Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP ORANG TUA DAN GURU

Di Susun Oleh :

Muhammad Rifqo Hifdzy

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)

MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

FAKULTAS HUKUM

JURUSAN ILMU HUKUM

2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami,
sehingga mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Akhlak Terhadap Orang
Tua dan Guru”.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan


wawasan kita semua terutama dalam pelajaran Ilmu Dakwah. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada segenap pembaca.

Apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf karena sesungguhnya manusia itu pasti tempat segala kesalahan. Hanya
Maha Kuasa yang paling sempurna, karena ilmu kami belum seberapa banyak. Karena
itu kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa yang akan datang.

Banjarmasin, 12 Mei 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1

DAFTAR ISI..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 3

A. Latar Belakang .................................................................... 3

B. Rumusan Masalah………………………………………... 3

C. Tujuan Penulisan…………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 5

1. Apa Keutamaan Berbuat Baik Kepada Orang Tua......... 5

2. Apa Hal yang Perlu Dilakukan Terhadap Orang Tua.... 7

3. Apa Kewajiban Murid Terhadap Guru……………....... 10

4. Apa Kewajiban Guru Terhadap Murid……………..… 11

BAB III PENUTUP…………………………………………………… 13

A. Kesimpulan………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………......................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak terlepas dari interaksi sosial dengan
berbagai individu di sekitarnya, termasuk guru dan orangtua. Guru memiliki peran
penting dalam membentuk karakter dan memberikan pendidikan kepada siswa,
sementara orangtua bertanggung jawab dalam membimbing dan mendidik anak-anak
mereka.

Namun, dalam era modern ini, seringkali kita melihat penurunan dalam praktik
akhlak terhadap guru dan orangtua. Banyak kasus di mana siswa tidak menghormati
guru dan kurang menghargai orangtua mereka. Hal ini dapat mencerminkan kurangnya
pemahaman tentang pentingnya akhlak yang baik dalam hubungan ini.

Makalah ini bertujuan untuk membahas pentingnya akhlak terhadap guru dan
orangtua dalam konteks kehidupan sehari-hari. Melalui pemahaman yang lebih baik
tentang konsep akhlak dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, diharapkan akan
terjadi perbaikan dalam sikap dan perilaku siswa terhadap guru dan orangtua.

Dengan mempelajari dan mengimplementasikan akhlak yang baik dalam


hubungan ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hubungan siswa dengan guru
dan orangtua. Selain itu, praktik akhlak yang baik juga dapat memperkuat nilai-nilai
positif dalam masyarakat dan membangun fondasi yang kuat untuk pembentukan
karakter individu yang baik.

Melalui penelitian dan pemahaman yang mendalam tentang akhlak terhadap


guru dan orangtua, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan
pemahaman dan kesadaran akan pentingnya menjaga sikap yang baik dan menghargai
peran penting yang dimainkan oleh guru dan orangtua dalam kehidupan kita.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Keutamaan Berbuat Baik Kepada Orang Tua?

2. Apa Hal yang Perlu Dilakukan Terhadap Orang Tua?

3
3. Apa Kewajiban Murid Terhadap Guru?

4. Apa Kewajiban Guru Terhadap Murid?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Keutamaan Berbuat Baik Kepada Orang Tua.

2. Untuk Mengetahui Apa Hal yang Perlu Dilakukan Terhadap Orang Tua.

3. Untuk Mengetahui Apa Kewajiban Murid Terhadap Guru.

4. Untuk Mengetahui Apa Kewajiban Guru Terhadap Murid.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Keutamaan Berbuat Baik Kepada Orang Tua.

Berbakti kepada keduanya merupakan perintah utama ajaran Islam. Allah Ta’ala
sampai mengulang-ulang perintah ini di dalam Al-Qur’an setelah perintah
mentauhidkan-Nya:

‫ين َوا ْل َجا ِر ِذي ا ْلقُ ْربَى َوا ْل َجا ِر‬


ِ ‫سا ِك‬ َ ‫ساناً َوبِ ِذي ا ْلقُ ْربَى َوا ْليَتَا َمى َوا ْل َم‬ َ ‫ش ْيئاً َوبِا ْل َوالِ َد ْي ِن ِإ ْح‬ ْ ُ‫َواعْ بُدُو ْا هّللا َ َو َال ت‬
َ ‫ش ِر ُكو ْا بِ ِه‬
ً‫يل َو َما َم َل َكتْ َأ ْي َمانُ ُك ْم ِإنَّ هّللا َ َال يُ ِح ُّب َمن َكانَ ُم ْختَا ًال َف ُخورا‬ ِ ‫س ِب‬ َّ ‫ب َوا ْب ِن ال‬
ِ ‫الجن‬ َ ‫ب ِب‬ ِ ‫اح‬ ِ ‫ص‬َّ ‫ب َوال‬ ِ ُ‫ا ْل ُجن‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapakmu.” (An-Nisa [4]: 36).

Pada ayat yang lain juga Allah Ta’alategaskan. “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (Al-Isra` [17]: 23).

Dari dua ayat di atas, kita dapat pahami bahwa birrul walidain (berbakti kepada
ibu dan bapak) adalah perkara utama wajib hukumnya bagi seorang anak untuk berbakti
kepada orang tuanya. Berbakti kepada kedua orangtua bisa diwujudkan dengan cara
senantiasa mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh, melakukan hal-hal yang
membahagiakan hati serta menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh mereka. Inilah yang
dimaksud dengan birrul walidain.

Karena berbakti kepada ibu dan bapak adalah perintah utama, maka hukumnya
jelas, berbaktinya seorang anak kepada Orangtuanya adalah hak yang Allah berikan
kepada ibu dan bapaknya. Jadi, manakala ada seorang anak yang tidak berbakti kepada
ibu bapaknya, maka baginya adalah dosa besar, meskipun alasan tidak berbaktinya itu
karena dalam rangka taat kepada Allah Ta’ala.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu


‘anhupernahbertanya kepada Rasulullah tentang perbuatan apa yang paling disenangi
oleh Allah.

Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua ibu bapak.”

5
Lalu dia bertanya kembali, “Kemudian apalagi ya Rasulullah.”

Beliau menjawab, “Berjuang di jalan Allah.”1

Artinya, siapa berbakti kepada Orangtuanya dengan sebaik-baiknya, maka jelas


surga ada di hadapannya. Betapa tidak? Lihatlah, hadits ini menunjukkan berbakti
kepada orangtua lebih utama nilainya daripada jihad fii sabilillah (berjihad/berperang di
jalan Allah). Sementara kita tahu, jihad fii sabilillahadalah jalan pintas menuju surga-
Nya. Maka tentu saja berbakti kepada orangtua akan mendapat balasan surga yang lebih
baik.

Perlu diketahui pula, kemuliaan untuk orang yang berbakti kepada orangtuanya
tidak hanya saja diberikan kelak di akhirat, namun juga sudah ditampakkan sejak di
dunia. Hal ini bisa dilihat dari kisah Uwais Al-Qarni, seorang Muslim dari Yaman yang
sangat taat dan berbakti kepada ibunya.

Uwais belum pernah berjumpa dengan Rasulullah, namun karena begitu


berbaktinya dia kepada orangtuanya, sehingga Allah mencintai dia, dan kecintaan
kemuliaan Uwais sampai ke telinga Rasulullah. Tapi suatu saat Umar bin Khaththab
radhiyallahu ‘anhu bertutur bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Telah datang ke negeri ini Uwais Al-Qarni, dari desa atau kabilah Murad dan Qaran.
Semula ia terkena penyakit belang, lalu sembuh. Ia sangat mencintai dan berbakti
kepada ibunya. Kalau bersumpah dan berdoa kepada Allah pasti dikabulkan. Jika
kalian mau, mohonlah kepadanya, agar ia memintakan ampun buat kalian.” (HR.
Muslim).

Bayangkan, sahabat sekelas Umar diberikan anjuran untuk memuliakan seorang


Uwais Al-Qarni. Seorang Muslim yang belum pernah beliau temui dan belum pernah
sekalipun turun ke medan jihad. Tetapi, inilah satu bukti bahwa siapa yang benar-benar
berbakti kepada ibu bapaknya, kemuliaan adalah pakaian yang layak disandangnya.

Secara logika, boleh jadi kita tidak disebutkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sebagaimana Uwais telah disebutkan dihadapan para sahabat utama
sebab Rasulullah telah meninggalkan kehidupan fana ini. Tetapi, bukan tidak mungkin
Allah Ta’ala akan mencatat siapa saja yang berbakti kepada Orangtuanya sebagai

1
http://www.solusiislam.com/ diakses 29/11/2014

6
seorang Muslim yang dibanggakan di hadapan para malaikat-Nya, Insya Allah.

Dengan demikian sungguh indah balasan atau keutamaan dari berbakti kepada
kedua Orangtua. Sayangnya, banyak manusia yang melalaikannya. Padahal, ridha Allah
Ta’ala ada pada ridha ibu dan bapak. “Keridhaan Allah seiring dengan/dalam
keridhaan ibu bapak, dan kemurkaan-Nya seiring dengan/dalam kemarahan ibu
bapak.” (HR. Turmudzi).

Jadi, berbaktilah kepada Orangtua dengan sebaik-baiknya. Niscaya ridha Allah


Ta’ala adalah balasan utamanya. Paling tidak, jangan pernah sampai lupa untuk
mendoakan keduanya kala kita berdoa(QS. 17: 24).

2. Hal yang Perlu Dilakukan Terhadap Orang Tua.

Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana
Islam- adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat
baik terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu,
dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah dalam banyak sabdanya, dengan
memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih saksama. Di
antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut:

1. Allah menggandengkan’ antara perintah untuk beribadah kepada-Nya,


dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:

“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan


kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-
Israa : 23)

2. Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang


tuanya, meskipun mereka kafir

“Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang


jelas-jelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun
perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini.” (Luqmaan : 15)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Ayat di atas menunjukkan diharuskannya


memelihara hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni
dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak

7
membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam..”

3. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.

Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki
meminta ijin berjihad kepada Rasulullah, Beliau bertanya, “Apakah kedua
orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda,
“Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.”
(Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.

Rasulullah bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh


kasihan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan
orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat
umur mereka sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga.”
(Riwayat Muslim)

Beliau juga pernah bersabda:

“Orang tua adalah ‘pintu pertengahan’ menuju Surga. Bila engkau


mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak
memperdulikannya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau
berkomentar, “Hadits ini shahih.” Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh
Al-Albani.) Menurut para ulama, arti ‘pintu pertengahan’, yakni pintu
terbaik.

5. Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan orang tua.

“Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua.


Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua.”

6. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.

Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah sambil mengadu,


“Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa.” Beliau
bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab,

8
“Tidak.” “Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.” Jawabnya. Rasulullah
bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.”

Dalam pengertian yang ‘lebih kuat’, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat
baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan
pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling
utama.

Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang
tua), lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain
memiliki nilai-nilai tambah yang semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan tersebut,
sehingga menjadi sebuah ‘bakti’. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan
yang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah
dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.

Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik


terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal
yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman
mereka.”

Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada


orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:

Pertama: Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.

Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.

Ketiga: Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.

ٍّ‫سانًا ِإ َّما يَ ْبلُ َغنَّ ِع ْندَكَ ا ْل ِكبَ َر َأ َح ُد ُه َما َأ ْو ِكاَل ُه َما فَاَل َتقُ ْل لَ ُه َما ُأف‬
َ ‫ضى َر ُّبكَ َأاَّل تَ ْعبُدُوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِا ْل َوالِ َد ْي ِن ِإ ْح‬
َ َ‫َوق‬
( ‫يرا‬ ْ ‫الذ ِّل ِمنَ ال َّر ْح َم ِة َوقُ ْل َر ِّب‬
َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِي‬
ً ‫ص ِغ‬ ُّ ‫اح‬ َ َ‫ض لَ ُه َما َجن‬ ْ ِ‫اخف‬ ْ ‫) َو‬23( ‫َواَل تَ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْواًل َك ِري ًما‬
)24

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain


Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka

9
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (DQ. Al-Isra: 23-24)

3. Kewajiban Murid Terhadap Guru.

Murid memiliki kewajiban terhadap guru karena hubungan antara guru dan
murid adalah hubungan pendidikan yang saling melengkapi. Kewajiban murid terhadap
guru didasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mendasari proses
pembelajaran, seperti saling menghormati, menghargai, dan bekerja sama. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa murid memiliki kewajiban terhadap guru:

1. Penghormatan terhadap otoritas: Guru sebagai pendidik memiliki peran


otoritas dalam memberikan pengajaran dan membimbing murid.
Menghormati guru adalah bagian dari etika dan sopan santun yang
menunjukkan pengakuan terhadap posisi dan pengetahuan guru.

2. Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif: Kewajiban murid untuk


mengikuti aturan dan tata tertib kelas membantu menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif bagi semua murid. Dengan mematuhi aturan, murid
ikut menjaga ketertiban dan disiplin dalam kelas, yang berkontribusi pada
efektivitas pembelajaran.

3. Tanggung jawab pribadi dalam pembelajaran: Murid memiliki tanggung


jawab pribadi terhadap pembelajaran mereka sendiri. Dengan mengambil
tanggung jawab ini, murid berperan aktif dalam proses pembelajaran dan
memaksimalkan potensi mereka untuk mencapai hasil yang baik.

4. Penghargaan terhadap pengetahuan dan pengalaman guru: Guru memiliki


pengalaman dan pengetahuan yang diharapkan dapat dibagikan kepada
murid. Menghargai pengetahuan dan pengalaman guru membuka
kesempatan bagi murid untuk belajar dari sumber yang berkompeten dan
memanfaatkan keahlian guru secara optimal.

5. Membangun hubungan yang saling menguntungkan: Kewajiban murid


terhadap guru membantu membangun hubungan yang saling
menguntungkan antara keduanya. Dengan memenuhi kewajiban mereka,

10
murid dapat memperoleh manfaat maksimal dari pengajaran guru dan
menciptakan lingkungan belajar yang positif.

Melalui kewajiban ini, hubungan antara murid dan guru dapat berkembang
secara harmonis, mendorong pertumbuhan dan pembelajaran yang efektif.

4. Kewajiban Guru Terhadap Murid.

Setelah membahas Kewajiban Murid terhadap Guru, sekarang kita akan


membahas tentang Kewajiban Guru terhadap Murid.

Kewajiban Guru Terhadap Murid sebagai berikut:

1. Memberikan pengajaran yang berkualitas: Guru memiliki kewajiban utama


untuk memberikan pengajaran yang berkualitas kepada murid. Hal ini
meliputi menyampaikan materi pelajaran dengan jelas, menggunakan
metode pembelajaran yang sesuai, dan memfasilitasi pemahaman dan
penguasaan konsep oleh murid.

2. Membimbing dan mendukung perkembangan murid: Guru memiliki


kewajiban untuk membimbing dan mendukung perkembangan murid secara
individu. Ini mencakup memberikan bimbingan akademik, melacak
kemajuan murid, memberikan umpan balik konstruktif, dan membantu
murid mengatasi kesulitan belajar.

3. Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif: Guru memiliki


kewajiban untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan
mendukung bagi semua murid. Ini melibatkan menciptakan suasana yang
kondusif untuk belajar, mendorong partisipasi aktif semua murid,
menghormati keberagaman, dan mencegah perilaku tidak menyenangkan
atau bullying.

4. Menjadi contoh teladan: Guru memiliki kewajiban untuk menjadi contoh


teladan bagi murid. Ini mencakup menunjukkan sikap yang positif, etika
kerja yang baik, integritas, dan menghormati hak dan martabat setiap murid.
Guru juga harus mempraktikkan nilai-nilai moral dan etika yang diharapkan
dari murid.

11
5. Menghargai kebutuhan individu murid: Guru memiliki kewajiban untuk
menghargai kebutuhan individu murid. Ini mencakup memahami
keberagaman kemampuan, minat, dan gaya belajar murid, serta memberikan
perhatian dan dukungan yang sesuai untuk membantu murid mencapai
potensi penuh mereka.

6. Melibatkan orang tua atau wali murid: Guru memiliki kewajiban untuk
melibatkan orang tua atau wali murid dalam proses pendidikan. Ini
melibatkan komunikasi yang teratur, memberikan informasi tentang
kemajuan akademik dan perkembangan murid, serta bekerja sama dengan
orang tua atau wali murid untuk mendukung pembelajaran dan
perkembangan murid secara holistik.

12
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berbakti kepada keduanya merupakan perintah utama ajaran Islam. Allah Ta’ala
sampai mengulang-ulang perintah ini di dalam Al-Qur’an setelah perintah
mentauhidkan-Nya. Karena berbakti kepada ibu dan bapak adalah perintah utama, maka
hukumnya jelas, berbaktinya seorang anak kepada Orangtuanya adalah hak yang Allah
berikan kepada ibu dan bapaknya. Jadi, manakala ada seorang anak yang tidak berbakti
kepada ibu bapaknya, maka baginya adalah dosa besar, meskipun alasan tidak
berbaktinya itu karena dalam rangka taat kepada Allah Ta’ala.

Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana
Islam- adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat
baik terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu,
dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah dalam banyak sabdanya, dengan
memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih saksama.

Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada


orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:
Pertama: Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat. Kedua: Menjaga
amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua. Ketiga:
Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.

Lalu seorang murid mempunyai kewajiban terhadap gurunya. Kewajiban untuk


menghormati, menjaga adab,sopan santun dan menghargai ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh seorang guru.

Sebaliknya juga, seorang guru mempunyai kewajiban yang harus dia laksanakan
terhadap muridnya. Kewajiban itu berupa memberikan pelajaran yang berkualitas,
membimbing dan mendukung perkembangan muridnya, serta dapat menjadi teladan
bagi murid yang berguru padanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kemdikbud. (2020). Permendikbud RI Nomor 44 Tahun 2020 tentang Standar Nasional


Pendidikan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pratama, A. R., & Yusuf, M. N. (2019). Kewajiban Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 1 Kota Metro. Al-Hikmah, 10(2), 214-224.

Sari, D. P., & Chabibah, N. (2019). Implementasi Kewajiban Murid dalam Membantu Kegiatan
Pembelajaran di Kelas. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pembelajaran, 2(1), 1-7.

Wahyudin, D. (2013). Nilai-Nilai Budaya dalam Pendidikan Keluarga di Indonesia. Jurnal


Pendidikan dan Kebudayaan, 19(2), 201-212.

Aritonang, J. (2006). Menghormati Orang Tua: Perspektif Budaya dalam Pembinaan Generasi
Muda di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

14

Anda mungkin juga menyukai