Dosen :Maslawani.,SHI.,MH
Disusun Oleh :
Kabri Harianto
FAKULTAS SYARIAH
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat rahmat
dan karuniaNyalah, makalah yang berjudul ‘’Kedudukan anak angkat dalam
pembagian harta warisan menurut hukum islam dan KUHPerdata’’ ini dapat
terselesaikan.Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
kewirausaan Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dan berkenan membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
perbaikan penulisan makalah yang akan datang. Walaupun demikian, kami
berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Jeneponto, 6
November 2022
Kabri Harianto
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
PEMBAHASAN............................................................................................ 3
A. Kedudukan Anak Angkat menurut Hukum Islam .................................... 3
B. Kedudukan Anak Angkat Dalam Memperoleh Hak Mewaris
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata................................. 4
C. Perbandingan Hukum Waris Islam dan Barat........................................... 6
PENUTUP...................................................................................................... 8
Kesimpul........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
Secara naluri insani, setiap pasangan suami isteri berkeinginan untuk mempunyai
anak, demi menyambung keturunan dan mewarisinya serta menjadi pelengkap
kebahagian dalam rumah tangga. Bagi rumah tangga yang tidak dikaruniai anak,
untuk memperoleh anak, berbagai cara dilakukan, seperti mengadopsi/
mengangkat anak orang lain, baik dari anak keluarganya, anak orang lain, untuk
menjadi anak angkatnya.
B. Rumusan Masalah
Setiap usaha, aktivitas atau kegiatan pada dasarnya harus mencapai tujuan
sebagai arah dan suasana yang ingin dicapai, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. untuk mengetaui Kedudukan Anak Angkat menurut Hukum Islam
2. Uuntuk mengetaui Kedudukan Anak Angkat Dalam Memperoleh Hak
Mewaris Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
3. untuk mengetaui Perbandingan Hukum Waris Islam dan Barat
BAB II
PEMBAHASAN
(BW) pengangkatan anak (adopsi) ini tidak termuat, hanya saja lembaga
pengangkatan anak itu diatur dalam staatblad 1917 No. 129 yang pada pokoknya
didalam peraturan tersebut ditetapkan, pengangkatan anak adalah pengangkatan
seorang anak laki-laki sebagai anak oleh seorang laki-laki yang telah beristri atau
pemah beristri, yang tidak mempunyai keturunan laki-laki. Jadi hanya anak laki-
laki saja yang boleh diangkat. Akan tetapi sekarang ini, menurut yurisprudensi
dinyatakan bahwa anak perempuan dapat diangkat sebagai anak oleh seorang ibu
yang tidak mempunyai anak. "Tentang hubungan hukum antara orang tua asal
setelah anak tersebut diangkat oleh orang lain menjadi putus, anak terse but
mewaris kepada bapak yang mengangkatnya". Syarat tentang pengangkatan anak
dalam Staatblad 1917 Nomor 129 pada pasal 8 di sebutkan ada 4 (empat) syarat,
yaitu:
Persetujuan yang dimaksud pada sub 4 ini dapat diganti dengsn izin
Pengadilan Negeri dari wilayah kediaman janda yang ingin mengangkat anak ini.
PasaI 10 StbI 1917 Nornor. 129 menyebutkan, pengangkatan anak ini harus
dilakukan dengan Akta Notaris. Pasal 11, mengenai nama keluarga
(geslachtsnaam) orang yang mengangkat anak, nama-nama juga menjadi nama
dari anak yang diangkat.Pasal 12, rnenyamakan seorang anak angkat dengan anak
sah dari perkawinan orang yang rnengangkat.Pasal 13, rnewajibkan balai Harta
Peninggalan untuk, apabila ada seorang Janda ingin rnengangkat anak, mengarnbil
tindakantindakan yang perlu pengurus dan menyelamatkan barang-barang
kekayaan anak yang diangkat.Pasal 14 menyebutkan, suatu pengangkatan anak
berakibat terputusnya hubungan hukurn antara anak yang diangkat dan orang
tuanya sendiri, kecuali:
. -Adanya perkawinan.
-Harta bawaan.
-Harta campur.
Harta pisah
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian pada bab yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan-
kesimpulan dan saran sebagai berikut:
KHI menjelaskan bahwa keberadaan anak angkat mempunyai hak wasiat wajibah
sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkat. 70 Ketentuan
Hukum Islam, yakni :
a. Tidak memutuskan hubungan darah antara anak angkat dengan orang tua
kandung.
b. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai pewaris dari orang tua angkat,
melainkan tetap sebagai pewaris dari orang tua kandungnya.
c. Orang tua angkat tidak dapat bertindak sebagai wali nikah dalam perkawinan
terhadap anak angkatnya.
2. Anak angkat menurut KUH Perdata Proses pengangkatan anak dapat dibuat
dengan cara mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri untuk
memperoleh kepastian hukum terhadap pengangkatan anak tersebut sesuai dengan
ketetapan Undang-Undang yang berlaku. Hak mewaris anak angkat tidak diatur di
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, namun demikian khusus bagi
Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa, kedudukan anak angkat adalah
sama dengan anak sah. Untuk itu ia berhak mewaris harta warisan orang tua
angkatnya menurut Undang-undang atau mewaris berdasarkan hukum waris
Testamentair apabila ia mendapatkan testament (Hibah Wasiat)
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal