b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam
kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui
berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multi metode dan media
sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pada waktu
penyajian dan pembahasan tema, guru dalam penyajiannya sehendaknya lebih
berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988). Selain itu guru harus pula mampu
berperan sebagai model pembelajar yang baik bagi siswa. Artinya guru secara
aktif dalam kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan siswa dalam
mempelajari tema atau sub tema yang sedang dipelajari. Peran inilah yang
disebutkan oleh Nasution (2004: 4) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian pada langkah kegiatan inti
guru menggunakan strategi pembelajaran dengan upaya menciptakan
lingkungan belajar sedemikian rupa agar murid aktif mempelajari permasalahan
berkenaan dengan tema atau subtema. Pembelajaran dalam hal ini dilakukan
melalui berbagai kegiatan agar siswa mengalami, mengerjakan, memahami atau
disebut dengan belajar melalui proses (Wijaya, dkk: 1988) Untuk itu maka
selama proses pembelajaran siswa mengamati obyek nyata berupa benda nyata
atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan,
berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya
dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran
hendaknya guru selalu 42 memberikan umpan agar anak berusaha mencari
jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru melalui
pertanyaan-pertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk berfikir dan
mencari solusi melalui kegiatan belajar.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan
pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta
keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Cara yang dapat
dilakukan guru dalam menutup pembelajaran adalah meninjau kembali dan
mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau
kembali dapat dilakukan dengan merangkum inti pelajaran atau membuat
ringkasan. Sedangkan dalam kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan
bentuk-bentuk mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide-ide baru
pada situasi lain, mengekspresikan pendapat murid sendiri atau mengerjakan
soal-soal tertulis (Hadisubroto dan Herawati; 1998 517). Berkaitan dengan
evaluasi Vogt (2001:7) menyebutkan bahwa assessment dapat dilaksanakan
secara kolaboratif dan sportif antara siswa dan guru. Assessment dapat
dilakukan secara formal maupun informal. Formal assessment dapat berupa tes
khusus seperti membaca, menulis dan penggunaan bahasa, sedangkan informal
assessment berkaitan dengan kemajuan siswa yang dapat dilakukan melalui
catatan anekdot, observasi, diskusi kelompok, refleksi dan laporan kelompok
belajar. Self assessment bagi siswa akan membantu untuk dapat mengukur
kemajuan diri. Mereka juga dapat mengetahui apa yang telah mereka pelajari.
Caranya dapat menggunakan checklist, refleksi tertulis, journal.
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai
berikut:
Pembelajaran terpusat pada anak Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai
pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran
terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan
keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok.
Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan
perkembangannya.
Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan Pembelajaran
terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang
membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa,
sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari
siswa. Hasil nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan
keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibat-
kan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan dapat
berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajar
pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan.
Belajar melalui proses pengalaman langsung Pada pembelajaran terpadu
diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan
prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan
kegiatan secara langsung, sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya
secara langsung dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan
sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai
fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai, sedangkan
siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya.
Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata Pada pembelajaran
terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing)
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses 44 pembelajaran, yaitu
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran
terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampuan
siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-
menerus.
Syarat dengan muatan keterkaitan Pembelajaran terpadu memusatkan
perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari
beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak,
sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari
segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak
dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti
menurut Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa:
a. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
b. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran
c. Bersifat luwes
d. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak
e. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
f. Outentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi
outentik.
g. Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.
Kelebihan Model Integrated, yaitu:
1. Adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan
memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide
penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa,
pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan berkembang.
2. Model integrasi membangun pemahaman di seluruh mata pelajaran sehingga
menambah pengetahuan.
3. Memberi kemudahan kepada siswa dalam mempelajari materi yang berkaitan
karena fokus terhadap isi pelajaran.
4. Satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa menjadi kaya
akan pengetahuan dari apa yang telah diajarkan guru melalui model integrated.
5. Memotivasi siswa dalam belajar.
Kekurangan Model Integrated, yaitu:
1. Terletak pada guru, yaitu guru harus menguasai konsep, sikap, dan keterampilan
yang diperioritaskan.
2. Penerapannya, yaitu sulitnya menerapkan tipe ini secara penuh.
3. Tipe ini memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam perencanaannya maupun
pelaksanaannya.
4. Pengintegrasian kurikulurn dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang
studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.
MODEL PEMBELAJARAN CONTRUCTIVE LEARNING
OLEH
Indah Angraeni Bahtiar, S.E.,M.Si
OLEH
Syahrir, S.Pd.,M.M
Tanggal 25 September 2020
2. Pengertian Belajar
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, secara entimologis belajar memiliki
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar merupakan kegiatan dalam mencapai kepandaian (pengetahuan) dan
ilmu yang belum dimiliki sebelumnya sehingga yang tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Thobroni (2015:15) belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital
dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup,
manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh
manusia lainnya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses yang selalu dialami oleh setiap individu sehingga menjadikan
pengetahuan baru dari yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak bisa menjadi
bisa.
3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Gunawan, 2013:153 (dalam Selvia, 2015:173-174)
adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh suatu
mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”. Menurut pendapat Sudjana (2013:34) “hasil belajar sebagai
objek penilaian dapat dibedakan ke dalam kategori, antara lain keterampilan dan
kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, kategori yang banyak
digunakan dibagi menjadi tiga ranah yakni (a) kognitif (b) afektif (c) psikomotoris”.
Menurut Bloom (dalam Suprijono 2012:7-8)
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),
application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthensis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan
rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik,
fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pencapaian prestasi belajar yang didapat siswa setelah melakukkan kegiatan belajar
mencakup ranah 3 ranah kemampuan yaitu penilaian kognitif, afektif serta
psikomotorik.
4. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang diterapkan pada
kurikulum 2013 berbasis saintifik. Menurut Trianto (2011:147) pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dimana
dalam suatu tema terdapat beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan satu
sama lain. Menurut pendapat Sujati dkk, (2015:3) “pembelajaran tematik lebih
menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman masuk dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang
menggabungkan beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan dan diikat dengan
suatu tema tertentu. Setiap mata pelajaran dalam pembelajaran tematik masih
mempunyai hubungan yang saling berkaitan terhadap materi yang disampaikan
sehingga pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman bermakna pada
siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa mendapatkan
pengalaman secara langsung dan menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajari.
b. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran tematik menurut
Hernawan, 2011 (dalam Yuniasih dkk, 2014:149) yaitu:
1) Berpusat pada siswa (student centered), peran guru lebih
banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan- kemudahan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences), siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas, fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. 5) Bersifat luwes (fleksibel),
sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran yang lainnya. 6) Hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, siswa diberi
kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
c. Tahapan Pembelajaran Tematik
Menurut pendapat Indriani (2015:45) adapun pembelajaran Tematik
Kurikulum 2013 dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan
perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. Tahap-tahap ini secara singkat
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Perencanaan
Adapun langkah-langkah dala tahap perencanaan antara lain: 1)
Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari
setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompetensi untuk setiap
kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi
dasar dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik.
Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5)
Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan
matriks/jaringan topik Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013.
2) Penerapan Pembelajaran Tematik
Pada tahap ini guru melaksanakan perencana pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya. Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 ini
akan dilaksanakan di ruang kelas dan peserta didik dituntut lebih aktif.
Sedangkan guru disini hanya sebagai fasilitator, sehinggga pembelajaran
dengan menggunakan Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 akan lebih
menyenangkan.
3) Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 difokuskan pada
evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat
keterlibatan, minat dan semangat peserta didik dalam proses
pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat
pemahaman dan penyikapan peserta didik terhadap substansi materi
dan manfaatnya bagi kehidupan peserta didik sehari-hari. Disamping itu
evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya peserta didik selama
kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu
paparan/pameran karya peserta didik.
5. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Shoimin (2014) beberapa tipe model pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Talking Stick
Pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik
mempelajari materi pokoknya, pembelajaran talking stick sangat cocok
diterapkan bagi peserta didik SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih
berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan
dan membuat pesrta didik aktif.
b. Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement.
c. Think Pairs Share (TPS)
Think pairs share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu
sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu”
yang menjadi faktor kuat dalm meningkatkan kemampuan siswa dalam
merespons pertanyaan. Pembelajaran kooperatif model Think Pairs Share ini
relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur
tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih
siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.
d. Inside Outside Circle (IOC)
Inside outside circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran
kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam
kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.
Anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap kedalam. Antara anggota
lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan, di mana siswa
saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil diam
ditempat, sementara siswa yang berada dilingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah jarum jam sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru.
Adapun informasi yang saling dibagikan merupakan isi materi yang mengarah pada
tujuan pembelajaran.
e. Make A Match (Mencari Pasangan)
Karakteristik model pembelajaran Make A Match adalah memiliki hubungan
yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain, pelaksanaan model make
a match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan
dengan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut.
f. Picture and Picture
Picture and picture adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan
dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini
mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembalajaran.
Maka dari itu, sebelumnya guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan,
baik dalam bentuk artu atau carta dlam ukuran besar.
Berdasarkan pendapat tersebut terdapat beberapa macam tipe model
pembelajaran kooperatif namun masih banyak tipe model pembelajaran kooperatif
lainnya yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaraan. Penerapan tipe model
pembelajaran tergantung karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan
diberikan kepada siswa semua tergantung situasi serta kondisinya.
I. PENDAHULUAN
Institut Agama Islam Al-Amanah Jeneponto merupakan salah satu Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Al-Amanah yang memiliki misi melakukan pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Misi ini mengharuskan para dosen untuk dapat menyesuaikan model pembelajaran
yang efektif dan solutif, social distancing, dan pembelajaran e-learning seharusnya menjadi
faktor yang menyadarkan kaum akademisi bahwa penggunaan internet pada era kebiasaan
baru tidak hanya sekedar mencari informasi, tetapi juga sebagai media publikasi dan
komunikasi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pribadi bahkan instansi.
Penggunaan media e-learning pada era 4.O saat ini menjadi solusi dari setiap faktor-
faktor penghambat yang sering ditemukan pada metode pembelajaran yang bersifat
offline (tatap muka langsung). Salah satu media e-learning yang saat ini sedang populer dan
dipandang tepat untuk mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran offline adalah
penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings.
Aplikasi Zoom Cloud Meetings merupakan sebuah aplikasi untuk melakukan Meeting,
Video Webinar, Zoom Rooms, dan lainnya yang dapat dilakukan di tempat yang berbeda-
beda. Aplikasi ini sangat berguna untuk melakukan pertemuaan dari jarak jauh tanpa harus
bertatap muka secara langsung.
Zoom Cloud Meetings berbeda dengan media e-learning lainnya, seperti google class
room dan padlet. Aplikasi ini tidak saja memberikan akses dalam bentuk pengiriman pesan,
chatting, foto, dokumen, bahkan mampu melakukan panggilan video dalam sebuah grup yang
beranggotakan sampai ratusan orang.
Fasilitas online aplikasi ini dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga. Dalam hal
kajian ekonomi Syariah misalnya, para sivitas akademika tidak lagi diharuskan mengundang
para narasumbernya secara offline dengan persiapan dana operasional yang tidak sedikit,
seperti biaya hotel, tiket pesawat, makan, dan hiburan.
Sivitas akademika tidak perlu lagi memaksakan diri untuk tetap bertatap muka secara
langsung. Mereka tetap bisa melakukan aktivitas belajar mengajar, rapat atau mengadakan
pertemuan melalui aplikasi Zoom Cloud Meetings dengan tepat waktu tanpa harus menunda-
nundanya sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.
Ketika aktivitas belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik melalui aplikasi ini,
maka secara bertahap materi pembahasan tentang Ekonomi Syariah dapat diselesaikan
dengan baik pula sehingga mahasiswa siap berpraktik menyelesaikan isu-isu kontemporer di
Kabupaten Jeneponto secara khusus dan di Indonesia secara umum.
Dari hasil latar belakang masalah di atas maka fokus penelitian ini akan membahas
tentang bagaimana cara mengoptimalkan penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings sebagai
solusi pembelajaran di Era Kebiasaan Baru, khususnya pembelajaran mata kuliah Ekonomi
Syariah di Program Studi Ekonomi Syariah, IAI Al-Amanah Jeneponto.
1. Zoom Cloud Meetings
Keberadaan internet saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat dihindari
lagi seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin modern. Teknologi
informasi (internet) merupakan bagian penting dalam perkembangan dunia pendidikan.
Penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings merupakan salah satu bentuk identitas diri yang
baru di era global ini.
Khusus bagi dosen sebagai figur pendidik diharapkan mampu memaksimalkan fungsi
internet untuk memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan tri dharma Perguruan Tinggi.
Penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings merupakan bagian penting dari proses
pembelajaran jarak jauh saat ini, khususnya di IAI Al-Amanah Jeneponto.
Aplikasi Zoom Cloud Meetings dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh mahasiswa untuk menunjang pembelajaran. Selain fasilitas
materi ajar dan buku, fasilitas video dan audio juga menjadi bagian menarik dalam
pembelajaran online atau E-Learning.
Keberadaan aplikasi Zoom Cloud Meetings ini merupakan bentuk pelayanan
pembelajaran yang memberikan mahasiswa berbagai macam alternatif media belajar.
Dengan kata lain, aplikasi Zoom menyediakan pembelajaran yang mengintegrasikan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk kebutuhan belajar.
Terkait pemanfaatan inovasi (perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi),
Rogers dalam teori difusi inovasi mengemukakan tiga jenis keputusan inovasi, yaitu:
a. Optional Innovation-Decision, yaitu keputusan yang dibuat oleh seseorang yang tidak
berada di dalam suatu sistem sosial;
b. Collective Innovation-Decision, yaitu keputusan yang dibuat secara kolektif (bersama-
sama) oleh semua individu yang berada dalam suatu sistem sosial;
c. Authority Innovation-Decision, yaitu keputusan yang dibuat khusus untuk suatu sistem
sosial oleh beberapa individu yang menempati posisi penting atau memiliki kekuasaan
(Rogers, 2003:28).
Keputusan untuk penerapan inovasi dalam pembelajaran di IAI Al-Amanah Jeneponto,
setelah ditelusuri secara mendalam, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan ini adalah tipe
Authority Innovation-Decision. Menurut Rogers, Authority Innovation-Decision terjadi
ketika keputusan adopsi inovasi dibuat oleh segelintir orang yang menempati posisi
kekuasaan dalam sebuah organisasi.
Keputusan adaptasi inovasi di IAI Al-Amanah Jeneponto merupakan ketentuan yang
telah dibuat oleh Rektor IAI Al-Amanah Jeneponto yang secara hirarki menempati posisi dan
memiliki kewenangan dalam struktur organisasi di IAI Al-Amanah Jeneponto. Keputusan
tersebut kemudian digunakan dalam suatu sistem pembelajaran di IAI Al-Amanah Jeneponto
yang telah disusun secara sistematis. Sehingga, pemanfaatan teknologi melalui personal
website dapat betul-betul menunjang proses pembelajaran.
Smaldino dan rekan-rekannya mengemukakan bahwa teknologi memiliki banyak
aplikasi yang dapat diterapkan ke dalam semua area kurikulum. Dengan penerapan teknologi,
para mahasiswa tidak lagi dibatasi dengan ruang kelas mereka. Melalui aplikasi Zoom dan
jaringan komputer yang ada di kampus, seperti internet, dunia seperti berada dalam kelas
para mahasiswa (Smaldino dkk., 2004:432).
Di IAI Al-Amanah Jeneponto dapat dilihat dengan jelas bahwa para mahasiswa telah
memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mereka. Melalui komputer berjaringan
internet, proses pembelajaran Ekonomi Syariah dapat berlangsung lebih menarik, karena
dengan bantuan aplikasi Zoom sebagai media belajar, para mahasiswa dapat melakukan
aktivitas belajar mengajar dengan informasi yang lebih luas dan mudah dari berbagai sumber
untuk kebutuhan dan kepuasan belajar mereka di IAI Al-Amanah Jeneponto.
Akses aplikasi Zoom melalui komputer atau laptop berjaringan internet merupakan
desain tindakan instrumental dari bentuk kemajuan Teknologi Infomasi dan Komunikasi
sebagai media pendidikan. Menurut Rogers, pemanfaatan teknologi sebagai media
pendidikan dapat menjadi sebuah desain instrumental yang lebih menarik dan dapat
mengurangi ketidakspastian (uncertainty) karena para mahasiswa bisa memperoleh pesan dan
informasi dengan mudah, lebih banyak dan dalam jangkauan yang lebih luas (Perrin dan
Mayhew, 2000:1-7).
Pembelajaran mata kuliah ekonomi Syariah melalui aplikasi Zoom memungkinkan
dosen mempraktikkan penjelasan teori yang telah dipaparkan. Sebagai contoh dalam
pembahasan salat, dosen melalui aplikasi Zoom dapat secara langsung melakukan praktik
gerakan salah di depat para mahasiswa yang hadir kuliah saat itu. Hampir tidak ada
perbedaan antara penjelasan praktik salat pada aplikasi Zoom dengan praktik pelaksanaan
salat secara offline, aktivitas belajar mengajar berjalan dengan baik seperti sedia kala.
Penggunaan aplikasi Zoom memungkinkan dosen menjawab ataupun mengurangi
ketidakspastian (uncertainty) mahasiswa atas apa yang ingin mereka ketahui dalam proses
belajar mata kuliah Ekonomi Syariah. Pembelajaran ekonomi Syariah di IAI Al-Amanah
Jeneponto melalui aplikasi Zoom telah tersusun dalam pola yang sistematis.
Para mahasiswa dapat secara langsung berada dalam rangakaian proses mencari,
memperhatikan, mendapatkan, memahami, dan menggunakan informasi. Mereka dapat
mengasimilasikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru didapatkan.
Proses ini akan membuat pengetahuan dan pemahaman mahasiswa semakin berkembang.
2. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang akan menjadi pandangan,
referensi, serta bahan perbandingan dengan penelitian yang saat ini dilakukan, di antaranya
adalah: penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan Sabar tahun 2011 menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
peran dan fungsi multimedia center dan nilai tambah yang diperoleh siswa dari penggunaan
e-learning melalui multimedia center di Briton International English school Makassar.
II.
III. METODE PENGABDIAN
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
memfokuskan pembahasan pada nilai tambah atau manfaat yang diperoleh mahasiswa dari
penggunaan aplikasi Zoom untuk menunjang proses pembelajaran Ekonomi Syariah di IAI
Al-Amanah Jeneponto.
Teknik pengumpulan data adalah In-depth Interview, studi pustaka, dokumentasi, dan
observasi. Informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang yang terdiri dari mahasiswa pada
Program Studi Ekonomi Syariah, Dosen, Biro, dan Kepala Teknolgi Informasi dan
Pangkalan Data di IAI Al-Amanah Jeneponto.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan
Huberman, yaitu analisis data yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan; reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
V. SIMPULAN
Era kebiasan baru mendorong dosen untuk segera berinovasi, dan responsif dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dosen harus menjadi motor inovasi
disruptif. mengubah pola pikir, cara kerja kampus dan mahasiswanya, produktivitas,
disiplin, inovasi, progresif, terbuka terhadap perubahan, dan agresif dalam melakukan
terobosan. Salah satu caranya ialah dengan menciptakan metode pembelajaran yang
fleksibel dan kontekstual.
Untuk dapat mewujudkan sistem pembelajaran yang mendukung perkembangan era
revolusi 4.0 ini, maka Perguruan tinggi dan dosen harus mampu memberikan solusi
pembelajaran khususnya dalam menerapkan proses pembelajaran berbasis website agar
mahasiswa memiliki pengalaman belajar dengan memanfaatkan sumber dan media
pembelajaran yang berbasis pada teknologi inforrmasi dan komunikasi. Dengan demikian,
mahasiwa akan mampu menghadapi perubahan di era kebiasaan baru ini.
Penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings sebagai media pembelajaran sangat
berguna untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Mahasiswa diharapkan dapat lebih
memahami materi dengan baik karena materi yang disampaikan lengkap dan bersambung.
Motivasi ini diharapkan secara perlahan-lahan berubah menjadi habit atau kebiasaan
sekaligus menciptakan rasa percaya diri untuk tampil berbicara tentang ekonomi syariah di
depan khalayak ramai.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander. 2006. Use of Web 2.0 Technologies for Library and Information Science
Education.
Educ. Rev., No. March/April:33–44,.
Bradburn and Zimbler. 2002. Distance education instruction by postsecondary faculty and
staff: Fall 1998. Natl. Cent. Educ. Stat., no. February:139.
Desharnais and Limson. 2007. Designing and implementing virtual courseware to
promote inquiry-based learning. J. Online Learn. Teach., Vol. III, No.1:30–39.
Fazelian. 2011. Future of instructional technology,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol.
30:2052– 2056.
Kalantzir. 2011. Bruner’s Theory of Instruction. New Learning; Transformational Design
for Pedagogy and Assessment.
Kitchenham and S. Charters. 2007. Guidelines for performing Systematic Literature
reviews in Software Engineering Version 2.3. Engineering, Vol. 45, No. 4:1051.
Perrin and Mayhew. 2000. The Reality of Designing and Implementing an Internet-based
Course. Online J. Distance Learn. Adm., Vol. III, No 4:1–7.
Rogers. 2003. Diffusion of Innovations, Fifth. New York: Free Press.
Sahu. 2008. An evaluation of selected pedagogical attributes of online discussion
boards.
ASCILITE 2008 - Australas. Soc. Comput. Learn. Tert. Educ., pp. 861–865.
Sheely. 2006. Persistent technologies: Why can’t we stop lecturing online? ASCILITE
2006 - Australas. Soc. Comput. Learn. Tert. Educ., Vol. 2:769–774.
Smaldino, J. D. Russell, R. Heinich, and M. Molenda. 2004. Instructional Technology
and Media for Learning 8th Edition. Pearson: Merril Prentice Hall.
Towhidi. 2010. Distance Education Technologies and Media Utilization in Higher
Education.
Int. J. Instr. Technol. Distance Learn., pp. 23-25.
PRODUK EKONOMI KONVENSIONAL VERSUS PRODUK EKONOMI SYARIAH
Dr. M. RAFID, SE.,MM
PENDAHULUAN
Namun pada tahun 1940-1970-an muncullah Indonesia mempunyai peluang besar untuk
barang- barang elektronik seperti telepon selurar, meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
dengan televisi, dan TV kabel. Kemudian teknologi melalui pengembangan ekonomi kreatif.
Memasuki komunikasi dari media elektronik yang awalnya masih era baru, dunia industri
mengalami perubahan yang memakai system analog, namun pada saat ini juga disebut
dengan Revolusi Industri 4.0. Istilah revolusi hadirnya produk media seperti, internet, e-book, e-
industri 4.0 merupakan transformasi komprehensif library, koran digital, e-shop dan lain
sebagainya. yang menyelimuti semua aspek produksi dari industry. Periode waktu ini sering disebut
sebagai revolusi melalui peleburan pada teknologi digital dan internet. digital (Puji, 2019). Revolusi
digital dimulai pada Penerapan dalam tahap konsep ini berfokus pada awal 1990-an, dan terus
berkembang sejak saat itu. otomatisasi proses aplikasi. Dengan mengingat prinsip sistem digital
tersebut, teknologi informasi, yang mengarah kepada maka era digital merupakan era dimana
media sedikitnya keterlibatan tenaga kerja manusia. komunikasi mengalir dengan cepat, jelas dan
akurat.
Perkembangan teknologi digital menjadi tren besar masyarakat di era ini menggunakan
sistem dimana komputer, laptop, jam digital, telepon seluler, digital untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari. internet, dan jejaring sosial menjadi lebih lazim. Era Menurut Communication
Technology Timeline digital saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan menjelaskan bahwa
penggunaan media elektronik masyarakat sehari-hari, karena kepraktisannya, mulai menyebar
pada tahun 1880-an, dengan contoh kenyamanannya, dan kemudahnnya membuat semua pertama
adalah alat komunikasi telepon dan radio. orang ingin melakukannya khususnya kaum muda
yang pada dasarnya akan mengubah pola kehidupan nantinya.
Seiring dengan adanya pergeseran pada pertumbuhan industri yang bergerak ke arah
digitalisasi, berbagai macam aktivitas mulai beralih mengikuti perkembangan yang terjadi, salah
satu contohnya adalah pergeseran perbankan syariah di era industri 4.0. Undang-Undang No.7 tahun
1992 yang direvisi Undang-Undang Perbankan No. 10
Tahun 1998 mendefinisikan bahwa bank syariah merupakan lembaga keuangan yang
beroperasi atas dasar bagi hasil. Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 mengenai perbankan
syariah dijelaskan bahwa yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta proses dalam melakukan kegiatan usahanya menggunakan
panduan yang berdasarkan prinsip syariah. Menurut jenisnya bank syariah terdiri dari Bank Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan
untuk pengaplikasiannya maupun prakteknya berbeda dengan bank konvensional.
Industri perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang pesat dan mampu mendorong
kegiatan ekonomi. Hal tersebut dapat dikatakan karena perbankan syariah telah menjadi salah satu
industri yang dapat membantu mendistribusikan dana publik dengan cara yang paling produktif bagi
perekonomian, serta juga berfungsi sebagai perantara yang dapat membantu memperlancar aliran
uang antara berbagai lembaga dengan sektor ekonomi lainnya.
Meskipun dari segi keberadaan dan peranan bank syariah telah mengalami perkembangan
yang begitu pesat, yang ditandai dengan banyaknya berdirinya bank-bank syariah (Marimin et al.,
2015). Namun perkembangan teknologi pada saat ini telah mempengaruhi perubahan sosial di
tengah-tengah masyarakat. Pengaruh teknologi menjadikan seseorang sangat memiliki
ketergantungan atas keberadaanya. Munculnya teknologi lebih memudahkan masyarakat dalam
mendapatkan informasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa media sosial merupakan perpaduan antara
sosiologi dan teknologi.
Otoritas Jasa Keuagan (OJK) mampu mendorong adanya digitalisasi perbankan dengan
mengarah kepada peraturan OJK yang berkaitan pada Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital
oleh Bank Umum, sebagaimana yang telah disebutkan bahwa Layanan perbankan digital adalah
layanan elektronik yang dikembangkan untuk mengoptimalkan data nasabah agar dapat melayani
nasabah dengan lebih mudah dan praktis, yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan nasabah.
Sehingga nantinya nasabah juga dapat melakukan secara mandiri dengan tetap memperhatikan
segala aspek pengamanannya (OJK, 2018). Dengan demikian adanya peraturan dari OJK dapat
diterapkan oleh perbankan syariah khususnya dalam pengotimalan pemanfaatan teknologi dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan nasabah.
Kemudian munculnya transformasi digital saat ini, menyebabkan perbankan syariah
khususnya di Indonesia juga harus mengembangkan fitur perbankan digital untuk perusahaan.
Namun jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Indonesia dapat
dikatakan lambat dalam mengikutinya. Hal ini terjadi dikarenakan strategi industri perbankan
syariah yang dilakukan Malaysia tentunya dalam menghadapi era digital adalah dengan
mengembangkan dan melakukan berbagai macam inovasi yang dapat memudahkan nasabah, yaitu
dengan membuatkan aplikasi-aplikasi perbankan yang berbasis Mobile. Selain itu juga karena
Malaysia telah bersedia dalam menghadapi ketidaktentuan ekonomi dunia dengan selalu membuat
pembaharuan pada struktur ekonomi, yang menjadikan Malaysia dapat stabil dalam menangani
hal-hal yang tidak dijangka (Latib & Taqiuddin, 2018). Peluang ini berlaku juga bagi perbankan
syariah lainnya. Sehingga melihat perubahan dunia saat ini yang sudah mengikuti arus zaman
maka tranformasi digital harus dilakukan oleh semua industri, khususnya pada perbankan syariah.
Maka dari itu, dalam menghadapi revolusi 4.0 yang merupakan kondisi dimana terjadinya
perubahan yang signifikan dalam proses produksi yang dilakukan oleh manusia, industri
perbankan syariah ditantang untuk memiliki strategi dan inovasi dalam memadukan teknologi
digital dengan interaksi nasabah, yang mana semakin dapat memudahkan dan praktis bagi
pengguna untuk mengakses layanan di perbankan syariah.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif
yang menitikberatkan pada pengamatan individu. Artinya dalam penelitian ini memaparkan
secara akurat dan sistematis mengenai objek yang diteliti, untuk memperoleh gambaran yang
lebih komprehensif.
Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survey buku, karena sumber-
sumber data yang digunakan terdiri dari berbagai macam literature-literature review diantaranya
buku, jurnal, artikel, berita dan sumber-sumber yang relevan lainnya. Kemudian berdasarkan objek
kajian, penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat studi kepustakaan (Library Research).
Library research merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data,
informasi, dan berbagai data lain-lainnya yang terdapat dalam studi kepustakaan (Noor, 2016).
Jenis data pada penelitian ini bersifat kualitatif. Yang mana data yang sudah terkumpul
dianalisis terlebih dahulu dan digambarkan dengan menggunakan metode deskriftif. Sehingga
operasional dalam penganalisisan datanya ditempuh melalui beberapa langkah diantaranya
mengumpulkan data sesuai dengan masalah penelitian, mengklasifikasikan unit data sesuai dengan
jenis data yang ditentukan dan menganalisis data untuk menarik kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil penelitian
Dalam pesatnya perkembangan era digital diharapkan mampu untuk dikelola dengan baik
agar lebih produktif atau dapat digunakan dan dapat dimanfaatkan secara luas sehingga tidak hanya
beberapa organisasi saja yang memanfaatkannya, melainkan perusahan atau masyarakat luas dapat
mengakses atau mengikuti semua yang berkaitan dengan tekonlogi dan mampu dikembangkan di
seluruh sektor keuangan untuk membangun kehidupan yang makmur, praktis dan sebagai bekal
untuk berbuat kebajikan terlebih dimanfaatkan untuk orang banyak serta sangat membantu dan
memudahkan umat manusia. Kecanggihan tekonologi tersebut dapat dikelola oleh siapapun
termasuk dalam industri keuangan syariah. Aktivitas dalam industri tersebut dapat memberikan
kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan beberapa transaksi diantaranya dapat melakukan
pembayaran, pembelian, dan lain-lainnya secara online dengan hanya menggunakan modal gadget
yang dimilkinya dan bisa di lakukan dimana saja serta bisa dilakukan dari rumah. Di Indonesia,
terdapat beberapa Lembaga yang sudah mengikuti perkembangan digital salah satunya pada industri
perbankan syariah.
2.2. Pembahasan
Perkembangan Teknologi Di Era Digital
Revolusi industri 4.0 membawa berbagai macam perubahan dalam tatanan kehidupan
masyarakat saar ini. Salah satu perubahan yang dirasakan adalah perubahan pada era digital yang
mempengaruhi beberapa aspek daintaranya adalah industri perbankan syariah. Di era digital,
industri perbankan syariah semakin mengembangkan inovasi teknologi perbankan digital. Hal ini
dilakukan salah satunya dengan tujuan untuk menarik minat para calon nasabah baru, kususnya
bagi kalangan modern atau kaum milenial yang hampir seluruh kegiatannya dilakukan dengan
melaui teknologi digital.
Perkembangan teknologi digital meningkat di beberapa negara. Era digital di Indonesia
ditandai dengan adanya peningkatan pengguna internet oleh masyarakat. Menurut data Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet mengemukakan bahwa Indonesia memiliki 197,71 juta jiwa pengguna
Internet dari total populasi sekitar 266,91 juta penduduk Indonesia, atau dapat dikatakan sudah
mencapai 73.7% masyarakat Indonesia yang sudah mampu mengakses internet (APJII, 2019).
Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas masyarakat
Indonesia saat ini cenderung lebih banyak menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari mereka. Dimana dalam hal ini, termasuk industri keuangan yang ditantang untuk
mampu merespon dengan cepat dari segala aspek perubahan pada era digital saat ini.
Grafik 1. 1 Penetrasi Pengguna Internet 2017 2018 (Q2)
Dari grafik 1.1 diatas dapat diketahui bahwa banyaknya pengguna internet tidak jauh disebabkan
oleh adanya kegiatan sehari-hari yang telah menjadi kebiasaan masyarakat ketika menggunakan
teknologi antara lain, memesan transportasi, pengiriman barang, membeli makanan, pemesanan
tiket, melakukan bisnis, dan lain sebagainya. Karena kehadiran teknologi, masyarakat
menganggap kegiatan mereka merasa lebih terbantu dan juga efisien. Fenomena ini dapat terjadi
karena adanya pengaruh dari sebuah inovasi pada sistem yang dikenal sebagai disruptif inovasi.
Disruptif Inovasi, sebuah sistem yang sukses dalam mengubah sistem yang sudah ada atau
dengan cara memperkenalkan kepraktisan dan kemudahannya, dengan biaya yang cukup ekonomis
(Soeharjoto et al., 2019). Kondisi ini juga terjadi pada industri jasa keuangan yang sudah merubah
model sistem industri jasa keuangan global. Mulai dari industri dan teknologi intermediasi untuk
model pemasaran kepada konsumen. Hal ini telah berubah sepenuhnya, dimana perbankan syariah
harus kompeten tidak hanya pada perbankan konvensional, tetapi juga bisa dengan perusahaan
fintech (Nur et al., 2019). Era 4.0 telah merevolusi dan mengubah sektor keuangan syariah, sehingga
bank syariah perlu menawarkan layanan teknologi yang lebih maju kepada konsumen.
Strategi Industri Perbankan Syariah Di Era Digital
Industri keuangan di Indonesia ditantang untuk mampu merespon dengan cepat dengan
berbagai perubahan di era digital. Dalam hal ini perubahan pada perilaku konsumen menuntut
perbankan untuk mentransformasi menuju era digital yang berwujud inovasi digital banking. Karena
jika tidak, perbankan syariah akan ditinggalkan nasabah dan tentunya masyarakat akan cenderung
beralih kepada institusi keuangan syariah lainnya, seperti fintech syariah.
Kondisi perbankan syariah dalam menghadapi era digital saat ini, terus melakukan strategi
agar dapat bertahan dan terus berkembang seiring dengan adanya kemajuan teknologi khususnya
(Assauri, 2013). Perkembangan teknologi yang begitu pesat, terus mengarahkan perbankan syariah
untuk lebih meningkatkan layanannya dengan salah satu membentuk layanan yang berbasis digital.
Hal ini dilakukan karena merupakan salah satu strategi yang bertujuan agar perbankan syariah
dapat memaksimalkan pelayanannya kepada nasabah, dan juga untuk meningkatkan kegiatan
operasionalnya.
Fenomena ini dapat terjadi disebabkan adanya pertumbuhan teknologi digital dan dorongan
yang diberikannya. Dengan perkembangan teknologi, bank harus menyesuaikan strategi mereka
dan mulai menawarkan layanan perbankan dengan sentuhan digital. Adapun proses dilakukan
secara bertahap, yaitu bahwa layanan perbankan syariah akan bertransformasi menjadi perbankan
digital (digital banking). Adanya perubahan tersebut (digital banking) dapat mengubah cara-cara
lama dalam melakukan aktivitas perbankan syariah. Dengan ini, nasabah tidak perlu lagi datang ke
kantor cabang untuk membuka rekening atau melakukan transaksi keuangan, melainkan semua itu
bisa dilakukan dengan modal jari jempol di layar gadget.
Kemajuan teknologi informasi yang begitu cepat dan canggih, dalam sekejap bisa merubah
prilaku seseorang yang mengakibatkan kebutuhan para nasabah juga terus mengalami
peningkatan. Hal ini yang dapat mendorong perbankan syariah untuk terus dapat memenuhi
kebutuhan nasabahnya dengan melakukan berbagai macam strategi. Sehingga pada saat ini strategi
yang dilakukan oleh perbankan syariah yaitu dengan melakukan peningkatan terhadap layanannya
agar para nasabah dapat memperoleh layanan perbankan secara mandiri (self-service) tanpa harus
mendatangin kantor bank tersebut. Beberapa layanan perbankan syariah yang dapat dilakukan
secara mandiri diantranya adalah registrasi, transaksi (pembayaran, tunai, transfer,) dan berbagai
jenis layanan lainnya.
Namun dalam hal ini ada dua jenis strategi pemasaran yang umum digunakan, yaitu strategi
mencari pelanggan baru (new customer) dan strategi mempertahankan pelanggan yang sudah ada
(existing customer) (Rangkuti, 2014). Ada dua cara untuk mendekati pelanggan, satu harus fokus
pada strategi terhadap mereka, dan yang lain harus diberi perhatian lebih. Oleh karena itu,
organisasi atau perusahaan harus selalu bekerja untuk memastikan bahwa pelanggannya selalu
puas dan melakukan pembelian berulang. Sehingga dalam hal ini organisasi ataupun perusahaan
dapat menyelaraskan kompetensi, teknologi dan sumber daya yang dimiliki dengan mengikuti
keinginan dan kebutuhan pelanggan yang dinamis. Sebagai gambaran penerapan digital banking di
Indonesia dalam menghadapi era digital, saat ini dapat dibuktikan dengan adanya strategi yang
berbentuk berbagai layanan yang dapat membantu nasabah, seperti internet banking. Internet
banking salah satu layanan online yang dimiliki perbankan. Dimana dalam kegiatan
operasionalnya memakai sebuah teknologi internet. Hal ini dilakukan perbankan syariah untuk
memudahkan nasabahnya dalam melakukan kegiatan transaksi.
Kedua, kegunaan phone banking. Layanan ini yang terkadang memungkinkan dapat
membantu nasabah dalam menghubungi nomor telepon tertentu dari bank dengan tujuan untuk
melakukan layanan perbankan. Ketiga, adanya SMS Banking. Pada SMS banking ini mampu
melakukan layanan perbankan yang dapat diakses dan dilakukan dengan melalui jaringan Short
Message Service (SMS) telefon seluler yang dimiliki oleh nasabah.
Keempat, adanya mobile banking. Mobile banking salah satu layanan yang sangat
memungkinkan nasabah dapat melakukan transaksi perbankan melalui smartphone yang
dimilikinya. Pada aplikasi mobile banking juga dapat memberikan pelayanan terkait transaksi
informasi saldo, tranfer, pembayaran, dan transaksi lainnya. Dengan demikian pada hal ini bank
dapat bekerja sama dengan operator seluler lainnya, sehingga telah dipasang kartu SIM (Mobile
Chip Card) dan Global for Mobile Communication (GSM) dengan program khusus agar dapat
melakukan operasional perbankan, sehingga sangat memudahkan semua pihak, terutama pada
proses transaksi pelanggan (OJK, 2018).
Mobile banking adalah bentuk perbankan baru yang menggunakan telepon seluler untuk
mengakses informasi keuangan, Sedangkan SMS banking adalah bentuk lama dari perbankan yang
menggunakan pesan teks untuk mengakses informasi keuangan. Sehingga mengakibatkan semua
proses transaksi nasabah akan sangat mudah melalui aplikasi mobile bangking dibandingkan dengan
menggunakan SMS Banking.
Disisi lain, hadirnya revolusi industri 4.0 juga menghadirkan beberapa tantangan tentunya
pada industri perbankan, oleh karena itu perbankan dituntut untuk memiliki strategi agar dapat
mengatasi persoalan yang ada. Pesatnya perkembangan teknologi digital menjadi sebuah tantangan
baru, namun hal tersebut dapat diatasi dengan pesatnya perkembagan teknologi perbankan digital.
Karena perbankan sebagai salah satu industri jasa keuangan yang berkembang serta mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dihadapkan pada pilihan harus mengadopsi
teknologi digital agar perbankan dapat bertahan.
Perbankan syariah selalu meningkatkan pelayanan nasabah dengan melalui tranformasi
digital. Hal ini dilakukan dengan melengkapi berbagai macam fitur yang berada di mobile
banking. Karena selain pesatnya pengguna smartphone di Indonesia yang meningkat, namun juga
timbulnya karakter masyarakat ataupun generasi milenial yang lebih cendrung memilih melakukan
sesuatu dengan mudah dan praktis.
Adapun dampak terhadap inklusi keuangan syariah yaitu mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak terbendung, sehingga mau tidak mau harus disikapi secara cerdas oleh
pihak- pihak yang bersangkutan (Fahlefi, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa adanya strategi yang
dibuat oleh industri perbankan syariah dalam menghadapai era digital, ternyata juga
mengharuskan inklusi keuangan syariah melakukan inovasi yang baru. Hal ini disebabkan karena
terus berkembangnya teknologi informasi. Sehingga secara bersamaan maka inklusi keuangan
syariah juga di tuntut untuk meningkatkan layanan keuangan modern dari lembaga keuangan
syariah, yang bertujuan untuk memperkuat dan mempertahankan peran inklusi keuangan syariah
tersebut sehingga dapat memberikan layanan modern yang bersifat mudah, praktis, dan aman.
Oleh karena itu, tentunya bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan, kepuasan
nasabah merupakan hal mutlak yang tidak boleh diabaikan. Selain itu kepuasan nasabah juga
menjadi salah satu aspek strategis untuk memenangkan persaingan dan mempertahankan citra
perusahaan di pasar dan masyarakat luas. Sehingga kualitas layanan pelanggan menjadi isu yang
sangat penting. Karena pelayanan tidak sebatas melayani, melainkan dapat memahami, mengerti
serta merasakan. Oleh karena itu, layanan bertujuan untuk berbagi hati pada pelanggan (heart
share). Kemudian dapat meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap produk, dan hal ini akan
berdampak positif bagi citra perusahaan.
KESIMPULAN
Pesatnya perkembangan teknologi dan internet jangan dijadikan suatu hambatan dan
ancaman, akan tetapi dijadikan sebagai sebuah tantangan dan penggerak untuk terus berinovasi
dan berkreasi dalam menggabungkan teknologi digital dengan interaksi nasabah, yaang nantinya
akan menghasilkan sesuatu yang dapat membantu perkerjaan masyarakat jadi lebih teratur dan
terarah.
Dibidang perbankan syariah, tantangan di era digital semakin pesat dan kemajuan-kemajuan
yang akan terjadi di masa depan tak terbendung. Hal ini terjadi karena perbankan syariah tidak
hanya bersaing dengan bank lainnya baik itu konvensional, melainkan juga akan bersaing dengan
perusahaan teknologi keuangan lainnya yang sama-sama saling memberikan keamanan ataupun
kenyamanan bagi para penggunanya. Sehingga oleh karena itu terdapat beberapa strategi yang
dilakukan perbankan syariah dalam mengikuti era digital saat ini yaitu dengan memberikan bentuk
pelayanan dan perhatian yang baik kepada nasabah serta berbagai layanan yang dapat memudahkan
nasabah, seperti internet banking. Kedua, kegunaan phone banking. Ketiga, adanya SMS Banking.
Keempat, adanya mobile banking. Dalam hal ini bank dapat bekerja sama dengan operator seluler
lainnya, sehingga telah dipasang kartu SIM (Mobile Chip Card) dan Global for Mobile
Communication (GSM) dengan program khusus agar dapat melakukan operasional perbankan,
sehingga sangat memudahkan semua pihak terutama pada proses transaksi pelanggan yang akan
lebih sangat praktis dan aman.
REFERENSI
APJII. (2019). Laporan Survei Internet APJII 2019 – 2020. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia, 1–146. https://apjii.or.id/survei.
Fahlefi, R. (2019). Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor Filantropi.
PROCEEDING Batusangkar International Conference III, Graduate Programme of IAIN
Batusangkar, 4(1), 205–212.
https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/pr oceedings/ article/view/1556.
Latib, N. A. A., & Taqiuddin, M. T. (2018). Penilaian Kesan Reforrmasi Dasar Kewangan Keatas
Institusi Perbankan Islam di Malaysia. Labuan E- Journal of Muamalat and Society (LJMS),
12, 69–88.
https://doi.org/10.51200/LJMS.V12I.1351.
OJK, Republik Indonesia. (2018). Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital Oleh Bank
Umum.
Marimin, A., Haris Romdhoni, A., & Nur, F. T. (2015). Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1(02), 75–87.
https://doi.org/10.29040/JIEI.V1I02.30
Noor, J. (2016). Metodologi Penelitian. Kencana Prenada.
Nur, S. E., Nur, D., & Cholild, M. M. (2019). Peran Fintech dalam Meningkatkan Literasi
Keuangan pada Usaha Mikro Kecil Menengah di Malang. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi,
04(8), 90–104. http://riset.unisma.ac.id/index.php/jra/article/vie w/4038.
Puji, R. (2019). Pengaruh Era Diigital terhadap Perkembangan Bahasa Anak. Al-Fathin, 2(6),
47–59.
Rangkuti, F. (2014). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama.
Soeharjoto, Tribudhi, D. A., & Nugroho, L. (2019). Fintech Di Era Digital Untuk Meningkatkan
Kinerja ZIS di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 137–144.
PERAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH, PELUANG DAN TANTANGAN
NURFITRIANI, SE.,M.Ak
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan adalah suatu usaha yang setiap kegiatannya berkaitan mengenia
uang, seperti menghimpun dana atau uang , kemudian penyaluran dan atau jasa-jasa
keuangan yang lainnya. Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) sendiri, Lembaga
Keuangan Syariah adalah lembaga keuangan yang sudah mendapatkan izin dalam
melakukan kegiatan operasionalnya sebagai lembaga keuangan untuk mengeluarkan
produk dari keuangan syariah.
Lembaga keuangan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi. Dengan adanya sistem
perekonomian yang semakin terbuka ini, menjadikan setiap pelaku usaha bebas
memasarkan produknya kemana saja. Melihat hal tersebut, tentunya akan menjadi
peluang yang besar bagi pelaku usaha untuk meningkatkan dan memperbesar usahanya.
Semakin besar sebuah usaha semakin besar pula modal yang diperlukan. Oleh
karena itu diperlukanya sebuah lembaga keuangan yang dapat memberikan solusi atau
meminjamkan danaya. Terdapat dua lembaga keuangan yang ada di Indonesia yaitu
lembaga keuangan berbasis syariah dan lembaga keuangan konvensional. Masyarakat
bebas memilih lembaga keuangan yang akan digunakan dalam setiap aktivitas
transaksinya dan diantara kedua lembaga keuangan tersebut memiliki keuanggulan
masing-masing.
Pada masa sekarang Lembaga Keuangan Syariah semakin berkembang pesat. Hal
ini terbukti dengan semakin banyaknya lembaga jasa keuangan syariah, layanan dan
produk hingga semakin meningkatnya infrastrutur di Lembaga Keuangan Syariah. Salah
satu peluang yang dapat menjadikan Lembaga Keuangan Syariahdi Indonesia semakin
meningkat ialah karena masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama islam,
mulai tumbuh kesadaran untuk menggunakan layanan jasa keuangan syariah yang sesuai
dengan prinsip islam. Agar Lembaga Keuangan Syariah semakin dikenal di masyarakat
dan dapat semakin berkembang maka diperlukan memanfaatkan peluang-peluang lain
yang ada dengan maksimal
Akan tetapi jika ada peluang maka akan adapula tantangan yang harus dihadapi
agar Lembaga Keuangan Syariah semakin tumbuh berkembang. Mengingat
sebelumnya masyarakat sudah lebih terbiasa dengan menggunakan transaksi keuangan
secara konvensional. Hal ini tentunya menjadi tantangan- tantangan tersendiri bagi
Lembaga Keuangan Syariah agar dapat bersaing dengan Lembaga Keuangan
Konvensional sehingga dapat terus meningkatkan eksistansinya.
Oleh karena melihat peluang dan tantangan di Lembaga Keuangan Syariah yang
ada di Indonesia penulis ingin malakukan penelitian mengenai “Analisis Peluang dan
Tantangan Lembaga Keuangan Syariah Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing
Terhadap Lembaga Keuangan Konvensional Di Indonesia”
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana peluang Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya meningkatkan daya saing
terhadap lembaga keuangan konvensional serta untuk mengetahui bagaimana peluang
Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya meningkatkan daya saing terhadap lembaga
keuangan konvensional. Sedangkan manfaat dari adanya penulisan ini diantaranya: secara
teoritis, diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan dan keilmuan
mengenai berbagai peluang maupun tantangan lembaga keuangan syariah dalam
menghadapi lembaga keuangan konvensional di Indonesia yang dapat digunakan sebagai
bahan referensi untuk penulisan selanjutnya. Adapun secara praktis, penulisan ini
bertujuan untuk masyarakat umum maupun dari pihak lembaga keuangan sendiri
mengenai pengetahuan tentang lembaga keuangan yang ada di Indonesia dan bagaimana
sistem operasianal didalamnya
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif analisis. Jenis penelitian ini menggunakan studi pustaka
dengan sumber data diperoleh dari sumber sekunder baik berupa internet, buku, jurnal,
publikasi ilmiah, dan sumber lain yang relevan. Penelitian ini bersifat deskkriptif
kualitatif menjelaskan atau memaparkan hasil penelitian mengenai bagaimana peluang
dan tantangan Lembaga Keuangan Syariah untuk meningkatkan daya saing terhadap
Lembaga Keuangan Konvensional di Indonesia.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik metode studi pustaka, dengan mencari teori yang berhubungan
dengan Lembaga Keuangan Syariah serta peluang dan tantanganya.
II. PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Lembaga Keuangan Konvensional
a. Pengertian Lembaga Keuangan Konvensional
Lembaga Keuangan adalah badan usaha yang memiliki aset utama yaitu
berbentuk keuangan maupun tagihan-tagihan yang dapat berupa saham, obligasi,
dan pinjaman. Lembaga keuangan adalah tempat transformasi atau perpindahan
dana dari pihak yang mengalami kelebihan dana (surplus of funds)kepada pihak
yang mengalami kekurangan dana (deficit of funds).
b. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Konvensional Di Indonesia
Bank Sentral (Central Bank)
Bank Sentral merupakan bank yang dimiliki oleh pemerintah yang
memiliki tugas untuk menjaga, menagtur, serta memelihara kestabilan nilai
mata uang negara Indonesia.
Bank Umum (Comercial Bank)
Bank Umum merupakan suatu lembaga yang menjalankan usahanya
secara konvensional dan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Modal ventura
Modal ventura merupakan memiliki tugas yaitu melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.
Anjak piutang
Anjak piutang merupakan badan usaha yang memiliki tugas untuk
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan,
serta pengurusan piutang dan tagihan jangka pendek suatu perusahaan (debitur)
dari transaksi perdagangan di dalam atau di luar negeri.
Asuransi
Asuransi adalah suatu bentuk perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.
Dana pensiun
Dana pensiun merupakan suatu lembaga yang memiliki tugas untuk
mengelola program pensiun yang tujuannya untuk memberikan kesejahteraan
kepada karyawan di suatu perusahaan terutama mereka yang sudah pensiun.
Pegadaian
Pegadaian merupakan lembaga yang memiliki tugas untuk memberikan
pinjaman kepada masyarakat dengan menahan barang tersebut sebagai untuk
dijadikan sebagai jaminannya.
Pasar Modal
Pasar Modal adalah pasar yang dalam kegiatan operasionalnya
memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang,
baik itu berbentuk utang ataupun berbentuk modal sendiri yang sudah
diterbitkan oleh perusahaan swasta.
Pasar uang
Pasar Uang adalah sarana yang didalamnya menyediakan pembiayaan
jangka pendek (kurang dari 1 tahun), pasar uang ini tidak mempunyai tempat
fisik seperti halnya pasar modal.
Reksadana
Reksadana merupakan lembaga keuangan yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal dan kemudian diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Portofolio efek ini seperti
obligasi, saham, deposito, instrument pasar uang, uang kas dan lain
sebagainya.
2. Lembaga Keuangan Syariah
a. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syari'ah merupakan lembaga keuangan yang memiliki
prinsip operasi berdasarkan kepada prinsip Syariah Islamiah. Operasional harus
terhindar dari unsur dari riba, gharar dan maisir. Karena hal tersebut sangat
diharamkan dan sudah diterangkan dalam Al-Quran dan Al- Hadist. Adapun
tujuan utama didirikannya lembaga keuangan syariah yaitu untuk menunaikan
perintah Allah SWT di bidang ekonomi, muamalah sekaligus membebaskan
masyarakat Islam dari kegiatan yang dilarang oleh Islam. Untuk
melaksanakannya, tidak sepenuhnya hanya dilakukan oleh lembaga keuangan
syariah saja, melainkan merupakan tugas seluruh masyarakat.
Lembaga keuangan syariah baik itu bank maupun non-bank dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya selalu diawasi oleh sebuah lembaga yang
dinamakan dengan Dewan Pengawasan Syariah. Dari pengertian ini dapat
dijelaskan bahwa lembaga keuangan syariah adalah suatu lembaga yang
mencakup segala aspek keuangan baik itu tentang persoalan perbankan ataupun
kerjasama pembiayaan, keamanan dan asuransi perusahaan, dan lains ebagainya
yang berlangsung di luar konteks perbankan.
Untuk unsur kesesuaian Lembaga Keuangan Syariah dengan syariah Islam
secara tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkannya dalam berbagai
fatwa yang dikeluarkan. Sedangkan unsur legalitas operasi sebagai lembaga
keuangan sendiri diatur oleh berbagai instansi yang memiliki kewenangan
mengeluarkan izin operasi. Instansi tersebut antara lain sebagai berikut :
Bank Indonesia yang memiliki funsi sebagai institusi dan memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengawasi Bank Perkreditan Rakyat dan
Bank Umum.
Departemen Keuangan yang memiliki fungsi sebagai institusi dan memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengawasi koperasi.
Kantor Menteri Koperasi yang memiliki fungsi sebagai institusi dan memilii
kewenangna untuk mengatur dan mengawasi koperasi.
b. Operasional Lembaga Keuangan Syariah
Prinsip operasional yang ada di Lembaga Keuangan Syariah ialah:
Keadilan, merupakan prinsip berbagi atas keuntungan penjualan yang
sebenar-benarnya berdasarkan dari konstribusi serta resiko dari setiap pihak.
Kemitraan, ialah prinsip dimana kesetaraan antara masing-masing pihak yang
terlibat di dalam kerjasama tersebut. Posisi dari nasabah investor
(penyimpanan dana), serta penggunaan dana, dan lembaga keuangan itu itu,
sejajar sebagai mitra usaha dan saling bersinergi agar dapat memperoleh
sebuah keuntungan.
Transparansi, merupakan Lembaga Keuangan Syariah yang mana harus
memberikan sebuah laporan keuangan berkesinambungan kepada pihak
nasabah investor atau setiap pihak yang terlibat didalamnya supaya dapat
mengetahui kondisi nyata dari dana dan harus dilakukan secara terbuka.
Universal, ialah sebuah prinsip keharusan dari Lembaga Keuangan Syariah
untuk memberikan agama, ras,suku serta golongan masyarakat dalam
pemberian layanan harus sesuai prinsip islam.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam LKS ialah: .
Pembayaran sebuah pinjaman harus dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dimana penentuan nila sebelumnya tidak diperkenankan
Pemberi dana harus terlibat berbagi kerugian dan keuntungan sebagai dampak
dari keluaran usaha yang meminjam dana .
Islam melarang “menghasilkan uang dari uang”. Uang merupakan media
untuk pertukaran bukan komoditas karena uang tidak memiliki nilai
intrinsik.
Unsur gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Masing-masing
pihak harus mengetahui dengan pasti hasil yang akan mereka dapatkandari
sebuah transaksi.
Tidak diperkenankan melakukan investasi pada hal yang diilarang islam.
c. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.
Baitulmal Wat Tamwil (BMT)
BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki tugas
menghimpun sekaligus menyalurkan dana kepada para anggota. BMT ini
tidak menuntut untuk mendapatkan keuntungan. Adapun contoh penerapab
dari lembaga keuangan ini diantaranya adalah penghimpunan dan penyaluran
infak, zakat, serta sedekah.
Asuransi Syariah
Asuransi syariah merupakan usaha tolong-menolong sekaligus saling
melindungi antar peserta dengan penerapan operasional yang menggunakan
prinsip hukum syariat Islam.
Pasar Modal Syariah
Pasar Modal merupakan tempat yang digunakan untuk menerbitkan
surat berharga perusahaan, baik itu dalam bentuk saham ataupun dalam
bentuk obligasi untuk memperoleh dana dari para investor (penanam modal).
Reksadana Syariah
Reksadana Syariah merupakan perusahaan sekuritas yang dalam
kegiatan operasionalnya hanya memfasilitasi mereka para investor dalam
menginvestasikan dananya. Karena terdapat larangan bagi Bank Syariah
untuk membeli saham secara langsung di Pasar Modal, maka Bank Syariah
tidak berhubungan dengan Reksadana dalam hal pembelian saham
Pegadaian Syariah (Ar-Rahnu)
Ar-Rahnu adalah lembaga pegadaian yang dalam sistem
operasioanalnya dilakukan sesuai dengan prinsip maupun aturan Syariah
Islam. Di Indonesia sendiri, dalam pembentukannya Pegadaian Syariah
diprakarsai oleh BMI (Bank Muamalat Indonesia).
LAZ (Lembaga Amil Zakat) dan BAZ (Badan Amil Zakat)
Dalam fungsi kegiatannya, bank syariah juga dapat bergerak dalam
bidang sosial yaitu dengan cara mendirikan lembaga baitulmal yang memiliki
tujuan untuk menerima sumber dana yang berasal dari zakat, infak, hibah,
sedekah, dan dana sosial lainnya.
Koperasi Syariah
Koperasi syariah merupakan koperasi yang semua kegiatan maupun
usahanya bergerak di dalam bidang simpanan pokok, pembiayann yang
sesuai dengan pola bagi hasil dan investasi.
Pasar Uang Syariah
Pasar uang syariah adalah suatu pasar yang didalamnya terjadi
perdagangan surat-surat berharga syariah dengan jangka waktu pendek
(kurang dari 1 tahun).
Dana Pensiun Syariah
Tujuan dari dibentuknya Dana pensiun syariah ini adalah untuk
memelihara kesinambungan penghasilan pada waktu hari tua, yaitu ketika
yang bersangkutan tersebut sudah tidak mampu lagi untuk bekerja.
Leasing Syariah
Leasing Syariah merupakan lembaga yang sangat mendukung
masyarakat dalam bidang transaksi sewa-menyewa, terlebih kepada transaksi
sewa- menyewa yang memiliki prinsip maupun konsep ijarah (sewa-
menyewa dengan sistem syariah).
Modal Ventura Syariah
Modal Ventura Syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang
bergerak dalam bidang permodalan yang melibatkan berbagai pihak yang
sam- sama ikut dalam kontribus idalam membangun usaha yang agar menjadi
lebih maju dan besar.
Anjak Piutang Syariah
Anjak Piutang Syariah merupakan lembaga yang memiliki fungsi untuk
mengambil alih pembayaran kredit pada suatu perusahaan, khususnya
perusahaanyang berhubungan dengan kredit bermasalah.
III. HASIL PEMBAHASAN
A. Peluang
Istilah lain dari peluang adalah sebuah kesempatan. Peluang merupakan adanya
sebuah kesempatan atau harapan yang dapat kita wujudkan melalui cara-cara tertentu
untuk terpenuhinya sebuah tujuan. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di
Indonesia semakin meningkat. Ditengah persaingan dengan Lembaga Keuangan
Konvensional, Lembaga Keuangan Syarian sendiri memiliki sebuah peluang yang
berpotensi menjanjikan seperti :
1. Jumlah penduduk di Indonesia bermayoritas islam
Di Indonesia 85% mayoritas penduduknya beragama islam, hal ini menjadi
peluang tersendiri agar dapat meningkatkan perkembangan Lembaga Keuangan
Syariah yang ada di Indonesia. Dengan jumlah penduduk muslim yang banyak ini
harapanya Lembaga Keuangan Syariah dapat terus melakukan sebuah inovasi-inovasi
terbaru sehingga meningkatkan daya tarik untuk membuat masyarakat muslim
menggunakan Lembaga Keuangan Syariah dalam melakukan setiap transaksi.
2. Keuanggulan dari Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah dalam menjalankan aktivitasnya, selalu memegang
teguh prinsip-prinsip syriah yang sesuai dengan islam. Prinsip tersebut diantarana
adalah prinsip keadilan, transparan dan kemitraan. Dengan adanya prinsip tersebut
masyarakat akan merasa lebih percaya dalam meggunakan Lembaga Keuangan
Syariah.
Dari segi akad dan legalitas, akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki
konsep duniawi sekagigur ukrawi. Dimana dalam akad ini tidak hanya keuntungan
duniawainya saja yang dikedepankan namun dalam akad tersebut juga berdasarkan
ketentuan-ketentuan syraiah yang sesuai dengan islam. Dalam transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah apabila terdpat pihak yang melanggar atutan terdapat duan
konsekuensi yang akan diterima yaitu hukum didunia dan hukum diakhirat. Pada
Lembaga Keuangan Syariah tidak terdapat bunga bank yng dapat menjadikan riba
melainkan menggunakan sistem bagi hasil atau profit sharing dan adil. Jadi dalam
Lembaga Keuangan Syariah tidak semata-mata hanya mengejar keuntungan yang
besar saja berbeda dengan Lembaga Keuangan Konvesial keuntungan yang dikejar
sebanyak-banyaknya tidak peduli meski riba.
Jika terdapat perselisihan yang terjadi ntara pihak nasabah dan bank maka cara
penyelesainya tidak di Pengadilan negeri seperti yang dilakukan pada bank
konvensional melainkan di Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS).
Dalam menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang terjadi di Lembaga Keuangan
Syariah penyelesaian BASYARNAS mengacu pada materi hukum-hukum syariah,
sesuai dengan Pasal 55 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2008 yang berbunyi:” Dalam hal
para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), penyelesain sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad”. Maka jika
dalam akad dituangkan bahwa penyelesaian sengketa melalui arbitrase, hal ini
dimungkinkan terjadi sesuai dengan kesepakatan para pihak yaitu bank dan nasabah.
Selain itu dengan amandemen Undang-Undang Peradilan Agama, maka penyelesaian
sengketa dapat diselesaikan di Pengadilan Agama.
Hal ini dimungkinkan karena undang-undang tersebut secara eksplisit dalam
Pasal 49 menyebutkan bahwa Pengadilan Agama dapat menyelesaiakan sengketa
ekonomi Islam. Hal ini juga dituangkan dalam Pasal 55 ayat (1) UU No. 21 Tahun
2008 yang berbunyi: “Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama”.
Terdapat struktur organisasi di Lembaga Keuangan Syariah yang dalam
pelaksanaanya berfungsi untuk mengawasi jalanya lembaga keuangan tersebut
sehingga apabia terdapat lembaga yang mneyeleweng aturan maka akan segera
diketahui dan diberikan sanksi. Struktur organisasi tersebut seperti Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN).
3. Adanya dukungan dari pemerintah
Pemerintah mengeluarkan undang-undang sebagi bentuk dukunganya terhadap
Lembaga Keuangan Syariah sehingga dapat menjadikan kekuatan. Adapun undang-
undang yang sudah dikeluarkan adalah UU No 7 tahun 1992, UU No 10 tahun 1998,
dan UU No 21 tahun 2008 tentang perankan syariah. Selain itu DSN-MUI
mengeluarkan 119 fatwa tentang ekonomi Syariah.
4. Semakin tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga keislaman
Adanya partai-partai isam yang bermunculan setelah masa era reformasi
memiliki pengaruh terhadap kehidupan nasional. Terdapat kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh politisi muslim dan dapat mendukung kemajuan lembaga keuangan
syariah. Di Indonesia juga semakin banyak berdiri sekolah-sekolah yang berbasis
islami, baik dari SD,SMP,SMA hingga Perguruan Tinggi yang dapat menciptakan
seorang kader ekonom yang berbasis islami.
B. Tantangan
Tantangan merupakan salah satu bentuk motivasi agar dapat mencapaian target.
Tantangan ialah objek atau hal yang dapat membangkitkan tekadagar kemampuan dapat
ditingkatkan sehingga dapat mengatasi sebuah masalah dan bekerja lebih giat lagi.
1. Perlunya pengembangan kelembagaan.
Kelembagaan yang terdapat di Lembaga Keuangan Syariah belum sepenuhnya
efisien dan kompetitif sehingga belum mapan. Terdapat masih rendahnya
penggunaan teknologi, kurangnya dukungan dari pemodalan dan jaringan yang
kurang luas, dan kapasitas dari SDM yang ada masih tidakmerata.
2. Kurangnya sosialisasi dan promosi
Masih banyak masyarakat yang kurang memahami mengenai Lembaga
Keuangan Syariah, hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk kedepanya bagaimana
caranya agar masyarakat tahu dan mengerti apa itu Lembaga Keuangan Syariah. Jika
sudah mengetahui tentang Lembaga Keuangan Syariah selanjutnya memikirkan
bagaimana cara agar masyarakat paham, dari yang telah paham terkadang ada yang
belum percaya, dan dari yang sudah percaya namun masih kurangnya partisipasi. Dan
dari masalah tersebut Lembaga Keuangan Syariah hars mencari solusi untuk
mengahadapinya.
Terkadang masyarakat lebih memahai tetang lembaga keuangan konvensional
karena lembaga tersebut lebih sering didengar dan tidak asing di telinga masyarakat.
Oleh karena itu diperlukan sebuah promosi dan sosialisasi yang dapat menarik
perhatian asyarakat dapt melalui media seperti televisi, radio dan dapat pula melalui
media koran maupun majalah.Dengan adanya teknologi yang semakin berkembang
sebaiknya memanfaatkan media internet yang dapat diakses kapan saja.
3. Kuranganya perluasan pada jaringan kantor
Lembaga Keuangan Syariah yang ada di Indonesia masih sediki belum
sebanyak lembaga Keuangan Konvensional. Terutama pada di masyarakat pedesaan
masih suli menemukan Lembaga Keuangan Syariah karena yang dominan adalah
konvensional.
4. Peningkatan SDM.
Sumber Daya Manusia yang amanah, jujur profesional dan berkualitas masih
sedikit yang ada. Padahal komponen tersebut harus ada di Lembaga Keuangan
Syariah sehingga pegawai-pegawainya dapat diandalkan dan dapat melakukan
tugasnya sesuai syariah, namun pada kenyataanya sangat jarang ditemukan, sumber
daya manusianya masih banyak keluaran dari didikan konvensioanl. Pegawai di
Lembaga Keuangan Syariah harus memahami tentang fiqih dan cara-cara
menyelesaiakan permasalahan di Lembaga Keuangan Syariah sesuai prinsip-prinsip
islami. Masih terbatasnya jenis dan akses terhadap produk dan layanan keuangan
syariah, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
5. Perlunya peningkatan modal
Untuk mengembangkan Lembaga Keuangan Syariah perlu adanya peningkatan
modal yang ada agar dapat melakukan pembiayaan perluasan dan melakukan
pendanaan bagi para pelaku usaha. Pemegang saham atau stake holder pada Lembaga
Keuangan Syariah perlu menambah jumlah modalnya agar risk taking capacity-nya
dapat meningkat. Karena setiap aktivitas pendanaan di Lembaga Keuangan Syariah
sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang ada.
IV. KESIMPULAN
Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) Lembaga Keuangan Syariah merupakan
sebuah lembaga keuangan yang mendapatkan ixin untuk melakukan kegiatan operasional
sebagai lembaga keuangan guna mengeluarkan produk dari keuangan syariah. Peluang
Lembag Keuangan Syariah adalah, jumlah penduduk di Indonesia bermayoritas islam,
keunggulan dari lembaga keuangan syariah sendiri, adanya dukungan dari pmerintah,
semakin tumbuh dan berkembangnya lembaga keislam
Selain memiliki peluang, Lembaga Keuangan Syariah juga memiliki tantangan untuk
menghadapi persaingan terhadap Lembaga Keuangan Konvensional. Adapun tantanganya
adalah, perlunya pengembangan kelembagaan, kurangnya sosialisasi dan promosi,
kurangnya perluasan pada jaringan kantor, perlunya peningkatan sumber daya manusia,
perlunya peningkatan modal.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali , Roifatus Syauqoti Mohammad . 2018. “Analisis Sistem Lembaga Keuangan
Syariah dan Lembaga Keuangan Konvensional”, Iqtishoduna Vol. 14 No. 1 Tahun 2018 .
Huda, Nurul ,Mohammad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan
Teoritis danPraktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Hidayat, Yayat Rahmat . 2018. “ Analisis Peluang Dan Tantanagn Lembaga Keuangan
Syariah Untuk Meningkatkan Daya Saing Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean”, Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol.2, No.2 ,Hlm. 176.
Mensari, Dian, Ahmad Dzikra, “Islam dan Lembaga Keuangan Syariah”, AL-
INTAJVol. 3, No. 1, Maret 2017Fakultas Ekoomi dan Bisnis IslamP-ISSN : 2476- 8774/E-
ISS : 2621-668X
Ndruru , Dayna Oklin Ndruru. 2019. Peluang Dan Tantanagn Lembaga Keuangan
Syariah Di Bengkulu, Bengkulu : IAIN Bengkulu.
Salman, Kautsar Riza. 2017. Akuntansi Perbankan Syariah : Berbasis PSAK Syariah.
Jakarta : PT. Indeks.
MEMPERKENALKAN MODEL INQUIRY LEARNING
DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI SYARIAH
RIDASARI, SE.,MM
Pengertian Dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing – Model
pembelajaran inquiry merupakan salah satu model pembelajaran yang berperan penting
dalam membangun paradigma pembalajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa.
Menurut Jauhar (2011), “inquiry berasal dari kata to inquiry yang berarti ikut serta atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi dan melakukan
penyelidikan”. Dimana inquiry juga dapat diartikan sebagai suatu proses bertanya dan
mencari tahu jawaban yang dipertanyakan. Pembelajaran inquiry bertujuan memberikan cara
bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual dan keterampilan proses
sains siswa.
Menurut (Dettrick, G.W, 2001) “melakukan pembelajaran dengan menggunakan inquiry
berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan
dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli
penelitian”. Dalam model inquiry guru akan merencanakan situasi sedemikian rupa sehingga
siswa didorong untuk menggunkan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk
mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian,
mambuat ramalan dan penjelasan yang menunjang pengalaman.
Model pembelajaran inqury terbagi menjadi dua yaitu: inquiry terbimbing (guided
inquiry) dan inquiry bebas atau inquiry terbuka (open-ended inquiry). Perbedaan antara
keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatan yang
akan dilakukan. Pada inquiry terbimbing guru membimbing siswa melakukan kegiatan
dengan memberikan pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu
diskusi. Inquiry terbimbing bisa dilakukan di awal proses pembelajaran untuk siswa yang
belum terbiasa, dan selanjutnya dapat diikuti dengan open-ended inquiry atau inquiry
terbuka. Inquiry terbuka yaitu guru bertindak sebagai fasilitator, dimana pertanyaan akan
diajukan oleh siswa dan pemecahannya pun dirancang oleh siswa sendiri.
Hasil dari pemecahan mungkin akan mengarah pada pertanyaan baru yang merupakan
pengembangan dari masalah sebelumnya. Model pembelajara inquiry yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran inquiry terbimbing. Inquiry terbimbing merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola pembelajaran kelas.
Pembelajaran inkuiry terbimbing merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa diberi
kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Menurut
Gulo, (2004: 84-85) berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.
Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Kuhlthau & Todd (2007) menyatakan inquiry terbimbing adalah pembelajaran inquiry yang
direncanakan, diawasi, diintervensi. Sund & Trowbridge (1973:67-68) menyarankan
penggunaan inquiry terbimbing, sebagai bentuk pelaksanaan yang menyediakan bimbingan
dan petunjuk yang luas, diberikan pada peserta didik yang belum berpengalaman dengan
pendekatan inquiry. Menurut Jauhar (2011: 64), pembelajaran inquiry terbimbing ada
beberapa ciri utama model pembelajaran inquiry yaitu:
a. Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
artinya menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan suatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self-
belief), artinya dimana guru hanya sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa,
yang dilakukan dengan proses tanya jawab.
c. Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, artinya
siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Langkah-langkah model inquiry terbimbing
Sutikno. (2014: 83) mengemukakan langkah-langkah model pembelajar inquiry terbimbing
sebagai berikut:
1. Orientasi. Merupakan langkah untuk membuat peserta didik menjadi peka terhadap
masalah dan dapat merumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian.
2. Rumusan hipotesis. Digunakan sebagai pembimbing atau pedoman di dalam
melakukan penelitian.
3. Definisi. Merupakan penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada di dalam hipotesis.
4. Eksplorasi. Dilakukan dalam rangka menguji hipotesis dalam kerangka validasi dan
pengujian konsistensi internal sebagai dasar proses pengujian.
5. Pembuktian. Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersangkut paut
dengan esensi hipotesis.
6. Perumusan generalisasi. Yaitu menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam
pemecahan masalah.
Demikian pembahasan tentang Pengertian Dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Inquiry Terbimbing semoga pembahasan ini dapat bermanfaat bagi anda dan jika
pembahasan ini di rasa bermanfaat bagi anda, silahkan share/bagikan artikel ini. Terima kasih
telah berkunjung.
KEBIJAKAN LUARAN BPJS DALAM PERSPEKTIF ISLAM
UTAMI NURHANINGSIH RAUF, S.Kep., Ns., MM
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hampir tidak ada satupun negara di dunia ini yang tidak
memprogramkan kemakmuran dalam bidang ekonomi bagi warga negaranya.
Semua politisi menjadikan pemberantasan kemiskinan sebagai isu sentral, baik
ketika masa kampanye, maupun sesudah menjadi kepala negara atau kepala
pemerintahan. Dalam pandangan Islam, kemiskinan itu sangat bisa mendekatkan kepada
kekafiran, sehingga harus diusahakan untuk dilenyapkan, minimal dikurangi. Sumber
yang paling pokok dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah dari zakat. Allah Swt.
berfirman:
Maka dari delapan golongan tersebut di atas yang berhak mendapat anggaran
belanja negara, urutan terdepan ditempati orang-orang fakir, sesudah itu orang-orang
miskin, dan seterusnya. Jadi, dalam APBN Madinah pengentasan kefakiran dan
kemiskinan termasuk dalam skala prioritas yang tinggi.
Selanjutnya, dalam pasal 15 Piagam Madinah atau ajaran Islam, menekankan
jaminan atau perlindungan Allah Swt. terhadap orang-orang yang lemah, dan orang-
orang Mukmin sebagian dari mereka wajib sebagai penolong dan pembela terhadap
sebagian lainnya.
Syariat Islam bukan hanya seruan keagamaan yang hanya mementingkan akhlak
dan pengaturan hubungan manusia dengan tuhannya, akan tetapi cakupan syariat islam
adalah komprehensif, termasuk didalamnya adalah masalah kehidupan, apalagi urusan
negara dan kebuuhan pokok yang merupakan urusan manusia.
Negara indonesia merupakan Negara dengan sistem Pemerintahan yang
Demokrasi untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya. Pemerintah dan badan
legislatif sebagai pengemban amanah rakyat melalui pemilihan umum bertanggung
jawab penuh atas kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran, pemerintah menetapkan berbagai macam kebijakan
dengan berbagai macam programnya. Jika suatu pemerintah, tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar rakyatnya, mereka akan menaburkan benih-benih kehancuran melalui
kegelisahan sosial dan ketidakstabilan politik.
Pengakuan jaminan sosial sebagai salah satu bagian dari Hak Asasi Manusia telah
dikejawantahkan oleh negara Republik Indonesia. Hal ini
B. TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Iuran kesehatan
Iuran kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk
menyelenggarakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Iuran kesehatan harus kuat, stabil, dan
selalu berkesinambungan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan, pemerataan,
efisiensi, dan efektifitas pembiayaan kesehatan itu sendiri. Pengertian Iuran tersebut
merujuk pada dua sudut pandang berikut:
a. Penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) yaitu besarnya dana
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta
dana operasional.
b. Pemakai jasa pelayanan (health consumer) yaitu besarnya dana yang
dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
5. Pelayanan BPJS
a. Jenis Pelayanan
Ada dua jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehataan (manfaat medis) serta akomadasi dan ambulan
(manfaat non medis). Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS setempat.
b. Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama tama harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Bila
peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus
dilakukan melelui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali
dalam keadaan kegawat daruratan.
c. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum ada fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat
guna memenuhi kebutuhan medissejumlah peserta, BPJS kesehatan wajib
memberikan kompensasi.
d. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi semua fasiltas kesehatan
yang menjalin kerja sama dengan BPJS.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun penelitian dilakukan pada tanggal 08 Maret s/d 08 Juni 2016.
Bertempatdi Pustaka Wilayah Kota Dumai.Yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah Iuran yang digunakan dalam BPJS Kesehatan, Yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah BAB V Pasal 19Ayat 3 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Yakni data yang bersumber dari Web BPJS Kesehatan. Data yang di ambil
dari web resmi BPJS Kesehatan. Adapun data premier adalah data yang di ambil
dari Al-Qur‟an, Hadits, Undang-undang dan peraturan lainya yang berhubungan
dengan pembahasan BPJS.
b. Sumber Data Sekunder
Yakni data yang di ambil dari beberapa literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian ini, seperti bahan-bahan yang bersangkutan dengan Hukum
Asuransi Kesehatan.
D. PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Iuran di kantor BPJS Kesehatan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial menjelaskan bahwa untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu
dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip kegotong
royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati- hatian,akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan
bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya
untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. 36 Dalam undang-undang
tersebut juga dikatakan bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, harus dibentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dengan Undang-Undang yang merupakan transformasi
keempat Badan Usaha Milik Negara untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan
sosial nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS bertujuan untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi
setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.
Untuk lebih lanjut akan dijelaskan pelaksanaan pembayaran iuran bagi anggota
BPJS kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan
menyebutkan, tentang Pembayaran Iuran pasal 16 ayat (3) Iuran Jaminan Kesehatan bagi
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan peserta bukan Pekerja dibayar oleh Peserta
yang bersangkutan, pasal 17 ayat (5) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang
dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan, Pasal
17A(1) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar
Iuran Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
setiap bulan.
Sanksi keterlambatan pembayaran iuran BPJS Kesehatan tertuang sebagai berikut :
Dalam hal terdapat keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan lebih dari 1
(satu) bulan sejak tanggal 10 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2)
dan dalam Pasal 17A ayat (1), penjaminan Peserta diberhentikan sementara.
Bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar kemampuan dan
kebutuhannya. Untuk saat ini sudah ditetapkan bahwa:
1. Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per
bulan.
2. Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orangper
bulan.
3. Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orangper
bulan.
Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan apabila
ada keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen dari total iuran yang
tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran iuran . Para pengurus
BPJS Kesehatan tengah mengkaji ulang beberapa peraturan presiden yang melandasi kerja
BPJS Kesehatan, mulai dari kenaikan iuran, prosedur berobat menggunakan bpjs untuk
bisa mendapatkan klaim hingga peraturan mengenai peserta yang telat membayar iuran
bpjs. Revisi peraturan tentang telat bayar iuran telah tertulis dalam peraturan presiden
Nomor 19/2016.
Pada peraturan sebelumnya pada pasal 17 ayat 5 Perpres 12/2013 tertera,
menyatakan bahwa bagi peserta yang telat membayar iuran bpjs akan dikenakan denda
maksimal 2% per bulan dari total tunggakan iuran yang tertanggung (Belum dibayar), dan
jika menunggak hingga 3 bulan maka status akan di nonaktifkan.Dalam aturan baru
terdapat perbagaan yaitu denda yang harus dibayar bagi peserta yang menunggak sebesar
2,5% dari dari biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak. Keterlambatan
pembayaran iuran lebih dari satu bulan sejak tanggal 10, penjaminan peserta diberhentikan
sementara.
Dalam waktu 45 hari sejak status kepesertaan aktif kembali, peserta wajib
membayar denda kepada BPJS Kesehatan untuk setiap pelayanan kesehatan rawat inap
yang diperolehnya. Denda yang dimaksud 2,5 persen dari biaya pelayanan kesehatan untuk
setiap bulan tertunggak, dengan ketentuan:
khususnya fakir miskin dan asnaf lainnya. Jaminan sosial dalam pengertian ini
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yangmemerlukan bantuan negara,
dengan tujuan sosial menurut syariat Islam, seperti pendidikan dan kesehatan bahkan
sandang dan pangan.
Melihat kenyataannya, sekarang peran pemerintah dalam memberikan jaminan
sosial, terutama bagi peserta mandiri, tenaga kerja, baik itu buruh kasar, karyawan
danpegawai beserta dengan keluarga yang menjadi tanggungannya tidak sejalan dengan
ajaran Islam, karena sistem yang diterapakan pemerintah adalah dengan menarik iuran
kepada para anggota BPJS yang ingin mendapatkan jaminan, sedangkan bagi yang tidak
menjadi anggota BPJS maka dia tidak berhak mendapatkan jaminan tersebut, pemerintah
terkesan memaksa dalam progam ini.
Dalam Islam iuran jaminan sosial ditanggung oleh suatu badan yang disebut Baitul
Mal, yang dananya di ambil dari para dermawan, orang-orang kaya dan kekayaan
yangdimiliki oleh sebuah negara. Instrumen pengumpulan dana tersebut diantaranya dapat
melalui zakat, wakaf dan sedekah.
Di Indonesia, melalui BPJS Kesehatan Pemerintah mengatur bahwa tiap Warga
Negara Indonesia wajibuntuk menjadi anggota BPJS kesehatan. Sedangkan untuk iurannya
Untuk PBI akan ditanggung oleh Pemerintah, Pekerja di tanggung oleh Perusahaan, dan
Mandiri ditanggung secara Pribadi sesuai dengan kemampuan. Melihat kenyataan di atas,
dalam hukum Islam iuran seyogyanya memang harus dibayarkan oleh negara melalui
badan-badan sosial yang telah dibuat olehpemerintah. Misalnya saja sekarang progam
yang dikeluarkan pemerintah melalui kementerian sosial, seperti kartu sehat, kartu
keluarga sejahtera dan kartu pintar.
Jika dari isi UU SJSN Pasal 1 yang berbunyi: Asuransi sosial adalah
suatumekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran
gunamemberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa pesertadan/atau
anggota keluarganya. Lalu Pasal 17 ayat (1): Setiap peserta wajib membayar iuran. (2)
Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang
menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada BPJS secara berkala.
Peraturan di atas seperti tidak sejalan dengan konsep jaminan sosial dalamIslam,
karena adanya pembayaran iuran yang bersifat wajib, tentu ini akanmenjadi beban bagi
peserta apalagi ada peserta minim penghasilannya. Bahkan jikapeserta BPJS lambat dalam
membayar iuran, maka dia akan diberhentikan darikeanggotaan BPJS kesehatan.
Pandangan syari‟ah terhadap BPJS Kesehatan :
c. BPJS bertujuan agar masyarakat saling membantu satu dengan yang lainnya.
Di dalam BPJS tidak selalu didapatkan unsur saling membantu (ta‟awun) dalam
arti yang sebenarnya. Karena tidak setiap peserta BPJS ketika membayar premi berniat
untuk membantu orang lain, bahkan cenderung demi kepentingan diri sendiri, agar jika
sakit, ia mendapatkan pelayanan yang maksimal dengan biaya minimal. Dengan sistem
tersebut, tidak selalu didapatkan orang kaya membantu orang miskin, justru pada
kenyataannya banyak orang kaya yang terbantu biaya pengobatannya dari iuran orang
miskin yang tidak sakit.
Bentuk ta‟awun yang dianjurkan adalah orang-orang kaya membantu orang-orang
miskin, tanpa mengharap timbal balik dari orang miskin. Hal itu bisa diwujudkan dalam
bentuk zakat, pajak, maupun pengumpulan dana sosial.
d. Dana yang terkumpul dari masyarakat dikembangkan oleh BPJS, baik dalam
bentuk investasi maupun di simpan di Bank-bank Konvensional, yang secara tidak
langsung juga mengambil keuntungan
Ini tertuang dalam UU BPJS/No.24 Th.2011, Pasal 11 dan UU SJSN/No. 40 th
2004, Pasal 1 ayat 7 serta Peraturan BPJS No.1/ 2014, Pasal 33 ). Ini juga disebutkan
dalam UU 24/2014, bahwa jaminan sosial harus disimpan dalam bank pemerintah yang
ditunjuk.Pelayanan yang diterima oleh peserta BPJS adalah hasil dari investasi Peserta
BPJS sengaja melakukan akad investasi yang di simpan di Bank-bank Konvensional,
kemudian hasilnya mereka terima berupa pelayanan kesehatan. Ini berbeda dengan dana
haji ataupun dana-dana lain dari pemerintah yang diterima masyarakat, karena di dalamnya
tidak ada akad investasi, tetapi hanya akad mendapatkan pelayanan, yang mana
masyarakat tidak mempunyai pilihan lain kecuali melalui pemerintah.Selain itu, di
dalam Asuransi Sosial tidak dibolehkan mengambil keuntungan kecuali sekedar gaji
bagi pengelola sesuai dengan kerjanya.
e. Peserta BPJS jika meninggal dunia, maka haknya untuk mendapatkan dana BPJS
gugur secara otomatis.
Pada dasarnya, seseorang yang mempunyai hak berupa harta benda atau sesuatu
yang bernilai, jika dia meninggal dunia, haknya tersebut akan berpindah kepada ahli
warisnya. Jika hak tersebut menjadi hangus, di sini ada unsur kezaliman dan unsur
merugikan pihak lain. Jika hal itu dianggap kesepakatan, tidak boleh ada kesepakatan yang
mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram, sebagaimana
dalam hadist Amru bin „Auf Al Muzani radhiyallahu „anhu bahwasanya Rasulullah
shallallahu
„alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Perdamaian diperbolehkan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.Dan kaum
muslimin boleh menentukan syarat kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram.”Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.
(Hadist Hasan Shahih Riwayat Tirmidzi)
Ini dikuatkan dengan hadist Aisyah radhiyallahu „anha bahwasanya
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :
“Setiap syarat yang tidak terdapat di dalam Kitab Allah adalah batil,
walaupun seratus syarat .“(HR Bukhari dan Muslim)
f. Memberikan sanksi atau denda bagi peserta yang menunggak atau terlambat
dalam membayar premi, sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan BPJS No.1/
2014, Pasal 35, ayat 4 dan 5.
Seseorang yang berutang dan terlambat dalam pembayarannya, tidak boleh dibebani
dengan membayar denda, karena ini termasuk riba yang diharamkan, kecuali jika dia
mampu dan tidak ada i‟tikad baik untuk membayar, maka – menurut sebagian ulama –
boleh dikenakan denda yang diperuntukkan sebagai dana sosial dan sama sekali tidak
boleh diambil manfaatnya oleh yang mengutangi. 50 Hal ini sesuai dengan hadits Ali
bahwasanya radhiyallahu „anha bahwasanya Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda :
“ Setiap pinjaman yang membawa manfaat (yang meminjamkan ) maka
dianggap riba “ ( HR. Baihaqi dan Hakim, berkata al-Bushairi di dalam Ittihaf al-
Khirah al-Mahirah ( 3/380 )
Sanadnya lemah karena di dalamnya terdapat Siwar bin Mush‟ab al- Hamdani.
Tetapi dia mempunyai penguat secara mauquf dari Fidhalah bin Ubaid)
Apakah denda tersebut masuk dalam kategori asy-Syarth al-Jazai (sarat bersangsi
), yaitu syarat berupa denda atas keteledoran dalam bekerja? Sebagian ulama
membolehkan memberikan sangsi atas keteledoran atau keterlambatan dalam bekerja,
tetapi tidak membolehkan denda di dalam utang piutang. Denda di dalam BPJS termasuk
dalam kategori denda karena utang piutang.
g. Belum ada badan pengawas syariah ( BPS ) dan belum ada audit oleh Dewan
Syariah Nasional ( DSN ) Belum menerapkan Asuransi Syariah
Aturan main yang diterapkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) saat
ini masih subhat (antara halal dan haram),
Dari Abi Abdillah An-Nu‟man bin Al-Basyir ra berkata, "Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu
jelas. Di antara keduanya adalah masalah yang mutasyabihat.Kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya.Siapa yang takut (berhati-hati) dari masalah yang
syubuhat baginya, maka dia telah terbebas demi agama dan kehormatannya.
Sedangkan orang yang jatuh dalam masalah syubuhat, dia jatuh ke dalam
perkara yang haram… (HR Bukhari dan Muslim).
Dari hadits tersebut dijelaskan apabila peserta BPJS yang kurang mampu (fakir)
membayar iuran kemudian yang mendapat manfaat dari iuran tersebut adalah orang
mampu atau orang kaya, maka BPJS menjadi subhat. Kalau orang tidak mampu kemudian
membayar iuran dan dipergunakan untuk orang-orang yang kaya itu jatuhnya subhat, BPJS
Dibenarkan menurut syari‟at, bila dibentuk oleh Pemerintah semata-mata untuk
menghimpun dana dari masyarakat untuk memberikan bantuan biaya pengobatan kepada
mereka yang membutuhkan (Asuransi Ta‟awuni / Ijtima‟i). Tidak dibenarkan menurut
syari‟at, bila dibentuk oleh Pemerintah atas dasar mendapatkan keuntungan (lahan bisnis)
karena termasuk Qimar (Judi).
Selain aturan pembayaran juga pengolahan dan penyimpanan yang dilakukan di
bank konvensional yang cenderung menghalalkan riba, menimbulkan keengganan bagi
jamaah Persis untuk menyimpan di bank konvensional tersebut.Sehingga diharapkan
penyimpanan dan pengelolaan iuran peserta dilakukan di bank syari‟ah.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
AL-QURAN
Abdul Mahmud ,Al-Mahmud Latif. At-Ta‟min al-Ijtima‟i Fi Dhanu‟i asy-Syari‟ah Al-
Islamiyah
Agustianto. BPJS dan Jaminan Sosial Syariah. http: //www. dakwatuna.
Com/2014/01/19/45011/bpjs-dan-jaminan-sosial-syariah/#axzz3KFEh1vln, Tanggal
10-10-2014, Jam. 09. 00
Alim, Muhammad. 2010. Asas-asas Negara Hukum Modern dalam Islam.
Yogyakarta: LKiS.
Asyhadiez, Zaeni. 2008. Aspek-aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Jakarta: Rajawali.
Chapra, Umer. 1997. Al-Quran Menuju Sistem Moneter Yang Adil. Yogyakarta: PT
Dana Bakti Prima Yasa.
I. PENDAHULUAN
Dalam literatur Islam, sangat jarang ditemukan tulisan tentang sejarah pemikiran
ekonomi Islam. Buku-buku sejarah Islam atau sejarah peradaban Islam sekalipun tidak
menyentuh sejarah pemikiran ekonomi islam klasik. Buku sejarah Islam lebih dominan
bermuatan sejarah politik.
Kajian yang khusus tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam adalah tulisannya
Muhammad Nejatullah Ash- Shiddiqi yang berjudul, Muslim Economic Thinking, A Survey
of contemporery literature, dan artikel yang berjudul, History of Islamics Thought. Buku dan
artikel tersebut ditulis pada tahun 1976. Paparannya tentang studi histori ini lebih banyak
bersifat diskriptif. Ia belum melakukan analisa kritik, khususnya terhadap “kejahatan”
intelektual yang dilakukan oleh ilmuan barat yang menyembunyikan peranan ilmuan Islam
dalam mengembangkan pemikiran ekonomi, sehingga kontribusi pemikiran ekonomi Islam
tidak begitu terlihat pengaruhnya terhadap ekonomi modern. Menurut Nejatullah Ash-
Shiddiqi, pemikiran ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim terhadap tantangan-
tantangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi Islam tersebut diilhami dan
dipandu oleh ajaran al-Qur’an dan sunnah juga oleh ijtihad dan pengalaman empiris mereka.
Pemikiran adalah sebuah proses kemanusiaan, namun ajaran alQur’an dan sunnah bukanlah
pemikiran manusia. Yang menjadi obyek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam bukanlah
ajaran al-Qur’an dan sunnah tentang ekonomi tetapi pemikiran para ilmuan Islam tentang
ekonomi dalam sejarah atau bagaimana mereka memahami ajaran al-Qur’an dan sunnah
tentang ekonomi. Obyek pemikiran ekonomi Islam juga mencakup bagaimana sejarah
ekonomi Islam yang terjadi dalam praktek historis Jadi, cakupan sejarah pemikiran ekonomi
Islam dalam tulisan ini adalah, pertama,sebelum membahas seputar pemikiran ekonomi
alangkah baiknya mengkaji seputar Islam dan sistem kehidupan. Kedua, membahas
kedudukan akal dalam Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ketiga, membahas the
great gap schumpeter, serta kontinuitas dalam sejarah ekonomi Islam.
IV. KESIMPULAN
Keragaman pemikir ini perlu ditelusuri jejak sejarahnya dikarenakan baik ekonomi
modern dan ekonomi islam tidaklah muncul dengan secara tiba-tiba, tetapi melainkan
kelanjutan dari warisan kebudayaan yang sudah ada. Apapun motivasi sehingga terus saja
melestarikan “The Great Gap” mungkin saja karena kekalahan dalam perang salib, atau
bahkan karena masih sangat kuatnya pembiasan eusentrik, hasilnya tidak akan
menguntungkan bagi sejarah pemikir ekonomi. Tanpa referensi kepada Al-Faribi (Alfarabus),
Ibn Sina (Avicenna), Ibn Rasyid (Averroes) dan Al-Ghazali (Algazel). Maka Thomas
Aquinas tidak dapat dipahami dengan benar. Dan juga kekosongan dalam sejarah pemikir
ekonomi tidak akan pernah terjawab dengan segala implikasinya terhadap pemahaman yang
bias bagi setiap generasi.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. Syafi’ie, 1999, Bank Syariah: Bankir dan Praktisi Keuangan, Bank
Indonesia dan Tazkia Institute, Jakarta.
Ma’shum,Muhammad,
Source:http://agustianto.niriah.com/2008/04/11/sejarahpemikira n-ekonomi-islam-1/
Nasution, Harun, 1986, Akal dan Wahyu Dalam Islam, UI Press, Jakarta.
Nawawi, Ismail, 2009, Ekonomi Islam Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek Hukum, Putra
Media Nusantara (PMN), Surabaya.
Karim, Adiwarman Azwar, 2010, Sejarah pemikiran Ekonomi Islam, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Mohammad, Toha. 2012. Kontribusi Islam pada Sains & Teknologi. Artikel Stain
Pamerkasan
Ibrahim, Hasan. 1989. Sejarah & Kebudayaan Islam. Yogyakarta
Badri Jatim. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. PT Gravindo Persada
Hewiyah, Jamal. Pemikiran dan Kontribusi Islam Dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi.
Jurnal IAIN Sunan Ampel.
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, “Qur’an Kemenag 2002”, Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia