Anda di halaman 1dari 34

PROPHETIC PARENTING; MELACAK CARA

NABI MUHAMMAD SAW BERKELUARGA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Konseling Keluarga
Dosem Pengampu : Bapak Dr.M.Syukri Azwar Lubis,MA.

DISUSUN OLEH:
BKPI-1/SEM-V

RAHMA SARI PUTRI TAMBUNAN (0303202012)


ROHIMATUN FADILAH MUNTE (0303202010)
SUNIA TU ZAHRA (0303203052)

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan Karnia-
Nya yang tak terhingga, diantaranya nikmat umur, kesehatan, serta
kemampuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami sebagai penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas


limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.Adapun
tujuan dari pembuatan makalah pribadi ini adalah sebagai tugas semester V
dari mata kuliah Konseling Keluarga dengan Judul “KONFLIK ORANG TUA
DENGAN ANAK”.oleh dosen pengampu Bapak Dr.M.Syukri Azwar
Lubis, M.A

Kami mengucapkan trimakasih kepada Bapak dosen pengampu yang


telah memberikan tugas makalah ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang yang kami tekuni. Disamping itu, kami
juga menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnan dari makalah
ini, baik dari segi penlisan maupun dari segi sumber materi dan penyajiannya.
Oleh karena itu, dengan penuh keikhlasan dan senang hati kami menerima
kritik dan saran dari pembaca agar kami bisa menulis makalah kami lebih baik
lagi kedepannya. Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan para pembacanya Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Medan, November 2022

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

Halaman :
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
C. TUJUAN..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................29
A. KESIMPULAN......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROPHETIC PARENTING


Pada zaman moderenisasi ini, banyak orang tua melakukan parenting ala
dunia barat. Padahal jauh sebelum itu Nabi Muhammad SAW telah menjadi
suri tauladan yang baik untuk semua aspek kehidupan termasuk didalamnya
mengenai parenting. Rasulullah menjadi contoh seorang pendidik yang
sempurna. Beliau bisa menempatkan diri beliau menjadi seorang ayah
ataupun seorang kakek bagi cucu-cucunya. Pendidikan anak ala Rasulullah
ini lebih dikenal dengan sebutan prophetic parenting.

Prophetic parenting adalah pola pengasuhan orangtua sesuai dengan


panduan Rasulullah SAW dalam hadist-hadisnya. Pola asuh ala Rasulullah
mengacu pada apa yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an. 1 Selain itu
Ulwan (dalam Trisnawati, 2013) prophetic parenting adalah pola pengasuhan
orangtua sesuai dengan panduan Rasulullah SAW dalam hadishadisnya yang
pada dasarnya menekankan tatacara yang halus, sederhana, tanpa kekerasan
dan sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.

Konsep keteladanan sangatlah penting dan bisa berpengaruh terhadap


pembentukkan aspek moral, spiritual dan etos sosial anak karena orangtua
merupakan figure penting bagi anaknya. Segala perilakunya merupakan
cermin bagi anak, disadari atau tidak akan ditiru oleh anak. Bahkan bentuk
perkataan dan tindakannya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.

Sehingga dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, prophetic


parenting adalah pola asuh orang tua atau cara orang tua dalam mengasuh
anak yang sesuai denga napa yang di contohkan Rasulullah SAW berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadis.

1
Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafizh. 2010. Prophetic Parenting: Cara Nabi saw Mendidik
Anak, terj. Farid Abdul aziz Qurusy: Yogyakarta.Pro-U Media.

2
B. KONSEP NABI MEMBANGUN KELUARGA
Konsep dalam propethic parenting ala Rasuullah adalah mendidik anak
dengan berkiblat pada cara-cara yang dilakukan oleh Rasulullah dalam
mendidik keluarga dan sahabat beliau. Dan menjadi penekanan dalam
prophetic parenting ini adalah proses Pendidikan bukan hanya proses
pengajaran. Karena dalam proses parenting ala Nabi bukan hanya sekedar
mengajarkan kepada anak namun bagaimana cara orang tua dapat menjadi
suri tauladan yang baik dan dapat memberikan nilai-nilai pada diri anak.

Dalam konsep prophetic parenting membimbing orang tua dalam


mendidik anak sebelum mereka menjadi orang tua. Maksudnya adalah
prophetic parenting membimbing setiap pemuda dan pemudi untuk
mempersiapkan diri mereka sebaik mungkin sebelum mereka menikah dan
mempunyai anak. Menyiapkan segala ilmu yang lurus sebelum menjadi orang
tua sangatlah penting karena dengan ilmu yang lurus setiap orang tua akan
sukses dalam memimpin atau mengarahkan keluarganya menuju kebaikan.
Persiapan ilmu tersebut berlaku baik untuk seorang pemuda yang akan
menjadi suami maupun pemudi yang akan menjadi seorang istri.

Konsep dalam prophetic parenting ini juga memuat konsep mendidik anak
sejak memilih calon ayah ataupun calon ibunya. Ini berarti bahwa mendidik
anak itu adalah konsep yang dilakukan sebelum melakukan pernikahan.
penelitian mengungkapkan bahwa pernikahan yang dibangun atas dasar cinta,
kemungkinan berhasil hanya 3%. Dan pernikahan yang dibangun dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu kemungkinan berhasil 97%. Hal ini
menunjukkan bahwa bagaimana keluarga itu terbentuk berawal dari siapa
yang akan membangunnya. Dan pernikahan bukanlah ajang perlombaan
sehingga harus cepat, akan tetapi pernikahan merupakan hal sakral yang
semua orang mengharapkannya terjadi sekali dalam seumur hidupnya.

Dalam membangun sebuah keluarga, dimulai sejak persiapan pernikahan,

3
pelaksanaan pernikahan, sampai pada bagaimana seharusnya suami dan istri
membina keluarga setelah aqad nikah dilangsungkan. Dalam pandangan
Islam perkawinan itu bukanlah hanya bertujuan untuk memenuhi insting dan
berbagai keinginan yang bersifat materi dan hawa nafsu saja. Tetapi lebih dari
itu, yaitu dimana terdapat berbagai tugas dan tanggungjawab yang harus
dipenuhi. Demikian juga dalam menentukan pasangan terdapat beberapa
ketentuan yang harus dipenuhi. Seperti dengan menentukan dan memilih
pasangan.
Hadist Nabi saw :
“Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena
kecantikannya, karena keturunannya, dank arena agamanya. Utamakanlah
karena agamanya, niscaya kamu akan selamat” (H.R. Bukhori Muslim)

Pada hadis Nabi tersebut, ada empat kriteria dalam memilih calon
pasangan, yaitu :
1. Agama, memilih seorang pasangan, harus melihat bagaimana faktor
agama nya, karena bagaimana keluarga itu nantinya terbentuk dapat
dilihat siapa yang akan menjalaninya. Dan jika ingin keluarga yang dekat
dengan agama, maka carilah pasangan yang paham akan itu. Selanjutnya
haram bagi perempuan maupun laki-laki menikahi yang berbeda agama.
Bahkan pernikahan beda agama dilarang dalam agama apapun.
2. Karena hartanya, hal ini bertujuan agar dapat membantu dan memecahkan
kesulitan hidup yang bersifat materi dengan mengubah pandangan hidup
atas kewajiban kepemilikan harta dengan agama atau tanpa adanya
kewajiban.
3. Karena rupa, dengan alasan mendorong untuk menjaga diri untuk tidak
lagi melihat atau tertarik dengan yang bukan pasangannya yang di
khawatirkan akan melakukan perbuatan yang dilaknat Allah.
4. Karena keturunannya, untuk kemuliaan serta ketinggian kedudukan dan
sebagainya.

4
Namun ketiga factor yang terakhir ini tidak dapat menjadi patokan yang
baik. Karena bisa saja suatu saat ketiga hal tersebut tidak akan bertahan lama
dan bisa saja hilang atau memudar. Maka dari itu utamakanlah karena
agamanya, karena sesuai dengan janji Allah swt. niscaya kamu akan selamat.
Setelah menentukan pasangan yang sesuai dengan Kriteria yang telah
disebutkan. Selanjutnya ialah penyampaian kehendak untuk menikahi pilihan
yang telah ditentukan. Hal ini dikenal dengan istilah meminang (Khitbah)
dimana Meminang itu sendiri hukumnya adalah sunnah. Peminangan dapat
dilakukan terhadap perempuan yang masih perawan atau terhadap janda yang
telah habis masa iddahnya. Pada dasarnya peminangan adalah proses awal
dari perkawinan dimana hal ini di lakukan oleh laki-laki kepada perempuan.

Namun Islam pun tidak melarang dengan kata lain juga


memperbolehkan perempuan untuk meminang laki-laki selama ia memelihara
dasar keshalehan dalam memilih. Hal ini telah lebih dahulu dilakukan oleh
Khadijah kepada Rasulullah saw. Adapun hikmah dari adanya meminang itu
sendiri ialah untuk lebih menguatkan ikatan perkawinan yang diadakan
sesudah itu, karena dengan peminangan itu kedua belah pihak dapat saling
mengenal untuk dilanjutkan sebagai hubungan silahturahmi. Pada saat
meminang calon suami dibolehkan melihat calon istrinya sekedar untuk
mengetahui keadaan calon istri yang akan dinikahinya namun bukan dalam
kadar yang berlebihan.

Setelah semuanya dilaksanakan sesuai dengan tahapan yang telah di


tetapkan, seperti peminangan dan pelaksanaan akad nikah. Selanjutnya ialah
pelaksanaan komitmen yang telah diikrarkan dalam janji suci pernikahan.
Dimana dalam pembuktiannya dengan melaksanakan hak dan kewajiban
masing-masing sebagai pasangan suami istri. Dengan menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya norma-norma keluarga kecil yang bahagia yang
dilandasi dengan rasa tanggungjawab, kesukarelaan, nilai-nilai agama, dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Keluarga merupakan pondasi bagi terbentuk
masyarakat muslim yg berkualitas. Dalam pembinaan keluarga dalam Islam,

5
agama memiliki peran yang sangat penting dalam membina keluarga yang
sejahtera. Karena dengan adanya agama dapat menjadikan jawaban atau
penyelesaian dari suatu masalah dalam kehidupan berumah tangga. Karena
itu Islam memperhatikan hal ini dgn cara membina manusia sebagai bagian
dari masyarakat di atas akidah yg lurus disertai akhlak yg mulia. Bersamaan
dgn itu pembinaan individu-individu manusia tidak mungkin dapat terlaksana
dgn baik tanpa ada wadah dan lingkungan yg baik. Dari sudut inilah kita
dapat melihat nilai sebuah keluarga.

Dalam Islam terdapat konsep keluarga sakinnah, mawaddah, dan


warrahmah. Dimana yang dimaksud kedalam keluarga sakinah itu sendiri
ialah keluarga yang terbentuk dari pasangan suami istri yang diawali dengan
pasangan yang baik, dengan menerapkan nilai-nilai Islam dalam melakukan
hak dan kewajiban berumah tangga serta mendidik anak dalam suasana yang
mawaddah dan warrahmah. Jika masing-masing anggota keluarga saling
memahami dan sadar akan tugas dan kewajiban masing-masing dengan
melaksanakannya maka insyaallah dengan izin Allah akan tercapai keluarga
yang sakinah, mawaddah dan warrahmah.

Dalam sebuah keluarga, ada amanah yang dipegang oleh suami dan
istri, amanah tersebut ialah seorang anak. Anak merupakan perekam yang
baik, maka dari itu dalam mendidik anak pun orang tua harus memperhatikan
pola asuh mereka, karena kepribadian anak akan terbentuk dari bagaimana
parenting orang tuanya. Islam memandang bahwa orang tua memiliki
tanggung jawab penting dalam pendidikan dan lingkungan. Sebab keluarga
adalah tempat pertumbuhan anak yang utama dimana seorang anak
mendapatkan pemgaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang sangat
penting dan paling kritis dalam mendidik anak, yaitu pada tahun-tahun
pertama dalam kehidupannya. Karena pada masa tersebut apa yang
ditanamkan didiri anak akan membekas.2
Begitu pentingnya seorang anak mendapatkan pengasuhan dan didikan

2
Padjrin, “Pola Asuh Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Jurnal Intelektualita;....hal.2

6
yang baik dari orangtuanya, Allah Swt memberikan peringatan didalam al-
Qur`an kepada orang-orang yang tega meninggalkan keturunan yang lemah
sepeninggalnya. Hal ini terdapat dalam Surah an-Nisa/4: 9

‫َو ْلَيْخ َش اَّلِذ ْيَن َلْو َتَر ُك ْو ا ِم ْن َخ ْلِفِهْم ُذ ِّرَّيًة ِض ٰع ًفا َخ اُفْو ا َع َلْيِهْۖم َفْلَيَّتُقوا َهّٰللا‬
‫َو ْلَيُقْو ُلْو ا َقْو اًل َسِد ْيًدا‬
Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara
dengan tutur kata yang benar.”

Gambaran umum mengenai pengasuhan orang tua kepada anak tertuang


dalam Surah al-Baqarah/2: 233 berikut ini.
‫َو اْلَو اِلٰد ُت ُيْر ِض ْع َن َاْو اَل َد ُهَّن َح ْو َلْيِن َك اِم َلْيِن ِلَم ْن َاَر اَد َاْن ُّيِتَّم الَّر َض اَع َةۗ َو َع َلى‬
‫اْلَم ْو ُلْو ِد َلٗه ِرْز ُقُهَّن َو ِكْس َو ُتُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف اَل ُتَك َّلُف َنْفٌس ِااَّل ُو ْس َعَهاۚ اَل ُتَض ۤا َّر َو اِلَد ٌةۢ ِبَو َلِد َها‬
‫َو اَل َم ْو ُلْو ٌد َّلٗه ِبَو َلِدٖه َو َع َلى اْلَو اِر ِث ِم ْثُل ٰذ ِلَك ۚ َفِاْن َاَر اَدا ِفَص ااًل َع ْن َتَر اٍض ِّم ْنُهَم ا َو َتَش اُو ٍر‬
‫َفاَل ُجَناَح َع َلْيِهَم اۗ َو ِاْن َاَر ْد ُّتْم َاْن َتْسَتْر ِض ُع ْٓو ا َاْو اَل َد ُك ْم َفاَل ُجَناَح َع َلْيُك ْم ِاَذ ا َس َّلْم ُتْم َّم ٓا ٰا َتْيُتْم‬
‫ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف َو اَّتُقوا َهّٰللا َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َبِص ْيٌر‬
Artinya: “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban
ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.
Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita karena anaknya dan janganlah seorang ayah (menderita) karena
anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya
ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya,
maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan
anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa sangat pentingnya anak diasuh
dan dididk oleh kedua orang tua. Imam al-Marāghī menjelaskan bahwa ayat

7
tersebut memberi ancaman kepada orang tua yang tidak mau merawat anak-
anaknya, yaitu seperti tidak mau menyusui anak, tidak harmonis antara suami
dan isteri, tidak mau mendidik anak-anak, serta tidak adanya perawatan atas
mereka berdasarkan keputusan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, kedua
orang tua bertanggung jawab penuh atas anak mereka. jika tidak sanggup
merawat anaknya (karena alasan syar‟i), maka mereka boleh menitipkan
anaknya kepada orang yang tepat supaya mendapatkan pengasuhan yang
baik.3

C. METODE NABI DALAM MENDIDIK ANAK


1. Pola Asuh Nabi Ibrahim as
a. Metode Keteladanan4
keteladanan Nabi Ibrahim a.s. dapat dilihat saat beliau mengajak
anaknya meninggikan dasar-dasar Baitullah, Ka‟bah. Saat itu,
Ibrahim a.s. tidak saja menyuruh Ismail bekerja, tetapi juga terjun
langsung bekerja. Ismail menyodorkan batu-batu yang diperlukan,
dan Ibrahim a.s. yang menyusun dan memasang batu itu (Kosim,
2008). Inilah sebuah keteladanan dari kekasih Allah (khalilullah)
yang turut berbuat untuk agama Allah (Qs. al-Baqarah/2: 127).
b. Metode praktik langsung5
Nabi Ibrahim a.s. mendidik anaknya tidak sekedar mendoakan
akan kesalahen anaknya, tetapi juga mendidik Ismail a.s. dengan
melibatkannya secara langsung melakukan hal-hal yang baik,
seperti adalah saat membangun Ka‟bah (Qs. al-Baqarah/2: 127).
Jadi, Nabi Ibrahim a.s. sebagai orang tua mengajak anaknya Ismail
untuk membangun Ka‟bah.
c. Metode kasih sayang6
Kata Ya Bunayya dalam QS Assafat yang berarti Wahai ayahku,
merupakan ungkapan kasih sayang dari seorang ayah kepada
3
Syamsul Ma‟arif & Imam Syafi‟i, “Aktualisasi Pola Pengasuhan Orang Tua Dalam
Pembentukan Karakter Anak Diera Digital”. Jurnal Al-Itqan;Vol.3, No.2, hal.77-78
4
Miftahur Rahmah.2019. “Mendidik Anak Shaleh : Telaah Atas Kisah Nabi Ibrahim A.S dan
Ismail A.S”, Jurnal Penelitian dan Pengabdian;....hal.57
5
Ibid
6
Ibid

8
anaknya. Metode kasih sayang yang didahului oleh bahasa Nabi
Ibrahim a.s. ya Bunayya, dibalas pula oleh putranya dengan kata ya
Abati, sebagai ungkapan kepatuhan dan ketundukan pada
perkataan dan perintah ayahnya atas dasar cinta karena Allah SWT.
d. Metode Dialog7
Nabi Ibrahim menggunakan metode dialog seolah-olah meminta
pendapat putranya, “Wahai anakku, aku melihat di dalam
mimpiku, aku menyembelihmu. Bagaimana menurut pendapatmu?.
”Kebijakan sang ayah ini pun dijawab dengan ketegasan dan
kesabaran seorang anak, “Ya ayah, kerjakanlah apa yang Allah
perintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk golongan orang-orang yang sabar.”
e. Metode Do’a
Doa orang tua untuk anaknya bukan saja sebelum kelahirannya,
tetapi juga selama proses pendidikan berlangsung. Orang tua harus
berupaya untuk mendidik anakanaknya agar menjadi saleh, namun
usaha itu harus diiringi dengan doa, sebab mendidik anak tidak
bisa dilepaskan dari hidayah Allah SWT. Di sinilah pentingnya
metode doa, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. terhadap
anak-anaknya, termasuk Ismail a.s.

2. Pola Asuh Nabi Ya’qub as


a. Cinta dan Sayang Terhadap Anak
Sikap penuh cinta terhadap anak diperlihatkan dengan sebutan ya
bunayya yang merupakan panggilan kesayangan terhadap anak.
Buah rasa cinta dan sayang ini adalah munculnya rasa cinta
sekaligus hormat dari anak kepada orang tua yang ditunjukan
dengan adanya panggilan yaa abati dari Nabi Yusuf kepada
anaknya.

b. Pendengar yang Baik Bagi Anak

7
Ibid hal 58

9
Menjadi pendengar yang baik anak merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang berkualitas antara ayah dan anak. Dengan
menjadi pendengar yang baik, anak menjadi terbuka dan dekat
dengan ayah sehingga ayahpun bisa lebih mudah menanamkan
nilai-nilai kebaikan kepada sang anak. Nabi Yusuf kecil yang
menceritakan mimpi kepada sang ayah merupakan buah
komunikasi yang baik tersebut.
c. Sabar terhadap anak
Kualitas sabar yang diperlihatkan oleh Nabi Yaqub adalah sabar
yang baik (jamiil) yaitu sabar yang tidak disertai pengaduan
(Muhammad Nasib Ar-Rifai, 1999: 843). Dalam tafsir lain, sabar
yang baik adalah sabar yang tidak disertai kekhawatiran dan
kegelisahan (Syaikh Abu Bakar Jabir al Jazairi, 2015: 783).
d. Menghindari dan menjaga konflik
Konflik yang dimaksud adalah konflik yang terjadi di antara anak-
anak juga konflik antara ayah dengan anak. Meski Nabi Yakub
melihat keganjalan pada baju Nabi Yusuf yang berlumuran darah
serigala tetapi tidak koyak, beliau tidak memperpanjang
permasalahan yang bisa saja menimbulkan persoalan yang semakin
panjang. Dengan begini, konflik antara ayah dengan anak bisa
dihindari. Pada situasi lain, Nabi Yaqub juga meminta Nabi Yusuf
untuk tidak menceritakan mimpinya kepada saudara-saudara lain
dalam rangka menjaga kemungkinan terjadinya konflik antar anak
atau saudara.
e. Tawakal
Sikap tawakal seorang ayah pada diri Nabi Yaqub nampak ketika
beliau pada akhirnya tidak memiliki pilihan untuk mengizinkan
anak-anaknya mengajak Bunyamin serta dalam perjalanan ke
Mesir yang kedua. Sikap tawakal juga menjadi nasihat yang beliau
pesankan kepada putra-putranya setelah beliau mengatur strategi
pemberangkatan yang aman bagi putra-putranya.
f. Tidak putus asa terhadap rahmat Allah

10
Sifat tidak putus asa menjadi sikap yang menonjol pada diri Nabi
Yaqub yang senantiasa berdoa suatu untuk bisa bertemu kembali
dengan putranya tercinta, Nabi Yusuf. Sifat untuk tidak putus asa
ini juga merupakan nasihat yang dibekalkan pada putraputranya
sebelum menempuh perjalanan kedua ke Mesir. Sikap tidak putus
asa sangat dibutuhkan dalam situasi genting. Dalam kisah Nabi
Yusuf terdapat tiga situasai genting. Pertama, ketika Nabi Yaqub
sekeluarga ditimpa kekurangan karena paceklik yang
mengakibatkan putra-putra Cuma membawa barang barteran yang
nilainya rendah
g. Mengadukan setiap kesulitan dan kesusahan hanya kepada Allah
Sikap pasrah dan menyerahkan berbagai bentuk kesusahan dan
kesulitan kepada Allah ditunjukan Nabi Yaqub di setiap
pengalaman kehilangan putranya untuk yang kedua kalinya, yaitu
Bunyamin. Sikap ini adalah sikap yang bisa menjaga munculnya
sikap putus asa. Karakter ini bisa menumbuhkan rasa yakin
terhadap rahmat Allah di setiap kesulitan yag dialami manusia.
h. Pemaaf terhadap anak-anak
Kesabaran yang ditunjukan Nabi Yaqub kepada anak-anaknya
berbuah manis. Putra-putranya mengakui kesalahan mereka
terhadap Yusuf dan meminta maaf kepada beliau. Meski kesulitan
dan kesedihan yang beliau cukup berat, tetapi Nabi Yaqub tetap
Yusuf & Muzafar memaafkan kesalahan putra-putranya dan
memohonkan ampunan buat mereka kepada Allah ta‟ala.
i. Pelindung bagi anak-anak
Peran ayah sebagai pelindung anak-anaknya ditunjukkan Nabi
Yaqub ketika berpesan kepada Nabi Yusuf untuk tidak
menceritakan mimpnya kepada saudara-saudaranya dalam rangka
menghindari keburukan yang diakibatkan rasa dengki. Dalam
kesempatan lain, sikap melindungi juga ditunjukkan Nabi Yaqub
ketika beliau mengatur strategi keberangkatan rombongan putra-

11
putranya ke Mesir untuk yang kedua kali.8

3. Pola Asuh Nabi Nuh as


a. Nila Dakwah
Nuh adalah Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk
memberi peringatan bagi kaumnya yang pembangkang. Beliau
diperintahkan oleh Allah SWT untuk berda'wah dan mengajak
umatnya agar mau meninggalkan kekufuran yang telah mendarah
daging, dan berpaling untuk mentaati ajaran yang berasai dari
Allah SWT.
b. Nilai Akhlak
Nabi Nuh as. mengajak mereka ke jalan Allah tetapi mereka
melecehkannya. Walaupun demikian usahanya tidak berhasil tapi
Nabi Nuh tidak putus asa dan beliau tetap berjuang dan terus
memberikan contoh yang baik kepada umatnya maupun
keluarganya.
c. Nilai Ketaqwaan
Sifat taqwa kepada Allah SWT itu tercermin jelas dalam kehidupan
yang dijalani Nabi Nuh as. saat dia diuji dengan berbagai cobaan
baik dari istri, anak dan umatnya oleh Allah SWT, hal itu tidak
sedikitpun membuat ketakwaan Nabi Nuh as. kepada Allah SWT
berkurang malah semakin bertambah ketakwaannya.
d. Nilai Kesabaran
Nabi Nuh yang diberikan kekuatan oleh Allah untuk memiliki
kesabaran dan perjuangan yang ekstra dalam menjalankan
amanahnya. Nabi Nuh as. dalam mengarungi kehidupan da'wahnya
penuh diwarnai dengan kesulitan dan pesakitan, tapi sebagai
seorang Nabi yang kokoh imannya tiada ia terlena, berputus asa
dalam mengarungi kehidupan yang pahit dan getir itu.
e. Nilai Keikhlasan
Kerasulan Nabi Nuh as. diutus untuk memberi nasehat kepada
8
M. Suadi Yusuf & Humam Fikri Muzafar,2020, “Karakter Ideal Seorang Ayah dalam Surat
Yusuf”, Jurnal Pendidikan Luar Sekolah;.... hal.40-42

12
kebaikan dan peringatan serta menakut-nakuti akan siksaan Allah,
tapi umat Nabi Nuh as. yang disebut kaum Rasib itu kebanyakan
enggan untuk mengikuti ajaran Nabi Nuh as., mereka tetap berjalan
pada jalan yang sesat bahkan mereka banyak melakukan
perbuatan-perbuatan yang melampaui batas.
Apabila Nabi Nuh as. menunjukkan bukti-bukti kebenaran ajaran
maka mereka menutup mata, diolok-oloknya Nabi Nuh dan di
tertawakannya ajaran yang di bawakannya. Kama bukan umatnya
saja yang dikhawatirkan oleh Nabi Nuh as. akan tetapi istri dan
anaknya Kan'an yang telah mendurhakai dirinya dan tidak mau
menyembah Allah SWT, kehidupan Nabi Nuh as, benar-benar diuji
tetapi beliau tetap bertawaqal dan ikhlas menghadapi semuanya.9

D. Problematik keluarga nabi


Dalam membina rumah tangganya, fungsi seorang suami sebagai
pemimpin rumah tangga sangat nyata dipraktekkan oleh rasul. Beliau selalu
mendengar aspirasi para istrinya, tetapi pengambilan keputusan tertinggi dan
kewenangan mengatur rumahtangga tetap ada padanya. Seringkali istri-istri
beliau mempergunakan kebebasan dalam berbicara, sedangkan beliau
mendengarkan, menjawab, dan menyampaikan pendidikan. Sebagai seorang
pemimpin rumah tangga, rasul selalu berusaha membimbing dan
mengarahkan seluruh anggota keluarganya untuk bertakwa kepada Allah.
Inilah mengapa rumah tangga rasul tetap utuh dan stabil, meskipun sering
terjadi konflik. Pemandangan ini sangat kontras perbedaannya dengan apa
yang terjadi dizaman sekarang ini sebagai akibat arus feminisme ajaran
barat, dimana fungsi kepemimpinan suami sudah tidak ada lagi dalam rumah
tangga. Akibat hilangnya fungsi kepemimpinan suami itu, maka dalam
rumah tangga tidak ada lagi pihak yang punya kewenangan untuk
mengambil keputusan tertinggi. Rumah tangga pun menjadi sangat tidak
stabil dan konflik yang terjadi seringkali berakhir dengan perceraian.
Banyak sekali pemicu terjadinya konflik dalam keluarga, dan tak menutup

9
Hafidzoh Hasibun,”Figur Pendidikan Menurut Perspektif Nabi Nuh As.”Skripsi,2012,
Palembang: UMP, hal.43

13
kemungkinan hal konflik itu terjadi pula dalam keluarga nabi. Salah satu
yang sering terjadi dalam keluarga nabi adalah kecemburuan, dimana rasa
cemburu merupakan salah satu perasaan yang sering muncul antara
hubungan suami isteri, walaupun sebenarnya dalam kondisi tertentu rasa
cemburu itu merupakan ‘bumbu penyedap’ dalam kehidupan keluarga.

A. Kecemburuan Istri-Istri Nabi Terhadap Maria al-Qibtiyah

Nabi Muhammad merupakan sosok teladan dalam segala aspek


kehidupan, termasuk dalam hal berumah tangga, beliau merupakan figur
seorang suami dan kepala keluarga yang harus diteladani. Maksud keteladan
disini bukan dalam pengertian yang sempit, namun juga mencakup makna
yang luas dan mendasar.10
Keharmonisan rumah tangga Rasulullah saw patut diteladani. Beliau
pandai menciptakan suasana damai dan tenteram dalam rumah tangganya.
Ketika berada didekat istrinya beliau senang bersenda gurau, bermain atau
melakukan hal-hal yang bisa menyenangkan hati istrinya. Kadang-kadang
beliau melontarkan kata-kata yang bisa membuat istrinya tertawa. Semua ini
beliau lakukan demi menyenangkan hati istrinya.11
Bahkan Rasulullah memakai kebaikan dalam keluarga sebagai tolok
ukur kebaikan mutlak masyarakat. Setiap muslim tidak akan mendapatkan
keutamaan dan kehormatan dimasyarakat muslim, kecuali dia berbuat baik
kepada keluarganya.12 Oleh karena itu Rasulullah bersabda: “sebaik-baik
orang diantara kamu adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku
adalah orang yang paling baik kepada keluarganya diantara kalian” (HR.
Tirmidzi)
Nabi juga berkata bahwa:

‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْك َم ُل اْلُم ْؤ ِمِنيَن ِإيَم اًنا‬
‫َأْح َس ُنُهْم ُخ ُلًقا َو ِخَياُر ُك ْم ِخَياُر ُك ْم ِلِنَس اِئِهْم ُخ ُلًقا‬
dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

10
Satori Muhammad Saefulloh, Romantika Rumah Tangga Nabi (Jakarta: Rihlah Press, 2003), 10.
11
Kauma Fuad, Senyum-Senyum Rasulullah (Jogjakarta: Mitra Pustaka, 2002), 73.
12
Abdussami’ Anis, Metode Rasulullah Mengatasi Problematika Rumh Tangga terj. Muhammad
Abidun Zuhri (Jakarta: Qishi Press, 2013), 15.

14
bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap
para istrinya.“(HR. Tirmidzi).13
Meskipun begitu namun selalu saja ada masalah yang timbul dalam
rumah tangga tersebut, itu semua terjadi karena memang Nabi dan para istri
beliau tak lepas dari sifat manusiawi yang timbul diantara mereka.
Seringkali kecemburuan itu timbul diantara istri-istri Nabi. Walaupun sering
terjadi sesuatu yang menyulitkan Rasulullah saw. karena perilaku sebagian
istrinya, namun yang demikian itu tidak mengurangi sikap beliau dalam
berlaku kasih sayang dan adil dalam bergaul dengan mereka.14
Diantara istri-istri Rasulullah saw yang paling pencemburu adalah Siti
Aisyah ra. Bisa dimaklumi jika Aisyah memiliki tingkat kecemburuan yang
cukup besar, sebab dia memperoleh tempat yang istimewa dihati Rasulullah
saw setelah Khadijah binti Khuwailid, yang menjadi istri pertamanya.
Disamping itu Aisyah merupakan satu-satunya istri yang dinikahi dalam
keadaan masih perawan.
Salah satu kecemburuan Aisyah yang paling besar adalah kepada Maria
Al-Qibtiyah bahkan Aisyah sendiri pernah berkata bahwa “Aku tidak pernah
begitu cemburu kepada seorang wanita pun melebihi cemburuku kepada
Maria. Hal itu dikarenakan ia memang sangat cantik, sehingga Rasulullah
merasa tertarik kepadanya. Pertama kali datang, Rasulullah menempatkan
dia di rumah Haritsah bin Nu’man yang bertetangga dekat dengan Kami.
Rasulullah hampir sepanjang siang dan malam berada disisinya, sehingga
demi dia, beliau mengabaikan aku dan istri-istrinya yang lain. Selanjutnya
beliau memindahkan Maria ke sebuah dataran tingggi di Madinah, dan
beliau semakin perhatian kepadanya. Sudah tentu kami semakin merasa
marah dan tertekan. Apalagi setelah Allah memberikan anak darinya, beliau
nyaris tidak pernah bersama kami.”15

13
Abbas Mahmud Al-A’qqad, Keagungan Muhammad Saw Terj. Miftakhil Asror (Surabaya:
Maktabah Al-Ashariyyah, 2003), 171.
14
6 Ali Muhammad, Rasulullah Saw Fathimah Az-Zahra Terj. Ahsin Muhammad (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1993), 87.
15
8 Zaidah Kusumawati, dkk. Ensiklopedi, Nabi Muhammad Saw Diantara Para Sahabiyah
(Jakarta: Lentera Abadi, 2011), 155.

15
Bukan cuma Aisyah saja yang merasakan kecemburuan terhadap Maria
Al-Qibtiyah, namun Hafsah dan istri-istrinya yang lain juga merasakan hal
yang dirasakan oleh Aisyah, Ini semua terjadi karena Maria telah diberi
anugerah oleh Allah dengan melahirkan seorang putera bernama Ibrahim,
Pada awalnya Maria merupakan wanita yang kurang diperhitungkan oleh
Aisyah, namun kenyataannya Maria mampu menarik hati Nabi Muhammad
dan menikahinya. Kecemburun Aisyah semakin menjadi-jadi ketika pada
suatu hari Hafsah menceritakan tentang rahasia Nabi Muhammad. Ia
menceritakan kepada Aisyah bahwa suatu hari Hafsah melihat Maria al-
Qibtiyah datang menemui Rasulullah dalam suatu urusan. Maria berada jauh
dari masjid, dan Rasulullah menyuruhhnya masuk ke dalam rumah Hafsah
yang ketika itu sedang pergi ke rumah ayahnya.16
Dia melihat tabir kamar tidurnya tertutup, sementra Rasulullah dan
Maria berada didalamnya. Melihat pemandangan seperti itu, kemarahan
Hafsah meledak. Ia ingin melabrak keduanya, namun ia teringat kata-kata
ayahnya, “ Demi Allah, engkau tahu bahwa Rasulullah tidak mencintaimu,
kalau bukan karena aku, engkau tentu sudah dicerai!” ia tiba-tiba merasa
sebagai wanita yang tak berguna. Suaminya telah menginjak-injak harga
dirinya, didepan matanya pula.17 Hafsah terdiam tak melakukan apapun. Ia
masih tidak mempercayai kenyataan yang ada di depan matanya. benar kata
ayahnya bahwa Rasulullah memang tidak mencintai dirinya. Beliau bersedia
menikahi dirinya hanya semata-mata untuk menolong dirinya yang
dirundung kesedihan setelah ditinggal wafat oleh suaminya, diatas segala-
galanya, beliau menikahi dirinya karena untuk menghormati ayahnya, Umar
bin Khattab.
Hafsah mencoba menahan perasaan yang ada didalam hatinya. Ia tidak
segera masuk ke dalam rumah. Ditunggunya Maria pergi meninggalkan
rumahnya. Setelah Maria pergi, barulah Hafsah masuk ke dalam rumahnya.
Dengan perasaan tak menentu, ia melangkah lalu didekatinya Rasulullah.
Dengan suaranya yang bergetar menahan emosi, ia berkata,” saya melihat
dengan mata kepala sendiri siapa yang bersama anda tadi! Anda tidak akan
16
9 Saefullah Muhammad Satori, Rumah Tanggan Nabi (Jakarta: Rihlah Press, 2003), 199.
17
Ibn Sa’ad, Purnama Madinah, terj. Eva. Y. Nukman (Bandung: Al-Bayan, 1997), 80.

16
pernah berbuat seperti itu kalau saja anda tidak memandang saya ini sebagai
wanita hina dan rendah!” Setelah mengungkapkan perasaanya itu, Hafsah
menangis tersedu-sedu.18 Mendengar kata-kata dan tangisan Hafsah, hati
Nabi Muhammad menjadi tersentuh. Beliau sama sekali tidak bermaksud
menghina dan merendahkan putri Umar itu. Lalu dengan lemah lembut dan
penuh kasih sayang beliau mendekati Hafsah. Beliau berusaha menghibur
dan menenangkan hati Hafsah. Lalu untuk menggembirakan hati istrinya itu,
beliau mengatakan tidak akan mendekati Maria lagi, dengan syarat Hafsah
harus berjanji untuk tidak akan membocorkan semua kejadian tersebut
kepada orang lain. Hafsah pun berjanji untuk tidak membocorkan rahasia
suaminya itu.19 Akan tetapi ketika keesokan harinya Aisyah datang
kepadanya, ia tidak dapat lagi menyimpan rahasia Nabi, Kejadian yang
pernah berlangsung di rumahnya, ia memberitahukannya kepada Aisyah.
Hafsah tidak menyadari akibat yang ditimbulkan dari pembocoran rahasia
Nabi kepada Aisyah.20
Dengan dibocorkannya rahasia tersebut, ia telah menyalakan api di
rumah tangga Nabi, karena Aisyah tidak bisa tenang sebelum
mengumpulkan semua istri Nabi. Semunya bersepakat untuk terang-
terangan memberontak terhadap Nabi. Mereka mengusulkan agar Maria
jangan diberi kesempatan untuk tetap berada di Madinah. Setelah itu
terjadilah suatu peristiwa dimana Rasulullah memisahkan diri dari istri-istri
beliau selama satu bulan, atau lebih tepatnya dua puluh sembilan hari.
Dengan adanya peristiwa tersebut, sempat tersiar kabar di tengah-tengah
kaum muslimin bahwa rasulullah telah menceraikan istri-istrinya.
Berkaitan dengan keteledoran Hafsah yang telah membocorkan rahasia
pribadi suaminya. Pembocoran rahasia tersebut merupakan pemicu
kekacauan didalam rumah tangga Nabi. Ada suatu riwayat yang mengatakan
bahwa, akibat kecerobohan Hafsah itu Nabi menceraikannya. Sebagaimana

18
Ali Yusuf Subki, Biografi Istri-Istri Rasulullah Terj. Akhmad Syafiuddin
(Depok: Kiera Publishing, 2004), 123.
19
Akhmad Khoiron Mustafit, Inner Beauty Istri-Istri nabi (Tangerang: Qutu
Media, 2004), 73. 14
20
B A B Iv et al., “digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id,” 2013.

17
yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dari berbagai sumber yang meriwayatkan,
bahwa beliau telah mencerai Hafsah dengan talak satu. Setelah itu beliau
merujuknya kembali.
Berita tentang Nabi yang telah menceraikan Hafsah itu akhirnya
terdengar juga oleh Umar, kemudian Umar datang menemui Hafsah, saat ia
datang menemui Hafsah untuk mengklarifikasi kebenaran tindakan
Rasulullah yang telah menceraikan putrinya itu, ia melihat Hafsaf yang
sedang menangis. Kemudian Umar keluar dari rumah Hafsaf dan menuju ke
masjid. Saat itu Umar melihat kaum muslimin sedang berkumpul, diantara
mereka ada yang menggaris-garis batu, menundukkan kepala dan berkata,
“Rasulullah telah menceraikan istri-istrinya” sejak beliau memutuskan untuk
memisahkan diri dari istri-istrinya. Tak ada seorangpun dari para sahabat
yang berani mengajak Nabi berbicara tentang istri-istrinya.
Melihat keadaan yang seperti itu Umar tidak tinggal diam ia segera pergi
menemui Rasulullah ditempat beliau menyendiri selama sebulan, yaitu
tempat semacam gudang atau disebut khazanah. Ditempat itu beliau dibantu
oleh pelayannya, yaitu seorang budak yang bernama Rabbah. Ia duduk
didepan pintu. Umar berulangkali minta izin untuk menemui Rasulullah,
namun Rabbah tidak menanggapi. Lalu Umar berkata, memohon dengan
segala kerendahan hati kepada Rabbah, “ Wahai Rabbah, tolong sampaikan
kepada Rasulullah bahwa aku minta izin untuk menemui beliau. Sungguh,
aku merasa mestinya beliau sudah mengerti bahwa aku ini datang karena
persoalan Hafsah. Demi Allah, kalau sekiranya beliau menyuruh aku
memenggal kepala Hafsah, sungguh akan kupenggal sekarang juga.” 21
Rupanya suara Umar terdengar oleh Rasulullah. Mendengar kata-kata Umar,
beliau pun terharu. lalu beliau mempersilahkan Umar untuk masuk ke dalam
Khazanah. Kemudian Umar berkata “ya Rasulullah, apakah Rasulullah
merasa susah karena istri-istri engkau? Jika benar Rasulullah sudah
menceraikan mereka, maka Allah tetap menyertai engkau, demikian pula
Jibril, Abu Bakar, saya dan semua kaum muslimin..!” Mendengar kata-kata
Umar, Rasulullah tersenyum. Beliau berusaha menenangkan hati dan pikiran
21
Abdussami’ Anis, Metode Rasulullah Mengatasi rumah Tangga (Jakarta: Qisthi Press, 2013),
301.

18
Umar. Lalu beliau menjelaskan bahwa beliau tidak menceraikan istriistrinya,
tetapi hanya menjauhi mereka selama sebulan.
Umar begitu gembira mendengar penjelasan Nabi. Kini ia tahu berita
sebenarnya. Kemudian Umar mohon diri meninggalkan Nabi dan langsung
menuju masjid. Lalu dengan suara keras ia memberitahu orang-orang yang
berada dalam masjid, “Rasulullah tidak menceraikan istri-istrinya!”
Beberapa hari kemudian Rasulullah menyampaikan firman Allah kepada
kaum muslimin. Wahyu tersebut diturunkan sebagai antisipasi atas isu-isu
yang tersebar:

‫َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ِلَم ُتَح ِّر ُم َم ا َأَح َّل ُهَّللا َلَك ۖ َتْبَتِغ ي َم ْر َض اَت َأْز َو اِج َكۚ َو ُهَّللا َغ ُفوٌر‬
‫َر ِح يٌم‬
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah
menghalalkannya bagimu, kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu?
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Qs. At-Tahrim : 1)

‫َقْد َفَر َض ُهَّللا َلُك ْم َتِح َّلَة َأْيَم اِنُك ْم ۚ َو ُهَّللا َم ْو اَل ُك ْم ۖ َو ُهَو اْلَعِليُم اْلَحِكيُم‬
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu seklian
membebaskan diri dari sumpahmu, dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia
Maha Mengethui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At-Tahrim: 2)

‫َو ِإْذ َأَس َّر الَّنِبُّي ِإَلٰى َبْع ِض َأْز َو اِج ِه َح ِد يًثا َفَلَّم ا َنَّبَأْت ِبِه َو َأْظَهَرُه ُهَّللا َع َلْيِه‬
‫َع َّر َف َبْع َض ُه َو َأْع َر َض َع ْن َبْع ٍضۖ َفَلَّم ا َنَّبَأَها ِبِه َقاَلْت َم ْن َأْنَبَأَك َٰه َذ اۖ َقاَل‬
‫َنَّبَأِنَي اْلَعِليُم اْلَخ ِبيُر‬
Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah
seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah)
menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal
itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad
memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan
menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala
(Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah)
lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini
kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah

19
yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".(Qs. At-Tahrim: 3)

‫َت ُتو َب ا ِإ َل ى ال َّل ِه َفَقْد َص َغ ْت ُقُل وُبُك َم ا ۖ َو ِإ ْن َت َظ اَه َر ا َع َل ْي ِه َف ِإَّن ال َّل َه‬ ‫ِإ ْن‬

‫َم ْو اَل ُه َو ِج ْب ِر يُل َو َص ا ِل ُح ا ْل ُم ْؤ ِم ِن يَن ۖ َو ا ْل َم اَل ِئ َك ُة َب ْع َد َٰذ ِل َك َظ ِه يٌر‬ ‫ُهَو‬


Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati
kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu
berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah
adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin
yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.
(Qs. At-Tahrim: 4)

‫َع َس ٰى َر ُّبُه ِإْن َطَّلَقُك َّن َأْن ُيْبِد َلُه َأْز َو اًجا َخْيًرا ِم ْنُك َّن ُم ْس ِلَم اٍت ُم ْؤ ِم َناٍت َقاِنَتاٍت َتاِئَباٍت‬
‫َعاِبَداٍت َس اِئَح اٍت َثِّيَباٍت َو َأْبَك اًرا‬
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti
kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang
beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang
berpuasa, yang janda dan yang perawan. (Qs. At-Tahrim:6)

Walau ada bebaraapa riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah


pernah menceraikan Hafsah, namun pada kenyataannya beliau tetap
memprtahankannya sebagai istrinya, ini karena dia adalah wanita yang
berpendirian teguh, apalagi melihat kenyataan bahwa Hafsah sangat
menyesali perbuatannya yang telah membocorkan rahasia Nabi , sehingga
membuat kemurkaan beliau.22 Setelah genap satu bulan beliau menjauhi
istri-istrinya, beliau kembali kepada mereka. Dan beliaupun tahu bahwa
istri-istrinya menyesali perbuatannya. Rasulullah pun memberitahukan
penyesalan ini kepada kaum muslimin. Dan Hafsah, istri Rasulullah yang
paling menyesal atas kejadian ini. Penyesalannya yang dalam dibuktikan
dengan memperbanyak ibadah, terutama puasa dan salat malam.
Mengenai keberpihakan Hafsaf kepada Aisyah diperkuat dengan suatu
riwayat dimana Hafsah dengan terang-terangan pernah mengatakan bahwa,
“Pendapatku adalah sebagaimana pendapat Aisyah”. Makanya ketika dia
diajak oleh Aisyah untuk bergabung ke kubunya, Hafsah pun siap untuk

20
bergabung kepadanya. Dan tidak ada rahasia diantara keduanya, dan hal ini
yang mengakibatkan keteledoran bagi hafsah sehingga ia menceritakan
Rahasia Nabi kepada Aisyah, sehingga terjadilah peristiwa pengasingan diri

B. Fitnah Terhadap Maria Al-Qibtiyah

Bukan hanya para Istri Nabi yang merasakan kecemburuan terhadap


Maria Al-Qibtiyah, namun Rasulullah pun sempat merasakan kecemburuan
terhadap Maria yang ketika itu sedang mengandung, ketika Maria sedang
mengandung sejumlah orang di Madinah pernah menuduh Maria berbuat
serong dengan budak laki-laki yang datang bersamanya dari Mesir, bernama
Mabur, budak itulah yang sehari-hari melayani keperluan Maria seperti
mencari kayu bakar, mengambil air dan lain sebagainya. Akan tetapi
tuduhan palsu yang tidak berdasarkan pembuktiannya itu pada akhirnya
terbongkar. Allah Swt memperlihatkan bukti yang tidak dapat dibantah,
bahwa Maria benar-benar suci dari perbuatan yang dituduhkan orang.22
Muhammad Az-Zuhry menceritakan dari Anas bin Malik, dia berkata: “
ada seorang lelaki menuduh Maria berbuat serong dengan budaknya.
Berdasarkan tuduhan tersebut Rasulullah memerintahakan Ali bin Abi
Thalib mencari-cari budak yang hendak dijatuhi hukuman itu setelah
diselidiki lebih dulu untuk dibuktikan kesalahannya. Ia menemukan budak
itu disebuah kubangan air sedang berendam mendinginkan badan. Oleh Ali
bin Abi Thalib ia disuruh naik dan dibantu dengan menarik tangannya. Ia
naik dalam keadaan telanjang, dan Ali bin Abi Thalib menyaksikan sendiri
bahwa budak itu dikebiri. Ali bin Abi Thalib membatalkan niatnya lalu
cepat-cepat memberitahukan hal tersebut kepada Rasulullah bahwa orang
yang dituduhkan berlaku serong dengan Maria itu telah dikebiri. Dengan
demikian Maria terbebas dari fitnah, sebab apa yang dikabarkan oleh
sebagian orang Madinah tidak terbukti.

E. Konsep Nabi Dalam Meresolusi Konflik Keluarga


Cara Rasulullah Saw Menyelasaikan Masalah Rumah Tangga Karena

22
Husaini, Baitun Nubuwwah, Rumah Tangga Nabi Muhammad saw, 235.

21
keluarga adalah wahana yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian, jati diri, dan karakter manusia baik secara
individu maupun social. Keluarga harmonis dan penuh toleransi serta
kerjasama akan memiliki kualitas ketahanan yang tangguh dalam
menghadapi segala gejolak baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Untuk itu memang diperlukan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang baik.
Laki-laki dan perempuan memang diciptakan berbeda tetapi tidak boleh
dibeda-bedakan, karena kedua-duanya memerlukan satu sama lain baik
secara biologis, mental psicologis, social maupun spiritual. Oleh sebab itu,
antara suami istri perlu upaya membangun hidup keluarga yang harmonis,
bahagia, dan sejahtera, agar bisa menjalankan tugas dan kewajiban masing-
masing baik dan bertanggung jawab bagi kehidupan keluarga, anak
keturunan, masyarakat, bangsa, dan agama seperti kalimat sakinah,
mawaddah, warahma.23
Cara Rasulullah Mengatasi Problematika Rumah Tangga
Kehidupan suami istri ibarat sebuah lembaga atau perusahaan yang
harus mempunyai visi, tujuan, dan prinsip. Ketiga hal itu harus jelas
dimengerti oleh semua anggota keluarga, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Islam sudah menentukan visi pernikahan, yaitu mencapai ridha Allah swt
dan masuk surga. Firman Allah swt (QS. Al-An’am:162).“katakanlah:
sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah, tuhan semesta alam”. Adanya tujuan bersama dalam sebuah keluarga
merupakan satu hal yang sangat penting, karena dengan itu kita bias
melewati problem-problem kita. Kita akan selalu berpikir tentang
bagaimana caranya mencapai tujuan tersebut dan menganggap kecil setiap
permasalahan yang merintangi tercapainya tujuan tersebut.
Rasulullah hidup bersama dengan istri-istrinya dengan bahagia.
Kehidupan mereka adalah praktik yang benar tentang kehidupan dalam
berumah tangga firman Allah, QS An-Nisa 19: “dan bergaullah kepada
mereka secara patut”. Tidak aneh jika rasulullah bangga dengan kehidupan
rumah tangganya. Beliau bersabdah, “dan aku adalah suami yang paling
23
Asmiraty, “Problematika Rumah Tangga Dalam Perspektif Pendidikan Islam,” AL-Wardah: Jurnal
Kajian Perempuan, Gender, dan Agama, 14.1 (2020), 11–27.

22
baik terhadap keluarganya diantara kalian.” Kebaikan yang dimaksud oleh
Nabi saw itu akan kita bahas dari segi pemenuhan kebutuhan primer,
hubungan suami istri , kerja sama, estetika, dan hiburan dalam
kehidupannya. Kendati demikian bukan berarti rumah tangga Rasullah tidak
pernah menghadapi problem. Hanya saja, problemanya kecil atau jarang
kelihatan, jika kaum muslimin tidak mencermati bagian yang besar dan yang
kecil, yang umum dan yang khusus, dari kehidupan Rasulullah. Prolem
jarang terjadi, kendati rumah tangga berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, banyak istri, sering menghadapi peristiwa besar, dan hanya sedikit
keturunan yang menyambung yang terputus dan membetulkan yang salah.
Setiap kali muncul problem, Rasulullah segera menyelesaikannya dengan
bijaksana, rasional, kasih sayang, dan kesadaran. Beliau menggunakan cara-
cara yang akan saya bahas secara detil sesuai dengan solusi masalah
keluarga ala Rasulullah.
Pasangan suami istri haruslah senantiasa bersikap realistis dan saling
memahami dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jangan membayangkan
kebersamaan dan kesatuan lahir dan batin, dapat dicapai dalam waktu yang
singkat sejak awal pernikahan. Sebab, kebersamaan batin dan kekompakan
sosial di dalam bangunan rumah tangga yang baru, harus melewati beberapa
tahapan, belajar dari usaha yang pernah dilakukan, dan pengalaman
kesalahan yang pernah terjadi.
a. Tersenyum dan berkelakar.

Salah satu cara Rasulullah menangani problem keluarga adalah dengan


senyum dan kelakar, Rasulullah melihat bahwa problem tertentu tidak dapat di
selesaikan dengan amarah, lebih-lebih dengan kekerasan. membiarkannya dan
berlalu ke mesjid, kemudian datanglah Abu Bakar menghardik Aisyah karena
beliau adalah ayahanda istri nabi
.
b. Membiarkan masalah untuk sementara waktu.

Selain itu salah satu cara Rasulullah menangani masalah keluarga adalah
dengan membiarkan masalah itu sendiri, sering kali perselisihan suami istri

23
tak bisa diselesaikan dengan bercekcok dan berdebat. Perdebatan justru
membuat masalah kian meruncing. Rasulullah mendiamkan dan membiarkan
para istrinya berselisih sampai nanti datang orang ketiga melerai mereka,
contoh sewaktu Aisyah berselisih dengan Zainab beliau membiarkannya dan
berlalu ke mesjid, kemudian datanglah Abu Bakar menghardik Aisyah karena
beliau adalah ayahanda istri nabi.

c. Berdialog dengan memuaskan.

Salah satu cara nabi yang digunakan Nabi saw untuk menangani masalah
rumah tangga beliau adalah mengutamakan dialog. Tujuannya agar istri
kembali kejalan yang benar dengan hati yang puas, settelah melakukan
kesalahan atau bersikukuh dengan pemikiran yang keliru. Tak diragukan lagi
bahwa cara ini berpengaruh besar terhadap ketentramann dan masa depan
keluarga. Dialog menjadikan keluarga menghirug udara kebebasan, yaitu
bebas bertukar pikiran diantara anggotanya dalam setiap persoalan. Karena
masalah memang tidak pernah habis, maka dialog pasutri yang sukses
sanggup memberikan solusi untuk masalah tersebut.

d. Memberi nasehat dan pengajaran.

Cara lain lagi yang digunakan Nabi saw untuk menyelesaikan perselisihan
dalam rumah tangganya adalah dengan memberi pengajaran dan nasehat.
Syariat Islam memerintahkan agar setiap suami membimbing isterinya supaya
taat pada perintah Allah dan menjauhi semua larangannya.
Memberi nasehat adalah cara yang benar dan sesuai dengan perintah Allah
dalam al-Qur’an kepada para suami ketika khawatir istrinya berbuat nusyus
dan durhaka. Firman Allah QS: An-Nisa :34.” Maka nasehatilah mereka”
Imam Qurthubi mengatakan, maksudnya, berilah wanita-wanita itu nasehat
dari kitabullah.
Imam Fakhuddin ar-Razi berkata, ”Imam Syafi’I mengatakan’ bila terjadi
perselisihan dalam rumah tangga, nasehat yang tepat dari seorang suami
kepada isterinya adalah, “bertaqwalah engkau kepada Allah, sesungguhnya

24
aku punya hak atas dirimu.” Oleh karena itu kembalilah kepada allah dari
sikapmu saat ini. ketahuilah, sesungguhnya engkau wajib taat kepadaku.’ Dan
perkataan-perkataan lain semisalnya.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh suami ketika memberi nasehat
kepada isteri yaitu memilih kata-kata yang tepat sasaran. Dengan begitu,
diharapkan kata-kata itu langsung kelihatan efeknya pada perasaan istri
sebagai pasangan hidup. Hal lain yang tak kalah penting dalam member
nasehat adalah disampaikan ketika istri sedang sendirian. Seorang suami harus
menahan diri ketika sedang bersama keluarga, baik keluarga dari pihak istri
maupun keluarga dari pihak suami. Berikutnya hendaknya suami
menyampaikan nasehatnya dengan bahasa yang sopan, lembut, dan
menyentuh perasaan, perkataan keras, lantang, lebih-lebih membentak dengan
penuh emosi hendaknya dihindari jauh-jauh. Memberi nasehat harus
dilakukan atas dasar cinta dan demi kebaikan istri, supaya keluarga kembali
normal sebagaimana rumah tangga yang diridhoi Allah Swt.
e. Memberi teguran.

Cara lain yang dipakai Rasulullah untuk menyelesaikan masalah rumah


tangganya adalah dengan memberi teguran atas sikap yang tidak layak
dilakukan istri. Dengan cara ini seolah Nabi saw, hendak meletakkan pondasi
penyelesaian masalah agar tidak terulang lagi dalam rumah tangganya yang
mulia. Beliau pernah menegur Aisyah, karena cemburu kepada khadijah.
Beliau sangat mencintai khadijah karena istrinya inilah yang pertama masuk
Islam dan melahirkan anak-anak beliau.
f. Merenungkan, mempertimbangkan, dan mencari bukti sebelum
menetapkan hukum.

Dalam menyelesaikan perselisihan rumah tangganya Rasulullah


merenungkan, mempertimbangkan, dan membuktikan sebelum menetapkan
suatu hukum. Kejadian-kejadian yang sengaja ditiupkan oleh orang-orang
munafik terhadap mahligai rumah tangga beliau. Diantaranya adalah berita
bohong yang menimpa aisyah, atas berita bohong tersebut Nabi saw
menempuh cara ini yaitu merenungkan, mempertimbangkan dan

25
membuktikan, berdasarkan ketenangan hati.
Ada banyak hikmah yang bias kita ambil dari kejadian ini pertama berita
bohong yang menimpa aisyah, kita tahu bagaimana cara Rasulullah menyikapi
kehidupan keluarganya, terlebih lagi, masalah ini erat kaitannya dengan
kehormatan rumah tangga. cara yang ditempuh Rasulullah adalah sabar, dan
menelaah anatomi masalah, meneliti dan mencari bukti, tidak tergesa-gesa
mengambil keputusan, cara ini beliau tempuh untuk mewujudkan keadilan
hokum dalam setiap keputusannya. Rasulullah sangat mempertimbangkan
kehormatan Aisyah sebagai isterinya, juga keluarga Aisyah.
Kedua, kita bisa mengambil pelajaran amat berharga dari kisah ini,
terutama dalam mencari solusi terbaik untuk mengatasi kemelut rumah tangga
yang berkaitan dengan kehormatan. Ketiga, dalam kasus ini rasulullah telah
mengecek kebenaran berita yang beredar. Dengan diam-diam beliau
menyelidiki akhlak dan keseharian Aisyah, apakah diantara sejumlah orang
ada yang mengetahui sesuatu pada diri sang istri. Namun para saksi
menyatakan bahwa Aisyah adalah wanita yang istiqamah, beradab, dan
bertakwa. Rasulullah memilih 5 orang sahabat terdekatnya yang terdiri dari
dua laki-laki dan tiga perempuan, (Ali, Usamah, zainab binti Jahzi, Ummu
Aiman, dan budak bernama Bairah). Dll
g. Memutuskan Hukum secara Adil.

Salah satu cara yang dilakukan Rasulullah dalam memecahkan masalah


rumah tangganya yaitu dengan memutuskan hukum secara Adil. Tatkala Aisya
melakukan kesalahan memecahkan piring salah satu istri Nabi, Rasulullah
bersabda” Wadah ditebus dengan wadah dan makanan ditebus dengan
makanan, inilah hokum yang bersumber dari Rasulullah sebagai hakim dalam
soal harta yang dirusakkan oleh pihak lain. Keterangan ini didukung oleh
sebuah hadis lain yang berbunyi, “barang siapa memecahkan sesuatu,pecahan
itu jadi miliknya, dan dia harus mengganti barang yang di pecahkan, (Buhari,
muslim, imam Tirmizi, ibnu Majah).
Pendapat para jumhur ulama sesuai dengan rasa keadilan, juga telah
mengakomudir semua pendapat-pendapat yang ada “ bahwa bila suatu barang
rusak berat dan tidak mungkin lagi diperbaiki, barang itu wajib diganti secarah

26
utuh, namun jika kerusakan itu hanya sedikit dan memungkinkan untuk
diperbaiki seperti semula, pihak yang metusakkan hanya mengganti harga
bagian yang di rusakkannya.”

h. Memberi pelajaran istri dengan mendorong tubuhnya.

Salah satu cara Rasulullah untuk mengatasi masalah rumah tangganya


adalaah mendorong tubuh istrinya. Cara ini menunjukkan bahwa beliau waktu
itu marah sekali dan tidak berkenaan dengan tingkah laku istrinya, hal ini
dilakukan agar kesalahan serupa tidak diulangi. Rasulullah mendorong Aisyah
dengan keras sebagai peringatan bahwa tindakannya sebagai istri adalah salah.
Apa yang dilakukan Nabi saw. Ini kontras dengan kebanyakan orang yang
meluapakan cintanya dengan membelai-belai pasangannya.
Kehidupan berumaah tangga harus didirikan diatas dasar saling percaya.
Sebaliknya, prasangka buruk tidak selayaknya terjadi dalam mahligai rumah
tangga yang mulia. Jika prasangka buruk sudah muncul, rumah tangga itu
pasti akan terpuruk dan hancur. Hukuman Nabi denganm mendorong dada
Aisyah keras-keras merupakan peringatan bahwa tindakan istri semacam itu
bias menimbulkan sesuatu yang tidak menyenangkan pada akhirnya.
i. Memutus interaksi dengan istri.

Sebagaimana disebutkan dalam banyak hadist, yang meriwayatkan


tambahan bahwa Rasulullah memutus interaksi dengan istri- istrinya selama
satu bulan dalam kisah takhyir, adalah Imam-imam lain tidak ada yang
menyebutkan tambahan itu, padahal sanadnya sama atau satu jalur. Adapun
redaksi tambahannya adalah, Rasulullah menjauhi istri-istrinya selama satu
bulan atau dua puluh Sembilan hari setelah mereka menuntut tambahan
nafkah.” Begitu banyak hadis yang membahas tentang masalah takhyir ini,
dan menjadi perbincangan di antara para sahabat Nabi pada waktu itu sampai
saat ini bahwa beliau dalam mengambil suatu keputusan tidak tergesa-gesa
tetapi melalui proses yang cukup lama untuk menetapkan hukum apa yang
harus beliau keluarkan karena ini menyangkut rumah tangga beliau.

27
j. Menjatuhkan talak

Nabi saw pernah menjatuhkan talak sebanyak dua kali kepada istri beliau.
Yang pertama kepada istrinya yang mulia Hafsah binti Umar, tetapi dirujuk
lagi. Yang kedua kalinya ketika menceraikan Umaimah binti Nu’man al-
Jauniyah al-Kindiyah. Beliau menceraikannya sebelum menggaulinya, dan
tidak diikuti dengan rujuk, alasannya karena wanita itu punya sifat yang
takabur dan memandang dirinya sebagai putri seorang pemimpin Arab, suatu
sifat yang tidak layak bagi istri seorang Rasul Allah. Semua yang beliau
lakukan ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa solusi dengan talak adalah
langkan terakhir untuk menyelesaikan perselisihan suami istri.
Cara ini diambil setelah suami istri menempuh segala cara dan solusi,
gagal mengembalikan suami istri pada tabiat yang tenang, damai, dan tentram.
Apa yang harus dilakukan jika semua usaha untuk menghentikan pertikaian
dan menyelesaikan masalah gagal? Tiada jalan lain kecuali talak, kendati ini
adalah keputusan yang tak disukai. Rasulullah bersabdah,”Perkara halal yang
paling dibenci Allah adalah talak.” (HR. abu Dawud no. 2187).
Dengan membaca dan menganalisa cara Rasulullah mengatasi masalah
(problematika) rumah tangganya, sebagai ummatnya kita harus mencontoh
sikap dan cara beliau mengambil keputusan dalam rumah tangganya, karena
beliau juga seorang suami dan sebagai ayah bagi anak-anaknya. Rasulullah
adalah suri teladan dan panutan dalam semua urusan baik urusan rumah
tangga maupun urusan ummat

28
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Prophetic parenting adalah pola pengasuhan orangtua sesuai dengan


panduan Rasulullah SAW dalam hadist-hadisnya. Pola asuh ala Rasulullah
mengacu pada apa yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an. 24 Selain itu
Ulwan (dalam Trisnawati, 2013) prophetic parenting adalah pola pengasuhan
orangtua sesuai dengan panduan Rasulullah SAW dalam hadishadisnya yang
pada dasarnya menekankan tatacara yang halus, sederhana, tanpa kekerasan
dan sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
Konsep dalam propethic parenting ala Rasuullah adalah mendidik anak
dengan berkiblat pada cara-cara yang dilakukan oleh Rasulullah dalam
24

29
mendidik keluarga dan sahabat beliau. Dan menjadi penekanan dalam
prophetic parenting ini adalah proses Pendidikan bukan hanya proses
pengajaran.
Cara Rasulullah Saw Menyelasaikan Masalah Rumah Tangga Karena
keluarga adalah wahana yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian, jati diri, dan karakter manusia baik secara individu
maupun social. Keluarga harmonis dan penuh toleransi serta kerjasama akan
memiliki kualitas ketahanan yang tangguh dalam menghadapi segala gejolak
baik yang datang dari luar maupun dari dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussami’ Anis, Metode Rasulullah Mengatasi Problematika Rumh Tangga terj.


Muhammad Abidun Zuhri (Jakarta: Qishi Press, 2013), 15
Abbas Mahmud Al-A’qqad, Keagungan Muhammad Saw Terj. Miftakhil Asror
(Surabaya: Maktabah Al-Ashariyyah, 2003), 171.
Akhmad Khoiron Mustafit, Inner Beauty Istri-Istri nabi (Tangerang: Qutu Media,
2004), 73. 14
Ali Muhammad, Rasulullah Saw Fathimah Az-Zahra Terj. Ahsin Muhammad
(Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993), 87.
Ali Yusuf Subki, Biografi Istri-Istri Rasulullah Terj. Akhmad Syafiuddin (Depok:
Kiera Publishing, 2004), 123
Asmiraty, “Problematika Rumah Tangga Dalam Perspektif Pendidikan Islam,”
AL-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender, dan Agama, 14.1 (2020),
11–27

30
Iv, B A B, Maria Al-qibtiyah, A Kecemburuan Istri-istri Nabi, dan Terhadap
Maria, “digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id,” 2013
Husaini, Baitun Nubuwwah, Rumah Tangga Nabi Muhammad saw, 235.

Ibn Sa’ad, Purnama Madinah, terj. Eva. Y. Nukman (Bandung: Al-Bayan, 1997),
80.

Kauma Fuad, Senyum-Senyum Rasulullah (Jogjakarta: Mitra Pustaka, 2002), 73.


Saefullah Muhammad Satori, Rumah Tanggan Nabi (Jakarta: Rihlah Press, 2003),
199.
Satori Muhammad Saefulloh, Romantika Rumah Tangga Nabi (Jakarta: Rihlah
Press, 2003), 10.

Zaidah Kusumawati, dkk. Ensiklopedi, Nabi Muhammad Saw Diantara Para


Sahabiyah (Jakarta: Lentera Abadi, 2011), 155.

31

Anda mungkin juga menyukai