Dosen Pengampu
Disusun Oleh:
Eni Rumiati
Nuzulul Kurniawati
PONDOK GONDANG
2023
1
Bab I
Pendahuluan
2
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep mengajar kelompok kecil dan perorangan?
2. Bagaimana langkah-langkah mengajar kelompok kecil dan perorangan?
C. Tujuan penulisan
1. Medeskripsikan konsep mengajar kelompok kecil dan perorangan.
2. Mendeskripsikan langkah-langkah mengajar kelompok kecil dan
perorangan.
3
Bab II
Pembahasan
4
kebutuhan. 6) Peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperti
peserta lainnya (Wardani, 2005).
5
a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. Caranya
adalah sebagai berikut: 1) Rumuskan tujuan dan topik yang akan
dibahas pada awal diskusi. 2) Kemukakan masalah-masalah khusus.
3) Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan. 4)
Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi.
b. Memperluas masalah atau urunan pendapat. Selama diskusi
berlangsung sering terjadi penyimpangan ide yang kurang jelas
hingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok, yang akhirnya
menimbulkan kesalahpahaman hingga keadaan dapat menjadi
tegang. Dalam hal demikian tugas guru dalam memimpin diskusi
untuk memperjelasnya, yakni dengan cara: 1) Menguraikan kembali
atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi jelas. 2) Meminta
komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut.
3) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi
tambahan atau contoh-contoh yang sesuai hingga kelompok
memperoleh pengertian yang lebih jelas.
c. Menganalisis pandangan siswa. Di dalam diskusi sering terjadi
perbedaan di antara anggota kelompok. Dengan demikian guru
hendaklah mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan
cara sebagai berikut: 1) Meneliti apakah alasan tersebut memang
mempunyai dasar yang kuat. 2) Memperjelas hal-hal yang disepakati
dan yang tidak disepakati.
d. Meningkatkan urunan siswa. Beberapa cara untuk meningkatkan
urunan pikir siswa adalah: 1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang menantang siswa untuk berpikir. 2) Memberikan contoh-contoh
verbal dan nonverbal yang sesuai dan tepat. 3) Memberikan waktu
untuk berfikir. 4) Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa
dengan penuh perhatian.
e. Menyebarkan kesempatan berpatisipasi. Penyebaran kesempatan
berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara: 1) Mencoba memancing
6
urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarahkan
pertanyaan langsung secara bijaksana. 2) Mencegah terjadinya
pembicaraan serentak dengan memberi giliran kepada siswa yang
pendiam terlebih dahulu. 3) Mencegah secara bijaksana siswa yang
suka memonopoli pembicaraan. 4) Mendorong siswa untuk
mengomentari urunan temannya hingga interaksi antarsiswa dapat
ditingkatkan.
f. Menutup diskusi. Keterampilan akhir yang harus dikuasai oleh guru
adalah menutup diskusi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut: 1) Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para
siswa. Ini lebih efektif daripada bila rangkuman hanya dibuat sendiri
oleh guru. 2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi
ataupun tentang topik diskusi yang akan datang. 3) Mengajak siswa
untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai
g. Hal-hal yang harus diperhatikan; 1) Mendominasi diskusi sehingga
siswa tidak diberi kesempatan. 2) Membiarkan siswa tertentu
memonopoli diskusi. 3) Membiarkan terjadinya penyimpangan dari
tujuan diskusi dengan pembicaraan yang tidak relevan. 4)
Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi. 5) Tidak
memperjelas atau mendukung urunan pikir siswa. 6)Gagal
mengakhiri diskusi secara efektif.
7
komunikasi antar anggota, ada tindakan bersama, kualitas kelompok
diharapkan dapat berperan secara positif, apabila syarat-syarat
kelompok terpenuhi, yaitu: terjadi shubungan yang akrab diantara
sesama anggota, terjadi hubungan yang erat dan kompak diantara
anggota kelompok, para anggota memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi, para anggota memiliki kebersamaan yang kuat (Usman, 104).
8
bekerja secara bebas dengan bahan yang telah disiapkan guru/instruktur
(Wardani, 2005).
Menurut (Usman, 2011), beberapa peran guru dalam pembelajaran
kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut:
1. Sebagai motivator. Artinya guru memposisikan diri sebagai penggerak,
yang menumbuhkan semangat dan kekuatan belajar bagi siswa.
2. Sebagai fasilitator. Di sini guru menciptakan lingkungan belajar untuk
kelancaran proses pembelajaran dan memberi kemudahan bagi siswa
sebagai pelajar.
3. Organisator pembelajaran. Guru mengelola pembelajaran sehingga dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
4. Multi metode dan media. Guru menggunakan metode dan media yang
bervareasi, tidak terpaku pada satu metode saja.
5. Pola interaksi pembelajaran. Artinya adanya interaksi antara guru dan
siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan lingkungan.
6. Pemanfaatan sumber pembelajaran secara luas dan bervareasi. Di sini
guru merangsang siswa untuk menggunakan berbagai sumber belajar,
agar siswa dapat mengembangkan bakat dan keinginannya demi
mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi.
7. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Mencermati permasalahan yang
dihadapi siswa, dan dengan kelompok kecil ini siswa akan mudah dan
bebas menyampaikan permasalahan atau kesulitannya, sehingga guru
dapat menyimpulkan kesulitan yang dihadapi siswa dan cara
mengatasinya.
Terkait pola penggunaan, menurut (Chaerany, 2015), ada empat
pola pengorganisasian yang bervareasi dalam melaksanakan pengajaran
kelompok kecil dan perorangan, antara lain:
1. Kelas besar → Kelompok kecil → Kelas besar. Dalam pola ini
kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai dengan pertemuan klasikal
(kelas besar) untuk memberikan informasi umum yang diperlukan siswa
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Informasi yang diberikan
9
kepada siswa antara lain: 1) Pokok bahasan yang akan dikerjakan. 2)
Tugas-tugas yang akan dikerjakan. 3) Langkah-langkah menyelesaikan
tugas. 4) Informasi lain yang diperlukan. Setelah itu, siswa diberi
kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok
kecil atau bekerja perorangan. Setelah siswa menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan dalam kelompok kecil atau perorangan, kegiatan belajar
mengajar berikutnya adalah mengikuti pertemuan klasikal kembali untuk
melaporkan tugas-tugas yang mereka kerjakan.
2. Kelas besar → Kelompok kecil → Kelompok kecil → Kelas besar.
Dalam pola ini, pertama siswa mengikuti penjelasan secara klasikal
mengenai pokok-pokok bahasan yang akan dipelajari, tugas-tugas yang
akan dikerjakan, serta langkah-langkah melaksanakan tugas tersebut.
Kedua, siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian,
siswa diminta melaporkan hasil-hasil yang diperoleh dari pengetahuan
dalam kelompok kecil dalam kelas (laporan secara klasikal).
3. Kelas besar → Perorangan → Kelompok kecil → Kelas besar. Dalam
pola ini pertemuan diawali dengan penjelasan umum mengenai materi
pelajaran yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan dikerjakan
siswa. Setelah mengikuti penjelasan umum, siswa langsung mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru secara perorangan, kemudian siswa
diminta bergabung dalam kelompok kecil untuk membahas hasil yang
telah diperoleh dari bekerja secara perorangan untuk didiskusikan
bersama dalam kelompok kecil. Setelah itu, siswa diminta untuk
melaporkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan kelompok kecil kepada
seluruh siswa dalam kelas.
4. Kelas besar → Perorangan + Perorangan → Kelas besar. Proses
belajar mengajar dimulai dengan pemberian penjelasan umum kepada
siswa mengenai materi yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan
dikerjakan oleh siswa. Selain itu, siswa diminta bekerja secara
10
perorangan untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
Kemudian siswa diminta melaporkaannya di kelas (secara klasikal)
11
Bab III
Kesimpulan
Referensi
Agustina, D. N. (2012, September 21). Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan. Retrieved April 05, 2017,
from http://dheanurulagustina.blogspot.co.id/2012/09/pembelajaran-kelas-
kecil-dan-perorangan.html
Chaerany, I. (2015, Juni 11). Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan. Retrieved April 6, 2017,
from http://isnachaerany.blogspot.co.id/2015/06/keterampilan-mengajar-
kelompok-kecil.html
Darmadi, H. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa. (2013). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Soegito, E. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sukiman, D. (2008). Pembelajaran Mikro. Bandung: Upi Press.
Usman, U. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wardani, I. (2005). Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM). Jakarta:
Universitas Terbuka.
12