Anda di halaman 1dari 103

LAPORAN DIKUSI PENGEMBANGAN

MAHASISWA PROGRAM STUDI EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AMANAH JENEPONTO
TAHUN 2019-2023
MATERI KEGIATAN DISKUSI BULANAN HMPS
“MODEL PEMBELAJARAN CLASSROOM MEETING PADA
PEMBELAJARAN MAHASISWA EKONOMI SYARIAH”
OLEH
Nurfitriani, S.E.,M.Ak
Tanggal, 20 Januari 2020
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia
sebagai sebuah pondasi dalam melakukan sebuah perbuatan, dan sebagai
pengetahuan bagi seseorang untuk menjadi yang lebih baik dan mampu
mengembangkan akal pemikiran yang dimiliki agar tidak melakukan perbuatan-
perbuatan yang dilarang. Pembelajaran merupakan proses berpikir peserta didik
dalam sebuah proses pembelajaran dalam pendidikan baik formal maupun non
formal yang nantinya peserta didik dapat mengetahui sesuatu yang belum diketahu
melalui pembelajaran yang diberikan oleh seorang pendidik, baik dalam bentuk
transfer of knowlwdge, transfer of value, transfer of skill pada peserta didik untuk
menunjang pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru dalam proses pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting
dalam peranan proses pembelajaran karena guru harus dapat memberikan sebuah
bimbingan, arahan, perencanaan, pengelolaan yang baik dalam proses
pembelajaran agar peserta didik dapat merasa senang dan tertarik untuk belajar.
Selain itu guru juga harus mampu memilih metode atau model pembelajaran apa
yang cocok bagi peserta didiknya, agar pembelajaran lancar serta dapat membuat
peserta didik menjadi aktif dan dapat mengembangkan kreativitas yang dimiliki.
Pembelajaran yang efektif merupakan sebuah pembelajaran yang mampu
memberikan sebuah hasil yang ingin dicapai oleh para guru dalam proses belajar
mengajar, serta memberikan sebuah pemahaman yang mudah di pahami oleh
peserta didik.
Model pembelajaran merupakan komponen yang penting dalam proses
pembelajaran, dengan menggunakan model pembelajaran yang cocok bagi materi
yang akan disampaikan dan membuat pembelajaran berlangsung dengan aktif maka
hal tersebut dapat terlaksana dengan baik dan mampu mencapai sebuah tujuan
yang telah direncanakan sebelumnya. Salah satunya dengan penggunaan model
pembelajaran classroom meeting. Model pembelajaran classroom meeting adalah
model pembelajaran dalam kelas yang suasana dalam pembelajarannya bersifat
aktif dan pembelajaran yang disampaikan oleh guru akan mempermudah para
peserta didik untuk memahami dan menyerap materi yang telah diajarkan.
Model ini dipelopori oleh William Glasser. Model pertemuan kelas ini
memandang bahwa kekacauan psikologis yang dialami seseorang terjadi karena
kegagalan fungsi sosialnya. Glasser percaya bahwa tiap manusia mempunyai dua
kebutuhan dasar yaitu cinta dan harga diri. Jadi model pertemuan kelas merupakan
model pembelajaran yang bertujuan untuk membangun suatu kelompok sosial yang
saling menyayangi, menghargai, mempunyai disiplin diri, dan komitmen untuk
berprilaku positif. Model pertemuan kelas ini dapat dilakukan maksimal tiga kali
dalam sehari. Tapi, biasanya sekali sehari sudah cukup tergantung dari
permasalahan yang dihadapi.
Menurut Glasser terdapat 3 (tiga) tipe pertemuan kelas yang berbeda-beda
fokusnya yakni sebagai berikut:
1. Pertemuan pemecahan masalah (menyangkut diri sendiri dengan masalah
tingkahlaku dan masalah social, tetapi dapat pula mengenai persahabatan,
kesendirian dan pilihan jurusan)
2. Pertemuan open-ended (pebelajar diberikan pertanyaan-pertanyaan pemikiran
provokatif yang berkaitan dengan kehidupan mereka)
3. Pertemuan diagnosis pendidikan.
Model pembelajaran classroom meeting adalah model pembelajaran personal
perhatian utamanya pada emosional peserta didik untuk mengembangkan hubungan
yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik
yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta mampu memproses
informasi secara selektif. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi
kelas yang kondusif, baik emosional maupun intelektual. Model pembelajaran
personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a. Pembelajaran non-direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan
perkembangan pribadi (kedasaran diri, pemahaman, dan konsep diri)
b. Latihan kesadaran, bertujuan untukmeningkatkan kemampuan interpersonal atau
kepedulian;
c. Sintetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah-
masalah secara kreatif;
d. Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
Model pembelajaran pertemuan kelas dilaksanakan untuk melakukan
perkembangan pemahaman diri dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan
kelompok sosial. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran
classroom meeting antara lain:
Tahap 1 Desain Ruangan
a. Guru meminta peserta didik duduk melingkar. Ini dilakukan untuk mendorong
partisipasi dan memungkinkan kelompok bias melihat kelompok yang lain.
b. Guru bisa mencari variasi lain dalam merancang posisi duduk peserta
didiknya. Intinya peserta didik harus ditempatkan dalam pola yang benar-
benar produktif.
Tahap 2 Alokasi Waktu
a. Guru mengalokasikan waktu sekitar 10 hingga 20 menit untuk peserta didik
muda, dan 30 hingga 45 menit untuk peserta didik yang lebih dewasa
b. Pada tahap ini diskusi antar peserta didik tidak boleh melebihi waktu yang
ditentukan. Aturan soal waktu ini bias mencegah mereka untuk melangkahi
tanggung jawabnya sendiri dan hak orang lain untuk berbicara.
Tahap 3 Implementasi
a. Guru membuka meeting dengan meminta peserta didik mendiskusikan
topik seputar perilaku, emosi, atau masalah-masalah yang terkait. Aturan-
aturan yang berkaitan dengan bahasa kasar, komentar-komentar yang
keras, atau hal-hal lain seharusnya sudah disepakati bersama. Serta
aturan mengenai kesempatan berbicara juga penting.
b. Jika ada seseorang yang memonopoli percakapan guru sebaiknya segera
memanggil peserta didik lain untuk berbicara atau bertanya pada peserta
didik lain apakah mereka melihat bahwa peserta didik tadi sudah
memonopolisasi pembicaraan. Guru membimbing peserta didik menuju
resolusi permasalahan yang diangkat.
Tahap 4 Rekognisi
a. Guru memberi penghargaan atas partisipasi peserta didik yang luar
biasa dalam pelaksanaan Classroom meeting
Pengajaran ini suasananya berlangsung positif guru tidaklah boleh
menghakimi siapa pun dalam interaksinya dengan peserta didik, karena para
peserta didik didorong untuk secara konstruktif berhadapan dengan peserta didik
lain dengan cara yang respek dan hormat-menghormati. Pelaksanaan pengajaran
classroom meeting ini guru harus mendorong agar diskusi bisa sampai pada solusi-
solusi dan jalan alternatif sehingga nantinya dalam proses pembelajaran tidak terjadi
adanya hal-hal yang menyudutkan atau menghakimi siapapun termasuk peserta
didik. Intinya para peserta didik dalam proses pelaksanaan model pembelajaran
classroom meeting harus didorong untuk mencari pemecahan masalah secara
mendalam dan nantinya dengan pemecahan masalah tersebut dapat diambil sebuah
nilai positif yang dapat dijadikan sebuah landasan bagi para peserta didik untuk
berprilaku.
Proses pelaksanaan model pembelajaran classroom meeting peran guru
sangat penting antara lain:
1. Menekankan tanggung jawab
2. Membuat aturan-aturan yang menentukan pada kesuksesan
3. Tidak menghakimi
4. Menghargai solusi dan pendapat peserta didik
5. Menawarkan alternatif-alternatif yang sesuai
6. Menawarkan review yang berkelanjutan
Guru atau fasilitator pelatih dalam kehidupan peserta didik, harus
memberikan respek atau perhatian terhadap harga diri peserta didik dan harus
menciptakan suatu situasi di mana peserta didik lain saling berbagi dalam
keterlibatan ini. Harus jelas bagi peserta didik bahwa guru atau fasilitator pelatih
memperhatikan mereka dan memperhatikan minat-minat dasarnya.
Peran guru dalam pembelajaran classroom meeting pada mata pelajaran
Akidah Akhlak adalah sebagai fasilitator peserta didik yang dapat membimbing dan
mengarahkan peserta didik untuk dapat melakukan pemecahan masalah secara
efektif berdasarkan materi yang dibahas dalam proses pembelajaran berlangsung.
Guru atau fasilitator dalam proses pembelajaran harus bersifat hangat dan
mendukung, namun perlu juga menekankan pada peserta didik untuk dapat
berpendapat tentang materi yang akan diajarkan, sehingga nantinya peserta didik
dapat mempertimbangkan nilai dan komitmennya sehingga peserta didik menjadi
bertanggung jawab terhadap perilakunya untuk memperoleh jati diri yang sesuai
dengan kepribadiannya.
Berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan
sangat kompleks didalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk
mengantarkan peserta didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap
rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi
kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggungjawabnya.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
classroom meeting agar para peserta didik tidak merasa bosan dalam proses
pembelajaran maka seorang guru dapat melakukan teknik-teknik pembelajaran
sebagai berikut:
1. Terlibat dalam permainan peran dengan klien
2. Menggunakan humor
3. Mengkonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun
4. Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi
tindakan
5. Bertindak sebagai model atau guru
6. Memasang batasan-batasan dan menyusun situasi terapi
7. Melibatkan diri dari klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif.
Penggunaan teknik pembelajaran classroom meeting tersebut dapat memberikan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan motivasi belajar bagi
para peserta didik untuk lebih memperhatikan dan mendengarkan guru dalam
menyampaikan materi serta mampu mengajak para peserta didik untuk mengikuti
keterlibatan dalam proses pembelajaran, serta dengan adanya teknik tersebut akan
mempermudah guru untuk melaksanakan pembelajaran diskusi dalam kelas yang
nantinya akan berjalan dengan efektif dan para peserta didik dapat mudah untuk
menerima materi yang guru sampaikan. Model pembelajaran classroom meeting
pada mata pelajaran dapat memberikan manfaat yang positif bagi peserta didik
antara lain:
1. Akan terciptanya rasa memiliki dalam diri peserta didik
2. Motivasi peserta didik untuk bekerja atas nama kelompok
3. Sharing bantuan dari peserta didik yang lebih pandai kepada peserta didik yang
kurang pandai;
4. Kecenderungan siswa untuk tidak terlalu bergantung pada guru tetapi lebih
mengandalkan kerja sama dan bantuan dari teman-temannya untuk mencapai
solusi atas suatu permasalahan tertentu.
MATERI DISKUSI BULANAN HMPS
“ MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING PADA PEMBELAJARAN
MAHASISWA EKONOMI
OLEH
Dr. Rafid, S.E.,M.M
Tanggal, 20 Februari 2020
Istilah yang umumnya dikenal dalam kegiatan belajar mengajar adalah
pendekatan, model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
teknik pembelajaran, dan keterampilan mengajar. Model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan
berdasarkan teori. Digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran terkait dengan pemilihan
strategi dan pembuatan struktur metode, keterampilan, dan aktivitas peserta didik.
Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks
pembelajaran, dimana dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
Pembelajaran dilakukan dengan cara meningkatkan aktivitas belajar bersama
sejumlah peserta didik dalam satu kelompok. Aktivitas pembelajaran kooperatif
menekankan pada kesadaran peserta didik untuk saling membantu mencari dan
mengolah informasi, mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini
dilakukan agar semua anggota kelompok bertanggung jawab dalam belajar, (Sani,
2013)
Johnson and Johnson (1998) dalam (Huda, 2014) menyajikan defenisi
ringkas tentang kooperasi dan pembelajaran kooperatif serta membedakannya
dengan pembelajaran kompetitif dan individual. Menurut Johnson and Johnson,
pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish shared goals
(bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama). Setiap anggota sama-sama
berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota
kelompok. Pembelajaran kooperatif dalam konteks pengajaran, sering didefinisikan
sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil. Kelompok kecil tersebut terdiri dari
peserta didik yang dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan
pembelajarannya serta pembelajaran peserta didik lain.
Pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok
peserta didik tersebut. Guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok
kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-
sama. Kelompok-kelompok kooperatif diharapkan dapat memaksimalkan
pembelajaran peserta didik itu sendiri dan pembelajaran teman-teman satu
kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari
apa yang diberikan dan membantu teman-teman satu anggota kelompoknya untuk
mempelajarinya juga. Konsekuensi positif dari pembelajaran kooperatif adalah
peserta didik diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka.
Peserta didik harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya, dapat
membangun komunitas pembelajaran (learning community) yang saling membantu
satu sama lain dalam lingkungan pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana peserta didik bekerja sama
dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.
Sintaks model pembelajaran kooperatif secara umum disajikan dalam Tabel
2.1 berikut.
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Aktivitas Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan Pendidik menyampaikan tujuan pelajaran yang
dan memotivasi peserta ingin dicapai dan memotivasi peserta didik untuk
didik belajar
Fase 2
Pendidik menyajikan informasi kepada peserta
Menyajikan informasi
didik
Fase 3
Mengorganisasikan
Pendidik membagi peserta didik dalam kelompok
peserta didik ke dalam
atau menjelaskan kepada peserta didik
kelompok-kelompok
bagaimana cara membentuk kelompok belajar
belajar
Fase 4
Membimbing kelompok Pendidik membimbing kelompok-kelompok belajar
bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase 5 Pendidik mengevaluasi hasil belajar atau masing-


Evaluasi masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6
Pendidik menilai dan memberikan penghargaan
Memberikan
atas upaya dan hasil belajar individu serta
penghargaan
kelompok

Model atau tipe Jigsaw dikembangkan berdasarkan metode yang


dikembangkan oleh Aronson. Kelompok belajar dibagi dalam dua kategori, yaitu
kelompok ahli (expert group) dan kelompok asal (home group). Pendidik
memberikan permasalahan pada kelompok asal, kemudian peserta didik dipecah
kedalam kelompok ahli. Pembagian kelompok mengikuti pola sebagai berikut.
Kelompok Asal A1 B1 C1 A2 B2 C2 A3 B3 C3
(Home Group)
Kelompok Ahli
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
(Expert Group)
Gambar 2.1: Pembagian Kelompok Kooperatif Tipe Jigsaw
Materi pembelajaran dibagi menjadi beberapa bagian dan masing-masing
dipelajari oleh kelompok ahli. Misalnya pada pertemuan pertama, materi dibagi
menjadi lima sub materi. Sub materi untuk kelompok ahli satu adalah jenis-jenis
aliran, sub materi untuk kelompok ahli dua adalah jenis-jenis garis alir. Sub materi
untuk kelompok ahli tiga adalah debit suatu fluida, sub materi untuk kelompok ahli
empat adalah konsep asas kontinuitas. Kelompok ahli lima diberi sub materi
penurunan persamaan asas kontinuitas.
Anggota kelompok tim ahli harus memahami materi yang didiskusikan agar
dapat menjelaskan materi tersebut di kelompok asal. Peserta didik kembali ke
kelompok asal setelah memahami materi untuk menjelaskan sub materi tersebut
pada waktu yang ditentukan. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab
terhadap penguasaan anggota kelompok lainnya untuk menghadapi evaluasi atau
menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru.
Berikut adalah prosedur pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:
1. Peserta didik dikelompokkan ke dalam tim-tim yang terdiri atas beberapa orang
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3. Anggota dari tim yang berbeda telah mempelajari bagian/subbab yang sama
bertemu dalam kelompok ahli untuk mediskusikan subbab bagiannya.
4. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota tim kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang
mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-
sungguh.
5. Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
6. Guru memberi evaluasi.
7. Penutup.
Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditentukan
berdasarkan kemampuan peserta didik. Setiap kelompok terdiri dari komunitas yang
heterogen baik dari segi kemampuan akademik, jenis kelamin, suku, dan lainnya.
Setiap anggota tim memiliki tanggung jawab dalam mempelajari bahan ajar melalui
tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
MATERI KEGIATAN DISKUSI BULANAN HMPS
“MODEL INTEGRATED LEARNING PADA MAHASISWA EKONOMI SYARIAH”
OLEH
Kamaruddin, S.T., M.M
Tanggal 24 Maret 2020

Model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan


pendekatan antar bidang studi. Untuk membuat tema, guru harus menyeleksi
terlebih dahulu konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam
satu tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket
pembelajaran bertema.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna
karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang sudah mereka pahami. Fokus perhatian pembelajaran terpadu
terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi
pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus
dikembangkannya (Aminuddin, 1994).
Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat
dilihat sebagai: 1. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai
mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak. 2. Suatu cara untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan). Merakit atau
menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda,
dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna. Pembelajaran
yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest)
yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal
dari mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya. Secara
umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengem- bangan
perkembangan kemampuan siswa secara optimal, karena itu dibutuhkan peran aktif
siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat
pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya
kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya. Pembelajaran
terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna pada pembelajaran
terpadu artinya, siswa akan memahami konsep- konsep yang mereka pelajari itu
melalui pengalaman langsung dan menghubung- kan dengan konsep yang lain yang
sudah mereka pahami.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali
dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan
otentik. Adapun Pengertian Integrated Learning (pembelajaran terpadu) menurut
beberapa pakar pembelajaran terpadu:
Menurut Atkinson (1989) pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi
salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang
bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan
dan bermakna bagi anak. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran
terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari
merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan
terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil
pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991) menyatakan tentang pembelajaran
terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or
exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan
bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam
mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari
satu bidang studi pada waktu yang sama.
Integrated learning merupakan pendekatan belajar mengajar yang
memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik
(Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori
pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan
dan struktur intelektual anak. Langkah awal dalam melaksanakan integrated learning
adalah pemilihan/ pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru
mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik
atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan
dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses
pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat
buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak
untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka.
Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan
sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran
alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk
dasar kemampuan pembelajaran abstrak. Berdasarkan uraian di atas maka
pembelajaran terpadu sebagai berikut:
1. Pembelajaran dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan
untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain baik berasal dari bidang studi
yang bersangkutan ataupun lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi
yang mencerminkan dunia nyata disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan
perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara
simultan.
4. Menggabungkan sebuah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda
dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi
pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk
menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna
bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa
mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan
pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan
belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6) dalam Ahmad,
(2010) menyatakan tentang pentingnya pembelajaran terpadu sebagai berikut:
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the
driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya
anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian,
siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang
sama. Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan
perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam 17 proses
pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan
meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan
yang holistic, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan
belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp
(1992:7) dalam Ahmad (2010) menyatakan proses pembelajaran hendaknya
menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan
pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil
maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri,
melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.
Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk
mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian- kejadian, fakta,
dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar
kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak
digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh
dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya pendekatan pembelajaran
terpadu, yaitu:
1. Dunia anak adalah dunia nyata.
2. Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/objek
lebih terorganisir.
3. Pembelajaran akan lebih bermakna.
4. Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri.
5. Memperkuat kemampuan yang diperoleh.
6. Efisiensi waktu.
Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam integrated learning yaitu
meliputi :
1. Prinsip penggalian tema
 Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
memadukan banyak bidang studi.
 Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
 Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
 Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat
anak.
 Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik
yang terjadi dalam rentang waktu belajar.
 Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku,
serta harapan dari masyarakat.
 Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber
belajar.
2. Prinsip pelaksanaan integrated learning
 Guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi
pembicaraan dalam proses belajar mengajar,
 Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok,
 Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam poses perencanaan.
3. Prinsip evaluasi dan
 Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping
bentuk evaluasi lainnya.
 Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
disepakati dalam kontrak.
4. Prinsip reaksi.
Dampak pengiring (nuturan efec) yang penting bagi perilaku secara sadar
belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru
dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga
tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap
reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi
ke suatu kesatuan utuh dan bermakna. Waktu pelaksanaan integrated learning bisa
bermacam-macam yaitu :
 Integrated learning yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila
materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu.
 Integrated learning bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat
situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur,
pelaksanaan integrated learning secara spontan memiliki karakteristik dengan
kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak- kotak
berdasarkan mata pelajaran. Walaupun demikian guru tetap harus
merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model jaring
laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan integrated learning secara
spontan.
 Ada pula yang melaksanakan integrated learning secara periodik, misalnya
setiap akhir minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah dirancang
secara pasti.
 Ada pula yang melaksanakan integrated learning sehari penuh. Selama satu
hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang
diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.
Pembelajaran ini dikenal dengan istilah “integrated day “ atau hari terpadu.
Diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek
kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainnya yang dapat menunjang
terlaksananya integrated learning. Dalam tahap perencanaan guru memberikan
arahan kepada murid tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, cara pelaksanaan
20 kegiatan, dan cara siswa memperoleh bantuan guru. Implikasi dari integrated
learning, bentuk hari terpadu, guru harus menentukan waktu maupun jumlah hari
untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dan dapat diisi dengan kegiatan integrated
learning model jaring laba-laba. Integrated learning yang terbentuk dari tema sentral.
Implementasinya menuntut dilakukannya pengorganisasian kegiatan yang telah
terstruktur. Pengorganisasian pada awal kegiatan mencakup penentuan tema
dengan mempertimbangkan alat, bahan, dan sumber yang tersedia, jenis kegiatan
serta cara guru membantu siswa. Untuk pelaksanaanya guru bekerjasama dengan
guru kelas lainnya dalam merancang kegiatan belajar mengajar dengan memilih
tema sentral transportasi dalam kehidupan.
Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Integrated Tahap ini
merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagai unsur inti dari
aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-
rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Secara prosedural
langkah-langkah kegiatan yang ditempuh diterapkan ke dalam tiga langkah sebagai
berikut:
a. Kegiatan awal/Pembukaan (Opening)
Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran adalah Pertama, untuk menarik
perhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti meyakinkan siswa
bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk
dirinya; melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa; melakukan
interaksiyang menyenangkan. Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa,
yang dapat dilakukan dengan cara seperti membangun suasana akrab sehingga
siswa merasa dekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara
kekeluargaan; menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk
mempelajari suatu kasus yangsedang hangat dibicarakan; mengaitkan 41 materi
atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa. Ketiga,
memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan
dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara seperti mengemukakan tujuan
yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya
dengan pencapaian tujuan (Sanjaya, 2006: 41).

b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam
kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui
berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multi metode dan media
sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pada waktu
penyajian dan pembahasan tema, guru dalam penyajiannya sehendaknya lebih
berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988). Selain itu guru harus pula mampu
berperan sebagai model pembelajar yang baik bagi siswa. Artinya guru secara
aktif dalam kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan siswa dalam
mempelajari tema atau sub tema yang sedang dipelajari. Peran inilah yang
disebutkan oleh Nasution (2004: 4) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian pada langkah kegiatan inti
guru menggunakan strategi pembelajaran dengan upaya menciptakan
lingkungan belajar sedemikian rupa agar murid aktif mempelajari permasalahan
berkenaan dengan tema atau subtema. Pembelajaran dalam hal ini dilakukan
melalui berbagai kegiatan agar siswa mengalami, mengerjakan, memahami atau
disebut dengan belajar melalui proses (Wijaya, dkk: 1988) Untuk itu maka
selama proses pembelajaran siswa mengamati obyek nyata berupa benda nyata
atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan,
berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya
dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran
hendaknya guru selalu 42 memberikan umpan agar anak berusaha mencari
jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru melalui
pertanyaan-pertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk berfikir dan
mencari solusi melalui kegiatan belajar.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan
pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta
keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Cara yang dapat
dilakukan guru dalam menutup pembelajaran adalah meninjau kembali dan
mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau
kembali dapat dilakukan dengan merangkum inti pelajaran atau membuat
ringkasan. Sedangkan dalam kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan
bentuk-bentuk mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide-ide baru
pada situasi lain, mengekspresikan pendapat murid sendiri atau mengerjakan
soal-soal tertulis (Hadisubroto dan Herawati; 1998 517). Berkaitan dengan
evaluasi Vogt (2001:7) menyebutkan bahwa assessment dapat dilaksanakan
secara kolaboratif dan sportif antara siswa dan guru. Assessment dapat
dilakukan secara formal maupun informal. Formal assessment dapat berupa tes
khusus seperti membaca, menulis dan penggunaan bahasa, sedangkan informal
assessment berkaitan dengan kemajuan siswa yang dapat dilakukan melalui
catatan anekdot, observasi, diskusi kelompok, refleksi dan laporan kelompok
belajar. Self assessment bagi siswa akan membantu untuk dapat mengukur
kemajuan diri. Mereka juga dapat mengetahui apa yang telah mereka pelajari.
Caranya dapat menggunakan checklist, refleksi tertulis, journal.
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai
berikut:
 Pembelajaran terpusat pada anak Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai
pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran
terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan
keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok.
Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan
perkembangannya.
 Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan Pembelajaran
terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang
membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa,
sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari
siswa. Hasil nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan
keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibat-
kan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan dapat
berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajar
pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan.
 Belajar melalui proses pengalaman langsung Pada pembelajaran terpadu
diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan
prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan
kegiatan secara langsung, sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya
secara langsung dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan
sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai
fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai, sedangkan
siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya.
 Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata Pada pembelajaran
terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing)
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses 44 pembelajaran, yaitu
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran
terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampuan
siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-
menerus.
Syarat dengan muatan keterkaitan Pembelajaran terpadu memusatkan
perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari
beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak,
sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari
segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak
dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti
menurut Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa:
a. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
b. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran
c. Bersifat luwes
d. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak
e. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
f. Outentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi
outentik.
g. Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.
Kelebihan Model Integrated, yaitu:
1. Adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan
memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide
penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa,
pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan berkembang.
2. Model integrasi membangun pemahaman di seluruh mata pelajaran sehingga
menambah pengetahuan.
3. Memberi kemudahan kepada siswa dalam mempelajari materi yang berkaitan
karena fokus terhadap isi pelajaran.
4. Satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa menjadi kaya
akan pengetahuan dari apa yang telah diajarkan guru melalui model integrated.
5. Memotivasi siswa dalam belajar.
Kekurangan Model Integrated, yaitu:
1. Terletak pada guru, yaitu guru harus menguasai konsep, sikap, dan keterampilan
yang diperioritaskan.
2. Penerapannya, yaitu sulitnya menerapkan tipe ini secara penuh.
3. Tipe ini memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam perencanaannya maupun
pelaksanaannya.
4. Pengintegrasian kurikulurn dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang
studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.
MODEL PEMBELAJARAN CONTRUCTIVE LEARNING

Disampaikan dalam kegiatan Diskusi Bulanan Himpunan Mahasiswa Program Studi


EKONOMI SYARIAH
Tanggal 16 April 2020

OLEH
Indah Angraeni Bahtiar, S.E.,M.Si

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL AMANAH JENEPONTO
2020
MATERI DISKUSI BULANAN HMPS
“MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LEARNING
PADA MAHASISWA EKONOMI SYARIAH”
OLEH
Ridasari. S.E.,M.M
Tanggal 15 Mei 2020
Kata “Inquiry” berasal dari bahasa inggris yang berarti mengadakan
penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan
Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti
pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Sumantri (1999:164), menyatakan
bahwa metode inquiry adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa,
dan menempatkan siswa dalam suatu peran yang menuntut inisiatif besar dalam
menemukan hal-hal penting untuk dirinya sendiri. Menurut Carin and sund dalam
Ahmadi (2005:108), metode inquiry didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki masalah secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuan mereka dengan rasa percaya diri.
Trowbridge & Bybee (1986) mengemukakan “Inquiry is the process of defining and
investigating problems, formulating hypotheses, designing experiments, gathering
data, and drawing conculations about problems”.
Menurut mereka inquiry adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki
masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan
data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut,
dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan atau
suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan
secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah. Inquiry
pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena inquiry
menuntut peserta didik untuk berpikir. Metode ini menempatkan peserta didik pada
situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Meskipun metode ini
berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peran penting
sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring
peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadangkala guru perlu menjelaskan,
membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi, melontarkan pertanyaan,
memberikan komentar dan saran kepada peserta didik.
National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan inkuiri sebagai
aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa
buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui;
merencanakan investigasi; memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut
bukti eksperimen; menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan
menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta
mengkomunikasikan hasil. Inkuri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan
logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif. Alfred Novak (Haury,
1993) mendefinikan bahwa “inquiry merupakan usaha manusia untuk menjelaskan
secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu”. Dengan kata
lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif pencarian
pengetahuan untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).
Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu
pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau
mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan IBL selalu
mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang
disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa
diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman
dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.
Inquiry Based Learning (IBL) adalah sebuah teknik mengajar di mana guru
melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara bertanya,
aktivitas problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan banyak waktu
dalam persiapannya. Inquiry Based Learning biasanya berupa kerja kolaboratif.
Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok diberi sebuah
pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan semua anggota kelompok
bekerja bersama mengembangkan proyek berdasarkan pertanyaan tersebut untuk
menemukan jawabannya. Karena inquirybased learning berbasis pertanyaan, maka
guru harus menyiapkan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga siswa dapat
mengembangkan pikirannya. Siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba
menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Lebih dari itu, jika siswa juga diberi
kesempatan untuk mengukur kemajuan belajarnya sendiri, maka hal ini akan
membantu mereka belajar.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa inkuiri
merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, megumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri ini
siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan masalah yang
diberikan guru.
Karakteristik Model Inquiry Based Learning ini berangkat dari asumsi bahwa
sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahunanya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan
kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk
mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan dan
indraindra lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran
inkuiri ini, yaitu :
a. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
menari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan
demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.
Tujuan utama pembelajaran melalui model Inquiry Based Learning ini adalah
menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan
berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban
atas dasar rasa ingin tahu mereka. Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif
manakala :
1. Siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin
dipecahkan
2. Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang
sudah jadi
3. Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu
4. Guru akan mengajar sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan
kemampuan berpikir.
5. Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak.
6. Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.
Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari
pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan
demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar.
b. Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses
interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru,
bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan
pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk bertanya
dalam 19 setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu, pada
pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu
bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang
dipelajarinya.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta,
akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran
yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk
memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
Secara umum, langkah-langkah model inkuiri based learning sebagai berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru
merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan
masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa
untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah, tanpa kemauan dan kemampuan maka proses
pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu. Dikatakan tekateki dalam rumusan masalah yang ingin
dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu
melalui proses tersebut siswa akanmemperoleh pengalaman yang
sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui
proses berpikir.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang
perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh,
sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.
Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan
akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan
hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh
data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
Gulo (2005) menyatakan bahwa inquiry tidak hanya mengembangkan
kemampuan dan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk
pengembangan emosional dan ketrampilan inquiry merupakan suatu proses yang
bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis , mengumpulkan data,
menganalisis data dan membuat kesimpulan Di dalam sistem belajar-mengajar ini,
guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuknya yang final, tetapi peserta
didik yang diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan
mempergunakanteknik pendekatan pemecahan masalah.
Secara garis besar prosedurnya sebagai berikut: Stimulation : Guru mulai
dengan bertanya mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca
atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Problem statement :
peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak
mungkin memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan.
Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam pertanyaan atau
hipotesis (pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan tersebut). Data
collection : untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis
itu.peserta dididk diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, dengan jelas membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai
narasumber, mencoba (uji coba) sendiri dan sebagainya. Data processing : semua
informasi (hasil bacaan wawancara, observasi, dan sebagainya) itu diolah diacak
diklasifikasikan, ditabulasikan, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Verification : berdasarkan
hasil olahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut (available information),
pertanyaan atau hipotesis yang dirumuskan terlebih dahulu kemudian dicek, ataukah
apakah terjawab atau, dengan kata lain terbukti atau tidak. Generalization : tahap
selanjutnya, berdasarkan hasil verifikasi tadi siswa belajar menarik generalisasi/
kesimpulan tertentu.
Adapun kelebihan model pembelajaran dengan pendekatan IBL ini menurut
Roestiyah (2001: 76-77) yakni sebagai berikut:
a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
c. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap
obyektif, jujur dan terbuka.
d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f. Situasi proses belajar menjadi merangsang.
g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri
i. Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional.
j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Disamping kelebihan yang telah disebutkan diatas, pendekatan IBL juga
mempunyai kekurangan antara lain:
a. Diharuskan adanya kesiapan mental pada siswa.
b. Perlu adanya proses penyesuaian/adaptasi dari metode tradisional ke
pendekatan ini.
MATERI DISKUSI BULANAN HMPS
“MENGENAL MODEL QUANTUM LEARNING
PADA MAHASISWA EKONOMI SYARIAH”
OLEH
Rinaldo, S.E.,M.M
Tanggal 22 Juni 2020

Pengertian dan Masalah Belajar


Belajar adalah pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah
dimiliki peserta belajar. Struktur kognitif dimaknai oleh Ausubel sebagai fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh
peserta belajar. Pada dimensi kedua ini, “belajar bermakna” terjadi jika peserta
belajar dapat menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan
(berupa konsepkonsep dan lain-lain) yang telah dimilikinya. Namun demikian, jika
peserta belajar hanya mencoba-coba menghapalkan informasi baru itu tanpa
mengkaitkannya dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya,
maka dalam hal ini yang terjadi hanyalah “belajar hapalan”.
Suatu poses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Hal ini dapat dimaknai sebagai suatu
upaya yang dilakukan pengajar (guru) untuk mengelola informasi belajar (berupa
konsep dan lain-lain) dalam kegiatan pembelajaran agar peserta belajar mampu
mengkaitkan informasi belajar tersebut dengan informasi belajar belajar yang telah
ada dan tersimpan dalam struktur kognitifnya. Ausubel (Syamsu Mappa & Anisah
Basleman, 1994) menyatakan bahwa struktur kognitif yang ada dalan diri seseorang
merupakan factor terpenting yang menentukan apakah materi baru potensial
bermakna dan bagaimana baiknya dapaat diperoleh dan dikuasai. Sebelum
fasilitator menyajikan materi baru secara efektif, hendaknya ditingkatkan stabilitas
dan kejelasan akan pengetahuan yang telah dimiliki peserta belajar sebelumnya.
Dengan cara memperbaiki struktur kognitif dapat memudahkan peserta belajar
memperoleh dan menguasai informasi baru yang merupakan salah satu tujuan
utama model pembelajaran ini.
Banyak orang menganggap bahwa “belajar” merupakan hal yang biasa dan
berdiri sendiri. Namun perlu disadari bahwa si pebelajar, “belajar” merupakan
masalah yang harus diperhatikan dan dicarikan pemecahannya. Banyak ahli
pendidikan yang berusaha memecahkan masalah belajar ini dengan berbagai teori
dan praktek sampai dengan munculnya disiplin ilmu tersendiri; yakni teknologi
pendidikan. Intinya semua orang berusaha memberikan sumbangan agar “belajar”
ini menjadi lebih efektif, efisien, dan merupakan hal yang menyenangkan.
Mengenal Quantum Learning
Model pembelajaran quantum merupakan terobosan baru dalam pendekatan
belajar. Pendekatan belajar ini dipelopori oleh Bobbi de Porter yang dengan slogan
populernya “joyfull-learning”. Belajar adalah sesuatu yang menyenangkan dan
membahagiakan. Manfaat quantum learning ini antara lain :
1. Sikap positif
2. Motivasi
3. Ketrampilan belajar seumur hidup
4. Kepercayaan diri
5. Sukses.
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanos, seorang pendidik
berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut
“suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan
pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan
sugesti positif ataupun negative. Beberapa teknik yang digunakannya untuk
memberukan sugeti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang
musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-
poster untuk memberikesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan
guru-guru yang terlatif baik dalam seni pengajaran sugestif (Bobi de Porter & Mike
Hernacki, 2001).
Istilah lain yang hamper dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah
“pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan
sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan,
dengan upaya yang normal, dan dibarengi dengan kegembiraan”. Cara ini
menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan:
hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran, dan kesehatan
emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman
belajar yang efektif.
Quantm Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neorolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur
informasi. Program ini meneliti hubunganantara bahasa dan perilaku daan dapat
digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para
pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa
yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif – factor penting untuk
merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan
menciptan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan” dari
saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.
Quantul Learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal
dalam fisikan kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kudrat sama dengan
Energi. Mungkin kita sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E = mc2.
Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih
sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi
cahaya.
Quantum Learning menggabungkan suggestoli, teknik pemercepatan belajar,
dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tersendiri. TErmasuk di antaranya
konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
1. Teori otak kanan
2. Teori otak triune (3 in 1)
3. Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinetetik)
4. Teori kecerdasan ganda
5. Pendidikan holistic (menyeluruh)
6. Belajar berdasarkan pengalaman
7. Belajar dengan symbol (Methaporic learning)
8. Simulasi/ permainan.
Untuk menjadi pelajar Quantum, harus mempunyai kemampuan mengolah
informasi dengan dua cara: dengan mengasimilasikan potongan-potongan materi
sekaligus; dengan mengembangkan pemahaman tentang satuan-satuan kecil untuk
mengethaui bagaimana satuan-satuan itu beroperasi dalam skala besar dalam
kaitaannya dengan factor-faktor lainnya. Biasanya orang merasa lebih mudah
belajar dengan satu atau lain cara (inilah fungsi belajar), tetapi adalah penting untuk
mampu melakukan kedua-duanya.
Kemampuan untuk menikmati belajar daan belajar dengan gembira akan
membawa kita pada berbagai kegairahan wilayah minat-minat baru. Dalam setiap
wilayah, kita akan menemukan begitu banyak kesempatan untuk ditelusuri, sehingga
kita akan sibuk selamanya, belajar selamanya, dan terangsang selamanya dengan
kerumitan-kerumitan dunia ini. Sebagai bonus terhadap hal ini, maka hidup kita akan
semakin bernilai bagi orang-orang lain sesama kita.
Setiap orang memiliki perangkat mental penting untuk menjadi pelajar
Quantum. Otak yang dimiliki setiap orang sejak lahir secara fisiologis sama dengan
otak orang-orang yang terkenal dengan kejeniusannya, seperti Albert Einstein,
Wolfgang Amadeus Mozart, dan Leonardo da Vinci. Dengan demikian, maka otak
setiap orang juga akan mampu mencapai kebesaran yang sama dengan otak orang-
orang yang menpunyai kemampuan mental yang tinggi; masing-masing orang hanya
perlu belajar bagaimana membimbing menuju kebesarannya.
Kemampuan belajar ditentukan oleh banyaknya interaksi dia antara neuron-
neuron dalam otak. Semakin banyak rangsangan mental yang diterima, maka
semakin banyak pula cabang ynag timbul dalam neuron, yang meningkatkan
kemungkinan hubungan anatara neuron-neuron. Karena itu, sangat penting
menekspos diri kita terus menerus pada rangasangan-rangsanagan baru yang
berbeda. Penyingkapan terhadap berbagai jenis aktivitas dan informasi juga penting
utnuk menyeimbangkan kemampuan otak kanan dan otak kiri.
Penyingkapan semacam ini adalah salah satu bentuk belajar aktif, yang
berarti memikul tanggung jawab bagi pendidikan dan kehidupan dengan secara aktif
mencari pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan. Belajar aktif juga berarti
secara aktif mencari motivasi yang diperlukan. Kadang-kadang, kita harus selalu
termotivasi dengan menciptakan minat pada suatu masalah, dengan mengikatkan
masalah tersebut pada kehidupan kita sehari-hari.
Salah satu cara menciptakan minat adalah dengan mengatakan pada diri kita
“Inilah Saatnya”. Apabila kita dapat melaksanakan tugas yang paling sulit atau
situasi yang tak tertahankan dan mencurahkan 100% perhatian, maka kita akan
mudah menjadi penguasa dari “Inilah Saatnya”. Inilah salah satu resep untuk dapat
menjadi pelajar Quantum.
Kemampuan untuk menggunakan ketrampilan belajar harus diperkuat dengan
sikap positif akan membawa pada pengalaman belajar yang mengajarjarkan
bagaimana cara mencapai tujuan tertentu. “Kegagalan = umpan balik”.
Cara kita berbicara dengan diri sendiri adalah yang paling penting, jadikan
pesanpesan itu positif. Hal-hal negatif menguras energi sedangkan hal-hal positif
menjadi pendorong. Lingkungan rumah, sekolah, atau tempat kerja adalah tempat
ideal untuk mulai membangun hal-hal positif. “Lingkungan Mikro” ini harus menjadi
dasar yang kuat untuk tempat berpijak dalam melihat dunia luas atau “lingkungan
makro”. Menghadapi tantangan-tantangan dengan sikap positif adaalah hal yang
sangat penting, maka setiap detail dalam lingkungan kita harus memberikan sugesti
positif dan membuat nyaman dan berharga.
Setiap orang mempunyai cara belajar yang dapat digunakan dengan manfaat
besar dalam berbagai situasi. Hal yang penting adalah untuk selalu bersikap
seimbang dengan cara menyerap informasi, mengatur, dan mengolahnya.
Segala sesuatu yang dikemukakan dalam buku “Quantum Learning” ini
hanyalah sarana. Seperti halnya sarana-sarana yang lain,semua tidaak dapat
berjalan sendiri, melaikan harus memanfaatkannya. Seperti sarana atau alat-alat
yang ada di bengkel kerja, beberapa di antaranya tampak sederhana, tapi
kegunaannya langsung terlihat, contoh obeng. Yang lainnya seperti gergaji, mungkin
memerlukan konsentrasi penuh dan latihan sebelum dapat menggunakannya
dengan baik. MIsalnya dalah hal membaca, belajarlah menggunakan jari seperti
menggunakan obeng. Di lain sisi, membaca dengan kecepatan tinggi, lebih dapat
dibandingkan dengan keterampilan menggunakan gergaji.
Contoh yang lain: Jika kita mengetahui cara mengemudikan mobil dengan
transmisi manual, mungkin kita ingat betapa canggung rasanya ketika belajar
bagaimana melakukannya. Semua bagian tubuh kita serasa mengambang ke semua
arah, dan mengkoordinasikan semua gerakan-gerakan tersebut memerlukan begitu
banyak konsentrasi, sehingga hamper-hampir tak dapat melakukan hal lain pada
saat yang sama, seperti berbicara dengan orang lain di kursi penumpang. Walaupun
begitu, kini kita dapat melakukannya, bahkan tanpa berpikir, bahkan mungkin sudah
cukup terampil untuk berbicara lewt telpon seluler, minum kopi dan melihat ke
bawah sambil berbelok, semuanya dalam waktu bersamaan. Kita menjadi ahli dalam
keterampilan-keterampilan yang ada dalam tulisan ini, maka sama halnya dengan
pengulangan yang telah membuat kita ahli dalam mengendalikan transmisi manual
sehingga seolah-olah terasa sebagai bagian kedua diri kita.
Buku Bacaan
Bobbi de Porter & Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman Dan Menyenangkan. Penerjemah: Alwiyah Abdurrahman. Bandung:
Penerbit Kaifa
MATERI DISKUSI BULANAN HMPS
“MENGENAL MODEL CRITICAL INCIDENT
PADA MAHASISWA EKONOMI SYARIAH”
OLEH
Indah Anggareni Bahtiar, S.E.,M.Si
Tanggal 28 Agustus 2020

Model Critical Incident Ragam Pembelajaran Aktif

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk mengarahkan


siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar
sesuai dengan yang diharapkan.
Proses pembelajaran harus dirancang secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,
serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembagan fisik serta psikologis siswa.
Dalam merancang proses pembelajaran, guru harus memperhatikan perbedaan
individu siswa karena setiap siswa merupakan individu yang, memiliki keunikan
masing-masing yang tidak sama dengan siswa lain.
Oleh karena itu, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang
memberi kesempatan siswa untuk mencari tahu, belajar berbasis aneka sumber
belajar, pembelajaran terpadu, pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya
multidimensi, pembelajaran keterampilan aplikatif, pembelajaran yang
memperhatikan keseimbangan keterampilan fisikal dan mental, dan pembelajaran
yang memberikan nilai-nilai keteladanan.
Sesuai dengan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran seperti
dimaksud pada Standar Kompetensi Lulusan/SKL (Permendikbud Nomor 20 Tahun
2016) dan kegiatan pembelajaran yang diturunkan dari Standar Isi (Permendikbud
Nomor 21 Tahun 2016), maka guru harus merancang proses pembelajaran sesuai
dengan karakteristik siswa yang membekali kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara holistik.
Siswa perlu didorong untuk melakukan proses pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/ inquiry learning) dan pembelajaran yang
menghasilkan karya kontekstual berbasis masalah (problem base learning).
Konsep Pembelajaran Aktif
Kurikulum 2013 mengutamakan pembelajaran yang mendorong aktivitas fisik
dan mental siswa secara optimal.
Praktek pembelajaran demikian mendukung tumbuhnya pembelajaran aktif
(active learning).
Pembelajaran ini menggerakkan seluruh aktivitas fisik dan mental siswa
sehingga siswa memiliki banyak pengalaman belajar melalui pemberdayaan potensi
dirinya.
Proses pembelajaran ini merupakan strategi untuk menumbuhkan
metakognitif siswa. Siswa didorong untuk melakukan proses pembelajaran berbasis
pemberdayaan potensi diri sehingga muncul strategi otomatis pada diri siswa.
Pembelajaran ini melatih siswa nampu berfikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan
komunikatif sebagaimana dibutuhkan dalam kehidupan abad 21.
Permasalahan terkait dengan pembelajaran sering muncul di kalangan guru.
Guru belum tentu semuanya memahami bahwa sebenarnya tujuan utama
pembelajaran adalah mengaktifkan potensi siswa agar dapat mencari tahu dan
menerapkan apa yang telah diketahuinya menjadi sebuah keterampilan dalam
rangka membangun sikap mereka.
Fakta menunjukkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam
memahami dan mengimplementasikan pembelajaran yang mampu mengaktifkan
potensi siswa secara optimal (pembelajaran berbasis pemberdayaan potensi).
Pembelajaran aktif menurut Bonwell (1991) merupakan pembelajaran yang
melibarkan berpartisipasi siswa dalam proses pembelajaran di mana siswa
melakukan suatu kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tidak hanya pasif
mendengarkan penjelasan guru. Selanjutnya, Weltman (2012) menyatakan bahwa
pembelajaran aktif adalah suatu proses belajar di mana siswa secara aktif atau
berdasarkan pengalaman belajarnya terlibat aktif dalam proses belajar.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif membutuhkan lebih dari sekadar mendengarkan tetapi
membutuhkan partisipasi aktif dari setiap siswa.
Barnes (1989) menekankan prinsip-prinsip pembelajaran aktif, sebagai
berikut.
1. Purposive: relevan antara tugas dan tujuan pembelajaran.
2. Reflective: refleksi siswa tentang makna dari apa yang dipelajari.
3. Negotiated: tujuan dan metode pembelajaran disepakati antara siswa dan
guru.
4. Critical: siswa menghargai cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Complex: siswa membandingkan tugas dengan kompleksitas yang ada dalam
kehidupannya.
6. Situation-driven: kebutuhan terhadap situasi dipertimbangkan dalam rangka
membangun tugas-tugas belajar.
7. Engaged : tantangan nyata tercermin dalam kegiatan yang dilakukan siswa
dalam belajar.
Pembelajaran aktif membutuhkan lingkungan belajar yang tepat melalui
penerapan strategi pembelajaran yang tepat.
Penerapan strategi pembelajaran yang tepat akan menghasilkan perolehan hasil
belajar yang tepat pula.
Ada beberapa pertimbangan dalam merancang proses pembelajaran aktif,
antara lain pembelajaran yang dirancang sebagai berikut:
1. Sejalan dengan strategi filsafat konstruktivisme dan dari filsafat tradisional.
2. Memperkenalkan penelitian berbasis belajar melalui penyelidikan dan berisi
konten ilmiah yang otentik.
3. Mendorong keterampilan kepemimpinan dan mendorong siswa dalam
pengembangan diri.
4. Mendorong pembelajaran kolaboratif untuk membangun komunitas belajar.
5. Mampu menumbuhkan lingkungan yang dinamis melalui pembelajaran
interdisipliner (antarmata pelajaran) dan menghasilkan kegiatan dengan
pengalaman belajar yang lebih baik.
6. Mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya dengan pengalaman baru yang
bermanfaat bagi siswa.
7. Mampu meningatkan kinerja pembelajaran siswa yang dipelajari di kelas
maupun di luar kelas.
Karakteristik Pembelajaran Aktif Lightening The Learning Climate
Adapun Karakteristik pembelajaran pada Kurikulum 2013 sebagaimana diatur
dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tetang Standar Proses, guru harus
merancang proses pembelajaran sejalan dengan pembelajaran aktif dengan
karakteristik berikut.
1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
Siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri
untuk menumbuhkan semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inspirasi,
inovasi dan kemandirian.
2. Guru membimbing pengalaman belajar siswa.
Guru sebagai salah satu sumber belajar memberikan peluang bagi siswa agar
dapat memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui usaha sendiri.
dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat
mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
3. Tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standar
akademis namun juga untuk pencapaian kompetensi secara utuh dan
seimbang.
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa dan
memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai kompetensi.
5. Penilaian proses pembelajaran dilakukan untuk mengukur ketercapaian
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa.
6. Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi namun
mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif baik fisik maupun mental.
7. Suasana atau kondisi pembelajaran mendukung untuk mengembangkan
keterbukaan dan penghargaan terhadap semua gagasan siswa.
8. Siswa tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan terlibat
langsung dalam kegiatan pembelajaran
melalui aktivitas: mengamati, bertanya, diskusi, debat, membaca, membuat
ringkasan, kerja kelompok, mencari informasi, observasi, melakukan penelitian,
bermain peran, studi kasus, melakukan penyingkapan informasi yang belum
mengemuka, menganalisis data, presentasi, membuat proyek untuk menghasilkan
karya kontekstual, menyelesaikan permasalahan kontekstual dalam pembelajaran,
dan sebagainya.
Pada kesempatan ini admin akan membagikan Ragam Pembelajaran
Aktif Lightening The Learning Climate yang perlu anda coba terapkan dalam poses
pembelajaran.
Model Lightening The Learning Climate Ragam Pembelajaran Aktif
Bentuk pembelajaran Lightening The Leraning Climate sangat
memungkinkan suatu kelas dapat dengan cepat menemukan susasana belajar yang
rileks, informal, dan tidak menakutkan dengan meminta siswa untuk membuat
humor-humor kreatif yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
Meskipun kegiatan pembelajaran dengan bentuk ini sangatlah informal, akan
tetapi pada waktu yang sama dapat mengajak siswa untuk berfikir.
Langkah-langkah kegiatan model Lightening The Leraning Climate sebagai berikut.
1. Jelaskan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran akan dimulai dengan
aktivitas pembuka yang menyenangkan sebelum masuk pada materi
pelajaran yang lebih serius.
2. Bagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil. Beri masing-masing kelompok
satu tugas untuk membuat kegembiraan atau kelucuan dari topik, konsep
atau isu mata pelajaran yang akan dilaksanakan, Sebagai contoh adalah
sebagai berikut:
a. Mata pelajaran PPKn: buatlah satu sistem pemerintahan yang menurut
peserta didik paling tidak efekif.
b. Mata pelajaran Matematika: buatlah satu cara menghitung yang tidak
efisien
c. Mata pelajaran Biologi: buatlah menu makanan yang sama sekali tidak
bergizi.
d. Mata pelajaran Bahasa Indonesia: tulislah kalimat yang memuat
kesalahan-kesalahan tata bahasa sebanyak mungkin.
3. Minta kelompok-kelompok tadi untuk mempresentasikan kreasi mereka.
Hargai setiap hasil kreasi mereka.
4. Tanyakan: “Apakah yang mereka pelajari tentang materi kita dari latihan ini?”
5. Guru memberi penjelasan atau melanjutkan pelajaran dan materi lain.
6. Mempermudah guru dalam mengelola kelas.
7. Menciptakan suasana kelas yang kondusif
Berdasarkan penjelasan di atas, dapatlah dipahami bahwa kelebihan dari
metode reading guide sangat bermanfaat sekali untuk kegiatan pembelajaran
membaca. oleh karena itu penggunaan metode reading guide dalam pembelajaran
membaca salah satunya membaca bahasa arab sangat diperlukan. 
Kekurangan metode reading guide
Disamping memiliki kelebihan, metode reading guide juga tentu memiliki
kekurangan-kekurangan di dalamnya, karena pada hakikatnya segala seuatu pasti
ada kekurangannya. Menurut Zulaikho (2010:28) kekurangan metode reading guide
adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik yang tidak berani bertanya maupun menjawab pertanyaan guru
akan semakin tertinggal.
2. Guru harus menyiapkan lembar bacaan dan lembar pertanyaan dalam jumlah
sesuai dengan jumlah peserta didik sehingga dibutuhkan persiapan yang
matang.
Berdasarkan kekurangan metode reading guide di atas, dapatlah penulis
pahami bahwa metode tersebut menekankan pada keaktifan siswa,
sehingga siswa yang tidak aktif akan tertinggal, sebaliknya metode tersebut
juga menuntut guru untuk kreatif dan menyiapkan bahan-bahan metode
reading guide dengan serius, sebab jika tidak kegiatan pembelajaran tidak
akan berjalan efektif
MATERI DISKUSI BULANAN HMPS
“MENGENAL MODEL READING GUIDE

PADA MAHASISWA EKONOMI SYARIAH”

OLEH
Syahrir, S.Pd.,M.M
Tanggal 25 September 2020

Secara bahasa Reading Guide terdiri dari 2 kata yaitu reading dan guide.


Reading mempunyai arti membaca atau melihat catatan (Soleh 2012:20),
sementara menurut Mulyono membaca adalah “pengenalan simbol-simbol bahasa
tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang
dibaca untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang dimiliki”
(Abdurrahman, 2003:200).
Membaca atau reading adalah suatu proses menalar (reading is reasoning).
Aktivitas membaca dilakukan untuk mendapatkan dan memproses informasi hingga
mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu kemudian menjadi
suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensinya, berjuang
mempertahankan hidup dan mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi
sebagai kebutuhan hidup manusia (Ahmad 2010:14). Sedangkan guide sebagai
penuntun/pedoman (Soleh 2012:20). Jadi reading guide adalah membaca
terbimbing.
Sementara secara istilah metode reading guide adalah bentuk metode
pembelajaran yang mengarah pada penyampaian materi secara optimal karena
banyaknya materi yang harus diselesaikan dengan lebih banyak melibatkan
kegiatan membaca siswa melalui bimbingan berbentuk kisi-kisi (Hisyam, 2008:8).
Metode Reading Guide dilaksanakan dengan cara guru memilih materi yang
akan dipelajari pada hari itu. Lalu guru membuat daftar pertanyaan sebanyak
mungkin berdasarkan materi yang akan dipelajari (Ismail, 2008:82).
Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa yang dimaksud
dengan metode reading guide adalah metode pembelajaran membaca dengan alat
bantu atau alat pembimbing, sehingga nantinya dengan alat pembimbing tersebut
siswa dapat menguasai materi bacaan dengan cepat. 
Tujuan metode reading guide
Menurut Munir (2009:24), tujuan metode reading guide adalah membantu
peserta didik focus dalam memahami suatu materi pokok. 
Dengan demikian metode Reading Guide ini lebih mengedepankan aktivitas
siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi dari sumber belajar.
Proses pembelajaran dalam susana menyenangkan. Dan yang paling utama adalah
para siwa bisa lebih fokus pada materi pokok karena mereka secara langsung
dibimbing dengan daftar pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, sehingga
proses pembelajaran jelas akan lebih efektif dan efesien.
Langkah-langkah penerapan metode reading guide
Menurut Zaini (2007:8) langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode reading guide adalah sebagai berikut :
1. Tentukan bacaan yang akan dipelajari
2. Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta
3. didik atau kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh
mereka dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi.
4. Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya
5. kepada peserta didik.
6. Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan
pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas ini sehingga tidak akan
memakan waktu yang berlebihan.
7. Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan
8. jawabannya kepada peserta didik.
9. Di akhir pelajaran beri ulasan secukupnya.
Langkah-langkah di atas harus dikerjakan dengan cara berurutan, sebab jika
tidak dijalakan dengan berurutan metode reading guide tidak akan berjalan dengan
baik. 
Kelebihan metode reading guide
Setiap metode pembelajaran tentu mempunyai kelebihan-kelebihannya sendiri,
begitupun dengan metode reading guide. Menurut Zulaikho (2010:27) kelebihan
metode reading guide adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik lebih berperan aktif dalam menjawab dan
2. berani mengajukan pertanyaan pada guru.
3. Materi dapat lebih cepat diselesaikan dalam kelas.
4. Memotivasi peserta didik untuk senang membaca.
5. Membangkitkan minat baca peserta didik
MATERI DISKUSI BULANAN HMPS
MODEL CATTSHORT PADA PEMBELAJARAN MAHASISWA EKONOMI
SYARIAH
OLEH
Dr. M. Rafid, S.E.,M.M
Tanggal 27 Oktober 2020

Definisi/Konsep Model Cattshort pada Pembelajaran mahasiswa


ekonomi syariah
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran
yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta
didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
KELEBIHAN MODEL CATTSHORT PADA PEMBELAJARAN MAHASISWA
EKONOMI SYARIAH
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik
yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta
didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
1. Dalam situasi PBL, peserta     didik/mahapeserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
2. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.

Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran


Konsep Dasar (Basic Concept)
Guru atau fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan
skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan
‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
a. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan
peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua
anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan
terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat
b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang
sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk
artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau
bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
c. Tahap investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan
dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2)
informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di
kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam
langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan
berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya.
e. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat
diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-
Based Learning)
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik
terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam
memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik
untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda
dari mereka.
Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks
lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar
merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka
mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
SISTEM PENILAIAN MODEL CATTSHORT PADA PEMBELAJARAN
MAHASISWA EKONOMI SYARIAH
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR,
dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada
penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan
bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk
ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment.
Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang
sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan
belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri
(self-assessment) dan peer-assessment.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap
usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin
dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan
penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah
dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
MATERI DISKUSI BULANAN HMPS
MENGENALKAN MODEL THE POWER OF TWO PADA PEMBELAJARAN
MAHASISWA EKONOMI SYARIAH
OLEH
Nurfitriani, S.E.,M.Ak
Tanggal 16 November 2020

a. Pengertian Model Pembelajaran the power of two


Menurut Suprijono (2012:45) “model pembelajaran ialah pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”.
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2012:45) “model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan yang disusun secara sistematik sebagai pola yang
digunakan sebagai acuan melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.
b. Pengertian Model Pembelajaran the power of two
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:12) “the power of two adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dlam kelompok- kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”.
Isjoni (2009:16) menjelaskan Cooperative Learning adalah suatu model
pembelajaran yang saat ini banyak digunkan untuk mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat
bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif, dan tidak peduli pada yang
lain.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model kooperatif
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, kelompok ini setiap anggotanya dituntut
untuk saling bekerjasama antar anggota kelompok yang satu dengan yang lain.
c. Tujuan model the power of two
Model (the power of two) dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan
pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim,dkk (dalam Isjoni, 2009:27-28), yaitu:
1) Hasil belajar akademik, model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikkan tugas-tugas akademik.2) Penerimaan terhadap
perbedaan individu, tujuan lain model Cooperative Learning adalah
penerimaan secara luas dari orang- orang yang berbeda berdasarkan
ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belaajar saling menghargai satu sama lain. 3)
Pengembangan keterampilan sosial, tujuan penting ketiga Cooperative
Learning adalah mengajarkan pada siswa keterampilan bekerja sama
dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat
ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
2) Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran model the power of
two
Menurut Bennet (dalam Isjoni, 2009:41-43), terdapat lima unsur penting
dalam belajar kooperatif, seperti berikut ini:
3) Positive Interdependence, hubungan timbal balik yang
didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantar
anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Sehingga siswa akan
merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. 2) Interaction Face to
Face, belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa
tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu,
yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal
diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya hubungan timbal balik
yang bersifat positif. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan
membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling
memberikan bantuan ini akan berlangsung secara ilmiah karena
kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya
kelompok. 3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi
pelajaran dalam anggota kelompok,tanggung jawab individual dalam
belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (1)
membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (2) siswa tidak
dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman
sekelompoknya. 4) Membutuhkan Keluesan, dalam belajar kooperatif
saling menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan
kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan
masalah (proses kelompok), belajar kooperatif tidak akan berlangsung
tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jikamanggota
kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan
dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Lima unsur dasar diatas harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif untuk
mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya kelima
unsur tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu, kelima unsur di
atas sekaligus menjadi pembeda pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
kelompok tradisional/konvensional.
d. Ciri-ciriPembelajaran model the power of two
Menurut Rusman (2012:207) ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran the power of two adalah pembelajaran dilakukan secara tim,
tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2) Didasarkan pada Manajemen the power of two
Manajemen mempunyai tiga fungsi yaitu : (a) Fungsi manajemen sebagai
perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang
sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai,, bagaimana cara
mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain
sebagainya. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol,
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3) Kemauan untuk Bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan
dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran
kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4) Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggoa lain dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
e. Prosedur Pembelajaran the power of two
Menurut Rusman (2012:212) prosedur atau langkah-langkah pembelajaran
the power of two terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan
penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar
dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa
terhadap pokok materi pelajaran. 2) Belajar Kelompok, tahapan
dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja
dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.3) Penilaian,
penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes
atau kuis, yang dilakukan secara individu secara individu atau
kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan
individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada
kemampuan kelompoknya. 4) Pengakuan tim, pengakuan tim adalah
penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling
berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah,
dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih
baik lagi.
1)Kelebihan Kekurangan Pembelajaran model the power of two
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian
pula dengan pembelajaran kooperatif. Adapun kelebihan cooperative learning
menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2009:24) adalah :
1) saling ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan
dalam merespon perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas, 4) suasana kelas yang
rileks dan menyenangkan, 5) terjalinnya hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dengan guru, 6) memiliki banyak kesempatan
untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan
Selain memiliki kelebihan, tentu masih terdapat kekurangan di dalamnya.
Kelemahan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor,
yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam
meliputi: 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu, 2) agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan
biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas,
teerkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi
pasif (Isjoni,2009:25).
Mengacu pada pendapat tersebut maka dengan cooperative learning siswa
dapat berbagi pengetahuan antar sesama teman yang diperoleh melalui diskusi
kelompok. Jadi, perolehan ilmu dan pengetahuan tidak hanya berasal dari guru saja,
melainkan diperoleh dari diskusi dan sharing dalam kelompok. Antar siswa yang satu
dengan yang lain, haruslah memberikan kesempatan untuk saling mengemukakan
pendapat dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi
kesalahan yang ada, dan mengambil keputusan secara bersama untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada.
2) Sintak model the power of two
Adapun sintak model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2012:65)
terdiri dari 6 fase adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan Perilaku Guru

1 Present goals and set Menjelasan tujuan pembelajaran


dan mempersiapkan peserta didik
Menyampaikan tujuan siap belajar
dan
mempersiapkan peserta didik
2 Present information Mempresentasikan informasi
kepada peserta
Menyajikan informasi didik secara verbal
3 Orginize students into learning Memberikan penjelasan kkepada
teams peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
Mengorganisir peserta didik ke membantu kelompok melakukan
dalam tim-tim belajar transisi yang efisien
4 Assist team work and study Membantu tim-tim belajar
selama peserta didik
Membantu kerja tim dan belajar mengerjakan tugasnya
5 Test on the materals Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi
Mengevaluasi pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
6 Provide recognition Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
Memberkkan pengakuan individu maupun kelompok
atau
penghargaan

2. Pengertian Belajar
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, secara entimologis belajar memiliki
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar merupakan kegiatan dalam mencapai kepandaian (pengetahuan) dan
ilmu yang belum dimiliki sebelumnya sehingga yang tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Thobroni (2015:15) belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital
dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup,
manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh
manusia lainnya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses yang selalu dialami oleh setiap individu sehingga menjadikan
pengetahuan baru dari yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak bisa menjadi
bisa.
3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Gunawan, 2013:153 (dalam Selvia, 2015:173-174)
adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh suatu
mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”. Menurut pendapat Sudjana (2013:34) “hasil belajar sebagai
objek penilaian dapat dibedakan ke dalam kategori, antara lain keterampilan dan
kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, kategori yang banyak
digunakan dibagi menjadi tiga ranah yakni (a) kognitif (b) afektif (c) psikomotoris”.
Menurut Bloom (dalam Suprijono 2012:7-8)
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),
application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthensis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan
rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik,
fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pencapaian prestasi belajar yang didapat siswa setelah melakukkan kegiatan belajar
mencakup ranah 3 ranah kemampuan yaitu penilaian kognitif, afektif serta
psikomotorik.
4. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang diterapkan pada
kurikulum 2013 berbasis saintifik. Menurut Trianto (2011:147) pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dimana
dalam suatu tema terdapat beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan satu
sama lain. Menurut pendapat Sujati dkk, (2015:3) “pembelajaran tematik lebih
menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman masuk dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang
menggabungkan beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan dan diikat dengan
suatu tema tertentu. Setiap mata pelajaran dalam pembelajaran tematik masih
mempunyai hubungan yang saling berkaitan terhadap materi yang disampaikan
sehingga pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman bermakna pada
siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa mendapatkan
pengalaman secara langsung dan menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajari.
b. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran tematik menurut
Hernawan, 2011 (dalam Yuniasih dkk, 2014:149) yaitu:
1) Berpusat pada siswa (student centered), peran guru lebih
banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan- kemudahan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences), siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas, fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. 5) Bersifat luwes (fleksibel),
sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran yang lainnya. 6) Hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, siswa diberi
kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
c. Tahapan Pembelajaran Tematik
Menurut pendapat Indriani (2015:45) adapun pembelajaran Tematik
Kurikulum 2013 dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan
perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. Tahap-tahap ini secara singkat
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Perencanaan
Adapun langkah-langkah dala tahap perencanaan antara lain: 1)
Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari
setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompetensi untuk setiap
kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi
dasar dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik.
Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5)
Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan
matriks/jaringan topik Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013.
2) Penerapan Pembelajaran Tematik
Pada tahap ini guru melaksanakan perencana pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya. Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 ini
akan dilaksanakan di ruang kelas dan peserta didik dituntut lebih aktif.
Sedangkan guru disini hanya sebagai fasilitator, sehinggga pembelajaran
dengan menggunakan Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 akan lebih
menyenangkan.
3) Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 difokuskan pada
evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat
keterlibatan, minat dan semangat peserta didik dalam proses
pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat
pemahaman dan penyikapan peserta didik terhadap substansi materi
dan manfaatnya bagi kehidupan peserta didik sehari-hari. Disamping itu
evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya peserta didik selama
kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu
paparan/pameran karya peserta didik.
5. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Shoimin (2014) beberapa tipe model pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Talking Stick
Pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik
mempelajari materi pokoknya, pembelajaran talking stick sangat cocok
diterapkan bagi peserta didik SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih
berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan
dan membuat pesrta didik aktif.
b. Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement.
c. Think Pairs Share (TPS)
Think pairs share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu
sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu”
yang menjadi faktor kuat dalm meningkatkan kemampuan siswa dalam
merespons pertanyaan. Pembelajaran kooperatif model Think Pairs Share ini
relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur
tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih
siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.
d. Inside Outside Circle (IOC)
Inside outside circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran
kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam
kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.
Anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap kedalam. Antara anggota
lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan, di mana siswa
saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil diam
ditempat, sementara siswa yang berada dilingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah jarum jam sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru.
Adapun informasi yang saling dibagikan merupakan isi materi yang mengarah pada
tujuan pembelajaran.
e. Make A Match (Mencari Pasangan)
Karakteristik model pembelajaran Make A Match adalah memiliki hubungan
yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain, pelaksanaan model make
a match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan
dengan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut.
f. Picture and Picture
Picture and picture adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan
dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini
mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembalajaran.
Maka dari itu, sebelumnya guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan,
baik dalam bentuk artu atau carta dlam ukuran besar.
Berdasarkan pendapat tersebut terdapat beberapa macam tipe model
pembelajaran kooperatif namun masih banyak tipe model pembelajaran kooperatif
lainnya yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaraan. Penerapan tipe model
pembelajaran tergantung karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan
diberikan kepada siswa semua tergantung situasi serta kondisinya.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC)


a. Pengertian Inside Outside Circle (IOC)
Menurut Uno (2013:128) Siswa saling membagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara singkat dan teratur. Menurut
Shoimin (2014:87) inside outside circle adalah model pembelajaran dengan sistem
lingkaran kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan kelompok
besar dalam kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok
lingkaran luar. Anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap kedalam. Antara
anggota lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan, di
mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan
yang berbeda dengan singkat dan teratur. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil
diam ditempat, sementara siswa yang berada dilingkaran besar bergeser satu atau
dua langkah searah jarum jam sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan
baru. Adapun informasi yang saling dibagikan merupakan isi materi yang mengarah
pada tujuan pembelajaran.
b. Langkah-langkah Inside Outside Circle (IOC)
Menurut Uno (2013:128) adalah sebagai berikut :
1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap
keluar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran
pertama, menghadap kedalam
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar
berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh
semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu
atau dua langkah searah jarum jam.
5. Siliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tipe Inside Outside


Circle (IOC)
Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe inside
outside circle yang dituliskan oleh Shoimin (2014:90) diantaranya:
Kelebihan, 1) Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk
strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran, 2)
Kegiatan ini dapat membangun sifat kerja sama antarsiswa, 3) Mendapatkan
informasi yang berbeda pada saat bersamaan dan Kekurangan, 1)
Membutuhkan ruang kelas yang besar. 2) Terlalu lama sehingga tidak
konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau. 3) Rumit untuk dilakukan.
MANFAAT MODEL ROOM GOOGLE MEETING
DALAM DISKUSI VIRTUAL EKONOMI SYARIAH
SYARIPUDDI, SE.,M.Si

I. PENDAHULUAN
Institut Agama Islam Al-Amanah Jeneponto merupakan salah satu Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Al-Amanah yang memiliki misi melakukan pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Misi ini mengharuskan para dosen untuk dapat menyesuaikan model pembelajaran
yang efektif dan solutif, social distancing, dan pembelajaran e-learning seharusnya menjadi
faktor yang menyadarkan kaum akademisi bahwa penggunaan internet pada era kebiasaan
baru tidak hanya sekedar mencari informasi, tetapi juga sebagai media publikasi dan
komunikasi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pribadi bahkan instansi.
Penggunaan media e-learning pada era 4.O saat ini menjadi solusi dari setiap faktor-
faktor penghambat yang sering ditemukan pada metode pembelajaran yang bersifat
offline (tatap muka langsung). Salah satu media e-learning yang saat ini sedang populer dan
dipandang tepat untuk mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran offline adalah
penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings.
Aplikasi Zoom Cloud Meetings merupakan sebuah aplikasi untuk melakukan Meeting,
Video Webinar, Zoom Rooms, dan lainnya yang dapat dilakukan di tempat yang berbeda-
beda. Aplikasi ini sangat berguna untuk melakukan pertemuaan dari jarak jauh tanpa harus
bertatap muka secara langsung.
Zoom Cloud Meetings berbeda dengan media e-learning lainnya, seperti google class
room dan padlet. Aplikasi ini tidak saja memberikan akses dalam bentuk pengiriman pesan,
chatting, foto, dokumen, bahkan mampu melakukan panggilan video dalam sebuah grup yang
beranggotakan sampai ratusan orang.
Fasilitas online aplikasi ini dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga. Dalam hal
kajian ekonomi Syariah misalnya, para sivitas akademika tidak lagi diharuskan mengundang
para narasumbernya secara offline dengan persiapan dana operasional yang tidak sedikit,
seperti biaya hotel, tiket pesawat, makan, dan hiburan.
Sivitas akademika tidak perlu lagi memaksakan diri untuk tetap bertatap muka secara
langsung. Mereka tetap bisa melakukan aktivitas belajar mengajar, rapat atau mengadakan
pertemuan melalui aplikasi Zoom Cloud Meetings dengan tepat waktu tanpa harus menunda-
nundanya sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.
Ketika aktivitas belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik melalui aplikasi ini,
maka secara bertahap materi pembahasan tentang Ekonomi Syariah dapat diselesaikan
dengan baik pula sehingga mahasiswa siap berpraktik menyelesaikan isu-isu kontemporer di
Kabupaten Jeneponto secara khusus dan di Indonesia secara umum.
Dari hasil latar belakang masalah di atas maka fokus penelitian ini akan membahas
tentang bagaimana cara mengoptimalkan penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings sebagai
solusi pembelajaran di Era Kebiasaan Baru, khususnya pembelajaran mata kuliah Ekonomi
Syariah di Program Studi Ekonomi Syariah, IAI Al-Amanah Jeneponto.
1. Zoom Cloud Meetings
Keberadaan internet saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat dihindari
lagi seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin modern. Teknologi
informasi (internet) merupakan bagian penting dalam perkembangan dunia pendidikan.
Penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings merupakan salah satu bentuk identitas diri yang
baru di era global ini.
Khusus bagi dosen sebagai figur pendidik diharapkan mampu memaksimalkan fungsi
internet untuk memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan tri dharma Perguruan Tinggi.
Penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings merupakan bagian penting dari proses
pembelajaran jarak jauh saat ini, khususnya di IAI Al-Amanah Jeneponto.
Aplikasi Zoom Cloud Meetings dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh mahasiswa untuk menunjang pembelajaran. Selain fasilitas
materi ajar dan buku, fasilitas video dan audio juga menjadi bagian menarik dalam
pembelajaran online atau E-Learning.
Keberadaan aplikasi Zoom Cloud Meetings ini merupakan bentuk pelayanan
pembelajaran yang memberikan mahasiswa berbagai macam alternatif media belajar.
Dengan kata lain, aplikasi Zoom menyediakan pembelajaran yang mengintegrasikan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk kebutuhan belajar.
Terkait pemanfaatan inovasi (perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi),
Rogers dalam teori difusi inovasi mengemukakan tiga jenis keputusan inovasi, yaitu:
a. Optional Innovation-Decision, yaitu keputusan yang dibuat oleh seseorang yang tidak
berada di dalam suatu sistem sosial;
b. Collective Innovation-Decision, yaitu keputusan yang dibuat secara kolektif (bersama-
sama) oleh semua individu yang berada dalam suatu sistem sosial;
c. Authority Innovation-Decision, yaitu keputusan yang dibuat khusus untuk suatu sistem
sosial oleh beberapa individu yang menempati posisi penting atau memiliki kekuasaan
(Rogers, 2003:28).
Keputusan untuk penerapan inovasi dalam pembelajaran di IAI Al-Amanah Jeneponto,
setelah ditelusuri secara mendalam, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan ini adalah tipe
Authority Innovation-Decision. Menurut Rogers, Authority Innovation-Decision terjadi
ketika keputusan adopsi inovasi dibuat oleh segelintir orang yang menempati posisi
kekuasaan dalam sebuah organisasi.
Keputusan adaptasi inovasi di IAI Al-Amanah Jeneponto merupakan ketentuan yang
telah dibuat oleh Rektor IAI Al-Amanah Jeneponto yang secara hirarki menempati posisi dan
memiliki kewenangan dalam struktur organisasi di IAI Al-Amanah Jeneponto. Keputusan
tersebut kemudian digunakan dalam suatu sistem pembelajaran di IAI Al-Amanah Jeneponto
yang telah disusun secara sistematis. Sehingga, pemanfaatan teknologi melalui personal
website dapat betul-betul menunjang proses pembelajaran.
Smaldino dan rekan-rekannya mengemukakan bahwa teknologi memiliki banyak
aplikasi yang dapat diterapkan ke dalam semua area kurikulum. Dengan penerapan teknologi,
para mahasiswa tidak lagi dibatasi dengan ruang kelas mereka. Melalui aplikasi Zoom dan
jaringan komputer yang ada di kampus, seperti internet, dunia seperti berada dalam kelas
para mahasiswa (Smaldino dkk., 2004:432).
Di IAI Al-Amanah Jeneponto dapat dilihat dengan jelas bahwa para mahasiswa telah
memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mereka. Melalui komputer berjaringan
internet, proses pembelajaran Ekonomi Syariah dapat berlangsung lebih menarik, karena
dengan bantuan aplikasi Zoom sebagai media belajar, para mahasiswa dapat melakukan
aktivitas belajar mengajar dengan informasi yang lebih luas dan mudah dari berbagai sumber
untuk kebutuhan dan kepuasan belajar mereka di IAI Al-Amanah Jeneponto.
Akses aplikasi Zoom melalui komputer atau laptop berjaringan internet merupakan
desain tindakan instrumental dari bentuk kemajuan Teknologi Infomasi dan Komunikasi
sebagai media pendidikan. Menurut Rogers, pemanfaatan teknologi sebagai media
pendidikan dapat menjadi sebuah desain instrumental yang lebih menarik dan dapat
mengurangi ketidakspastian (uncertainty) karena para mahasiswa bisa memperoleh pesan dan
informasi dengan mudah, lebih banyak dan dalam jangkauan yang lebih luas (Perrin dan
Mayhew, 2000:1-7).
Pembelajaran mata kuliah ekonomi Syariah melalui aplikasi Zoom memungkinkan
dosen mempraktikkan penjelasan teori yang telah dipaparkan. Sebagai contoh dalam
pembahasan salat, dosen melalui aplikasi Zoom dapat secara langsung melakukan praktik
gerakan salah di depat para mahasiswa yang hadir kuliah saat itu. Hampir tidak ada
perbedaan antara penjelasan praktik salat pada aplikasi Zoom dengan praktik pelaksanaan
salat secara offline, aktivitas belajar mengajar berjalan dengan baik seperti sedia kala.
Penggunaan aplikasi Zoom memungkinkan dosen menjawab ataupun mengurangi
ketidakspastian (uncertainty) mahasiswa atas apa yang ingin mereka ketahui dalam proses
belajar mata kuliah Ekonomi Syariah. Pembelajaran ekonomi Syariah di IAI Al-Amanah
Jeneponto melalui aplikasi Zoom telah tersusun dalam pola yang sistematis.
Para mahasiswa dapat secara langsung berada dalam rangakaian proses mencari,
memperhatikan, mendapatkan, memahami, dan menggunakan informasi. Mereka dapat
mengasimilasikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru didapatkan.
Proses ini akan membuat pengetahuan dan pemahaman mahasiswa semakin berkembang.
2. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang akan menjadi pandangan,
referensi, serta bahan perbandingan dengan penelitian yang saat ini dilakukan, di antaranya
adalah: penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan Sabar tahun 2011 menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
peran dan fungsi multimedia center dan nilai tambah yang diperoleh siswa dari penggunaan
e-learning melalui multimedia center di Briton International English school Makassar.
II.
III. METODE PENGABDIAN
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
memfokuskan pembahasan pada nilai tambah atau manfaat yang diperoleh mahasiswa dari
penggunaan aplikasi Zoom untuk menunjang proses pembelajaran Ekonomi Syariah di IAI
Al-Amanah Jeneponto.
Teknik pengumpulan data adalah In-depth Interview, studi pustaka, dokumentasi, dan
observasi. Informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang yang terdiri dari mahasiswa pada
Program Studi Ekonomi Syariah, Dosen, Biro, dan Kepala Teknolgi Informasi dan
Pangkalan Data di IAI Al-Amanah Jeneponto.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan
Huberman, yaitu analisis data yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan; reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebagai kampus Al-Amanah yang baru beralih status dari swasta, IAI Al-Amanah
Jeneponto memiliki beberapa isu yang berkaitan erat dengan Tridarma Peguruan Tinggi.
Kemunculan isu- isu tersebut selain disebabkan oleh faktor minimnya infrastruktur sarana
dan prasarana, serta tenaga ahli, juga dilatarbelakangi oleh faktor-faktor berikut ini.
1. Motivasi Mahasiswa Mempelajari Ekonomi Syariah Masih Rendah
Rendahnya motivasi mahasiswa untuk mempelajari Ekonomi Syariah disebabkan banyak
faktor. Faktor yang lebih dominan adalah kurangnya pemahaman karena materi ajar yang
disampaikan tidak tuntas dan tidak lengkap, sehingga mahasiswa merasa malu dan takut
salah. Hal tersebut dapat menyebabkan kemampuan berpraktik mereka melemah dan
tidak berkembang. Di poin inilah seorang dosen harus mampu merancang sebuah
terobosan dalam proses pembelajaran Ekonomi Syariah, bersiap keluar dari zona offline
ke zona online di mana tempat dan kesibukan biasa tidak lagi jadi penghalang sehingga
materi pembelajaran bisa bersambung dan dapat dipahami dengan baik. Di saat itu
mahasiswa akan termotivasi untuk menggali lebih lanjut pelajaran tentang Ekonomi
Syariah, baik secara teori ataupun praktik, di mana pun, kapanpun dan bagaimanapun
dengan santai dan percaya diri.
2. Program Studi yang Baru Bertransformasi
Perubahan status Institut Agama Islam Al-Amanah menjadi Institut Agama Islam Al-
Amanah Jeneponto menyebabkan kesibukan yang luar biasa pada setiap Program Studi
(Prodi), termasuk Prodi Ekonomi Syariah. Transformasi ini menyebabkan banyaknya
kesibukan sivitas kampus khususnya dosen terfokus ke arah penguatan mutu, mengikuti
dinas luar kota selama berhari-hari, belum lagi kesibukan mengurus akreditasi dan lain-
lain. Hal ini menjadi faktor pemicu yang membuat mahasiswa tidak begitu akrab dengan
materi kuliah Ekonomi Syariah. Banyaknya pertemuan belajar mengajar yang tertunda
menyebabkan tingkat pemahaman mahasiswa menurun. Hal ini menjadi tantangan bagi
para dosen ekonomi Syariah untuk melakukan terobosan pembelajaran yang inovatif dan
responsif yang dapat menarik minat dan membangkitkan gairah serta pemahaman
mahasiswa untuk berekonomi syariah.
3. Kendala Belajar Offline Akibat Cuaca, Bencana Alam, dan Tugas Dinas di Luar kampus
Ini juga menjadi salah satu faktor yang secara langsung membuat kajian ekonomi Syariah
terhambat atau tidak berjalan lancar. Di saat seperti inilah aktivitas belajar mengajar
kadang terhambat, sehingga para dosen diharapkan memiliki solusi alternatif inovatif
yang mampu melangsungkan proses belajar mengajar tanpa hambatan, beralih dari offline
ke online melalui aplikasi Zoom Cloud Meetings.
4. Media Belajar Kurang Menarik dan Kurang Solutif
Kurangnya penggunaan media belajar yang menarik yang dapat menghilangkan
kebosanan mahasiswa dalam belajar. Mahasiswa harus dibuat santai dalam belajar agar
materi yang masuk dapat dipahami dengan baik. Di era industri 4.0, mahasiswa sangat
sering berinteraksi lewat smartphone, aktivitas medsos pun banyak diramaikan oleh para
mahasiswa. Di sinilah celah di mana para dosen harus mampu menggiring rutinitas online
mahasiswa dari aktivitas chatting biasa ke aktivitas belajar mengajar online dengan fitur
aplikasi Zoom Cloud Meetings yang cukup lengkap. Aplikasi ini di samping
menyediakan menu chatting, juga menyediakan menu menarik lainnya seperti video
secara langsung yang dapat menampung interaksi sampai ratusan pengguna, demikian
juga menu recording, sharing, dan lain-lain. Media e-learning seperti ini dapat menarik
minat mahasiswa dan membuatnya termotivasi dan semakin penasaran untuk terus belajar
bahkan tertantang untuk mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari (Desharnais dan
M. Limson, 2007:30-39).
5. Belum Dibiasakannya Aktivitas Belajar Online Melalui E-Learning
Faktor ini juga menyebabkan pengembangan pembelajaran sedikit terhambat. Namun,
mengingat program studi tersebut masih dalam suasana transformasi, maka hal tersebut
menjadi tantangan tersendiri bagi para dosen untuk membiasakan mahasiswa belajar
secara online lewat classroom.
Dalam hal ini penulis menawarkan aplikasi Zoom Cloud Meetings. Penawaran ini
mendorong penulis untuk menyediakan buku panduan penggunaan aplikasi tersebut agar
suasana belajar online dapat berjalan dengan baik. Pada poin ini, penulis memiliki solusi
untuk mengatasi core issue yaitu mensosialisasikan penggunaan aplikasi Zoom Cloud
Meetings sebagai media belajar online yang mampu memberikan fasilitas belajar layaknya
belajar offline.
Era digital berpengaruh terhadap pola kebutuhan masyarakat termasuk dalam bidang
pendidikan. Perkembangan start up di Indonesia memang cukup pesat, namun meningkatnya
perkembangan jumlah start up tersebut juga sebanding dengan angka kegagalan yang
menimpa start up.
Berkembangnya dunia digital berpengaruh terhadap cara belajar siswa dengan
optimalisasi penggunaan perpustakaan digital dalam memenuhi kebutuhan atas
keingintahuannya terhadap materi ajar. Seiring berkembangnya teknologi digital di
Indonesia dengan menyadari kebutuhan siswa yang berada pada kebijakan kurikulum yang
menghendaki penggunaan jam belajar sistem fullday school.
Maka hadirlah beragam media alternatif untuk menjangkau siswa tanpa melanggar
sistem justru sebagai alat pemenuhan kebutuhan siswa dalam belajar lebih efisien dan
efektif. Berkembangnya start up pendidikan. Start up pendidikan lebih banyak berupa
bimbingan belajar secara online dengan menghadirkan guru secara virtual dalam bentuk
video seperti yang dilakukan oleh Quipper Video dan Ruang Guru.
Jerome Bruner, dalam teorinya mengenai instruksional (theory of instructional)
mengemukakan bahwa sebuah rangkaian belajar di mana pelajar menemukan materi-
materi akan memberikan efek secara langsung terhadap penguasaan tugas. Bruner
menegaskan bahwa hal ini berlaku pada semua pelajar, tidak hanya anak-anak, tetapi pada
semua level pelajar (Kalantzir, 2011:37).
Judy Lever mengemukakan bahwa penggunaan media e-learning membuat sekolah
atau institusi-institusi pendidikan tidak lagi kekurangan informasi dan sumber-sumber
pengetahuan untuk tujuan pendidikan. Bahkan, pengetahuan tentang dunia secara luas dapat
dipindahkan dengan mudahnya ke ujung jari-jari para pelajar saat ini (Fazelian, 2011:2052-
2056).
Penggunaan aplikasi Zoom dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan
mahasiswa merupakan pemenuhan cognitive needs. Secara berkelanjutan, proses belajar
dengan menggunakan bantuan aplikasi dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan
para mahasiswa (Alexander, 2006:33-44).
Pemenuhan affective needs mahasiswa melalui penggunaan aplikasi Zoom dapat
terlihat dari sikap antusias saat belajar. Mahasiswa yang kurang aktif dan kurang
bersemangat dalam proses pembelajaran di kelas, menjadi lebih aktif dan bersemangat saat
belajar dengan menggunakan media e-learning.
Proses belajar mahasiswa di IAI Al-Amanah Jeneponto dengan menggunakan aplikasi
diawali dengan mengaktifkan perangkat komputer. Di depan komputer, para mahasiswa
berada dalam proses menerjemahkan (memahami) semua ikon dan simbol sehingga dapat
mengoperasikan komputer untuk mengakses aplikasi.
Bahan belajar dan informasi yang ditemukan oleh mahasiswa di dalam aplikasi
merupakan gambaran realitas yang dituangkan dalam bentuk teks, gambar, animasi, video,
ataupun film. Hal ini adalah proses virtualisasi di dalam komputer yang ditampilkan melalui
aplikasi (Bradburn dan Zimbler, 1998:139).
1. Penggunaan Zoom Cloud Meetings
Penggunaan aplikasi Zoom harus melalui tahapan-tahapan berikut ini. a.Registrasi
a. Jika seorang mahasiswa belum pernah menggunakan aplikasi Zoom maka dia
diharuskan untuk melakukan pendaftaran terlebih dahulu;
b. Selanjutnya masukkan alamat email, kemudian klik sign up;
c. Kemudian klik confirm;
d. Pengguna akan diminta untuk melakukan pengecekan pada email masuk.
2. Aktivasi
a. Zoom akan mengirimkan Zoom Account Activation ke email, silakan cek email dan
klik Active Account;
b. Masukkan password yang akan digunakan. Disarankan membuat password atau kata
sandi yang mudah diingat tapi sulit ditebak oleh orang lain. Minimal kata sandi yang
diminta adalah 6 karakter, setelah itu klik Continue;
c. Selanjutnya, pengguna akan diminta untuk mengundang teman untuk membuat akun
Zoom. Klik Invite jika ada teman yang ingin diundang, atau klik Skip this step jika
ingin melakukannya nanti;
d. Sekarang akun Zoom sudah aktif dan bisa langsung memulai meeting. c.Instalasi
Berikut ini adalah langkah-langkah instalasi aplikasi Zoom menggunakan PC atau
Laptop:
a. Buka halaman Web : https://zoom.us/ pada Browser;
b. Pilih Join a meeting pada bagian kanan atas;
c. Kemudian akan muncul tampilan Join a Meeting;
d. Kemudian masukkan ID Meeting yang diberikan oleh orang atau instansi yang
mengajak meeting;
e. Kemudian akan muncul tampilan download, simpanlah jika belum ingin melakukan
instal;
f. Langkah selanjutnya, buka folder dimana file download aplikasi Zoom disimpan;
g. Kemudian klik untuk menginstal;
h. Jika sudah selesai lalu klik Join Audio by Computer.
i. Login
Berikut ini adalah langkah-langkah menggunakan aplikasi Zoom melalui PC atau
Laptop.
a. Buka aplikasi Zoom pada menu aplikasi;
b. Klik untuk masuk menggunakan akun yang telah ada. e.Fitur yang ada dalam Aplikasi
Zoom Cloud Meeting
Zoom Cloud Meeting menyediakan berbagai fitur yang menunjang sesi meeting
menjadi semakin menarik. Di antara fitur yang paling menarik dalam Zoom Cloud Meeting
adalah:
a. Fitur Raise Hand (Mengangkat Tangan)
Dalam suatu meeting jika ada peserta yang ingin bertanya untuk menjaga ketertiban
jalannya meeting biasanya peserta tersebut akan mengangkat tangannya, untuk kemudian
pimpinan meeting baru akan mempersilakan peserta tersebut berbicara.
Dalam penggunaan Zoom Cloud Meeting ini fitur tersebut juga sudah disertakan.
Peserta yang ingin bertanya bisa mengklik tombol Raise Hand yang ada, maka hal tersebut
akan memberi tahu host.
b. Fitur Sharing Screen (Menampilkan Layar Host ke Peserta)
Fitur ini adalah fitur yang paling penting dalam sebuah Aplikasi Meeting, yaitu
bagaimana host bisa melakukan sharing screen atau menampilkan layar monitornya kepada
peserta yang lain. Kadangkala dalam sebuah meeting modern sekarang ini pimpinan meeting
akan menampilkan pokok penjelasannya menggunakan proyektor yang disorotkan ke layar
sehingga peserta yang lain bisa melihat pokok bahasan yang akan dibahas oleh pimpinan
meeting.
Melalui fitur sharing screen dalam Zoom ini, host akan lebih mudah menampilkan
sharing screen kepada peserta meeting yang lain, sehingga peserta meeting bisa menangkap
apa yang dijelaskan oleh host. Sementara gambar host akan tetap ditampilkan dalam layar
kecil, sehingga peserta juga tetap dapat melihat host berbicara disamping layar yang berisi
pokok bahasan yang sedang dibahas oleh host.
Fitur ini membuat Zoom CLoud Meeting sangat ideal digunakan untuk mengajar
sesuatu tanpa peserta didik harus hadir dalam kelas. Pengajar tinggal membuka Zoom
sebagai ruang kelas, kemudian pengajar tinggal melakukan sharing screen sehingga apa
yang akan diajarkan bisa dilihat oleh peserta didik dengan mudahnya. Jika mereka tidak
mengerti maka mereka bisa mengangkat tangan untuk bertanya atau juga melalui fitur Q&A
untuk chatting dengan pengajar secara live.
c. Fitur Q&A / Chat
Biasanya dalam sebuah meeting yang seru akan banyak peserta yang ingin ikut
berbicara dan mengemukakan gagasan. Jika semua berebutan mengangkat tangan (raise
hand), atau berebutan berbicara maka suasana meeting akan gaduh dan kacau. Untuk itu
aplikasi Zoom telah menyediakan satu fasilitas khusus yaitu fitur Q&A yang bisa digunakan
peserta untuk berbicara tanpa harus mengangkat tangan dan menunggu host mempersilakan.
Setiap tulisan yang diketik dalam Q&A di perangkat peserta maka akan masuk ke
kolom Chat disamping kanan layar zoom sehingga host akan dengan mudah melihat
chat tersebut untuk kemudian menjawabnya satu persatu. Chat inipun bukan hanya bisa
dilihat oleh host namun juga bisa dilihat di layar peserta meeting lainnya.
Manfaat Penggunaan Aplikasi Zoom
Semua proses ini adalah kesatuan rangkaian belajar yang dijalani mahasiswa saat
belajar di aplikasi Zoom yang sangat mendukung pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif
mereka.
Pemenuhan personal integrative needs dan personal integrative needs para mahasiswa
di IAI Al-Amanah Jeneponto dapat didukung melalui penggunaan aplikasi Zoom.
Pembelajaran melalui aplikasi Zoom menempatkan mahasiswa di IAI Al-Amanah
Jeneponto secara aktif, kolektif, dan interaktif dalam sebuah rangkaian belajar. Saat belajar
melalui website, mahasiswa dibentuk ke dalam beberapa kelompok belajar. Mereka lebih
aktif dan leluasa berdiskusi, membangun kerjasama, dan saling mengisi peran dalam proses
belajar.
Untuk fokus pada pemenuhan personal integartive needs, di luar jam wajib belajar,
mahasiswa dapat melakukan akses aplikasi secara mandiri (self-learning) tanpa arahan
langsung dari dosen (Sheely, 2006:769-774).
Adapun pemenuhan kebutuhan untuk lepas dari ketegangan (tension free needs) dapat
diperoleh mahasiswa melalui pembelajaran melalui aplikasi Zoom. Belajar menggunakan
aplikasi Zoom membuat mahasiswa mampu melepaskan ketegangan dan rasa bosan atau
jenuh ketika belajar di kelas yang terkesan membuat mereka pasif dan bosan (Kitchenham
dan Charters, 2007:1051).
Selain itu, ketegangan (tension) yang muncul karena keinginan untuk menjawab atau
mengurangi ketidakpastian (uncertainty) dapat terselesaikan dengan adanya akses informasi
yang lebih luas dan cepat melalui aplikasi. Di sini, mahasiswa lebih aktif dan secara
langsung bisa mencari informasi yang dibutuhkan untuk menjawab ketidakpastian yang
dialami (Sahu, 2008:861-865).
Oleh karena itu, pembelajaran dengan bantuan web merupakan salah satu alternatif
metodologi belajar yang menarik bagi mahasiswa. Penggunaan aplikasi Zoom dalam proses
pembelajaran memberikan gambaran yang jelas bahwa penerapan inovasi pembelajaran
berbasis aplikasi dapat mendukung proses pembelajaran.
Dengan demikian, temuan ini juga semakin menegaskan bahwasanya pembelajaran
merupakan proses komunikasi dan komunikasi merupakan bagian penting dalam proses
pembelajaran. Aspek-aspek dalam komunikasi (baik teori dan praktik) merupakan hal yang
berkaitan erat dan akan mendukung kesuksesan proses pembelajaran (Towhidi, 2010:52).
Secara garis besar, pembelajaran e-learning melalui aplikasi Zoom bermanfaat dalam
mendukung social distancing di tengah maraknya pandemi covid-19 saat ini. Aplikasi Zoom
juga memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran
sepanjang memiliki gadget (smartphone atau laptop) dan akses internet.
Di samping itu, pembelajaran e-learning menyediakan materi pembelajaran yang
ramah lingkungan. Pembelajaran “paperless” secara digital (audio, visual ataupun audio
visual) meminimalisir penggunaan kertas dan secara tidak langsung mendukung program
“Go Green”.
Dengan mengharuskan mahasiswa untuk melakukan pembelajaran online, secara tidak
langsung dosen mengajarkan mahasiswa untuk tanggap terhadap perkembangan informasi
teknologi (IT). Mahasiswa harus mengetahui cara menggunakan aplikasi serta memahami
intruksi yang diberikan. Demikian juga sebaliknya, optimalisasi penggunaan aplikasi Zoom
juga menuntut kreatifitas dan kecakapan IT dosen dalam mengelola websitenya. Dosen
harus lebih terampil dalam menggunakan perangkat dan aplikasi berbasis IT sehingga dosen
akan selalu terpacu untuk mengembangkan dirinya. Dengan memahami aspek-aspek dalam
komunikasi dengan tepat, maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan sukses.

V. SIMPULAN
Era kebiasan baru mendorong dosen untuk segera berinovasi, dan responsif dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dosen harus menjadi motor inovasi
disruptif. mengubah pola pikir, cara kerja kampus dan mahasiswanya, produktivitas,
disiplin, inovasi, progresif, terbuka terhadap perubahan, dan agresif dalam melakukan
terobosan. Salah satu caranya ialah dengan menciptakan metode pembelajaran yang
fleksibel dan kontekstual.
Untuk dapat mewujudkan sistem pembelajaran yang mendukung perkembangan era
revolusi 4.0 ini, maka Perguruan tinggi dan dosen harus mampu memberikan solusi
pembelajaran khususnya dalam menerapkan proses pembelajaran berbasis website agar
mahasiswa memiliki pengalaman belajar dengan memanfaatkan sumber dan media
pembelajaran yang berbasis pada teknologi inforrmasi dan komunikasi. Dengan demikian,
mahasiwa akan mampu menghadapi perubahan di era kebiasaan baru ini.
Penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings sebagai media pembelajaran sangat
berguna untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Mahasiswa diharapkan dapat lebih
memahami materi dengan baik karena materi yang disampaikan lengkap dan bersambung.
Motivasi ini diharapkan secara perlahan-lahan berubah menjadi habit atau kebiasaan
sekaligus menciptakan rasa percaya diri untuk tampil berbicara tentang ekonomi syariah di
depan khalayak ramai.

DAFTAR PUSTAKA
Alexander. 2006. Use of Web 2.0 Technologies for Library and Information Science
Education.
Educ. Rev., No. March/April:33–44,.
Bradburn and Zimbler. 2002. Distance education instruction by postsecondary faculty and
staff: Fall 1998. Natl. Cent. Educ. Stat., no. February:139.
Desharnais and Limson. 2007. Designing and implementing virtual courseware to
promote inquiry-based learning. J. Online Learn. Teach., Vol. III, No.1:30–39.
Fazelian. 2011. Future of instructional technology,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol.
30:2052– 2056.
Kalantzir. 2011. Bruner’s Theory of Instruction. New Learning; Transformational Design
for Pedagogy and Assessment.
Kitchenham and S. Charters. 2007. Guidelines for performing Systematic Literature
reviews in Software Engineering Version 2.3. Engineering, Vol. 45, No. 4:1051.
Perrin and Mayhew. 2000. The Reality of Designing and Implementing an Internet-based
Course. Online J. Distance Learn. Adm., Vol. III, No 4:1–7.
Rogers. 2003. Diffusion of Innovations, Fifth. New York: Free Press.
Sahu. 2008. An evaluation of selected pedagogical attributes of online discussion
boards.
ASCILITE 2008 - Australas. Soc. Comput. Learn. Tert. Educ., pp. 861–865.
Sheely. 2006. Persistent technologies: Why can’t we stop lecturing online? ASCILITE
2006 - Australas. Soc. Comput. Learn. Tert. Educ., Vol. 2:769–774.
Smaldino, J. D. Russell, R. Heinich, and M. Molenda. 2004. Instructional Technology
and Media for Learning 8th Edition. Pearson: Merril Prentice Hall.
Towhidi. 2010. Distance Education Technologies and Media Utilization in Higher
Education.
Int. J. Instr. Technol. Distance Learn., pp. 23-25.
PRODUK EKONOMI KONVENSIONAL VERSUS PRODUK EKONOMI SYARIAH
Dr. M. RAFID, SE.,MM
PENDAHULUAN
Namun pada tahun 1940-1970-an muncullah Indonesia mempunyai peluang besar untuk
barang- barang elektronik seperti telepon selurar, meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
dengan televisi, dan TV kabel. Kemudian teknologi melalui pengembangan ekonomi kreatif.
Memasuki komunikasi dari media elektronik yang awalnya masih era baru, dunia industri
mengalami perubahan yang memakai system analog, namun pada saat ini juga disebut
dengan Revolusi Industri 4.0. Istilah revolusi hadirnya produk media seperti, internet, e-book, e-
industri 4.0 merupakan transformasi komprehensif library, koran digital, e-shop dan lain
sebagainya. yang menyelimuti semua aspek produksi dari industry. Periode waktu ini sering disebut
sebagai revolusi melalui peleburan pada teknologi digital dan internet. digital (Puji, 2019). Revolusi
digital dimulai pada Penerapan dalam tahap konsep ini berfokus pada awal 1990-an, dan terus
berkembang sejak saat itu. otomatisasi proses aplikasi. Dengan mengingat prinsip sistem digital
tersebut, teknologi informasi, yang mengarah kepada maka era digital merupakan era dimana
media sedikitnya keterlibatan tenaga kerja manusia. komunikasi mengalir dengan cepat, jelas dan
akurat.
Perkembangan teknologi digital menjadi tren besar masyarakat di era ini menggunakan
sistem dimana komputer, laptop, jam digital, telepon seluler, digital untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari. internet, dan jejaring sosial menjadi lebih lazim. Era Menurut Communication
Technology Timeline digital saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan menjelaskan bahwa
penggunaan media elektronik masyarakat sehari-hari, karena kepraktisannya, mulai menyebar
pada tahun 1880-an, dengan contoh kenyamanannya, dan kemudahnnya membuat semua pertama
adalah alat komunikasi telepon dan radio. orang ingin melakukannya khususnya kaum muda
yang pada dasarnya akan mengubah pola kehidupan nantinya.
Seiring dengan adanya pergeseran pada pertumbuhan industri yang bergerak ke arah
digitalisasi, berbagai macam aktivitas mulai beralih mengikuti perkembangan yang terjadi, salah
satu contohnya adalah pergeseran perbankan syariah di era industri 4.0. Undang-Undang No.7 tahun
1992 yang direvisi Undang-Undang Perbankan No. 10
Tahun 1998 mendefinisikan bahwa bank syariah merupakan lembaga keuangan yang
beroperasi atas dasar bagi hasil. Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 mengenai perbankan
syariah dijelaskan bahwa yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta proses dalam melakukan kegiatan usahanya menggunakan
panduan yang berdasarkan prinsip syariah. Menurut jenisnya bank syariah terdiri dari Bank Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan
untuk pengaplikasiannya maupun prakteknya berbeda dengan bank konvensional.
Industri perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang pesat dan mampu mendorong
kegiatan ekonomi. Hal tersebut dapat dikatakan karena perbankan syariah telah menjadi salah satu
industri yang dapat membantu mendistribusikan dana publik dengan cara yang paling produktif bagi
perekonomian, serta juga berfungsi sebagai perantara yang dapat membantu memperlancar aliran
uang antara berbagai lembaga dengan sektor ekonomi lainnya.
Meskipun dari segi keberadaan dan peranan bank syariah telah mengalami perkembangan
yang begitu pesat, yang ditandai dengan banyaknya berdirinya bank-bank syariah (Marimin et al.,
2015). Namun perkembangan teknologi pada saat ini telah mempengaruhi perubahan sosial di
tengah-tengah masyarakat. Pengaruh teknologi menjadikan seseorang sangat memiliki
ketergantungan atas keberadaanya. Munculnya teknologi lebih memudahkan masyarakat dalam
mendapatkan informasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa media sosial merupakan perpaduan antara
sosiologi dan teknologi.
Otoritas Jasa Keuagan (OJK) mampu mendorong adanya digitalisasi perbankan dengan
mengarah kepada peraturan OJK yang berkaitan pada Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital
oleh Bank Umum, sebagaimana yang telah disebutkan bahwa Layanan perbankan digital adalah
layanan elektronik yang dikembangkan untuk mengoptimalkan data nasabah agar dapat melayani
nasabah dengan lebih mudah dan praktis, yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan nasabah.
Sehingga nantinya nasabah juga dapat melakukan secara mandiri dengan tetap memperhatikan
segala aspek pengamanannya (OJK, 2018). Dengan demikian adanya peraturan dari OJK dapat
diterapkan oleh perbankan syariah khususnya dalam pengotimalan pemanfaatan teknologi dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan nasabah.
Kemudian munculnya transformasi digital saat ini, menyebabkan perbankan syariah
khususnya di Indonesia juga harus mengembangkan fitur perbankan digital untuk perusahaan.
Namun jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Indonesia dapat
dikatakan lambat dalam mengikutinya. Hal ini terjadi dikarenakan strategi industri perbankan
syariah yang dilakukan Malaysia tentunya dalam menghadapi era digital adalah dengan
mengembangkan dan melakukan berbagai macam inovasi yang dapat memudahkan nasabah, yaitu
dengan membuatkan aplikasi-aplikasi perbankan yang berbasis Mobile. Selain itu juga karena
Malaysia telah bersedia dalam menghadapi ketidaktentuan ekonomi dunia dengan selalu membuat
pembaharuan pada struktur ekonomi, yang menjadikan Malaysia dapat stabil dalam menangani
hal-hal yang tidak dijangka (Latib & Taqiuddin, 2018). Peluang ini berlaku juga bagi perbankan
syariah lainnya. Sehingga melihat perubahan dunia saat ini yang sudah mengikuti arus zaman
maka tranformasi digital harus dilakukan oleh semua industri, khususnya pada perbankan syariah.
Maka dari itu, dalam menghadapi revolusi 4.0 yang merupakan kondisi dimana terjadinya
perubahan yang signifikan dalam proses produksi yang dilakukan oleh manusia, industri
perbankan syariah ditantang untuk memiliki strategi dan inovasi dalam memadukan teknologi
digital dengan interaksi nasabah, yang mana semakin dapat memudahkan dan praktis bagi
pengguna untuk mengakses layanan di perbankan syariah.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif
yang menitikberatkan pada pengamatan individu. Artinya dalam penelitian ini memaparkan
secara akurat dan sistematis mengenai objek yang diteliti, untuk memperoleh gambaran yang
lebih komprehensif.
Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survey buku, karena sumber-
sumber data yang digunakan terdiri dari berbagai macam literature-literature review diantaranya
buku, jurnal, artikel, berita dan sumber-sumber yang relevan lainnya. Kemudian berdasarkan objek
kajian, penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat studi kepustakaan (Library Research).
Library research merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data,
informasi, dan berbagai data lain-lainnya yang terdapat dalam studi kepustakaan (Noor, 2016).
Jenis data pada penelitian ini bersifat kualitatif. Yang mana data yang sudah terkumpul
dianalisis terlebih dahulu dan digambarkan dengan menggunakan metode deskriftif. Sehingga
operasional dalam penganalisisan datanya ditempuh melalui beberapa langkah diantaranya
mengumpulkan data sesuai dengan masalah penelitian, mengklasifikasikan unit data sesuai dengan
jenis data yang ditentukan dan menganalisis data untuk menarik kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil penelitian
Dalam pesatnya perkembangan era digital diharapkan mampu untuk dikelola dengan baik
agar lebih produktif atau dapat digunakan dan dapat dimanfaatkan secara luas sehingga tidak hanya
beberapa organisasi saja yang memanfaatkannya, melainkan perusahan atau masyarakat luas dapat
mengakses atau mengikuti semua yang berkaitan dengan tekonlogi dan mampu dikembangkan di
seluruh sektor keuangan untuk membangun kehidupan yang makmur, praktis dan sebagai bekal
untuk berbuat kebajikan terlebih dimanfaatkan untuk orang banyak serta sangat membantu dan
memudahkan umat manusia. Kecanggihan tekonologi tersebut dapat dikelola oleh siapapun
termasuk dalam industri keuangan syariah. Aktivitas dalam industri tersebut dapat memberikan
kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan beberapa transaksi diantaranya dapat melakukan
pembayaran, pembelian, dan lain-lainnya secara online dengan hanya menggunakan modal gadget
yang dimilkinya dan bisa di lakukan dimana saja serta bisa dilakukan dari rumah. Di Indonesia,
terdapat beberapa Lembaga yang sudah mengikuti perkembangan digital salah satunya pada industri
perbankan syariah.
2.2. Pembahasan
Perkembangan Teknologi Di Era Digital

Revolusi industri 4.0 membawa berbagai macam perubahan dalam tatanan kehidupan
masyarakat saar ini. Salah satu perubahan yang dirasakan adalah perubahan pada era digital yang
mempengaruhi beberapa aspek daintaranya adalah industri perbankan syariah. Di era digital,
industri perbankan syariah semakin mengembangkan inovasi teknologi perbankan digital. Hal ini
dilakukan salah satunya dengan tujuan untuk menarik minat para calon nasabah baru, kususnya
bagi kalangan modern atau kaum milenial yang hampir seluruh kegiatannya dilakukan dengan
melaui teknologi digital.
Perkembangan teknologi digital meningkat di beberapa negara. Era digital di Indonesia
ditandai dengan adanya peningkatan pengguna internet oleh masyarakat. Menurut data Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet mengemukakan bahwa Indonesia memiliki 197,71 juta jiwa pengguna
Internet dari total populasi sekitar 266,91 juta penduduk Indonesia, atau dapat dikatakan sudah
mencapai 73.7% masyarakat Indonesia yang sudah mampu mengakses internet (APJII, 2019).
Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas masyarakat
Indonesia saat ini cenderung lebih banyak menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari mereka. Dimana dalam hal ini, termasuk industri keuangan yang ditantang untuk
mampu merespon dengan cepat dari segala aspek perubahan pada era digital saat ini.
Grafik 1. 1 Penetrasi Pengguna Internet 2017 2018 (Q2)

Pengguna Internet Penduduk Indonesia


Sumber: Hasil Survey APJJI (2019-2020)Q2

Dari grafik 1.1 diatas dapat diketahui bahwa banyaknya pengguna internet tidak jauh disebabkan
oleh adanya kegiatan sehari-hari yang telah menjadi kebiasaan masyarakat ketika menggunakan
teknologi antara lain, memesan transportasi, pengiriman barang, membeli makanan, pemesanan
tiket, melakukan bisnis, dan lain sebagainya. Karena kehadiran teknologi, masyarakat
menganggap kegiatan mereka merasa lebih terbantu dan juga efisien. Fenomena ini dapat terjadi
karena adanya pengaruh dari sebuah inovasi pada sistem yang dikenal sebagai disruptif inovasi.

Disruptif Inovasi, sebuah sistem yang sukses dalam mengubah sistem yang sudah ada atau
dengan cara memperkenalkan kepraktisan dan kemudahannya, dengan biaya yang cukup ekonomis
(Soeharjoto et al., 2019). Kondisi ini juga terjadi pada industri jasa keuangan yang sudah merubah
model sistem industri jasa keuangan global. Mulai dari industri dan teknologi intermediasi untuk
model pemasaran kepada konsumen. Hal ini telah berubah sepenuhnya, dimana perbankan syariah
harus kompeten tidak hanya pada perbankan konvensional, tetapi juga bisa dengan perusahaan
fintech (Nur et al., 2019). Era 4.0 telah merevolusi dan mengubah sektor keuangan syariah, sehingga
bank syariah perlu menawarkan layanan teknologi yang lebih maju kepada konsumen.
Strategi Industri Perbankan Syariah Di Era Digital
Industri keuangan di Indonesia ditantang untuk mampu merespon dengan cepat dengan
berbagai perubahan di era digital. Dalam hal ini perubahan pada perilaku konsumen menuntut
perbankan untuk mentransformasi menuju era digital yang berwujud inovasi digital banking. Karena
jika tidak, perbankan syariah akan ditinggalkan nasabah dan tentunya masyarakat akan cenderung
beralih kepada institusi keuangan syariah lainnya, seperti fintech syariah.
Kondisi perbankan syariah dalam menghadapi era digital saat ini, terus melakukan strategi
agar dapat bertahan dan terus berkembang seiring dengan adanya kemajuan teknologi khususnya
(Assauri, 2013). Perkembangan teknologi yang begitu pesat, terus mengarahkan perbankan syariah
untuk lebih meningkatkan layanannya dengan salah satu membentuk layanan yang berbasis digital.
Hal ini dilakukan karena merupakan salah satu strategi yang bertujuan agar perbankan syariah
dapat memaksimalkan pelayanannya kepada nasabah, dan juga untuk meningkatkan kegiatan
operasionalnya.
Fenomena ini dapat terjadi disebabkan adanya pertumbuhan teknologi digital dan dorongan
yang diberikannya. Dengan perkembangan teknologi, bank harus menyesuaikan strategi mereka
dan mulai menawarkan layanan perbankan dengan sentuhan digital. Adapun proses dilakukan
secara bertahap, yaitu bahwa layanan perbankan syariah akan bertransformasi menjadi perbankan
digital (digital banking). Adanya perubahan tersebut (digital banking) dapat mengubah cara-cara
lama dalam melakukan aktivitas perbankan syariah. Dengan ini, nasabah tidak perlu lagi datang ke
kantor cabang untuk membuka rekening atau melakukan transaksi keuangan, melainkan semua itu
bisa dilakukan dengan modal jari jempol di layar gadget.
Kemajuan teknologi informasi yang begitu cepat dan canggih, dalam sekejap bisa merubah
prilaku seseorang yang mengakibatkan kebutuhan para nasabah juga terus mengalami
peningkatan. Hal ini yang dapat mendorong perbankan syariah untuk terus dapat memenuhi
kebutuhan nasabahnya dengan melakukan berbagai macam strategi. Sehingga pada saat ini strategi
yang dilakukan oleh perbankan syariah yaitu dengan melakukan peningkatan terhadap layanannya
agar para nasabah dapat memperoleh layanan perbankan secara mandiri (self-service) tanpa harus
mendatangin kantor bank tersebut. Beberapa layanan perbankan syariah yang dapat dilakukan
secara mandiri diantranya adalah registrasi, transaksi (pembayaran, tunai, transfer,) dan berbagai
jenis layanan lainnya.
Namun dalam hal ini ada dua jenis strategi pemasaran yang umum digunakan, yaitu strategi
mencari pelanggan baru (new customer) dan strategi mempertahankan pelanggan yang sudah ada
(existing customer) (Rangkuti, 2014). Ada dua cara untuk mendekati pelanggan, satu harus fokus
pada strategi terhadap mereka, dan yang lain harus diberi perhatian lebih. Oleh karena itu,
organisasi atau perusahaan harus selalu bekerja untuk memastikan bahwa pelanggannya selalu
puas dan melakukan pembelian berulang. Sehingga dalam hal ini organisasi ataupun perusahaan
dapat menyelaraskan kompetensi, teknologi dan sumber daya yang dimiliki dengan mengikuti
keinginan dan kebutuhan pelanggan yang dinamis. Sebagai gambaran penerapan digital banking di
Indonesia dalam menghadapi era digital, saat ini dapat dibuktikan dengan adanya strategi yang
berbentuk berbagai layanan yang dapat membantu nasabah, seperti internet banking. Internet
banking salah satu layanan online yang dimiliki perbankan. Dimana dalam kegiatan
operasionalnya memakai sebuah teknologi internet. Hal ini dilakukan perbankan syariah untuk
memudahkan nasabahnya dalam melakukan kegiatan transaksi.
Kedua, kegunaan phone banking. Layanan ini yang terkadang memungkinkan dapat
membantu nasabah dalam menghubungi nomor telepon tertentu dari bank dengan tujuan untuk
melakukan layanan perbankan. Ketiga, adanya SMS Banking. Pada SMS banking ini mampu
melakukan layanan perbankan yang dapat diakses dan dilakukan dengan melalui jaringan Short
Message Service (SMS) telefon seluler yang dimiliki oleh nasabah.
Keempat, adanya mobile banking. Mobile banking salah satu layanan yang sangat
memungkinkan nasabah dapat melakukan transaksi perbankan melalui smartphone yang
dimilikinya. Pada aplikasi mobile banking juga dapat memberikan pelayanan terkait transaksi
informasi saldo, tranfer, pembayaran, dan transaksi lainnya. Dengan demikian pada hal ini bank
dapat bekerja sama dengan operator seluler lainnya, sehingga telah dipasang kartu SIM (Mobile
Chip Card) dan Global for Mobile Communication (GSM) dengan program khusus agar dapat
melakukan operasional perbankan, sehingga sangat memudahkan semua pihak, terutama pada
proses transaksi pelanggan (OJK, 2018).
Mobile banking adalah bentuk perbankan baru yang menggunakan telepon seluler untuk
mengakses informasi keuangan, Sedangkan SMS banking adalah bentuk lama dari perbankan yang
menggunakan pesan teks untuk mengakses informasi keuangan. Sehingga mengakibatkan semua
proses transaksi nasabah akan sangat mudah melalui aplikasi mobile bangking dibandingkan dengan
menggunakan SMS Banking.
Disisi lain, hadirnya revolusi industri 4.0 juga menghadirkan beberapa tantangan tentunya
pada industri perbankan, oleh karena itu perbankan dituntut untuk memiliki strategi agar dapat
mengatasi persoalan yang ada. Pesatnya perkembangan teknologi digital menjadi sebuah tantangan
baru, namun hal tersebut dapat diatasi dengan pesatnya perkembagan teknologi perbankan digital.
Karena perbankan sebagai salah satu industri jasa keuangan yang berkembang serta mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dihadapkan pada pilihan harus mengadopsi
teknologi digital agar perbankan dapat bertahan.
Perbankan syariah selalu meningkatkan pelayanan nasabah dengan melalui tranformasi
digital. Hal ini dilakukan dengan melengkapi berbagai macam fitur yang berada di mobile
banking. Karena selain pesatnya pengguna smartphone di Indonesia yang meningkat, namun juga
timbulnya karakter masyarakat ataupun generasi milenial yang lebih cendrung memilih melakukan
sesuatu dengan mudah dan praktis.
Adapun dampak terhadap inklusi keuangan syariah yaitu mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak terbendung, sehingga mau tidak mau harus disikapi secara cerdas oleh
pihak- pihak yang bersangkutan (Fahlefi, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa adanya strategi yang
dibuat oleh industri perbankan syariah dalam menghadapai era digital, ternyata juga
mengharuskan inklusi keuangan syariah melakukan inovasi yang baru. Hal ini disebabkan karena
terus berkembangnya teknologi informasi. Sehingga secara bersamaan maka inklusi keuangan
syariah juga di tuntut untuk meningkatkan layanan keuangan modern dari lembaga keuangan
syariah, yang bertujuan untuk memperkuat dan mempertahankan peran inklusi keuangan syariah
tersebut sehingga dapat memberikan layanan modern yang bersifat mudah, praktis, dan aman.
Oleh karena itu, tentunya bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan, kepuasan
nasabah merupakan hal mutlak yang tidak boleh diabaikan. Selain itu kepuasan nasabah juga
menjadi salah satu aspek strategis untuk memenangkan persaingan dan mempertahankan citra
perusahaan di pasar dan masyarakat luas. Sehingga kualitas layanan pelanggan menjadi isu yang
sangat penting. Karena pelayanan tidak sebatas melayani, melainkan dapat memahami, mengerti
serta merasakan. Oleh karena itu, layanan bertujuan untuk berbagi hati pada pelanggan (heart
share). Kemudian dapat meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap produk, dan hal ini akan
berdampak positif bagi citra perusahaan.

KESIMPULAN
Pesatnya perkembangan teknologi dan internet jangan dijadikan suatu hambatan dan
ancaman, akan tetapi dijadikan sebagai sebuah tantangan dan penggerak untuk terus berinovasi
dan berkreasi dalam menggabungkan teknologi digital dengan interaksi nasabah, yaang nantinya
akan menghasilkan sesuatu yang dapat membantu perkerjaan masyarakat jadi lebih teratur dan
terarah.
Dibidang perbankan syariah, tantangan di era digital semakin pesat dan kemajuan-kemajuan
yang akan terjadi di masa depan tak terbendung. Hal ini terjadi karena perbankan syariah tidak
hanya bersaing dengan bank lainnya baik itu konvensional, melainkan juga akan bersaing dengan
perusahaan teknologi keuangan lainnya yang sama-sama saling memberikan keamanan ataupun
kenyamanan bagi para penggunanya. Sehingga oleh karena itu terdapat beberapa strategi yang
dilakukan perbankan syariah dalam mengikuti era digital saat ini yaitu dengan memberikan bentuk
pelayanan dan perhatian yang baik kepada nasabah serta berbagai layanan yang dapat memudahkan
nasabah, seperti internet banking. Kedua, kegunaan phone banking. Ketiga, adanya SMS Banking.
Keempat, adanya mobile banking. Dalam hal ini bank dapat bekerja sama dengan operator seluler
lainnya, sehingga telah dipasang kartu SIM (Mobile Chip Card) dan Global for Mobile
Communication (GSM) dengan program khusus agar dapat melakukan operasional perbankan,
sehingga sangat memudahkan semua pihak terutama pada proses transaksi pelanggan yang akan
lebih sangat praktis dan aman.

REFERENSI
APJII. (2019). Laporan Survei Internet APJII 2019 – 2020. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia, 1–146. https://apjii.or.id/survei.

Assauri. (2013). Strategic Management. PT. Raja Grafindo Persada.

Fahlefi, R. (2019). Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor Filantropi.
PROCEEDING Batusangkar International Conference III, Graduate Programme of IAIN
Batusangkar, 4(1), 205–212.
https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/pr oceedings/ article/view/1556.

Latib, N. A. A., & Taqiuddin, M. T. (2018). Penilaian Kesan Reforrmasi Dasar Kewangan Keatas
Institusi Perbankan Islam di Malaysia. Labuan E- Journal of Muamalat and Society (LJMS),
12, 69–88.

https://doi.org/10.51200/LJMS.V12I.1351.
OJK, Republik Indonesia. (2018). Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital Oleh Bank
Umum.
Marimin, A., Haris Romdhoni, A., & Nur, F. T. (2015). Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1(02), 75–87.
https://doi.org/10.29040/JIEI.V1I02.30
Noor, J. (2016). Metodologi Penelitian. Kencana Prenada.

Nur, S. E., Nur, D., & Cholild, M. M. (2019). Peran Fintech dalam Meningkatkan Literasi
Keuangan pada Usaha Mikro Kecil Menengah di Malang. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi,
04(8), 90–104. http://riset.unisma.ac.id/index.php/jra/article/vie w/4038.
Puji, R. (2019). Pengaruh Era Diigital terhadap Perkembangan Bahasa Anak. Al-Fathin, 2(6),
47–59.
Rangkuti, F. (2014). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama.

Soeharjoto, Tribudhi, D. A., & Nugroho, L. (2019). Fintech Di Era Digital Untuk Meningkatkan
Kinerja ZIS di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 137–144.
PERAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH, PELUANG DAN TANTANGAN
NURFITRIANI, SE.,M.Ak

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan adalah suatu usaha yang setiap kegiatannya berkaitan mengenia
uang, seperti menghimpun dana atau uang , kemudian penyaluran dan atau jasa-jasa
keuangan yang lainnya. Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) sendiri, Lembaga
Keuangan Syariah adalah lembaga keuangan yang sudah mendapatkan izin dalam
melakukan kegiatan operasionalnya sebagai lembaga keuangan untuk mengeluarkan
produk dari keuangan syariah.
Lembaga keuangan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi. Dengan adanya sistem
perekonomian yang semakin terbuka ini, menjadikan setiap pelaku usaha bebas
memasarkan produknya kemana saja. Melihat hal tersebut, tentunya akan menjadi
peluang yang besar bagi pelaku usaha untuk meningkatkan dan memperbesar usahanya.
Semakin besar sebuah usaha semakin besar pula modal yang diperlukan. Oleh
karena itu diperlukanya sebuah lembaga keuangan yang dapat memberikan solusi atau
meminjamkan danaya. Terdapat dua lembaga keuangan yang ada di Indonesia yaitu
lembaga keuangan berbasis syariah dan lembaga keuangan konvensional. Masyarakat
bebas memilih lembaga keuangan yang akan digunakan dalam setiap aktivitas
transaksinya dan diantara kedua lembaga keuangan tersebut memiliki keuanggulan
masing-masing.
Pada masa sekarang Lembaga Keuangan Syariah semakin berkembang pesat. Hal
ini terbukti dengan semakin banyaknya lembaga jasa keuangan syariah, layanan dan
produk hingga semakin meningkatnya infrastrutur di Lembaga Keuangan Syariah. Salah
satu peluang yang dapat menjadikan Lembaga Keuangan Syariahdi Indonesia semakin
meningkat ialah karena masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama islam,
mulai tumbuh kesadaran untuk menggunakan layanan jasa keuangan syariah yang sesuai
dengan prinsip islam. Agar Lembaga Keuangan Syariah semakin dikenal di masyarakat
dan dapat semakin berkembang maka diperlukan memanfaatkan peluang-peluang lain
yang ada dengan maksimal
Akan tetapi jika ada peluang maka akan adapula tantangan yang harus dihadapi
agar Lembaga Keuangan Syariah semakin tumbuh berkembang. Mengingat
sebelumnya masyarakat sudah lebih terbiasa dengan menggunakan transaksi keuangan
secara konvensional. Hal ini tentunya menjadi tantangan- tantangan tersendiri bagi
Lembaga Keuangan Syariah agar dapat bersaing dengan Lembaga Keuangan
Konvensional sehingga dapat terus meningkatkan eksistansinya.
Oleh karena melihat peluang dan tantangan di Lembaga Keuangan Syariah yang
ada di Indonesia penulis ingin malakukan penelitian mengenai “Analisis Peluang dan
Tantangan Lembaga Keuangan Syariah Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing
Terhadap Lembaga Keuangan Konvensional Di Indonesia”
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana peluang Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya meningkatkan daya saing
terhadap lembaga keuangan konvensional serta untuk mengetahui bagaimana peluang
Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya meningkatkan daya saing terhadap lembaga
keuangan konvensional. Sedangkan manfaat dari adanya penulisan ini diantaranya: secara
teoritis, diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan dan keilmuan
mengenai berbagai peluang maupun tantangan lembaga keuangan syariah dalam
menghadapi lembaga keuangan konvensional di Indonesia yang dapat digunakan sebagai
bahan referensi untuk penulisan selanjutnya. Adapun secara praktis, penulisan ini
bertujuan untuk masyarakat umum maupun dari pihak lembaga keuangan sendiri
mengenai pengetahuan tentang lembaga keuangan yang ada di Indonesia dan bagaimana
sistem operasianal didalamnya
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif analisis. Jenis penelitian ini menggunakan studi pustaka
dengan sumber data diperoleh dari sumber sekunder baik berupa internet, buku, jurnal,
publikasi ilmiah, dan sumber lain yang relevan. Penelitian ini bersifat deskkriptif
kualitatif menjelaskan atau memaparkan hasil penelitian mengenai bagaimana peluang
dan tantangan Lembaga Keuangan Syariah untuk meningkatkan daya saing terhadap
Lembaga Keuangan Konvensional di Indonesia.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik metode studi pustaka, dengan mencari teori yang berhubungan
dengan Lembaga Keuangan Syariah serta peluang dan tantanganya.

II. PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Lembaga Keuangan Konvensional
a. Pengertian Lembaga Keuangan Konvensional
Lembaga Keuangan adalah badan usaha yang memiliki aset utama yaitu
berbentuk keuangan maupun tagihan-tagihan yang dapat berupa saham, obligasi,
dan pinjaman. Lembaga keuangan adalah tempat transformasi atau perpindahan
dana dari pihak yang mengalami kelebihan dana (surplus of funds)kepada pihak
yang mengalami kekurangan dana (deficit of funds).
b. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Konvensional Di Indonesia
 Bank Sentral (Central Bank)
Bank Sentral merupakan bank yang dimiliki oleh pemerintah yang
memiliki tugas untuk menjaga, menagtur, serta memelihara kestabilan nilai
mata uang negara Indonesia.
 Bank Umum (Comercial Bank)
Bank Umum merupakan suatu lembaga yang menjalankan usahanya
secara konvensional dan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
 Modal ventura
Modal ventura merupakan memiliki tugas yaitu melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.
 Anjak piutang
Anjak piutang merupakan badan usaha yang memiliki tugas untuk
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan,
serta pengurusan piutang dan tagihan jangka pendek suatu perusahaan (debitur)
dari transaksi perdagangan di dalam atau di luar negeri.
 Asuransi
Asuransi adalah suatu bentuk perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.
 Dana pensiun
Dana pensiun merupakan suatu lembaga yang memiliki tugas untuk
mengelola program pensiun yang tujuannya untuk memberikan kesejahteraan
kepada karyawan di suatu perusahaan terutama mereka yang sudah pensiun.
 Pegadaian
Pegadaian merupakan lembaga yang memiliki tugas untuk memberikan
pinjaman kepada masyarakat dengan menahan barang tersebut sebagai untuk
dijadikan sebagai jaminannya.
 Pasar Modal
Pasar Modal adalah pasar yang dalam kegiatan operasionalnya
memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang,
baik itu berbentuk utang ataupun berbentuk modal sendiri yang sudah
diterbitkan oleh perusahaan swasta.
 Pasar uang
Pasar Uang adalah sarana yang didalamnya menyediakan pembiayaan
jangka pendek (kurang dari 1 tahun), pasar uang ini tidak mempunyai tempat
fisik seperti halnya pasar modal.
 Reksadana
Reksadana merupakan lembaga keuangan yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal dan kemudian diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Portofolio efek ini seperti
obligasi, saham, deposito, instrument pasar uang, uang kas dan lain
sebagainya.
2. Lembaga Keuangan Syariah
a. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syari'ah merupakan lembaga keuangan yang memiliki
prinsip operasi berdasarkan kepada prinsip Syariah Islamiah. Operasional harus
terhindar dari unsur dari riba, gharar dan maisir. Karena hal tersebut sangat
diharamkan dan sudah diterangkan dalam Al-Quran dan Al- Hadist. Adapun
tujuan utama didirikannya lembaga keuangan syariah yaitu untuk menunaikan
perintah Allah SWT di bidang ekonomi, muamalah sekaligus membebaskan
masyarakat Islam dari kegiatan yang dilarang oleh Islam. Untuk
melaksanakannya, tidak sepenuhnya hanya dilakukan oleh lembaga keuangan
syariah saja, melainkan merupakan tugas seluruh masyarakat.
Lembaga keuangan syariah baik itu bank maupun non-bank dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya selalu diawasi oleh sebuah lembaga yang
dinamakan dengan Dewan Pengawasan Syariah. Dari pengertian ini dapat
dijelaskan bahwa lembaga keuangan syariah adalah suatu lembaga yang
mencakup segala aspek keuangan baik itu tentang persoalan perbankan ataupun
kerjasama pembiayaan, keamanan dan asuransi perusahaan, dan lains ebagainya
yang berlangsung di luar konteks perbankan.
Untuk unsur kesesuaian Lembaga Keuangan Syariah dengan syariah Islam
secara tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkannya dalam berbagai
fatwa yang dikeluarkan. Sedangkan unsur legalitas operasi sebagai lembaga
keuangan sendiri diatur oleh berbagai instansi yang memiliki kewenangan
mengeluarkan izin operasi. Instansi tersebut antara lain sebagai berikut :
 Bank Indonesia yang memiliki funsi sebagai institusi dan memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengawasi Bank Perkreditan Rakyat dan
Bank Umum.
 Departemen Keuangan yang memiliki fungsi sebagai institusi dan memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengawasi koperasi.
 Kantor Menteri Koperasi yang memiliki fungsi sebagai institusi dan memilii
kewenangna untuk mengatur dan mengawasi koperasi.
b. Operasional Lembaga Keuangan Syariah
Prinsip operasional yang ada di Lembaga Keuangan Syariah ialah:
 Keadilan, merupakan prinsip berbagi atas keuntungan penjualan yang
sebenar-benarnya berdasarkan dari konstribusi serta resiko dari setiap pihak.
 Kemitraan, ialah prinsip dimana kesetaraan antara masing-masing pihak yang
terlibat di dalam kerjasama tersebut. Posisi dari nasabah investor
(penyimpanan dana), serta penggunaan dana, dan lembaga keuangan itu itu,
sejajar sebagai mitra usaha dan saling bersinergi agar dapat memperoleh
sebuah keuntungan.
 Transparansi, merupakan Lembaga Keuangan Syariah yang mana harus
memberikan sebuah laporan keuangan berkesinambungan kepada pihak
nasabah investor atau setiap pihak yang terlibat didalamnya supaya dapat
mengetahui kondisi nyata dari dana dan harus dilakukan secara terbuka.
 Universal, ialah sebuah prinsip keharusan dari Lembaga Keuangan Syariah
untuk memberikan agama, ras,suku serta golongan masyarakat dalam
pemberian layanan harus sesuai prinsip islam.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam LKS ialah: .
 Pembayaran sebuah pinjaman harus dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dimana penentuan nila sebelumnya tidak diperkenankan
 Pemberi dana harus terlibat berbagi kerugian dan keuntungan sebagai dampak
dari keluaran usaha yang meminjam dana .
 Islam melarang “menghasilkan uang dari uang”. Uang merupakan media
untuk pertukaran bukan komoditas karena uang tidak memiliki nilai
intrinsik.
 Unsur gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Masing-masing
pihak harus mengetahui dengan pasti hasil yang akan mereka dapatkandari
sebuah transaksi.
 Tidak diperkenankan melakukan investasi pada hal yang diilarang islam.
c. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.
 Baitulmal Wat Tamwil (BMT)
BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki tugas
menghimpun sekaligus menyalurkan dana kepada para anggota. BMT ini
tidak menuntut untuk mendapatkan keuntungan. Adapun contoh penerapab
dari lembaga keuangan ini diantaranya adalah penghimpunan dan penyaluran
infak, zakat, serta sedekah.
 Asuransi Syariah
Asuransi syariah merupakan usaha tolong-menolong sekaligus saling
melindungi antar peserta dengan penerapan operasional yang menggunakan
prinsip hukum syariat Islam.
 Pasar Modal Syariah
Pasar Modal merupakan tempat yang digunakan untuk menerbitkan
surat berharga perusahaan, baik itu dalam bentuk saham ataupun dalam
bentuk obligasi untuk memperoleh dana dari para investor (penanam modal).
 Reksadana Syariah
Reksadana Syariah merupakan perusahaan sekuritas yang dalam
kegiatan operasionalnya hanya memfasilitasi mereka para investor dalam
menginvestasikan dananya. Karena terdapat larangan bagi Bank Syariah
untuk membeli saham secara langsung di Pasar Modal, maka Bank Syariah
tidak berhubungan dengan Reksadana dalam hal pembelian saham
 Pegadaian Syariah (Ar-Rahnu)
Ar-Rahnu adalah lembaga pegadaian yang dalam sistem
operasioanalnya dilakukan sesuai dengan prinsip maupun aturan Syariah
Islam. Di Indonesia sendiri, dalam pembentukannya Pegadaian Syariah
diprakarsai oleh BMI (Bank Muamalat Indonesia).
 LAZ (Lembaga Amil Zakat) dan BAZ (Badan Amil Zakat)
Dalam fungsi kegiatannya, bank syariah juga dapat bergerak dalam
bidang sosial yaitu dengan cara mendirikan lembaga baitulmal yang memiliki
tujuan untuk menerima sumber dana yang berasal dari zakat, infak, hibah,
sedekah, dan dana sosial lainnya.
 Koperasi Syariah
Koperasi syariah merupakan koperasi yang semua kegiatan maupun
usahanya bergerak di dalam bidang simpanan pokok, pembiayann yang
sesuai dengan pola bagi hasil dan investasi.
 Pasar Uang Syariah
Pasar uang syariah adalah suatu pasar yang didalamnya terjadi
perdagangan surat-surat berharga syariah dengan jangka waktu pendek
(kurang dari 1 tahun).
 Dana Pensiun Syariah
Tujuan dari dibentuknya Dana pensiun syariah ini adalah untuk
memelihara kesinambungan penghasilan pada waktu hari tua, yaitu ketika
yang bersangkutan tersebut sudah tidak mampu lagi untuk bekerja.
 Leasing Syariah
Leasing Syariah merupakan lembaga yang sangat mendukung
masyarakat dalam bidang transaksi sewa-menyewa, terlebih kepada transaksi
sewa- menyewa yang memiliki prinsip maupun konsep ijarah (sewa-
menyewa dengan sistem syariah).
 Modal Ventura Syariah
Modal Ventura Syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang
bergerak dalam bidang permodalan yang melibatkan berbagai pihak yang
sam- sama ikut dalam kontribus idalam membangun usaha yang agar menjadi
lebih maju dan besar.
 Anjak Piutang Syariah
Anjak Piutang Syariah merupakan lembaga yang memiliki fungsi untuk
mengambil alih pembayaran kredit pada suatu perusahaan, khususnya
perusahaanyang berhubungan dengan kredit bermasalah.
III. HASIL PEMBAHASAN
A. Peluang
Istilah lain dari peluang adalah sebuah kesempatan. Peluang merupakan adanya
sebuah kesempatan atau harapan yang dapat kita wujudkan melalui cara-cara tertentu
untuk terpenuhinya sebuah tujuan. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di
Indonesia semakin meningkat. Ditengah persaingan dengan Lembaga Keuangan
Konvensional, Lembaga Keuangan Syarian sendiri memiliki sebuah peluang yang
berpotensi menjanjikan seperti :
1. Jumlah penduduk di Indonesia bermayoritas islam
Di Indonesia 85% mayoritas penduduknya beragama islam, hal ini menjadi
peluang tersendiri agar dapat meningkatkan perkembangan Lembaga Keuangan
Syariah yang ada di Indonesia. Dengan jumlah penduduk muslim yang banyak ini
harapanya Lembaga Keuangan Syariah dapat terus melakukan sebuah inovasi-inovasi
terbaru sehingga meningkatkan daya tarik untuk membuat masyarakat muslim
menggunakan Lembaga Keuangan Syariah dalam melakukan setiap transaksi.
2. Keuanggulan dari Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah dalam menjalankan aktivitasnya, selalu memegang
teguh prinsip-prinsip syriah yang sesuai dengan islam. Prinsip tersebut diantarana
adalah prinsip keadilan, transparan dan kemitraan. Dengan adanya prinsip tersebut
masyarakat akan merasa lebih percaya dalam meggunakan Lembaga Keuangan
Syariah.
Dari segi akad dan legalitas, akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki
konsep duniawi sekagigur ukrawi. Dimana dalam akad ini tidak hanya keuntungan
duniawainya saja yang dikedepankan namun dalam akad tersebut juga berdasarkan
ketentuan-ketentuan syraiah yang sesuai dengan islam. Dalam transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah apabila terdpat pihak yang melanggar atutan terdapat duan
konsekuensi yang akan diterima yaitu hukum didunia dan hukum diakhirat. Pada
Lembaga Keuangan Syariah tidak terdapat bunga bank yng dapat menjadikan riba
melainkan menggunakan sistem bagi hasil atau profit sharing dan adil. Jadi dalam
Lembaga Keuangan Syariah tidak semata-mata hanya mengejar keuntungan yang
besar saja berbeda dengan Lembaga Keuangan Konvesial keuntungan yang dikejar
sebanyak-banyaknya tidak peduli meski riba.
Jika terdapat perselisihan yang terjadi ntara pihak nasabah dan bank maka cara
penyelesainya tidak di Pengadilan negeri seperti yang dilakukan pada bank
konvensional melainkan di Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS).
Dalam menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang terjadi di Lembaga Keuangan
Syariah penyelesaian BASYARNAS mengacu pada materi hukum-hukum syariah,
sesuai dengan Pasal 55 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2008 yang berbunyi:” Dalam hal
para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), penyelesain sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad”. Maka jika
dalam akad dituangkan bahwa penyelesaian sengketa melalui arbitrase, hal ini
dimungkinkan terjadi sesuai dengan kesepakatan para pihak yaitu bank dan nasabah.
Selain itu dengan amandemen Undang-Undang Peradilan Agama, maka penyelesaian
sengketa dapat diselesaikan di Pengadilan Agama.
Hal ini dimungkinkan karena undang-undang tersebut secara eksplisit dalam
Pasal 49 menyebutkan bahwa Pengadilan Agama dapat menyelesaiakan sengketa
ekonomi Islam. Hal ini juga dituangkan dalam Pasal 55 ayat (1) UU No. 21 Tahun
2008 yang berbunyi: “Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama”.
Terdapat struktur organisasi di Lembaga Keuangan Syariah yang dalam
pelaksanaanya berfungsi untuk mengawasi jalanya lembaga keuangan tersebut
sehingga apabia terdapat lembaga yang mneyeleweng aturan maka akan segera
diketahui dan diberikan sanksi. Struktur organisasi tersebut seperti Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN).
3. Adanya dukungan dari pemerintah
Pemerintah mengeluarkan undang-undang sebagi bentuk dukunganya terhadap
Lembaga Keuangan Syariah sehingga dapat menjadikan kekuatan. Adapun undang-
undang yang sudah dikeluarkan adalah UU No 7 tahun 1992, UU No 10 tahun 1998,
dan UU No 21 tahun 2008 tentang perankan syariah. Selain itu DSN-MUI
mengeluarkan 119 fatwa tentang ekonomi Syariah.
4. Semakin tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga keislaman
Adanya partai-partai isam yang bermunculan setelah masa era reformasi
memiliki pengaruh terhadap kehidupan nasional. Terdapat kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh politisi muslim dan dapat mendukung kemajuan lembaga keuangan
syariah. Di Indonesia juga semakin banyak berdiri sekolah-sekolah yang berbasis
islami, baik dari SD,SMP,SMA hingga Perguruan Tinggi yang dapat menciptakan
seorang kader ekonom yang berbasis islami.
B. Tantangan
Tantangan merupakan salah satu bentuk motivasi agar dapat mencapaian target.
Tantangan ialah objek atau hal yang dapat membangkitkan tekadagar kemampuan dapat
ditingkatkan sehingga dapat mengatasi sebuah masalah dan bekerja lebih giat lagi.
1. Perlunya pengembangan kelembagaan.
Kelembagaan yang terdapat di Lembaga Keuangan Syariah belum sepenuhnya
efisien dan kompetitif sehingga belum mapan. Terdapat masih rendahnya
penggunaan teknologi, kurangnya dukungan dari pemodalan dan jaringan yang
kurang luas, dan kapasitas dari SDM yang ada masih tidakmerata.
2. Kurangnya sosialisasi dan promosi
Masih banyak masyarakat yang kurang memahami mengenai Lembaga
Keuangan Syariah, hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk kedepanya bagaimana
caranya agar masyarakat tahu dan mengerti apa itu Lembaga Keuangan Syariah. Jika
sudah mengetahui tentang Lembaga Keuangan Syariah selanjutnya memikirkan
bagaimana cara agar masyarakat paham, dari yang telah paham terkadang ada yang
belum percaya, dan dari yang sudah percaya namun masih kurangnya partisipasi. Dan
dari masalah tersebut Lembaga Keuangan Syariah hars mencari solusi untuk
mengahadapinya.
Terkadang masyarakat lebih memahai tetang lembaga keuangan konvensional
karena lembaga tersebut lebih sering didengar dan tidak asing di telinga masyarakat.
Oleh karena itu diperlukan sebuah promosi dan sosialisasi yang dapat menarik
perhatian asyarakat dapt melalui media seperti televisi, radio dan dapat pula melalui
media koran maupun majalah.Dengan adanya teknologi yang semakin berkembang
sebaiknya memanfaatkan media internet yang dapat diakses kapan saja.
3. Kuranganya perluasan pada jaringan kantor
Lembaga Keuangan Syariah yang ada di Indonesia masih sediki belum
sebanyak lembaga Keuangan Konvensional. Terutama pada di masyarakat pedesaan
masih suli menemukan Lembaga Keuangan Syariah karena yang dominan adalah
konvensional.
4. Peningkatan SDM.
Sumber Daya Manusia yang amanah, jujur profesional dan berkualitas masih
sedikit yang ada. Padahal komponen tersebut harus ada di Lembaga Keuangan
Syariah sehingga pegawai-pegawainya dapat diandalkan dan dapat melakukan
tugasnya sesuai syariah, namun pada kenyataanya sangat jarang ditemukan, sumber
daya manusianya masih banyak keluaran dari didikan konvensioanl. Pegawai di
Lembaga Keuangan Syariah harus memahami tentang fiqih dan cara-cara
menyelesaiakan permasalahan di Lembaga Keuangan Syariah sesuai prinsip-prinsip
islami. Masih terbatasnya jenis dan akses terhadap produk dan layanan keuangan
syariah, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
5. Perlunya peningkatan modal
Untuk mengembangkan Lembaga Keuangan Syariah perlu adanya peningkatan
modal yang ada agar dapat melakukan pembiayaan perluasan dan melakukan
pendanaan bagi para pelaku usaha. Pemegang saham atau stake holder pada Lembaga
Keuangan Syariah perlu menambah jumlah modalnya agar risk taking capacity-nya
dapat meningkat. Karena setiap aktivitas pendanaan di Lembaga Keuangan Syariah
sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang ada.
IV. KESIMPULAN
Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) Lembaga Keuangan Syariah merupakan
sebuah lembaga keuangan yang mendapatkan ixin untuk melakukan kegiatan operasional
sebagai lembaga keuangan guna mengeluarkan produk dari keuangan syariah. Peluang
Lembag Keuangan Syariah adalah, jumlah penduduk di Indonesia bermayoritas islam,
keunggulan dari lembaga keuangan syariah sendiri, adanya dukungan dari pmerintah,
semakin tumbuh dan berkembangnya lembaga keislam
Selain memiliki peluang, Lembaga Keuangan Syariah juga memiliki tantangan untuk
menghadapi persaingan terhadap Lembaga Keuangan Konvensional. Adapun tantanganya
adalah, perlunya pengembangan kelembagaan, kurangnya sosialisasi dan promosi,
kurangnya perluasan pada jaringan kantor, perlunya peningkatan sumber daya manusia,
perlunya peningkatan modal.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali , Roifatus Syauqoti Mohammad . 2018. “Analisis Sistem Lembaga Keuangan
Syariah dan Lembaga Keuangan Konvensional”, Iqtishoduna Vol. 14 No. 1 Tahun 2018 .
Huda, Nurul ,Mohammad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan
Teoritis danPraktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Hidayat, Yayat Rahmat . 2018. “ Analisis Peluang Dan Tantanagn Lembaga Keuangan
Syariah Untuk Meningkatkan Daya Saing Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean”, Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol.2, No.2 ,Hlm. 176.
Mensari, Dian, Ahmad Dzikra, “Islam dan Lembaga Keuangan Syariah”, AL-
INTAJVol. 3, No. 1, Maret 2017Fakultas Ekoomi dan Bisnis IslamP-ISSN : 2476- 8774/E-
ISS : 2621-668X
Ndruru , Dayna Oklin Ndruru. 2019. Peluang Dan Tantanagn Lembaga Keuangan
Syariah Di Bengkulu, Bengkulu : IAIN Bengkulu.
Salman, Kautsar Riza. 2017. Akuntansi Perbankan Syariah : Berbasis PSAK Syariah.
Jakarta : PT. Indeks.
MEMPERKENALKAN MODEL INQUIRY LEARNING
DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI SYARIAH
RIDASARI, SE.,MM
Pengertian Dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing – Model
pembelajaran inquiry merupakan salah satu model pembelajaran yang berperan penting
dalam membangun paradigma pembalajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa.
Menurut Jauhar (2011), “inquiry berasal dari kata to inquiry yang berarti ikut serta atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi dan melakukan
penyelidikan”. Dimana inquiry juga dapat diartikan sebagai suatu proses bertanya dan
mencari tahu jawaban yang dipertanyakan. Pembelajaran inquiry bertujuan memberikan cara
bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual dan keterampilan proses
sains siswa.
Menurut (Dettrick, G.W, 2001) “melakukan pembelajaran dengan menggunakan inquiry
berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan
dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli
penelitian”. Dalam model inquiry guru akan merencanakan situasi sedemikian rupa sehingga
siswa didorong untuk menggunkan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk
mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian,
mambuat ramalan dan penjelasan yang menunjang pengalaman.
Model pembelajaran inqury terbagi menjadi dua yaitu: inquiry terbimbing (guided
inquiry) dan inquiry bebas atau inquiry terbuka (open-ended inquiry). Perbedaan antara
keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatan yang
akan dilakukan. Pada inquiry terbimbing guru membimbing siswa melakukan kegiatan
dengan memberikan pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu
diskusi. Inquiry terbimbing bisa dilakukan di awal proses pembelajaran untuk siswa yang
belum terbiasa, dan selanjutnya dapat diikuti dengan open-ended inquiry atau inquiry
terbuka. Inquiry terbuka yaitu guru bertindak sebagai fasilitator, dimana pertanyaan akan
diajukan oleh siswa dan pemecahannya pun dirancang oleh siswa sendiri.
Hasil dari pemecahan mungkin akan mengarah pada pertanyaan baru yang merupakan
pengembangan dari masalah sebelumnya. Model pembelajara inquiry yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran inquiry terbimbing. Inquiry  terbimbing merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola pembelajaran kelas.
Pembelajaran inkuiry terbimbing merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa diberi
kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Menurut
Gulo, (2004: 84-85) berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.
Model Pembelajaran Inquiry  Terbimbing
Kuhlthau & Todd (2007) menyatakan inquiry terbimbing adalah pembelajaran inquiry yang
direncanakan, diawasi, diintervensi. Sund & Trowbridge (1973:67-68) menyarankan
penggunaan inquiry terbimbing, sebagai bentuk pelaksanaan yang menyediakan bimbingan
dan petunjuk yang luas, diberikan pada peserta didik yang belum berpengalaman dengan
pendekatan inquiry. Menurut Jauhar (2011: 64), pembelajaran inquiry terbimbing ada
beberapa ciri utama model pembelajaran inquiry yaitu:

a. Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
artinya menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan suatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self-
belief), artinya dimana guru hanya sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa,
yang dilakukan dengan proses tanya jawab.
c. Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, artinya
siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Langkah-langkah model inquiry terbimbing
Sutikno. (2014: 83) mengemukakan langkah-langkah model pembelajar inquiry terbimbing
sebagai berikut:

1. Orientasi. Merupakan langkah untuk membuat peserta didik menjadi peka terhadap
masalah dan dapat merumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian.
2. Rumusan hipotesis. Digunakan sebagai pembimbing atau pedoman di dalam
melakukan penelitian.
3. Definisi. Merupakan penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada di dalam hipotesis.
4. Eksplorasi. Dilakukan dalam rangka menguji hipotesis dalam kerangka validasi dan
pengujian konsistensi internal sebagai dasar proses pengujian.
5. Pembuktian. Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersangkut paut
dengan esensi hipotesis.
6. Perumusan generalisasi. Yaitu menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam
pemecahan masalah.
Demikian pembahasan tentang Pengertian Dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Inquiry Terbimbing semoga pembahasan ini dapat bermanfaat bagi anda dan jika
pembahasan ini di rasa bermanfaat bagi anda, silahkan share/bagikan artikel ini. Terima kasih
telah berkunjung.
KEBIJAKAN LUARAN BPJS DALAM PERSPEKTIF ISLAM
UTAMI NURHANINGSIH RAUF, S.Kep., Ns., MM
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hampir tidak ada satupun negara di dunia ini yang tidak
memprogramkan kemakmuran dalam bidang ekonomi bagi warga negaranya.
Semua politisi menjadikan pemberantasan kemiskinan sebagai isu sentral, baik
ketika masa kampanye, maupun sesudah menjadi kepala negara atau kepala
pemerintahan. Dalam pandangan Islam, kemiskinan itu sangat bisa mendekatkan kepada
kekafiran, sehingga harus diusahakan untuk dilenyapkan, minimal dikurangi. Sumber
yang paling pokok dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah dari zakat. Allah Swt.
berfirman:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang


orangmiskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujukhatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Mahamengetahui lagi Maha
Bijaksana. (QS: At- Taubah; 60).

Maka dari delapan golongan tersebut di atas yang berhak mendapat anggaran
belanja negara, urutan terdepan ditempati orang-orang fakir, sesudah itu orang-orang
miskin, dan seterusnya. Jadi, dalam APBN Madinah pengentasan kefakiran dan
kemiskinan termasuk dalam skala prioritas yang tinggi.
Selanjutnya, dalam pasal 15 Piagam Madinah atau ajaran Islam, menekankan
jaminan atau perlindungan Allah Swt. terhadap orang-orang yang lemah, dan orang-
orang Mukmin sebagian dari mereka wajib sebagai penolong dan pembela terhadap
sebagian lainnya.
Syariat Islam bukan hanya seruan keagamaan yang hanya mementingkan akhlak
dan pengaturan hubungan manusia dengan tuhannya, akan tetapi cakupan syariat islam
adalah komprehensif, termasuk didalamnya adalah masalah kehidupan, apalagi urusan
negara dan kebuuhan pokok yang merupakan urusan manusia.
Negara indonesia merupakan Negara dengan sistem Pemerintahan yang
Demokrasi untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya. Pemerintah dan badan
legislatif sebagai pengemban amanah rakyat melalui pemilihan umum bertanggung
jawab penuh atas kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran, pemerintah menetapkan berbagai macam kebijakan
dengan berbagai macam programnya. Jika suatu pemerintah, tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar rakyatnya, mereka akan menaburkan benih-benih kehancuran melalui
kegelisahan sosial dan ketidakstabilan politik.
Pengakuan jaminan sosial sebagai salah satu bagian dari Hak Asasi Manusia telah
dikejawantahkan oleh negara Republik Indonesia. Hal ini

terbukti dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia. Pasal 41 ayat (1) undang-undang ini menentukan, bahwa:
“Setiap warga negara berhakatas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup
layak serta untukperkembangan pribadinya secara utuh”.
Hak atas jaminan sosial muncul karena sudah merupakan kodrati bahwa manusia
dalam kehidupannya di dunia ini selalu fana atau tidak abadi.
Dalam kefanaannya itu manusia seringkali dihadapkan dengan kemalangan atau
keberuntungan. Jaminan sosial menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam,
karena itu secara substansial, program pemerintah Indonesia menerapkan sistem jaminan
sosial di Indonesia, melalui konsep Jaminan Kesehatan Nasional, dan sesungguhnya
merupakan tuntutan dan imperatif dari ajaran syariah.
Pada awal tahun 2014 ini tepat pada tanggal 1 januari pemerintah Indonesia
melalui Kementrian Kesehatan mengoperasikan Program JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional). Program ini diselenggarakan oleh BPJS kesehatan yang merupakan lembaga
yang dibentuk berdasarkan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS . Jaminan Kesehatan
Nasional Ini dijadikan sebagai upaya pemerintah untuk mengayomi masyarakat kecil
yang selama ini kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan JKN diselenggarakan secara Nasional berdasarkan prinsip Asuransi
sosial dan Prinsip Ekuitas. Prinsip Asuransi Sosial adalah mekanisme pengumpulan dana
bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta atau anggota keluarganya. Adapun yang dimaksud
Prinsip Ekuitas adalah tiap peserta yang membayar iuran akan mendapatkan pelayanan
kesehatan sebanding dengan iuran yang dibayarkan, dimana JKN adalah asuransi
kesehatan sosial.
Artinya, wajib bagi seluruh rakyat sesuai prinsip kepesertaan wajib Undang-
Undang SJSN, yakni seluruh penduduk wajib jadi peserta asuransi sosial kesehatan, dan
wajib membayar premi/iuran tiap bulannya. Didalam Bab V pasal 19 ayat (3) UU 24
Tahun 2011 Tentang BPJS disebutkan : “ Peserta yang bukan pekerja dan bukan
penerima bantuan Iuran (Mandiri) wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi
tangung jawabnya kepada BPJS. Dan pada Pasal 17 ayat (2) disebutkan ; “ sanksi
administratif sebagaimana dimaksudkan dapat berupa : (a) teguran tertulis ; (b) denda
atau
; (c) tidak mendapat pelayanan publik tertentu.
Iuran untuk orang miskin dibayar oleh pemerintah dan mereka disebut Penerima
Bantuan Iuran (PBI),12 atas nama hak sosial rakyat, tetapi hak itu tidak langsung
diberikan kepada rakyat, tetapi dibayarkan pada pihak ketiga (BPJS) dari uang rakyat
yang dipungut melalui pajak, begitu pula dengan peserta mandiri merka yang wajib
membayar iuran setiap bulannya harus menyisihkan gaji mereka setiap bulannya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan , dan itupun terdiri dari III kelas , yang terdiri dari
kelas Atas (I) kelas menengah (II), kelas Bawah (III). Jadi, realitanya rakyat diwajibkan
membiayai layanan kesehatan mereka sendiri dan sesama rakyat lainnya. Artinya di sini
rakyat/peserta jaminan sosial seakan dimandirikan dan negara melepaskan tanggung
jawab untuk memberikan jaminan sosial kepada tenaga kerja. Sebagai peserta BPJS
Kesehatan apabila tidak membayar iuran akan dikenakan sanksi (hukuman). Hal ini
sangat berbeda dengan sistem jaminan sosial dalam hukum Islam.
Dalam permasalahan pengelolan dana jaminan sosial yang terkumpul tidak ada
pemisahan dana antara dana Tabarru dan dana Premi wajib peserta, sedangkan dalam
Asuransi syariah, khususnya asuransi sosial harus dibedakan antara dana Tabarru dan
dana bukan Tabarru.
Ini merupakan persoalan muamalah, dalam hal asuransi sosial, bagaimana
penerapan program pemerintah berupa Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan ini
dengan melihat prinsip akad dalam asuransi dan hal- hal yang terlarang dalam
muamalah , misalnya : Maysir, Gharar, Riba.
Aminuddin Yakub, anggota Komisi Fatwa MUI menjelaskan “operasi BPJS
Kesehatan dinilai tidak sesuai prinsip syariah karena mengandung unsur gharar
(penipuan/ketidakjelasan), maisir (perjudian), dan riba. ‟‟Unsur gharar muncul karena
tidak ada akad dalam kepesertaan BPJS Kesehatan, kalau memang uang premi itu disetor
seluruhnya untuk gotong royong membantu masyarakat lainyang susah, tanpa meminta
return investasi, harus ada landasan akad tabarru atau hibah/hadiah. ‟‟ nyatanya tidak
ada akad, Bahkan diwajibkan,"BPJS Kesehatan dibilang maisir (perjudian) karena masih
menggunakan akad jual beli. Kalau akad jual beli, pembayaran premi tersebut harus
memiliki kejelasan klaim.Namun, di BPJS Kesehatan, pembagian klaim yang diterima
para pembayar premi tidak jelas. "Ada yang mendapat klaim besar sekali, bisa jadi juga
kecil sekali dapatnya, atau bahkan tidak dapat sama sekali karena tidak sakit,". Karena
ketidak jelasan itulah, BPJS Kesehatan bisa disebut perjudian. Sementara itu, hukum
perjudian adalah haram dalam Islam. Aminuddin mengakui bahwa rakyat harus
mengikuti kebijakan pemerintah (ulil amri). Namun,syaratnya jelas: selama kebijakan
dari pemerintah itu tidak mengandung unsur maksiat. Kebijakan yang tidak sesuai
syariah tersebut juga bisa dikatakan kebijakan yang maksiat.13
Sedangkan menurut, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Anwar Abbas mengatakan tata cara yang harus dipenuhi BPJS Kesehatan. Mulai
akad,niat dan maksud peserta, denda, tempat investasi dana iuran, hingga penyimpanan
dana yang tidak boleh di bank konvensional. Dia menyatakan, negara wajib mencermati
apa yang telah menjadi rekomendasi MUI. Sebab, 88 persen dari penduduk negeri ini
adalah muslim. Hal itu, menurut dia, sesuai dengan amanat UUD 1945 tentang
jaminan kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan
untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. "Jadi, berdasar ketentuan
tersebut, MUI yang bertugas melindungi umatnya harus bisa memberikan penjelasan
mana yang halal dan mana yang haram. Bukan berarti MUI anti-BPJS. MUI hanya ingin
BPJS sukses tanpa menabrak ketentuan agama,"
Di pihak lain, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengatakan sudah
menurunkan tim untuk memantau apakah terjadi gangguan pada pelayanan BPJS
Kesehatan kepada masyarakat setelah munculnya pernyataan MUI. "Layanan masih
berjalan baik," Menurut Nila, sempat ada kekhawatiran bahwa sebagianmasyarakat
pemegang kartu BPJS Kesehatan akan enggan menggunakan layanan karena dinilai tidak
syariah. Namun, pantauan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat masih
mendatangi fasilitas kesehatan dengan memanfaatkan kartu BPJS Kesehatan. "Sebab,
saya kira masyarakat memang masih butuh BPJS Kesehatan,"

B. TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Iuran kesehatan
Iuran kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk
menyelenggarakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Iuran kesehatan harus kuat, stabil, dan
selalu berkesinambungan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan, pemerataan,
efisiensi, dan efektifitas pembiayaan kesehatan itu sendiri. Pengertian Iuran tersebut
merujuk pada dua sudut pandang berikut:
a. Penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) yaitu besarnya dana
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta
dana operasional.
b. Pemakai jasa pelayanan (health consumer) yaitu besarnya dana yang
dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

2. Dasar Hukum Iuran kesehatan


Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia yang tidak dapat dihapus dalam
dirinya karena hak kesehatan tersebut telah ada sejak manusia itu lahir dan harus dijaga
keberlangsungannya tanpa adanya diskriminasi. Setiap upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara, dan upaya
pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan
nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggungjawab
semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat.
Hal ini dipertegas oleh konstitusi Republik Indonesia yang tercantum dalam Pasal
28H Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan :”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”.
Mewujudkan amanat konstitusi tersebut, pemerintah Indonesia harus
melaksanakan suatu program jaminan kesehatan agar hak kesehatan seluruh rakyat dapat
terjamin dan program tersebut dilaksanakan dengan prinsip asuransi. Hal tersebut sesuai
dengan perintah Pasal 19 ayat (1) Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jamainan Sosial Nasional (SJSN) yang menyatakan : “Jaminan kesehatan
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas”.Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 yang
dimaksud dengan asuransi sosial adalah “Suatu mekanisme pengumpulan dana yang
bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya”. Sedangkan prinsip
ekuitas adalah pelayanan yang didapatkan sesuai dengan jumlah besaran iuran yang
dibayarkan oleh peserta.
Berkaitan dengan pengertian asuransi yang dikaitkan dengan hukum perdata Yusuf
Shofie yang dikutip dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian menyatakan bahwa :
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dua belah pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidup seseorang yang dipertanggungkan”.
Pengakuan jaminan sosial sebagai salah satu bagian dari Hak Asasi Manusia telah
dikejawantahkan oleh negara Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 41 ayat (1) undang-
undang ini menentukan, bahwa: “Setiap warga negara berhakatas jaminan sosial yang
dibutuhkan untuk hidup layak serta untukperkembangan pribadinya secara utuh”.
Wajib bagi seluruh rakyat sesuai prinsip kepesertaan wajib Undang- Undang
SJSN, yakni seluruh penduduk wajib jadi peserta asuransi sosial kesehatan, dan wajib
membayar premi/iuran tiap bulannya. Didalam Bab V pasal 19 ayat (3) UU 24 Tahun
2011 Tentang BPJS disebutkan : “ Peserta yang bukan pekerja dan bukan penerima
bantuan Iuran (Mandiri) wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tangung
jawabnya kepada BPJS. 18Dan pada Pasal 17 ayat (2) disebutkan ; “ sanksi administratif
sebagaimana dimaksudkan dapat berupa : (a) teguran tertulis ; (b) denda atau ; (c) tidak
mendapat pelayanan publik tertentu.
Iuran untuk orang miskin dibayar oleh pemerintah dan mereka disebut Penerima
Bantuan Iuran (PBI), atas nama hak sosial rakyat, tetapi hak itu tidak langsung diberikan
kepada rakyat, tetapi dibayarkan pada pihak ketiga (BPJS) dari uang rakyat yang
dipungut melalui pajak, begitu pula dengan peserta mandiri merka yang wajib membayar
iuran setiap bulannya harus menyisihkan gaji mereka setiap bulannya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan , dan itupun terdiri dari III kelas , yang terdiri dari
kelas Atas (I) kelas menengah (II), kelas Bawah (III). Jadi, realitanya rakyat diwajibkan
membiayai layanan kesehatan mereka sendiri dan sesama rakyat lainnya. Artinya di sini
rakyat/peserta jaminan sosial seakan dimandirikan dan negara melepaskan tanggung
jawab untuk memberikan jaminan sosial kepada tenaga kerja. Sebagai peserta BPJS
Kesehatan apabila tidak membayar iuran akan dikenakan sanksi (hukuman). Hal ini
sangat berbeda dengan sistem jaminan sosial dalam hukum Islam.Peserta mandiri yang
dimaksud peserta yang bukan penerima upah/bukan pekerja.
Peserta mandiri adalah peserta pekerja bukan penerima upah / peserta bukan
pekerja.Badan Penyelenggara yang telah ditunjuk untuk menyelenggarakan jaminan
kesehatan adalah BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan yaitu Badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan PT.
ASKES yang ditunjuk oleh pemerintah menjadi BPJS Kesehatan.
3. Kelebihan dan keunggulan BPJS Kesehatan
1. Hampir semua penyakit ditanggung BPJS Kesehatan
2. BPJS menanggung semua penyakit yang dikecualikan banyak
asuransi swasta
3. Menanggung tanpa melihat kondisi sebelumnya
4. Preminya murah
5. Berani jamin seumur hidup

4. Kekurangan dan kelemahan BPJS Kesehatan


1. Tidak ada akad saat pendaftaran
2. Belum semua rumah sakit taat peraturan
3. Ada unsur pemaksaan
4. Unsur riba
5. Antrian lama, kamar penuh
6. Rujukan berjanjang
7. Tidak menanggung kecelakaan lalu lintas

5. Visi BPJS Kesehatan


Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan
kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan
oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

6. Misi BPJS Kesehatan


a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan
Jaminan kesehatan Nasional (JKN)
b. Menjalankan dan memantapkan system jaminan kesehatan yang
efektif, efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang
optimal dengan fasilitas kesehatan
c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana
BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel
untuk mendukung kesinambungan program
d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-
prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi
pegawai untuk mencapai kinerja unggul
e. Mengimplementasikan dan mengemban system perencanaan dan
evaluasi,kajian, manajemen mutu dan manajemen resiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan
f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

7. Landasan hukum BPJS Kesehatan:


a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.

8. Hak BPJS Kesehatan


UU BPJS menentukan dalam melaksanakan kewenangannya, BPJS berhak:
a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
jaminan sosial dari DJSN.

Dalam Penjelasan Pasal 12 huruf a UU BPJS dikemukakan bahwa yang


dimaksud dengan “dana operasional” adalah bagian dari akumulasi iuran jaminan sosial
dan hasil pengembangannya yang dapat digunakan BPJS untuk membiayai kegiatan
operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.
UU BPJS tidak memberikan pengaturan mengenai berapa besaran “dana
operasional” yang dapat diambil dari akumulasi iuran jaminan sosial dan hasil
pengembangannnya. UU BPJS tidak juga mendelegasikan pengaturan lebih lanjut
mengenai hal tersebut kepada peraturan perundang- undangan di bawah Undang-
undang.
“Dana Operasional” yang digunakan oleh BPJS untuk membiayai kegiatan
operasional penyelenggaraan program jaminan sosial tentunya harus cukup pantas
jumlahnya agar BPJS dapat bekerja secara optimal, tetapi tidak boleh berlebihan
apalagi menjadi seperti kata pepatah “lebih besar pasak daripada tiang”.
Besaran “dana operasional” harus dihitung dengan cermat, mengunakan ratio
yang wajar sesuai dengan best practice penyelenggaraan program jaminan sosial.
Mengenai hak memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
program jaminan sosial dari DJSN setiap 6 bulan, dimaksudkan agar BPJS memperoleh
umpan balik sebagai bahan untuk melakukan tindakan korektif memperbaiki
penyelenggaraan program jaminan sosial. Perbaikan penyelenggaraan program akan
memberikan dampak pada pelayanan yang semakin baik kepada peserta.Tentunya
DJSN sendiri dituntut untuk melakukan monitoring dan evaluasi secara objektif dan
profesional untuk menjamin terselenggaranya program jaminan sosial yang optimal dan
berkelanjutan, termasuk tingkat kesehatan keuangan BPJS.

9. Kewajiban BPJS Keseatan

UU BPJS menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, BPJS berkewajiban


untuk:
a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta; Yang
dimaksud dengan ”nomor identitas tunggal” adalah nomor yang
diberikan secara khusus oleh BPJS kepada setiap peserta untuk
menjamin tertib administrasi atas hak dan kewajiban setiap peserta.
Nomor identitas tunggal berlaku untuk semua program jaminan sosial.
b. Mengembangkan asset Dana Jaminan Sosial dan asset BPJS untuk
sebesar-besarnya kepentingan peserta;
c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya; Informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan
BPJS mencakup informasi mengenai jumlah asset dan liabilitas,
penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap Dana Jaminan Sosial,
dan/atau jumlah asset dan liabilitas, penerimaan dan pengeluaran BPJS.
d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN;
e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban
untuk mengikuti ketentuan yang berlaku;
f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban;
g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo JHT dan
pengembangannya 1 kali dalam 1 tahun;
h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1
kali dalam 1 tahun;
i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
lazim dan berlaku umum
j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntasi yang berlaku
dalam penyelenggaraan jaminan sosial; dan
k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,
secara berkala 6 bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada
DJSN.

Jika dicermati ke 11 kewajiban BPJS tersebut berkaitan dengan


governance BPJS sebagai badan hukum publik. BPJS harus dikelolan sesuai
dengan prinsip-prinsip transparency, accountability and responsibility,
responsiveness, independency, danfairness.

Dari 11 kewajiban yang diatur dalam UU BPJS, 5 diantaranya menyangkut


kewajiban BPJS memberikan informasi. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik memang mewajibkan badan publik untuk
mengumumkan informasi publik yang meliputi informasi yang berkaitan dengan badan
publik, informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik, informasi mengenai
laporan keuangan, dan informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

B. Tinjauan Terhadap BPJS Kesehatan


1. Tinjauan Umum BPJS Kesehatan
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan sosial untuk
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang diselenggarakan
secara nasional, agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Upaya pelaksanaan Jamkesmas
merupakan perwujudan pemenuhan hak rakyat atas kesehatan dan amanat Undang–
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan
merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia. Namun karena hingga saat ini peraturan pelaksana dan lembaga yang harus
dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan mengeluarkan
kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin sebagai wujud
pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut. Pelaksanaan kebijakan Jamkesmas
dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
125/Menkes/SK/II/2008tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat.
Pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin dengan prinsip jaminan
kesehatan melalui mekanisme asuransi sosial sebagai awal dari pengembangan sistem
jaminan kesehatan sosial secara menyeluruh yang bersifat wajib bagi seluruh
masyarakat. Sistemjaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin (Jamkesmas)
ini dapat mendorong perubahan- perubahan mendasar seperti penataan standarisasi
pelayanan, standarisasi tarif yang didasari perhitungan yang benar, penataan
formularium dan penggunaan obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan
kendali biaya.
Mulai tanggal 1 januari 2014 BPJS menyelenggarakan Program Jaminan
Pelayanan Kesehatan, bagi tenaga kerja yang mengikuti program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan semua akan dialihkan ke BPJS kesehatan. BPJS Kesehatan
akan memberikan manfaatperlindungan sesuai dengan hak dan ketentuan yang
berlaku.Sedangkan BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan
Program Jaminan Sosial di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. Secara singkat jaminan sosial
diartikan sebagai bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat
mendapatkan kebutuhan dasar yang layak.
Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam 5 jenis program jaminan
sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program penyelengaraan, yaitu :
a. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan
programnya adalah Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari
2014.
b. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan
programnya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua,
Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian yang direncanakan dapat
dimulai mulai 1 Juli 2015.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara menjadi satu
badan hukum, 4 (empat) badan usaha yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT
JAMSOSTEK, PT ASABRI, dan PT ASKES. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini
berbentuk seperti asuransi, nantinya semua warga indonesia diwajibkan untuk
mengikuti program ini. Dalam mengikuti program ini peserta BPJS di bagi menjadi 2
kelompok, yaitu untuk mayarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang
mampu.
Peserta kelompok BPJS di bagi 2 kelompok yaitu:
a. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan,
yaitu PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak
mampu sebagaimana diamanatkan Undang-undang SJSN yang iurannya
dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur
melalui Peraturan Pemerintah
b. Bukan PBI jaminan kesehatan.

2. Syarat keikutsertaan BPJS Kesehatan


a. Pengguna Layanan Pendaftaran BPJS Kesehatan harus memiliki usia yang
cukup secara hukum untuk melaksanakan kewajiban hukum yang mengikat
dari setiap kewajiban apapun yang mungkin terjadi akibat penggunaan
Layanan Pendaftaran BPJS Kesehatan
b. Mengisi dan memberikan data dengan benar dan dapat
dipertanggungjawabkan,
c. Mendaftarkan diri dan anggota keluarganya menjadi peserta BPJS Kesehatan.
d. Membayar iuran setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulan
e. Melaporkan perubahan status data peserta dan anggota keluarga, perubahan
yang dimaksud adalah perubahan fasilitas kesehatan, susunan keluarga/jumlah
peserta, dan anggota keluarga tambahan
f. Menjaga identitas peserta (Kartu BPJS Kesehatan atau e ID) agar tidak rusak,
hilang atau dimanfaat oleh orang yang tidak berhak
g. Melaporkan kehilangan dan kerusakan identitas peserta yang diterbitkan oleh
BPJS Kesehatan kepada BPJS Kesehatan
h. Menyetujui membayar iuran pertama paling cepat 14 hari kalender dan paling
lambat 30 hari kalender setelah menerima Virtual Account untuk mendapatkan
hak dan manfaat jaminan kesehatan
Menyetujui mengulang proses pendaftaran apabila :
a. Belum melakukan pembayaran iuran pertama sampai dengan 30 (tiga puluh)
hari kalender sejak Virtual Account diterima; atau
b. Melakukan perubahan data setelah 14 (empat belas) hari kalender sejak
Virtual Account diterima dan belum melakukan pembayaran iuran pertama
3. Kepesertaan BPJS Kesehatan
Kepersertaan anggota BPJS meliputi :
a. Peserta
Yaitu setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
bulan di Indonesia yang telah membayar iuran.
b. Pekerja
Adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan
dalm bentuk lain.
c. Pemberi Kerja
Adalah perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainya yang
memperkerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara Negara yang memperkerjakan
pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainya.

4. Klasifikasi Penerima Bantuan BPJS


a. Penerima bantuan BPJS tersebut meliputi :
Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolongfakir miskin dan
orang tidak mampu yang terdiri atas :
I. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya yaitupegawai negeri
sipil, Anggota TNI, POLRI, PejabatNegara, Pegawai Pemerintan Non
Pegawai Negri,Pegawai Swasta
II. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganyaseperti pekerja di
luar hubungan kerja atau pekerjamandiri,
III. Bukan pekerja dan anggota keluarganya meliputiInvestor, Pemberi
Kerja, Penerima Pensiunan, Veteran, Perintis Kemerdekaan
IV. Penerima pensiunan terdiri atas PNS, Anggota POLRI,TNI, Pejabat
Negara yang berhenti dengan hakpensiun.

5. Pelayanan BPJS
a. Jenis Pelayanan
Ada dua jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehataan (manfaat medis) serta akomadasi dan ambulan
(manfaat non medis). Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS setempat.

b. Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama tama harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Bila
peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus
dilakukan melelui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali
dalam keadaan kegawat daruratan.
c. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum ada fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat
guna memenuhi kebutuhan medissejumlah peserta, BPJS kesehatan wajib
memberikan kompensasi.
d. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi semua fasiltas kesehatan
yang menjalin kerja sama dengan BPJS.

6. Penyakit yang ditanggung BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan, Berusaha sebaik mungkin untuk memberikan layanan kepada


masyarakat yang sudah menjadi peserta BPJS dengan memberikan pelayanan
kesehatan terhadap semua jenis penyakit yang diderita pasien sebagai peserta BPJS.
Sekarang hampir semua penyakit ditanggung BPJS Kesehatan.
Peserta yang ingin berobat menggunakan kartu BPJS agar mendapatkan jaminan
kesehatan yang menjadi hak peserta maka peserta juga harus memenuhi aturan atau
prosedur yang berlaku, dimana peserta supaya berobat terlebih dahulu ke faskes 1 yang
tertera pada kartu BPJS untuk mendapatkan penanganan pertama, jika memang
mengharuskan rujuk maka pasien akan dirujuk ke RS yang juga bekerja sama dengan
BPJS.
Sesuai dengan pedoman pelaksanaan JKN (permenkes 28/2014), BPJS
menanggung semua jenis penyakit yang masuk dalam indikasi medis kecuali yang
disebutkan secara eksplisit tidak ditanggung, seperti infertilitas, estetika dan lain-lain.
Agar peserta tahu apa saja penyakit yang dapat ditanggung bpjs kesehatan, dan wajib
ditangani di faskes 1 sesuai dengan SKDI.
Ada sekitar 155 jenis penyakit yang ditanggung BPJS Kesehatan , Mulai dari
penyakit serius seperti jantung, tumor, kanker, ginjal, liver dan lain sebagainya. Peserta
harus mengetahui tentang ini, jadi tidak serta merta menuntut BPJS Kesehatan yang
semestinya tidak kerumah sakit tapi minta ke rumah sakit dengan alasan “Kami kan
bayar Iuran !! Kami Punya Hak” . Permenkes No. 5 tahun 2014 yg dijadikan acuan
berjudul Panduan Praktik Klinik di Faskes Tingkat Pertama, dimana di dalamnya
tertera panduan diagnostik dan penatalaksanaan @ penyakit, yang di dalamnya terdapat
aturan kapan harus dirujuk ke tingkat lanjutan. Jadi bukan berarti semua penyakit
tersebut nonspesialistik, harus ditangani di FKTP dan tidak boleh dirujuk.

7. Prosedur pendaftaran peserta JKN BPJS KESEHATAN


a. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI
Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu yang menjadi peserta PBI
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang
statistik (Badan Pusat Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian
Sosial.
Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga terdapat penduduk
yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota
bagi Pemda yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.
b. Pendafataran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU
I. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta anggota
keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan :
a) Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya
b) Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai format yang
ditentukan oleh BPJS Kesehatan.
a.Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account
(VA) untuk dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerja
sama (BRI/Mandiri/BNI)
b. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan
untuk dicetakkan kartu JKN atau mencetak e-ID secara mandiri
oleh Perusahaan/ Badan Usaha.
c. Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah / PBPU dan Bukan
Pekerja
Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja
a. Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS
Kesehatan
b. Mendaftarkan seluruh anggota keluarga yang ada di Kartu
Keluarga
c. Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan
melampirkan:
1. Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
2. Fotokopi KTP/Paspor, masing-masing 1 lembar
3. Fotokopi Buku Tabungan salah satu peserta yang ada
didalam Kartu Keluarga
4. Pasfoto 3 x 4, masing-masing sebanyak 1 lembar.
d. Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual
Account (VA)
e. Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama
(BRI/Mandiri/BNI)
f. Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan
untuk dicetakkan kartu JKN. Pendaftaran selain di Kantor BPJS
Kesehatan, dapat melalui Website BPJS Kesehatan

8. Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum (Pensiunan


BUMN/BUMD)
Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh entitas
berbadan hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui entitas berbadan hukum
yaitu dengan mengisi formulir registrasi dan formulir migrasi data peserta.
Premi perbulan :
a. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
iuran dibayar oleh Pemerintah.
b. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada
Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota
TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non
pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per
bulan dengan ketentuan : 3% (tiga persen) dibayar oleh pemberi
kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.
c. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN,
BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari
Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat persen)
dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh
Peserta.
d. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri
dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran
sebesar sebesar 1% (satu persen) dari gaji atau upah per orang per
bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.
e. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan
penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:
1. Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan
Kelas III.
2. Sebesar Rp. 42.500,- (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah)
per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas II.
3. Sebesar Rp. 59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus
rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas I.
f. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan
janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari
45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per
bulan, dibayar oleh Pemerintah.
g. Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 setiap bulan.

9. Denda keterlambatan pembayaran iuran


a. Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Pekerja Penerima Upah
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan
dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga)
bulan, yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang
tertunggak oleh Pemberi Kerja.
b. Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Peserta Bukan Penerima
Upah dan Bukan Pekerja dikenakan denda keterlambatan sebesar
2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling
banyak untuk waktu 6 (enam) bulan yang dibayarkan bersamaan
dengan total iuran yang tertunggak.

C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun penelitian dilakukan pada tanggal 08 Maret s/d 08 Juni 2016.
Bertempatdi Pustaka Wilayah Kota Dumai.Yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah Iuran yang digunakan dalam BPJS Kesehatan, Yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah BAB V Pasal 19Ayat 3 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Yakni data yang bersumber dari Web BPJS Kesehatan. Data yang di ambil
dari web resmi BPJS Kesehatan. Adapun data premier adalah data yang di ambil
dari Al-Qur‟an, Hadits, Undang-undang dan peraturan lainya yang berhubungan
dengan pembahasan BPJS.
b. Sumber Data Sekunder
Yakni data yang di ambil dari beberapa literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian ini, seperti bahan-bahan yang bersangkutan dengan Hukum
Asuransi Kesehatan.

3. Teknik Pengumpulan Data


Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kepustakaan (Library
Research). Metode yang dipakai adalah pendekatan kualitatif. Metode kualitatif
adalah termasuk tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu
melakukan telaah hukum Islam terhadap Iuran BPJS Kesehatan.
4. Teknik Analisis Data
a. Deskriptif Analitik, yaitu menggambarkan secara tepat masalah yang
sedang di teliti sesuai dengan data yang diperoleh untuk kemudian di
analisa.
b. Deduktif, yaitu membahas dari data yang umum kepada yang khusus untuk
ditarik kesimpulan dan adakalanya dengan menguraikan pendapat para
ahli/ulama‟ yang kemudian di analisa untuk di ambil suatu kesimpulan.
c. Induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta yang ada hubungannya
dengan masalah yang di teliti, kemudian dari fakta-fakta tersebut diambil
kesimpulan secara umum.

D. PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Iuran di kantor BPJS Kesehatan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial menjelaskan bahwa untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu
dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip kegotong
royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati- hatian,akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan
bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya
untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. 36 Dalam undang-undang
tersebut juga dikatakan bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, harus dibentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dengan Undang-Undang yang merupakan transformasi
keempat Badan Usaha Milik Negara untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan
sosial nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS bertujuan untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi
setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.
Untuk lebih lanjut akan dijelaskan pelaksanaan pembayaran iuran bagi anggota
BPJS kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan
menyebutkan, tentang Pembayaran Iuran pasal 16 ayat (3) Iuran Jaminan Kesehatan bagi
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan peserta bukan Pekerja dibayar oleh Peserta
yang bersangkutan, pasal 17 ayat (5) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang
dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan, Pasal
17A(1) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar
Iuran Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
setiap bulan.
Sanksi keterlambatan pembayaran iuran BPJS Kesehatan tertuang sebagai berikut :
Dalam hal terdapat keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan lebih dari 1
(satu) bulan sejak tanggal 10 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2)
dan dalam Pasal 17A ayat (1), penjaminan Peserta diberhentikan sementara.
Bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar kemampuan dan
kebutuhannya. Untuk saat ini sudah ditetapkan bahwa:
1. Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per
bulan.
2. Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orangper
bulan.
3. Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orangper
bulan.
Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan apabila
ada keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen dari total iuran yang
tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran iuran . Para pengurus
BPJS Kesehatan tengah mengkaji ulang beberapa peraturan presiden yang melandasi kerja
BPJS Kesehatan, mulai dari kenaikan iuran, prosedur berobat menggunakan bpjs untuk
bisa mendapatkan klaim hingga peraturan mengenai peserta yang telat membayar iuran
bpjs. Revisi peraturan tentang telat bayar iuran telah tertulis dalam peraturan presiden
Nomor 19/2016.
Pada peraturan sebelumnya pada pasal 17 ayat 5 Perpres 12/2013 tertera,
menyatakan bahwa bagi peserta yang telat membayar iuran bpjs akan dikenakan denda
maksimal 2% per bulan dari total tunggakan iuran yang tertanggung (Belum dibayar), dan
jika menunggak hingga 3 bulan maka status akan di nonaktifkan.Dalam aturan baru
terdapat perbagaan yaitu denda yang harus dibayar bagi peserta yang menunggak sebesar
2,5% dari dari biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak. Keterlambatan
pembayaran iuran lebih dari satu bulan sejak tanggal 10, penjaminan peserta diberhentikan
sementara.
Dalam waktu 45 hari sejak status kepesertaan aktif kembali, peserta wajib
membayar denda kepada BPJS Kesehatan untuk setiap pelayanan kesehatan rawat inap
yang diperolehnya. Denda yang dimaksud 2,5 persen dari biaya pelayanan kesehatan untuk
setiap bulan tertunggak, dengan ketentuan:

 Jumlah bulan tertunggak maksimal 12 bulan


 Besar denda paling tinggi Rp 30 juta

Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tidak telat membayar iuran


per bulan per orang. Apalagi dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 19/2016 yang
baru, masyarakat harus membayar iuran lebih dari sebelumnya. Dilihat dari sisi syariah
Pelayanan kesehatan menduduki posisi yang sangat penting. Pelayanan kesehatan adalah
bagian dari maqashid syariah , yaitu memelihara diri(jiwa) yang disebut oleh ulama
dengan istilah Hifz Al-Nafs. Kebijakan Negara untuk kesejahteraan rakyat Indonesia ini
merupakan tonggak baru di Indonesia, di mana Negara semakin menunjukkan perannya
dalam pembangunan kesejahteraan rakyat seperti dicita-citakan oleh para pendiri bangsa
ini.
Pelaksanaan Iuran Jaminan Kesehatan yang bersifat Jaminan sosial sebetulnya
tidaklah menjamin suatu risiko di dalam pertanggungan asuransi jiwa. Alasan yang dapat
dikemukakan ialah, sebab tidak menjamin risiko kematian, oleh karena itu, pada umumnya
uang yang dibayarkan kepada pihak yang bersangkutan merupakan uang yang ditabung
tiap-tiap yang diambil dari gajinya, atau memang yang disisihkan setiap bulannya.
Dalam hubungan ini dapat dilihat bahwa sebenarnya seseorang melakukan
penabungan. Bedanya dengan menabung biasa ialah, dalam cara yang dipakai ialah secara
tidak langsung, seolah-olah mengandung paksaan (tiap-tiap bulan). Sedangkan yang
diartikan dengan menabung,ialah bagian daripada pendapatan yang tidak dikonsumsi,
digunakan untuk disimpan. Penabungan dilakukan secara sukarela. Jadi jaminan sosial
tersebut adalah compulsary insurance yang bertujuan memberikan jaminan sosial untuk
masyarakat. Compulsory insurance dijalankan dengan paksaan, oleh karena itu, setiap
warga negara diwajibkan ikut serta dengan jalan memotong gaji tiap-tiap bulan, atau wajib
menyisihkan sendiri dari Pendapatan bulanan.
Tentunya dengan diberlakukannya undang-undang BPJS ini telah mengalihkan
tanggung jawab negara dalam pelayanan publik kepada rakyatnya. Dalam penjelasan
undang-undang SJSN disebutkan bawah maksud dari prinsip gotong royong dalam
undang-undang tersebut adalah peserta yang mampu (membantu) kepada peserta yang
kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta yang berisiko
rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat membantu yang sakit.
Selain itu, falsafah asuransi ini bersifat diskriminatif sebab yang ditanggung oleh negara–
yang dananya berasal dari orang-orang yang dianggap mampu–hanyalah orang miskin
saja. Padahal pelayanan publik merupakan tugas pemerintah yang tidak boleh dialihkan
kepada pihak lain.
2. Pelaksanaan iuran jaminan sosial Kesehatan dalam perspektif hukum Islam
Dalam menerjemahkan istilah asuransi ke dalam konteks asuransi Islam terda zpat
beberapa istilah, antara lain takaful (bahasa Arab), ta‟min (bahasa Arab) dan Islamic
insurance (bahasa Inggris). Istilah-istilah tersebut pada dasarnya tidak berbeda satu sama
lain yang mengandung makna pertanggungan atau saling menanggung. Namun dalam
prakteknya istilah yang paling populer digunakan sebagai istilah lain dari asuransi dan juga
paling banyak digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia adalah istilah takaful.
Istilah takaful dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar kafala-yakfulu- takafala-
yatakafalu-takaful yang berarti saling menanggung atau menanggung bersama. Kata
takaful tidak dijumpai dalam Al-Qur‟an, namun demikian ada sejumlah kata yang seakar
dengan kata takaful, seperti misalnya dalam QS.
Thaha (20) : 40:
bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya
(menanggungnya)?…”
Apabila kita memasukkan asuransi takaful ke dalam lapangan kehidupan muamalah,
maka takaful dalam pengertian muamalah mengandung arti yaitu saling menanggung
risiko di antara sesama manusia sehingga di antara satu dengan lainnya menjadi
penanggung atas risiko masing-masing. Dengan demikian, gagasan mengenai asuransi
takaful berkaitan dengan unsur saling menanggung risiko di antara para peserta asuransi,
di mana peserta yang satu menjadi penanggung peserta yang lainnya.
Islam memiliki sebuah sistem yang mampu memberikan jaminan atas kecelakaan
atau musibah lainnya melalui sistem zakat. Seseorang tidak harus mendaftarkan diri
menjadi anggota dan juga tidak diwajibkan untuk membayar premi secara rutin. Bahkan
jumlah bantuan yang diterimanya tidak berkaitan dengan level seseorang dalam daftar
peserta tetapi berdasarkan tingkat kerugian yang menimpanya dalam musibah tersebut.
42
Dana yang diberikan kepada setiap orang yang tertimpa musibah ini bersumber dari
orang-orang kaya yang membayarkan kewajiban zakatnya sebagai salah satu rukun Islam.
Di masyarakat luar Islam yang tidak mengenal system zakat, orang-orang berusaha untuk
membuat sistem jaminan sosial, tetapi tidak pernah berhasil karena tidak mampu
menggerakkan orang kaya membayar sejumlah uang tertentu kepada Baitul al-Mal
sebagaimana di dalam Islam. Sistem yang tercipta justru sistem asuransi yang sebenarnya
tidak bernafaskan bantuan sosial tetapi usaha bisnis skala besar dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Sisi bantuan sosial lebih menjadi
penghias bibir saja sementara hakikatnya tidak lain merupakan pemerasan dan kerja
rentenir.
Akan tetapi, kembali pada studi Islam yang mengatakan bahwa jaminan sosial itu
terdiri dari dua macam, yakni jaminan sosial tradisional dan jaminan sosial berbentuk
asuransi sosial. Maka berarti jaminan sosial yang dikatakan di atas disebut jaminan sosial
tradisional atau At-Takaful Al-Ijtima‟iy artinya jaminan sosial yang ditanggung oleh
negara untuk menjamin kebutuhan dasar rakyatnya melalui instrumen-instrumen filantropi
seperti zakat, infak,sedekah, wakaf dan bahkan termasuk pajak. Jaminan sosial sebetulnya
tidaklah menjamin suatu risiko di dalam pertanggungan asuransi jiwa. Alasan yang dapat
dikemukakan ialah, sebab tidak menjamin risiko kematian, oleh karena itu, pada umumnya
uang yang dibayarkan kepada pihak yang bersangkutan merupakan uang yang ditabung
tiap-tiap yang wajib dibayarnya. Dalam hubungan ini dapat dilihat bahwa sebenarnya
seseorang melakukan penabungan. Bedanya dengan menabung biasa ialah, dalam cara
yang dipakai ialah secara tidak langsung, seolah-olah mengandung paksaan (tiap-tiap
bulan wajib dibayar tepat pada tanggalnya bila lewat akan dikenakan sanksi). Sedangkan
yang diartikan dengan menabug, ialah bagian daripada pendapatan yang tidak dikonsumsi,
digunakan untuk disimpan. Penabungan dilakukan secara sukarela. Jadi jaminan sosial
tersebut adalah compulsary insurance yang bertujuan memberikan jaminan sosial untuk
masyarakat. Compulsory insurance dijalankan dengan paksaan, oleh karena itu, setiap
warga negara diwajibkan ikut serta dengan jalan memotong gaji tiap-tiap bulan (iuran
pensiun).
Konsep Islam tentang jaminan sosial berasal dari ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadits
yang menyuruh kaum mukminin menolong saudara seagama mereka yang fakir dan
miskin, yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar hidupnya.
Seperti firman Allah dalam surah Al-Maidah yang menyatakan :
“dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa- Nya.”
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa dalam ajaran Islam konsep
jaminan sosial berasal dari dasar untuk saling tolong menolong antara orang yang lapang
kepada orang yang mengalami kesulitan, baik itu kesulitan karena harta, karena sakit
ataupun karena musibah lainnya.Al-Qur‟an sering menyebut jaminan sosial dalam bentuk
instrument zakat,infak, sedekah dan wakaf yang dananya digunakan untuk kepentingan
penjaminan pemenuhan kebutuhan dasar dan kualitas hidup yang minimum bagi seluruh
masyarakat,

khususnya fakir miskin dan asnaf lainnya. Jaminan sosial dalam pengertian ini
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yangmemerlukan bantuan negara,
dengan tujuan sosial menurut syariat Islam, seperti pendidikan dan kesehatan bahkan
sandang dan pangan.
Melihat kenyataannya, sekarang peran pemerintah dalam memberikan jaminan
sosial, terutama bagi peserta mandiri, tenaga kerja, baik itu buruh kasar, karyawan
danpegawai beserta dengan keluarga yang menjadi tanggungannya tidak sejalan dengan
ajaran Islam, karena sistem yang diterapakan pemerintah adalah dengan menarik iuran
kepada para anggota BPJS yang ingin mendapatkan jaminan, sedangkan bagi yang tidak
menjadi anggota BPJS maka dia tidak berhak mendapatkan jaminan tersebut, pemerintah
terkesan memaksa dalam progam ini.
Dalam Islam iuran jaminan sosial ditanggung oleh suatu badan yang disebut Baitul
Mal, yang dananya di ambil dari para dermawan, orang-orang kaya dan kekayaan
yangdimiliki oleh sebuah negara. Instrumen pengumpulan dana tersebut diantaranya dapat
melalui zakat, wakaf dan sedekah.
Di Indonesia, melalui BPJS Kesehatan Pemerintah mengatur bahwa tiap Warga
Negara Indonesia wajibuntuk menjadi anggota BPJS kesehatan. Sedangkan untuk iurannya
Untuk PBI akan ditanggung oleh Pemerintah, Pekerja di tanggung oleh Perusahaan, dan
Mandiri ditanggung secara Pribadi sesuai dengan kemampuan. Melihat kenyataan di atas,
dalam hukum Islam iuran seyogyanya memang harus dibayarkan oleh negara melalui
badan-badan sosial yang telah dibuat olehpemerintah. Misalnya saja sekarang progam
yang dikeluarkan pemerintah melalui kementerian sosial, seperti kartu sehat, kartu
keluarga sejahtera dan kartu pintar.
Jika dari isi UU SJSN Pasal 1 yang berbunyi: Asuransi sosial adalah
suatumekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran
gunamemberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa pesertadan/atau
anggota keluarganya. Lalu Pasal 17 ayat (1): Setiap peserta wajib membayar iuran. (2)
Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang
menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada BPJS secara berkala.
Peraturan di atas seperti tidak sejalan dengan konsep jaminan sosial dalamIslam,
karena adanya pembayaran iuran yang bersifat wajib, tentu ini akanmenjadi beban bagi
peserta apalagi ada peserta minim penghasilannya. Bahkan jikapeserta BPJS lambat dalam
membayar iuran, maka dia akan diberhentikan darikeanggotaan BPJS kesehatan.
Pandangan syari‟ah terhadap BPJS Kesehatan :

a. Menarik iuran wajib dari masyarakat.


Ini sebagaimana dicantumkan dalam UU SJSN/No. 40 Th. 2004, Pasal 1 ayat 3 dan
UU BPJS/No.24 Th.2011, Pasal 14 serta 16 dan Peraturan BPJS No.1/ 2014, Pasal
26.Iuran wajib yang diserahkan kepada pemerintah bisa berupa zakat, yang harus
didistribusikan oleh pemerintah yang menerapkan Syariat Islam.Bisa juga berupa pajak,
yang mana hukumnya masih diperdebatkan di antara para ulama. Dari hasil pajak inilah
seharusnya pemerintah memberikan dana sosial kepada masyarakat dalam pendidikan dan
kesehatan. Seandainya BPJS ini dialihkan menjadi pajak wajib bagi masyarakat dan
dikhususkan untuk melayani kesehatan masyarakat, maka hukumnya boleh menurut
sebagian ulama. Apalagi ada rencana mewajibkan BPJS kepada seluruh rakyat pada tahun
2019 .
Jika iuran tersebut menggunakan sistem Asuransi Konvensional, peserta yang
mendaftar wajib membayar premi setiap bulan untuk membeli pelayanan atas risiko (yang
belum tentu terjadi), maka ini hukumnya haram. (Lihat Fatwa MUI, No:
21/DSN-MUI/X/2001). Adapun jika menggunakan sistem Asuransi Takaful, pesertanya
harus memberikan hartanya secara suka rela -bukan terpaksa- demi kemaslahatan bersama,
tanpa mengharapkan harta yang diberikan tersebut.Maka dalam hal ini hukumnya boleh.
Ini berdasarkan hadist Abu Musa Al-Asy‟ari radhiyallahu „anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“ Sesungguhnya keluarga al-Asy‟ariyun jika mereka kehabisan bekal di
dalam peperangan atau menipisnya makanan keluarga mereka di Madinah, maka
mereka mengumpulkan apa yang mereka miliki di dalam satu kain, kemudian
mereka bagi rata di antara mereka dalam satu bejana, maka mereka itu bagian
dariku dan aku adalah bagian dari mereka.“ (HR Bukhari, 2486 dan Muslim,
2500)
Namun jika peserta Asuransi Takaful mengharapkan harta yang sudah diberikan,
maka bertentangan dengan pengertian hibah, yang secara hukum Islam harta yang sudah
dihibahkan hendaknya jangan ditarik kembali.
Ini dikuatkan dengan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu „anhu lainnya,
bahwasanya Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Orang yang mengambil kembali pemberian ( yang telah diberikan kepada
orang lain) seperti anjing yang menjilat muntahannya (HR Bukhari dan Muslim)

b. Memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta,


Sebagaimana disebutkan dalam UU SJSN/No. 40 th 2004, Pasal 1 ayat 3
Memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta berdasarkan
jumlah premi yang dibayarkan adalah salah satu ciri asuransi konvensional yang
diharamkan, karena menjual sesuatu yang tidak jelas dan bersifat spekulatif (gharar). Jika
peserta mendapatkan risiko, dia mendapatkan pelayanan, tetapi jika tidak mendapatkan
risiko, premi yang dibayarkan tiap bulan akan hangus begitu saja.

c. BPJS bertujuan agar masyarakat saling membantu satu dengan yang lainnya.
Di dalam BPJS tidak selalu didapatkan unsur saling membantu (ta‟awun) dalam
arti yang sebenarnya. Karena tidak setiap peserta BPJS ketika membayar premi berniat
untuk membantu orang lain, bahkan cenderung demi kepentingan diri sendiri, agar jika
sakit, ia mendapatkan pelayanan yang maksimal dengan biaya minimal. Dengan sistem
tersebut, tidak selalu didapatkan orang kaya membantu orang miskin, justru pada
kenyataannya banyak orang kaya yang terbantu biaya pengobatannya dari iuran orang
miskin yang tidak sakit.
Bentuk ta‟awun yang dianjurkan adalah orang-orang kaya membantu orang-orang
miskin, tanpa mengharap timbal balik dari orang miskin. Hal itu bisa diwujudkan dalam
bentuk zakat, pajak, maupun pengumpulan dana sosial.

d. Dana yang terkumpul dari masyarakat dikembangkan oleh BPJS, baik dalam
bentuk investasi maupun di simpan di Bank-bank Konvensional, yang secara tidak
langsung juga mengambil keuntungan
Ini tertuang dalam UU BPJS/No.24 Th.2011, Pasal 11 dan UU SJSN/No. 40 th
2004, Pasal 1 ayat 7 serta Peraturan BPJS No.1/ 2014, Pasal 33 ). Ini juga disebutkan
dalam UU 24/2014, bahwa jaminan sosial harus disimpan dalam bank pemerintah yang
ditunjuk.Pelayanan yang diterima oleh peserta BPJS adalah hasil dari investasi Peserta
BPJS sengaja melakukan akad investasi yang di simpan di Bank-bank Konvensional,
kemudian hasilnya mereka terima berupa pelayanan kesehatan. Ini berbeda dengan dana
haji ataupun dana-dana lain dari pemerintah yang diterima masyarakat, karena di dalamnya
tidak ada akad investasi, tetapi hanya akad mendapatkan pelayanan, yang mana
masyarakat tidak mempunyai pilihan lain kecuali melalui pemerintah.Selain itu, di
dalam Asuransi Sosial tidak dibolehkan mengambil keuntungan kecuali sekedar gaji
bagi pengelola sesuai dengan kerjanya.

e. Peserta BPJS jika meninggal dunia, maka haknya untuk mendapatkan dana BPJS
gugur secara otomatis.
Pada dasarnya, seseorang yang mempunyai hak berupa harta benda atau sesuatu
yang bernilai, jika dia meninggal dunia, haknya tersebut akan berpindah kepada ahli
warisnya. Jika hak tersebut menjadi hangus, di sini ada unsur kezaliman dan unsur
merugikan pihak lain. Jika hal itu dianggap kesepakatan, tidak boleh ada kesepakatan yang
mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram, sebagaimana
dalam hadist Amru bin „Auf Al Muzani radhiyallahu „anhu bahwasanya Rasulullah
shallallahu
„alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Perdamaian diperbolehkan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.Dan kaum
muslimin boleh menentukan syarat kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram.”Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.
(Hadist Hasan Shahih Riwayat Tirmidzi)
Ini dikuatkan dengan hadist Aisyah radhiyallahu „anha bahwasanya
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :
“Setiap syarat yang tidak terdapat di dalam Kitab Allah adalah batil,
walaupun seratus syarat .“(HR Bukhari dan Muslim)

f. Memberikan sanksi atau denda bagi peserta yang menunggak atau terlambat
dalam membayar premi, sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan BPJS No.1/
2014, Pasal 35, ayat 4 dan 5.

Seseorang yang berutang dan terlambat dalam pembayarannya, tidak boleh dibebani
dengan membayar denda, karena ini termasuk riba yang diharamkan, kecuali jika dia
mampu dan tidak ada i‟tikad baik untuk membayar, maka – menurut sebagian ulama –
boleh dikenakan denda yang diperuntukkan sebagai dana sosial dan sama sekali tidak
boleh diambil manfaatnya oleh yang mengutangi. 50 Hal ini sesuai dengan hadits Ali
bahwasanya radhiyallahu „anha bahwasanya Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda :
“ Setiap pinjaman yang membawa manfaat (yang meminjamkan ) maka
dianggap riba “ ( HR. Baihaqi dan Hakim, berkata al-Bushairi di dalam Ittihaf al-
Khirah al-Mahirah ( 3/380 )
Sanadnya lemah karena di dalamnya terdapat Siwar bin Mush‟ab al- Hamdani.
Tetapi dia mempunyai penguat secara mauquf dari Fidhalah bin Ubaid)
Apakah denda tersebut masuk dalam kategori asy-Syarth al-Jazai (sarat bersangsi
), yaitu syarat berupa denda atas keteledoran dalam bekerja? Sebagian ulama
membolehkan memberikan sangsi atas keteledoran atau keterlambatan dalam bekerja,
tetapi tidak membolehkan denda di dalam utang piutang. Denda di dalam BPJS termasuk
dalam kategori denda karena utang piutang.

g. Belum ada badan pengawas syariah ( BPS ) dan belum ada audit oleh Dewan
Syariah Nasional ( DSN ) Belum menerapkan Asuransi Syariah

Aturan main yang diterapkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) saat
ini masih subhat (antara halal dan haram),
Dari Abi Abdillah An-Nu‟man bin Al-Basyir ra berkata, "Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu
jelas. Di antara keduanya adalah masalah yang mutasyabihat.Kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya.Siapa yang takut (berhati-hati) dari masalah yang
syubuhat baginya, maka dia telah terbebas demi agama dan kehormatannya.
Sedangkan orang yang jatuh dalam masalah syubuhat, dia jatuh ke dalam
perkara yang haram… (HR Bukhari dan Muslim).
Dari hadits tersebut dijelaskan apabila peserta BPJS yang kurang mampu (fakir)
membayar iuran kemudian yang mendapat manfaat dari iuran tersebut adalah orang
mampu atau orang kaya, maka BPJS menjadi subhat. Kalau orang tidak mampu kemudian
membayar iuran dan dipergunakan untuk orang-orang yang kaya itu jatuhnya subhat, BPJS
Dibenarkan menurut syari‟at, bila dibentuk oleh Pemerintah semata-mata untuk
menghimpun dana dari masyarakat untuk memberikan bantuan biaya pengobatan kepada
mereka yang membutuhkan (Asuransi Ta‟awuni / Ijtima‟i). Tidak dibenarkan menurut
syari‟at, bila dibentuk oleh Pemerintah atas dasar mendapatkan keuntungan (lahan bisnis)
karena termasuk Qimar (Judi).
Selain aturan pembayaran juga pengolahan dan penyimpanan yang dilakukan di
bank konvensional yang cenderung menghalalkan riba, menimbulkan keengganan bagi
jamaah Persis untuk menyimpan di bank konvensional tersebut.Sehingga diharapkan
penyimpanan dan pengelolaan iuran peserta dilakukan di bank syari‟ah.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah melakukan berbagai macam pembahasan dan analisis, penulis menarik


kesimpulan bahwa :
a. Hendaknya pada pelaksanaan Iuran Di BPJS Kesehatan, Pemerintah benar-
benar memberikan mutu pelayanan yang maksimal kepada masyarakat untuk
mendapatkan pelaksanaan kesehatan yang memang seharusnya menjadi
tanggung jawabnya, tidak hanya menetapkan iuran tapi juga memberikan hak
yang sesuai dengan dasar Tolong menolong dan bukan Untuk jalan meraup
keuntungan, karena sesuai dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang SJSN maka bangsa Indonesia sebenarnya telah memiliki
system jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
b. Prespektif hukum islam terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan di Indonesia yang berprinsip Asuransi sosial menurut
penulis adalah dengan kondisi saat ini belum tepat karena dapat
menimbulkan kemudharatan, yaitu iuran/premi bulanan yang akan disetorkan
kepada pihak bpjs masih terlalu tinggi dan adanya penetapan sanksi bagi
yang tidak membayar iuran, Program BPJS kesehatan masih mengandung
unsur ketidak adilan dalam konsep At Takaful Al Ijtma‟, dengan iuran yang
diberikan terdapat pemisahan masyarakat miskin, menengah dan orang kaya,
terlebih dalam pelayanan, BPJS kesehatan dalam praktiknya masih
mengandung unsur maishir, gharar, dan rhiba , sehingga menurut penulis
hukumnya jatuh jadi syubahat.

2. Saran

Pelayanan kesehatan menduduki posisi yang sangat penting dalam


syari‟ah.Pelayanan kesehatan adalah bagian dari maqhasid syariah, yaitu memelihara
jiwa. Dalam hal ini penulis memberikan beberapa saran :
a. Konsep program BPJS kesehatan harus ditinjau kembali, terlebih oleh
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat selaku pelakukebijakan dalam
beberapa hal.
b. Pelayanan kesehatan harus disamaratakan, tidak ada pemisahan antara orang
miskin, menengah dan kaya, agar semangat At Takhaful Al Ijtima benar-
benar hidup dalam penerapan BPJS Kesehatan, Dalam pengelolaan dana,
BPJS Kesehatan juga harus menjelaskan secara lengkap kepada peserta,

DAFTAR PUSTAKA

AL-QURAN
Abdul Mahmud ,Al-Mahmud Latif. At-Ta‟min al-Ijtima‟i Fi Dhanu‟i asy-Syari‟ah Al-
Islamiyah
Agustianto. BPJS dan Jaminan Sosial Syariah. http: //www. dakwatuna.
Com/2014/01/19/45011/bpjs-dan-jaminan-sosial-syariah/#axzz3KFEh1vln, Tanggal
10-10-2014, Jam. 09. 00
Alim, Muhammad. 2010. Asas-asas Negara Hukum Modern dalam Islam.
Yogyakarta: LKiS.
Asyhadiez, Zaeni. 2008. Aspek-aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Jakarta: Rajawali.
Chapra, Umer. 1997. Al-Quran Menuju Sistem Moneter Yang Adil. Yogyakarta: PT
Dana Bakti Prima Yasa.

Fachrudin, .Fiqih Dan Manajemen Zakat Di Indonesia.Malang. UIN.Malang Pers.


Ismanto kuat, S.H.I., M.Ag. 2009.Asuransi Syariah.Tinjauan Asas-Asas Hukum
Islam. Yogyakarta: Pustaka balajar.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Pegangan Sosalisasi Jaminan Kesehatan


Nasional dalam Sistem Jaminan Social. Jakarta: Kemnterian Kesehatan RI.

Kontroversi MUI yang mengharamkan BPJS Kesehatan (senin, 3Agustus 2015 ;


10.35 WIB)
Potabuga, Hassan. 1996. Kamus istilah Asuransi Jiwa. Jakarta: Dewan Asuransi
Indonesia.
Salim, Abbas, 2007. Asuransi & Manajemen Risiko. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: BalaiPustaka.
Taimiyah, Ibnu. 1994. Tugas Negara Menurut Islam.Alih bahasa Arif Maftuhin
Dzohir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Undang – Undang Nomor 24 Tahun 011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
IMPLIKASI GENERATION GAB TERHADAP KEBERLANGSUNGAN EKONOMI SYARIAH
INDAH ANGGERAINI BACHTIAR, SE.,M.Si

I. PENDAHULUAN
Dalam literatur Islam, sangat jarang ditemukan tulisan tentang sejarah pemikiran
ekonomi Islam. Buku-buku sejarah Islam atau sejarah peradaban Islam sekalipun tidak
menyentuh sejarah pemikiran ekonomi islam klasik. Buku sejarah Islam lebih dominan
bermuatan sejarah politik.
Kajian yang khusus tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam adalah tulisannya
Muhammad Nejatullah Ash- Shiddiqi yang berjudul, Muslim Economic Thinking, A Survey
of contemporery literature, dan artikel yang berjudul, History of Islamics Thought. Buku dan
artikel tersebut ditulis pada tahun 1976. Paparannya tentang studi histori ini lebih banyak
bersifat diskriptif. Ia belum melakukan analisa kritik, khususnya terhadap “kejahatan”
intelektual yang dilakukan oleh ilmuan barat yang menyembunyikan peranan ilmuan Islam
dalam mengembangkan pemikiran ekonomi, sehingga kontribusi pemikiran ekonomi Islam
tidak begitu terlihat pengaruhnya terhadap ekonomi modern. Menurut Nejatullah Ash-
Shiddiqi, pemikiran ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim terhadap tantangan-
tantangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi Islam tersebut diilhami dan
dipandu oleh ajaran al-Qur’an dan sunnah juga oleh ijtihad dan pengalaman empiris mereka.
Pemikiran adalah sebuah proses kemanusiaan, namun ajaran alQur’an dan sunnah bukanlah
pemikiran manusia. Yang menjadi obyek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam bukanlah
ajaran al-Qur’an dan sunnah tentang ekonomi tetapi pemikiran para ilmuan Islam tentang
ekonomi dalam sejarah atau bagaimana mereka memahami ajaran al-Qur’an dan sunnah
tentang ekonomi. Obyek pemikiran ekonomi Islam juga mencakup bagaimana sejarah
ekonomi Islam yang terjadi dalam praktek historis Jadi, cakupan sejarah pemikiran ekonomi
Islam dalam tulisan ini adalah, pertama,sebelum membahas seputar pemikiran ekonomi
alangkah baiknya mengkaji seputar Islam dan sistem kehidupan. Kedua, membahas
kedudukan akal dalam Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ketiga, membahas the
great gap schumpeter, serta kontinuitas dalam sejarah ekonomi Islam.

II. LANDASAN TEORI


A. Pemikiran dan Kontribusi Islam Dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dan Sistem
Kehidupan
Seperti yang sudah dikatakan Prof. H. Adiwarman Azwar karim dalam bukunya,
dalam Islam, prinsip utama dalam kehidupan umat Islam adalah Allah SWT. Ia adalah Tuhan
yang menciptakan segala yang ada di jagat raya ini. Ia penguasa tunggal yang suci dari segala
kepincangan, kesalahan, dan kekurangan, serta Ia maha pengasih dan maha penyayang, dan
serta maha dan maha yang lainnya. islam memiliki syariat yang sangat istimewa, yakni
bersifat konprehensif dan unuversal. Dikatakan konprehensif karena Islam dapat merangkum
seluruh aspek kehidupan, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial. Islam juga bisa dikatak
universal karena dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai hari penghabisan.
Sedangkan manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna bentuknya dan diberikan
akal untuk berfikir dan melaksanakan tugasnya sebagai khalifah. Manusia diberikan amanah
atau tanggung jawab sebagai khalifah dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT. untuk
memberdayakan alam dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan. Hidup manusia adalah
sebuah sistem. Komponen-komponennya tentu adalah unsur-unsur kehidupan itu sendiri,
yaitu ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan, juga ekonomi. Sistem selalu
mempunyai aturan,prosedur, dan tata kerja. Pun komponen-komponennya. Semuanya
memiliki prosedur yang berbeda, namun memiliki satu tujuan yang sama. Adapun
komponen-komponen tersebut, juga aturan yang dibuat oleh manusia, tentulah sudah dibuat
oleh sang perancang manusia, yaitu Allah SWT.
B. Kedudukan Akal Dalam Islam dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian, bukan berarti
akal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan untuk
menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalu cocok
dengan syariat Allah swt, dalam permasalahan apa pun. Akal adalah nikmat besar yang Allah
swt titipkan dalam jasmani manusia. Akal merupakan salah satu kekayaan yang sangat
berharga bagi diri manusia. Keberadaannya membuat manusia berbeda dengan makhluk-
makhluk lain ciptaan Allah. Bahkan tanpa akal manusia tidak ubahnya seperti binatang yang
hidup di muka bumi ini. Dengan bahasa yang singkat, akal menjadikan manusia sebagai
makhluk yang berperadaban. Tetapi meskipun demikian, akal yang selalu diagungagungkan
oleh golongan pemikir sebut saja golongan ra'yu atau mu'tazilah juga memiliki keterbatasan
dalam fungsinya .(Nasution Harun, 1986: 71) Akal itu adalah sebuah timbangan yang cermat,
yang hasilnya adalah pasti dan dapat dipercaya (Ibnu Khaldun, 1999: 457). Khaldun
menjelaskan mempergunakan akal itu menimbang soal-soal yang berhubungan dengan
keesaan Allah swt, atau hidup di akhirat kelak, atau hakikat kenabian (nubuwah), atau
hakikat sifat-sifat ketuhanan atau halhal lain di luar kesanggupan akal, adalah sama dengan
mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung.
Ini tidaklah berarti bahwa timbangan itu sendiri tidak boleh dipercaya. Soal yang
sebenarnya ialah bahwa akal itu mempunyai batas-batas yang dengan keras membatasinya;
oleh karena itu tidak bisa diharapkan bahwa akal itu dalam memahami Allah swt dan
sifatsifatnya. Dalam Al-Qur‟an tidak ditemukan kata aqala yang menunjuk potensi
manusiawi itu. Yang ditemukan adalah kata kerjanya dalam bentuk ya‟qilun dan
ta‟qilun(Quraish.2000:57). Masingmasing muncul dalam Alqur‟an sebanyak 22 dan 24 kali.
Di samping itu, ada juga kata na‟qilu dan qi‟luha serta aqaluh u yang masing-masing disebut
sekali dalam al- Qur'an. Terulangnya kata "akal" dan aneka bentuknya dalam jumlah yang
sedemikian banyak mengisyaratkan pentingnya peranan akal. Bahkan kedudukan itu
diperkuat oleh ketetapan al-Qur‟an tentang pencabutan/pembatasan wewenang mengelola
dan membelanjakan hartawalau milik seseorang bagi yang tidak memiliki akal/pengetahuan
Qs.
AnNisa (4): 5.
terimplikasi pada semakin maraknya kajian-kajian ekonomi islam di berbagai
tempat. Para akademisi, pengamat,
Terjemah Kemenag 2002 maupun praktisi mulai bersemangat menganalisis
perbedaan perbankan syari’ah dengan perbankan
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik.
Bahkan pengabaian akal berpotensi mengantar seseorang tersiksa di dalam neraka,
seperti Qs. Al-Mulk (67):11
Terjemah Kemenag 2002
Maka mereka mengakui dosanya. Tetapi jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni
neraka yang menyala-nyala itu.
Melalui akal, lahir kemampuan menjangkau pemahaman sesuatu yang pada gilirannya
mengantar pada dorongan berakhlak luhur. Ini dapat dinamai al-„aql al- wazi‟, yakni akal
pendorong. Akal juga digunakan untuk memperhatikan dan menganalisis sesuatu guna
mengetahui rahasia-rahasia yang terpendam untuk memperoleh kesimpulan ilmiah dan
hikmah yang dapat ditarik dari analisis tersebut. Kerja akal di sini membuahkan ilmu
pengetahuan sekaligus perolehan hikmah yang mengantar pemiliknya mengetahui dan
mengamalkan apa yang diketahuinya.
Ajaran Islamlah yang harus menjadi guidance dalam upaya menyeimbangkan aturan
agama dan akal. Tulisan ini bukan bermaksud berapologi ria, melainkan peringatan kepada
kita agar melihat dan meneladani sikap para ulama Islam klasik untuk dijadikan tolok ukur
sebagai uswatun hasanah. Umat Islam di era globalisasi dan teknologi ini, menurut
Syamsuddin arif, dalam melihat sains terpecah menjadi tiga. Ada yang anti barat dan anti
ilmu pengetahuan dengan dalil bid’ah, ada yang langsung menerima tanpa perlu difikir krtis
objektif, dan ada yang menerima dengan waspada dalam artian tidak menelan mentah begitu
saja tanpa telaah ulang dan peroses pematangan. Sikap yang pertama dan yang kedua kurang
tepat untuk diterapkan karena keduanya sama-sama ekstrim dan radikal. Sikap yang bijak dan
dewasa adalah sikap yang adil, selalu menghargai namun mampu untuk meletakakan pada
posisi yang tepat. Disini umat Islam dituntut jeli dalam memilah dan memilihnya. Jadi, akal
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam ajaran agama Islam. Sejalan dengan ini,
Islam memerintahkan manusia untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Inilah
letak korelasi yang erat antara al-Qur’an sebagai petunjuk umat manusia dengan ilmu
pengetahuan.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Perbankan Syari’ah sebagai salah satu instrumen ekonomi islam yang telah terbukti
mampu bertahan ditengah terpuruknya sistem perbankan konvensional, konvensional. Lebih
dari itu, mereka sudah merambah pada kajian intensif tentang fikih muamalat dan kajian yang
lebih luas dari ilmu ekonomi Islam itu sendiri.
Joseph Schumpeter dalam karyanya, History of ekonomics analysis, mengatakan
adanaya great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa yang
dikenal dengan dark ages. Masa kegelapan barat tersebut sebenarnya masa kegemilangan
Islam. Ketika barat dalam suasana kegelapan dan keterbelakangan, Islam sedang jaya dan
gemilang dengan imu pengetahuan dan peradaban. The dark ages dan kegemilangan Islam
dalam ilmu pengetahuan adalah suatu masa yang sengaja ditutup- tutupi barat, karena pada
masa inilah pemikiran pemikiran ekonomi Islam dicuri oleh ekonomi barat. Proses pencurian
itu diawali sejak peristiwa perang salib yang berlangsung selama 200 tahun, yakni dari
kegiatan belajarnya mahasiwa Eropa di dunia IslamSchumpeter menyebutkan dua kontribusi
ekonomi scholastic, pertama, penemuan kembali tulisan-tulisan Aristoteles tentang ekonomi.
Kedua, capaian yang hebat (towering achievement) St. Thomas Aquinas.
Schumpeter menulis dalm catatan kakinya nama Ibnu Sina dan Ibn Rusyd yang
berjasa menjembatani pemikiran Arestoteles ke St. Thomas Aquinas. Artinya, tanpa peranan
Ibn Sina dan Ibn Rusyd, St. Thomas tidak akan pernah mengetahui konsep-konsep
Ariestoteles. Karena itu tidak aneh jika pemikiran St. Thomas sendiri banyak yang
bertentangan dengan dogma-dogma gereja. Sehingga para sejarawan menduga St. Thomas
mencuri ide-ide dari ekonomi Islam. Dugaan kuat ini sesuai dengan dengan analisa Capleston
dalam bukunya, A History of Medieval Philosofy, “fakta bahwa St. Thomas Aquinas
memetik ide dan dorongan dari sumber-sumber yang beragam yang cenderung menunjukkan
bahwa ia bersifat eklektif dan kurang orisinil. Sebab kalau kita melihat doktrin dan teorinya,
ia sering mengatakan, “ini sudah disebut oleh Avicenna” atau “ini sudah disebut Aristoteles”
berdasarkan realitas ini kita dapat mengatakan bahwa pemikiran St. Thomas Aquinas tidak
ada yang orisinal dan istimewa. Harris huga sependapat dengan Capleston dalam bukunya the
Humanities, “tanpa pengaruh pepatetisisme orang Arab, teologi St. Thomas Aquinas dan
pemikiran filsafatnya tidak akan bisa dipahami.
Schumpeter ini berusaha menafikan kontribusi peradaban Islam terhadap evolusi
perkembangan ilmu pengetahuan sampai zaman modern ini. Di saat Islam mencapai puncak
kejayaan di Cordova, kehidupan orang Eropa masih berda di titik peradaban yang terendah.
Dengan Encyclopedia Britania, jerome revert berkata, “Eropa masih berada dalam kegelapan,
sehingga tahun 1000 Masehi di mana ia dapat dikatakan kosong dari segala ilmu dan
pemikiran, kemudian pada abad ke 12 Masehi, Eropa mulai bangkit. Kebangkitan ini
disebabkan oleh adanya persinggungan Eropa dengan dunia Islam yang sangat tinggi di
Spanyol dan Palestina, serta juga disebabkan oleh perkembangan kota-kota tempat
berkumpul orang-orang kaya yang terpelajar. Namun, pemikiran ekonomi al- Ghazali dapat
membantah tesis Great Gap-nya Schumpeter bahwa Black Centuries yang berlangsung
selama 6 abad itu tidak pernah terjadi, justru pada masa itu terjadi puncak peradaban Islam,
khususnya perkembangan berbagai ilmu pengetahuan. Karena al-Ghazali adalah salah satu
ilmuan muslim yang sering dikutip pemikirannya dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk
dalam pemikiran ekonomi Islam. Beberapa penelitian membuktikan adanya kesamaan
pemikiran ekonomi al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din dengan pemikiran St. Thomas
Aquinas dalam Summa Theologica-nya. Dalam hal ini, Margaret Smith membenarkan dan
mengatakan bahwa salah satu tokoh kristen yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran al-
Ghazali adalah St. Thomas Aquinas. Perjalanan sejarah mengatakan kepada kita untuk
mengetahui bahwa ekonomi Islam telah mengalami kehilangan pengakuan selama masa
kemunduran hingga masa modernis. Hingga tiba saatnya terjadi pengakuan kembali, setelah
adanya pernyataan para kaum cendekiawan bahwa konsep rumusan ekonomi Islam yang
telah digagas para ulama masa keemasan ketika Islam mengalami zaman.
Sementara itu, dalam setiap pembahasan ilmu ekonomi, sebagai suatu disiplin ilmu
pengetahuan, diyakini dimulai sejak tahun 1776. Waktu itu dimotori oleh Adam Smith,
pemikir dari Inggris dengan karya monumentalnya, An Inquiry into The Nature an Cause of
The Wealth of Nations. Sebelumnya sudah banyak pemikiran-pemikiran yang dikemukakan
mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi oleh suatu masyarakat, maupun suatu negara,
namun belum dikemas secara sistematis. Topik-topik yang dibahas masih terbatas dan belum
ada analisis yang menyeluruh mengenai berbagai aspek dari kegiatan perekonomian dalam
suatu masyarakat. Analsis yang masih terbatas tersebut menyebabkan pemikiran-pemikiran
ekonomi masih belum dipandang sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Adam Smith memperkenalkan apa yang kini
dikenal dengan sistem ekonomi liberalis kapitalis. Sistem ini digagas oleh Adam Smith untuk
menentang sistem ekonomi merkantilisme, yang sangat menekankan campur tangan
pemerintah dalam memajukan perekonomian. Adam Smith agaknya lebih menghendaki
kegiatan ekonomi itu dibiarkan bergerak sendiri, dengan hukum dan logikanya sendiri.
Pasarlah yang akan mengatur aktivitas ekonomi, menggerakkan dan memekarkan kegiatan
ekonomi masyarakat yang pada gilirannya akan mendatangkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang lebih luas.
Akan tetapi, sistem ekonomi liberalis-kapitalis itu ternyata berdampak negatif, yaitu
pendapatan yang tidak merata, peningkatan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang makin
melebar. Akses itu timbul karena pasar yang bekerja maksimal membuat persaingan menjadi
tidak terhindarkan. Akibatnya, menyisakan ruang lapang bagi pengusaha kuat dan tentu saja,
pengusaha kecil tergilas turbin produktifitas dalam sistem ekonomi.
Kondisi ini menimbulkan kritik di kalangan ilmuwan lainnya, misalnya Karl Marx,
menurutnya sekalipun sistem liberal-kapitalis secara relatif berhasil memajukan tingkat
pertumbuhan ekonomi, tetapi sistem itu telah mengorbankan manusia : menggiringnya
kedalam rantai ketergantungan, perbudakan ekonomi, dan keterasingan bukan hanya dari
produk dan kerja, melainkan dari kalangan itu sendiri. Kritik Marx terhadap kapitalisme
agaknya lebih karena kecenderungan sistem kapitalis yang mengabaikan nilai-nilai moral
kemanusiaan.
Dengan mengadopsi sekaligus merevisi ide Marx, Stalin, pemimpin revolui Rusia di
permulaan abad 20, membangun suatu monopoli industrial yang dipimpin oleh suatu
organisasi birokrasi yang mempergunakan sentralisasi dan industrialisasi birokratis. Dalam
sistem sosialis, BUMN negara mempunyai peran yang besar dalam melakukan aktivitas
ekonomi. Melalui sistem ini pada masalah-masalah seperti kemiskinan, kesenjangan sosial,
dan distribusi pendapatan yang tidak merata diharapkan dapat diatasi.
Hanya saja, karena kompetisi di dalam sistem sosialis adalah hal yang terlarang, tentu
saja dorongan untuk berprestasi dan meningkatkan produktivitas kerja menjadi menurun.
Akibatnya, sistem sosialis tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan baik.
Fenomena satu desawarsa terakhir ini, negara-negara Eropa Timur yang menerapkan sistem
sosialis ternyata mengalami kebangkrutan ekonomi dan mulai melirik sistem pasar bebas
sebagai landasan pembangunan ekonomi. Kerapuhan sistem sosialis, terasa getarannya dalam
sistem liberal- kapitalis, yang dibuktikan dengan adanya krisis. Pada dekade 30-an, terjadi
depresi ekonomi besar-besaran. Perekonomian menjadi lesu dan pengangguran merajalela.
Orang banyak beranggapan bahwa apa yang diramalkan oleh Karl Marx tentang pembusukan
didalam sistem liberal- kapitalis akan segera menjadi kenyataan. Kedua aliran pemikiran
tersebut ternyata menggiring pada suatu kutub extrimitas. Yang satu aktivitas ekonomi benar-
benar diserahkan pada tindakan individu dan yang lain amat ditentukan oleh kekuasaan
Pemerintah. Sampai di sini tampak ditemu jalan buntu. Keadaan tersebut segera dapat
diselamatkan oleh John Maynard Keynes. Menurutnya, perekonomian sepenuhnya tidak
harus diserahkan kepada mekanisme pasar, tetapi dalam batas-batas tertentu, campur tangan
negara justru amat diperlukan. Intervensi negara menjadi suatu keniscayaan terutama
mendorong perekonomian kembali pada posisi keseimbangan. Keynes sangat berbeda dengan
Smith. Pandangan Keynes di atas merupakan sebuah revolusi dalam pemikiran ekonomi
liberal-kapitalis yang berkembang sejak Adam Smith. Dalam perkembangan selanjutnya,
teori ekonomi modern menyerap teori-teori yang ditulis oleh para pemikir Muslim. Keadaan
ini, agak sulit ditemukan buktinya karena teori- teori ekonomi modern yang dikembangkan
oleh para pemikir Barat, tidak menyebutkan secara tegas, rujukan- rujukannya yang berasal
dari kitab-kitab klasik keilmuan Islam.
Joseph Schumputer misalnya mengatakan, adanya “Great Gap” dalam sejarah pemikir
ekonomi selama 500 tahun yaitu masa yang dikenal sebagai the dark ages. Dalam karyanya
“History /of Economics Analysis”, ia menegaskan bahwa pemikir ekonomi timbul pertama
kali dizaman Yunani Kuno pada abad 4 SM dan bangkit kembali pada abad ke 13 M ditengah
pemikir skolastik Thomas Aquinas. Dalam periodisasi sejarah Islam, masa kegelapan Barat
tersebut adalah masa kegemilangan Islam. Suatu hal yang berusaha ditutupi oleh Barat karena
pemikiran-pemikiran ekonomi Islam pada masa ini yang kemudian banyak dijadikan rujukan
oleh para ekonom Barat.
Perdebatan di seputar masalah ekonomi tersebut, mendorong kita untuk menelaah
kembali kesejarahan Islam Klasik. Saat itu, tradisi dan praktek ekonomi meupun
perdagangan dengan landasan syari’ah telah dipraktekan oleh Rasulullah Saw, bahkan lebih
luas dari itu. Beliau yang hidup di tengah masyarakat Arab Kuno telah menanamkan prinsip-
prinsip etika ekonomi dan perdagangan yang bertumpu pada syari’ah. Praktek ekonomi
maupun perdagangan masyarakat Arab saat itu tidak hanya mengenal barter, tetapi sistem
jual beli telah berlaku, mata uang Persia dan Romawi juga telah dikenal luas oleh
masyarakat dan telah menjadi sarana pertukaran yang efektif. Bahkan tukar menukar
valuta asing atau “Sharf”, demikian pula anjak piutang dan pembayaran tidak tunai telah
dikenal untuk perdagangan antar negara. Sebuah lembaga pengumpul dan pendistribusian
dana masyarakat telah dilakukan oleh “Bait Al-Mal” yakni sebuah lembaga yang
menggantikan lembaga peninggalan raja-raja kuno yang dipergunakan untuk menarik upeti
dari rakyat. Pabrik riba dan bunga serta perdagangan ilegal seperti monopoli dan
penimbunan telah mendapat perhatian Rasulullah Saw dan digantinya dengan sistem
perdagangan yang menjunjung keadilan, kejujuran, dan pertanggung jawaban sesuai
dengan petunjuk Al-Quran. Ini adalah sebuah revolusi besar terhadap sistem ekonomi yang
dilakukan beliau. Satu hal yang berkaitan dengan masalah yang diperdebatkan di atas,
penentuan harga diserahkkan pada mekanisme pasar yaitu diletakkan pada kekuatan
penawaran dan permintaan itu sendiri, seperti terungkap dari sebuah hadis Rasulullah Saw
yang diriwayatkan oleh ‘Anas bin Malik’, bahwa suatu ketika terjadi kenaikan harga-harga
barang di kota Madinah, beberapa sahabat mengahadap Nabi Saw mengadukan masalah itu
dan meminta beliau agar mematok harga-harga barang di pasaran. Rasulullah menjawab
“sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang menahan, dan melepaskan, dan yang
mengatur rezeki. Dan aku mengharapkan agar saat berjumpa Allah dalam keadaan tidak
ada sesorang pun diantara kalian yang menggugatku karena kezaliman dalam soal jiwa dan
harta”. Meski demikian pada kasus lain dimana ada ke tidak adilan dan unsur penipuan
terjadi dalam aktivitas bisnis masyarakat, Rasulullah Saw tetap melakukan campur tangan,
dalam hal ini turut mengendalikan dan mengontrol harga, menyeimbangkan permintaan dan
penawaran. Pada masa selanjutnya, tradisi dan praktek ekonomi Islam terus dikembangkan.
Misalnya, Abu Bakar telah menggunakan asas pemerataan dalam distribusi harta negara,
kebijakan ini berbeda dengan Ummar bin Khatab yang menggunakan sistem distribusi
dengan asas pengistimewaan pada orang- orang tertentu seperti assbilaqunal awwalun,
keluarga Nabi, dan para pejuang perang, mereka mendapat prioritas pertama. Sumber
penerimaan negara berasal dari zakat, jizyah, kharaj, ghanimah, dan fa’i, masa Umar telah
dikembangkan lebih luas seperti adanya ‘Ushr’ dari pajak perdagangan antara negara muslim
dengan negara asing lainnya. Diversifikasi dalam berbagai sumber pemasukan negara saat itu
membuat kas negara menempati posisi surplus. Kontribusi kaum muslimin yang sangat besar
terhadap kelangsungan dan perkembangan pemikiran ekonomi pada khususnya dan
peradaban dunia pada umumnya, telah diabaikan oleh ilmuwan Barat. Buku-buku teks
ekonomi Barat hampir tidak pernah menyebutkan peranan kaum muslimin ini. Menurut
Chapra, meskipun sebagian kesalahan terletak di tangan umat Islam karena tidak
menagartikulasikan secara memadai kontribusi kaum muslimin, namun Barat memiliki andil
dalam hal ini, karena tidak memberiakn pengharagaan yang layak atas kontribusi peradapan
lain bagi kemajuan pengetahuan manusia.

IV. KESIMPULAN
Keragaman pemikir ini perlu ditelusuri jejak sejarahnya dikarenakan baik ekonomi
modern dan ekonomi islam tidaklah muncul dengan secara tiba-tiba, tetapi melainkan
kelanjutan dari warisan kebudayaan yang sudah ada. Apapun motivasi sehingga terus saja
melestarikan “The Great Gap” mungkin saja karena kekalahan dalam perang salib, atau
bahkan karena masih sangat kuatnya pembiasan eusentrik, hasilnya tidak akan
menguntungkan bagi sejarah pemikir ekonomi. Tanpa referensi kepada Al-Faribi (Alfarabus),
Ibn Sina (Avicenna), Ibn Rasyid (Averroes) dan Al-Ghazali (Algazel). Maka Thomas
Aquinas tidak dapat dipahami dengan benar. Dan juga kekosongan dalam sejarah pemikir
ekonomi tidak akan pernah terjawab dengan segala implikasinya terhadap pemahaman yang
bias bagi setiap generasi.

DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. Syafi’ie, 1999, Bank Syariah: Bankir dan Praktisi Keuangan, Bank
Indonesia dan Tazkia Institute, Jakarta.
Ma’shum,Muhammad,
Source:http://agustianto.niriah.com/2008/04/11/sejarahpemikira n-ekonomi-islam-1/
Nasution, Harun, 1986, Akal dan Wahyu Dalam Islam, UI Press, Jakarta.
Nawawi, Ismail, 2009, Ekonomi Islam Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek Hukum, Putra
Media Nusantara (PMN), Surabaya.
Karim, Adiwarman Azwar, 2010, Sejarah pemikiran Ekonomi Islam, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Mohammad, Toha. 2012. Kontribusi Islam pada Sains & Teknologi. Artikel Stain
Pamerkasan
Ibrahim, Hasan. 1989. Sejarah & Kebudayaan Islam. Yogyakarta
Badri Jatim. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. PT Gravindo Persada
Hewiyah, Jamal. Pemikiran dan Kontribusi Islam Dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi.
Jurnal IAIN Sunan Ampel.
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, “Qur’an Kemenag 2002”, Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai