّ ُه َّم إِنِِّي أ ُ ِعيذُهُ بِك‬
‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬ َّ ‫“ َوذُ ِ ِّريَّتَهُ ِمنَ ال‬Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan
untuk keturunannya dari setan yang terkutuk.” Kita juga bisa memohon perlindungan untuk
anak dari gangguan setan, dengan doa seperti yang pernah dipraktekkan Nabi saw, ketika
mendoakan cucunya Hasan dan Husain. Ibnu Abbas menceritakan, bahwa Rasulullah saw
membacakan doa perlindungan untuk kedua cucunya, ،ٍ‫ان َوهَا َّمة‬ ٍ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬َ ‫ ِم ْن ُك ِِّل‬،‫َّللاِ التَّا َّم ِة‬
َّ ‫ت‬ِ ‫أ ُ ِعيذ ُ ُك َما ِب َك ِل َما‬
‫“ َو ِم ْن ُك ِِّل َعي ٍْن ََل َّم ٍة‬Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna,
dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pAndangan mata buruk” (HR.
Abu Daud 3371, dan dishahihkan al-Albani). Kita bisa meniru doa beliau ini, dengan
penyesuaian jenis kelamin bayi. Jika bayi yang dilahirkan perempuan, bisa dibaca doa: ‫أ ُ ِعيذ ُ ِك‬
‫ َو ِم ْن ُك ِِّل َعي ٍْن ََل َّم ٍة‬،ٍ‫ان َوهَا َّمة‬
ٍ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َ ‫ ِم ْن ُك ِِّل‬،‫َّللاِ التَّا َّم ِة‬
َّ ‫ت‬ ِ ‫ ِب َك ِل َما‬Dengan lafazh : U’iidzuki ….. Jika bayi
yang lahir laki-laki, bisa membaca doa: ‫ َو ِم ْن ُك ِِّل َعي ٍْن ََل َّم ٍة‬،ٍ‫ان َوهَا َّمة‬ ٍ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬َ ‫ ِم ْن ُك ِِّل‬،‫َّللاِ التَّا َّم ِة‬
َّ ‫ت‬ ِ ‫أ ُ ِعيذُكَ بِ َك ِل َما‬
Dengan lafazh : U’iidzuka ….. 2. Adzan dan Iqamah Sang ayah segera mengazani di telinga
kanan dan mengiqamahkan di telinga kiri pada anaknya yang baru lahir. Pemberian adzan
dan iqamah baru lahir ini salah satu tujuannya agar kalimat yang pertama kali didengar sang
bayi adalah kalimat thayyibah dan dijauhkan dari segala gangguan setan yang terkutuk.
Sebagian ulama menganggap sunnah membacakan adzan dan iqamah untuk bayi yang baru
lahir. Ulama yang berpendapat seperti ini diantaranya adalah Hasan al-Bashri, Umar bin
Abdul ‘Aziz, ulama madzhab Syafi’i dan Hanbali. Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, ulama
madzhab Hanbali, termasuk ulama yang menyunnahkan pembacaan adzan pada bayi yang
baru lahir ini. Ulama kontemporer, Wahbah az-Zuhaily juga menyunnahkan hal ini dalam
kitab al-Fiqh al-Islami Wa adillatuhu, “Disukai bagi orang tua untuk mengadzani di telinga
kanan bayi yang baru dilahirkan dan diiqamati seperti iqamat untuk shalat di telinga kirinya”
(al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu : 4/288). Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnahnya juga
menyunnahkan dibacakan adzan ini, “Termasuk sunnah dilakukan, mengadzani telinga kanan
dan mengiqamahi telinga kiri bayi yang baru dilahirkan, supaya yang pertama kali didengar
telinga anak adalah asma Allah SWT”. Imam an-Nawawi, tokoh ulama madzhab asy-Syafi’i
dalam al-Majmu’ pada juz 8/443 menulis, “Berkata sekelompok ulama dari sahahabat-
sahabat kami (ulama Syafi’iyyah), disukai untuk diadzani di telinga kanan dan diiqamahi di
telinga kiri bayi yang baru dilahirkan” Namun sebagian ulama yang lain tidak menyunnahkan
adzan dan iqamat bagi bayi yang baru lahir bahkan menganggapnya sebagai bid’ah. Di antara
ulama yang berpendapat seperti ini adalah Imam Malik bin Anas. “Imam Malik mengingkari
perbuatan mengadzani di telinga bayi ketika dilahirkan” (Mawahib al-Jalil fi Syarh
Mukhtashar asy-Syaikh Khalil : 3/321). Dalam kitab Mausu’ah Fiqh al-Ibadat dijelaskan
sikap Imam Malik, “Imam Malik benci perkara-perkara ini (adzan selain panggilan untuk
shalat) dan menganggapnya sebagai bid’ah” (Mausu’ah Fiqh al-Ibadat : 7/7). Para ulama
yang yang menganggap perbuatan ini sebagai bid’ah karena dalil atau hadits yang
memerintahkan adzan untuk bayi yang baru lahir tidak kuat, alias hadits dhaif. Oleh karena
haditsnya lemah, maka tidak bisa dipakai sebagai landasan untuk menyunnahkan adzan untuk
bayi yang baru lahir. Jadi, aktivitas memperdengarkan adzan dan iqamah untuk bayi yang
baru lahir, dari segi hukum fikih termasuk amal yang diperdebatkan para ulama. Walaupun
dari segi manfaat bisa diterima, bahwa memperdengarkan kalimat tauhid bagi bayi yang baru
lahir merupakan bagian dari pendidikan keimanan untuk anak. 3. Tahnik Kita perhatikan
tindakan yang dilakukan Rasulullah saw terhadap bayi yang baru saja lahir, sebagaimana
penuturan istri beliau, Aisyah ra: “Apabila didatangkan bayi yang baru lahir ke hadapan
Rasulullah saw, maka beliau mendoakan barakah kepadanya dan mentahniknya” (HR. Imam
Bukhari no. 5468 dan Imam Muslim no. 2147). Yang dimaksud dengan tahnik adalah
mengunyah kurma sampai lumat hingga bisa ditelan, kemudian menyuapkan kurma lembut
tersaebut ke mulut bayi. Apabila tidak didapatkan kurma, maka diganti dengan makanan
manis lain yang bisa digunakan untuk mentahnik. Para ulama bersepakat bahwa istihbab
(disenangi) melakukan tahnik pada hari kelahiran anak. Demikian dijelaskan oleh Imam An
Nawawi rahimahullah ketika menerangkan tahnik ini. Perbuatan Rasulullah saw ini bisa kita
lihat dalam hadits Anas bin Malik ra, “Aku membawa Abdullah bin Abi Thalhah al Anshari
kepada Rasulullah saw pada hari kelahirannya, dan waktu itu beliau menggunakan mantelnya
sedang mengecat untanya dengan ter. Lalu beliau bertanya: “Apakah engkau membawa
kurma?” Aku menjawab: “Ya.” Kemudian kuberikan pada beliau beberapa buah kurma, lalu
beliau masukkan ke mulut dan mengunyahnya. Kemudian beliau membuka mulut bayi dan
meludahkan kurma itu ke mulut bayi. Mulailah bayi itu menggerak-gerakkan lidahnya untuk
merasakan kurma tersebut. Maka Rasulullah saw bersabda, “Kesukaan Anshar adalah
kurma,” dan beliau memberinya nama Abdullah” (HR. Imam Bukhari no. 5470 dan Imam
Muslim no. 2144). Hadits Anas bin Malik di atas juga memberikan penjelasan kepada kita
bahwa tahnik dilakukan dengan menggunakan kurma, dan ini yang utama. Tahnik hendaknya
dilakukan oleh orang yang shalih, baik laki-laki ataupun perempuan. (Syarh Shahih Muslim)
Begitu pula bisa kita simak kisah-kisah tentang pelaksanaan tahnik yang datang dari sahabat-
sahabat yang lainnya. Abu Musa Al Asy’ari ra menceritakan: Telah lahir anak laki-lakiku,
lalu aku membawanya kepada Nabi saw kemudian beliau memberinya nama Ibrahim dan
mentahniknya dengan kurma (HR. Imam Bukhari no. 5467 dan Imam Muslim no. 2145).
Asma’ binti Abi Bakr ra mengisahkan ketika dia mengandung anaknya, Abdullah ibnu Az
Zubair di Mekkah: “Aku keluar (untuk hijrah), sementara telah dekat waktuku melahirkan.
Maka aku pergi ke Madinah dan aku singgah di Quba’, serta melahirkan di sana. Kemudian
aku mendatangi Rasulullah saw lalu beliau meletakkan anakku di pangkuannya. Kemudian
beliau meminta kurma, dan mengunyahnya lalu meludahkannya ke dalam mulut anakku.
Maka yang pertama kali masuk ke perutnya adalah ludah Rasulullah saw. Beliau
mentahniknya dengan kurma, kemudian mendoakannya dan memintakan barakah baginya.
Dan dia adalah bayi pertama yang dilahirkan dalam Islam (dari kalangan Muhajirin)” (HR.
Imam Bukhari no. 5469 dan Imam Muslim no. 2146). Tujuan tahnik adalah persiapan agar
bayi nantinya mudah untuk merasakan manisnya air susu ibu dan juga agar mulut bayi kuat
sehingga mampu menghisap air susu ibunya. Cara mentahnik bayi adalah dengan meletakkan
sedikit buah kurma di atas jari telunjuk dan dimasukkan ke mulut bayi serta dengan perlahan-
lahan digerakkan ke kanan dan kiri. Ini dilakukan agar kurma tadi bisa menyentuh seluruh
mulut bayi hingga terkena rongga tekaknya. 4. Aqiqah Menurut bahasa kata ‘aqiqah berarti
memotong. Dinamakan ‘aqiqah, karena dipotongnya leher binatang. Ada yang mengatakan
bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih, dinamakan demikian karena
lehernya dipotong. Ada pula yang mengatakan bahwa ‘aqiqah itu asalnya ialah : rambut yang
terdapat pada kepala si bayi ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut ini disebut ‘aqiqah,
karena ia mesti dicukur. Hukum aqiqah adalah sunnah (muakkad) sesuai pendapat Imam
Malik, penduduk Madinah, Imam Syafi′i dan sahabat-sahabatnya, Imam Ahmad, Ishaq, Abu
Tsaur dan kebanyakan ulama ahli fiqih (fuqaha). Dalil aqiqah ini dari Samurah bin Jundab
dia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya
yang pada hari ketujuh disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya"
(HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad). Jumlah kambing aqiqah bayi bisa
dilihat dari hadits Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw telah bersabda : "Bayi laki-laki diaqiqahi
dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing" (HR Ahmad Tirmidzi,
Ibnu Majah). 5. Memberi Nama yang Baik Salah satu kewajiban orang tua adalah memberi
nama yang baik untuk anaknya. Nama anak merupakan doa dan harapan dari orang tua.
Memberi nama tidak boleh sembarangan, dengan nama-nama yang sekedar indah atau unik,
namun harus mengandung makna yang baik. Sahabat Sahl bin Sa’d ra menceritakan,
didatangkan Al Mundzir putra Abu Usaid ke hadapan Rasulullah saw ketika dia dilahirkan.
Maka Nabi saw meletakkannya di atas pangkuannya, sedangkan Abu Usaid duduk. Pada
waktu itu Rasulullah saw sedang sibuk sehingga Abu Usaid memerintahkan agar anaknya
dibawa kembali, maka anak itu diangkat dari pangkuan Rasulullah saw dan mereka pun
mengembalikannya pada Abu Usaid. Ketika Rasulullah saw selesai dari kesibukannya, beliau
bertanya, “Di mana bayi tadi?” Abu Usaid pun menjawab: “Kami membawanya kembali, ya
Rasulullah!” Lalu beliau bertanya, “Siapa namanya?” Jawab Abu Usaid: “Fulan, ya
Rasulullah!” Beliau pun bersabda, “Tidak, akan tetapi namanya Al Mundzir.” Kemudian
pada hari itu beliau memberinya nama Al Mundzir (Diriwayatkan oleh Imam Muslim no.
2149). Menurut rubrik www.konsultasisyariah.com, memberi nama anak bisa dilakukan pada
hari kelahirannya, hari ketiga atau hari ketujuh. Ciri nama yang baik adalah enak didengar,
mudah diucapkan oleh lisan, mengandung makna yang mulia dan sifat yang benar dan jujur,
jauh dari segala makna dan sifat yang diharamkan atau dibenci agama. Dianjurkan menamai
anak laki-laki dengan nama Abdu (penghambaan) yang disambungkan dengan asma’ul
husna, seperti Abdul ‘Aziz, Abdul Malik, dan sebagainya. Yang sangat dianjurkan adalah
Abdullah atau Abdurrahman, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya nama yang
paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman” (HR. Muslim). Baik juga menamai
anak dengan nama-nama Nabi dan Rasul. Nabi saw pernah menamai sebagian sahabat
dengan nama Nabi dan Rasul. Baik pula menamai anak dengan nama orang-orang salih,
seperti dengan nama sahabat, tabi’in dan imam kaum muslimin. Yang dilarang adalah
menamai anak dengan nama yang menunjukkan penghambaan kepada selain Allah, seperti
Abdul Ka’bah, Abdusy Syams, Abdul Husain dan sebagainya. Tidak boleh juga memberi
nama anak dengan nama-nama yang khusus bagi Allah, seperti Ar Rahman, Al Khaaliq, Ar
Rabb dan sebagainya. Tidak boleh menamai anak dengan nama-nama patung atau berhala
yang disembah selain Allah, seperti Latta, Uzza, Hubal dan sebagainya. 6. Mencukur Rambut
Bayi Pada hari ketujuh kelahiran bayi, disunnahkan untuk memotong rambut si bayi. Hal ini
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasululah SAW ketika cucunya Hasan dan Husain lahir.
Rasulullah saw memerintahkan untuk memotong rambut dan menimbangnya ukuran perak,
kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Menurut rubrik www.konsultasisyariah.com,
salah satu dalil yang biasa dijadikan acuan dalam hal ini adalah hadits dari Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi saw mengaqiqahi Hasan dengan kambing, dan beliau
menyuruh Fatimah untuk mencukur rambutnya. “Cukur rambutnya, dan bersedekahlah
dengan perak seberat rambut itu.” Fatimah pun menimbang rambut itu, dan ternyata beratnya
sekitar satu dirham atau kurang dari satu dirham. (HR. Turmudzi 1519, Ibnu Abi Syaibah
dalam Mushanaf 24234, dishahihkan al-Hakim dalam Mustadrak 7589 dan didiamkan azd-
Dzahabi). Catatan: satu dirham setara dengan 2,975 gr perak. Dalam kitab Tuhfatul Maudud,
Ibnul Qoyim menyebutkan beberapa riwayat dan keterangan ulama yang menganjurkan
bersedekah dengan perak seberat rambut bayi. Pertama, Imam Ahmad mengatakan,
“Sesungguhnya Fatimah ra mencukur rambut Hasan dan Husain, dan bersedekah dengan
wariq (perak) seberat rambutnya. Kedua, Imam Malik meriwayatkan dalam al-Muwatha’,
dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, beliau mengatakan, “Fatimah menimbang rambut
Hasan, Husain, Zainab, dan Ummu Kultsum, dan beliau bersedekah dengan perak seberat
rambut itu”. Ketiga, Imam Malik juga menyebutkan dalam al-Muwatha’ dari Muhammad bin
Ali bin Husain, bahwa beliau mengatakan, “Fatimah bintu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menimbang rambut Hasan dan Husain, kemudian beliau bersedekah dengan perak
seberat rambut itu”. Di masa terdahulu, perak termasuk mata uang yang berlaku di
masyarakat dan mudah didapatkan. Karena itu, sedekah pada masa ini tidak harus berujud
perak. Boleh diberikan dalam bentuk uang, namun mengacu pada harga perak. Caranya,
timbang rambut bayi. Jika tidak memungkinkan, karena kesulitan mendapatkan timbangan
benda ringan, cukup diprediksi saja. Perkirakan berapa gram berat rambut itu. Misalnya 2 gr.
Cari informasi harga perak/gr saat ini. Misal: 12.000. Kalikan seberat prediksi berat rambut
bayi. (2 gr x Rp 12.000 = Rp 24.000). Sedekahkan uang Rp 24.000 kepada orang miskin
siapapun yang ada di sekitar kita. Boleh juga ditambahi atau digenapkan. Rujukan :
www.konsultasisyariah.com

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/pakcah/tuntunan-menyambut-kelahiran-anak-
secara-islam_54f6cfaca3331118158b46e8
6 Tuntunan Islami Menyambut Kelahiran
Anak
Anak adalah karunia yang teramat indah tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Jadi
setiap pasangan suami istri yang diberi karunia seorang anak, sudah sepantasnya untuk
bersyukur atasnikmat yang tak terhingga tersebut.

Tuntunan Islami Menyambut kelahiran Anak.


Karena rasa syukur yang tinggi, kita luapkan rasa tersbut dalam bentuk beberapa hal di
bawah ini sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.

Rasa syukur ini hendaknya juga dirasakan oleh siapa saja yang mendengarkan berita
kelahiran sang jabang bayi.

1. Bersedekah.
Denagn memberikan sedekah bisa menjadi bentuk perwujudan turut berbahagia dan
bersyukur atas kelahiran seorang anak yang dilakukan oleh orang tuanya. Bersyukur tidak
hanya diucapkan di bibir saja, namun harusnya dengan perbuatan.

2. Mendoakan.
Doa yang tepat diucapkan adalah,
"Burika fil mauhub, wa syakartal wahib, wa bulligha asyhadu, wa ruzikta birrahu."

Artinya:
Semoga Allah memberi barokah di atas anak itu dan hendaklah engkau mensyukuri, semoga
anak itu dewasa dan kuat, serta engkau (bayi) mendapat ketaatannya.

3. Azan dan Iqomah.


Bagi orang tua pertama dan sunnah dilakukan ketika bayi baru lahir adalah dengan
membacakan azan di telinga kanan bayi dan iqomah di telinga kiri bayi.

Hikamh dari azan dan iqomah tersebut adalah supaya kalimah pertama yang didengar oleh
bayi adalah kalimah-kalimah yang mengandung kebesaran dan keagunagn Allah SWT.
Juga sebagai jalan mengajarkan kepada si bayi tentang syiar islam di awal keberadaannya di
dunia.

4. Mengoleskan sesuatu yang Manis di Mulut Bayi.


Setelah dibacakan azan dan iqomah, sunnah untuk mengoleskan sesuatu yang manis di mulut
bayi, tepatnya di langit-langit mulut bayi. Misalnya madu atau kunyahan kurma.
5. Melaksanakan Aqiqah.
Setelah hari ke 7 kelahiran si jabang bayi, disunnahkan untuk melaksanakan aqiqah
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada cucunya, Hasan dan Husein.

Aqiqah dilakukan dengan cara menyembelih dua ekor kambing untuk bayi laki-laki dan
seekor kambing untuk bayi perempuan.
Syarat hewan yang disembelih sama dengan syarat hewan untuk berkurban.

Namun, pelaksanan aqiqah ini tidak harus pada hari ke tujuh kelahiran si bay. Menurut
sebagian ulama, aqiqah masih boleh dilakukan lain waktu selama anak belum akil baligh.

5. Mencukur Rambut.
Pada saat tujuh hari kelahiran bayi, juga disunnahkan untuk memotong rambut si bayi.
Hal ini sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasululah SAW ketika cucunya Hasan dan
Husain lahir.
Beliau memerintahkan untuk memotong rambut dan menimbangnya ukuran perak, kemudian
disedekahkan kepada fakir miskin.

6. Memberi Nama yang Baik.


Kewajiban orang tua lainnya adalah dengan memberikan nama yang baik kepada anaknya.
Karena nama merupakan doa dan sebuah harapan dari orang tua.
Syariatkan Islam Dalam Menyambut Kelahirnya Seorang Anak
Agama Islam mempunyai sifat “syamil” artinya, ajaran yang dibawa meliputi seluruh aspek hidup
dan kehidupan manusia. Bahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pra-hidup dan pasca hidup
dianturnya. Demikian juga seluruh jenis masalah yang ada mulai dari yang paling kecil sampai yang
besar. Dari bagaimana cara masuk kamar kecil sampai bagaimana cara mengatur negara. Sudah
barang tentu peristiwa kelahiran seorang anak, juga tidak luput dari aturannya. Beberapa hal yang
disyariatkan agama Islam dalam menyambut lahirnya seorang anak adalah sebagai berikut::

1. Mengadzani & Mengiqomahi


Diriwayatkan dari Abu Rafi As, katanya: “Aku melihat Rasulullah SAW beradzan di telinga Hasan bin
Ali ketika ia baru saja dilahirkan oleh Fatimah” (HR. Abu Daud dan Tarmidzi)
Dari Ibnu Abas r.a. diriwayatkan: “Bahwa Nabi SAW telah mengumandangkan adzan pada telinga
Hasan bin Ali (yang sebelah kanan) ketika ia baru dilahirkan dan mengumandangkan iqomah pada
telinga kirinya”. Jadi dengan ber-i’tiba’ (mengikuti) kepada Rasulullah SAW maka bayi yang baru
dilahirkan harus diadzani di telinga kanannya dan diiqomahi di telinga kirinya. Adapun hikmah
dibalik ini, menurut Ibnu Qayyin Al Jauziyah dalam kitabnya Tahfatul Maudud adalah:

a. Menjadi Talqin (pengajaran) pada anak akan adanya Allah dengan segala kebesarannya
dan pengucapan syahadat sebagai tanda awal masuk Agama Islam.
b. Dapat menjauhkan anak dari syaitan-syaitan yang selalu menunggu kelahirannya akan gentar
begitu
tahu si anak telah terlebih dahulu dibentengi dengan adzan dan iqomah, sehingga kekuatannya
untuk mempengaruhi anak akan melemah.

Dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan Ibnu Suni dari Al Hasan bin Ali dari Nabi SAW
: “Siapa yang baru mendapatkan bayi, kemudian dikumandangkan adzan pada telinga kanannya
dan iqomah pada telinga kirinya maka anak yang baru lahir itu tidak akan terkena bahaya Ummush
Shibyan (Angin yang membuat anak takut atau sebagian mengatakan pengikut jin yang namanya
Qorinah)”.
c. Jika pertama kali yang didengar si anak adalah adzan dan iqomah maka kalimat-kalimat yang
bagus
itu akan tertanam pada awal dilubuk hatinya sebelum si anak tahu hal-hal yang lain. Dan ini
merupakan awal yang baik bagi anak.

2. Mentahnik
Mentahnik si anak yang baru lahir merupakan anjuran kedua dalam menyambut kelahiran bayi.
Mentahnik adalah menggosok mulut bagian atas/ langit-langit anak dengan menggunakan kurma
yang telah dikunyah lumat lebih dahulu. Jika tidak ada kurma dapat diganti buah-buahan yang manis
lain. Tahnik ini sebaiknya dilakukan oleh orang yang bertaqwa kepada Allah SWT (sholeh).
Harapannya si anak dapat menjadi orang sholeh pula dan mendapatkan keberkahan yang maksimal.
Beberapa dalil yang menjadi dasar disyariatkannya tahnik ini adalah: di dalam Sahihain dari Abu
Burdah, bahwa Abu Musa r.a. berkata: “Aku telah dikaruniai seorang anak, kemudian aku
membawanya kepada Nabi SAW lalu beliau menamakan Ibrahim, menggosok-gosok langit mulutnya
dengan sebuah kurma dan mendo’akannya dengan keberkahan. Setelah itu beliau menyerahkan
kembali kepadaku”.
Tahnik juga dilakukan Rasulullah SAW untuk anak dari Ummu Salaim dan anak dari Asma r.a.
Barangkali hilkmah yang dikandung dalam perbuatan mentahnik ini adalah untuk menguatkan
syaraf-syarat mulut dan tenggorokan dengan gerakan lidah dan dua tulang rahang bawah dengan
jilatan, sehingga anak siap untuk menghisap susu secara kuat dan alami.
3. Mencukur Rambut Kepala
Bayi yang baru lahir disunahkan untuk dicukur rambut kepalanya pada hari ke tujuh setelah
kelahirannya. Selanjutnya menyedekahkan perak
a. Untuk pendekatan diri kepada Allah SWT
Tiada lain tujuan dari pelaksanaan Sunnah Nabi SAW adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Semakin kita taat terhadap setiap perintah-Nya (baik wajib maupun sunah) maka kita akan
semakin dekat pada-Nya. Dan sesungguhnya Dia Maha Mengetahui seluruh yang kita kerjakan.
b. Segi Higienis
Menurut Ibnu Qoyyin dalam kitab Tahfatul Maudud, mencukur rambut anak akan membuka selaput
(pori-pori) kepala, mempertajam indera penglihatan, indera penciuman, dan pendengaran.
c. Segi Sosial
Dengan bersedekah senilai berat timbangan rambut, berarti kita telah melakukan usaha membantu
fakir miskin. Andaikan setiap bayi Muslim yang dilahirkan melaksanakan sunnah ini pasti sudah
banyak fakir miskin yang tertolong.
Kebiasaan yang ada di masyarakat, dengan mencukur rambut hanya sebagian & meninggalkan
sebagian yang lain menurut sebagian besar ulama, bertentangan dengan ajaran Islam. Perbuatan ini
dikategorikan termasuk perbuatan tidak adil, termasuk untuk dirinya sendiri. Diperkuat oleh hadits
dari Abdullah bin Umar r.a.: “Rasulullah SAW telah melarang untuk menjambul (rambut anak)” (HR.
Bukhori dan Muslim).
Sementara ketakutan orang tua untuk mencukur pada hari ke tujuh, seharusnya tidak perlu ada.
Karena tidak mungkin Allah memerintahkan sesuatu yang membahayakan. Allah lebih tahu, karena
Dialah yang menciptakan.

4. Memberi Nama
Agama Islam dengan kesempurnaan syariatnya juga mengatur masalah pemberian nama terhadap
anak yang baru lahir. Beberapa syariat Islam mengenai hal ini adalah:
a. Yang berhak memberi nama adalah ayah (berdasarkan berbagai hadits).
b. Waktu pemberian nama dapat dilakukan pada hari kelahirannya, 3 hari sesudah kelahiran.
c. Dipilihlah nama yang bagus.
Pemberian nama merupakan cermin kepribadian
Dan kedalaman pendidikan yang memberinya, sekaligus penjelasan singkat dari keinginan/cita-cita
dan harapan orang tua terhadap anaknya. Oleh karena itu sebaiknya si anak dipilihkan nama yang
mempunyai arti, bukan sekedar bagus dari segi lafadznya tetapi tidak bermakna sama sekali. Abu
dawud meriwayatkan dengan sanad Hasan dari Abu Darda’ ra: bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya pada hari kiamat nanti kalian akan dipangil nama-nama bapak kalian. Oleh karena
itu buatlah nama-nama yang baik untuk kalian”.
d. Memberi gelar pada anak Rasulullah suka memberi gelar kepada anak-anak sahabat, seperti: Abu
‘Umar, Abu Hurairah, Abu Dzar, dsb. Pemberian gelar ini merupakan penghargaan kepada si anak
sekaligus membangkitkan harga dirinya, menum-buhkan kepribadiannya dan menumbuhkan rasa
ingin meneladani semangat kepribadian orang-orang besar yang namanya disandang.
e. Beberapa nama yang dianjurkan.
Rasulullah bersabda: “Namailah dengan nama para Nabi dan nama yang paling Allah sukai ialah
nama
Abdullah dan Abdurrahman dan nama yang paling benar uakah Haris dan Humam, dan nama yang
paling buruk ialah Harb (perang) dan Murrah (pahit).

5. Aqiqoh

Ashabus Sunan telah meriwayatkan dari Samurah, Rasulullah SAW bersabda: “Setiap anak itu
digadaikan dengan aqiqohnya. Ia disembelihkan (binatang) pada hari ke tujuh dari kelahirannya
diberi nama pada hari itu juga dan mencukur kepalanya”. Hadist ini diriwayatkan oleh Ahli Sunah
semuannya dan menurut At Timirdzi Hasan dan Sholeh.
Jadi dalam Islam, anak yang baru lahir dianjurkan untuk diaqiqohi, yaitu disembelihkan kambing
dengan aturan 2 ekor untuk anak laki-laki dan 1 ekor untuk akan perempuan.
Dari Ummu Karaz Al Ka’biyah. “Rasulullah SAW bersabda: Bagi anak laki-laki disembelihkan dua ekor
kambing dan bagi anak perempuan (disembelihkan) satu ekor. Dan tidak akan membahayakan kamu
sekalian (tidak mengapa) apakah (sembelihan) itu jantan ataukah betina.” (HR. Imam Ahmad dan
Tirmidzi).
Keadaan hewan yang akan disembelih sama dengan hewan yang dipakai qurban, yaitu:
a. Kambing harus berusia I tahun memasuki 2 tahun.
b. Tidak cacat (buta, kurus, pincang). Tidak sah juga untuk binatang yang terpotong telinga atau
ekornya.
c. Sapi atau kerbau harus berusia 2 tahun memasuki 3 tahun. Jika menyembelih unta harus berusia 5
tahun memasuki 6 tahun.
d. Apa yang sah dalam qurban, sah juga dalam aqiqoh, yaitu: dari segi makanannya, bersedekahnya,
dan mengadiahkannya.
e. Disembelihkan atas nama anak yang dilahirkan. Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Nabi SAW
bersabda: “Sembelihlah atas namanya (anak yang dilahirkan) dan ucapkanlah Dengan menyebut
nama Allah. Ya Allah bagi-MUlah dan kepada-MUlah kupersembahkan aqiqoh si Fulan ini.”
Disyaratkannya aqiqoh ini didalamnya terkandung beberapa hikmah, diantaranya:
i. Merupakan pengorbanan yang akan mendekatkan anak kepada Allah SWT pada awal menghirup
udara kehidupan
ii. Merupakan penebusan bagi anak dari berbagai musibah dan kehancuran.
iii. Merupakan bayaran hutang anak untuk memberi syafaat pada kedua orang tuanya.
iv. Sebagai media menumpahkan rasa gembira dengan melaksanakan syariat Islam.
v. Dapat memperkuat ikatan cinta/persaudaraan diantara warga masyarakat, yang mana mereka
akan berkumpul dan bergembira menyambut kelahiran putra saudaranya.
Demikianlah secara singkat hal-hal yang mesti kita (para orang tua) lakukan untuk menyambut
kelahiran buah hati. Dan semuanya itu bersumber pada tuntutan Rasulullah SAW (Ajaran Islam).
Penting sekali kita niatkan bahwa apa yang kita lakukan bahwa apa yang kita lakukan haruslah
mempunyai sandaran syara’ (hukum Islam) sehingga segala perbuatan kita akan bernilai ibadah.
Oleh karena itu dengan ni’mat pikiran yang diberikan Allah pada kita, semoga kita bisa
menggunakannya untuk berbakti, taat kepadaNya. Dan semoga Allah senantiasa membimbing,
memberi kemudahan dan kekuatan untuk menjadi muslim yang benar- dan istiqomah. Aamiin.
ADAB MENYAMBUT KELAHIRAN BAYI
Islam adalah agama yang sempurna dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan dunia
dan juga akherat akan bisa dijumpai dalam agama Islam baik yang tercantum dalam kitab
suci Al-Qur'an maupun tersurat dalam hadist-hadist Rasulullah Shallallahu a'alaihi wa sallam
termasuk dalam hal adab tuntunan Islam dalam menyambut kelahiran anak buah hati ini.
Dan juga merupakan bagian dari persiapan melahirkan pula.

Seorang ibu setelah mengalami masa yang sulit dalam proses kehamilan selama 9 bulan
akan berakhir dengan adanya proses kelahiran seorang anak. Dan kelahiran seorang anak
adalah kebahagiaan yang luar biasa bagi ayah dan juga ibunya yang harus disyukuri.

Persiapan menyambut kehadiran dan juga persiapan kelahiran bayi bisa dilakukan dalam hal
untuk kepentingan duniawi dan juga kepentingan akheratnya. Dalam hal persiapan menjelang
persalinan dan persiapan kelahiran bayi untuk keperluan dunia kita bisa melakukan dengan
berbagai cara diantaranya yaitu membeli perlengkapan bayi. Dan untuk kepentingan
agamanya kita lakukan beberapa cara persiapan kelahiran anak dengan langkah-langkah yang
akan dijelaskan dibawah ini.

Anak dalam pandangan Islam adalah tanggung jawab kedua orang tuanya, baik bapak atau
ibu, terutama lagi bagi seorang ayah, sebab ia kepala rumah tangga yang tanggung jawab
dunia akhiratnya lebih besar. Untuk itulah adab menyambut kelahiran anak juga perlu
untuk kita ketahui bersama.

Hal ini sesuai dengan hadits yang artinya :"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap
pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya". Maka wajar bila
seorang ahli hikmah berkata, "Perhatikanlah anakmu, sebab surga atau neraka bagimu,
tergantung sikapmu terhadap anak". Sebuah perkataan yang sarat akan makna tanggung
jawab orang tua terhadap anaknya.

Ada beberapa hal yang menjadi tuntunan cara menyambut kelahiran bayi menurut Islam
diantaranya yaitu :

1. Melakukan sujud syukur.


Sujud syukur adalah tanda atas kesyukuran kita bahwa proses kelahiran anak berjalan dengan
lancar dan sehat bagi ibu dan bayinya.

2. Mengazankan dan mengiqomati bayi baru lahir.


Sang ayah hendaknya segera mengazani di telinga kanan dan mengiqamahkan di telinga kiri
pada anaknya yang baru lahir. Pemberian adzan dan iqamah ini agar kalimat yang pertama
kali didengar sang bayi adalah kalimat thayyibah dan dijauhkan dari segala gangguan setan
yang terkutuk. Dalam sebuah hadist dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang
diriwayatkan dari Rafi’, ia berkata: "Aku melihat sendiri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam mengazankan Al-Hassan bin Ali pada telinganya ketika ia baru dilahirkan oleh
Fatimah."(HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

3. Mentahnik Bayi.
Tahnik adalah mengunyah kurma hingga lembut dan halus, lalu dimasukkan ke dalam mulut
bayi. Hal ini termasuk dalam sunnah menyambut kelahiran bayi sebagaimana dalil hadist
yang berbunyi :"Dari Abu Musa al Asy’ary beliau berkata: Dilahirkan bagiku bayi laki-laki,
kemudian aku bawa kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah menamakan bayi itu Ibrahim dan
mentahniknya dengan korma serta mendoakan keberkatan atasnya, lalu menyerahkan kembali
kepadaku. Dan dia (Ibrahim) merupakan anak Abu Musa yang paling besar (sulung).(HR.
Bukhari no. 5467, Muslim III/1690, Ahmad IV/339).

Tujuan dari tahnik adalah upaya persiapan agar bayi nantinya mudah untuk merasakan
manisnya air susu ibu dan juga agar anggota mulut bayi kuat sehingga mampu menghisap air
susu ibunya. Cara mentahnik adalah meletakkan sedikit buah kurma di atas jari telunjuk dan
dimasukkan ke mulut bayi serta dengan perlahan-lahan digerakkan ke kanan dan kiri. Ini
dilakukan agar kurma tadi bisa menyentuh seluruh mulut bayi hingga terkena rongga
tekaknya.

4. Aqiqah.
Menurut bahasa ‘Aqiqah berarti : 'memotong'. Asalnya dinamakan ‘Aqiqah, karena
dipotongnya leher binatang dengan penyembelihan itu. Ada yang mengatakan bahwa aqiqah
adalah nama bagi hewan yang disembelih, dinamakan demikian karena lehernya dipotong.
Ada pula yang mengatakan bahwa ‘aqiqah itu asalnya ialah : Rambut yang terdapat pada
kepala si bayi ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut ini disebut ‘aqiqah, karena ia mesti
dicukur. Hukum Aqiqah Anak adalah sunnah (muakkad) sesuai pendapat Imam Malik,
penduduk Madinah, Imam Syafi′i dan sahabat-sahabatnya, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur
dan kebanyakan ulama ahli fiqih (fuqaha).

Dalil akiqah ini Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : "Semua anak
bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing),
diberi nama dan dicukur rambutnya." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah,
Ahmad). Untuk jumlah kambing akikah bayi ini berbeda antara anak laki-laki dan anak
perempuan. Hal ini berdasarkan hadist dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : "Bayi
laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing." (HR
Ahmad Tirmidzi, Ibnu Majah).

5. Memberikan Nama Yang Baik.


Memberikan nama yang baik kepada bayi adalah salah satu kewajiban orang tua pula. Arti
nama dalam Islam adalah bukan hanya sekedar label saja, akan tetapi mengandung makna
yang berarti dalam hal doa, citra diri, dan identitas seorang muslim. Nama-nama yang disukai
oleh Allah Ta’ala adalah nama-nama yang menunjukkan akan sebuah sikap penghambaan
contohnya adalah dengan nama seperti Abdullah, Abdurrahman, Abdul Aziz, yang secara
makna adalah sama yaitu hamba Allah. Boleh juga memberi nama dengan nama-nama Nabi.

Demikian tadi beberapa hal yang menjadi tuntunan dalam cara menyambut kelahiran anak
sesuai Islam dan juga beberapa sunnah menyambut kelahiran bayi secara Islami.
Doa Untuk Bayi yang Baru Lahir

Pertanyaan:

Ustadz, saya ingin tahu doa untuk mendoakan anak yang baru lahir yang shahih apa?
Besarta teks Arab dan terjemahan Indonesianya?

Dari: Neli

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Kita dianjurkan untuk mendoakan anak yang baru lahir diantaranya:

Pertama, memohon keberkahan untuk si anak.

Dari Abu Musa radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

ُ ‫ت‬
َ ِ‫غالمَ لِي ُول‬،
‫د‬ َُ ‫ه فأت ْي‬ ََّ ‫ه للاَُ صلَّى ال َّن ِب‬
َِ ِ‫ي ب‬ َِ ‫وسلَّمَ عل ْي‬، ‫ما َُه‬
َّ ‫هيمَ فس‬ َُ ‫بِت ْمرةَ فح َّنك‬، ‫ه ودعا‬
ِ ‫إِ ْبرا‬، ‫ه‬ َُ ‫ل‬
ْ َُ ‫ي ودفع‬
َِ ‫بِالبرك‬، ‫ه‬
‫ة‬ ََّ ‫إِل‬

“Ketika anakku lahir, aku membawanya ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau memberi nama bayiku, Ibrahim dan men-tahnik dengan kurma lalu mendoakannya
dengan keberkahan. Kemudian beliau kembalikan kepadaku. (HR. Bukhari 5467 dan Muslim
2145).

Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada putra
Asma bintu Abu Bakr, yang bernama Abdullah bin Zubair. Sesampainya Asma hijrah di
Madinah, beliau melahirkan putranya, Abdullah bin Zubair. Bayi inipun dibawa ke hadapan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Asma mengatakan,

َ‫م‬ َّ ُ‫فمضغها بِت ْمرةَ دعا ث‬، ‫م‬ ََّ ُ‫ه فِي تفلَ ث‬ َِ ‫فِي‬، َ‫يءَ أ َّولَ فكان‬ َُ ‫يق ج ْوف‬
ْ ‫ه دخلَ ش‬ َُ ‫ل ِر‬ َِ َّ ‫للاَُ صلَّى‬
ُ ‫َللا ر‬
َِ ‫سو‬
َّ
َِ ‫وسلمَ عل ْي‬، ‫م‬
‫ه‬ ُ
ََّ ‫ه دعا ث‬
َُ ‫ل‬، َ‫ه وب َّرك‬
َِ ‫عل ْي‬

“..Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minta kurma, lalu beliau mengunyahnya dan
meletakkannya di mulut si bayi. Makanan pertama yang masuk ke perut si bayi adalah ludah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau mendoakannya dan dan memohon
keberkahan untuknya.” (HR. Bukhari 3909).

Teks Doa Memohon Keberkahan

Tidak ada teks doa khusus yang isinya permohonan berkah untuk anak.

Dalam Fatawa Syabakah Islam dinyatakan,

‫القرآن من شيء قراءة مشروعية على يدل – نعلم فيما – دليل هناك فليس‬، ‫عندما األدعية أو‬
‫الطفل يولد‬، ‫األم قبل من سواء‬، ‫األب قبل من أو‬، ‫غيرهما قبل من أو‬
Tidak terdapat dalil – sepengetahuan kami – yang menunjukkan dianjurkannya membaca ayat
Al-Quran atau doa tertentu ketika seorang anak dilahirkan. Baik dao dari ibunya, bapaknya,
atau doa dari orang lain. [Fatawa Syabakah Islam, di bawah bimbingan Dr. Abdullah Al-
Faqih, no. 13605].

Karena itu, kita bisa berdoa dengan bahasa apapun yang kita pahami. Misalnya dengan
membaca, Baarkallahu fiik (semoga Allah memberkahi kamu) atau semacamnya.

Kedua, memohon perlindungan dari godaan setan.

Salah satu diantara contoh hal ini adalah apa yang dipraktekkan oleh istri Imran, yang
merupakan ibunya maryam. Allah menceritakan kejadian ketika istri Imran melahirkan
Maryam,

َّ ‫ت وضع ْتها فل‬ ُ َّ َّ ‫األُ ْنثى‬


ْ ‫وإِنِي ك‬
‫ما‬ َْ ‫َللا أ ْنثى وض ْع ُتها إَِنِي ربَِ قال‬َُ ‫م و‬ َُ ‫ت بِما أ ْعل‬
َْ ‫الذك َُر ول ْيسَ وضع‬
ُ ‫ع‬ ُ
َّ ‫يذها وإِنِي مرْيمَ س‬
‫م ْي ُتها‬ ِ ‫ن ِمنَ و ُذ ِريَّتها بِكَ أ‬ َّ
َِ ‫الش ْيطا‬ َِ ‫ج‬
‫يم‬ ِ ‫ال َّر‬

Tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku
melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya
itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai
Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada
(pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran: 36).

Satu hal yang istimewa, karena doa ibunda Maryam ini, ketika Maryam lahir, dia tidak
diganggu setan, demikian pula ketika Nabi Isa dilahirkan. Allah mengabulkan doa ibunya
Maryam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ن ما‬ ََّ ِ‫ه إ‬


َْ ‫َل م ْولُودَ آدمَ بنِي ِم‬ ُّ ‫ان يم‬
َُ ‫س‬ َُ ‫الش ْيط‬
َّ َ‫حين‬ َُّ ‫ست ِه‬
َُ ‫ ُيول‬، ‫ل‬
ِ ‫د‬ ً ‫ار‬
ْ ‫خا في‬ َْ ‫ن مسَِ ِم‬
ِ ‫نص‬ َّ
َِ ‫الش ْيطا‬، َ‫غ ْير‬
َ‫وا ْب ِنها مرْيم‬

Setiap bayi dari anak keturunan adam akan ditusuk dengan tangan setan ketika dia dilahirkan,
sehingga dia berteriak menangis, karena disentuh setan. Selain Maryam dan putranya. (HR.
Bukhari 3431). Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, membaca surat Ali Imran ayat
36 di atas.

Kita bisa meniru doa wanita sholihah, istri Imran ini. Hanya saja, perlu disesuaikan dengan
jenis kelamin bayi yang dilahirkan. Karena perbedaan kata ganti dalam bahasa arab antara
lelaki dan perempuan.

a. Jika bayi yang dilahirkan perempuan, Anda bisa baca,

َّ ‫يذها إِنِي اللَّ ُه‬


ُ ‫ع‬ ُ
َ‫م‬ ِ ‫ن ِمنَ و ُذ ِريَّتها بِكَ أ‬ َّ
َِ ‫الش ْيطا‬ ِ ‫ال َّر‬
َِ ‫ج‬
‫يم‬

b. Jika bayi yang lahir laki-laki, kita bisa membaca,

َّ ‫يذ َُه إِنِي اللَّ ُه‬


ُ ‫ع‬ ُ
َ‫م‬ َُ ‫ن ِمنَ و ُذ ِريَّت‬
ِ ‫ه بِكَ أ‬ َّ
َِ ‫الش ْيطا‬ ِ ‫ال َّر‬
َِ ‫ج‬
‫يم‬

Artinya dua teks doa ini sama,


“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan untuk keturunannya dari
setan yang terkutuk.”

Kita juga bisa memohon perlindungan untuk anak dari gangguan setan, dengan doa seperti
yang pernah dipraktekkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika mendoakan cucunya:
Hasan dan Husain.

Ibnu Abbas menceritakan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan doa
perlindungan untuk kedua cucunya,
ُ
‫يذ ُكما‬
ُ ‫ع‬ َِ َّ ‫ة‬
ِ ‫َللا بِكلِماتَِ أ‬ َِ ‫ال َّتا َّم‬، ‫ن‬ َِ ‫وَها َّمةَ ش ْيطانَ ُك‬، ‫ن‬
َْ ‫ل ِم‬ َِ ‫َل َّمةَ ع ْينَ ُك‬
َْ ‫ل و ِم‬

Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua
godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pAndangan mata buruk. (HR. Abu Daud
3371, dan dishahihkan al-Albani).

Kita bisa meniru doa beliau ini, dengan penyesuaian jenis kelamin bayi.

a. Jika bayi yang dilahirkan perempuan, Anda bisa baca,


ُ
َ‫ك‬ ُ ‫ع‬
ِ ‫يذ‬ َِ َّ ‫ة‬
ِ ‫َللا بِكلِماتَِ أ‬ َِ ‫ال َّتا َّم‬، ‫ن‬ َِ ‫وها َّمةَ ش ْيطانَ ُك‬، ‫ن‬
َْ ‫ل ِم‬ َِ ‫َل َّمةَ ع ْينَ ُك‬
َْ ‫ل و ِم‬

U’iidzuki …..

b. Jika bayi yang lahir laki-laki, kita bisa membaca,


ُ
ُ ‫ع‬
َ‫يذك‬ َِ َّ ‫ة‬
ِ ‫َللا بِكلِماتَِ أ‬ َِ ‫ال َّتا َّم‬، ‫ن‬ َِ ‫وها َّمةَ ش ْيطانَ ُك‬، ‫ن‬
َْ ‫ل ِم‬ َِ ‫َل َّمةَ ع ْينَ ُك‬
َْ ‫ل و ِم‬

U’iidzuka …..

Berbeda pada kata ganti; ‘…ka’ dan ‘…ki’

Allahu a’lam

Anda mungkin juga menyukai