Di Susun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
2023
KATA PENGANTAR
Apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf karena sesungguhnya manusia itu pasti tempat segala kesalahan. Hanya
Maha Kuasa yang paling sempurna, karena ilmu kami belum seberapa banyak. Karena
itu kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa yang akan datang.
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 3
B. Rumusan Masalah………………………………………... 3
C. Tujuan Penulisan…………………………………………. 4
A. Kesimpulan………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………......................... 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak terlepas dari interaksi sosial dengan
berbagai individu di sekitarnya, termasuk guru dan orangtua. Guru memiliki peran
penting dalam membentuk karakter dan memberikan pendidikan kepada siswa,
sementara orangtua bertanggung jawab dalam membimbing dan mendidik anak-anak
mereka.
Namun, dalam era modern ini, seringkali kita melihat penurunan dalam praktik
akhlak terhadap guru dan orangtua. Banyak kasus di mana siswa tidak menghormati
guru dan kurang menghargai orangtua mereka. Hal ini dapat mencerminkan kurangnya
pemahaman tentang pentingnya akhlak yang baik dalam hubungan ini.
Makalah ini bertujuan untuk membahas pentingnya akhlak terhadap guru dan
orangtua dalam konteks kehidupan sehari-hari. Melalui pemahaman yang lebih baik
tentang konsep akhlak dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, diharapkan akan
terjadi perbaikan dalam sikap dan perilaku siswa terhadap guru dan orangtua.
B. Rumusan Masalah
3
3. Apa Kewajiban Murid Terhadap Guru?
C. Tujuan Masalah
2. Untuk Mengetahui Apa Hal yang Perlu Dilakukan Terhadap Orang Tua.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Berbakti kepada keduanya merupakan perintah utama ajaran Islam. Allah Ta’ala
sampai mengulang-ulang perintah ini di dalam Al-Qur’an setelah perintah
mentauhidkan-Nya:
Pada ayat yang lain juga Allah Ta’alategaskan. “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (Al-Isra` [17]: 23).
Dari dua ayat di atas, kita dapat pahami bahwa birrul walidain (berbakti kepada
ibu dan bapak) adalah perkara utama wajib hukumnya bagi seorang anak untuk berbakti
kepada orang tuanya. Berbakti kepada kedua orangtua bisa diwujudkan dengan cara
senantiasa mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh, melakukan hal-hal yang
membahagiakan hati serta menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh mereka. Inilah yang
dimaksud dengan birrul walidain.
Karena berbakti kepada ibu dan bapak adalah perintah utama, maka hukumnya
jelas, berbaktinya seorang anak kepada Orangtuanya adalah hak yang Allah berikan
kepada ibu dan bapaknya. Jadi, manakala ada seorang anak yang tidak berbakti kepada
ibu bapaknya, maka baginya adalah dosa besar, meskipun alasan tidak berbaktinya itu
karena dalam rangka taat kepada Allah Ta’ala.
5
Lalu dia bertanya kembali, “Kemudian apalagi ya Rasulullah.”
Perlu diketahui pula, kemuliaan untuk orang yang berbakti kepada orangtuanya
tidak hanya saja diberikan kelak di akhirat, namun juga sudah ditampakkan sejak di
dunia. Hal ini bisa dilihat dari kisah Uwais Al-Qarni, seorang Muslim dari Yaman yang
sangat taat dan berbakti kepada ibunya.
Secara logika, boleh jadi kita tidak disebutkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sebagaimana Uwais telah disebutkan dihadapan para sahabat utama
sebab Rasulullah telah meninggalkan kehidupan fana ini. Tetapi, bukan tidak mungkin
Allah Ta’ala akan mencatat siapa saja yang berbakti kepada Orangtuanya sebagai
1
http://www.solusiislam.com/ diakses 29/11/2014
6
seorang Muslim yang dibanggakan di hadapan para malaikat-Nya, Insya Allah.
Dengan demikian sungguh indah balasan atau keutamaan dari berbakti kepada
kedua Orangtua. Sayangnya, banyak manusia yang melalaikannya. Padahal, ridha Allah
Ta’ala ada pada ridha ibu dan bapak. “Keridhaan Allah seiring dengan/dalam
keridhaan ibu bapak, dan kemurkaan-Nya seiring dengan/dalam kemarahan ibu
bapak.” (HR. Turmudzi).
Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana
Islam- adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat
baik terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu,
dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah dalam banyak sabdanya, dengan
memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih saksama. Di
antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut:
7
membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam..”
Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki
meminta ijin berjihad kepada Rasulullah, Beliau bertanya, “Apakah kedua
orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda,
“Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.”
(Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.
8
“Tidak.” “Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.” Jawabnya. Rasulullah
bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.”
Dalam pengertian yang ‘lebih kuat’, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat
baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan
pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling
utama.
Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang
tua), lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain
memiliki nilai-nilai tambah yang semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan tersebut,
sehingga menjadi sebuah ‘bakti’. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan
yang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah
dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.
Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
ٍّسانًا ِإ َّما يَ ْبلُ َغنَّ ِع ْندَكَ ا ْل ِكبَ َر َأ َح ُد ُه َما َأ ْو ِكاَل ُه َما فَاَل َتقُ ْل لَ ُه َما ُأف
َ ضى َر ُّبكَ َأاَّل تَ ْعبُدُوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِا ْل َوالِ َد ْي ِن ِإ ْح
َ ََوق
( يرا ْ الذ ِّل ِمنَ ال َّر ْح َم ِة َوقُ ْل َر ِّب
َ ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِي
ً ص ِغ ُّ اح َ َض لَ ُه َما َجن ْ ِاخف ْ ) َو23( َواَل تَ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْواًل َك ِري ًما
)24
9
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (DQ. Al-Isra: 23-24)
Murid memiliki kewajiban terhadap guru karena hubungan antara guru dan
murid adalah hubungan pendidikan yang saling melengkapi. Kewajiban murid terhadap
guru didasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mendasari proses
pembelajaran, seperti saling menghormati, menghargai, dan bekerja sama. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa murid memiliki kewajiban terhadap guru:
10
murid dapat memperoleh manfaat maksimal dari pengajaran guru dan
menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Melalui kewajiban ini, hubungan antara murid dan guru dapat berkembang
secara harmonis, mendorong pertumbuhan dan pembelajaran yang efektif.
11
5. Menghargai kebutuhan individu murid: Guru memiliki kewajiban untuk
menghargai kebutuhan individu murid. Ini mencakup memahami
keberagaman kemampuan, minat, dan gaya belajar murid, serta memberikan
perhatian dan dukungan yang sesuai untuk membantu murid mencapai
potensi penuh mereka.
6. Melibatkan orang tua atau wali murid: Guru memiliki kewajiban untuk
melibatkan orang tua atau wali murid dalam proses pendidikan. Ini
melibatkan komunikasi yang teratur, memberikan informasi tentang
kemajuan akademik dan perkembangan murid, serta bekerja sama dengan
orang tua atau wali murid untuk mendukung pembelajaran dan
perkembangan murid secara holistik.
12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berbakti kepada keduanya merupakan perintah utama ajaran Islam. Allah Ta’ala
sampai mengulang-ulang perintah ini di dalam Al-Qur’an setelah perintah
mentauhidkan-Nya. Karena berbakti kepada ibu dan bapak adalah perintah utama, maka
hukumnya jelas, berbaktinya seorang anak kepada Orangtuanya adalah hak yang Allah
berikan kepada ibu dan bapaknya. Jadi, manakala ada seorang anak yang tidak berbakti
kepada ibu bapaknya, maka baginya adalah dosa besar, meskipun alasan tidak
berbaktinya itu karena dalam rangka taat kepada Allah Ta’ala.
Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana
Islam- adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat
baik terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu,
dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah dalam banyak sabdanya, dengan
memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih saksama.
Sebaliknya juga, seorang guru mempunyai kewajiban yang harus dia laksanakan
terhadap muridnya. Kewajiban itu berupa memberikan pelajaran yang berkualitas,
membimbing dan mendukung perkembangan muridnya, serta dapat menjadi teladan
bagi murid yang berguru padanya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pratama, A. R., & Yusuf, M. N. (2019). Kewajiban Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 1 Kota Metro. Al-Hikmah, 10(2), 214-224.
Sari, D. P., & Chabibah, N. (2019). Implementasi Kewajiban Murid dalam Membantu Kegiatan
Pembelajaran di Kelas. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pembelajaran, 2(1), 1-7.
Aritonang, J. (2006). Menghormati Orang Tua: Perspektif Budaya dalam Pembinaan Generasi
Muda di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
14