Anda di halaman 1dari 12

BAB II MENDIDIKANAK SEJAK DALAM KANDUNGAN

1.Mendoakan Anak Sejak Masih dalam TulangSulbi Seorang Ayah

Rasulullah Saw.memberikan anjuran kepada umat Islamagar setiap melakukan suatu tindakan dapat
menghasilkankemaslahatan bagi siapapun.Begitu juga sebagai orang tua,harus melakukan sesuatu yang
bisa memberikan dampakpositif bagi anak-anaknya di masa yang akan datang.Untukitu,Rasulullah
Saw.bersabda:

Manakala seseorang di antara kalian menggauli istrinya,terlebih


dahulumengucapkan'BISMILLAAHI,ALLAA-HUMMAJANNIBNASY SYAITHAANA WA JANNIBISY
SYAITHAANAMAA RAZAQTANAA' (Dengan menyebut nama Allah,YaAllah,hindarkan kami dari gangguan
setan dan hindarkan pula anak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami dari gangguan
setan)kemudian dilahirkan dari keduanya seorana anak,niscaya selamanya setan tidak akan
mengganggunya." (HR.Muttafaqun'alaih)

Dalam hadis ini terkandung anjuran bagi setiap pasangan untuk melakukan suatu hubungan intim
dengan tatanan tatakrama yang baik,semata-mata bukan karena menyalurkan gejolak nafsu
seksualnya,melainkan juga melakukan suatu tindakan yang mengarah pada sifat rabbani. Di dalam
permulaan senggama,apabila pasangan suami istri menyebut nama Allah Swt.berarti hubungan sebadan
yang mereka lakukan jelas berlandaskan ketakwaan.Dan dengan izin Allah,anaknya nanti tidak akan
diganggu setan, dan jika kelak dia besar akan jauh dari perilaku setan.

Sesungguhnya Allah Swt.telah memerintahkan kepada kita untuk memilih orang-orang yang saleh,baik
laki-laki maupun perempuan saat melakukan pernikahan. Hal itu sangat dianjurkan supaya dapat
membesarkan anak-anak mereka sesuai anjuran agama,membesarkan,dan mendidik generasi yang
saleh.Demikian itu karena bibit yang tidak saleh tidak akan memberikan keturuan yang saleh pula. Salah
satu pepatah bijak menyebutkan bahwa seseorang yang tidak punya sesuatu maka dia juga tidak akan
mampu memberikannya.Sehubungan dengan hal ini Allah SWt. berfirman:

"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang
patut(kawin)darihamba-hamba sahayamu yang perempuan."(QS.Al-Nur:32)

Memilih sesuatu yang sesuai dengan kehendak hati, apalagi perihal pasangan hidup memang tidak
mudah, tidaklah segampang seperti memilih pakaian dan jajanan di pasar.Oleh karena itu,sangat
dianjurkan dalam memilih pasangan tidak sekadar cantik dan menggairahkan,melainkan dapat menen-
teramkan hati dan pikiran,bisa mendidik anak menjadi pewaris yang saleh dan salehah. Oleh karena itu,

Rasulullah memberi anjuran dalam sabdanya:

"Pilih-pilihlah buat menitipkan nuthfah (benih)kalian; nikahilah orang-orang yang sekufu(sepadan);:dan


nikah-kanlah di antara sesama mereka."(HR.Baihaqi dan Ibnu Majah)

Hadis ini menjelaskan kepada kita untuk memilih jodoh secara selektif sebagai tempat
benih(nuthfah)kita,jika benih unggul dan tanah tempat benih pun unggul,maka akan tumbuh tumbuhan
yang bagus dan unggul pula.

2.Mendoakan Anak Ketika Masih Berupa Nuthfah

Perhatian orangtua terhadap anak sejatinya dimulai pada tahap ini.Di mana orangtua harus tahu diri
bahwa kelak ia akan punya anak.Begitu pula dengan suami,dia juga harus tahu bahwa dalam rahim
istrinya tersimpan janin,maka ia berhak menjaga dan mendoakannya.Semua itu sebagai ekspresi betapa
sepasang suami istri harus mensyukurinikmat dan anugerah yang Allah Swt.berikan kepada mereka.

Di antara fenomena yang menunjukkan perhatian Islam kepada anak semasa masih berupa nuthfah di
dalam rahim ibunya ialah nafkah yang diperintahkan oleh Islam untuk seorang ibu yang telah ditalaq tiga
kali oleh suaminya,

sedang ia dalam keadaan hamil. Secara subtansial, nafkah

tersebut sebenarnya adalah untuk si bayi yang berada dalam

kandungan ibunya. Karena hak bagi seorang istri yang telah

ditalaq tiga kali (talaq bain), hak nafkah baginya otomatis

telah gugur

Wanita yang telah diceraikan oleh suaminya sebanyak

tiga kali berarti ia sudah harus berpisah dengan sang suami

sekaligus berstatus menjadi wanita lain, tanpa punya hak

untuk menerima nafkah atau jaminan tempat tinggal darinya.


Demikian menurut pendapat jumhur ulama di kalangan ahli

fikih, terkecuali wanita yang terceraikan tersebut dalam

keadaan hamil. Maka menurut kesepakatan para ulama wanita

tersebut masih berhak mendapatkan nafkah dari suaminya.

Sehubungan dengan hal ini, Allah Swt. memperjelas dalam

firman-Nya:

Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu ber-

tempat tinggal menurut kemampuanmu, dan janganlah kamu

menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan

jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,

maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka

bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)

mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dain

musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan

baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain

Ayat tersebut menunjukkan betapa nafkah yang masih

dibebankan kepada seorang suami untuk wanita yang telah

ditalaknya tiga kali melainkan hanyalah demi sang bayi yang

masih berada dalam kandungan. Berkaitan dengan masalah

ini, bnu Qudamah Ra. mengatakan, bahwa karena sang bayi

yang dikandung seorang wanita adalah anak dari lelaki yang

telah menceraikannya, maka sudah menjadi kewajiban bagi

mantan suamiatau ayah bagi anak yang dikandungnya untuk

memberi nafkah kepadanya. Demikian karena pemberian

nafkah kepada sang bayi tidak mungkin dilakukan secara


langsung, kecuali melalui ibunya. Maka memberi nafkah

kepada ibunya adalah hal yang wajib.

Demikian perhatian Islam yang sangat besar terhadap

anak ditinjau dari segi kewajiban memberi nafkah. Perhatian

lain adalah bagaimana orang tua dapat menjaganya selama

ia masih dalam kandungan. Oleh karena itu, diperbolehkan

bagi seorang ibu yang sedang hamil untuk tidak berpuasa di

bulan ramadhan bila ia khawatir dengan kesehatan si jabang

bayi yang berada di dalam kandungannya.

Perhatian lain yang sangat besar dari Islam kepada bayi

yang masih berada dalam rahim ibunya adalah ditang-

guhkannya hukuman yang berhak diterima oleh sang ibu

jika hukuman tersebut dapat mempengaruhi bayinya.

Sehubungan dengan hal ini, disebutkan dalam sebuah hadis

yang diriwayatkan oleh Imran Ibnu Husain Ra.

Dalam hadis tersebut diceritakan bahwa pernah ada

seorang wanita yang hamil dari kalangan Bani Juhainah.

la datang kepada Rasulullah Saw. seraya berucap, "Wahai

Nabi Allah, sesungguhnya aku telah melakukan pelanggaran

yang berhubungan dengan had, maka sudilah kiranya engkau

menegakkan hukuman itu terhadap diriku?"

manggil wali si wanita tersebut, lalu berpesan kepadanya:

dungannya, bawalah dia kepadaku kembali. " (HR. Muslim)

Mendengar pengakuan itu, lalu Rasulullah Saw. me-

Rawatlah ia dengan baik, bila telah melahirkan kan-


Pesan Rasulullah Saw.pun dilaksanakan. Setelah melewati

masa tersebut, kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan

r wanita tersebut dikat dengan kainnya. Kemudiarn

memerintahkan kepada mereka kaum

merajamnya. Setelah selesai pelaksanaan hukuman mati

jenazahnya pun diurus, d

salatkannya

muslimin untuk

an Rasulullah juga ikut mer-

Dalam hadis lain, adalah seorang wanita dari Bani

Ghadimiyah yang mengaku telah berbuat zina dan meminta

kepada Rasulullah Saw. untuk menegakkan hukuman had

terhadapnya. Nabi bersabda kepadanya

Pergilah kamu sampai kamu melahirkan."

Setelah melahirkan, wanita itu datang lagi kepada

Rasulullah Saw.dengan membawa bayinya yang ia bungkus

di dalam kain. Lalu ia berkata "Ini bayinya, aku telah

melahirkannya.

Nabi bersabda lagi

Pergilah kamu. Lalu susuilah dia sampai kamu me-

nyapihnya."

Selang beberapa lama kemudian wanita itu menyapih

bayinya. Dan ia datang lagi dengan membawa bayinya, di

mana di tangan bayi tersebut terdapat sepotong roti yang ia


pegang. Lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, bayi ini telah aku

sapih, dan telah bisa memakan makanannya sendiri."

Nabi pun menyerahkan bayi itu kepada salah seorang

dari kaum muslimin, dan kemudian memerintahkan kepada

mereka agar dibuatkan galian sampai batas dada untuk

wanita tersebut. Lalu beliau memerintahkan kepada kaum

muslimin untuk merajamnya

40

Pada dasarnya mendidik anak ketika masih dalam

kandungan berarti mendidik ibu yang sedang mengandung

bayinya yang secara garis lurus akan tertuju pada bayi yang

sedang dikandung. Dengan pola yang demikian secara tidak

langsung telah mengajarkan kepada si bayi bahwa segala

sesuatu bermula dari perhatian ibu. Apa yang dirasakan oleh

seorang ibu sudah pasti bermula dari keadaan si bayi dalam

perutnya. Dan stimulasi atau rangsangan yang dilakukan dari

luar juga akan mendapatkan respons bayi di dalam.

Bayi dalam kandungan sejatinya sudah bisa merasa,

mendengar, dan melihat. Selain itu ia juga membentuk

kapasitas belajar dan menghafal. Dalam penelitian modern,

seorang peneliti, De Casper, memberikan pendapatnya

bahwa bayi di dalam kandungan memiliki:

a. Perubahan daya menghisap (jempol) bila mendengar

suara tertentu

b. Mendapatkan kenyamanan bila ibu bicara dengan


bahasa daerahnya sendiri

c. Bila mendengarkan cerita yang disukainya, denyut

jantung bayi menjadi stabil dan melambat. Tetapi

akan meningkat bila mendengar cerita yang tidak

disukainya

Hal ini mungkin dapat menerangkan bagaimana Imam

Syafi'i mampu hafal Al-Qur'an dan hadis pada usia sembilan

tahun, oleh karena lingkungan rahim ibunya selalu disibukkan

dengan bacaan mulia.

3. Dzikir untuk Keselamatan Bayi Saat Akan

Lahir

Dalam bukunya, Kalimuth Thayyib, Ibnu Taimiyah

menyebutkan

41

Ketika Fatimah Ra, putri Rasulullah Saw. telah dekat ma

kelahiran anaknya, beliau memerintahkan kepada Um

Salamah dan Zainab binti Jahsy, agar keduanya datan

menemui Fatimah Ra. untuk membacakan di dekatnya A

sa

mmu

Kursi dan firman Allah Swt:

INNA RABBAKUMULLAAHUL LADZII KHALAQAS

SAMAAWAATI WAL ARDHA FII SITTATI AYYAAMIN

TSUMMASTAWAA 'ALAL 'ARSYI YUGHSYIL LAILAN


NAHAARA YATHLUBUHUUHATSIITSANWASY SYAMSA WAL

QAMARA WAN NUJUUMA MUSAKHKHARAATI BI AMRIH

ALAA LAHUL KHALQU WAL AMR. TABAARAKALLAAHU

RABBUL 'AALAMIN.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah

menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia

bersemayam diatas Arsy.Dia menutupkan malam kepada siang

yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)

matahari,bulan, danbintang-bintang (masing-masing) tunduk

kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah

hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

(QS. Al-A'raf: 54)

42

ya

da

Allah berfirman:

aul

INNA RABBAKUMULLAAHUL LADZII KHALAQAS

SAMAAWAATI WAL ARDHA FII SITTATI AYYAAMIN

TSUMMASTAWAA 'ALAL 'ARSYI YUDABBIRUL

AMRA MAA MIN SYAFII'IN ILLAA MIN BA'DI IDZNIH.

DZAALIKUMULLAAHU RABBUKUM FA'BUDUUH. AFALAA

TADZAKKARUUN.

LAQAS
AAMIN

LAILAN

SA WAL

AMRIH

LAAHU

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allahyang menciptakan

langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam

di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun

yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat)

yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah

Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS.

Yunus: 3)

alu Dia

da siang

id

Sesudah itu keduanya membacakan surat Al-Falaq dan

Al-Nas atau Al-Mu'awwidzatain kepadanya.

Dan berkaitan dengan kelahiran si bayi, kita juga

dianjurkan untuk mendoakan ketika seorang ibu sedang

melahirkan. Hal itu sebagai ungkapan selamat, ikut

bergembira menyambut kelahiran manusia ke dunia ini.

dari hasan Al-Bashri Ra. bahwasanya ada seseorang yang

adanya, "Bagaimana cara saya mengucapkan


Dari Has

ucapan selamat (kelahiran)?"

Beliau menjawab,"Ucapkanlah olehmu:

JA'ALALLAAHU MUBAARAKAN 'ALAIKA WA 'ALAA O

UMMATI MUHAMMAD.

"Semoga Allah menjadikannya anak yang diberkahi atasmu

dan atas umat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam."(HR.

Thabrani)

Selain dari ucapan tersebut, ada ucapan lainnya yang

terbilang sahih, yaitu:

Semoga Allah memberkahimu dalam anak yang diberikan

kepadamu. Kamu pun bersyukurkepada Sang Pemberi, dan dia

dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai kebaikannya.

Sedang orang yang diberi ucapan selamat membalas

dengan mengucapkan: "BAARA-KALLAAHU LAKA WA

BAARAKA 'ALAIKA WA JAZAAKALLAHU KHAIRON WA

RAZAQAKALLAAHU MITSLAHU AW AJZALA TSAWAABAK

Semoga Allah juga memberkahimu dan melimpahkan

kebahagiaan untukmu.Semoga Allah membalasmu dengan

sebaik-baik balasan, mengaruniakan kepadamu sepertinya

dan melipatgandakan pahalamu)"

4. Menyerukan Adzan di Telinga Kanan Si Bayi

Saat la lahir
Rasulullah Saw. bersabda:

Aku melihat Rasulullah memperdengarkan adzan pada

telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan Fatimah." (HR. Abu

Dawud dan Tirmidzi)

Bagi sebagian orang, menyerukan adzan untuk bayi yang

baru lahir mungkin sesuatu yang mengada-ada. Mereka

berpendapat bahwa adzan hanya diserukan untuk panggilan

salat saja. Namun menurut Ibnu Qayyim Ra., ia berpendapat

bahwa rahasia dilakukan adzan untuk bayi yang baru lahir

mengandung harapan yang optimistis, agar pertama kali

yang terdengar di telinga bayi adalah seruan adzan yang

mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah Swt.

serta syahadat yang menjadi sarat utama bagi seseorang

yang baru pertama kali masuk Islam.

Dengan demikian tuntunan pengajaran ini menjadi

perlambang Islam bagi seseorang saat dilahirkan ke

dunia. Di mana hal yang sama juga dianjurkan kepada

orang yang sedang meregang nyawa atau sakaratul maut

untuk mengucapkan kalimat tauhid. Maka, tidak aneh

bila pengaruh adzan dapat menembus kalbu sang bayi

dan mempengaruhinya meskipun perasaan bayi yang

bersangkutan masih belum dapat merasakannya. (Tuhfatul

Maudud, karya Ibnu Qayyim)

Sudah kita maklumi bersama bahwa setan akan lari

terbirit-birit ketika ia mendengar suara adzan. Karenanya

Anda mungkin juga menyukai