Anda di halaman 1dari 12

KETRAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN

Mata kuliah ketrampilan dasar pembelajaran dan mengajar

Dosen Pengampu

Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd

Disusun Oleh:
Eni Rumiati
Nuzulul Kurniawati

PONDOK GONDANG

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA BLITAR

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

2023

1
Bab I
Pendahuluan

A. Latar belakang masalah


Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang pendidikan.11 Disebutkan dalam
UndangUndang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan
menengah. Pengertian guru diperluas menjadi pendidik yang dibutuhkan
secara dikonotomis tentang pendidikan.
Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang
menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan
terhadap keterampilan ini memungkin guru mampu mengelola kegiatan
pembelajaran. Dalam mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar secara efektif
dan efisien. Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar menurut
Udin Syaifuddin Saud antara lain: keterampilan membuka dan menutup
pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan
memberi penguatan, keterampilan menggunakan media pembelajaran,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan
mengelola kelas, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan
mengajar perorangan dan kelompok kecil (Usman, 2011).
Mengacu pada latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
kajian lebih mendalam terkait ketrampilan mengajar perorangan dan
kelompok kecil dalam makalah dengan judul “Ketrampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan”

2
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep mengajar kelompok kecil dan perorangan?
2. Bagaimana langkah-langkah mengajar kelompok kecil dan perorangan?

C. Tujuan penulisan
1. Medeskripsikan konsep mengajar kelompok kecil dan perorangan.
2. Mendeskripsikan langkah-langkah mengajar kelompok kecil dan
perorangan.

3
Bab II
Pembahasan

A. Konsep ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan


1. Pengertian Ketrampilan Mengajar Perorangan dan Kelompok Kecil.
Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian
terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab
antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan
peserta didik (Mulyasa, 2013). Menurut Sukiman (2008), mengajar
kelompok kecil dan perorangan adalah salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk dapat memfasilitasi sistem pembelajaran yang
dibutuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun individu.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dapat dilakukan dengan: 1)
Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian dengan
memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas. 2)
Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan,
proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran. 3) Perencanaan
penggunaan ruangan. 4) Pemberian tugas yang jelas, menantang, dan
menarik.
Mengajar kelompok kecil dan perorangan, terjadi dalam konteks
pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang guru mungkin menghadapi
banyak kelompok kecil serta banyak siswa yang masing-masing diberi
kesempatan belajar secara kelompok dan perorangan. Penguasaan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan memungkinkan
guru/instruktur mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efisien
serta memainkan perannya sebagai: 1) Organisator kegiatan
pembelajaran. 2) Sumber informasi bagi siswa. 3) Pendorong bagi siswa
untuk belajar. 4) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. 5)
Pendiagnosis dan pemberi bantuan kepada siswa sesuai dengan

4
kebutuhan. 6) Peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperti
peserta lainnya (Wardani, 2005).

2. Tujuan ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.


Tujuan keterampilan mengajar perorangan diantaranya adalah
memberi rasa tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa,
mengembangkan daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa,
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif, membentuk
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa, maupun antar siswa
(Usman, 2011).
Tujuan mengajar kelompok kecil diantaranya adalah
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui dinamika kelompok,
memberi kesempatan memecahkan masalah dan cara hidup secara
rasional dan demokratis, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong (Usman,
2011).
3. Komponen-komponen keterampilan mengajar perorangan dan kelompok
kecil.
Menurut Usman (2011) komponen ketrampilan mengajar
perorangan dan kelompok kecil diantaranya adalah;
a. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
b. Keterampilan mengorganisasi.
c. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
d. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar.
Menurut (Mulyasa, 2013), pengajaran kelompok kecil dan
perorangan masing-masing memerlukan keterampilan yang berkaitan
dengan penanganan siswa dan penanganan tugas. Ada 7 komponen
keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru dalam kaitan ini, yaitu
sebagai berikut:

5
a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. Caranya
adalah sebagai berikut: 1) Rumuskan tujuan dan topik yang akan
dibahas pada awal diskusi. 2) Kemukakan masalah-masalah khusus.
3) Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan. 4)
Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi.
b. Memperluas masalah atau urunan pendapat. Selama diskusi
berlangsung sering terjadi penyimpangan ide yang kurang jelas
hingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok, yang akhirnya
menimbulkan kesalahpahaman hingga keadaan dapat menjadi
tegang. Dalam hal demikian tugas guru dalam memimpin diskusi
untuk memperjelasnya, yakni dengan cara: 1) Menguraikan kembali
atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi jelas. 2) Meminta
komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut.
3) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi
tambahan atau contoh-contoh yang sesuai hingga kelompok
memperoleh pengertian yang lebih jelas.
c. Menganalisis pandangan siswa. Di dalam diskusi sering terjadi
perbedaan di antara anggota kelompok. Dengan demikian guru
hendaklah mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan
cara sebagai berikut: 1) Meneliti apakah alasan tersebut memang
mempunyai dasar yang kuat. 2) Memperjelas hal-hal yang disepakati
dan yang tidak disepakati.
d. Meningkatkan urunan siswa. Beberapa cara untuk meningkatkan
urunan pikir siswa adalah: 1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang menantang siswa untuk berpikir. 2) Memberikan contoh-contoh
verbal dan nonverbal yang sesuai dan tepat. 3) Memberikan waktu
untuk berfikir. 4) Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa
dengan penuh perhatian.
e. Menyebarkan kesempatan berpatisipasi. Penyebaran kesempatan
berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara: 1) Mencoba memancing

6
urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarahkan
pertanyaan langsung secara bijaksana. 2) Mencegah terjadinya
pembicaraan serentak dengan memberi giliran kepada siswa yang
pendiam terlebih dahulu. 3) Mencegah secara bijaksana siswa yang
suka memonopoli pembicaraan. 4) Mendorong siswa untuk
mengomentari urunan temannya hingga interaksi antarsiswa dapat
ditingkatkan.
f. Menutup diskusi. Keterampilan akhir yang harus dikuasai oleh guru
adalah menutup diskusi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut: 1) Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para
siswa. Ini lebih efektif daripada bila rangkuman hanya dibuat sendiri
oleh guru. 2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi
ataupun tentang topik diskusi yang akan datang. 3) Mengajak siswa
untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai
g. Hal-hal yang harus diperhatikan; 1) Mendominasi diskusi sehingga
siswa tidak diberi kesempatan. 2) Membiarkan siswa tertentu
memonopoli diskusi. 3) Membiarkan terjadinya penyimpangan dari
tujuan diskusi dengan pembicaraan yang tidak relevan. 4)
Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi. 5) Tidak
memperjelas atau mendukung urunan pikir siswa. 6)Gagal
mengakhiri diskusi secara efektif.

4. Prinsip-prinsip keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil


a. Prinsip mengajar perorangan: guru perlu mengenal siswa secara
pribadi, sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat, siswa
bekerja bebas dengan bahan yang telah siap dipakai, seperti: modul,
paket belajar, atau bahan yang telah disiapkan oleh guru sendiri,
tidak semua mata pelajaran cocok disajikan secara perorangan.
b. Prinsip mengajar kelompok kecil: kelompok memiliki keanggotaan
yang jelas, terdapat kesadaran kelompok, memiliki tujuan bersama,
saling tergantung dalam memenuhi kebutuhan, ada interaksi dan

7
komunikasi antar anggota, ada tindakan bersama, kualitas kelompok
diharapkan dapat berperan secara positif, apabila syarat-syarat
kelompok terpenuhi, yaitu: terjadi shubungan yang akrab diantara
sesama anggota, terjadi hubungan yang erat dan kompak diantara
anggota kelompok, para anggota memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi, para anggota memiliki kebersamaan yang kuat (Usman, 104).

B. Langkah-langkah mengajar kelompok kecil dan perorangan


Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu
dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa
yang berbedabeda. Selain itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan
memberi kemungkinan terjadinya hubungan interpersonal yang sehat antara
guru dengan siswa, terjadinya proses saling belajar antara siswa yang satu
dengan yang lainnya, memudahkan guru dalam memantau pemerolehan
belajar siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat
menumbuhkembangkan semangat saling membantu, serta memungkinkan
guru dapat mencurahkan perhatiannya pada cara belajar siswa tertentu
sehingga dapat menemukan cara pendekatan belajar yang sesuai bagi siswa
tersebut.
Terdapat sejumlah prinsip yang harus dipenuhi saat penggunaan
ketrampilan mengajar kelompk kecil dan perorangan; Yakni: 1) Variasi
pengorganisasian kelas besar, kelompok, perorangan disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai, kemampuan siswa, ketersediaan vasilitas, waktu,
serta kemampuan guru/instruktur. 2) Tidak semua topik dapat dipelajari
secara efektif dalam kelompok kecil dan perorangan. Informasi umum
sebaiknya disampaikan secara klasikal. 3) Pengajaran kelompok kecil yang
efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa rangkuman,
pemantapan, kesepakatan, laporan, dan sebagainya. 4) Guru/instruktur perlu
mengenal siswa secara perorangan (individual) agar dapat mengatur kondisi
belajar dengan tepat. 5) Dalam kegiatan belajar perorangan, siswa dapat

8
bekerja secara bebas dengan bahan yang telah disiapkan guru/instruktur
(Wardani, 2005).
Menurut (Usman, 2011), beberapa peran guru dalam pembelajaran
kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut:
1. Sebagai motivator. Artinya guru memposisikan diri sebagai penggerak,
yang menumbuhkan semangat dan kekuatan belajar bagi siswa.
2. Sebagai fasilitator. Di sini guru menciptakan lingkungan belajar untuk
kelancaran proses pembelajaran dan memberi kemudahan bagi siswa
sebagai pelajar.
3. Organisator pembelajaran. Guru mengelola pembelajaran sehingga dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
4. Multi metode dan media. Guru menggunakan metode dan media yang
bervareasi, tidak terpaku pada satu metode saja.
5. Pola interaksi pembelajaran. Artinya adanya interaksi antara guru dan
siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan lingkungan.
6. Pemanfaatan sumber pembelajaran secara luas dan bervareasi. Di sini
guru merangsang siswa untuk menggunakan berbagai sumber belajar,
agar siswa dapat mengembangkan bakat dan keinginannya demi
mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi.
7. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Mencermati permasalahan yang
dihadapi siswa, dan dengan kelompok kecil ini siswa akan mudah dan
bebas menyampaikan permasalahan atau kesulitannya, sehingga guru
dapat menyimpulkan kesulitan yang dihadapi siswa dan cara
mengatasinya.
Terkait pola penggunaan, menurut (Chaerany, 2015), ada empat
pola pengorganisasian yang bervareasi dalam melaksanakan pengajaran
kelompok kecil dan perorangan, antara lain:
1. Kelas besar → Kelompok kecil → Kelas besar. Dalam pola ini
kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai dengan pertemuan klasikal
(kelas besar) untuk memberikan informasi umum yang diperlukan siswa
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Informasi yang diberikan

9
kepada siswa antara lain: 1) Pokok bahasan yang akan dikerjakan. 2)
Tugas-tugas yang akan dikerjakan. 3) Langkah-langkah menyelesaikan
tugas. 4) Informasi lain yang diperlukan. Setelah itu, siswa diberi
kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok
kecil atau bekerja perorangan. Setelah siswa menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan dalam kelompok kecil atau perorangan, kegiatan belajar
mengajar berikutnya adalah mengikuti pertemuan klasikal kembali untuk
melaporkan tugas-tugas yang mereka kerjakan.
2. Kelas besar → Kelompok kecil → Kelompok kecil → Kelas besar.
Dalam pola ini, pertama siswa mengikuti penjelasan secara klasikal
mengenai pokok-pokok bahasan yang akan dipelajari, tugas-tugas yang
akan dikerjakan, serta langkah-langkah melaksanakan tugas tersebut.
Kedua, siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian,
siswa diminta melaporkan hasil-hasil yang diperoleh dari pengetahuan
dalam kelompok kecil dalam kelas (laporan secara klasikal).
3. Kelas besar → Perorangan → Kelompok kecil → Kelas besar. Dalam
pola ini pertemuan diawali dengan penjelasan umum mengenai materi
pelajaran yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan dikerjakan
siswa. Setelah mengikuti penjelasan umum, siswa langsung mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru secara perorangan, kemudian siswa
diminta bergabung dalam kelompok kecil untuk membahas hasil yang
telah diperoleh dari bekerja secara perorangan untuk didiskusikan
bersama dalam kelompok kecil. Setelah itu, siswa diminta untuk
melaporkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan kelompok kecil kepada
seluruh siswa dalam kelas.
4. Kelas besar → Perorangan + Perorangan → Kelas besar. Proses
belajar mengajar dimulai dengan pemberian penjelasan umum kepada
siswa mengenai materi yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan
dikerjakan oleh siswa. Selain itu, siswa diminta bekerja secara

10
perorangan untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
Kemudian siswa diminta melaporkaannya di kelas (secara klasikal)

11
Bab III
Kesimpulan

1. Kterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah kemampuan


guru dalam menjalankan pengajaran dengan cara membagi kelas dalam
kelompok-kelompok kecil atau perorangan dengan prinsip-prinsip
pengajaran yang telah ditentukan
2. Langkah-langkah penggunaan metode mengajar kelompok kecil perorang
bergantung pada pola yang akan digunakan guru. Diantaranya pola; Kelas
besar → Kelompok kecil → Kelas; pola Kelas besar → Kelompok
kecil → Kelompok kecil → Kelas besar; pola Kelas
besar → Perorangan → Kelompok kecil → Kelas besar; pola Kelas
besar → Perorangan + Perorangan → Kelas besar.

Referensi
Agustina, D. N. (2012, September 21). Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan. Retrieved April 05, 2017,
from http://dheanurulagustina.blogspot.co.id/2012/09/pembelajaran-kelas-
kecil-dan-perorangan.html
Chaerany, I. (2015, Juni 11). Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan. Retrieved April 6, 2017,
from http://isnachaerany.blogspot.co.id/2015/06/keterampilan-mengajar-
kelompok-kecil.html
Darmadi, H. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa. (2013). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Soegito, E. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sukiman, D. (2008). Pembelajaran Mikro. Bandung: Upi Press.
Usman, U. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wardani, I. (2005). Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM). Jakarta:
Universitas Terbuka.

12

Anda mungkin juga menyukai