DISUSUN OLEH:
BKPI-1/SEM-V
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
Halaman :
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
C. TUJUAN..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................29
A. KESIMPULAN......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafizh. 2010. Prophetic Parenting: Cara Nabi saw Mendidik
Anak, terj. Farid Abdul aziz Qurusy: Yogyakarta.Pro-U Media.
2
B. KONSEP NABI MEMBANGUN KELUARGA
Konsep dalam propethic parenting ala Rasuullah adalah mendidik anak
dengan berkiblat pada cara-cara yang dilakukan oleh Rasulullah dalam
mendidik keluarga dan sahabat beliau. Dan menjadi penekanan dalam
prophetic parenting ini adalah proses Pendidikan bukan hanya proses
pengajaran. Karena dalam proses parenting ala Nabi bukan hanya sekedar
mengajarkan kepada anak namun bagaimana cara orang tua dapat menjadi
suri tauladan yang baik dan dapat memberikan nilai-nilai pada diri anak.
Konsep dalam prophetic parenting ini juga memuat konsep mendidik anak
sejak memilih calon ayah ataupun calon ibunya. Ini berarti bahwa mendidik
anak itu adalah konsep yang dilakukan sebelum melakukan pernikahan.
penelitian mengungkapkan bahwa pernikahan yang dibangun atas dasar cinta,
kemungkinan berhasil hanya 3%. Dan pernikahan yang dibangun dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu kemungkinan berhasil 97%. Hal ini
menunjukkan bahwa bagaimana keluarga itu terbentuk berawal dari siapa
yang akan membangunnya. Dan pernikahan bukanlah ajang perlombaan
sehingga harus cepat, akan tetapi pernikahan merupakan hal sakral yang
semua orang mengharapkannya terjadi sekali dalam seumur hidupnya.
3
pelaksanaan pernikahan, sampai pada bagaimana seharusnya suami dan istri
membina keluarga setelah aqad nikah dilangsungkan. Dalam pandangan
Islam perkawinan itu bukanlah hanya bertujuan untuk memenuhi insting dan
berbagai keinginan yang bersifat materi dan hawa nafsu saja. Tetapi lebih dari
itu, yaitu dimana terdapat berbagai tugas dan tanggungjawab yang harus
dipenuhi. Demikian juga dalam menentukan pasangan terdapat beberapa
ketentuan yang harus dipenuhi. Seperti dengan menentukan dan memilih
pasangan.
Hadist Nabi saw :
“Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena
kecantikannya, karena keturunannya, dank arena agamanya. Utamakanlah
karena agamanya, niscaya kamu akan selamat” (H.R. Bukhori Muslim)
Pada hadis Nabi tersebut, ada empat kriteria dalam memilih calon
pasangan, yaitu :
1. Agama, memilih seorang pasangan, harus melihat bagaimana faktor
agama nya, karena bagaimana keluarga itu nantinya terbentuk dapat
dilihat siapa yang akan menjalaninya. Dan jika ingin keluarga yang dekat
dengan agama, maka carilah pasangan yang paham akan itu. Selanjutnya
haram bagi perempuan maupun laki-laki menikahi yang berbeda agama.
Bahkan pernikahan beda agama dilarang dalam agama apapun.
2. Karena hartanya, hal ini bertujuan agar dapat membantu dan memecahkan
kesulitan hidup yang bersifat materi dengan mengubah pandangan hidup
atas kewajiban kepemilikan harta dengan agama atau tanpa adanya
kewajiban.
3. Karena rupa, dengan alasan mendorong untuk menjaga diri untuk tidak
lagi melihat atau tertarik dengan yang bukan pasangannya yang di
khawatirkan akan melakukan perbuatan yang dilaknat Allah.
4. Karena keturunannya, untuk kemuliaan serta ketinggian kedudukan dan
sebagainya.
4
Namun ketiga factor yang terakhir ini tidak dapat menjadi patokan yang
baik. Karena bisa saja suatu saat ketiga hal tersebut tidak akan bertahan lama
dan bisa saja hilang atau memudar. Maka dari itu utamakanlah karena
agamanya, karena sesuai dengan janji Allah swt. niscaya kamu akan selamat.
Setelah menentukan pasangan yang sesuai dengan Kriteria yang telah
disebutkan. Selanjutnya ialah penyampaian kehendak untuk menikahi pilihan
yang telah ditentukan. Hal ini dikenal dengan istilah meminang (Khitbah)
dimana Meminang itu sendiri hukumnya adalah sunnah. Peminangan dapat
dilakukan terhadap perempuan yang masih perawan atau terhadap janda yang
telah habis masa iddahnya. Pada dasarnya peminangan adalah proses awal
dari perkawinan dimana hal ini di lakukan oleh laki-laki kepada perempuan.
5
agama memiliki peran yang sangat penting dalam membina keluarga yang
sejahtera. Karena dengan adanya agama dapat menjadikan jawaban atau
penyelesaian dari suatu masalah dalam kehidupan berumah tangga. Karena
itu Islam memperhatikan hal ini dgn cara membina manusia sebagai bagian
dari masyarakat di atas akidah yg lurus disertai akhlak yg mulia. Bersamaan
dgn itu pembinaan individu-individu manusia tidak mungkin dapat terlaksana
dgn baik tanpa ada wadah dan lingkungan yg baik. Dari sudut inilah kita
dapat melihat nilai sebuah keluarga.
Dalam sebuah keluarga, ada amanah yang dipegang oleh suami dan
istri, amanah tersebut ialah seorang anak. Anak merupakan perekam yang
baik, maka dari itu dalam mendidik anak pun orang tua harus memperhatikan
pola asuh mereka, karena kepribadian anak akan terbentuk dari bagaimana
parenting orang tuanya. Islam memandang bahwa orang tua memiliki
tanggung jawab penting dalam pendidikan dan lingkungan. Sebab keluarga
adalah tempat pertumbuhan anak yang utama dimana seorang anak
mendapatkan pemgaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang sangat
penting dan paling kritis dalam mendidik anak, yaitu pada tahun-tahun
pertama dalam kehidupannya. Karena pada masa tersebut apa yang
ditanamkan didiri anak akan membekas.2
Begitu pentingnya seorang anak mendapatkan pengasuhan dan didikan
2
Padjrin, “Pola Asuh Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Jurnal Intelektualita;....hal.2
6
yang baik dari orangtuanya, Allah Swt memberikan peringatan didalam al-
Qur`an kepada orang-orang yang tega meninggalkan keturunan yang lemah
sepeninggalnya. Hal ini terdapat dalam Surah an-Nisa/4: 9
َو ْلَيْخ َش اَّلِذ ْيَن َلْو َتَر ُك ْو ا ِم ْن َخ ْلِفِهْم ُذ ِّرَّيًة ِض ٰع ًفا َخ اُفْو ا َع َلْيِهْۖم َفْلَيَّتُقوا َهّٰللا
َو ْلَيُقْو ُلْو ا َقْو اًل َسِد ْيًدا
Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara
dengan tutur kata yang benar.”
7
tersebut memberi ancaman kepada orang tua yang tidak mau merawat anak-
anaknya, yaitu seperti tidak mau menyusui anak, tidak harmonis antara suami
dan isteri, tidak mau mendidik anak-anak, serta tidak adanya perawatan atas
mereka berdasarkan keputusan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, kedua
orang tua bertanggung jawab penuh atas anak mereka. jika tidak sanggup
merawat anaknya (karena alasan syar‟i), maka mereka boleh menitipkan
anaknya kepada orang yang tepat supaya mendapatkan pengasuhan yang
baik.3
8
anaknya. Metode kasih sayang yang didahului oleh bahasa Nabi
Ibrahim a.s. ya Bunayya, dibalas pula oleh putranya dengan kata ya
Abati, sebagai ungkapan kepatuhan dan ketundukan pada
perkataan dan perintah ayahnya atas dasar cinta karena Allah SWT.
d. Metode Dialog7
Nabi Ibrahim menggunakan metode dialog seolah-olah meminta
pendapat putranya, “Wahai anakku, aku melihat di dalam
mimpiku, aku menyembelihmu. Bagaimana menurut pendapatmu?.
”Kebijakan sang ayah ini pun dijawab dengan ketegasan dan
kesabaran seorang anak, “Ya ayah, kerjakanlah apa yang Allah
perintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk golongan orang-orang yang sabar.”
e. Metode Do’a
Doa orang tua untuk anaknya bukan saja sebelum kelahirannya,
tetapi juga selama proses pendidikan berlangsung. Orang tua harus
berupaya untuk mendidik anakanaknya agar menjadi saleh, namun
usaha itu harus diiringi dengan doa, sebab mendidik anak tidak
bisa dilepaskan dari hidayah Allah SWT. Di sinilah pentingnya
metode doa, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. terhadap
anak-anaknya, termasuk Ismail a.s.
7
Ibid hal 58
9
Menjadi pendengar yang baik anak merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang berkualitas antara ayah dan anak. Dengan
menjadi pendengar yang baik, anak menjadi terbuka dan dekat
dengan ayah sehingga ayahpun bisa lebih mudah menanamkan
nilai-nilai kebaikan kepada sang anak. Nabi Yusuf kecil yang
menceritakan mimpi kepada sang ayah merupakan buah
komunikasi yang baik tersebut.
c. Sabar terhadap anak
Kualitas sabar yang diperlihatkan oleh Nabi Yaqub adalah sabar
yang baik (jamiil) yaitu sabar yang tidak disertai pengaduan
(Muhammad Nasib Ar-Rifai, 1999: 843). Dalam tafsir lain, sabar
yang baik adalah sabar yang tidak disertai kekhawatiran dan
kegelisahan (Syaikh Abu Bakar Jabir al Jazairi, 2015: 783).
d. Menghindari dan menjaga konflik
Konflik yang dimaksud adalah konflik yang terjadi di antara anak-
anak juga konflik antara ayah dengan anak. Meski Nabi Yakub
melihat keganjalan pada baju Nabi Yusuf yang berlumuran darah
serigala tetapi tidak koyak, beliau tidak memperpanjang
permasalahan yang bisa saja menimbulkan persoalan yang semakin
panjang. Dengan begini, konflik antara ayah dengan anak bisa
dihindari. Pada situasi lain, Nabi Yaqub juga meminta Nabi Yusuf
untuk tidak menceritakan mimpinya kepada saudara-saudara lain
dalam rangka menjaga kemungkinan terjadinya konflik antar anak
atau saudara.
e. Tawakal
Sikap tawakal seorang ayah pada diri Nabi Yaqub nampak ketika
beliau pada akhirnya tidak memiliki pilihan untuk mengizinkan
anak-anaknya mengajak Bunyamin serta dalam perjalanan ke
Mesir yang kedua. Sikap tawakal juga menjadi nasihat yang beliau
pesankan kepada putra-putranya setelah beliau mengatur strategi
pemberangkatan yang aman bagi putra-putranya.
f. Tidak putus asa terhadap rahmat Allah
10
Sifat tidak putus asa menjadi sikap yang menonjol pada diri Nabi
Yaqub yang senantiasa berdoa suatu untuk bisa bertemu kembali
dengan putranya tercinta, Nabi Yusuf. Sifat untuk tidak putus asa
ini juga merupakan nasihat yang dibekalkan pada putraputranya
sebelum menempuh perjalanan kedua ke Mesir. Sikap tidak putus
asa sangat dibutuhkan dalam situasi genting. Dalam kisah Nabi
Yusuf terdapat tiga situasai genting. Pertama, ketika Nabi Yaqub
sekeluarga ditimpa kekurangan karena paceklik yang
mengakibatkan putra-putra Cuma membawa barang barteran yang
nilainya rendah
g. Mengadukan setiap kesulitan dan kesusahan hanya kepada Allah
Sikap pasrah dan menyerahkan berbagai bentuk kesusahan dan
kesulitan kepada Allah ditunjukan Nabi Yaqub di setiap
pengalaman kehilangan putranya untuk yang kedua kalinya, yaitu
Bunyamin. Sikap ini adalah sikap yang bisa menjaga munculnya
sikap putus asa. Karakter ini bisa menumbuhkan rasa yakin
terhadap rahmat Allah di setiap kesulitan yag dialami manusia.
h. Pemaaf terhadap anak-anak
Kesabaran yang ditunjukan Nabi Yaqub kepada anak-anaknya
berbuah manis. Putra-putranya mengakui kesalahan mereka
terhadap Yusuf dan meminta maaf kepada beliau. Meski kesulitan
dan kesedihan yang beliau cukup berat, tetapi Nabi Yaqub tetap
Yusuf & Muzafar memaafkan kesalahan putra-putranya dan
memohonkan ampunan buat mereka kepada Allah ta‟ala.
i. Pelindung bagi anak-anak
Peran ayah sebagai pelindung anak-anaknya ditunjukkan Nabi
Yaqub ketika berpesan kepada Nabi Yusuf untuk tidak
menceritakan mimpnya kepada saudara-saudaranya dalam rangka
menghindari keburukan yang diakibatkan rasa dengki. Dalam
kesempatan lain, sikap melindungi juga ditunjukkan Nabi Yaqub
ketika beliau mengatur strategi keberangkatan rombongan putra-
11
putranya ke Mesir untuk yang kedua kali.8
12
kebaikan dan peringatan serta menakut-nakuti akan siksaan Allah,
tapi umat Nabi Nuh as. yang disebut kaum Rasib itu kebanyakan
enggan untuk mengikuti ajaran Nabi Nuh as., mereka tetap berjalan
pada jalan yang sesat bahkan mereka banyak melakukan
perbuatan-perbuatan yang melampaui batas.
Apabila Nabi Nuh as. menunjukkan bukti-bukti kebenaran ajaran
maka mereka menutup mata, diolok-oloknya Nabi Nuh dan di
tertawakannya ajaran yang di bawakannya. Kama bukan umatnya
saja yang dikhawatirkan oleh Nabi Nuh as. akan tetapi istri dan
anaknya Kan'an yang telah mendurhakai dirinya dan tidak mau
menyembah Allah SWT, kehidupan Nabi Nuh as, benar-benar diuji
tetapi beliau tetap bertawaqal dan ikhlas menghadapi semuanya.9
9
Hafidzoh Hasibun,”Figur Pendidikan Menurut Perspektif Nabi Nuh As.”Skripsi,2012,
Palembang: UMP, hal.43
13
kemungkinan hal konflik itu terjadi pula dalam keluarga nabi. Salah satu
yang sering terjadi dalam keluarga nabi adalah kecemburuan, dimana rasa
cemburu merupakan salah satu perasaan yang sering muncul antara
hubungan suami isteri, walaupun sebenarnya dalam kondisi tertentu rasa
cemburu itu merupakan ‘bumbu penyedap’ dalam kehidupan keluarga.
َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْك َم ُل اْلُم ْؤ ِمِنيَن ِإيَم اًنا
َأْح َس ُنُهْم ُخ ُلًقا َو ِخَياُر ُك ْم ِخَياُر ُك ْم ِلِنَس اِئِهْم ُخ ُلًقا
dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
10
Satori Muhammad Saefulloh, Romantika Rumah Tangga Nabi (Jakarta: Rihlah Press, 2003), 10.
11
Kauma Fuad, Senyum-Senyum Rasulullah (Jogjakarta: Mitra Pustaka, 2002), 73.
12
Abdussami’ Anis, Metode Rasulullah Mengatasi Problematika Rumh Tangga terj. Muhammad
Abidun Zuhri (Jakarta: Qishi Press, 2013), 15.
14
bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap
para istrinya.“(HR. Tirmidzi).13
Meskipun begitu namun selalu saja ada masalah yang timbul dalam
rumah tangga tersebut, itu semua terjadi karena memang Nabi dan para istri
beliau tak lepas dari sifat manusiawi yang timbul diantara mereka.
Seringkali kecemburuan itu timbul diantara istri-istri Nabi. Walaupun sering
terjadi sesuatu yang menyulitkan Rasulullah saw. karena perilaku sebagian
istrinya, namun yang demikian itu tidak mengurangi sikap beliau dalam
berlaku kasih sayang dan adil dalam bergaul dengan mereka.14
Diantara istri-istri Rasulullah saw yang paling pencemburu adalah Siti
Aisyah ra. Bisa dimaklumi jika Aisyah memiliki tingkat kecemburuan yang
cukup besar, sebab dia memperoleh tempat yang istimewa dihati Rasulullah
saw setelah Khadijah binti Khuwailid, yang menjadi istri pertamanya.
Disamping itu Aisyah merupakan satu-satunya istri yang dinikahi dalam
keadaan masih perawan.
Salah satu kecemburuan Aisyah yang paling besar adalah kepada Maria
Al-Qibtiyah bahkan Aisyah sendiri pernah berkata bahwa “Aku tidak pernah
begitu cemburu kepada seorang wanita pun melebihi cemburuku kepada
Maria. Hal itu dikarenakan ia memang sangat cantik, sehingga Rasulullah
merasa tertarik kepadanya. Pertama kali datang, Rasulullah menempatkan
dia di rumah Haritsah bin Nu’man yang bertetangga dekat dengan Kami.
Rasulullah hampir sepanjang siang dan malam berada disisinya, sehingga
demi dia, beliau mengabaikan aku dan istri-istrinya yang lain. Selanjutnya
beliau memindahkan Maria ke sebuah dataran tingggi di Madinah, dan
beliau semakin perhatian kepadanya. Sudah tentu kami semakin merasa
marah dan tertekan. Apalagi setelah Allah memberikan anak darinya, beliau
nyaris tidak pernah bersama kami.”15
13
Abbas Mahmud Al-A’qqad, Keagungan Muhammad Saw Terj. Miftakhil Asror (Surabaya:
Maktabah Al-Ashariyyah, 2003), 171.
14
6 Ali Muhammad, Rasulullah Saw Fathimah Az-Zahra Terj. Ahsin Muhammad (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1993), 87.
15
8 Zaidah Kusumawati, dkk. Ensiklopedi, Nabi Muhammad Saw Diantara Para Sahabiyah
(Jakarta: Lentera Abadi, 2011), 155.
15
Bukan cuma Aisyah saja yang merasakan kecemburuan terhadap Maria
Al-Qibtiyah, namun Hafsah dan istri-istrinya yang lain juga merasakan hal
yang dirasakan oleh Aisyah, Ini semua terjadi karena Maria telah diberi
anugerah oleh Allah dengan melahirkan seorang putera bernama Ibrahim,
Pada awalnya Maria merupakan wanita yang kurang diperhitungkan oleh
Aisyah, namun kenyataannya Maria mampu menarik hati Nabi Muhammad
dan menikahinya. Kecemburun Aisyah semakin menjadi-jadi ketika pada
suatu hari Hafsah menceritakan tentang rahasia Nabi Muhammad. Ia
menceritakan kepada Aisyah bahwa suatu hari Hafsah melihat Maria al-
Qibtiyah datang menemui Rasulullah dalam suatu urusan. Maria berada jauh
dari masjid, dan Rasulullah menyuruhhnya masuk ke dalam rumah Hafsah
yang ketika itu sedang pergi ke rumah ayahnya.16
Dia melihat tabir kamar tidurnya tertutup, sementra Rasulullah dan
Maria berada didalamnya. Melihat pemandangan seperti itu, kemarahan
Hafsah meledak. Ia ingin melabrak keduanya, namun ia teringat kata-kata
ayahnya, “ Demi Allah, engkau tahu bahwa Rasulullah tidak mencintaimu,
kalau bukan karena aku, engkau tentu sudah dicerai!” ia tiba-tiba merasa
sebagai wanita yang tak berguna. Suaminya telah menginjak-injak harga
dirinya, didepan matanya pula.17 Hafsah terdiam tak melakukan apapun. Ia
masih tidak mempercayai kenyataan yang ada di depan matanya. benar kata
ayahnya bahwa Rasulullah memang tidak mencintai dirinya. Beliau bersedia
menikahi dirinya hanya semata-mata untuk menolong dirinya yang
dirundung kesedihan setelah ditinggal wafat oleh suaminya, diatas segala-
galanya, beliau menikahi dirinya karena untuk menghormati ayahnya, Umar
bin Khattab.
Hafsah mencoba menahan perasaan yang ada didalam hatinya. Ia tidak
segera masuk ke dalam rumah. Ditunggunya Maria pergi meninggalkan
rumahnya. Setelah Maria pergi, barulah Hafsah masuk ke dalam rumahnya.
Dengan perasaan tak menentu, ia melangkah lalu didekatinya Rasulullah.
Dengan suaranya yang bergetar menahan emosi, ia berkata,” saya melihat
dengan mata kepala sendiri siapa yang bersama anda tadi! Anda tidak akan
16
9 Saefullah Muhammad Satori, Rumah Tanggan Nabi (Jakarta: Rihlah Press, 2003), 199.
17
Ibn Sa’ad, Purnama Madinah, terj. Eva. Y. Nukman (Bandung: Al-Bayan, 1997), 80.
16
pernah berbuat seperti itu kalau saja anda tidak memandang saya ini sebagai
wanita hina dan rendah!” Setelah mengungkapkan perasaanya itu, Hafsah
menangis tersedu-sedu.18 Mendengar kata-kata dan tangisan Hafsah, hati
Nabi Muhammad menjadi tersentuh. Beliau sama sekali tidak bermaksud
menghina dan merendahkan putri Umar itu. Lalu dengan lemah lembut dan
penuh kasih sayang beliau mendekati Hafsah. Beliau berusaha menghibur
dan menenangkan hati Hafsah. Lalu untuk menggembirakan hati istrinya itu,
beliau mengatakan tidak akan mendekati Maria lagi, dengan syarat Hafsah
harus berjanji untuk tidak akan membocorkan semua kejadian tersebut
kepada orang lain. Hafsah pun berjanji untuk tidak membocorkan rahasia
suaminya itu.19 Akan tetapi ketika keesokan harinya Aisyah datang
kepadanya, ia tidak dapat lagi menyimpan rahasia Nabi, Kejadian yang
pernah berlangsung di rumahnya, ia memberitahukannya kepada Aisyah.
Hafsah tidak menyadari akibat yang ditimbulkan dari pembocoran rahasia
Nabi kepada Aisyah.20
Dengan dibocorkannya rahasia tersebut, ia telah menyalakan api di
rumah tangga Nabi, karena Aisyah tidak bisa tenang sebelum
mengumpulkan semua istri Nabi. Semunya bersepakat untuk terang-
terangan memberontak terhadap Nabi. Mereka mengusulkan agar Maria
jangan diberi kesempatan untuk tetap berada di Madinah. Setelah itu
terjadilah suatu peristiwa dimana Rasulullah memisahkan diri dari istri-istri
beliau selama satu bulan, atau lebih tepatnya dua puluh sembilan hari.
Dengan adanya peristiwa tersebut, sempat tersiar kabar di tengah-tengah
kaum muslimin bahwa rasulullah telah menceraikan istri-istrinya.
Berkaitan dengan keteledoran Hafsah yang telah membocorkan rahasia
pribadi suaminya. Pembocoran rahasia tersebut merupakan pemicu
kekacauan didalam rumah tangga Nabi. Ada suatu riwayat yang mengatakan
bahwa, akibat kecerobohan Hafsah itu Nabi menceraikannya. Sebagaimana
18
Ali Yusuf Subki, Biografi Istri-Istri Rasulullah Terj. Akhmad Syafiuddin
(Depok: Kiera Publishing, 2004), 123.
19
Akhmad Khoiron Mustafit, Inner Beauty Istri-Istri nabi (Tangerang: Qutu
Media, 2004), 73. 14
20
B A B Iv et al., “digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id,” 2013.
17
yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dari berbagai sumber yang meriwayatkan,
bahwa beliau telah mencerai Hafsah dengan talak satu. Setelah itu beliau
merujuknya kembali.
Berita tentang Nabi yang telah menceraikan Hafsah itu akhirnya
terdengar juga oleh Umar, kemudian Umar datang menemui Hafsah, saat ia
datang menemui Hafsah untuk mengklarifikasi kebenaran tindakan
Rasulullah yang telah menceraikan putrinya itu, ia melihat Hafsaf yang
sedang menangis. Kemudian Umar keluar dari rumah Hafsaf dan menuju ke
masjid. Saat itu Umar melihat kaum muslimin sedang berkumpul, diantara
mereka ada yang menggaris-garis batu, menundukkan kepala dan berkata,
“Rasulullah telah menceraikan istri-istrinya” sejak beliau memutuskan untuk
memisahkan diri dari istri-istrinya. Tak ada seorangpun dari para sahabat
yang berani mengajak Nabi berbicara tentang istri-istrinya.
Melihat keadaan yang seperti itu Umar tidak tinggal diam ia segera pergi
menemui Rasulullah ditempat beliau menyendiri selama sebulan, yaitu
tempat semacam gudang atau disebut khazanah. Ditempat itu beliau dibantu
oleh pelayannya, yaitu seorang budak yang bernama Rabbah. Ia duduk
didepan pintu. Umar berulangkali minta izin untuk menemui Rasulullah,
namun Rabbah tidak menanggapi. Lalu Umar berkata, memohon dengan
segala kerendahan hati kepada Rabbah, “ Wahai Rabbah, tolong sampaikan
kepada Rasulullah bahwa aku minta izin untuk menemui beliau. Sungguh,
aku merasa mestinya beliau sudah mengerti bahwa aku ini datang karena
persoalan Hafsah. Demi Allah, kalau sekiranya beliau menyuruh aku
memenggal kepala Hafsah, sungguh akan kupenggal sekarang juga.” 21
Rupanya suara Umar terdengar oleh Rasulullah. Mendengar kata-kata Umar,
beliau pun terharu. lalu beliau mempersilahkan Umar untuk masuk ke dalam
Khazanah. Kemudian Umar berkata “ya Rasulullah, apakah Rasulullah
merasa susah karena istri-istri engkau? Jika benar Rasulullah sudah
menceraikan mereka, maka Allah tetap menyertai engkau, demikian pula
Jibril, Abu Bakar, saya dan semua kaum muslimin..!” Mendengar kata-kata
Umar, Rasulullah tersenyum. Beliau berusaha menenangkan hati dan pikiran
21
Abdussami’ Anis, Metode Rasulullah Mengatasi rumah Tangga (Jakarta: Qisthi Press, 2013),
301.
18
Umar. Lalu beliau menjelaskan bahwa beliau tidak menceraikan istriistrinya,
tetapi hanya menjauhi mereka selama sebulan.
Umar begitu gembira mendengar penjelasan Nabi. Kini ia tahu berita
sebenarnya. Kemudian Umar mohon diri meninggalkan Nabi dan langsung
menuju masjid. Lalu dengan suara keras ia memberitahu orang-orang yang
berada dalam masjid, “Rasulullah tidak menceraikan istri-istrinya!”
Beberapa hari kemudian Rasulullah menyampaikan firman Allah kepada
kaum muslimin. Wahyu tersebut diturunkan sebagai antisipasi atas isu-isu
yang tersebar:
َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ِلَم ُتَح ِّر ُم َم ا َأَح َّل ُهَّللا َلَك ۖ َتْبَتِغ ي َم ْر َض اَت َأْز َو اِج َكۚ َو ُهَّللا َغ ُفوٌر
َر ِح يٌم
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah
menghalalkannya bagimu, kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu?
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Qs. At-Tahrim : 1)
َقْد َفَر َض ُهَّللا َلُك ْم َتِح َّلَة َأْيَم اِنُك ْم ۚ َو ُهَّللا َم ْو اَل ُك ْم ۖ َو ُهَو اْلَعِليُم اْلَحِكيُم
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu seklian
membebaskan diri dari sumpahmu, dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia
Maha Mengethui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At-Tahrim: 2)
َو ِإْذ َأَس َّر الَّنِبُّي ِإَلٰى َبْع ِض َأْز َو اِج ِه َح ِد يًثا َفَلَّم ا َنَّبَأْت ِبِه َو َأْظَهَرُه ُهَّللا َع َلْيِه
َع َّر َف َبْع َض ُه َو َأْع َر َض َع ْن َبْع ٍضۖ َفَلَّم ا َنَّبَأَها ِبِه َقاَلْت َم ْن َأْنَبَأَك َٰه َذ اۖ َقاَل
َنَّبَأِنَي اْلَعِليُم اْلَخ ِبيُر
Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah
seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah)
menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal
itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad
memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan
menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala
(Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah)
lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini
kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah
19
yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".(Qs. At-Tahrim: 3)
َت ُتو َب ا ِإ َل ى ال َّل ِه َفَقْد َص َغ ْت ُقُل وُبُك َم ا ۖ َو ِإ ْن َت َظ اَه َر ا َع َل ْي ِه َف ِإَّن ال َّل َه ِإ ْن
َع َس ٰى َر ُّبُه ِإْن َطَّلَقُك َّن َأْن ُيْبِد َلُه َأْز َو اًجا َخْيًرا ِم ْنُك َّن ُم ْس ِلَم اٍت ُم ْؤ ِم َناٍت َقاِنَتاٍت َتاِئَباٍت
َعاِبَداٍت َس اِئَح اٍت َثِّيَباٍت َو َأْبَك اًرا
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti
kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang
beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang
berpuasa, yang janda dan yang perawan. (Qs. At-Tahrim:6)
20
bergabung kepadanya. Dan tidak ada rahasia diantara keduanya, dan hal ini
yang mengakibatkan keteledoran bagi hafsah sehingga ia menceritakan
Rahasia Nabi kepada Aisyah, sehingga terjadilah peristiwa pengasingan diri
22
Husaini, Baitun Nubuwwah, Rumah Tangga Nabi Muhammad saw, 235.
21
keluarga adalah wahana yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian, jati diri, dan karakter manusia baik secara
individu maupun social. Keluarga harmonis dan penuh toleransi serta
kerjasama akan memiliki kualitas ketahanan yang tangguh dalam
menghadapi segala gejolak baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Untuk itu memang diperlukan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang baik.
Laki-laki dan perempuan memang diciptakan berbeda tetapi tidak boleh
dibeda-bedakan, karena kedua-duanya memerlukan satu sama lain baik
secara biologis, mental psicologis, social maupun spiritual. Oleh sebab itu,
antara suami istri perlu upaya membangun hidup keluarga yang harmonis,
bahagia, dan sejahtera, agar bisa menjalankan tugas dan kewajiban masing-
masing baik dan bertanggung jawab bagi kehidupan keluarga, anak
keturunan, masyarakat, bangsa, dan agama seperti kalimat sakinah,
mawaddah, warahma.23
Cara Rasulullah Mengatasi Problematika Rumah Tangga
Kehidupan suami istri ibarat sebuah lembaga atau perusahaan yang
harus mempunyai visi, tujuan, dan prinsip. Ketiga hal itu harus jelas
dimengerti oleh semua anggota keluarga, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Islam sudah menentukan visi pernikahan, yaitu mencapai ridha Allah swt
dan masuk surga. Firman Allah swt (QS. Al-An’am:162).“katakanlah:
sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah, tuhan semesta alam”. Adanya tujuan bersama dalam sebuah keluarga
merupakan satu hal yang sangat penting, karena dengan itu kita bias
melewati problem-problem kita. Kita akan selalu berpikir tentang
bagaimana caranya mencapai tujuan tersebut dan menganggap kecil setiap
permasalahan yang merintangi tercapainya tujuan tersebut.
Rasulullah hidup bersama dengan istri-istrinya dengan bahagia.
Kehidupan mereka adalah praktik yang benar tentang kehidupan dalam
berumah tangga firman Allah, QS An-Nisa 19: “dan bergaullah kepada
mereka secara patut”. Tidak aneh jika rasulullah bangga dengan kehidupan
rumah tangganya. Beliau bersabdah, “dan aku adalah suami yang paling
23
Asmiraty, “Problematika Rumah Tangga Dalam Perspektif Pendidikan Islam,” AL-Wardah: Jurnal
Kajian Perempuan, Gender, dan Agama, 14.1 (2020), 11–27.
22
baik terhadap keluarganya diantara kalian.” Kebaikan yang dimaksud oleh
Nabi saw itu akan kita bahas dari segi pemenuhan kebutuhan primer,
hubungan suami istri , kerja sama, estetika, dan hiburan dalam
kehidupannya. Kendati demikian bukan berarti rumah tangga Rasullah tidak
pernah menghadapi problem. Hanya saja, problemanya kecil atau jarang
kelihatan, jika kaum muslimin tidak mencermati bagian yang besar dan yang
kecil, yang umum dan yang khusus, dari kehidupan Rasulullah. Prolem
jarang terjadi, kendati rumah tangga berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, banyak istri, sering menghadapi peristiwa besar, dan hanya sedikit
keturunan yang menyambung yang terputus dan membetulkan yang salah.
Setiap kali muncul problem, Rasulullah segera menyelesaikannya dengan
bijaksana, rasional, kasih sayang, dan kesadaran. Beliau menggunakan cara-
cara yang akan saya bahas secara detil sesuai dengan solusi masalah
keluarga ala Rasulullah.
Pasangan suami istri haruslah senantiasa bersikap realistis dan saling
memahami dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jangan membayangkan
kebersamaan dan kesatuan lahir dan batin, dapat dicapai dalam waktu yang
singkat sejak awal pernikahan. Sebab, kebersamaan batin dan kekompakan
sosial di dalam bangunan rumah tangga yang baru, harus melewati beberapa
tahapan, belajar dari usaha yang pernah dilakukan, dan pengalaman
kesalahan yang pernah terjadi.
a. Tersenyum dan berkelakar.
Selain itu salah satu cara Rasulullah menangani masalah keluarga adalah
dengan membiarkan masalah itu sendiri, sering kali perselisihan suami istri
23
tak bisa diselesaikan dengan bercekcok dan berdebat. Perdebatan justru
membuat masalah kian meruncing. Rasulullah mendiamkan dan membiarkan
para istrinya berselisih sampai nanti datang orang ketiga melerai mereka,
contoh sewaktu Aisyah berselisih dengan Zainab beliau membiarkannya dan
berlalu ke mesjid, kemudian datanglah Abu Bakar menghardik Aisyah karena
beliau adalah ayahanda istri nabi.
Salah satu cara nabi yang digunakan Nabi saw untuk menangani masalah
rumah tangga beliau adalah mengutamakan dialog. Tujuannya agar istri
kembali kejalan yang benar dengan hati yang puas, settelah melakukan
kesalahan atau bersikukuh dengan pemikiran yang keliru. Tak diragukan lagi
bahwa cara ini berpengaruh besar terhadap ketentramann dan masa depan
keluarga. Dialog menjadikan keluarga menghirug udara kebebasan, yaitu
bebas bertukar pikiran diantara anggotanya dalam setiap persoalan. Karena
masalah memang tidak pernah habis, maka dialog pasutri yang sukses
sanggup memberikan solusi untuk masalah tersebut.
Cara lain lagi yang digunakan Nabi saw untuk menyelesaikan perselisihan
dalam rumah tangganya adalah dengan memberi pengajaran dan nasehat.
Syariat Islam memerintahkan agar setiap suami membimbing isterinya supaya
taat pada perintah Allah dan menjauhi semua larangannya.
Memberi nasehat adalah cara yang benar dan sesuai dengan perintah Allah
dalam al-Qur’an kepada para suami ketika khawatir istrinya berbuat nusyus
dan durhaka. Firman Allah QS: An-Nisa :34.” Maka nasehatilah mereka”
Imam Qurthubi mengatakan, maksudnya, berilah wanita-wanita itu nasehat
dari kitabullah.
Imam Fakhuddin ar-Razi berkata, ”Imam Syafi’I mengatakan’ bila terjadi
perselisihan dalam rumah tangga, nasehat yang tepat dari seorang suami
kepada isterinya adalah, “bertaqwalah engkau kepada Allah, sesungguhnya
24
aku punya hak atas dirimu.” Oleh karena itu kembalilah kepada allah dari
sikapmu saat ini. ketahuilah, sesungguhnya engkau wajib taat kepadaku.’ Dan
perkataan-perkataan lain semisalnya.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh suami ketika memberi nasehat
kepada isteri yaitu memilih kata-kata yang tepat sasaran. Dengan begitu,
diharapkan kata-kata itu langsung kelihatan efeknya pada perasaan istri
sebagai pasangan hidup. Hal lain yang tak kalah penting dalam member
nasehat adalah disampaikan ketika istri sedang sendirian. Seorang suami harus
menahan diri ketika sedang bersama keluarga, baik keluarga dari pihak istri
maupun keluarga dari pihak suami. Berikutnya hendaknya suami
menyampaikan nasehatnya dengan bahasa yang sopan, lembut, dan
menyentuh perasaan, perkataan keras, lantang, lebih-lebih membentak dengan
penuh emosi hendaknya dihindari jauh-jauh. Memberi nasehat harus
dilakukan atas dasar cinta dan demi kebaikan istri, supaya keluarga kembali
normal sebagaimana rumah tangga yang diridhoi Allah Swt.
e. Memberi teguran.
25
membuktikan, berdasarkan ketenangan hati.
Ada banyak hikmah yang bias kita ambil dari kejadian ini pertama berita
bohong yang menimpa aisyah, kita tahu bagaimana cara Rasulullah menyikapi
kehidupan keluarganya, terlebih lagi, masalah ini erat kaitannya dengan
kehormatan rumah tangga. cara yang ditempuh Rasulullah adalah sabar, dan
menelaah anatomi masalah, meneliti dan mencari bukti, tidak tergesa-gesa
mengambil keputusan, cara ini beliau tempuh untuk mewujudkan keadilan
hokum dalam setiap keputusannya. Rasulullah sangat mempertimbangkan
kehormatan Aisyah sebagai isterinya, juga keluarga Aisyah.
Kedua, kita bisa mengambil pelajaran amat berharga dari kisah ini,
terutama dalam mencari solusi terbaik untuk mengatasi kemelut rumah tangga
yang berkaitan dengan kehormatan. Ketiga, dalam kasus ini rasulullah telah
mengecek kebenaran berita yang beredar. Dengan diam-diam beliau
menyelidiki akhlak dan keseharian Aisyah, apakah diantara sejumlah orang
ada yang mengetahui sesuatu pada diri sang istri. Namun para saksi
menyatakan bahwa Aisyah adalah wanita yang istiqamah, beradab, dan
bertakwa. Rasulullah memilih 5 orang sahabat terdekatnya yang terdiri dari
dua laki-laki dan tiga perempuan, (Ali, Usamah, zainab binti Jahzi, Ummu
Aiman, dan budak bernama Bairah). Dll
g. Memutuskan Hukum secara Adil.
26
utuh, namun jika kerusakan itu hanya sedikit dan memungkinkan untuk
diperbaiki seperti semula, pihak yang metusakkan hanya mengganti harga
bagian yang di rusakkannya.”
27
j. Menjatuhkan talak
Nabi saw pernah menjatuhkan talak sebanyak dua kali kepada istri beliau.
Yang pertama kepada istrinya yang mulia Hafsah binti Umar, tetapi dirujuk
lagi. Yang kedua kalinya ketika menceraikan Umaimah binti Nu’man al-
Jauniyah al-Kindiyah. Beliau menceraikannya sebelum menggaulinya, dan
tidak diikuti dengan rujuk, alasannya karena wanita itu punya sifat yang
takabur dan memandang dirinya sebagai putri seorang pemimpin Arab, suatu
sifat yang tidak layak bagi istri seorang Rasul Allah. Semua yang beliau
lakukan ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa solusi dengan talak adalah
langkan terakhir untuk menyelesaikan perselisihan suami istri.
Cara ini diambil setelah suami istri menempuh segala cara dan solusi,
gagal mengembalikan suami istri pada tabiat yang tenang, damai, dan tentram.
Apa yang harus dilakukan jika semua usaha untuk menghentikan pertikaian
dan menyelesaikan masalah gagal? Tiada jalan lain kecuali talak, kendati ini
adalah keputusan yang tak disukai. Rasulullah bersabdah,”Perkara halal yang
paling dibenci Allah adalah talak.” (HR. abu Dawud no. 2187).
Dengan membaca dan menganalisa cara Rasulullah mengatasi masalah
(problematika) rumah tangganya, sebagai ummatnya kita harus mencontoh
sikap dan cara beliau mengambil keputusan dalam rumah tangganya, karena
beliau juga seorang suami dan sebagai ayah bagi anak-anaknya. Rasulullah
adalah suri teladan dan panutan dalam semua urusan baik urusan rumah
tangga maupun urusan ummat
28
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
29
mendidik keluarga dan sahabat beliau. Dan menjadi penekanan dalam
prophetic parenting ini adalah proses Pendidikan bukan hanya proses
pengajaran.
Cara Rasulullah Saw Menyelasaikan Masalah Rumah Tangga Karena
keluarga adalah wahana yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian, jati diri, dan karakter manusia baik secara individu
maupun social. Keluarga harmonis dan penuh toleransi serta kerjasama akan
memiliki kualitas ketahanan yang tangguh dalam menghadapi segala gejolak
baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
DAFTAR PUSTAKA
30
Iv, B A B, Maria Al-qibtiyah, A Kecemburuan Istri-istri Nabi, dan Terhadap
Maria, “digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id,” 2013
Husaini, Baitun Nubuwwah, Rumah Tangga Nabi Muhammad saw, 235.
Ibn Sa’ad, Purnama Madinah, terj. Eva. Y. Nukman (Bandung: Al-Bayan, 1997),
80.
31