Anda di halaman 1dari 6

https://afidburhanuddin.wordpress.

com/2017/07/13/keterampilan-mengajar-kelompok-kecil-dan-
perorangan/

Pendidikan secara umum merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan harus mampu melayani dan mengembangkan siswa sesuai dengan potensi, minat,
dan bakat yang telah dimilikinya. Pendidikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia,
memiliki makna bahwa proses pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan harus bisa
memberikan pelayanan yang optimal kepada setiap siswa baik untuk memenuhi kebutuhan
bersifat kelompok maupun kebutuhan individual. Salah satu implikasi untuk mewujudkan
pelayanan yang dapat memenuhi karakteristik siswa yang berbeda-beda itu adalah dengan
menerapkan model mengajar secara berkelompok atau perorangan atau disebut dengan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (Agustina, 2012).
Pendidikan dan pembelajaran di satu sisi harus dapat mengantarkan siswa dalam kebersamaan,
artinya mengembangkan kehidupan sosial. Di sisi lain setiap siswa juga memiliki kebutuhan
yang bersifat individual. Pendidikan dan pembelajaran yang efektif adalah yang dapat memenuhi
adanya kebersamaan di samping terpenuhinya kebutuhan secara individual.

Dalam pengajaran klasikal, kebutuhan siswa secara individu belum dapat terlayani secara
maksimal, guru biasanya hanya memperhatikan kebutuhan siswa pada umumnya saja. Adapun
karakteristik yang bersifat individual belum dapat terlayani secara optimal. Oleh karena itu, guru
secara profesional selain guru harus melayani siswa secara klasikal juga jangan mengabaikan
kebutuhan siswa secara individual. Keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan
adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang
dibutuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun individu. Mengajar kelompok kecil dan
perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru
dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik (Soegito, 2010).

Selain itu, keterampilan ini akan meningkatkan pemahaman guru dan siswa yang terlibat, serta
pemahaman dalam mengorganisasi proses interaksi edukatif. Hubungan interpersonal, sosial, dan
mengorganisasi adalah hal yang penting untuk menyukseskan mengajar kelompok kecil dan
perorangan. Karena itu guru harus memiliki keterampilan melakukan hubungan antar pribadi,
bila ingin mengaplikasi keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Keterampilan dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan

Pengertian keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal fikiran ide dan krativitas
dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu lebih bermakna sehingga
menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan adalah kemampuan guru/instruktur/widyaswara dalam mengembangkan
terjadinya hubungan interpersonal yang sehat dan akrab antara guru dan siswa, maupun antara
siswa dan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun perorangan.

Menurut (Sukiman, 2008), mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah salah satu cara yang
dapat dilakukan oleh guru untuk dapat memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh
siswa baik secara klasikal maupun individu. Keterampilan mengajar kelompok kecil dapat
dilakukan dengan:

1) Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian dengan memberikan motivasi dan


membuat variasi dalam pemberian tugas
2) Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi,
dan interaksi pembelajaran.
3) Perencanaan penggunaan ruangan.
4) Pemberian tugas yang jelas, menantang, dan menarik.

Mengajar kelompok kecil dan perorangan, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di
dalam kelas, seorang guru mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa
yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok dan perorangan. Penguasaan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru/instruktur
mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efisien serta memainkan perannya sebagai: 1)
Organisator kegiatan pembelajaran. 2) Sumber informasi bagi siswa. 3) Pendorong bagi siswa
untuk belajar. 4) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. 5) Pendiagnosis dan
pemberi bantuan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan. 6) Peserta kegiatan yang punya hak
dan kewajiban seperti peserta lainnya (Wardani, 2005).

Komponen dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan

Menurut (Mulyasa, 2013), pengajaran kelompok kecil dan perorangan masing-masing


memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan siswa dan penanganan tugas. Ada
7 komponen keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru dalam kaitan ini, yaitu sebagai berikut:

1. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. Caranya adalah sebagai berikut:
1) Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi. 2) Kemukakan masalah-
masalah khusus. 3) Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan. 4) Rangkum
hasil pembicaraan dalam diskusi.
2. Memperluas masalah atau urunan pendapat. Selama diskusi berlangsung sering terjadi
penyimpangan ide yang kurang jelas hingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok, yang
akhirnya menimbulkan kesalahpahaman hingga keadaan dapat menjadi tegang. Dalam hal
demikian tugas guru dalam memimpin diskusi untuk memperjelasnya, yakni dengan cara: 1)
Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi jelas. 2) Meminta
komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka
memperjelas atau mengembangkan ide tersebut. 3) Menguraikan gagasan siswa dengan
memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai hingga kelompok
memperoleh pengertian yang lebih jelas.
3. Menganalisis pandangan siswa. Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan di antara anggota
kelompok. Dengan demikian guru hendaklah mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut
dengan cara sebagai berikut: 1) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar
yang kuat. 2) Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
4. Meningkatkan urunan siswa. Beberapa cara untuk meningkatkan urunan pikir siswa adalah:
1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir. 2) Memberikan
contoh-contoh verbal dan nonverbal yang sesuai dan tepat. 3) Memberikan waktu untuk
berfikir. 4) Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh perhatian.
5. Menyebarkan kesempatan berpatisipasi. Penyebaran kesempatan berpartisipasi dapat
dilakukan dengan cara: 1) Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi
dengan mengarahkan pertanyaan langsung secara bijaksana. 2) Mencegah terjadinya
pembicaraan serentak dengan memberi giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu. 3)
Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan. 4) Mendorong siswa
untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi antarsiswa dapat ditingkatkan.
6. Menutup diskusi. Keterampilan akhir yang harus dikuasai oleh guru adalah menutup diskusi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Membuat rangkuman hasil diskusi
dengan bantuan para siswa. Ini lebih efektif daripada bila rangkuman hanya dibuat sendiri
oleh guru. 2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi ataupun tentang topik
diskusi yang akan datang. 3) Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi
yang telah dicapai
7. Hal-hal yang harus diperhatikan; 1) Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi
kesempatan. 2) Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi. 3) Membiarkan terjadinya
penyimpangan dari tujuan diskusi dengan pembicaraan yang tidak relevan. 4) Membiarkan
siswa yang enggan berpartisipasi. 5) Tidak memperjelas atau mendukung urunan pikir siswa.
6)Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.

Prinsip Penggunaan Yakni:


1. Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok, perorangan disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dicapai, kemampuan siswa, ketersediaan vasilitas, waktu, serta kemampuan
guru/instruktur.
2. Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan perorangan.
Informasi umum sebaiknya disampaikan secara klasikal.
3. Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa
rangkuman, pemantapan, kesepakatan, laporan, dan sebagainya.
4. Guru/instruktur perlu mengenal siswa secara perorangan (individual) agar dapat
mengatur kondisi belajar dengan tepat.
5. Dalam kegiatan belajar perorangan, siswa dapat bekerja secara bebas dengan bahan yang
telah disiapkan guru/instruktur (Wardani, 2005).

Peran Guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan


Menurut (Usman, 2008), beberapa peran guru dalam pembelajaran kelompok kecil dan
perorangan sebagai berikut:

1. Sebagai motivator. Artinya guru memposisikan diri sebagai penggerak, yang menumbuhkan
semangat dan kekuatan belajar bagi siswa.
2. Sebagai fasilitator. Di sini guru menciptakan lingkungan belajar untuk kelancaran proses
pembelajaran dan memberi kemudahan bagi siswa sebagai pelajar.
3. Organisator pembelajaran. Guru mengelola pembelajaran sehingga dapat berjalan secara
efektif dan efisien.
4. Multi metode dan media. Guru menggunakan metode dan media yang bervareasi, tidak
terpaku pada satu metode saja.
5. Pola interaksi pembelajaran. Artinya adanya interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa,
serta siswa dan lingkungan.
6. Pemanfaatan sumber pembelajaran secara luas dan bervareasi. Di sini guru merangsang siswa
untuk menggunakan berbagai sumber belajar, agar siswa dapat mengembangkan bakat dan
keinginannya demi mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi.
7. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Mencermati permasalahan yang dihadapi siswa, dan
dengan kelompok kecil ini siswa akan mudah dan bebas menyampaikan permasalahan atau
kesulitannya, sehingga guru dapat menyimpulkan kesulitan yang dihadapi siswa dan cara
mengatasinya.
Syarat-syarat
Menurut (Darmadi, 2010), pembelajaran akan efektif dan produktif mencapai tujuannya, apabila
pembelajaran tersebut berkondisi:

1. Mempunyai iklim semangat.


2. Sangat kohensif.
3. Ada rasa tanggung jawab.
4. Ada rasa keanggotaan yang kuat pada para anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai